EVALUASI KESEHATAN LINGKUNGAN INDUSTRI PT. SANSAN SAUDARATEX JAYA Jl. Cibaligo No. 33 Cimahi
Laporan Praktik Belajar Lapangan
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Semester VIII (Delapan) Jurusan Kesehatan Lingkungan
Disusun oleh:
Haifannisa Mahran Noviyani P17333113426
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim, Puji dan syukur mari kita panjatkan ke-Hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang dimana Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester VIII (delapan) di Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung. Dalam melaksanakan pembuatan Laporan ini, penulis telah mendapat banyak bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar
– besarnya
kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Osman Syarief, MKM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 2. Bapak Pujiono, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 3. Ibu Yosephina Ardiani Septiati, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 4. Ibu Hj. Tati Ruhmawati, SKM., M.Ag. M.Kes, s elaku Pembimbing Akademik. 5. Bapak H. Tatang Rony S., SH., M.H.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I. 6. Ibu Sri Slamet Mulyati, SKM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II. 7. Bapak Gunaras Danubrata, selaku Presiden Direktur PT. Sansan Saudaratex Jaya. 8. Ibu Dini Rahmayani, ST selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing selama masa Praktek Kerja Lapangan di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 9. Ibu Andini Sri Kusuma Wardhani, selaku pembimbing lahan yang telah membimbing selama masa Praktek Kerja Lapangan di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 10. Ibu Alis Suryani, selaku orang tua penulis, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 11. M. Ramiz Abdul Jabbar, M. Yazid Gufran dan M. Adla Abdul Faza, selaku saudara penulis, terima kasih atas dukungan dan semangat yang yang kalian berikan. 12. Hilyati Fairuza, selaku rekan PKL satu industri, terima kasih telah membantu penulis dalam proses pembuatan Laporan PKL ini. 13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung Angkatan I, terima kasih atas semua masukan, semangat dan dukungan yang kalian berikan. Sabuga menanti kita.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim, Puji dan syukur mari kita panjatkan ke-Hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang dimana Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester VIII (delapan) di Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung. Dalam melaksanakan pembuatan Laporan ini, penulis telah mendapat banyak bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar
– besarnya
kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Osman Syarief, MKM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 2. Bapak Pujiono, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 3. Ibu Yosephina Ardiani Septiati, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. 4. Ibu Hj. Tati Ruhmawati, SKM., M.Ag. M.Kes, s elaku Pembimbing Akademik. 5. Bapak H. Tatang Rony S., SH., M.H.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I. 6. Ibu Sri Slamet Mulyati, SKM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II. 7. Bapak Gunaras Danubrata, selaku Presiden Direktur PT. Sansan Saudaratex Jaya. 8. Ibu Dini Rahmayani, ST selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing selama masa Praktek Kerja Lapangan di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 9. Ibu Andini Sri Kusuma Wardhani, selaku pembimbing lahan yang telah membimbing selama masa Praktek Kerja Lapangan di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 10. Ibu Alis Suryani, selaku orang tua penulis, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 11. M. Ramiz Abdul Jabbar, M. Yazid Gufran dan M. Adla Abdul Faza, selaku saudara penulis, terima kasih atas dukungan dan semangat yang yang kalian berikan. 12. Hilyati Fairuza, selaku rekan PKL satu industri, terima kasih telah membantu penulis dalam proses pembuatan Laporan PKL ini. 13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Diploma IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung Angkatan I, terima kasih atas semua masukan, semangat dan dukungan yang kalian berikan. Sabuga menanti kita.
14. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam pembuatan Laporan PKL ini, penulis ucapkan terima kasih. Sebagai seorang manusia, penulis tentunya tidak luput dari kesalahan.. Oleh karena itu, penulis mohon maaf kepada pembaca apabila ada kesalahan baik dari segi penulisan, sumber, maupun isi yang sekiranya kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.
Cimahi, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Data Perusahaan
PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak dibidang garmen dan tekstil, berdiri pada bulan Agustus tahun 1987. Membuka pabrik garment pertamanya yang berlokasi di Jl. Cibaligo No. 33 Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model, antara lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas mencapai 2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya, keseragaman produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten terus melakukan kerjasama dengan perusahaan. Selaras dengan visinya yaitu : "Diakui sebagai perusahaan kelas dunia dan dipercaya atas komitmennya terhadap kepuasan pelanggan." Juga misinya : "Kami merupakan perusahaan yang menghasilkan produk produk apparel yang berkualitas tinggi untuk masyarakat dunia yang ingin meningkatkan standar kehidupan mereka." 1.2 Waktu Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Lama waktu dari kegiatan praktek belajar lapangan ini adalah selama kurang lebih 3 bulan, dimulai dari tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan 15 Juni 2017. 1.3 Materi Praktik Kerja Lapangan\
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dimulai dengan perkenalan terhadap lingkungan di area industri dimulai dari komponen air bersih, air limbah, pengelolaan sampah, pengendalian vektor, penyehatan udara da penyehatan makanan dan minuman. Setelah dilakukan pengenalan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi keenam komponen kesehatan lingkungan yang telah disebutkan diatas, identifikasi dilakukan baik menganalisis data sekunder maupun dengan cara melakukan pengukuran, pemeriksaan dan observasi. Setelah itu langkah selanjutnya adalah menganalisis penyebab kondisi kesehatan lingkungan, hal-hal apa saja yang sekiranya dapat menyebabkan kondisi kesehatan lingkungan menjadi begitu adanya. Kemudian selanjutnya akan dilakukan prioritas alternatif penyelesaian masalah. Setelah alternatif penyelesaian masalah diprioritaskan maka langkah selanjutnya yaitu membuat Plan Of Action (POA).
1.4 Tinjauan Khusus
Industri menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih timggi, termasuk jasa industri. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014, Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial. Kesehatan Lingkungan Kerja Industri adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan kerja industri yang terdiri dari faktor bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan sanitasi untuk mewujudkan kualitas lingkungan kerja industri yang sehat. Pengelolaan bahaya kesehatan di lingkungan kerja industri maupun pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Lingkungan kerja industri yang sehat merupakan salah satu faktor yang menunjang meningkatnya kinerja dan produksi yang secara bersamaan dapat menurunkan risiko gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja industri harus memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi. Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri terdiri atas nilai ambang batas, indikator pajanan biologi, dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri. PT.Sansan Saidaratex Jaya merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang tekstil dan garment. Jumlah karyawan yang bekerja di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah 2702 orang. PT. Sansan Saudaratex Jaya telah banyak menghasilkan produk-produk yang berkualitas yang telah berhasil menembus pasar-pasar internasional. Melihat hal itu, perlu dilakukannya evaluasi mengenai kesehatan lingkungan industri di PT. Sansan Saudaratex Jaya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan untuk membuat kondisi lingkungan kerja industri sesuai dengan regulasi-regulasi yang berlaku.
Evaluasi kondisi kesehatan lingkungan ini akan dilakukan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan, yang akan dilaksanakan mulai tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan tanggal 15 Maret 2017.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak
dibidang garmen dan tekstil, berdiri pada bulan Agustus tahun 1987. Membuka pabrik garment pertamanya yang berlokasi di Jl. Cibaligo No. 33 Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model, antara lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas mencapai 2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya, keseragaman produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten terus melakukan kerjasama dengan perusahaan. Selaras dengan visinya yaitu : "Diakui sebagai perusahaan kelas dunia dan dipercaya atas komitmennya terhadap kepuasan pelanggan." Juga misinya : "Kami merupakan perusahaan yang menghasilkan produk produk apparel yang berkualitas tinggi untuk masyarakat dunia yang ingin meningkatkan standar kehidupan mereka." Dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi itu PT Sansan didukung oleh teknologi yang canggih dan tentunya dibantu oleh tenaga kerja ahli yang kompeten di bidangnya. Selain itu juga didukung oleh kantor yang berlokasi di Hongkong yang dapat membantu dalam menyediakan semua kebutuhan perusahaan, seperti halnya mesinmesin, accessories, material, dan lain-lain yang dibutuhkan dalam memproduksi produk perusahaan. Dan untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan dan staff perusahaaan menerapkan beberapa nilai yang harus diterapkan, yaitu: 1. Integritas Bahwa dengan memegang komitment perusahaan dapat menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan keinginan buyer dan perusahaan dapat membuktikan dengan hasil-hasil, bukan hanya dengan kata-kata. 2. Kerjasama Dengan adanya kerjasama yang erat, baik secara internal maupun eksternal (dengan para supplier dan buyer) akan membawa perusahaan menuju sukses. 3. Konsistensi Konsisten dalam segala hal yangdikerjakan dan dihasilkan.
4. Kualitas Produk-produk perusahaan merupakan produk-produk yang lain daripada yang lain, dan bahwa kami dapat mempertahankan kualitas yang terbaik ini dengan komitmen dan melalui inovasi dan kreatifitas yang berkesinambungan. 5. Sumber Daya Manusia Memiliki Sumber Daya Manusia yang kompeten dan credible, perusahaan dapat menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan tuntutan market. Beberapa produk perusahaan telah menembus pasar ekspor, karena produk perusahaan dapat memenuhi standard quality requirement dari buyer yang sangat ketat. Beberapa Negara dan buyer yang telah menjadi tujuan ekspor perusahaan adalah USA (GAP, Old Navy, Oshkosh B’gosh, Target Corp, Carter’s, Gymboree, Express/ Limited, Disney, Walmart, K-Mart, Lollytogs, Frenchtoast, Express , Jones New York 15. The Children's Place, Austin dan lain-lain) dan Eropa (C & A, H & M, TCHIBO, dan lainlain). Setelah dua puluh tahun lebih PT Sansan Saudaratex Jaya sudah membuka beberapa perusahaan dibeberapa kota, diantaranya : PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 2 (SS2) (Cibeureum, Cimahi), PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 3 (SS3) (Semarang), PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 5 (SS5) (Cimahi), PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 8 (SS8) (Cibaligo), PT. Sansan Saudaratex Jaya Garment 9 (SS9) (Tasikmalaya), dan beberapa pabrik didaerah lainnya termasuk salah satunya di luar negeri, yaitu di Kamboja.
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan Bagan 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Director
Garment Division
Factory & Production Operational Manager
Marketing De artemen
Factor Unit 1
Merchandising
Factory Unit 2
Tecnical Support
HR & GA Division
Quality Assurance Deputy Departement
GA In Charge Material GA In Charge Unit
Factory Unit 3 Shipping
Factor Unit 5
GA In Charge Finishin
Factory Unit 6
Warehouse
Factory Unit 8 Factory Unit 9 Finishing Carton Box
Office Building Maintanance & Development Logistic Service Maintanance & Transportation Admin For Intergrated Management System & Environmental Pollution Control Facilities
Sub Contract
Canteen, Mess, Cleaning Service, Stationary & Ex edition
Maintanance
General Purchase
Washing Embroidery
According & Finance
HR Recruitment & Re lacement
Compliance IT De artement
HR Development HR Personal Security
General According Account Departement Treasur Payroll and Benefit Cost Operation
PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model, antara lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas mencapai 2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya, keseragaman produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten terus melakukan kerjasama dengan perusahaan. Jenis Produksi
Produk yang di hasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sebagai berikut: 1.
Untuk anak dan bayi 1) Denim 5 pockets 2) Denim Carpenter 3) School Uniform 4) Twill Pants 5) Dress
2.
Untuk laki-laki 1)
Shirts
IT Strategy & Painting IT Application & Development IT Network & Infrastructure IT Operational
Budget Process
2.3 Produksi
2.3.1
Textile Division
2.3 Produksi
PT Sansan menghasilkan berbagai jenis garment, dengan berbagai macam model, antara lain jenis pakaian Men, Ladies, Children, dan Babies dengan total kapasitas mencapai 2,550,000 pieces per bulan. Produknya diakui oleh dunia karena kualitasnya, keseragaman produknya, dengan harganya yang bersaing dan mereka secara konsisten terus melakukan kerjasama dengan perusahaan. 2.3.1
Jenis Produksi
Produk yang di hasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sebagai berikut: 1.
Untuk anak dan bayi 1) Denim 5 pockets 2) Denim Carpenter 3) School Uniform 4) Twill Pants 5) Dress
2.
3.
Untuk laki-laki 1)
Shirts
2)
Cargo Pants
3)
Twill Pants
Untuk perempuan 1)
Blazers
2)
Dress Pants
3)
Denim Pants
4)
Knitted Garment
5)
Polo Shirts & T-Shirts
2.3.2
Proses Produksi Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Produksi Divisi Garment PT. Sansan Saudaratex Jaya
2.4 Ketenagakerjaan
1. Nama Perusahaan
:
PT. SANSAN SAUDARATEX JAYA (UNIT I)
2. Alamat Perusahaan
:
Jl. Cibaligo No. 33 Kota Cimahi
3. Jumlah Tenaga Kerja
:
2702 Orang
4. Laki-laki
:
1221 Orang
5. Perempuan
:
1481 Orang
2.4.1
Jumlah dan Tingkat Pendidikan Tabel 2.1 Tenaga Kerja
Klasifikasi Tenaga Kerja Manager Administrasi Operator Lainnya Total
Jenis Kelamin L
P
8 132 460 31 631
6 174 1146 9 1335
Jumlah 14 306 1606 40 1966
Daerah Asal WNI WNA Komuter Lokal harian 14 60 246 1606 1036 40 19 651 1315
Pendidikan SD
9 9
SLTP
958 9 963
SLTA
235 648 26 909
Akademi/Perguruan Tinggi 14 71
85
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Metode Praktikum 3.1.1
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diamati dilingkungan industri. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh komponen kesehatan lingkungan yang mencakup 6 komponen di PT. Sansan Saudaratex Jaya, meliputi : 1. Penyehatan Air 2. Penyehatan Udara 3. Penyehatan Makanan dan Minuman 4. Pengelolaan Limbah Cair 5. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah 6. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu 2. Sampel
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Metode Praktikum 3.1.1
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diamati dilingkungan industri. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh komponen kesehatan lingkungan yang mencakup 6 komponen di PT. Sansan Saudaratex Jaya, meliputi : 1. Penyehatan Air 2. Penyehatan Udara 3. Penyehatan Makanan dan Minuman 4. Pengelolaan Limbah Cair 5. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah 6. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu 2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diamati atau diperiksa, pada praktik ini penulis yang menentukan besarnya sampel yang akan diambil. Sampel yang diambil yaitu : 1) Penyehatan Air Sebanyak 2 liter air bersih (air keran) untuk pemeriksaan kualitas fisik dan kimia, sedangkan untuk pemeriksaan kualitas mikrobiologi air bersih sebanyak 1 botol kaca (250 ml – 500 ml). 2) Penyehatan Udara Udara ambient di kantor dan ruang produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya untuk pemeriksaan kualitas fisik udara (suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan) 3) Penyehatan Makanan dan Minuman Dua jenis makanan vurnarable untuk pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT) dan sampel usap alat makan. Sampel tersebut diambil di kantin PT. Sansan Saudaratex Jaya.
4) Pengolahan Limbah Cair Limbah Cair Domestik sebanyak 2 liter pada bak tempat mencuci piring di Kantin PT. Sansan Saudaratex Jaya. 5) Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Timbulan sampah di TPS Sampah Produksi dan TPS Sampah Domestik. 6) Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu Pengukuran kepadatan lalat dilakukan disekitar TPS dan dapur. 3.1.2
Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan pada setiap divisi/departemen yang
ertujuan untuk
mendapatkan data tentang keadaan kesehatan lingkungan meliputi kualitas air bersih, kualitas limbah cair, kualitas makanan dan minuman, kualitas uadara, kepadatan vektor dan binatang pengganggu serta timbulan sampah yang ada di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Wawancara ini dilakukan secara terpimpin dimana telah dipersiapkan sebelumnya kuesioner yang mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan berbagai aspek yang ingin diketahui. 2. Observasi Pengamatan langsung pada setiap objek mengenai komponen kesehatan lingkungan meliputi kualitas air bersih, kualitas limbah cair, kualitas makanan dan minuman, kualitas uadara, kepadatan vektor dan binatang pengganggu serta timbulan sampah yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan kesehatan lingkungan yang ada di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 3. Pengukuran Pengukuran dilakukan padas setiap objek yang akan diteliti seperti pengukuran kualitas fisik udara meliputi suhu dan kelembaban, pencahayaan dan kebisingan, kualitas kimia dan bakteriologi air bersih, bakteriologi makanan, total kuman alat makan, BOD, COD, TSS serta minyak dan lemak pada limbah cair domestik, timbulan sampah perhari serta kepadatan lalat yang bertujuan untuk mengetahui keadaan komponen-komponen tersebur, apakah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat.
