PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembinaan dan pengembangan potensi anak bangsa dapat diupayakan melalui pembangunan diberbagai bidang yang didukung oleh atmosfir masyarakat belajar. Anak kedudukannya sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan bangsa perlu mendapatkan posisi dan fungsi strategis dalam pembangunan. Terutama pembangunan pendidikan yang menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa dan kunci pembangunan potensi anak yang seyogyanya dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pembahasan tentang anak oleh pakar dan praktisi melalui seminar dan konferensi baik nasional dan internasional.
Di Indonesia dewasa ini perkembangan anak tengah mendapatkan perhatian serius terutama dari pemerintah, karena disadari benar bahwa mereka yang akan menjadi penerus generasi yang ada sekarang. Untuk mewujudkan generasi penerus yang tangguh dan mampu berkompetisi diperlukan upaya pengembangan anak yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan. Sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN tahun 2003, bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Untuk itulah, maka aspek-aspek yang perlu dikembangkan pada anak yaitu: motorik. Aspek ini akan dapat berkembang dengan baik apabila pemahaman mengenai perkembangan motorik oleh guru pendidikan jasmani disekolah juga baik.
Anak sedang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan perhatian khusus. Anak pada usia sekolah mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangan, termasuk perkembangan motoriknya. Artinya perkembangan motorik sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terhadap hubungan yang saling mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan gerak dan control gerak, keterampilan gerak anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol gerak. Kontrol gerak tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik. Latihan fisik akan meningkatkan kemampuan fisik seseorang dalam bergerak.
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang menggunakan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas gerak tubuh. Kemampuan fisik sangat diperlukan dalam mendukung aktivitas gerak tubuh. Gerakan yang terampil bisa dilakukan apabila kemampuan fisik cukup memadai. Untuk mendaptkan keterampilan gerak maka diperlukan suatu pelatihan. Pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis,yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang ditambah sedikit demi sedikit pada hari-hari berikutnya. Dengan berlatih secara sistematis dalam pengulangan-pengulangan yang konstan, maka akan didaptkan hasil yang baik.
Seringkali perkembangan motorik anak diabaikan atau bahkan dilupakan oleh orang tua, pembimbing atau bahkan guru sendiri. Hal ini lebih dikarenakan belum pahamnya mereka bahwa perkembangan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak, agar semua pihak yang berkepentingan memahami dan mampu menerapkan pada anak didiknya.
Belajar merupakan suatu proses yang dapat mendorong terhadap tumbuhnya suatu perubahan, baik perubahan sebagai hasil dari pengalaman maupun latihan. Perubahan yang dimaksud bukan pertumbuhan dan perkembangan melainkan perubahan penampilan keterampilan yang bertalian dengan kecakapan keterampilan dan kecakapan persepsi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan selanjutnya akan terfokus pada : "Bagaimana Peranan Motor Learning dalam Pembelajaran Keterampilan Motorik Sepakbola pada anak?
Masalah ini akan coba diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
PEMBAHASAN
Pengertian Motor Learning
Motor learning berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, yakni: motor dan learning. Motor artinya gerak dan Learning adalah belajar. Jadi secara harafiah motor learning adalah belajar gerak, yang selanjutnya akan dipakai pengertian tersebut dalam penulisan ini. Namun para ilmuan olahraga dalam menjelaskannya tidak hanya pada pengertian kata saja tetapi dijelaskan tentang maknanya.
Menurut Richard (2001:3) motor learning dibagi menjadi empat yaitu skill, motor skill, action, and movement. Namun dalam klasifikasi itu dapat dicermati keterampilan yang baik dapat terbentuk karena ada gerakan yang terampil, dan gerakan yang terampil dapat terjadi karena ada aksi, aksi ini timbul karena ada pergerakan. Keempat faktor ini dapat terbentuk disebabkan oleh aktivitas fisiologis manusia yang meliputi alat-alat gerak tubuh yang terdiri dari otot sebagai penggerak aktif, tulang sebagai penggerak pasif dan saraf sebagai pengatur gerak.
