PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR A. Konsep intelegensi/kecerdasan Masayarakat
secara
umum
mengenal
intelegensi
sebagai
istilah
yang
menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun untuk memeahkan problem yang dihadapi (saifudin Azwar,1996) Gambaran tentang mahasiswa berintelegensi tinggi adalah lukisan mahasiswa pintar, selalu naik tingkat, memperoleh nilai baik atau mahasiwa jempolan yang menjadi bintang dikelasnya. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu sosok mahasiswa yang wajahnya berseri, berpakaian rapi, matanya bersinar atau memakai kacamata. Sebaliknya mahasiswa yang berintegensi rendah memiliki sosok yang lamban berfikir, sulit memahami pelajaran, dan mulutnya lebih banyak mengaga dengan tata pan kebingungannya. Pendapat awam ini tidak jauh dari pengertian intelegensi yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi para ahli tentang intelegensi intelegensi adalah sebagai berikut: berikut: 1. Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungan dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul. (Gunarsa,1991) 2. Andrew crider (dalam Saifuddin Azwar,1996) mengatakan intelegensi itu bagaikan listrik. Mudah diukur tapi sangat sulit didefinisikan. Kalimat ini banyak benarnya, tes intelegensi sudah banyak dibuat sejak sekitar 8 dekade yang lalu, akan tetapi belu ada intelegensi yang dapat diterima secara universal 3. Beberapa ahli memandang bahwa intelegensi sebagai suatu trait trait tertentu (Tylor,1956) intelegensi dikaitkan dengan pengetahuan, pemikiran, kemampuan bertindak secara efektif dalam menghadapi situasi barudan kemampuan mendapatkan dan memanfaatkan informasi. 4. Alferd Binet (dalam Sobari Irfan, 1986) mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu kapasitas intelektual umum yang antara lain mencakup kemampuankemampuan:
Menalar dan menilai
Menyeluruh
Mencipta dan merumuskan arah berfikir spesifik
Menyesuaikan fiiran pada pencapaian nilai akhir
Memiliki kemampuan magnetik diri sendiri
5. Menurut Spearman (dalam Sobani irfan,1986; Amar Prabu Mangkunegara,1993) berpendapat bahwa aktivitas mental atau tingkah laku individu dipengaruhi 2 faktor
Faktor umum
Faktor khususdengan kemampuan menalar secara abstrak
6. Pengertian intelegensi menurut Cattel (dalam Clack) kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan dalam pemeahan masalah dan memperoleh kemampuan baru. 7. David
Wechsler
(dalam
Saifuddin
Azwar,1996
)
mendefinisikan
intelegensi
sebagaikumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan yang efektif. 8. Lewis Madison Terman mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan secara abstrak.
9. H.H Gaddar mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. 10. Edward Lee Thomdike mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran dan fakta. 11. George D. Stoddard mendefinisikan sebagai bentuk kemampuan menyelesaikan masalah yang bercirikan
Mengandung kesukaran
Kompleks
Abstrak
Ekonomis
Diarahkan pada satu tujuan
Mempunyai nilai sosial
Berakal dari sumbernya
12. Waltes and Gardner (dalam Stenberg dan French,1990) mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan yang memungkinkan individu untuk menyelesaikan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar serta bertindak secara efesien dan efektif. B. Klasifikasi IQ
Distribusi IQ untuk kelompok standarisasi tes binet tahun 1957 (dalam Syafiruddin Anwar)
IQ 160 – 169 150 - 159 140 - 149 130 - 139
Presentase 0,03 0,02 2,1 3,1
Klasifikasi Sangat superior Sangat superior Sangat superior Superior
