PERBANDINGAN PERBANDINGAN SPESIFIKASI ASPAL KERAS ANTARA KELAS PENETRASI DENGAN KELAS KINERJA Madi Hermadi
Ringkasan Terdapat tiga jenis spesifikasi aspal keras yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan baik-tidaknya mutu aspal yang akan digunakan pada beton aspal per perke kera rasa san n jala jalan. n. Keti Ketiga ga spes spesif ifik ikas asii ters terseb ebut ut yaitu yaitu spes spesif ifik ikas asii kela kelas s pene penetra trasi si (Penetration Graded), spesifikasi kelas kekentalan (Viscosity Graded), dan spesifikasi kelas kinerja (Performance Graded). Di Indonesia digunakan spesifikasi aspal keras kela kelas s pene penetra trasi si.. Pada Padaha hal, l, sesu sesuai ai deng dengan an perk perkem emba bang ngan an tekno teknolo logi gi di bida bidang ng perkerasan jalan, spesifikasi terkini adalah spesifikasi aspal keras kelas kinerja. Namun karena karena berbagai berbagai kendala, kendala, termasuk termasuk kendala kendala keterbatasan keterbatasan peralatan yang memadai memadai dari dari segi segi kualit kualitas as maupun maupun kuanti kuantitas tas untuk untuk melaya melayani ni penguj pengujian ian di seluru seluruh h wila wilayah yah Indonesia, maka tampaknya belum saatnya bagi negara Indonesia untuk menerapkan spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s kine kinerj rja. a. Untu Untuk k meng mengeta etahu huii samp sampai ai seja sejauh uhma mana na pentin pentingny gnya a penggu penggunaan naan spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kiner kinerja ja serta serta sekali sekaligus gus agar agar spesifikasi aspal keras kelas penetrasi dan spesifikasi aspal keras kelas kinerja dapat lebih lebih dipahami, dipahami, maka pada tulisan ini akan disajikan disajikan hasil kajian kajian perbandinga perbandingan n kedua spesifikas spesifikasii tersebut. tersebut. Ternyata Ternyata baik spesifikasi spesifikasi aspal keras kelas kelas penetrasi penetrasi maupun maupun spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s kine kinerj rja, a, kedu kedua-d a-dua uany nya a memi memili liki ki keun keungg ggul ulan an dan dan kekurangannya masing-masing. Summary There are three kinds of bitumen specification that can be used in determining the quality of bitumen for road pavement. I.e. Penetration Graded, Viscosity Graded and Performance Graded specifications. Indonesia uses penetration graded specification. Whereas, based on development of technology of road pavement, the newest finding is performance performance graded graded specificati specification. on. In Indonesia Indonesia it hasn't been used performanc performance e graded specification because there are many problems, consisting of limited equipment in quantity and quality quality to overcome overcome bitumen testing in all Indonesia Indonesia area. To know the importance importance using using performance performance graded specificatio specification n and to understand understand penetration penetration graded specification and performance specification, this paper explains the results of inve invest stig igat atio ion n of comp compar arin ing g both both of them them.. In fact fact,, they they have have adva advant ntag ages es and and disadvantages. I.