Menurut Schmidt (1988: 346) Motor Learning adalah serangkaian proses internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang akan membentuk perubahan permanen relative terhadap kemampuan untuk merespons. Selanjutnya, Poole (1991: 45) Motor Learning adalah hanya mengajar nauromuscular sistem untuk melaksanakan suatu tugas yang spesifik dengan pertunjukan yang dapat direproduksi secara konsisten. Jadi pengertian motor learning ini beraneka ragam, dan berdasarkan pendapat para ahli diatas dapatlah dirumuskan motor learning yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah: suatu proses pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis yang dapat membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi gerak.
Belajar Gerak
Dalam pembelajaran sepakbola, seorang anak membutuhkan beberapa kali percobaan untuk menguasai keterampilan motorik dalam teknik dasar sepakbola. Untuk memudahkan siswa dalam menguasai teknik dasar sepakbola, maka guru pendidikan jasmani harus mempelajari motor learning (belajar gerak). Dengan mempelajari gerak dengan benar akan memudahkan guru dalam memberikan pelajaran gerak, sebab dalam belajar gerak meliputi empat klasifikasi yakni: keterampilan (skill), keterampilan gerak (motor skill), aksi (action), pergerakan (movement). Seperti yang dikemukakan oleh Richard (2001: 3) bahwa:
Skill: (a) an action or task that has a specific goals to achieve, (b) an indicator of quality of performance. Artinya (a) suatu tindakan atau tugas yang dimemiliki untuk mencapai tujuan khusus, (b) indicator dalam kualitas kinerja.
Motor Skill : a skill that requires a voluntary body and/or limb movement to achieves its goals. Artinya keterampilan yang membutuhkan kerja anggota tubuh secara sukarela atau gerakan anggota badan untuk mencapai tujuannya.
Action: a goal-directed activity that consist of body and/or limb movement. Artinya tujuan kegiatan diarahkan yang terdiri dari tubuh atau gerakan anggota badan
Movement: behavioral characteristics of specific limb or combination of limbs that are component parts of an action or motor skill. Artinya karakteristik perilaku anggota badan tertentu atau kombinasi dari anggota badan yang merupakan bagian komponen dari suatu tindakan atau keterampilan motorik.
Dalam gerak dasar permainan sepakbola, pembagian atau klasifikasi gerak diatas dapat dipahami sebagai berikut:
Skill permainan sepakbola meliputi delapan fase, yakni:
Menendang (kicking)
Mengoper (passing)
Menembak (shooting)
Menggiring (dribbling)
Mengendalikan (controlling)
Menanduk (heading)
Menimang (juggling)
Melempar ke dalam (throw-ins)
Motor skill sepakbola meliputi delapan fase di atas, namun dalam pembelajaran sepakbola yang diperagakan oleh guru pendidikan jasmani tidak mencakup delapan fase tersebut. Guru menjelaskan dan memperagakan gerakan menendang, mengoper, menggiring dan menembak sebagai contoh yang akan ditirukan oleh siswa.
Action:
Siswa mencoba melakukan gerakan-gerakan diatas dengan mengunakan metode bertahap atas pemahaman melihat peragaan guru pendidikan jasmani sebagai informan.
Movement:
Siswa merangkaikan gerakan-gerakan dalam bentuk keterampilan dasar permainan sepakbola (otomatisasi gerakan permainan sepakbola).