3.1.3
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini diantaranya yaitu : 1. Lembar observasi untuk mengamati komponen-komponen kesehatan lingkungan yang diamati. 2. Thermohygrometer, alat untuk mengukur suhu dan kelembaban. 3. Luxmeter, alat untuk mengukur pencahayaan. 4. Sound Level Meter (SLM), alat untuk mengukur tingkat kebisingan. 5. Fly grill, alat untuk mengukur kepadatan lalat. 6. Stopwatch, sebagai pengukur waktu saat melakukan pengukuran kepadatan lalat. 7. Dua jerigen plastik 2 liter untuk pemeriksaan Fe, Mn dan Kesadahan pada air bersih (keran) dan pada air minum. 8. Botol sampel kaca coklay untuk pemeriksaan kualitas air bersih dan air minym secara bakteriologis. 9. Kapas swab untuk mengusap alat makan. 10. Cool box untuk menyimpan sampel pemeriksaan bakteriologis. 11. Meteran untuk mendapatkan volume tempat sampah yang akan digunakan untuk menghitung timbulan sampah. 12. Timbangan untuk menimbang timbulan sampah. 3.1.4
Jenis Data
Jenis data dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah : 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran, hasil wawancara dan hasil observasi di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 2. Data sekunder adalah data mengenai gambaran umum PT. Sansan Saudaratex Jaya dan dokumentasi atau laporan perusahaan yang berkaitan dengan komponen kesehatan lingkungan (UKL – UPL) 3.1.5
Lokasi dan Waktu
1. Lokasi Lokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah PT. Sansan Saudaratex Jaya, Jl. Cibaligo No. 33 Desa Cibeureum Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Telp. 6033788 2. Waktu
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) berlangsung selama 42 hari yaitu dari tanggal 13 Maret 2017 – 29 April 2017. 3.1.6
Tenaga Pelaksana
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung yang terdiri dari 2 orang yaitu : 1. Haifannisa Mahran Noviyani
P17333113426
2. Hilyati Fairuza
P17333113416
3.1.7
Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Berikut ini merupakan jadwal kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan No
Tanggal
1
13 – 14 Maret 2017
2
15 Maret – 7 April 2017
3
10 – 11 April 2017
4
12 April 2017
Kegiatan
Identifikasi data sekunder perusahaan dan persiapan (alat, bahan, instrumen) Identifikasi kondisi kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya (kajian kondisi kesehatan lingkungan) : a. Penyehatan air b. Pengendalian vektor dan Binatang Pengganggu c. Penyehatan Udara d. Penyehatan Makanan Minuman e. Penyehatan tanah dan Pengelolaan sampah Padat. f. Pengelolaan Limbah Cair Identifikasi penyebab kondisi Kesehatan Lingkungan melalui pengukuran dan observasi. e. Penyehatan Udara Pengukuran kualitas fisik (suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan) udara indoor f. Kualitas mikrobiologi udara di ruangan kantor. b) Penyehatan Air a) Melakukan sampling air bersih b) Pemeriksaan kualitas kimia air bersih (Fe, kesadahan dan Mn)
5
13 April 2017
6
14 April 2017
7
17 – 18 April 2017
8
19 – 20 April 2017
9
21 – 24 April 2017
10
25 – 29 April 2017
c) Pemeriksaan kualitas bakteriologis air bersih (Total Koliform dan E. coli) d) Pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum (Total Koliform dan E. coli) c) Penyehatan Makanan dan Minuman a) Observasi tentang pengelolaan makanan dan minuman di dapur. b) Melakukan sampling makanan di Kantin c) Pemeriksaan kualitas bakteriologis makanan (Angka Lempeng Total) d) Pemeriksaan kualitas kimia makanan (Formalin) d) Pengelolaan Limbah Cair a) Observasi tentang pengelolaan limbah cair (waste water treatment ) b) Melakukan sampling limbah cair domestik e) Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat a) Observasi tentang pengelolaan sampah di TPS sampah domestik dan TPS Limbah B3 b) Perhitungan timbulan sampah domestik di TPS sampah domestik f) Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu a) Observasi dan pengukuran kepadatan lalat Menganalisis data primer dan sekunder kondisi kesehatan lingkungan Tabulasi dan analisis data hasil pengumpulan data kondisi kesehatan lingkungan Perumusan masalah kesehatan lingkungan. Pembahasan dan penentuan prioritas masalah Mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan lingkungan Alternatif Penyelesaian terhadap masalah dan Penyebab masalah Kesehatan Lingkungan Penyusunan Plan of Action (POA) untuk intervensi kesehatan lingkungan Tahap akhir: Penyusunan laporan PKL
3.1.8
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa meliputi : 1. Identifikasi keadaan kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya, kegiatannya meliputi : a. Observasi lingkungan industri dengan melakukan pengamatan secara fisik terjadap keenam komponen kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air bersih, pengolahan limbah cair, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan udara, pengendalian vektor dan bintanag pengganggu serta pengelolaan sampah. b. Melakukan pengukuran terhadap keenam komponen kesehatan lingkungan untuk mengetahui besaran masalah kesehatan lingkungan : a) Kualitas fisik udara yaitu suhu, kelembaban, pencahyaan dan kebisingan di dalam ruang kerja industri dan ruangan kantor b) Kualitas mikrobiologi udara diruangan kantor. c) Kualitas fisik, kimia (Fe, Mn dan Kesadahan) dan bakteriologis air bersi h. d) Kualitas fisik, kimia (Fe, Mn dan Kesadahan) dan bakteriologis air minum. e) Kualitas bakteriologis makanan (ALT), Kualitas Bakteriologis Makanan (Formalin) dan Total Kuman pada Alat Makan. f) Permeriksaan BOD, COD, TSS serta minyak dan lemak pada limbah cair domestik. g) Mengukur kepadatan lalat. h) Mengukur timbulan sampah domestik per hari. 2. Analisis data kesehatan lingkungan meliputi : a.
Tabulasi dan pengolahan data
b.
Interpretasi data
c.
Perumusan masalah
d.
Penetapan prioritas masalah
e.
Penetapan dan perumusn penyebab masalah
f.
Penetapan tujuan penyelesaian masalah
g.
Penentuan alternatif penyelesaian pemecahan masalah
h.
Penetapan prioritas penyelesaian masalah
3. Penyusunan rencana intervensi Penyusunan rencana intervensi terhadap masalah atau penyebab masalah kesehatan lingkungan yang ada di PT. Sansan Saudaratex Jaya dilakukan bersama-sama
dengan pihak industri dengan cara berdiskusi dengan divisi terkair dan melakukan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi. 3.1.9
Langkah Kerja Praktik
1. Prosedur Pengukuran Kualitas Fisik Udara (Ruang Kerja) Pengukuran kualitas fisik udara terdiri dari pengukuran suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan didalam ruang kerja (produks dan office). Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut : 1) a.
Pengukuran suhu dan kelembaban Lokasi pengukuran Pengukuran dilakukan di ruang kerja (Kantor) di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
b.
Titik Pengukuran Satu ruangan/ lokasi dilakukan pengukuran pada 3 titik yaitu ditengan ruangan atau di titik yang sering terdapat aktivitas kerja (meja kerja)
c.
Waktu Pengukuran Pengukuran dilakukan pada satu waktu.
d.
Cara Pengukuran a) Nama alat : Thermohygrometer b) Persiapan Alat : Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan. c) Cara kerja : i.
Tentukan titik tengah dari ruangan
ii.
Letakkan alat setinggi bahu atau 1.5 metter dari la ntai.
iii.
Perhatikan angka digital pada display.
iv.
Tunggu hingga angka di display konstan.
v.
Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran.
d) Lama Pengukuran Pengukuran dilakukan sampai angka pada display stabil. e.
Cara Pembacaan Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung. Masing-masing titik pengukuran diambil 3 data suhu dan 3 data kelembaban.
2)
Pengukuran Intensitas Pencahayaan
a.
Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan di area produksi (Cutting, Sewing, Embroidery, Finishing dan Washing) di PT. Sansan Saudaratex Jaya b.
Titik Pengukuran Tabel 3.2 Titik Pengukuran Intensitas Pencahayaan
Jenis Pencahayaan Umum
No.
1.
2. Setempat Sumber : SNI 16-7062-2004 c.
Luas Ruangan
Titik Pengukuran
<10 m2
Setiap jarak 1 meter
10 m2 – 100 m 2 >100 m2 -
Setiap jarak 3 meter Setiap jarak 6 meter Meja Kerja
Waktu Pengukuran Pengukuran dilakukan pada satu waktu.
d.
Cara Pengukuran i.
Nama alat : Luxmeter
ii.
Persiapan Alat Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat diopersikan.
iii.
Cara Kerja a) Tentukan titik pengukuran b) Perhatikan angka digital pada display c) Tunggu hingga angka di display d) Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran
iv.
Lama Pengukuran Pengukuran dilakukan sampai angka pada display stabil.
e.
Cara Pembacaan Pembacaan hasil pengulangan dlakukan secara langsung. Masing-masing titik pengukuran diambil 3 data.
3) Pengukuran Tingkat Kebisingan a. Lokasi Pengukuran Pengukuran dilakukan di area produksi (Cutting, Sewing, Embroidery, Finishing, Washing) b. Titik Pengukuran Pengukuran dilakukan dititik yang sering terdapat pekerja melakukan aktivitas kerja.
c. Waktu Pengukuran Pengukuran dilakukan pada satu waktu. d. Cara Pengukuran i.
Nama alat adalah Sound Level Meter
ii.
Persiapan alat Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan.
iii.
Cara kerja : a)
Tentukan titik pengukuran
b)
Perhatikan angka digital pada display
c)
Tunggu hingga angka di display konstan
d)
Catat hasil pengukuran pada lembar pengukuran setiap 5 detik selama 10 menit.
iv.
Lama Pengukuran Pengukuran dilakukan selama 10 menit dan sampai angka pada display terlihat stabil.
v.
Cara Pembacaan Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung. Satu titik diambil sebanyak 120 data.
2.
Prosedur Pengambilan Sampel Air Bersih untuk Pemeriksaan Kualitas Fisik, Kimia dan Bakteriologis 1.
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan Kualitas Fisik dan Kimia (Fe, Mn dan Kesadahan) Air Minum dan Ar Bersin a) Siapkan tissue dan jerigen b) Bersihkan mulut kran dengan tissue c) Alirkan air keran dengan kecepatan aliran penuh kurang lebih 2-3 menit. d) Sambil menunggu aliran keran, bersihkan permukaan dan mulut jerigen. e) Setelah kurang lebih 2-3 menit masukan keran kedalam jerigen dengan cara : a. Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk menghomogenkan yaitu membersihkan botol sampel untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali. Isi dengan air setengah jerigen untuk membilas. b. Pengambilan selanjutnya merupakan sampel air yang akan diperiksa kedalam botol sampel atau jerigen untuk kemudian ditutup.
c. Pengambilan sampel harus dilakukan hati-hati jangan sampai terjadi aerasi. d. Jika menggunakan selang, maka selang harus dalam keadaan bersih dan ujung harus sampai kedasar dalam jerigen dengan debit ait kran yang tidak terlalu besar, untuk menengah adanya gelombung udara. Tunggu jerigen terisi penuh. e. Jika tidak menggunaka selang, maka keran hendaknya menyentuh bagian mulut/bibir jerigen dengan posisi sedikit dimiringkan dan debit yang disesuaikan (sebaiknya tidak terlalu kuat) untuk mencegah adanya aerasi. Tunggu sampai jerigen terisi penuh. f) Tutup jerigen dengan rapat g) Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda tangan) h) Bawa sampel air kran ke laboratorium untuk diperiksa. 2. Pengambilan sampel untuk Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air Bersih dan Air Minum a) Sebelum pengambilan sampel, tangan diaseptik terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70%, hal ini mencegah pengambilan sampel air dari tangan yang terkontaminasi. b) Kran dibuka penuh dan dibiarkan mengalir selama 2-3 menit atau dianggap cukup untuk membersihkan mulut kran, kemudian tutup kembali. c) Nyalakan bunsen dengan korek korek api. d) Mulut kran dipanaskan/disterilkan sampai timbul uap air keluar. e) Buka kertas pelindung pada tutup botol sampel (dibuka sampai setengah saja untuk menghindari kontaminasi). Pengambilan dilakukan secara aseptis. f) Panaskan/sterilkan bibir botol sampel hingga cukup panas. g) Isi botol sampai ±2/3 botol bagian dari volume botol, agar sisa ruangan botol masih ada udara untuk mikroorganisme (untuk pemeriksaan mikrobiologi). h) Bibir botol dipanaskan kembali hingga cukup panas lalu secepatnya ditutup kembali. i) j)
Masukkan sampel kedalam cool box suhu box suhu 0 0C – 4 40C. Matikan api bunsen.
k) Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda tangan). 3.
Prosedur Pengambil Sampel Makanan dan Usap Alat Makan 1. Prosedur Pengambilan Sampel Makanan a) Makanan yang dipilih untuk sampel merupakan makanan yang berpotensi tinggi dan mengandung air (vurnarable ( vurnarable)) b) Alat yang digunakan untuk mengambil sampel makanan, seperti plastik atau botol gelas harus dalam kondisi steril. c) Sebelum pengambilan sampel, tangan diaseptik terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70% dan menggunakan masker hal ini mencegah sampel terkontaminasi oleh petugas sampling. d) Nyalakan bunsen dengan korek korek api. e) Apabila sampel makanan berbentuk cair, maka diambil sampel sebanyak 100-200 ml. Apabila makanan berbentuk padat maka diambil sampel sebanyak 100 gr atau 200 gr. f) Masukkan sampel makanan dengan menggunakan alat sampling yang sudah disterilkan. Ikat atau tutup rapat wadah sampel. g) Masukkan sampel kedalam cool box suhu box suhu 0 0C – 4 40C. h) Matikan api bunsen. i) Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda tangan). 2. Prosedur Pengambilan Sampel Usap Alat Makan a) Membersihkan tangan dan meja kerja seluas 1m2 dengan kapas yang sudah diberi alkohol 70%. b) Nyalakan api bunsen c) Ambil lidi kapas yang sudah steril, buka penutup tabung reaksi dan lidah apikan. d) Masukkan lidi kapas kedalam tabung yang bersisi larutan NaCl 0.85% sebanyak 10ml. e) Peras pada dinding tabung reaksi agar larutan tidak berceceran. Lidah apikan kembali bibir tabung reaksi dan tutup. f) Usapkan lidi kapas pada alat makan dan minum yang biasa digunakan oleh karyawan PT. Nisshinbo Indonesia.
g) Lidi kapas yang sudah diusapkan ke alat makan, dimasukkan kembali ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl 0,85%, homogenkan dan peras kembali di dinding tabung reaksi. h) Persyaratan pengambilan sampel alat makan seperti berikut: Usapkan lidi kapas pada posisi menyilang dan pada 1 posisi lakukan 3 kali pengusapan dengan searah. i)
Tabung reaksi yang telah berisi sampel diberi label dengan format : Jenis pemeriksaan,
lokasi
pengambilan,
tanggal
pengambilan,
waktu
pengambilan,tujuan pengambilan, nama petugas dan tanda tangan petugas. j)
Masukkan tabung reaksi kedalam coolbox yang sudah diberi es batu supaya bersuhu 0- 4˚C. Lalu bawa sampel ke laboratorium untuk diperiksa.
4.
Prosedur Pengambilan Sampel Limbah Cair a) Tentukan lokasi dan titik yang akan dilakukan sampling limbah cair b) Siapkan gayung, timba dan jerigen untuk mengambil s ampel c) Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk menghomogenkan yaitu membersihkan jerigen untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali. Isi dengan limbah cair setengah jerigen untuk membilas. d) Pengambilan selanjutnya merupakan sampel limbah cair yang akan diperiksa ke dalam jerigen untuk kemudian ditutup. e) Pengambilan sampel harus dilakukan hati-hati jangan sampai terjadi aerasi. f) Tutup jerigen dengan rapat. Beri label (lokasi, waktu, pemilik sarana, pengambil sampel dan tanda tangan). g) Bawa sampel air kran ke laboratorium untuk diperiksa.
5. Prosedur Pengukuran Vektor Pada pengukuran vektor akan dilakuakan adalah perhitungan kepadatan lalat. Prosedurnya adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan Kepadatan Lalat a. Nama : Fly grill b. Titk sampel : 0,. 10m, 20m dan 30m. c. Cara pengukuran : a) Letakkan Fly Grill di tempat datar dengan jarak titik pengukuran yang telah ditentukan 0 m, 10 m, 20 m dan 30 m b) Siapkan alat tulis dan alat hitung (counter ) serta stopwatch c) Amati lalat yang hinggap di fly grill selama 30 detik
d) Ulangi hingga 10 kali pengamatan di satu titik pengukuran e) Beri tanda pada 5 angka terbesar pada masing-masing pengamatan f) Rata-ratakan 5 angka terbesar dari setiap pengamatan. Jumlahkan nilai rata-rata dari setiap titik pengamatan. Rata-ratakan kembali. 6.
Prosedur Pengukuran Timbulan Sampah Pengukuran timbulan sampah dilakukan selama satu minggu. Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut : 1. Mengobservasi TPS domestik (rumah tangga) dan tempat sampah yang digunakan di PT. Sansan Saudaratex Jaya. 2. Menyortir sampah domestik yang telah terkumpul di TPS. Memisahkan anatara sampah domestik dan sampah produksi. 3. Menimbang sampah organik, anoganik dan sampah produksi secara terpisah di TPS PT. Sansan Saudaratex Jaya yang dikumpulkan setiap harinya selama satu minggu. 4. Mengukur volume mobil truk pengangkut sampah yang digunakan untuk mengangkut sampah di PT. Sansan Saudaratex J aya.
3.1.10
Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dibagi dalam beberapa tahapan, sebagai berikut: 1.
Editing , yaitu melakukan pengecekan data.
2.
Coding , melakukan pemberiaan kode agar mudah untuk menganalisis data.
3.
Entry, yaitu memasukkan data dalam suatu tabel yang berisi aspek – aspek yang diamati.
4.