Pendahuluan
Pada perkerasan jalan beton aspal, baik-tidaknya kualitas aspal yang digunakan dapat mempengaru mempengaruhi hi baik-tida baik-tidaknya knya kualitas kualitas perkerasan perkerasan tersebut. tersebut. Untuk mengetahui baikbaiktidakn tidaknya ya kualit kualitas as aspal, aspal, biasa biasanya nya aspal aspal harus harus memil memiliki iki sifatsifat-sif sifat at yang yang memenu memenuhi hi spesifikas spesifikasii tertentu. tertentu. Pada beton aspal aspal campuran campuran panas, panas, aspal yang digunakan adalah aspal keras yang, untuk menjamin kesesuaian kualitasnya dengan yang diharapkan, harus memenuhi spesifikasi aspal keras untuk perkerasan jalan yang berlaku. Selama ini ada tiga jenis spesifikasi aspal keras yang dapat digunakan sebagai acuan dalam dalam mengontrol mengontrol baik-tidaknya baik-tidaknya kualitas kualitas aspal keras yang akan digunakan. digunakan. Ketiga spesifikas spesifikasii aspal keras tersebut yaitu 1) spesifikas spesifikasii aspal keras berdasarkan berdasarkan kelas kelas
1
penetrasi (Penetration (Penetration Graded) Graded),, 2) spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s berd berdas asar arka kan n kela kelas s kekentalan (Viscosity Graded) dan 3) spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas kinerja (Performan (Performance ce Graded). Graded). Perbed Perbedaan aan mendas mendasar ar dari dari ketiga ketiga spesifi spesifikas kasii terseb tersebut ut yaitu yaitu spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s pene penetr tras asii dan dan kela kelas s keke kekent ntal alan an meng menggu guna naka kan n pendekatan pendekatan empiris, empiris, sedangkan spesifikasi spesifikasi aspal keras kelas kinerja kinerja menggunakan menggunakan pendekatan mekanis. Saat ini, spesifikasi spesifikasi aspal keras kelas kelas kinerja kinerja dianggap dianggap sebagai sebagai spesifikasi spesifikasi yang lebih lebih memada memadaii diband dibanding ing spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas penetra penetrasi si dan kelas kelas kekenta kekentalan lan.. Sebagai contoh, pada spesifikasi kelas penetrasi dan kelas kekentalan tidak terdapat batasan yang mengakomodir karakteristik iklim di lapangan tempat aspal digunakan. Sehingga seolah-olah tidak ada perbedaan antara aspal yang digunakan di daerah yang yang berikl beriklim im tropis tropis dengan dengan aspal aspal yang yang diguna digunakan kan di daerah daerah yang yang berikl beriklim im bukan bukan tropis. Padahal pengaruh iklim terhadap aspal, khususnya temperatur udara, sangat besar. besar. Hal ini berbeda berbeda dengan dengan spesifikasi spesifikasi berdasarkan berdasarkan kelas kelas kinerja. kinerja. Pada spesifikasi spesifikasi kelas kinerja, aspal dibedakan justru berdasarkan temperatur maksimum rata-rata dan temperatur minimum rata-rata perkerasan di lapangan tempat aspal akan digunakan. Temperatur Temperatur minimum minimum dan maksimum maksimum perkerasan perkerasan di lapangan lapangan ini dapat dihitung dihitung juga berdasarkan temperatur minimum dan maksimum udara setempat. Dengan demikian maka akan berbeda antara aspal yang akan digunakan digunakan di daerah yang beriklim beriklim tropis dengan aspal yang akan digunakan di daerah yang beriklim bukan tropis. Di Indonesia, sampai saat ini masih digunakan spesifikasi aspal keras kelas penetrasi. Padahal, sesuai dengan perkembangan teknologi terkakhir di bidang perkerasan jalan, sebaik sebaiknya nya sudah sudah dimula dimulaii mengap mengaplik likasi asikan kan spesif spesifika ikasi si aspal aspal kelas kelas kinerj kinerja. a. Namun Namun karena berbagai kendala, di antaranya kendala keterbatasan peralatan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk melayani seluruh wilayah Indonesia, maka tampaknya belum saatnya bagi negara Indonesia untuk menerapkan spesifikasi aspal keras kelas kinerja tersebut. Pada tulisan ini, akan disampaikan hasil kajian mengenai spesifikasi aspal keras kelas pene penetra trasi si dan dan spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s kine kinerj rja a serta serta perb perban andi ding ngan an kedu kedua a spes spesif ifik ikas asii ters terseb ebut ut.. Maks Maksud ud dari dari kaji kajian an ini ini adal adalah ah agar agar dapa dapatt lebi lebih h dipa dipaha hami mi keunggulan keunggulan dan kekurangan kekurangan masing-ma masing-masing sing spesifikas spesifikasii tersebut, tersebut, khususnya khususnya dalam dalam menjawab menjawab tantangan permasalah permasalahan an perkerasan perkerasan jalan saat ini. ini. Selain Selain itu diharapkan akan diperoleh pula masukan apa yang dapat diambil dari spesifikasi aspal keras kelas kinerja untuk merevisi spesifikasi aspal keras kelas penetrasi atau sebaliknya, masukan apa dari spesifikasi aspal keras kelas penetrasi jika akan diterapkan spesifikasi aspal keras kelas kinerja. II. II.