Proses belajar gerak berbentuk kegiatan mengamati gerakan dan kemudian mencoba menirukan berulang-ulang, dan menerapkan pola-pola gerak tertentu pada situasi tertentu yang dihadapi, dan juga dalam bentuk menciptakan pola-pola gerak baru untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam belajar gerak, karena siswa harus memahami gerakan untuk mampu melakukannya, maka selain unsur fisik disitu juga terlibat unsur fikir. Unsur emosi dan perasaan juga terlibat dalam belajar gerak, karena emosi dan perasaan merupakan unsur psikis yang merupakan daya penggerak dalam berprilaku. Seseorang akan melakukan gerakan tertentu apabila mempunyai kemauan untuk bergerak dan merasa perlu untuk melakukan gerakan. Dalam melakukan suatu gerakan apabila ia tahu atau mengerti gerak apa yang harus dilakukan, dan gerakan tertentu itu akan terwujud apabila ia memiliki cukup kemampuan untuk bergerak.
Dalam belajar gerak, dapat kita temui ranah gerak yang merupakan terjemahan dari kata "domain" yang diartikan bagian atau unsure gerak. Gerak tubuh merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melaksanakan hidupnya. Gerak tubuh manusia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Anita J. Harrow (dalam Sugianto, 1993: 3) membedakan gerak tubuh menjadi 6 klasisifikasi yang merupakan satu kesatuan yang membentuk gerak tubuh manusia, mulai dari yang bersifat bawaan sejak lahir sampai tarafnya yang paling tinggi yaitu:
Gerak Refleks
Gerak refleks adalah respons gerak atau aksi yang terjadi tanpa kemauan sadar yang ditimbulkan oleh suatu stimulus. Gerak refleks dilakukan secara spontan tanpa difikir terlebih dahulu. Gerak refleks ini bersifat prerekuisit terhadap perkembangan kemampuan gerak tubuh yang bertaraf lebih tinggi. Bersifat prerekuisit artinya bahwa tanpa memiliki kemampuan gerak refleks, maka kemampuan gerak tubuh tidak akan berkembang dengan baik. Misalnya memiliki gerak refleks untuk ketegakkan tubuh (refleks postural) memberikan kemungkinan berkembangnya kemampuan berjalan, berlari, meloncat, dan sebagainya.
Gerak Dasar Fundamental
Gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang perkembangannya terjadi sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerak dasar fundamental mulai dapat dilakukan oleh seseorang sebagian pada masa bayi dan sebagian pada masa kanak-kanak, dan gerak ini akan disempurnakan pada masa sesudahnya melalui proses berlatih atau gerakan dilakukan berulang-ulang. Gerak dasar fundamental dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
Gerak lokomotor adalah gerak berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, misalnya: merangkak, berjalan,berlari dan meloncat.
Gerak non-lokomotor adalah gerak yang berporos pada sumbu persendian tubuh tertentu,misalnya: menekuk lengan, menekuk kaki, membungkuk.
Gerak manipulatif adalah gerak manipulasi atau memainkan objek tertentu menggunakan tangan, kaki, atau bagian tubuh lain misalnya: menggiring bola, melempar sasaran, menarik beban.
Kemampuan Perseptual
Kemampuan perseptual adalah kemampuan untuk menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh panca indra. Menggunakan kemampuan perceptual ini seseorang bisa mengerti apa yang terjadi disekitarnya. Misalnya: seseorang yang sedang bermain bola, bila ada bola yang mendekat maka setelah matanya memandang bola tersebut maka ia sadar dan mengerti ada bola yang datang kearahnya. Seseorang pelari yang telinganya menangkap suara dari pemberi aba-aba maka ia menjadi sadar dan mengerti bahwa ia telah diberi aba-aba untuk mulai berlari. Kemampuan perceptual yang ada hubungannya dengan gerak ini, ada lima macam yakni:
Pembedaan gerak (Kinestetik) adalah kemampuan untuk menginterpretasi rasa posisi dan gerak tubuk pada saat seseorang membentuk posisi atau menggerakkan bagian tubuh tertentu, ia akan bisa merasakan gerak tubuh yang dilakukannya. Dari yang dirasakan itu ia bisa membedakan berbagai macam posisi atau gerak tubuh. Indra kinestetik berada pada sendi dan tendon.