Cleaning , yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang sudah di entry, sehingga tidak terjadi salah memasukan data
3.2 Penyehatan Air Air yang berasal dari sumur-sumur diatas digunakan untuk 2 kegiatan, yaitu kegiatan
produksi dan kegiatan domestik. Sebelum digunakan sesuai dengan kegiatannya, ai r yang berasal dari sumur akan di tampung kedalam bak sentral. Bak sentral disini memiliki volume 9000m 3. Setelah ditampung di dalam bak sentral, air untuk kegiatan produksi akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang selanjutnya air tersebut disebut dengan Softwater, dimana softwater ini adalah air yang memiliki kandungan mineral yang rendah. Sementara air untuk kegiatan domestik tidak dilakukan pengolahan, air langsung didistribusikan ke tempat-tempat sesuai dengan kebutuhannya seperti dapur, toilet dsb. Tabel 3.3 Sumber Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya Jenis Sumber Air Sumur I Sumur II Sumur III Sumur IV
Kapasitas (m3/hari)
Diolah/Tidak
Keterangan
107.9 98 135 135
Diolah Diolah Diolah Diolah
Menggunakan air sumur dalam
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
3.2.1
Identifikasi Kondisi Penyehatan Air
.Dibawah ini merupakan kualitas air bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya :
No.
1 2
Tabel 3.4 Kualitas Fisik Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017 Keran Parameter Keran Terdekat Baku Mutu Keterangan Terjauh Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau MS Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa MS Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas fisik air bersih di beberapa
titik, yaitu di titik keran terdekat dan keran terjauh (dari bak sentral). Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa dari 2 sampel yang diperiksa 100% kualitas fisik air bersih untuk parameter bau dan rasa masih memenuhi syarat Tabel 3.5 Kualitas Kimia Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017 No. 1 2 3
Parameter Titik Terdekat Titik Terjauh Baku Mutu Keterangan Fe 0.091 mg/L 0.121 mg/L 1 mg/L MS Mn 0.04 mg/L 0.003 mg/L 0.5 mg/L MS Kesadahan 50 mg/L 30 mg/L 500/L MS Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksan kualitas kimia air bersih di beberapa
titik yaitu di titik keran terdekat dan keran terjauh (dari bak sentral). Dari hasil pemeriksaan
didapatkan bahwa dari 2 sampel yang diperiksa kualitas kimia air bersih untuk parameter Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kesadahan 100% masih memenuhi syarat. Tabel 3.6 Kualitas Bakteriologi Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya| Maret 2017 No.
1 2
Parameter
Terdekat Terjauh Kantin Baku Mutu Keterangan 4/100 ml 7/100 ml 29/100 ml 0/100ml Koli Tinja TMS sampel sampel sampel sampel Total 4/100 ml 7/100 ml 29/100 ml 50/100 ml MS Koliform sampel sampel sampel sampel Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan air bersih secara bakteriologis. Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dari 3 sampel yang diperiksa 100% tidak memenuhi syarat untuk parameter Koli Tinja, sementara untuk parameter Total Koliform dari 3 sampel yang diperiksa, hasilnya 100% masih memenuhi syarat. Kaitannya dalam pemantauan kualitas air, tidak hanya air bersih yang dilakukan pemantauan terhadap kualitas airnya namun air minum pun perlu dilakukan pemantauan terhadap kualitasnya, baik itu secara fisik, kimia dan bakteriologis. Berikut merupakan hasil pemeriksaan kualitas air minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Tabel 3.7 Kualitas Fisik Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017 No. Parameter Sampel I Baku Mutu Keterangan 1 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau MS 2 Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa MS Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas fisik air minum di PT. Sansan
Saudaratex Jaya. Dari hasil pemeriksaan yang telah diakukan didapatkan hasil bahwa air minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya 100% masih memenuhi syarat secara fisik untuk parameter bau dan rasa. Tabel 3.8 Kualitas Kimia Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017 No. Parameter Sampel 1 Baku Mutu Keterangan 1 Fe 0.138 mg/L 0.3 mg/L MS 2 Mn 0.005 mg/L 0.1 mg/L MS 3 Kesadahan 40 mg/L 500/L MS Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas kimia pada air minum. Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kualitas air minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya untuk 100% memenuhi syarat untuk parameter Fe, Mn dan Kesadahan.
Tabel 3.9 Kualitas Bakteriologi Air Bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya Maret 2017 No.
Parameter
Sampel 1 Baku Mutu Keterangan 0/100 ml 0/100 ml 1 Koli Tinja MS sampel sampel Total 0/100 ml 0/100 ml 2 MS Koliform sampel sampel Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum. Dari
pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kualitas air minum utnuk parameter Koli Tinja dan Total Koliform 100% masih memenuhi syarat. PT. Sansan Saudaratex Jaya sendiri untuk pemantauan kualitas air bersih kerap dilakukan. Pemeriksaan air bersih dilakukan pada sumur-sumur yang berada di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Berikut merupakan data hasil pemeriksaan kualitas air sumur di PT. Sansan Saudaratex Jaya :
Tabel 3.10 Kualias Air Sumur di PT. Sansan Saudaratex Jaya No.
Parameter
1
Fisika
1.1
Temperatur (Lab)
1.2 1.3 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 3 4
Residu Tersuspensi (TSS) Residu Terlarut (TDS) Kimia (Kimia Anorganik) p H (Lab) COD NO2 NO3 Besi Mangan Fosfat Total sebagai P Klorida Krom (VI) Fluorida Sulfat Daya Hantar Listrik Salinitas
Satuan
Baku Mutu
⁰C
Temperatur Lingkungan 50 1000
mg/L mg/L
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L uS/cm
‰
6.0 - 9.0 10 0.06 10 0.3 0.1 0.2 600 0.05 0.5 400 <1000 <1000
Keterangan
Hasil Uji
Sumur I
Sumur II
Sumur III
Sumur IV
24.9
24.9
24.9
25
0 197
2 197
0 186
2 203
MS MS
8 8.91 <0.005 <0.203 <0.18 <0.09 0.074 <4.01 <0.004 <0.27 <2.20 340 <1000
7.2 <2.56 <0.005 <0.203 <0.18 0.58 <0.014 <4.61 <0.004 <0.27 3.19 340 <1000
7.2 <2.56 <0.005 <0.203 <0.18 0.44 0.094 <4.61 <0.004 <0.27 <2.20 320 <1000
7.7 9.59 <0.005 <0.203 <0.18 <0.09 0.046 <4.01 <0.004 <0.27 <2.20 350 <1000
MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS
Sumber : Data Sekunder PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2015
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas air sumur di PT. Sansan Saudaratex Jaya/ dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa dari 4 sumur yang dilakukan pemeriksaan, hasilnya 100% memenuhi syarat untuk semua parameter. Agar kebutuhan air terpenuhi maka kebutuhan air harus diperhitungkan sesuai dengan standar minimum kebutuhan air yang dikalikan dengan seluruh jumlah karyawan. Tabel 3.11 Kebutuhan Air untuk Higiene dan Sanitasi di PT. Sansan Saudaratex Jaya Volume Keterangan Standar Jumlah No. Total Bak Minimum Karyawan Sentral 20 2702 54.040 9000000 1 Terpenuhi Liter/Orang/Hari Orang Liter/Hari liter Tabel diatas merupakan perhitungan untuk kebutuhan air bersih di PT. Sansan
Saudaratex Jaya untuk keperluan Higiene dan Sanitasi. Standar minimum kebutuhan air bersih untuk kegiatan Higiene dan Sanitasi adalah 20Liter/orang/hari. Setelah dilakukan perhitungan dengan jumlah karyawan 2702 orang maka total kebutuhan per harinya adalah 54.040 Liter. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000000 liter, maka kebutuhan air untuk kebutuhan Higiene dan Sanitasi ini terpenuhi.
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas air sumur di PT. Sansan Saudaratex Jaya/ dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa dari 4 sumur yang dilakukan pemeriksaan, hasilnya 100% memenuhi syarat untuk semua parameter. Agar kebutuhan air terpenuhi maka kebutuhan air harus diperhitungkan sesuai dengan standar minimum kebutuhan air yang dikalikan dengan seluruh jumlah karyawan. Tabel 3.11 Kebutuhan Air untuk Higiene dan Sanitasi di PT. Sansan Saudaratex Jaya Volume Keterangan Standar Jumlah No. Total Bak Minimum Karyawan Sentral 20 2702 54.040 9000000 1 Terpenuhi Liter/Orang/Hari Orang Liter/Hari liter Tabel diatas merupakan perhitungan untuk kebutuhan air bersih di PT. Sansan
Saudaratex Jaya untuk keperluan Higiene dan Sanitasi. Standar minimum kebutuhan air bersih untuk kegiatan Higiene dan Sanitasi adalah 20Liter/orang/hari. Setelah dilakukan perhitungan dengan jumlah karyawan 2702 orang maka total kebutuhan per harinya adalah 54.040 Liter. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000000 liter, maka kebutuhan air untuk kebutuhan Higiene dan Sanitasi ini terpenuhi. Tabel 3.12 Kebutuhan Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya Standar Jumlah Volume Bak Keterangan Total Minimum Karyawan Sentral 5 2702 13.510 9000000 1 Terpenuhi liter/orang/hari Orang Liter/Hari liter Tabel diatas merupakan hasil perhitungan untuk kebutuhan air minum di PT. Sansan
No
Saudaratex Jaya. Standar minimum kebutuhan air minum adalah 5Liter/orang/hari. Setelah dilakukan perhitungan dengan jumlah karyawan 2702 orang maka total kebutuhan per harinya adalah 13.510 Liter. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000000 liter, maka kebutuhan air minumi ini terpenuhi.
Bagan 3.1 Kebutuhan air untuk Kegiatan Produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya Scour. Bleach Q = 242 m3/hari
Mercerizing Q = 123 m3/hari Soft Water
Raw Water
Bak Sentral Kapasitas = 9000 m3
Washing Q = 446 m3/hari
Dyieng Q = 189 m3/hari
Laundry Q = 300 m3/hari Air Sumur Dalam Q = 475.90 m3/hari Boiler Q = 250 m3/hari
Utility dan Penyiraman = 12 m3/hari
MCK Q = 150 m3/hari
Penduduk Q = 450 m3/hari
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Bagan diatas menunjukkan kebutuhannair untuk kegiatan produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Jika dijumlahkan maka kebutuhan air untuk kegiatan produksi adalah 2.162 m3/hari. Jika dibandingkan dengan volume bak sentral yaitu 9000 m 3 maka kebutuhan air untuk kegiatan produksi sudah terpenuhi.
3.2.2
Penyebab Kondisi Penyehatan Air
1. Sumber air yang digunakan di PT. Sansan Saudaratex Jaya, baik untuk kebutuhan kegiatan produksi maupun untuk kegiatan domestik berasal dari sumur artesis. 2. Jumlah sumur artesis di PT. Sansan Saudaratex Jaya yaitu sebanyak 4 sumur. 3. Sebelum didistribusikan ke masing-masing kegiatan, air akan ditampung terlebih dahulu kedalam bak sentral, dimana bak sentral ini memiliki volume 9000m 3. 4. Untuk kegiatan produksi, air akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar kandungan mineralnya menjadi rendah, yang selanjutnya disebut dengan softwater. 5. Untuk kegiatan domestik, air yang telah ditampung kedalam bak sentral akandidistribusikan langsung melalui pipa-pipa tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu (sedimentasi, koagulasi, maupun desinfeksi), yang selanjutnya disebut dengan Rawwater. 6. Untuk air minum, pihak PT. Sansan Saudaraex Jaya melakukan pengolahan air minum sendiri dengan menggunakan metode Reverse Osmosis (RO). Gambar 3.1 Rangkaian Pengolahan Air Minum di PT. Sansan Saudaratex Jaya
7. Pemantauan kualitas air bersih dilakukan setiap satu tahun sekali. 8. Pemantauan kualitas air minum dilakukan setiap satu bulan sekali. 9. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan produksi adalah 2162 m 3/ hari. Jika dibandingkan dengan volume bak penampungan sementara yaitu 9000 m 3maka kebutuhan air untuk kegiatan produksi masih terpenuhi. 10. Kebutuhan air bersih untuk higiene dan sanitasi, setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan standar minimum yaitu 20liter/orang/hari didapatkan hasil 54.040 liter/hari. Hal ini juga masih bisa terpenuhi. 11. Pengetahuan Petugas mengawasi kualitas air termasuk kategori baik.
12. Belum pernah dilakukan pemeriksaan parameter bakteriologi untuk air bersih. 13. Kebutuhan air minum juga setelah dilakukan perhitungan menggunakan standar minimum air minum yaitu 5liter/orang/hari, didapatkan hasil 13.510 liter/hari. Hal ini juga masih bisa terpenuhi. 14. Terjadi kebocoran pada pipa pada saat pendistribusian. 3.2.3
Pembahasan
Kondisi penyehatan air di PT. Sansan Saudaratex Jaya setelah dilakukan pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan bakteriologis, didapatkan hasil bahwa terdapat hasil yang tidak memenuhi syarat, yaitu untuk kualitas bakteriologi air bersih khususnya parameter koli tinja ( Escherichia coli). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 tahun 2016
tentang
tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, bahwa air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tabel 3.13 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih No.
Parameter Wajib
Unit
Kadar maksimum yang diperbolehkan
PMK 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum WHO
Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bau Rasa Suhu Warna Total zat padat terlarut (total dissolved solid) Kekeruhan
Keterangan
C TCU
Tidak Berbau Tidak Berasa Suhu udara ± 3 15
Mg/L
500
NTU
5
0
True Color Unit
Nephelometric Turbidity Unit
Tabel 3.14 Persyatan Kualitas Bakteriologi Air Bersih Kadar maksimu Parameter No. Unit m yang Keterangan Wajib diperbole hkan 0 setara dengan <1 CFU/100 pada MPN ( Most 1. E.coli ml sampel 0 Probable Number ) index
2.
Total bakteri Koliform
CFU/100 ml sampel
0
0 setara dengan <1 pada MPN ( Most Probable Number ) index
Tabel 3.15 Persyatan Kualitas Kimia Air Bersih Kadar Parameter maksimum No. Unit Keterangan Wajib yang diperbolehkan Wajib pH 6.5 – 8.5 Kimia an-organik (yang berhubungan langsung dengan kesehatan 1. Arsen mg/l 0.01 2. Fluorida mg/l 1.5 3. Total Kromium mg/l 0.05 4. kadmium mg/l 0.003 5. Nitrit mg/l 3 6. nitrat mg/l 50 7. sianida mg/l 0.07 8. Selenium mg/l 0.01 Kimia an-organik (yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan) 1. Alumunium mg/l 0.2 2. Besi mg/l 0.3 3. Kesadahan mg/l 500 4. Khlorida mg/l 250 5. Mangan mg/l 0.4 6. Seng mg/l 3 7. Sulfat mg/l 250 8. Tembaga mg/l 2 9. Amonia mg/l 1.5
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kandungan bakteri koli tinja pada air bersih adalah 0/100 ml. Sementara setelah dilakukan pemeriksaan air bersih didapatkan hasil bahwa untuk sampel keran terdekat didapatkan hasil 4/100 ml, keran terjauh didapatkan hasil 7/100 ml dan untuk dikantin didapatkan hasil 29/100 ml. Kondisi tidak memenuhi syarat tersebut diatas bisa dikarenakan karena beberapa faktor, menurut Said (1999) penyebab dari kondisi tersebut diatas adalah sebagai berikut : 1. Kontaminasi Air Baku Air tanah adalah merupakan sumber air bersih yang paling banyak digunakan di Indonesia, karena murah dan kualitasnya relatif baik. Akan tetapi dengan semakin sempitnya lahan khusunya di daerah perkotaan, dan di lain pihak masyarakat umumnya membuang limbah tinja dengan sistem tradisional dengan menggunakan tangki septik sistem resapan tanah, maka telah menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah khususnya dilingkungan yang padat penduduk. Hal ini disebabkan karena sistem pembuangan tinja dengan sistem resapan tidak mampu lagi mengatasi beban polusi yang ada. Selain itu, di daerah disekitar lokasi pembuangan limbah baik limbah cair maupun padat dengan rancangan yang kurang sesuai sering terjadi pencemaran air tanah yang serius oleh adanya perpindahan senyawa kimia, dan yang sering kali terjadi yakni pencemaran air tanah oleh senyawa pelarut organik terkhlorinasi (chlorinated
solvent)
misalnya
trikhlorethylene,
tetrakhloroethylene,
1,1,1-
trikhloroethane, atau karbontetrakhlorida dan juga bahan produk minyak misalnya benzene dan hidrokarbon aliphatic. Kontaminan anorganik yang bersifat racun dengan konsentrasi yang sangat kecil (trace toxic substances), misalnya senyawa logam berat merkuri, timbal, kadmium dan lainnya juga sering ada di dalam air permukaan akibat limbah industri. Senyawa nitrat adalah polutan yang anorganik yang sering dijumpai di daerah pertanian akibat penggunaan pupuk anorganik. Pencemaran oleh senyawa anorganik juga dapat terjadi secara alami misalnya pencemaran air permukaan atau air tanah di daerah yang banyak mengandung deposit arsen dan selenium, serta radionukilda radium. Dari uraian tersebut diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa pencemaran sumber air dapat terjadi akibat aktifitas kegiatan manusia maupun terjadi secara alami.