Kara Karakt kter eris isti tik k Aspa Aspall yang yang Diin Diingi gink nkan an
Fungsi aspal dalam perkerasan beraspal adalah sebagai bahan pengikat (binder) agar agregat dalam campuran tidak lepas akibat lalulintas. Selain itu aspal juga berfungsi sebagai lapis kedap yang melindungi agregat dan material lain dalam campuran atau bagian yang berada di bawah lapisan campuran beraspal tersebut dari pengaruh air. Hal lainnya yang juga penting adalah aspal harus aman saat pelaksanaan dan mudah untuk dikerjaka dikerjakan n (workability). (workability). Agar Agar aspal aspal dapat dapat berfun berfungsi gsi sepert sepertii yang yang diharap diharapkan kan maka aspal pada prinsipnya harus memiliki sifat sebagai berikut:
Aspal Aspal memil memiliki iki daya daya lekat lekat yang yang cukup cukup kuat kuat sehing sehingga ga dapat dapat melapi melapisi si agrega agregatt dengan baik. Aspal harus elastis sehingga perkerasan tidak mudah retak. Aspal harus tahan atau tidak mudah berubah bentuk pada suhu panas di lapangan sehingga perkerasan tidak mudah mengalami deformasi plastis/alur. Aspal tidak rapuh atau lapuk sampai akhir masa pelayanan di lapangan.
2
Aspal mudah dikerjakan, Aspal aman saat pengerjaan,
Berdasarkan Berdasarkan karakteristik karakteristik aspal yang diinginka diinginkan n tersebut, tersebut, maka muncul jenis-jen jenis-jenis is penguj pengujian ian aspal aspal beserta beserta kriter kriteriaia-kri kriteri teriany anya a yang yang tertuan tertuang g dalam dalam spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras. III. III.
Spes Spesifi ifika kasi si Asp Aspal al Kera Keras s Kel Kelas as Pene Penetr tras asii
Spesifikasi aspal keras kelas penetrasi disusun berdasarkan pendekatan empiris. Pada spesifikasi ini, jenis aspal dibagi-bagi berdasarkan nilai penetrasinya seperti misalnya pada AASHTO AASHTO M 20 terdapat Aspal Aspal pen 40-50, Aspal pen 60-70, 60-70, Aspal pen pen 85-100, Aspal pen 120-150 dan Aspal pen 200-300. Makin tinggi nilai penetrasi maka makin lunak aspal tersebut. Adanya beberapa jenis aspal kelas penetrasi untuk perkerasan jalan jalan ini pada pada prinsi prinsipny pnya a adalah adalah sebaga sebagaii altern alternati atiff pilih pilihan an agar agar jenis jenis aspal aspal kelas kelas penetrasi dapat diambil yang sesuai dengan kondisi dilapangan. Namun sampai sejauh ini tidak ada petunjuk atau kriteria mengenai pemilihan jenis aspal kelas penetrasi ini, khususnya yang mengakomodir kondisi iklim di lapangan. Akibatnya dapat terjadi dua derah dengan kondisi iklim yang relatif sama tetapi ternyata menggunakan aspal keras dengan kelas penetrasi yang berbeda. Sebagai contoh, Indonesia dan Malaysia samasama sama termas termasuk uk ke dalam dalam daerah daerah tropis tropis,, tetapi tetapi untuk untuk perker perkerasa asan n jalan jalan Indone Indonesia sia umumnya menggunakan aspal pen 60 sedangkan Malaysia umumnya menggunakan aspal pen 80. Penetrasi adalah suatu besaran yang menggambarkan konsistensi aspal. Penentuan nilai penetrasi pada prinsipnya dilakukan dengan cara melepas jarum penetrasi yang tegak lurus dan berada tepat di permukaan aspal selama lima detik sehingga jarum masuk ke dalam dalam aspal. aspal. Jarum Jarum penetrasi penetrasi yang digunakan digunakan harus memiliki memiliki ketajaman ketajaman tertentu tertentu dan memiliki memiliki berat tertentu tertentu (100 gram). Sedangkan aspal yang diuji harus dikon dikondis disika ikan n sedemi sedemikia kian n rupa rupa sehing sehingga ga memil memiliki iki temper temperatu aturr 25 oC. Kedala Kedalaman man masuknya jarum ke dalam aspal dalam satuan dmm (0,1 mm) inilah yang disebut nilai penetra penetrasi si aspal. aspal. Dengan Dengan demik demikian ian,, makin makin tinggi tinggi nilai nilai penetras penetrasii maka maka makin makin dalam dalam masuknnya jarum penetrasi ke dalam aspal dan berarti aspal makin lunak. Selain Selain nilai nilai penetrasi, penetrasi, jenis-jen jenis-jenis is pengujian pengujian lainnya lainnya yang terdapat terdapat pada spesifikasi spesifikasi aspa aspall kera keras s kela kelas s pene penetra trasi si bese besert rta a pers persya yara ratan tannya nya yang yang berl berlak aku u di Indon Indones esia ia tercantum pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Spesifikasi Aspal Keras Kelas Penetrasi ( SNI-1737-1989-F) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