Pembedaan penglihatan (Visual) adalah kemampuan menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh mata untuk mengerti tentang apa yang dilihat. Kemampuan ini berguna dalam olahraga yang menggunakan objek yang yang harus dilihat, misalnya: olahraga yang menggunakan bola, dengan menggunakan kemampuan pembeda visual, pemain bola bisa mengetahui bahwa ada bola yang datang, kemana arahnya, seberapa kecepatannya, dan sebagainya. Dengan demikian memungkinkan bagi pemain untuk mengantisipasi dengan gerakan yang bagaimana agar bisa memainkan bola tersebut.
Pembedaan pendengaran (Auditory) adalah kemampuan untuk menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh telinga untuk mengerti tentang apa yang didengar. Kemampuan ini berguna dalam olahraga yang menggunakan isyarat-isyarat suara, misalnya bunyai aba-aba dengan menggunakan peluit, suara dari wasit/juri atau suara yang ditimbulkan lawan.
Pembedaan Peraba (Taktil) adalah kemampuan untuk menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh indra peraba untuk mengerti tentang sesuatu yang diraba atau menyentuh kulitnya. Kemampuan ini berguna dalam olahraga yang menggunakan objek yang harus dimanipulasikan, misalnya: dalam bermain bola, pemain harus mengetahui keras lunaknya bola yang digunakan.
Kemampuan koordinasi adalah kemampuan yang memadukan persepsi atau pengertian yang diperoleh dalam penginterpretasian stimulus oleh beberapa kemampuan perceptual kedalam suatu pola gerak tertentu, misalnya: pada saat pemain sepak bola sedang menggiring bola dan dikejar oleh lawan, ia mengkordinasikan persepsinya mengenai rasa gerakan menggiring, penglihatanya terhadap bola, menjaga bola dari lawan yang berada dibelakangnya yang diketahui dari suara atau langkah dalan berlari mendekatnya, dan rasa sentuk kaki pada bola. Kemampuan seperti tersebut dipadukan dalam kemampuan menggiring bola.
Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang menggunakan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas gerak tubuh. Kemampuan fisik sangat diperlukan dalam mendukung aktivitas gerak tubuh. Gerakan yang terampil bisa dilakukan apabila kemampuan fisik cukup memadai. Secara garis besar kemampuan fisik bisa dibedakan menjadi 4 macam, yang merupakan dasar dalam pemahaman tentang fisik. Ke empat unsure fisik yang mendasar itu meliputi:
a. Ketahanan (Endurance)
Ketahana atau sering disebut Daya Tahan fisik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama. Keemampuan ini merupakan perwujudan dari kemampuan organ-organ tubuh yang memenuhi kebutuhan dengan menggunakan oksigen sehingga memungkinkan tubuh melakukan aktivitas fisik secara terus menerus tanpa istirahat, serta kemampuan untuk membuang dan menghambat bertambahnya konsentrasi asam laktat dalam tubuh. Daya tahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: pertama, daya tahan otot local adalah kapasitas sekelompok otot untuk berkontraksi atau bekerja berulang-ulanh dalam waktu yang lama. Kemampuan ini diperlukan misalnya dalam melakukan squat jump sebanyak-banyaknya. Kedua, daya tahan otot fungsional adalah kemampuan kerja jantung, paru-paru, hati, ginjal, lambung, usus, yang merupakan otot halus secara intensif dalam waktu yang lama. Kemampuan ini dibutuhkan bagi pelari jarak jauh.
b. Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah kemampuan menggunakan otot untuk menahan atau melawan beban. Kekuatan merupakan jumlah maksimum daya atau tenaga yang yang dikerahkan oleh sekelompok otot dalam melawan beban atau tahan. Kemampuan ini diperlukan pada saat menarik barbell atau menarik tali busur.
c. Kelenturan (Fleksibility)
Kelenturan adalah keluwesan gerak pesendian. Keluwesan gerak persendian dipengaruhi oleh bentuk tulang yang membentuk persendian dan elastisitas otot-otot yang menghubungkan persendian. Fleksibilitas sangat diperlukan pada olahraga yang banyak melakukan liukan-liukan tubuh, misalnya pada senam dan gulat.
Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan bergerak dari satu tempat ketempat lain dalam waktu yang singkat. Unsur-unsur dari kecepatan adalah kemampuan memulai dan berhenti melakukan gerakan dengan cepat, bergerak dengan cepat dengan tingkat Reaction, acceleration, maximum velocity, and finishing yang tinggi dalam waktu yang singkat. Kemampuan fisik ini diperlukan dalam berbagai macam cabang olahraga yang memerlukan kecepatan, misalnya: nomor lari cepat.
Gerak Keterampilan
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan control sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Gerak keterampilan bisa dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
Keterampilan adaptif sederhana adalah keterampilan yang dihasilkan dari penyesuaian gerak dasar fundamental dengan situasi atau kondisi tertentu pada saat melakukan gerakan. Misalnnya, berlari meliwati bermacam-macam rintangan.
Keterampilan adaptif terpadu adalah keterampilan yang dihasilkan dari perpaduan antara gerak dasar fundamental dengan menggunakan perlengkapan atau alat tertentu. Misalnya, memukul bola menggunakan reket.
Keterampilan adaptif kompleks adalah keterampilan yang memerlukan penguasaan berbentuk gerakan dan koordinasi tubuh yang kompleks. Misalnya, menyemes bola.
Komunikasi Non-Diskursif
Komunikasi non-diskursif adalah komunikasi melalui gerak tubuh. Gerak tubuh yang bersifat komunikatif bisa dibedakan menjadi:
Gerak ekspresif adalah gerak yang bertujuan mengkomunikasikan suatu pesan. Misalnya, gerak menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak setuju.
Gerak interperatif merupakan gerak tubuh yang menampilkan keindahan dan mengandung makna tertentu. Gerak yang menampilkan keindahan disebut gerak estetik, sedangkan gerak yang menampilkan makna tertentu disebut gerak interperatif. Contoh gerak interperatif adalah gerak tari balet. Gerak tari balet mengandung nilai estetik sekaligus mengandung makna tertentu yang ingin disampaikan melalui penampilan gerak. Gerak interperatif merupakan klasifikasi gerak yang paling tinggi tarafnya seperti seorang penari balet yang menguasai keterampilan geraknya dulu baru kemudian bisa melakukan dengan indah dan penuh penjiwaan makna gerakan.
Oleh karena itu seorang guru pendidikan jasmani dalam memberikan pembelajaran gerak perlu memahami keterampilan gerak itu terlebih dulu sebelum ia menunjukan atau meragakan teknik tersebut. Tujuannya adalah agar pada saat siswa melihat peragaannya, akan membuat konsep kognitif anak sebelum ia menirukannya.
Hakikat Keterampilan Gerak
Telah dijelaskan diatas, mempelajari gerak dengan benar akan membentuk keterampilan gerak yang baik pula. Untuk memudahkan siswa dalam memahami keterampilan gerak permainan sepakbola, terlebih dahulu guru harus memiliki pemahaman tentang apa itu keteramilan gerak (motor learning).
Pengertian Keterampilan Gerak
Keterampilan Gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerak yang efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan control atas bagian-bagian tubuh yang terlihat dalam gerakan. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan control tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan. Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara memahami yang dilakukan secara berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fakir akan kebenaran atau tidaknya gerakan yang sudah dilakukan. Untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu, lamanya waktu tiap-tiap individu berbeda-beda, ada yang hanya memerlukan waktu singkat dan ada yang memerlukan waktu yang cukup lama walaupun prosedur dan intensitas belajarnya sama. Hal ini disebabkan oleh factor bakat, karena setiap individu memiliki bakat yang berbeda-beda, ada yang memiliki bakat olahraga dan ada yang tidak. Individu yang berbakat olahraga akan mampu menguasai keterampilan gerak dalam waktu yang singkat.