2. Kontaminasi Selama Proses Pengolahan Teknologi dan prosedur operasi dapat digunakan untuk mencegah masuknya senyawa polutan kedalam air minum. Akan tetapi dengan semakin buruknya kualitas air bakunya, maka biaya produksinya menjadi semakin besar pula. Untuk menghilangkan kotoran dalam air baku misalnya zat organik, padatan tersuspensi, bau dan juga bakteri patogen, banyak menggunakan bahan koagulan misalnya alum, garam besi atau koagulan dari bahan polimer, zat alkali dan juga senyawa untuk membunuh bakteri patogen misalnya gas khlorine atau kaporit atau zat oksidant lainya, dan semuanya itu meninggalkan zat sisa (residu) atau produk hasil samping di dalam air olahannya (finished water). Gas khlorine sering mengandung khloroform, karbon tetra khlorida, atau residu lainnya, dan juga dapat bereaksi dengan senyawa organik yang ada dalam air baku dengan menghasilkan senyawa-senyawa misalnya trihalomethane, khloramine, haloacetonitril, asam halo acetat (haloacetic acid), halophenol dan zat produk hasil reaksi samping lainnya. Senyawa hasil samping (by product) tersebut diatas, ternyata dapat
membahayakan
kesehatan
manusia.
Trihalomethane
misalnya,
telah
diidentifikasikan dengan jelas yakni dapat merangsang timbulnya penyakit kanker. 3. Kontaminasi Pada Sistem Distribusi Pencemaran air juga dapat terjadi setelah proses pengolahan, yakni selama mengalir dari tempat pengolahan ke konsumen di dalam sistem perpipan distribusi. Pipa yang digunakan pada distribusi air minum umumnya dari bahan besi galvanis, tembaga, semen asbestos, atau dari bahan polimer misalnya PVC dan lainnya. Semua bahan-bahan tersebut dapat memberikan kontribusi di dalam pencemaran air air minum terutama apabila pH air agak rendah dan bersifat korosif. Logam timbal (Pb), tembaga (Cu), kadmium (Cd) dan hidrokarbon poli aromatis adalah senyawa polutan yang umum yang terjadi selama air mengalir pada pipa distribusi. Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air tanah kedalam sistem distribusi terutama apabila tekanan airnya rendah dan lebih kecil dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi akan
menyebabkan
pencemaran
baik
secara
kimiawi
maupun
pencemaran
bakteriologis. Menurut Kodoatie dan Sjarief, pengolahan (treatment) untuk memenuhi suatu kualitas air tertentu dan atau dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari air, maka air dari sumber pada umunya harus melalui proses lanjutan berupa :
a. Penjernihan air dari partikel lain ( sedimentation, flocculation, filtration, dll ) b. Pengontrolan bakteria air (disinfection, ultra violet ray, ozone treatment, dll) c. Komposisi kimia air (aeration, iron dan manganese removal, carbon activated, dll) 3.2.4
Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, didapatkan hasil untuk masalah air yaitu :
“100% dari 3 titik sampel air bersih yang dilakukan pem eriksaan hasilnya tidak memenuhi syarat untuk Kualitas Bakteriologi khususnya parameter Escherichia coli” Tujuan Penyelesaian Masalah Kesehatan Lingkungan : K=
− +
Keterangan:
K = Koefisien Confidence Level = 95% (Tabel: 1,96) P1 = Besar masalah kesehatan lingkungan Q1 = 100% - P1 = 100% - 100% = 0% P2 = Besarnya target yang ingin dicapai Q2 = 100% - P2 N1 = Jumlah populasi sebelum dilaksanakan program = 24 sampel N2 = Jumlah populasi sebelum dilaksanakan program = 24 sampel
Ditanyakan:
P2 = Besarnya target yang ingin dicapai
Perhitungan:
K =
− +
− + () − + () − 3,8416 (0 + ) =(1002) +, − , 10.000 – 200 2 2) 384,16 23,84162 = 24 ( 10.000 – 200 2 2) 384,16 23,84162 = (240.000 – 4800 2 24 2)
1.96 =
1.962 =
= (
-240.000 + 5184,16 P2 – 27,8416 P22 = 0 240.000 – 5184,16 P2 – 27,8416 P22 = 0
− √ − ± P2 = −(7,)(.) ( −(−5, ) ± −5, ) P2 = (7,) 5, ± (.75.5,95)−(.77.9) P2 = 55, 5, ± √ 7.57,95 P2 = 55, 5..± , P2 = 55, . = 86,20% = 13,80%. P2 (-) = 55,
3.2.5
Alternatif Penyelesaian Masalah
Berikut ini merupakan beberapa alternatif pemecahan masalah dan penyebab masalah kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan Ozon. 2. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan metode Khlorinasi. 3. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan Sinar UV.
No
1.
2.
3.
Alternatif cara penyelesaian masalah Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan Ozon.
Melakukan proses pengolahan air bersih dengan metode Khlorinasi. Melakukan proses pengolahan air bersih dengan metode menggunakan Sinar UV.
Tabel 3.16 Alternatif Penyelesaian Masalah Nilai Kreteria Efektivitas
M I (magnitude) (importensi)
Total Nilai
V (vurnerability)
C (Cost)
MxI xV C
3
4
3
2
18
3
3
3
5
5.4
3
3
3
4
6.75
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif penyelesaian masalah yang paling efisien adalah Melakukan proses pengolahan air bersih dengan menggunakan Ozon. Alternatif ini ditinjau dari tingkat kemampuan penyelesaian masalah, tingkat
kepentingan, tingkat sensitivitas serta biaya yang dibutuhkan dan diperoleh nilai tertinggu sebesar 18. 3.2.6
Penyusunan Plan of Action (POA) Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan
di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Plan Of Action Masalah Air 1) Judul Rencana Kerja
“ Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Air Bersih Menggunakan Ozon.” 2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
“100% dari 3 titik sampel air bersih yang dilakukan pemeriksaan hasilnya tidak memenuhi syarat untuk Kualitas Bakteriologi khususnya parameter Escherichia coli” 3) Rumusan Tujuan Penyelesaian Masalah Kesehatan Lingkungan
“Menurunnya masalah kualitas bakteriologi air bersih di PT. Sansan Saudaratex Jaya yang mengandung bakteri Escherichia coli dari 100% menjadi 86.20%. ” 4) Kegiatan Penyelesaian Masalah Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.17 Plan Of Action (POA) Masalah Media Lingkungan Air
1
1.
2.
Kegitan
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan karyawan tentang penyehatan Penyuluhan air bersih, tentang dimulai dari penyehatan air pengertian air bersih bersih sampai ke cara-cara pengolahan air bersih yang baik dan benar. Proses Untuk pembuatan mengolah air sarana bersih dan pengolahan air menurunkan bersih dengan jumlah bakteri menggunakan Escherichia Ozon coli pada air bersih.
3.2.7
Sasaran
Target
Biaya
Karyawan bagian dapur di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
Meningkatnya pengetahuan karyawan tentang penyehatan air bersih.
Rp. 10.000
Waktu Pelaksanaan 17 Mei 2017
Karyawan Meningkatkan bagian kualitas air dapur di PT. bersih Sansan khususnya Saudaratex untuk Jaya. parameter bakteriologi.
Rp. 475.000
24 Mei 2017
Pelaksana
Tempat
Haifannisa Ruang Mahran Rapat Noviyani dan Hilyati Fairuza
Karyawan bagian dapur di PT. Sansan Sadaratex Jaya.
Dapur
Metod e Diskusi
Evaluasi
Praktik
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Sumber air bersih yang digunkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sumur artesis. Jumlah sumur artesis yang dimiliki adalah 4. 2) Air bersih digunakan untuk 2 kegiatan yaitu kegiatan produksi dan kegiatan non produksi (domestik) 3) Air yang akan digunakan untuk kegiatan produksi akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang selanjutnya akan disebut Softwater. 4) Air yang digunkan untuk kegiatan non-produksi (domestik) belum dilakukan pengolahan. 5) Air yang digunakan untuk minum dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan menggunakan metode Reserve Osmosis (RO). 6) Pemantauan air bersih dilakukan terakhir kali pada tahun 2015, sementara untuk kualitas air bersih secara bakteriologi belum dilakukan pemantauan. 7) Setelah dilakukan pemeriksaan terjadap kualitas air bersih, didapatkan hasil bahwa kualitas air bersih tidak memenuhi syarat secara bakteriologi, terutama untuk parameter koli tinja ( Escherichia coli).
PJ
3.2.7
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Sumber air bersih yang digunkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya adalah sumur artesis. Jumlah sumur artesis yang dimiliki adalah 4. 2) Air bersih digunakan untuk 2 kegiatan yaitu kegiatan produksi dan kegiatan non produksi (domestik) 3) Air yang akan digunakan untuk kegiatan produksi akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang selanjutnya akan disebut Softwater. 4) Air yang digunkan untuk kegiatan non-produksi (domestik) belum dilakukan pengolahan. 5) Air yang digunakan untuk minum dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan menggunakan metode Reserve Osmosis (RO). 6) Pemantauan air bersih dilakukan terakhir kali pada tahun 2015, sementara untuk kualitas air bersih secara bakteriologi belum dilakukan pemantauan. 7) Setelah dilakukan pemeriksaan terjadap kualitas air bersih, didapatkan hasil bahwa kualitas air bersih tidak memenuhi syarat secara bakteriologi, terutama untuk parameter koli tinja ( Escherichia coli). 8) Penyebab dari kondisi tersebut adalah air baku yang terkontaminasi, kontaminasi pada saat pengolahan atau kontaminasi pada saat pendistribusian (Said, 1999) 9) Alternatif penyelesaian dari masalah ini adalah melakukan pengolaham air bersih menggiinakan Ozon. 2. Saran 1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas air bersih se cara rutin. 2) Pemeliharaan dan pemantauan terhadap kondisi pipa pendistribusian air bersih. 3.3 Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya dibagi menjadi 2, yaitu limbah cair dari kegiatan produksi dan limbah cair dari kegiatan domestik (toilet dan dapur). Untuk limbah cair produksi telah dilakukan pengolahan di Waste Water Treatment Plant (WWTP), sementtara untuk limbah cair domestik belum dilakukan pengolahan.
3.3.1
Identifikasi Kondisi Pengolahan Limbah Cair
Berikut merupakan kualitas limbah cair produksi dan kualitas limbah cair non-produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya:
No.
Parameter
1 2
9
BOD 5 COD Padatan Tersuspensi Total (TSS) Fenol Total Krom Total (Cr-T) Amonia Total (NH3-N) Sulfida (S2-) Minyak dan Lemak pH
No.
Parameter
10 11 12 13 14
Warna Suhu TDS TS Debit IPAL
3 4 5 6 7 8
Baku Mutu 60 mg/L 150 mg/L
Tabel 3.18 Kualitas Limbah Cair Domestik Hasil Pengujian Juli Agustus September Oktober 27,46 28,08 29 28.3 61,70 70.5149 47.65 76.6729
Nopember 25.99 64.9971
Desember 20 66.8907
rata-rata 27.94 64.74
50 mg/L
28
27,00
25
29
28
26.49
27.25
0,5 mg/L
<0,0001
0,0009
< 0.0001
0.0018
0.0019
0.0045
0.0015
1,0 mg/L
0,0732
<0,0196
0.0287
<0.0196
0.0308
<0.0196
0.0221
8,0 mg/L
1,278
25,890
3
2
0
4
2
0,3 mg/L
0,0322
0,0227
0.0523
0.0225
0.0073
<0.0051
0.0228
3,0 mg/L
<2,21
<2,21
< 2.21
< 2.21
< 2.21
< 2.21
< 2.21
6,0 - 9,0 Baku Mutu 150 PlCo 37 C mg/L mg/L m3/bulan
7,38
7,34
7.47
7.54
7.5
Juli 92 26,4 1045,00 1110,00 7337,00
Agustus 90 26,6
Nopember 105 27.5
Desember 95 26.8
19998
17251
⁰
13681,00
7.62 7.62 Hasil Pengujian September Oktober 90 130 25.8 26.1 1.380.00 1.456.00 16280 18714
rata-rata 100.33 265.3 1212.5 1283 15543.5
Sumber : Ddokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari data hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa parameter yang dilakukan pemeriksaan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan, jadi dapat dinayatakan bahwa kualitas limbah cair produksi 100% masih memenuhi syarat.
No.
Tabel 3.19 Kualitas Limbah Cair Domestik Baku Parameter Hasil Uji Mutu
Keterangan
1
Zat Padat Tersuspensi
30 mg/L
273
TMS
2
BOD 5
30 mg/L
2.115
MS
3
COD
100 mg/L
5.308
MS
4
Minyak dan Lemak
5 mg/L
86.52
TMS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair domestik di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa 100% kualitas limbah cair domestik untuk parameter minyak dan lemak serta TSS tidak memenuhi syarat.
3.3.2
. Penyebab Kondisi Limbah Cair
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari data hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa parameter yang dilakukan pemeriksaan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan, jadi dapat dinayatakan bahwa kualitas limbah cair produksi 100% masih memenuhi syarat. Tabel 3.19 Kualitas Limbah Cair Domestik Baku Parameter Hasil Uji Mutu
No.
Keterangan
1
Zat Padat Tersuspensi
30 mg/L
273
TMS
2
BOD 5
30 mg/L
2.115
MS
3
COD
100 mg/L
5.308
MS
4
Minyak dan Lemak
5 mg/L
86.52
TMS
Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas limbah cair domestik di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa 100% kualitas limbah cair domestik untuk parameter minyak dan lemak serta TSS tidak memenuhi syarat.
3.3.2
. Penyebab Kondisi Limbah Cair
1. Limbah Cair Domestik dari toilet ditampung kedalam Septic Tank. 2. Limbah Cair Domestik dari dapur tidak dilakukan pengolahan. 3. Limbah Cair Produksi dilakukan Pengolahan di Waste Water Treatment Plant
(WWTP). 4. Standar Operasional Prosedur Pengoalahan Limbah Cair Domestik di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1)
Persiapan : Perlengkapan Kerja (Alat Pelindung Diri) Laporan Operasional Harian WWT
2)
Bak Ekualisasi : Menampung dan aerasi air limbah
-
Cek saluran dan bersihkan saringan inlet
-
Cek aerasi/blower (ön”) dan level air limbah
-
Cek dan catat p H air limbah (per 2 jam)
3)
Bak Netralisasi dan Tanki H2SO4 : Mengatur (adjust) p H air limbah
-
Cek stock tangki bahan kimia (H 2SO4)
-
Operasikan mixer bak netralisasi
-
Buka kran bahan kimia (asam sulfat)
-
Atur besarnya aliran air limbah yang masuk
-
Operasikan alat ukur p H meter
-
Atur kran bahan kimia agar p H jadi 7.0 – 9.0
-
Cek dan catat p H air limbah (per 2 jam)
-
Cek dan catat pemakaian bahan kimia/shift
4)
Biofilter tower dan tangki nutrisi : menurunkan kadar BOD dan COD serta menghomogenkan dan memberi kecukupan akan kebutuhan oksigen air limbah
-
Cek stock bahan kimia organik (nutrisi)
-
Isi-kan nutrisi cair dari jerigen ke tangki pengatur (supply ke bak aerasi)
-
Jalankan mixer dan buka keran saluran nutrisi cair
-
Cek dan catat p H air limbah (per 2 jam)
-
Catat pemakaian bahan nutrient/shift
5)
Bak aerasi dan blower (O 2) : Memperbesar gumpalan dan aktifitas lumpur aktif
-
Jalankan Jet Mixer Aerator dan Blower O2
-
Catat SV30, aktivitas mikroorganisme, kebutuhan oksigen (DO), p H aerasi, pemakaian nutrisi per shift
-
Cek Return Activated Sludge (RAS) dan excess
6)
Bak Clarifier : bak clarifier atau bak sedimentasi akan memisahkan air limbah dengan polutan (mengendap)
-
Cek gumpalan dan warna air limbah olahan
-
Jalankan, cek dan atur kecepatan motor scraper
-
Jalankan pompa RAS dari bak sludge ke bak aerasi
-
Cek dan catat p H effluent bak clarifier (per 2 jam)
7)
Bak filtrasi : mengurangi kadar padatan tersuspensi (TSS)
-
Cek warna air limbah olahan dengan cara visual
-
Cek dan catat p H bak filtrasi (per 2 jam)
-
Cek dan catat debit air limbah yang dibuang
8)
Bak Drying Beds : mengurangi penumpukan lumpur (excess) pada bak aerasi dan bak clarifier
-
Buat kondisi recycle dari tiap unit pengolahan
-
Bukan kran saluran lumpur di bak sedimentasi
-
Operasikan pompa penyedot lumpur
-
Pastikan lumpur mengalir masuk ke drying beds
3. Pemantauan Proses Pengolahan Limbah Cair Produksi di PT. Sansan Saudaratex
Jaya
Tabel 3.20 Pemantuan Kualitas Limbah Cair per Tanggal 15 Mei 2017
No.