IV. IV.
Jenis Pengujian Penetrasi pada 25 oC, 100 g, 5 det. Titik lembek Titik nyala (COC) Daktilitas pa pada 25 25 oC, 5cm/menit Berat Jenis Kelarutan dalam C2HCl3 Kehilangan berat (TFOT) Penetrasi setelah TFOT Daktilitas setelah TFOT Temperatur pencampuran perkiraan Temperatur pemadatan perkiraan Kadar parafin
Aspal Pe Pen 40 Min. Mak. 40 59 51 63 200 75 1,0 99 0,8 58 2
Aspal pe pen 60 Min. Mak. 60 79 48 58 200 100 1,0 99 0,8 54 50 2
Aspal pe pen 80 Satuan Min. Mak. 80 99 0,1 mm o 46 54 C o 225 C 100 cm 1,0 99 % 1,0 % 50 % a s li 75 o C o C 2 %
Spes Spesifi ifika kasi si Asp Aspal al Kera Keras s Kel Kelas as Kine Kinerja rja
3
Berd Berdas asar arka kan n spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s kine kinerj rja, a, aspa aspall kera keras s dikl diklas asifi ifika kasi sika kan n berdas berdasark arkan an temper temperatu aturr maksim maksimum um rata-r rata-rata ata dan temper temperatu aturr minimu minimum m rata-r rata-rata ata perkerasan jalan di lapangan tempat aspal keras tersebut akan diaplikasikan. Sebagai contoh, pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja terdapat kelas “PG 64-10”. Ini berarti aspa aspall kera keras s yang yang meme memenu nuhi hi pers persya yara ratan tan spes spesif ifik ikas asii kela kelas s “PG “PG 64-10 64-10”” dapa dapatt diaplikas diaplikasikan ikan pada lokasi lokasi perkerasan perkerasan yang memiliki memiliki temperatur maksimum maksimum rata-rata rata-rata o o perkerasan 64 C dan temperatur minimum rata-rata perkerasan -10 C. Temperatur Temperatur maksimum maksimum rata-rata rata-rata dan temperatur temperatur minimum minimum rata-rata rata-rata perkerasan perkerasan dapat diketahui diketahui berdasarkan berdasarkan pengukuran di lapangan lapangan atau dihitung dihitung berdasarkan berdasarkan temperatur maksimum maksimum rata-rata dan temperatur temperatur minimum minimum rata-rata rata-rata udara di lokasi lokasi perkerasan perkerasan ters terseb ebut. ut. Perh Perhitu itung ngan an dapa dapatt dila dilaku kukan kan deng dengan an meng menggu guna nakan kan pers persam amaan aan yang yang diberikan “Asphalt Institute SP-1 Performance Graded Asphalt Binder Specification and Testing” yaitu masing-masing persamaan sebagai berikut:
T20mm = (Tair – 0.00618 Lat 2 + 0.2289 Lat + 42.2) (0.9545) – 17.78 Where : T20mm = high pavement design temperature at a depth of 20 mm Tair = seven-day average high air temperature, oC Lat = the the geogra geographi phical cal latitu latitude de of of the the proje project ct in in degr degrees ees..