Klasifikasi Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak dapat dikaji berdasarkan karakteristik pada pola-pola gerak tertentu. Dengan pengklasifikasian itu, guru pendidikan jasmani bisa menggunakannya untuk mempermudah manganalisis gerak yang diberikan kepada anak. Keterampilan gerak bisa diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang, Yaitu:
Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerakan
Berdasarkan kecermatannya keterampilan gerak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1). Keterampilan gerak kasar (gross motor skill) adalah keterampilan gerak yang melibatkan otot-otot besar sebagai penggerak utama, misalnya: Gerakan meloncat dengan posisi tungkai lurus, gerakan ini bertumpuh pada kedua kaki. (2). Keterampilan gerak halus (fine motor skill) adalah Keterampilan gerak yang melibatkan otot-otot halus sebagai otot-otot penggerak utama misalnya: keterampilan menarik pelatik senapan, menarik tali busur, membutuhkan kemampuan dalam mengatur pernafasan agar sasaran itu dapat tercapai. Otot halus yang dimaksutkan disini adalah otot cardiovasculare-respiratory.
Klasifikasi berdasarkan pembedaan titik awal dan akhir gerakan
Dari sudut pandang bisa ditandai pada bagian mana merupakan awal gerakan dan pada bagian mana merupakan akhir dari pada gerakan. Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu: (1). Keterampilan diskret adalah keterampilan gerak yang dengan mudah ditandai awal dan akhir dari gerakan, contohnya: gerakan menggulig ke depan sekali saja dalam senam lantai. (2). Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang dilakukan berulang-ulang secara terus menerus, contohnya: mengguling kedepan beberapa kali. (3). Keterampilan kontinyu adalah keterampilan gerak yang tidak mudah ditandai titik awal dan akhir gerakan, contoh pada gerakan permainan tenis, dalam bermain tennis pemain bergerak dalam berbagai macam pola gerak yang harus dilakukan terus menerus sesuai dengan keadaan bola. Pada cabang sepakbola, gerakannya termasuk klasifikasi gerak kontinyu.
Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan
Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak bisa dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang tidak berubah-ubah dan gerakannya dilakukan semata-mata karena stimulus dari dalam diri pelaku sendiri tanpa dipengaruhi stimulus dari luar. Contoh: dalam gerakan senam lantai, disini pelaku memulai gerakan berdasarkan kemauan sendiri, disaat ia merasa sudah siap untuk melakukannya.
Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan gerakannya dilakukan selain karena stimulus dari dalam diri, juga dipengaruhi oleh stimulus dari luar dirinya. Contoh, dalam bermain sepak bola , disini pemain melakukan gerakan-gerakannya yang selain karena kemauan sendiri juga berdasarkan kecepatan pergerakan bola, teman dan lawan, kesemuanya merupakan stimulus yang harus diperhatikan dalam melakukan gerakan.
Unsur-Unsur Kemampuan Yang Membentuk Keterampilan Gerak
Belajar dan berlatih yang perlu dilakukan pada dasarnya untuk meningkatkan kualitas fungsi-fungsi yang merupakan unsur-unsur kemampuan yang membentuk keterampilan gerak. Secara garis bersar ada tiga kelompok yang membentuk gerak:
Kemampuan fisik
Fisik sebagai fungsi untuk melakukan gerakan, kualitasnya perlu baik agar gerakan bisa terampil. Unsur gerak yang membentuk keterampilan yaitu, kekuatan, ketahanan, kecepatan dan kelincahan, kelenturan, ketajaman indera, dan kecepatan reaksi.
Kemampuan mental
Kemampuan mental adalah kemampuan yang memerlukan fungsi fakir. Dalam kemampuan mental termasuk juga kemampuan imajinasi. Unsur-unsur yang termasuk dalam kemampuan mental yaitu, kemampuan memahami gerakan yang akan dilakukan, kecepatan memahami ransangan (stimulus), kecepatan membuat keputusan, kemampuan memahami hubungan jarak, kemampuan menaksir irama, kemampuan mengingat gerakan, kemampuan memahami mekanika gerakan, dan kemampuan berkonsentrasi.