Proses
pH
Suhu
12.56 11.69 7.46 7.19 7.22 7.56
39.7 35.4 31.4 29.6 30.6 30.3
8.79 11.93 10.23 7.12 7.18 7.28
32.8 33.8 30 27 29.3 28
7.18 9.83 7.57 7.02 7.07 7.05
30.8 30.7 27.8 28.9 29.7 28.6
Pemantauan I 1 2 3 4 5 6
Inlet Ekualisasi Holding Aerasi Clarifier Outlet Pemantauan II
1 2 3 4 5 6
Inlet Ekualisasi Biofilter Aerasi Clarifier Outlet Pemantauan III
1 2 3 4 5 6
Inlet Ekualisasi Biofilter Aerasi Clarifier Outlet
Bagan 3.2 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya
Air Limbah Masuk (Dyieng, Laundry)
Equalization Basin
Waste Water
Holding and Mixing Tank Recycle Overflow
Biofilter Tower BLOWER
AERATION RETURN SLUDGE
MIXING
H2SO4 Tank
NETRALIZATION
Nutrient Tank
Aeration Basin
Clarifier Basin
EXCESS Td = 3 Menit Sludge Basin (MIX)
EFFLUENT FLOCULANT Sludge Drying Beds
Media Filtrasi
Collector + Stabilization Sedimentation Flowmeter outlet SLUDGE CAKE TPS Limbah B3
SLUDGE WWTP Pihak Ketiga Berizin
Saluran Pembuangan
Badan Air Penerima
Kolam Pantau
3.3.3
Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil bahwa kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat terutama untuk parameter minyak dan lemak serta TSS. Kualitas limbah cair domestik menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 68 tahun 2016 tentang baku mutu air limbah domestik. Tabel dibawah ini merupakan persyaratan kualitas limbah cair untuk kegiatan domestik : Tabel 3.21 Baku Mutu Limbah Domestik Tersendiri Parameter
Satuan
Kadar maksimum*
p H 6 – 9 BOD mg/L 30 COD mg/L 100 TSS mg/L 30 Minyak dan Lemak mg/L 5 Amoniak mg/L 10 Total Coliform Jumlah/100ml 3000 Debit L/orang/hari 1000 Salah satu penyebab masalah limbah cair domestik ini adalah karena belum dilakukannya pengolahan. Maka agar masalah ini dapat terselesaikan adalah dengan cara melakukan pengolahan, salah satu pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Greaser Trap. 3.3.4
Penentuan Prioritas Masalah Rumusan masalah untuk limbah cair adalah :
1. 100% kualitas limbah cair untuk parameter minyak dan lemak tidak memenuhi syarat. 2. 100% kualitas limbah cair untuk parameter TSS tidak memenuhi syarat.
Tabel 3.22 Penentuan Prioritas Masalah Masalah Kesling
Community Concern
Prevalence
Seriousness
Manageability
Hasil Penilaian
Media Limbah Cair Domestik 100% Kualitas fisik limbah cair parameter TSS 3 2 2 3 36 tidak memenuhi syarat 100% Kualitas fisik limbah cair parameter minyak 3 2 3 3 54 dan lemak tidak memenuhi syarat Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bryant, didapatkan hasil bahwa prioritas masalah yang akan diselesaikan adalah 100% kualitas limbah cair untuk parameter minyak dan lemak tidak memenuhi syarat, dengan skor penilaian 54. 3.3.5
Alternatif Penyelesaian Masalah
Berikut beberapa alternatif penyelesaian masalah yang bisa dilakukan : 1. Pengolahan dengan menggunakan Grease Trap 2. Pengolahan limbah bersamaan dengan IPAL produksi 3. Pengawasan dan Monitoring air limbah domestik (dapur) Tabel 3.23 Alternatif Penyelesaian Masalah Limbah Cair Domestik Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai cara No M I V C MxI xV penyelesaian (magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C masalah Pengolahan dengan 1. menggunakan 3 4 3 2 18 Grease Trap
Pengolahan limbah 2. bersamaan dengan IPAL produksi
3
3
3
5
5.4
Pengawasan dan Monitoring air limbah domestik
3
3
3
4
6.75
3.
(dapur) Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan metode Reinke, didapatkan hasil bahwa alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah dengan melakukan pengolahan menggunka Grease Trap dengan angka penilaian 18. 3.3.6
Penyusunan Plan Of Action (POA)
Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Plan Of Action Masalah Air 1) Judul Rencana Kerja
“ Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Grease Trap .” 2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
“100% kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat untuk parameter miyak dan lemak ” 3) Kegiatan Penyelesaian Masalah Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1
1.
2.
Tabel 3.24 Penyusunan Plan Of Action Waktu Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Pelaksanaan Meningkatkan Karyawan Meningkatnya Rp. 10.000 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang pengetahuan bagian pengetahuan Mahran Rapat karyawan dapur di PT. karyawan Noviyani tentang Sansan tentang dan pengolahan Saudaratex penyehatan Hilyati Penyuluhan limbah cair, Jaya. air bersih. Fairuza tentang dimulai dari pengolahan pengertianlim limbah cair bah cair dapur sampai ke cara-cara pengolahan limbah cair yang baik dan benar. Proses Untuk Karyawan Meningkatkan Rp. 25 Mei 2017 Karyawan Dapur pembuatan mengolah bagian kualitas 1.000.000 bagian sarana limbah cair dapur di PT. limbah cair dapur di pengolahan dan Sansan khususnya PT. limbah cair menurunkan Saudaratex untuk Sansan dengan kadar minyak Jaya. parameter Sadaratex menggunkan dan lemak minyak dan Jaya. Grease Trap pada air lemak. limbah
Metod e Diskusi
Evaluasi
Praktik
3.3.7 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
1) Limbah cair yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi menjadi 2 yaitu limbah cair produksi dan limbah cair domestik (toilet dan dapur) 2) Limbah cair produksi telah dilakukan pengolahan di WWTP, namun untuk limbah cair domestik belum dilakukan pengolahan. 3) Limbah cair produksi rutin dilakukan pemantauan, pemantaun pada setiap proses dilakukan setiap hari, namun untuk pemantauan keseluruhan paramter dilakukan setiap satu bulan sekali. 4) Limbah cair domestik belum pernah dilakukan pemantauan maupun pemeriksaan. 5) Berdasarkan hasil pemeriksaan limbah cair dapur tidak memenuhi syarat khususnya untuk parameter minyak dan lemak serta TSS. 6) Kualitas limbah cair tidak memenuhi syarat untuk parameter minyak dan
lemak
menjadi
masalah
yang
diprioritaskan
perhitungan dengan metode Bryant dengan nilai 18.
berdasarkan
PJ
3.3.7 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
1) Limbah cair yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi menjadi 2 yaitu limbah cair produksi dan limbah cair domestik (toilet dan dapur) 2) Limbah cair produksi telah dilakukan pengolahan di WWTP, namun untuk limbah cair domestik belum dilakukan pengolahan. 3) Limbah cair produksi rutin dilakukan pemantauan, pemantaun pada setiap proses dilakukan setiap hari, namun untuk pemantauan keseluruhan paramter dilakukan setiap satu bulan sekali. 4) Limbah cair domestik belum pernah dilakukan pemantauan maupun pemeriksaan. 5) Berdasarkan hasil pemeriksaan limbah cair dapur tidak memenuhi syarat khususnya untuk parameter minyak dan lemak serta TSS. 6) Kualitas limbah cair tidak memenuhi syarat untuk parameter minyak dan
lemak
menjadi
masalah
yang
diprioritaskan
berdasarkan
perhitungan dengan metode Bryant dengan nilai 18. 7) Alternatif penyelesaian masalah yang akan dilakukan adalah dengan melakukan pengolahan limbah cair domestik dengan menggunakan Grease Trap. 2. Saran 1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap limbah cair dapur. 2) Melakukan pengolahan untuk limbah cair dapur
3.4
Penyehatan Makanan dan Minuman
3.4.1
Identifikasi Kondisi Penyehatan Makanan dan Minuman
Tabel 3.25 Kualitas Bakteriologis Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya Ayam No. Parameter Baku Mutu Sup Daging Keterangan Goreng Angka Lempeng 5 8 1x10 1 MS Total (ALT) Koloni/gram Koloni/gram koloni/gram Tabel diatas menunjukkan hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi makanan untuk
⁵
parameter Angka Lempeng Total (ALT). Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil untuk sampel Sup Daging dan Ayam Goreng 100% masih memenuhi syarat untuk parameter Angka Lempeng Total (ALT). Tabel 3.26 Kualitas Bakteriologi Alat Makan di PT. Sansan Saudaratex Jaya No.
Parameter
Plato
Baku Mutu
Keterangan
8 0 TMS Koloni/cm2 Tabel diatas merupakan data hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi alat makan. 1
ALT
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa total kuman pada alat makan adalah 8 koloni/cm2. Hal ini berarti bahwa 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat, karena baku mutu untuk kualitas bakteriologi alat makan adalah 0. Tabel 3.27 Kualitas Kimia pada Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya Tahu Daging Ikan No. Parameter Batagor Bulat Ayam Asin 1 Formalin Positif Positif Negatif Positif Tabel diatas data hasil pemeriksaan kualitas kimia (pengawet) pada makanan.
Pemeriksaan dilakukan dengan metode uji secara kualitatif yaitu melihat ada atau tidaknya bahan pengawet pada sampel makanan. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahhwa sebesar 75% dari 4 sampel yang dilakukan pemeriksaan hasilnya positif mengandung formalin, yaitu Batagor, Tahu Bulat dan Ikan Asin. Sementara sampel makanan yang negatif mengandung formalin adalah daging a yam. 3.4.2
Penyebab Kondisi Makanan dan Minuman
1. Pengolahan makanan dilakukan langsung di PT. Sansan Saudaratex J aya. 2. Tidak dilakukan pemantauan kualitas makanan secara fsik, kimia dan biologi. 3. Makanan yang sudah jadi langsung disajikan di PT. Sansan Saudaratex Jaya sesaat sebelum jam makan dimulai.
4. Tempat pencucian alat makan terdiri dari satu bak pencucian. 5. Sebelum dicuci, dilakukan scrapping terlebih dahulu untuk membuang sisa-sisa makanan. 6. Lap digunakan sebagai alat untuk mengeringkan alat makan. 7. Pengetahuan petugas tentang pencucian alat makan termasuk kategori cukup. Gambar 3.2 Tempat Pencucian Alat Makan di PT. Sansan Saudaratex Jaya
8. Proses Pengolahan Ayam Goreng Bahan-bahan yang digunakan dalam mengolah ayam goreng : -
Ayam potong
-
Bawang putih
-
Bawang merah
-
Laos
-
Kunyit
-
Jahe
-
Serai
-
Daun salam
-
Minyak goreng
-
Garam Bagan 3.2 Diagram Alir Pengolahan Ayam Goreng
Ayam Potong
Bawang Merah Bawang Putih
Dicuci
Laos Diungkep
Dihaluskan
Kunyit
Dikupas kulitnya dicuci
Jahe Ayam di goreng
Minyak Goreng
Serai Daun Salam
Disajikan Deskripsi diagram alir : Ayam goreng merupakan salah satu menu yang ada di kantin PT. Sansan Saudaratex Jaya. Kompoisis dari ayam goreng ini adalah ayam potong, bawang merah, nawamg putih, daun salam, laos, kunyit, jahe dan serai. Ayam goreng diolah dengan cra digoreng. Ayam potong yang telah dicuci kemudian ditiriskan lalu selanjutnya diungkep mengguakan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan. Proses ayam diungkep ini memakan waktu 30 menit. Setelah ayam ini diungkep maka ayam ini akan langsung digoreng hinggan matang. Proses penggorengan ayam ini tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit.
lalu
Konsumen dari ayam goreng ini adala Karyawan PT. Sansan Saudaratex Jaya. Jumlah karyawan yang mengkonsumsi menu daging ayam ini adalah : 5556 karayawan. Verifikasi diagram alir Bagan 3.3 Verifikasi Diagram Alir menu Ayam Goreng
Ayam Potong Bawang Merah
Dicuci Bawang Putih
CCP
air
Diungkep CCP
Minyak Goreng
Ayam di goreng
Sudah dalam keadaan halus
Laos Daun Salam
Kunyit Jahe
CCP
Serai Air
Disajikan
Penerapan Prisnsip HACCP 2 Identifikasi Bahaya Tabel 3.28 Identifikasi Bahaya Setiap Bahan pada Menu Ayam Goreng No.
Bahan mentah/ingridien/ bahan tambahan
Bahaya B(M)/K/F
Jenis bahaya
Cara pencegahan
-
Biologi
1.
-
ALT Escherichia coli Koliform Salmonella sp. Staphylococcus aureus - Campylobacter sp.
-
Ayam Potong Fisik
Kotoran -
Kimia
Formalin -
Kimia
- Residu pestisida -
2.
3.
Bawang merah
Bawang putih
Fisik
- Kotoran (tanah, kerikil)
Biologi
- Achromobacter micrococus - Bacillus cereus - Jamur
Kimia
-
Penyimpanan suhu rendah : Cooling : penyimpanan dengan suhu 4 0C sampai dengan -10C Freezing : penyimpanan dengan suhu -180C sampai dengan -300C Menggoreng dengan menggunakan suhu >1000C . Dicuci dengan menggunakan air mengalir Simpan di tempat yang tertutup Tidak memilih ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Mengupas kulit bawang sebelum digunakan Mengupas kulit bawang sebelum digunakan Dilakukan sortasi saat penerimaan dan dibersihkan
-
Disimpan dalam suhu ruang 250C
-
Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Mengupas kulit bawang
- Residu pestisida -
sebelum digunakan Fisik
- Kotoran (tanah, kerikil)
Biologi
- Achromobacter micrococus - Bacillus cereus - Jamur
Kimia
4.
Daun salam
Fisik
Biologi
-
-
Disimpan dalam suhu ruang 250C
-
Mencuci cabai dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Dilakukan penyortiran Bersihkan dengan menggunakan air mengalir Dilakukan penyortiran Pencucian demgan menggunakan air garam Disimpan pada wadah yang tertutup Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir Pencucian dengan air yang mengalir Penyortiran dan penerimaan sesuai spesifikasi. Pencucian dengan menggunakan air garam Pencucian dengan air yang mengalir Penyortiran dan penerimaan sesuai spesifikasi Disimpan pada wadah yang tertutup Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir
- Residu pestisida
- Kotoran (tanah, kerikil)
- Busuk, Parasit
-
-
Fisik
- Terdapat kotoran
-
5.
Serai Kimia
- Residu pestisida
Biologi
- Parasit -
Kimia
- Residu pestisida
6.
Jahe
Fisik
Biologi
- Kotoran (debu)
- APM Escherichia coli - Kapang dan khamir - Koliform - Salmonella sp.
Mengupas kulit bawang sebelum digunakan Dilakukan sortasi saat penerimaan dan dibersihkan
-
-
Disimpan pada suhu ruang 250C
Kimia
- Residu pestisida
7.
Kunyit
Fisik
Biologi
Kimia
Kotoran
- APM Escherichia coli - Kapang dan khamir - Koliform - Salmonella sp.
-
-
Disimpan pada suhu ruang 250C
-
Pencucian dengan air yang mengalir Penyortiran dan penerimaan sesuai spesifikasi Disimpan pada wadah yang tertutup Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir
- Residu pestisida
. 8.
Laos
Fisik
Biologi
Kimia 9.
Minyak Goreng Fisik
Biologi
10.
Air
Kotoran
- APM Escherichia coli - Kapang dan khamir - Koliform - Salmonella sp. - Cemaran limbah,Berbau tengik - Warna minyak tidak kuning bening - Kemasan rusak, - tanggal kadaluarsa E. colli, Salmonella, Koliform
Kimia
Fe tinggi, Kesadahan, Mn, Sisa klor
Fisik
Kotoran (debu, kerikil)
Pencucian dengan air yang mengalir Penyortiran dan penerimaan sesuai spesifikasi Disimpan pada wadah yang tertutup Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir
-
-
Disimpan pada suhu ruang 250C
-
Penyortiran dan penerimaan sesuai spesifikasi.
-
pemilihan produk dengan kemasan utuh dan membaca label kemasan
Perebusan sampai mendidih Penggunaan air yang sesuai baku mutu (sudah uji lab), Treatment (Pemberian Karbon aktif, penambahan koagulan, Sedimentasi dll) Dilakukan Filtrasi atau penyaringan
Tabel 3.29 Identifikasi Bahaya Setiap Formulasi pada Menu Ayam Goreng
No.
Bahaya B(M)/K/F
Formulasi
Jenis bahaya
Cara pencegahan
K
Kandungan pestisida -
Bawang putih + bawang merah 1. + laos + daun salam +serai + kunyit + jahe
Fisik
Biologi
Kotoran
- APM Escherichia coli - Kapang dan khamir - Koliform - Salmonella sp.
-
-
Mengupas kulit rempah-rempah tersebut sebelum digunakan Mencuci cabai merah dengan air mengalir Disimpan pada wadah yang tertutup Dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir
Disimpan pada suhu ruang 250C
Tabel 3.30 Identifikasi Bahaya Setiap Proses pada Menu Ayam Goreng
No.
Proses
Bahaya B(M)/K/F
F
1.
Penerimaan Bahan
K
Jenis bahaya
Terdapat kotoran, debu yang menempel terdapat zat kimia dalam bahan (Formalin, pemutih, pestisida dsb) terdapat bakteri pathogen
B
F
Terdapat kotoran, debu yang menempel
Cara pencegahan
Penyortiran, spesifikasi, serta tentukan supllier yang dapat dipercaya Penyortiran, spesifikasi, serta tentukan supllier yang dapat dipercaya Penyortiran, spesifikasi, serta tentukan supllier yang dapat dipercaya Penyimpanan di tempat yang terutup dan terhindar dari debu
Penyimpanan 2.
bahan makanan
3.
Pencucian
B
bakteri pathogen
B
Bakteri pathogen pada air
Penyimpanan yang benar, untuk bahan berprotein tinggi sebaiknya simpan di lemari pendingin, sedangkan untuk bahan kering sebaiknya disimpan ditempat yang kering dan tertutup Pencucian bahan dengan air hangat
bahan
Residu sisa klor air menempel pada bahan makanan
K
B 4.