Tsurf = 0.859 Tair + 1.7 Where : Tsurf = minimum pavement design temperature in oC, Tair = minimum air temperature in average year in oC. Pada Pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerj kinerja a terdap terdapat at bebera beberapa pa persy persyara aratan tan yaitu yaitu kekentalan kekentalan untuk kemudahan kemudahan pengerjaan, pengerjaan, DSR (Dynamic (Dynamic Shear Rheometer Rheometer terhadap aspal original, aspal setelah TFOT dan aspal setelah PAV) untuk mencegah terjadinya deformasi permanen dan retak struktur, BBR (Bending Beam Rheometer) dan Direct Tension Tension Tester untuk untuk mencegah mencegah terjadinya terjadinya retak pada pada temperatur temperatur dingin, dan titik titik nyala untuk keamaan dari bahaya kebakaran saat pemanasan. V.
Perbandingan Antara Spesifikasi Spesifikasi Aspal Kelas Kinerja
Aspal
Kelas
Penetrasi
de n ga n
Perbandinga Perbandingan n antara spesifikasi spesifikasi aspal keras kelas kelas penetrasi penetrasi dengan dengan spesifikasi spesifikasi aspal kera keras s kela kelas s kine kinerj rja a seca secara ra sing singka katt dapa dapatt dili diliha hatt pada pada Tabe Tabell 2. Hal-h al-hal al yang yang dibandingka dibandingkan n pada Tabel 2 meliputi meliputi pendekatan yang digunakan, digunakan, kriteria klasifikasi klasifikasi aspal, aspal, kriteria kriteria pemilihan pemilihan jenis jenis aspal, aspal, antisipasi antisipasi terjadinya terjadinya kerusakan kerusakan deformasi/al deformasi/alur ur pada perkerasan, keawetan aspal selama pencampuran di AMP hingga penghamparan campuran, keawetan aspal selama masa pelayanan di lapangan, antisipasi kerusakan reta retak k stru struktu kturr pada pada perk perker eras asan an,, antis antisip ipas asii keru kerusa saka kan n temp temper eratu aturr ding dingin in pada pada perkerasan, kemurnian aspal, keamanan pemanasan aspal, kemudahan pelaksanaan.
Tabe Tabell 2 Perb Perban andi ding ngan an anta antara ra Spes Spesif ifik ikas asii Spesifikasi Aspal Kelas kinerja.
Aspal spal Kela Kelas s
Pene Penetr tras asii
deng dengan an
Parameter Parameter dalam Spesifikasi Aspal Keras
4
Karakteristik Aspal Pendekatan Kriteria klasifikasi aspal
Krite riteri ria a pe pemilih lihan jen jenis as aspal pal
Antisipasi terjadinya kerusakan deformasi/alur pada perkerasan, Keawetan aspal selama pencampuran di AMP hingga penghamparan Keawetan aspal selama masa pelayanan di lapangan Antisipasi kerusakan retak struktur pada perkerasan Antisipasi kerusakan retak temperatur dingin pada perkerasan Kemurnian aspal Keamanan pemanasan aspal Kemudahan pelaksanaan/Workability
5.1
Spesifi Spesifika kasi si Kelas Kelas Penet Penetras rasii
Spesif Spesifika ikasi si Kelas Kelas Kinerj Kinerja a
Empiris Nilai penetrasi
Mekanistis Temperatur maksimum dan minimum rata-rata perkerasan di lapangan Berdasarkan Berdasarkan temperatur maksimum dan minimum perkerasan di lapangan DSR-original DSR-original & DSR-TFOT
Tida Tidak k ad ada petu petunj nju uk kh khusu usus (biasanya diserahkan pada pengalaman pemakai) Penetrasi , Titik Lembek original TFOT, Pen TFOT
TFOT
-
PAV, DSR-PAV
Daktilitas, kadar parafin
DSR-PAV
Daktilitas, ka kadar pa parafin
Creep st stiffness, Di Direct tension
Kelarutan dalam TCE Titik Nyala Perkiraan temperatur pencampuran dan pemadatan
Titik Nyala Viskositas, Perkiraan temperatur pencampuran dan pemadatan
Krite iteria ria Pem Pemilih iliha an Jenis enis Aspal spal