120 - 129 110 - 119 100 - 109 90 - 99 80 - 89 70 - 79 60- 69 50- 59 40 - 49 30 - 39
8,2 18,1 23,5 23,0 14,5 5,6 2,0 0,4 0,2 O,3
Superior Rata-rata tinggi Rata-rata normal Rata-rata normal Rata-rata rendah Batas lemah Lemah mental Lemah mental Lemah mental Lemah mental
Distribusi presentase IQ untuk sampel standarisasi Wass-R tahun 1981 (dalam Saifuddin Anwar,1996) IQ >130 120 - 129
Persentase teoritis 2,2 6,7
Persentase sampel 2,6 6,9
klasifikasi Sangat superior superior
110 - 119 16,1 16,6 90 - 109 50,0 49,1 80 - 89 16,1 16,1 70 - 79 6,7 6,4 60 - 69 2,2 2,3 50 - 59 40 - 49 30 - 39 C. Konsep multiple intelegensi / kemajemukan intelegensi
Diatas rata-rata Rat-rata Dibawah rata-rata Batas lemah Lemah mental Lemah mental Lemah mental Lemah mental
Konsep ini digagas oleh seorang guru besar Gardner. Teori tersebut mencoba memperbaiki pandangan umum didunia psikologi dan dumia pendidikan yang mengatakan bahwa semua anak adalah sama, sehingga semua anak harus didik dengan cara yang sama, mata pelajaran yang sama dan harus memiliki cita-cita yang sama. Semua serba seragam itulah metode pembelajaran intelegensi. Sebaliknya Horward Gardner melihat bahwa setiap anak adalah unik karna uniknya maka setiap anak itu berbeda. Karna berbeda itulah sebaiknya pendidian dan pelatihan yang efektif diberikan un harus berbeda-beda pula. Dengan demikian bidang keterampilannya pun berbeda-beda dan itu adalah fakta. Howard Gardner berpendapat bahwa setiap anak cerdas pada bidangnya masing-masing, dan tidak ada yang cerdas pada semua bidang. Ada 8 bidang yang dimaksud Howard: a. Kecerdasan bahasa b. Kecerdasan logika matematika c.
Kecerdasan interpesonal
d. Kecerdasan visual spasial e. Kecerdasan gerak badan f.
Kecerdasan musik
g. Kecerdasan naturalis h. Kecerdasan eksistensial i.
Kecerdasan religius Ada 3 cara ilmu untuk mengetahui potensi diri setiap orang:
a. Cara eksplorasi yaitu semua bidang diuji dan dicobakan terlebih dahulu. b. Cara observasi yaitu menggunakan observasi ilmiah versi ilmu psikologi dengan alat psikotest. c.
Cara deteksi yaitu menggunakan tes teknologi terkini melalui tes sidik jari.
D. Usaha Guru Membantu Siswa dalam Belajar S esuai dengan Potensinya 1. Dalam proses mengajar hendaknya orang tua atau guru lebih mengutamakan proses daripada hasil. Misalnya dalam memberikanpertanyaan kepada peserta didik dengan tidak mengutamakan betul atau salahnya 2. Menggunakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir misalnya diskusi 3. Guru membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak 4. Menyediakan fasilitas yang memadai dalam mengembangkan tarafkecerdasan anak 5. Memberikan tugas sekolah dengan berbagai macam metode yang dapat menunjang dan mengembangkan daya pikir.
DAFTAR PUSTAKA Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik. 2007 . Perkembangan Perserta Didik . Padang: Dirjen Pendidikan tinggi. Amar Prabu Mangkunegara. 1993. Perkembangan Intelegensi Anak dan Pengukuran IQ nya. Bandung: Angkasa. Elida Pravitna. 1990. Psikologi Pendidikan. Padang: FIP IKIP Padang. Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Mudjiran. 1998. Tingkat Penerimaan Bimbingan dari Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Hubungannya dengan Prestasi BelajarSiswa SMA Kotamadya Padang (Tesis S2). Yogyakarta. Fakultas Pascasarjana UGM.
PERANAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR
Oleh: KHAIRUNNISA 16033102
Dosen : Indah Sukmawati S.Pd M.Pd
PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2016