Bakteri dari udara sekitar (dari droplet penjamah) Staphylococcus aureus
atau menggunakan larutan pembasmi hama. Pencucian bahan dengan air yang bebas dari bakteri pathogen Air yang digunakan pada saat pengolahan makanan dilakukan peneriksaan secara rutin di laboratorium untuk memeriksa kandungan chlornya, jika kandungan chlornya melebihi ambang batas maka perlu dilakukan pengolahan terhadap air tersebut sebelum air tersebut digunakan untuk mengolah makanan yaitu dengan cara merebusnya hingga benar-benar mendidi Mengungkep dengan menggunakan suhu 1000C
Pengungkepan F
Kotoran (debu)
Simpan ikan dalam wadah yang bersih dan tertutup
K 6.
Penyimpanan (etalase)
F
B F
7
Penggorengan
B K
8
Penyajian (dalam kemasan : kertas nasi warna coklat)
K
Terdapat kotoran (debu)
Gunakan etalase yang tertutup Selalu membersihkan etalase secara rutin Lalat hinggap di makanan Gunakan wadah yang tertutup Minyak berubah warna Gunakan minyak maksimal (?) Wajan yang digunakan kotor, Menggunakan wajan yang baik dan gompel dan rusak bersih Bakteri dari udara sekitar Mengungkep dengan menggunakan (dari droplet penjamah) suhu 1000C Staphylococcus aureus Lemak jahat Gunakan minyak yang terbuat dari Kolestrol bahan-bahan yang aman seperti minyak zaitun Kontaminasi silang dari Gunakan kemasan yang aman bahan kemasan yang digunakan untuk makanan digunakan
Analisis Risiko Bahaya
No.
1.
Tabel 3.31 Analisis Risiko Bahaya pada Menu Ayam Goreng Kelompok bahaya Masakan Kategori resiko jadi A B C D E F Ayam goreng III √ √ √
Keterangan kelompok bahaya: A = makanan untuk konsumen beresiko tinggi B = mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik C = didalam proses pengolahan tidak terdapat tahap yang dapat membunuh mikroorganisme berbahaya atau mencegah atau menghilangkan bahaya kimia atau fisik D = kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan E = kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi/konsumsi F = tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau penyajian atau waktu dipersiapkan di tingkat konsumen atau pasien yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya biologis Atau tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi menghilangkan, atau menghancurkan bahaya kimia/fisik Keterangan kategori resiko makanan: Kategori
Karaktersitik
resiko
bahaya
0
0 (tidak ada
Keterangan
Tidak mengandung bahaya A s.d.F
bahaya) I
(+)
Mengandung satu bahaya B s.d F
II
(++)
Mengandung dua bahaya B s.d F
III
(+++)
Mengandung tiga bahaya B s.d F
IV
(++++)
V
(+++++)
VI
A+ (kategori khusus)
Mengandung empat bahaya B s.d F Mengandung lima bahaya B s.d F Kategori resiko paling tinggi (semua makanan yang mengandung bahaya A, baik dengan/tanpa bahaya B s.d F)
Penerapan HACCP Tabel 3.32 Penerapan HACCP pada Menu Ayam Goreng
CCP
Cara pengendalian
bahaya
Pencucian
fisik
Pengungkepan
Penggorengan
Mencuci dengan air yang mengalir
Parameter CCP
Tekanan air (15 psi)
Biologi
Mengungkep dengan menggunakan suhu 1000C
Suhu
Biologi
Menggoreng dengan menggunakan suhu 700C dalam waktu 2 menit
Suhu dan waktu
Batas kritis (NAB)
Nilai target
Air mengalir
Pemantauan
Bersih
observasi
ALT ALT = 1x10 koloni/g Escherichia coli = 1x101koloni/g Suhu Koliform = 1000C 1x102koloni/g Salmonella sp = negatif/25g Staphylococcus aureus = 1x102koloni/g ALT ALT = 1x10 Suhu 700C koloni/g waktu 2 Escherichia menit coli = 1x101koloni/g
Tindakan koreksi
Pastikan untuk selalu mencuci bahan makanan yang akan digunakan dengan menggunakan air mengalir.
Pengujian laboraturium
Pastikan ketika melakukan proses ungkep untuk selalu menggunakan suhu 1000C
Pengujian laboraturium
Pastikan pada saat menggoreng gunakan waktu dan suhu yang tepat
Koliform = 1x102koloni/g Salmonella sp = negatif/25g Staphylococcus aureus = 1x102koloni/g
Lembar Pemantauan HACCP Tabel 3.33 Lembar Pemantauan HACCP pada Menu Ayam Goreng Bahan makanan
Ayam potong
Bahaya
-
Ukuran
ALT = 1x105 koloni/g Escherichia coli ALT = 1x101koloni/g Escherichia coli Koliform = Koliform 1x102koloni/g Salmonella sp. Salmonella sp = Staphylococccus negatif/25g aureus Staphylococcus aureus = 1x102koloni/g
Tkk (CCP)
-
Menggoreng dengan menggunakan suhu dan waktu yang tepat
Batas kritis
Menggoreng dengan menggunakan suhu 700C dalam waktu 2 menit
Target
Cara memantau
Tindakan perbaikan Pastikan untuk selalu menyimpan bahan makanan dengan menggunakan suhu rendah. Entah itu dengan Pengujian menggunakan laboraturium metode cooling atau freezing. Pastikan juga apabila melakukan penggorengan dengan menggunakan
Koliform = 1x102koloni/g Salmonella sp = negatif/25g Staphylococcus aureus = 1x102koloni/g
Lembar Pemantauan HACCP Tabel 3.33 Lembar Pemantauan HACCP pada Menu Ayam Goreng Bahan makanan
Ayam potong
Bawang merah dan bawang putih
Bahaya
-
Ukuran
ALT = 1x105 koloni/g Escherichia coli ALT = 1x101koloni/g Escherichia coli Koliform = Koliform 1x102koloni/g Salmonella sp. Salmonella sp = Staphylococccus negatif/25g aureus Staphylococcus aureus = 1x102koloni/g
Tkk (CCP)
-
Menggoreng dengan menggunakan suhu dan waktu yang tepat
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
Kotoran (debu)
Tidak terdapat kotoran
Formalin
Tidak memilih ayam potong berwarna putih Bebas formalin bersih, awet dan tidak mudah busuk
Residu pestisida
Bebas pestisida
-
Pencucian Pengupasan kulit bawang
Batas kritis
Target
Menggoreng dengan menggunakan suhu 700C dalam waktu 2 menit
Tekanan air 15 Psi
bersih
Bebas formalin
Bebas pestisida
Cara memantau
Tindakan perbaikan Pastikan untuk selalu menyimpan bahan makanan dengan menggunakan suhu rendah. Entah itu dengan Pengujian menggunakan laboraturium metode cooling atau freezing. Pastikan juga apabila melakukan penggorengan dengan menggunakan
suhu 700C dalam waktu 2 menit Selalu membiasakan untuk selalu mencuci bahan makanan ketika sebelum Observasi digunakan dengan menggunakan air mengalir hingga bersih dan selalu menyimpannya di temoat yang tertutup. Lakukan penyortiran dengan cara tidak memilih ayam Pengujian potong yang laboraturium berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. Selalu mencuci bawang dengan air yang mengalir Pengujian hingga bersih dan laboraturium mengupas kulit bawang sebelum bawang tersebut digunakan
Bawang merah dan bawang putih
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
Kotoran (debu)
Tidak terdapat kotoran
Formalin
Tidak memilih ayam potong berwarna putih Bebas formalin bersih, awet dan tidak mudah busuk
Residu pestisida
Kotoran
- Achromobacter micrococus - Bacillus cereus - jamur
Bebas pestisida
Tidak terdapat kotoran
- Tidak mengandun g jamur, Achromoba cter micrococcu s, Bacillus cereus
-
-
-
Daun salam
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
-
Serai
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
-
Tekanan air 15 Psi
Bebas formalin
Pencucian Pengupasan kulit bawang
Bebas pestisida
Pengupasan Penyortiran
Penyimpanan
bersih
Bersih
Disimpan dalam suhu ruang 250C
Bebas jamur
suhu 700C dalam waktu 2 menit Selalu membiasakan untuk selalu mencuci bahan makanan ketika sebelum Observasi digunakan dengan menggunakan air mengalir hingga bersih dan selalu menyimpannya di temoat yang tertutup. Lakukan penyortiran dengan cara tidak memilih ayam Pengujian potong yang laboraturium berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. Selalu mencuci bawang dengan air yang mengalir Pengujian hingga bersih dan laboraturium mengupas kulit bawang sebelum bawang tersebut digunakan
Observasi
Pastikan untuk selalu melakukan pensortiran saat penerimaan bahan makanan dan dibersihkan. Kemudian jangan lupa untuk selalu mengupas kulit bawang ketika akan digunakan
Pastikan untuk Observasi selalu menyimpan Pengujian bawang di suhu laboratorium ruang 250C
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan
bersih
Observasi
Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan
Kotoran
- Achromobacter micrococus - Bacillus cereus - jamur
Tidak terdapat kotoran
- Tidak mengandun g jamur, Achromoba cter micrococcu s, Bacillus cereus
-
-
Daun salam
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
-
Serai
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
-
Pengupasan Penyortiran
Penyimpanan
Bersih
Disimpan dalam suhu ruang 250C
Bebas jamur
Observasi
Pastikan untuk Observasi selalu menyimpan Pengujian bawang di suhu laboratorium ruang 250C
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan
bersih
Observasi
air mengalir
Jahe
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
Kunyit
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
Laos
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
-
-
-
Pastikan untuk selalu melakukan pensortiran saat penerimaan bahan makanan dan dibersihkan. Kemudian jangan lupa untuk selalu mengupas kulit bawang ketika akan digunakan
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan
mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga
air mengalir
Jahe
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
Kunyit
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
Laos
Kotoran (tanah, debu)
Tidak terdapat kotoran
Minyak
Air
Berubah fisik
E. colli, Salmonella, Koliform
Tengik, berbau, kemasan sudah expire
0/100 mL sampel
-
-
-
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Pencucian
Pencucian dengan menggunakan air mengalir
bersih
Observasi
Penyimpanan dan pemilihan produk
Suhu
Penyimpanan Penyimpanan pada suhu pada suhu Observasi kamar tidak kamar tidak lembab lembab
>1000C
Terdapat buih atau gelembung di air perebusan
Observasi
mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga bersih Selalu melakukan pensortiran bahan makanan dan mencuci bahan makanan tersebut dengan menggunakan air mengalir hingga
bersih Pemilihan produk dengan kemasan utuh dan membaca label kemasan Merebus dengan memperhatikan suhu yaitu 1000C
Minyak
Air
Tengik, berbau, kemasan sudah expire
Berubah fisik
E. colli, Salmonella, Koliform
0/100 mL sampel
Penyimpanan dan pemilihan produk
Suhu
Penyimpanan Penyimpanan pada suhu pada suhu Observasi kamar tidak kamar tidak lembab lembab Terdapat buih atau gelembung di air perebusan
>1000C
Observasi
bersih Pemilihan produk dengan kemasan utuh dan membaca label kemasan Merebus dengan memperhatikan suhu yaitu 1000C
9. Kondisi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) di PT. Sansan Saudaratex Jaya Tabel 3.34 Kondisi Tempat Pengolahan Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya Kategori No Item yang diperiksa Keterangan Ya Tidak
Lokasi
a. Tidak berada pada arah angin dan jarak <100 meter dari sumber pencemar debu, asap, bau, dan cemaran lainnya b. Kokoh/kuat/permanen c. Rapat serangga d. Rapat Tikus e. Lantai tidak ada noda f. kedap air g. Tidak licin h. Rata i. Kering j. Konus k. Dinding kedap air l. Rata m. Bersih Tersedia ventilasi
√
TMS
√
TMS TMS MS TMS MS TMS MS TMS TMS TMS MS TMS
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9. Kondisi Tempat Pengolahan Makanan (TPM) di PT. Sansan Saudaratex Jaya Tabel 3.34 Kondisi Tempat Pengolahan Makanan di PT. Sansan Saudaratex Jaya Kategori No Item yang diperiksa Keterangan Ya Tidak
1
2
Lokasi dan Bangunan
Fasilitas Sanitasi
a. Tidak berada pada arah angin dan jarak <100 meter dari sumber pencemar debu, asap, bau, dan cemaran lainnya b. Kokoh/kuat/permanen c. Rapat serangga d. Rapat Tikus e. Lantai tidak ada noda f. kedap air g. Tidak licin h. Rata i. Kering j. Konus k. Dinding kedap air l. Rata m. Bersih n. Tersedia ventilasi yang berfungsi baik, menghilangkan bau tak enak, dan menjamin rasa nyaman o. Langit langit tinggi minimal 2,4 meter, rata, bersih, dan tidak terdapat lubang lubang p. Pintu rapat serangga dan tikus q. Pintu menutup dengan baik dan membuka arah luar r. Pintu terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan s. Ukuran dapur cukup memadai a. Air Bersih tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna b. Tersedia air cuci
√
TMS
√
TMS TMS MS TMS MS TMS MS TMS TMS TMS MS TMS
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
MS
√
TMS
√
TMS
√
TMS
√
MS
√
MS
√
MS
√
TMS
3
4
Peralatan
Personal Hygiene
tangan yang mencukupi, tersedia sabun/detergent dan alat pengering/lap. c. Air limbah mengalir dengan lancar, terdapat grase trap, saluran kedap air dan saluran tertutup d. Sampah diangkut tiap 24 jam e. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air f. Tempat sampah mempunyai tutup g. Tungku dapur dilengkapi dengan hood h. Adanya cungkup atau cerobong asap i. Memiliki pencahayaan alami maupun buatan 100 fc a. Cara Pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan memenuhi persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan b. Peralatan dalam keadaan baik dan utuh c. Permukaan alat yang kontak langsung dengan makanan tidak ada sudut mati dan halus d. Ada fasilitas penyimpanan makanan (kulkas, freezer) e. Tersedia fasilitas penyimpanan makanan panas (thermos panas, kompor panas, heater) a. Setiap karyawan/penjamah
√
√
TMS
MS
√
TMS
√
TMS Tidak terdapat tungku
√
TMS
√
Penyimpanan perlatan makanan disimpan di tempat yang terbuka.
√
TMS
√
TMS
√
MS
√
MS
√
MS
makanan berperilaku bersih dan berpakaian rapi b. Setiap mau kerja cuci tangan c. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk batuk dan bersin d. Menggunakan alat yang sesuai dan √ bersih bila mnegambil makanan e. Terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan Berdasarkan hasil observasi ditempat pengolahan makanan
√
TMS
√
TMS
MS
√
TMS
(TPM) dari 38 item yang
diobservasi, sebesar 57.89% kondisinya tidak memenuhi syarat. 3.4.3
Pembahasan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga menyatakan bahwa Angka Lempeng Total pada alat makan harus 0, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap alat makan yang digunakan di PT. Sansan Saudaratex Jaya hasilnya adalah 8 koloni/cm 2. Hal ini bisa disebabkan karena teknik pencucian yang belum benar, penyimpanan alat makan yang belum benar, dsb. Berdasarkan hasil observasi, alat makan yang telah dicuci disimpan di dalam box yang terbuka. Pada saat alat makan itu akan digunakan oleh karyawan, alat makan akan dikeringkan dengan menggunkan lap, dimana kondisi lapnya sendiri kotor dan bau. Sementara untuk persyaratan bahan tambahan pangan (BTP) telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 sebagai berikut :
Tabel 3.35 Bahan yang dilarang digunakan untuk BTP
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Jenis bahan
Asam borat dan senyawanya Asam salisiat dan garamnya Dietilpirokarbonat Dulsin Formalin Kalium bromat Kalium klorat Kloramfenikol Minyak nabanti yang dIbrominasi Nitrofurazon Dulkamara Kokain Nitrobenzen Sinamil antranilat Dihidrosafrol Biji tonka Minyak kalamus Minyak tansi Minyak sasafras
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kandungan BTP pada makanan, didapatkan hasil dari 4 sampel makanan yang diperiksa 3 diantaranya positif mengandung formalin. Hal tersebut bisa disebabkan karena beberapa hal yaitu karena belum pernah dilakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap setiap bahan makanan atau makanan yang akan diberikan kepada karyawan. 3.4.4
Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, maka rumusan masalah untuk
penyehatan makanan dan minuman adalah sebagai berikut : 1.
100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat.
2.
75% dari 4 sampel makanan yang diperiksa, hasilnya positif mengandung formalin.
Tabel 3.36 Penentuan Prioritas Masalah Masalah Kesling
Community Concern
Prevalence
Seriousness
Manageability
Hasil Penilaian
Penyehatan Makanan dan Minuman 100% kualitas bakteriologu alat 4 2 3 3 72 makan tidak memenuhi syarat 75% dari 4 sampel makanan yang diperiksa, hasilnya 3 2 3 3 54 positif mengandung formalin Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bryant, didapatkan hasil bahwa prioritas masalah yang akan diselesaikan 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat, dengan skor penilaian 54. 3.4.5
Alternatif Penyelesaian Masalah
Berikut beberapa alternatif penyelesaian masalah yang bisa dilakukan : 1. Membuat lemari tempat penyimpanan alat makan disertai desinfektan (sinar UV) untuk proses desinfeksi. 2. Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas alat makan. Tabel 3.37 Alternatif Penyelesaian Masalah Limbah Cair Domestik Alternatif cara No penyelesaian masalah Membuat lemari tempat penyimpanan alat makan 1. disertai desinfektan (sinar UV) untuk proses desinfeksi. Melakukan pemantauan dan 2. pemeriksaan terhadap kualitas alat
Nilai Kreteria Efektivitas
M I (magnitude) (importensi)
Total Nilai
V (vurnerability)
C (Cost)
MxI xV C
3
4
3
2
18
2
3
2
5
2.4
makan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan metode Reinke, didapatkan hasil bahwa alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah Membuat lemari tempat penyimpanan alat makan disertai desinfektan (sinar UV) untuk proses desinfeksi.dengan angka penilaian 18. 3.4.6
Penyusunan Plan Of Action (POA) Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan
Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1.