Pada spesifikasi aspal keras kelas penetrasi, aspal keras dibagi ke dalam beberapa kelas berdasarkan nilai penetrasi. Pemilihan kelas penetrasi yang cocok untuk suatu konstruksi perkerasan di suatu daerah tertentu tidak ada petunjuk yang detail. Dalam "Introductio "Introduction n to Asphalt Asphalt MS-5 Asphalt Institute" hanya terdapat tabel yang berjudul berjudul Guide For Uses of Asphalt. Pada tabel tersebut terdapat rekomendasi penggunaan aspal aspal untuk untuk bebera beberapa pa tipe tipe konstru konstruksi ksi perker perkerasa asan. n. Namun Namun tidak tidak terdap terdapat at kriteri kriteria a pemilihan pemilihan kelas penetrasi penetrasi yang mengakomodir mengakomodir perbedaan perbedaan kondisi kondisi daerah daerah sehingga sehingga tidak tidak ada kriter kriteria ia yang yang jelas jelas antara antara penggu penggunaan naan untuk untuk daerah daerah tropis tropis dengan dengan yang yang bukan tropis. Hal ini tampaknya masih diserahkan pada pengalaman dan kebijakan masing-masing pemegang keputusan (pemakai/praktisi/pemerintah). Sebagai contoh, di Indonesia banyak digunakan digunakan aspal pen 60, padahal padahal dengan dengan kondisi kondisi lapangan yang tidak terlalu berbeda, di Malaysia lebih banyak digunaan aspal pen 80. Berbeda Berbeda dengan spesifikasi spesifikasi aspal keras kelas kelas penetrasi, penetrasi, pada spesifikasi spesifikasi aspal keras kelas kinerja sudah terdapat kriteria penggunaan untuk masing-masing kelas kinerja. Sebagai contoh, untuk di Indonesia yang memiliki temperatur perkerasan maksimum sekitar 62 oC dan minimum 10 oC dapat menggunakan aspal keras kelas PG 64-10. PG 64-10 64-10 artiny artinya a aspal aspal dapat dapat diguna digunakan kan pada pada perker perkerasa asan n yang yang memil memiliki iki temper temperatu atur r maksimum lebih kecil dari 64 oC dan temper temperatu aturr minim minimum um lebih lebih besar besar dari dari -10 oC. Denga Dengan n demiki demikian an maka maka pada pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerj kinerja a tampak tampak jelas jelas perbedaan kriteria aspal untuk digunakan di daerah dingin dengan untuk di daerah panas. Kendal Kendala a yang yang terdap terdapat at pada pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerj kinerja a yaitu yaitu batasa batasan n temper temperatu aturr mini minimum mum rata-ra rata-rata ta perker perkerasa asan n tidak tidak ada yang yang cocok cocok dengan dengan kondis kondisii di o Indone Indonesia sia.. Batasan Batasan mini minimum mum terseb tersebut ut paling paling tinggi tinggi -10 C pada padaha hall di Indon Indones esia ia o umumnya temperatur minimum perkerasan jalan di atas 0 C. Oleh karena itu, jika akan diterapkan spesifikasi aspal keras kelas kinerja di Indonesia perlu dilakukan pengkajian
5
untuk mendapatkan kelas baru yang lebih cocok. 5.2 5.2
Anti Antisi sipa pasi si Ker Kerus usak akan an Defo Deform rmas asii pada pada Perk Perker eras asan an
Pada spesifikasi aspal keras kelas penetrasi, kerusakan deformasi dan alur pada beton aspal perkerasan lentur dicegah dengan membatasi nilai penetrasi, nilai titik lembek aspal dan Penetration Index atau PI (PI tidak masuk dalam spesifikasi) sesuai kelasnya. Di Indonesia terdapat tiga kelas penetrasi yaitu pen 40 (penetrasi 40-50), pen 60 (penetrasi 60-79) dan pen 80 (penetrasi 80-100). Hubungan antara nilai penetrasi dengan deformasi ditunjukkan pada Gambar-1. Dari Gambar-1 tersebut tampak bahwa pada nilai PI yang sama, makin tinggi nilai penetrasi aspal maka makin tinggi resiko terjadi kerusakan deformasi pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko deformasi biasanya diambil aspal dengan nilai penetrasi rendah atau dengan menambahkan bahan tambah (misal (misalnya nya asbuto asbuton) n) yang yang dapat dapat menuru menurunka nkan n nilai nilai penetr penetrasi asi.. Namun Namun penuru penurunan nan nilai nilai penet penetras rasii untuk untuk mengur mengurang angii resiko resiko deform deformasi asi ini kontra kontradik diksi si dengan dengan resiko resiko retak retak sehingga kemunkinan terjadinya retak pada perkerasan juga perlu dipertimbangkan. Tempera Temperatur tur udara udara (cuaca) (cuaca) di lapang lapangan an juga juga perlu perlu diperh diperhatik atikan an dalam dalam memili memilih h nilai nilai penetrasi aspal. Makin tinggi temperatur udara akan menyebabkan makin tinggi resiko deformasi dan makin rendah resiko retak. Dengan demikian maka untuk penggunaan di daerah panas dapat dipilih aspal dengan nilai penetrasi yang lebih rendah dibanding aspal untuk digunakan digunakan pada daerah dingin.