Kemampuan emosional
Kemampuan emosional atau kondisi emosionnal juga berperan penting dalam menghasilkan penampilan gerak yang terampil. Kemampuan emosional yang berpengaruh saat melakukan gerak terhadap kualitas penampilannya meliputi; kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan mau melakukan gerakan, dan bersikap positif terhadap prestasi belajar gerak.
Hakikat Pembelajaran Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola
Pembelajaran merupakan sebuah proses sadar dan terencana agar seseorang dapat belajar. Proses tersebut mengandung implikasi bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajran harus ditekankan pada pemahaman tentang anak belajar, dan mengkondisikan terjadinya proses belajar dalam diri anak sehingga bukan sekedar menginformasikan materi kepada anak. Dalam belajar, seorang anak akan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan perilakunya. Perilaku itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relaptif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Beberapa pengertian belajar diantaranya dikemukana oleh Singer (1980 : 9) bahwa "belajar itu ditandai dengan adanya perbahan perbuatan atau tingkah laku sebagai akibat dari perlakuan dan pengalaman seseorang terhadap kondisi tertentu". Seels dan Rita (1994 : 12) belajar diartikan sebagai "perolehan perubahan tingkah laku atau pengetahuan yang bersifat relatif permanen pada seseorang karena adanya pengalaman". Begitu juga yang dikemukakan oleh Bower dan Hilgard (1981 : 11) bahwa "belajar itu mempunyai produk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan merupakan proses berkesinambungan yang berlangsung seumur hidup". Terkait dengan itu, Callahan dan Leonardo (1983 : 198) menyatakan, "kendati belajar berlangsung seumur hidup, tetapi prosesnya tidak semuanya dilakukan secara sadar".
Keterampilan dapat diartikan sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang mencerminkan suatu kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam menjalankan tugas berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan (Lutan, 1998 : 95). Kemudian Kiram (1992 : 11) menyatakan bahwa "keterampilan adalah tindakan yang memerlukan bentuk yang benar. Selain itu, keterampilan merupakan indikator dari kualitas performance seseorang". Belajar keterampilan atau sering disebut dengan teknik dalam permainan sepakbola pada dasarnya adalah belajar menyelaraskan gerak sesuai kebutuhan.
Pada cabang sepakbola, pemberian materi dan metode pembelajaran keterampilan teknik didasarkan kelompok umurnya. Pembagian tersebut sangat beragam, Frankl (2004) misalnya, membagi kelompok pemain sebagai berikut:
Fase informal (5-8 tahun)
Menekankan pada pengenalan dan perkembangan gerak dan keterampilan dasar sepakbola melalui permainan yang menyenangkan. Dimana dalam pembelajaran guru tidak mendokrin anak usia 5-8 tahun dengan materi seperti yang dilatih dalam sebuah klub sepakbola. Misalnya: latihan mengoper, mengontrol, menyundul, dan menendang dengan berbanjar seperti para pelatih klub dalam melatih atletnya. Misanya guru bisa menggunakan permainan smaal sided games. Dengan formasi permainan 3 lawan 3, dengan ukuran lapangan 15 lebar dan 25 panjang (Rampinini et al, 2007). Dalam permainan ini anak diberi kebebasan tanpa ada aturan baku seperti sepakbola orang dewasa, melainkan mereka bebas dalam bergerak mengejar bola kesana kemari dengan senang. Anak belajar dengan sendirinya menendang, menggiring, mengontrol, menyundul, dan menembak dalam sebuah permainan.