Plan Of Action Masalah Air 1)
Judul Rencana Kerja
“ Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Grease Trap .” 2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
“100% kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat untuk parameter miyak dan lemak ” 3) Kegiatan Penyelesaian Masalah Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1
1.
2.
Tabel 3.38 Penyusunan Plan Of Action Waktu Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Tempat Pelaksanaan Meningkatkan Karyawan Meningkatnya Rp. 10.000 17 Mei 2017 Haifannisa Ruang pengetahuan bagian pengetahuan Mahran Rapat karyawan dapur di PT. karyawan Noviyani tentang Sansan tentang cara dan menangai alat Saudaratex menangani Hilyati Penyuluhan makan yang Jaya. alat makan. Fairuza tentang cara baik dan menangani benar, dimulai alat makan dari teknik yang baik dan pencucian benar. yang benar, cara penyimpanan alat makan yang benar dsb. Proses Untuk Karyawan Meningkatkan Rp. 26 Mei 2017 Karyawan Dapur pembuatan menyimpan bagian kualitas alat 1.500.000 bagian sarana alat makan dapur di PT. makan dapur di penyimpanan dan Sansan khususnya PT. alat makan menurunkan Saudaratex untuk Sansan (lemari yang angka Jaya. parameter Sadaratex dilengkapi lempeng total Angka Jaya. lampu sinar pada alat Lempeng UV untuk makan. Total (ALT) desinfeksi alat makan)
Metod e Diskusi
Evaluasi
Praktik
3.4.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1)
Beradsarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, rumusan masalah untuk penyehatan makanan dan minuman adalah 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat dan 75% dari 4 sampel makanan yang diperiksa, hasilnya mengandung positif formalin.
2)
Penyebab dari masalah diatas beberapa diantaranya adalah belum pernah dilakukan pemantauan terhadap kualitas makanan dan kualitas alat makan, serta tempat penyimpanan alat makan yang tidak memenuhi syarat.
3)
100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat merupakan masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan setelah dihitung dengan metode Bryant.
4)
Alternatif penyelesaian masalah yang terpilih untuk menyelesaikan masalah alat makan ini adalah dengan membuat lemari penyimpanan alat makan yang dilengkapi dengan lampu sinar UV sebagai desinfektan.
2. Saran 1)
Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas makanan dan alat
PJ
3.4.7 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1)
Beradsarkan hasil pengukuran dan pemeriksaan, rumusan masalah untuk penyehatan makanan dan minuman adalah 100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat dan 75% dari 4 sampel makanan yang diperiksa, hasilnya mengandung positif formalin.
2)
Penyebab dari masalah diatas beberapa diantaranya adalah belum pernah dilakukan pemantauan terhadap kualitas makanan dan kualitas alat makan, serta tempat penyimpanan alat makan yang tidak memenuhi syarat.
3)
100% kualitas bakteriologi alat makan tidak memenuhi syarat merupakan masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan setelah dihitung dengan metode Bryant.
4)
Alternatif penyelesaian masalah yang terpilih untuk menyelesaikan masalah alat makan ini adalah dengan membuat lemari penyimpanan alat makan yang dilengkapi dengan lampu sinar UV sebagai desinfektan.
2. Saran 1)
Melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap kualitas makanan dan alat makan baik secara fisik, kimia dan biologi.
2)
Menyimpan alat makan ditempat yang bersih serta tertutup serta mengeringkan alat makan dengan lap yang bersih dan sekali pakai.
3.5 Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah
Sampah yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi kedalam beberapa jenis, ada sampah organik, sampah anorganik, sampah sisa produksi dan sampah B3. 3.5.1
Identifikasi Kondisi Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Tabel 3.39 Timbulan Sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya
No
1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
12 3
12.5 3
10 8
8 6
12 3
6.5 8
10 4
12 3
Ratarata (Kg) 10.37 4.75
4
4.5
3
3
4.5
3
3
4
3.62
4
3
3
4.5
3
4
3
3
3.43
Berat per hari (Kg)
Jenis Sampah
organik anorganik potongan kain dus
Tabel 3.40 Timbulan Sampah B3 di PT. Sansan Saudaratex Jaya Jenis No Sampah Timbulan/Bulan % B3 1 Fly Ash 500 kg 0.37 Bottom 2 135000 kg 99.63 Ash Total 135500 100 Sumber : Dokumen UKL-UPL, 2016
3.5.2
Penyebab Kondisi Timbulan Sampah
1. Sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya terdiri dari 4 jenis, yaitu sampah organik, sampah anorganik, sampah sisa produksi dan sampah B3. 2. Sampah organik dan sampah anorganik setelah di tampung didalam masing masing tempat sampah, selanjutnya akan di masukan kedalam karung/plastik untuk selanjutnya di angkut ke TPS. 3. Setelah di tampung di TPS, selanjutnya sampah akan di angkut ke TPA menggunakan mobil truk pengangkut sampah, dimana mobil truk pengangkut sampah tersebut memiliki volume 5.3m 3. 4. Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan sebanyak 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore. 5. Untuk sampah sisa produksi langsung diserahkan ke pihak ke tiga. 6. Untuk sampah B3, akan di simpan ditempat khusus penyimpanan sampah B3.
7. Diruang produksi, setap menja kerja disediakan satu temoat sa mpah. 8. 100% Kondisi tempat sampah terbuka dan tidak kedap air. 9. Diluar ruangan, tempat sampah telah dibedakanberdasarkan jenis sampah yaitu sampah organik dan sampah anorganik. 10. Terdapat sumber daya manusia (SDM) yang bertanggung jawab dalam rangka pengelolaan sampah. Bagan 3.4 Diagram Alir Pengelolaan Sampah di PT. Sansan Saudaratex Jaya
SAMPAH ORGANIK
KLASIFIKASI KAN BARANG
SISA ACCESO RIES
KARDUS
KAIN
KERTA
STYROFOA
-BESI -BOTOL
KACA -BOTOL PLASTIK -KALENG CAT -KALENG MINUMAN
KARDUS
KARUNG
PACKING SETIAP JENIS DAN DIBERI IDENTITAS
DISERAHKAN KEPADA BAGIAN PIC: JUKARSA
3R
3.5.3
Pembahasan Komposisi sampah terdiri dari 46.77% sampah organik (sisa makanan, sayuran,
ranting) 21.42% sampah anorganik (plastik, kertas, kaleng, botol minuman), 16.32% potongan kain dan 15.49% adalah dus. Sementara untuk sampah B3 komposisinya terdiri 0.37% jenis sampah Fly ash dan 99.63% jenis sampah Bottom ash. Sampah organik dan anorganik belum dilakukan pengolahan, sampah sisa produksi biasanya dijual kepada pihak-pihak yang membutuhkan sementara untuk sampah B3 setelah di tampung di tempat penyimpanan khusus sampah B3, sampah tersebut akan diserahkan kepada pihak ketiga untuk diolah lebih lanjut. Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pada pasal 12 menyatakan bahwa ”
Setiap
orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan.” Berdasarkan pernyataan diatas jika melihat kondisi yang berada di PT. Sansan Saudaratex Jaya memang tidak sesuai, karena memang untuk pengelolaan sampah, khususnya untuk sampah organik dan sampah anorganik pihak dari PT. Sansan Saudaratex Jaya belum melakukan kegiatan untuk mengurangi sampah-sampah tersebut. Hal ini tentunya akan semakin menjadi masalah, mengingat timbulan sampah akan semakin meningkat setiap harinya. 3.5.4
Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi, rumusan masalah untuk komponen sampah ini adalah :
“100% sampah organik dan sampah anorganik belum dilakukan pengolahan” 3.5.5
Alternatif Penyelesaian Masalah
Berikut beberapa alternatif penyelesaian masalah yang bisa dilakukan : 1. Penerapan regulasi tentang pengelolaan sampah 2. Pembentukan tim pengawas dalam pengelolaan sampah
Tabel 3.41 Alternatif Penyelesaian Masalah Limbah Cair Domestik Alternatif cara No penyelesaian masalah Penerapan regulasi 1. tentang pengelolaan sampah
Nilai Kreteria Efektivitas
M I (magnitude) (importensi)
Pembentukan tim pengawas 2. dalam pengelolaan sampah
Total Nilai
V (vurnerability)
C (Cost)
MxI xV C
3
4
3
2
18
3
3
2
3
6
Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan metode Reinke, didapatkan hasil bahwa alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah Penerapan regulasi tentang pengelolaan sampah .dengan angka penilaian 18. 3.5.6
Penyusunan Plan Of Action (POA)
Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Plan Of Action Masalah Air 1) Judul Rencana Kerja
“ Rencana Pembuatan Sarana Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Grease Trap .” 2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
“100% kualitas limbah cair domestik tidak memenuhi syarat untuk parameter miyak dan lemak” 3) Kegiatan Penyelesaian Masalah Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1
1.
2.
Tabel 3.42 Penyusunan Plan Of Action Waktu Kegitan Tujuan Sasaran Target Biaya Pelaksana Pelaksanaan Meningkatkan Seluruh Meningkatnya 18 Mei 2017 Haifannisa pengetahuan karyawan pengetahuan Mahran Penyuluhan karyawan di PT. karyawan Noviyani tentang cara tentang Sansan tentang cara dan mengolah mengolah Saudaratex mengolah Hilyati sampah sampah Jaya. sampah Fairuza organik dan organik dan organik dan sampah sampah sampah anorganik anorganik anorganik yang baik dan dengan baik benar dan benar. Penerapan Sebagai acuan Seluruh Meningkatkan 29 Mei 2017 Seliuruh regulasi dalam karyawan di kemampuan karyawan tentang mengelola PT. Sansan karyawan di PT. pengeolaan sampah Saudaratex dalam Sansan sampah organik dan Jaya. mengolah Sadaratex organik dan sampah sampah dan Jaya. sampah anorganik menurunnya anorganik timbulan sampah yang dihasilkan.
3.5.7
Tempat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Metod e Diskusi
Evaluasi
Tanya Jawab, diskusi
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Sampah yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi kedalam beberapa jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik, sampah sisa produksi dan sampah B3. 2) Untuk sampah sisa produksi akan langsung dijual kepada pihak ketiga. 3) Untuk sampah B3 setelah disimpan ditempat khusus penampungan sampah B3, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak ketiga. 4) Untuk sampah organik dan anorganik belum dilakukan kegiatan pengurangan sampah, padahal sudah ada prosedur untuk melakukan kegiatan 3R, namun belum berjalan. 5)
Maka dari itu prioritas masalah untuk pengelolaan samph yaitu “100% sampah organik dan sampah anorganik belum dilakukan pengolahan”
6)
Alternatif penyelesaian dari masalah ini adalah “penerapan regulasi tentang pengelolaan sampah”diterapkannya alterna tif masalah ini adalah sebagai acuan dalam mengelola sampah organik dan sampah anorganik dengan baik dan benar.
PJ
3.5.7
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Sampah yang dihasilkan di PT. Sansan Saudaratex Jaya terbagi kedalam beberapa jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik, sampah sisa produksi dan sampah B3. 2) Untuk sampah sisa produksi akan langsung dijual kepada pihak ketiga. 3) Untuk sampah B3 setelah disimpan ditempat khusus penampungan sampah B3, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak ketiga. 4) Untuk sampah organik dan anorganik belum dilakukan kegiatan pengurangan sampah, padahal sudah ada prosedur untuk melakukan kegiatan 3R, namun belum berjalan. 5)
Maka dari itu prioritas masalah untuk pengelolaan samph yaitu “100% sampah organik dan sampah anorganik belum dilakukan pengolahan”
6)
Alternatif penyelesaian dari masalah ini adalah “penerapan regulasi tentang pengelolaan sampah”diterapkannya alterna tif masalah ini adalah sebagai acuan dalam mengelola sampah organik dan sampah anorganik dengan baik dan benar.
2. Saran 1) Melakukan pengolahan terhadap sampah organik dan sampah anor ganik. 2) Membuat tim pengawas dalam kaitannya mengelola sampah. 3) Menerapkan regulasi mengenai pengelolaan sampah.
3.6 Penyehatan Udara
Standar Baku Mutu (SBM) media udara meliputi standar baku mutu udara dalam ruang (indoor air quality) dan udara ambien (ambient air quality). 3.6.1
Identifikasi Kondisi Penyehatan Udara Tabel 3.43 Kualitas Udara Ambient di PT. Sansan Saudaratex Jaya
No.
Parameter
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
Cuaca Temperatur Kelembaban Kebisingan Getaran Pencahayaan Polutan NO2 SO2 CO Debu PM 2.5 PM 10 H2S NH3
Satuan
Baku Mutu
⁰C
%RH dB(A) mm/s lux
85 40
µg/m³ µg/m³ µg/m³ µg/m³ µg/m³ µg/m³ ppm ppm
400 900 30,000 260 65 150 0.02 2
Hasil Pengujian L001 L002 L003
30.2 69.8 45.5 4.1 182.2
32 67.8 68 3.6 69
29 68.1 54 4.1 121
12.3 67 202 175 55 120 0.01 0
11.2 94 157 89 46 43 0 0
13.3 75 144 80 49 31 0 0
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel 3.44 Kualitas Udara Emisi PT. Sansan Saudaratex Jaya Baku Hasil No. Parameter Satuan Mutu Pengujian 0 1 Temperatur Udara C 27 2 Opasitas % 20 6 3 Total Partikulat mg/m3 230 203.97 4 O2 % 12.7 5 CO ppm 891 6 CO2 % 5.7 3 7 NO2 mg/m 825 5.39 3 8 SO2 mg/m 750 413.64 9 Efisiensi Pembakaran % 83.7 10 Flow Rate m/s 0.4 Sumber : Data UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel 3.45 Kualitas Kimia Udara di dalam Ruangan Produksi di PT. Sansan Saudaratex Jaya Baku Hasil No. Parameter Satuan Keterangan Mutu Pengujian 1. NOx µg/m3 5600 11,2 MS 3 2. SO2 µg/m 5200 94 MS 3 3. CO µg/m 29000 157 MS Sumber : Data UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kima udara didalam ruangan produksi. Parameter yang diukur adalah NO X, SO2 dan CO. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa 100% kualitas kimia udara diruang produksi masih memenuhi syarat. Tabel 3.46 Kualitas Kimia Udara di luar Ruangan Produksi PT. Sansan Saudaratex Jaya Baku Hasil No. Parameter Satuan Keterangan Mutu Pengujian 1. NOx µg/m3 400 12,3 MS 3 2. SO2 µg/m 900 67 MS 3 3. CO µg/m 30000 202 MS
Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kima udara diluar ruangan produksi. Parameter yang diukur adalah NO X, SO2 dan CO. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa 100% kualitas kimia udara diluar ruangan produksi masih memenuhi syarat. Tabel 3.47 Kualitas Fisik Udara (Kebisingan) di Ruangan Produksi PT. Sansan Saudaratex Jaya Baku Hasil No. Ruangan/Bagian Satuan Keterangan Mutu Pengukuran 1 Sewing dB(A) 85 81.3 MS 2 Finishing dB(A) 85 81.7 MS 3 Cutiing dB(A) 85 80.9 MS 4 Embroidery dB(A) 85 86.1 TMS 5 Washing dB(A) 85 89.1 TMS Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran kebisingan di ruangan produksi PT.
Sansan Saudaatex Jaya. Pengukuran dilakukan pada setiap bagian produksi, yaitu cutting, sewing, finishing, embroidery dan washing. Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa 40% kebisingan di ruangan produksi tidak memenuhi syarat. Ruangan tersebut yaitu ruang embroidery dan washing. Hal ini disebabkan karena suara bising yang dihasilkan dari mesin bordir yang digunakan dan mesin cuci yang digunakan. Hasil pengukuran di bagian embroidery adalah 86.1 sementara di bagian washing yaitu 89.1, sementara nilai ambang batas kebisingan adalah 85 d B.
Tabel 3.48 Kualitas Fisik Udara (Pencahayaan) di Ruangan Produksi PT. Sansan Saudaratex Jaya
Hasil Pengukuran Rata-rata NAB Keterangan (Lux) (Lux) Titik I Titik II Titik III 750 TMS Sewing 755.3 332.67 408 498.65 300 MS Cutting 114.3 95.67 1058.33 422.76 300 MS Embroidery 136.67 102 66 101.56 300 MS Finishing 309.67 613.67 368.67 430.67 300 TMS Washing 219.33 403.33 92.33 238.33 Tabel diatas merupakan hasil pengukuran pencahayaan di setiap ruangan produksi di Ruang
PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pengukuran yang didapatkan hasil bahwa sebesar 40% pencahayaan di ruangan produksi tidak memenuhi syarat, r uangan yang tidak memenuhi syarat tersebut adalah ruangan sewing dan ruangan washing.
No 1 2 3 Tabel
Tabel 3.49 Kualitas Fisik Udara (Suhu) di Ruangan Produksi PT. Sansan Saudaratex Jaya Parameter Keterangan Suhu NAB 27.8 18-28 MS 27.9 18-28 MS 27.6 18-28 MS diatas merupakan hasil pengukuran suhu di Ruang Office PT. Sansan
Saudaratex Jaya, dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa suhu diruangan Office 100% masih memenuhi syarat. Tabel 3.50 Kualitas Fisik Udara (Kelembaban) di Ruangan Produksi PT. Sansan Saudaratex Jaya Parameter No Keterangan Kelembaban NAB 1 59 40-60 MS 2 60 40-60 MS 3 60 40-60 MS Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kelembaban di Ruang Office PT. Sansan
Saudaratex Jaya, dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa kelembaban diruangan Office 100% masih memenuhi syarat. Tabel 3.51 Kualitas Bakteriologi Udara di Ruangan Office PT. Sansan Saudaratex Jaya Baku Hasil No. Parameter Ketarangan Mutu Uji 500 41 1 Bakteri MS 3 CFU/m CFU/m3
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran mikrobiologi uadara di ruangan Office PT. Sansan Saudaratex Jaya. Hasil pengukuran didapatkan bahwa kualitas mikrobiologi udara diruangan office PT. Sansan Saudaratex Jaya 100% masih memenuhi syarat. Tabel 3.52 Kualitas Emisi Gas dari Cerobong Boiler Batu Bara Baku Hasil No. Parameter Satuan Keterangan Mutu Pengujian Total 1. mg/m3 230 203,7 MS Partikel 2. SO2 mg/m3 750 413.64 MS 3 3. Nox mg/m 825 5.39 MS 4. Opasitas % 20 6 MS Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran emisi gas dari cerobong boiler batu bara, dari hasil pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa untuk parameter Total partikel, SO2, NOX, dan Opasitas 100% masih memenuhi syarat. Tabel 3.53 Kualitas Partikel Debu di dalam Ruangan Produksi No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Hasil Pengujian
Keterangan
1.
Total Suspended Particulate
µg/m3
10
89
TMS
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran partikel debu di dalam ruangan produksi. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa 100% kualitas partikel debu didalam ruangan produksi tidak memenuhi syarat. Tabel 3.54 Kualitas Partikel Debu di luar Ruangan Produksi No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Hasil Pengujian
Keterangan
1.
Total Suspended Particulate
µg/m3
10
175
TMS
Sumber : Dokumen UKL-UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya, 2016
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran partikel debu di luar ruangan produksi. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa 100% kualitas partikel debu diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat.
3.6.2
Penyebab Kondisi Kesehatan Lingkungan
1. Sumber bising diruang produksi berasal dari mesin-mesin bordir di bagian Embroidery dan mesin cuci yang berada di bagian washing. 2. Pencahayaan diruang produksi dianggap tidak memenuhi syarat dikarenakan kurangnya pencahayaan alami. 3. Penyehatan udara diruangan Office menggunakan AC ( air conditioner). 4. Penyehatan udara duruangan produksi menggunakan AC dan blower. 5. Jumlah AC diruang Produksi (sewing) sebanyak 20 buah. 6. Jumlah AC diruang produksi (embroidey) sebanyak 6 buah. 7. Jumlah blower diruang produksi (finisihing) sebanyak 8 buah. 8. Jumlah blower diruang produksi (washing) sebanyak 6 buah. 9. Jumlah blower diruang produksi (cutting) sebanyak 5 blower. 10. Belum ada media filter penyaring debu. 11. Tidak ada petugas yang bertanggung jawab yang melakukan pemantauan terhadap kualitas udara emisi dan ambient. 3.6.3
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi, terdapat beberapa masalah kualitas udara yaitu kualitas fisik udara untuk parameter kebisingan dari 5 ruangan yang dilakukan pengukuran 2 diantaranya hasilnya tidak memenuhi syarat yaitu untuk rungan embroidery dan washing. salah satu penyebab kebisingan tidak memenuhi syarat di 2 ruangan tersebut karena tingginya intensitas bising dari mesin. Namun kondisi kebisingan yang tinggi tersebut sudah coba diminimalisir oleh pihak PT. Sansan Saudaratex Jaya dengan memberikan APD berupa Earplug kepada para karyawan. Selain kebisingan, kualitas udara fisik yang menjadi masalah adalah pencahayaan, dimana dari 5 ruangan yang dilakukan pengukuran, terdapat 2 ruangan yang tidak memenui syarat, yaitu ruangan sewing dan washing. Beberapa penyebab pencahayaan diruangan produksi tidak memenuhi syarat adalah kurangnya pencahayaan alami dan penyimpanan lampu yang kurang merata. Masalah kualitass fisik udara yang terakhir adalah kualitas debu didalam dan ruangan produksi tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan Belum adanya media penyaring debu pada alat penghisap debu.
3.6.4
Penentuan Prioritas Masalah Rumusan masalah untuk komponen udara adalah sebagai berikut :
1. 40% dari 5 ruangan di ruangan produksi kebisingan tidak memenuhi syarat. 2. 40% dari 5 ruangan diruangan produksi pencahayaan tidak memenuhi syarat. 3. 100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat. Tabel 3.55 Penentuan Prioritas Masalah
Community Concern
Prevalence
Seriousness
Manageability
Hasil Penilaian
3
2
3
3
54
40% dari 5 ruangan diruangan produksi pencahayaan tidak memenuhi syarat.
2
2
3
3
36
100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat.
4
3
3
3
108
Masalah Kesling
Penyehatan Udara 40% dari 5 ruangan di ruangan produksi kebisingan tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bryant, didapatkan hasil bahwa prioritas masalah yang akan diselesaikan 100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat., dengan skor penilaian 108. 3.6.5
Alternatif Penyelesaian Masalah
Berikut ini merupakan beberapa alternatif pemecahan masalah dan penyebab masalah kesehatan lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Memasang
media
penyaring
debu
pada
alat
penghisap
menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain . 2. Memasang bag house filter pada alat penghisap debu. 3. Memasang wet scrubber.
debu
dengan
No
1.
Tabel 3.56 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah Alternatif Nilai Kreteria Efektivitas Total Nilai cara M I V C MxI xV penyelesaian (magnitude) (importensi) (vurnerability) (Cost) C masalah Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan 3 4 3 2 18 menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain
2.
Memasang bag house filter pada alat penghisap debu.
3
3
3
4
6.75
3.
Memasang wet scrubber.
3
3
3
5
5.4
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif penyelesaian masalah yang paling efisien adalah Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain. Alternatif ini ditinjau dari tingkat kemampuan penyelesaian masalah, tingkat kepentingan, tingkat sensitivitas serta biaya yang dibutuhkan dan diperoleh nilai tertinggu sebesar 18. 3.6.6 Penyusunan Plan Of Action (POA)
Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Plan Of Action Masalah Air 1) Judul Rencana Kerja
“Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain .” 2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
“100% kualitas debu didalam ruangan produksi dan diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat ”
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.57 Penyusunan Plan Of Action (POA) No
Kegitan
Tujuan
1.
Penyuluhan tentang penyehatan udara
Memahami tentang penyehatan udara dan kriteria dari udara bersih
2.
Proses pembuatan media filter untuk blower penghisap debu
Untuk menurukan kadar debu di udara.
3.6.7
Target
Biaya
Meningkatnya pengetahuan karyawan tentang penyehatan udara.
Rp. 10.000
Waktu Pelaksanaan 17 Mei 2017
Meningkatkan kualitas udara khususnya untuk parameter fisik
Rp. 625.000
30 Mei 2017
Sasaran
Karyawan bagian gudang export di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Karyawan bagian gudang export di PT. Sansan Saudaratex Jaya.
Pelaksana
Tempat
Metode
Haifannisa Ruang Mahran Rapat Noviyani dan Hilyati Fairuza
Diskusi
Karyawan bagian gudang export di PT. Sansan Sadaratex Jaya.
Praktik
Depan gudang export
Evaluasi
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Kualitas udara yang rutin dilakukan pemantauan adalah kualitas udara ambient dan kualitas udara emisi. Pemantauan dan pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sekali. 2) Setelah dilakukan pengukuran diruangan produksi, untuk kebisingan dan pencahayaan tidak memenuhi syarat. 3) Penyebab dari kebisingan tidak memenuhi syarat adalah karena tingginya intensitas bising dari mesin yang digunakan. 4) Sementara itu untuk penyebab dari pencahayaan tidak memenuhi syarat adalah kurangnya pencahayaan alami. 5) Berdasarkan data sekunder yang didapatkan, untuk kualitas debu tidak memenuhi syarat baik didalam ruangan produksi maupun di luar ruangan produksi. 6) Penyebab dari kualitas debu tidak memenuhi syarat karena belum terdapat media penyaring yang berguna untuk menyaring debu dari dalam keluar. 7) 100% kualitas debu didalam ruang produksi dan diluar ruangan produksi tidak
PJ
3.6.7
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Kualitas udara yang rutin dilakukan pemantauan adalah kualitas udara ambient dan kualitas udara emisi. Pemantauan dan pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sekali. 2) Setelah dilakukan pengukuran diruangan produksi, untuk kebisingan dan pencahayaan tidak memenuhi syarat. 3) Penyebab dari kebisingan tidak memenuhi syarat adalah karena tingginya intensitas bising dari mesin yang digunakan. 4) Sementara itu untuk penyebab dari pencahayaan tidak memenuhi syarat adalah kurangnya pencahayaan alami. 5) Berdasarkan data sekunder yang didapatkan, untuk kualitas debu tidak memenuhi syarat baik didalam ruangan produksi maupun di luar ruangan produksi. 6) Penyebab dari kualitas debu tidak memenuhi syarat karena belum terdapat media penyaring yang berguna untuk menyaring debu dari dalam keluar. 7) 100% kualitas debu didalam ruang produksi dan diluar ruangan produksi tidak memenuhi syarat merupakan masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan berdasarkan perhitungan dengan metode Bryant. 8) Alternatif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah Memasang media penyaring debu pada alat penghisap debu dengan menggunakan proses intersepsi dan menggunkan media kain. 2. Saran 1) Melakukan pemantauan dan pemeriksaan untuk kualitas udara fisik khususnya untuk pencahayaan, kebisingan dan debu. 2) Pengawasan dalam penggunaan APD lebih diperketat lagi.
3.7 Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu 3.7.1
Identifikasi Kondisi Keberadaan Vektor dan Binatang Pengganggu Tabel 3.58 Kepadatan Lalat di PT. Sansan Saudaratex Jaya No.
Kepadatan Lalat 2.4 0.6 10.2 3.8 1.4 1.6 1 8.6
Tempat
1 2 3 4 5 6 7 8
Kategori
Sumber Tinggi 10 meter dari Sumber Rendah Depan Dapur Tinggi 5 meter dari Dapur Tinggi Kantin Rendah Titik I Dapur Rendah Titik II Dapur Rendah Titik III Dapur Tinggi Tempat Pencucian Alat 9 4.4 Tinggi Makan Tabel diatas merupakan hasil pengukuran kepadatan lalat di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa sebesar 55.56% dari 9 titik yang diukur kepadatan lalatnya dikategorikan tinggi, yaitu di titik sumber (TPS), Depan dapur, 5 meter dari Dapur, didalam Dapur dan di tempat pencucian alat makan. Tabel 3.59 Kepadatan Kecoa di PT. Sansan Saudaratex Jaya Jumlah No. Tempat Kategori Kecoa
1
Office
1
Rendah
2
Office
1
Rendah
Tabel diatas merupakan data hasil pengukuran kepadatan kecoa di PT. Sansan Saudaratex Jaya. Dari hasil pengamatan terhadap kepadatan kecoa didapatkan hasil bahwa 100 % kepadatan kecoa di ruangan Office PT. Sansan Saudaratex Jaya masih dalam kategori rendah. 3.7.2
Penyebab Kondisi Kesehatan Lingkungan
1. Belum ada pengawasan dan pemantauan terkait vektor dan binatang pembawa penyakit. 2. Belum terdapat sumber daya khusus yang melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kepadatan vektor dan binatang penggangu. 3. Terdapat Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tergenang sehingga menimbulkan bau yang mengganggu.
4. Pengetahuan petugas kebersihan mengenai vektor dan binatang pengganggu termasuk kategori baik. 5. Di area perusahaan, penyimpanan barang tidak teratur. 6. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak tertutup. 7. Tenpat sampah tidak tertutup. 3.7.3
Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri persyaratan tentang keberadaan vektor khususnya lalat adalah jika kepadatan lalat >2 maka kepadatan lalat diarea tersebut dinyatakan tinggi. Sementara setalah dilakukan pengukuran, terdapat 5 titik dari 9 titik yang diukur kepadatannya dikategorikan tinggi. Beberapa penyebab keberadaan lalat dikategorikan tinggi karena kondisi tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang terbuka. 3.7.4
Penentuan Prioritas Masalah
Rumusan masalah untuk komponen vektor dan binatang pengganggu :
“55.56% dari 9 tempat yang diukur kepadatan lalat, hasil pengukurannya dikategorikan tinggi. ” 3.7.5
Alternatif Pemecahan Masalah Beberapa alternatif penyelesaian masalah untuk komponen vektor adalah sebagai
berikut : 1. Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair domestik. 2. Membentuk
tim
pengawas
yang
bertujuan
untuk
mengawasi
dan
mengendalikan keberadaan vektor dan binatang pengganggu di area i ndustri. Tabel 3.60 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah Alternatif cara No penyelesaian masalah Melakukan pemantauan terhadap 1. pengelolaan sampah dan pengolahan
Nilai Kreteria Efektivitas
M I (magnitude) (importensi)
3
3
Total Nilai
V (vurnerability)
3
C MxI xV (Cost) C
2
13.5
limbah cair domestik. Membentuk tim pengawas yang bertujuan untuk mengawasi dan 2. mengendalikan keberadaan vektor dan binatang pengganggu di area industri.
3
3
3
4
6.75
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alternatif penyelesaian masalah yang paling efisien adalah Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair domestik. Alternatif ini ditinjau dari tingkat kemampuan penyelesaian masalah, tingkat kepentingan, tingkat sensitivitas serta biaya yang dibutuhkan dan diperoleh nilai tertinggu sebesar 13.5. 3.7.6
Penyusunan Plan Of Action (POA)
Berikut merupakan tabel plan of action untuk intervensi kesehatan Lingkungan di PT. Sansan Saudaratex Jaya : 1. Plan Of Action Masalah Air 1) Judul Rencana Kerja
“Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair domestik .” 2) Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan
“55.56% dari 9 tempat yang diukur kepadatan lalat, hasil pengukurannya dikategorikan tinggi ”
3) Kegiatan Penyelesaian Masalah Kegiatan penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.61 Penyusunan Plan Of Action (POA) No
Kegitan
1.
Penyuluhan tentang pengendalian vektor
2.
Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair
Tujuan
Sasaran
Target
Memahami Karyawan Meningkatnya tentang bagian pengetahuan pengendalian dapur di PT. karyawan vektor Sansan tentang khususnya Saudaratex pengendalia lalat. Jaya. vektor. Untuk Karyawan Menghilangka mengendalika bagian n atau n faktordapur di menurunkan faktor PT. Sansan kepadatan penyebab Saudaratex vektor dari kepadatan Jaya. kategori lalat, seperti tinggi ke menutup kategori tempat rendah penampungan sampah dan menutup SPAL
3.7.7
Rp.
Waktu Pelaksanaan 17 Mei 2017
Rp.
31 Mei 2017
Biaya
Pelaksana
Tempat
Haifannisa Ruang Mahran Rapat Noviyani dan Hilyati Fairuza Karyawan Dapur bagian dapur di PT. Sansan Sadaratex Jaya.
Metode
Evaluasi
Diskusi
Praktik
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Setlah dilakukan pengukuran, dari 9 tempat yang telah diukur 5 diantaranya kepadatan lalat berkategori tinggi. 2) Beberapa penyebab kepadatan lalat berkategori tinggi adalah kondisi tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang terbuka. 3)
Berdasarkan penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah “melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair
domestik”merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah komponen vektor dan bintang pengganggu. 2. Saran 1) Melakukan pemantauan (monitoring) terhadap keberadaan vektor dan binatang pengganggu lainnya. 2) Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam melakukan pengawasan dan pengendalian keberadan vektor dan binatang pengganggu.
PJ
3.7.7
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 1) Setlah dilakukan pengukuran, dari 9 tempat yang telah diukur 5 diantaranya kepadatan lalat berkategori tinggi. 2) Beberapa penyebab kepadatan lalat berkategori tinggi adalah kondisi tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang terbuka. 3)
Berdasarkan penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah “melakukan pemantauan terhadap pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair
domestik”merupakan alternatif yang paling efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah komponen vektor dan bintang pengganggu. 2. Saran 1) Melakukan pemantauan (monitoring) terhadap keberadaan vektor dan binatang pengganggu lainnya. 2) Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam melakukan pengawasan dan pengendalian keberadan vektor dan binatang pengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen UKL – UPL PT. Sansan Saudaratex Jaya tahun 2016 Kodoatie Robert J.dan Sjarief Roestam. 2008 . Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu . ANDI : Yogyakarta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesi Nomor 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan Said, Nusa Idaman. 1999. Kesehatan Masyarakat Dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi : Jakarta Standar Nasional Indonesia 7388 Tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba Standar Nasional Indonesia 16-7602-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tenpat Kerja
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Lampiran I Dokumentasi No.
Dokumentasi 1.
Keterangan Ruang Produksi Cutting
2.
Ruang Produksi Sewing
3.
Ruang Produksi Embroidery
4.
Dapur
5.
Bak Central
6.
Truk Pengangkut Sampah
7.
Kondisi TPS
8.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Dapur
9.
Kondisi IPAL
10.
Penyehatan Produksi
Udara
di
Ruang