Fase fundamental (9-13 tahun)
Menitikberatkan perbaikan keterampilan dasar dan pengenalan dasar-dasar kerjasama. Pada usia ini dalam pembelajan guru penjas bisa memberikan pembelajaran yang lebih tepat mengarah pada gerak dasar sepakbola. Yaitu bagaimana posisi tubuh, gerak awalan dan lanjutan, perkenaan kaki pada bola, dan teknik yang mengarah kepada gerak yang sebenarnya atau teknik yang benar kepada anak. Setelah diberikan pembelajaran berulang-ulang anak diberikan waktu bermain bersama teman-teman satu kelasnya, ini dimaksudkan agar mereka bisa mempraktekkan apa yang sudah dipelajari dan dilihat dari gurunya. Mereka juga belajar bekerjasama dengan teman satu timnya.
Fase formal (14-18 tahun)
Penguasaan keterampilan dasar lanjutan, yang sesuai dengan kebutuhan dalam permainan. Pada fase usia ini dalam aplikasi dilapangan banyak guru pendidikan jasmani memberikan pembelajaran seperti menggiring melewati rintangan, gerakan mengumpan dan menjemput bola. Guru memberikan pembelajaran keterampilan sepakbola yang lebih mengarah pada bentuk-bentuk pariasi gerakan yang lebih komplit.
Dengan mengetahui beberapa fase diatas diharapkan guru pendidikan jasmani dapat memberikan pembelajaran keterampilan sepakbola yang sesuai dengan perkembangan usia siswa. Dan dengan pembelajaran keterampilan sepakbola yang mudah dan menyenangkan akan membuat anak merasa tidak bosan dan selalu ingin mealakukan gerakan yang diperagakan oleh guru sebagai informan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam implementasinya guru pendidikan jasmani harus memperhatikan peranan motor learning dalam memberikan pembelajaran keterampilan sepakbola atau pada cabang olahraga apapun yang diberikan kepada siswa. Guru pendidikan jasmani diharapkan menguasai keterampilan gerak yang akan diberikan kepada anak, agar anak bisa dengan mudah menerima keterampilan yang deperagakan oleh gurunya. Motor learning merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan dilapangan yang bersangkutan dengan masa pertumbuhan dan perkembangan gerak anak didik. Dengan menguasai atau mengetahui ilmu motor learning diharapkan guru pendidikan jasmani memberikan tugas gerak kepada anak sesuai dengan tahapan atau fase usia anak dengan tahapan perkembangan motoriknya serta dapat memberikan kebutuhan gerak pada anak didik.
Daftar Pustaka
Anita J. Harrow (dalam Sugianto, 1993: 3), http://itawaka.blogspot.com/2008/08/motor-learning-dalam memanah.html diakses tanggal 10-12-2010
Bower, G. H & Hilgard, E. R. 1981. Theories of Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall., Inc.
Callahan, J.F, & Leonardo, C.H. 1983. Foundation of Education. New York: MacMillan Publishing Co.,Inc
Frankl, D. 2004. Soccer Skill Instruction and Assesment. Kids First Soccer Site. www.kidsfirstsoccer.com
Kiram, Y. 1992. Belajar Motorik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktoray Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.Schimid.R.A. 1988. Motor Control and Learning Behavioral Emphasis, Human Kinetics Publihers. Illionis.
Lutan, R, 1988. Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar dan Metode. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Seels, B.B & Rita, C. R. 1994. Instructional Technology: The Defenition and Domains of the Field. Washington DC: AFCT.
Singer, N.R 1980. Motor Learning and Human Performance an Application to Motor Skills and Motor Behavior. New York : Macmillan Publishing Co., Inc.
UUSPN, 2003. UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (UUSPN) NO. 20 TAHUNÂ 2003. http://smpn1singajaya.wordpress.com/2009/06/07/uuspn-no-20-tahun-2003/ diakses tanggal 14-12-2010
PERANAN MOTOR LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MOTORIK SEPAKBOLA PADA ANAK
MAKALAH MOTOR LEARNING
Dosen Pengampu : Dr. Andun Sudijandoko, M. Kes
Oleh :
Asmutiar
09735019
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
2010
20