Resiko deformasi
B (pen tinggi)
A (pen rendah)
Log penetrasi Resiko retak
15oC
25oC
65oC
Gambar-1. Log penetrasi vs temperatur temperatur (Syahdanulirwan, 2004)
Jika aspal dengan nilai penetrasi yang sama memiliki nilai titik lembek yang lebih tinggi, ini berarti aspal relatif lebih tahan (tidak mudah lembek) pada temperatur tinggi sehingga resiko deformasi lebih rendah. Nilia titik lembek dapat dinyatakan bersama dengan nilai penet penetras rasii dalam dalam bentuk bentuk PI. Pada Pada nilai nilai penetra penetrasi si yang yang sama, sama, makin makin tinggi tinggi nilai nilai titik titik lembek maka makin tinggi nilai PI. Dengan demikian maka makin tinggi nilai PI maka makin kecil resiko deformasi. Mengurangi resiko deformasi dengan menaikan nilai titik lembek atau PI tidak kontradiksi dengan resiko retak, bahkan resiko retakpun menurun sebaga sebagaima imana na yang yang tampak tampak pada pada Gambar Gambar-2, -2, namun namun kontra kontradik diksi si dengan dengan kemuda kemudahan han pelaksanaan (workability (workability). ). Persamaan PI dengan nilai penetrasi dan titik lembek adalah sebagai berikut: Log 800 - log (pen pada 25 oC)
20 - 500A PI =
50A + 1
A = Titik lembek - 25 oC
6
D (PI rendah)
Resiko deformasi
C (PI tinggi)
Log penetrasi
Resiko retak
15oC
25oC
65oC
Gambar-2. Log penetrasi vs temperatur temperatur (Syahdanulirwan, 2004)
Pada Pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerja kinerja,, kerus kerusaka akan n deform deformasi asi pada pada beton beton aspal aspal perkerasan lentur diantisipasi dengan pengujian DSR (G*/sinδ minimum 1 kPa pada temperatur tertinggi) terhadap aspal original dan pengujian DSR (G*/sin δ minimum 2 kPa pada temperatur tertinggi) terhadap aspal residu TFOT. Kerusakan deformasi ini dianti diantisip sipasi asi juga juga dengan dengan penguj pengujian ian terhada terhadap p campur campuran an beton beton aspal aspal dengan dengan Wheel Trackin Tracking g Machine Machine yang yang meng menguk ukur ur kecep kecepat atan an defo deform rmas asii serta serta stab stabil ilit itas as dina dinami miss campuran. 5.3 5.3
Keaw Keawet etan an Aspa Aspall Sela Selama ma Pen Penca camp mpur uran an Hin Hingg gga a Pen Pengh gham ampa para ran n
Baik Baik spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas penetra penetrasi si maupun maupun spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerja, kedua-duanya menggunakan TFOT (Thin Film Oven Test) untuk mensimulasi peng pengko kond ndis isia ian n aspa aspall sela selama ma penc pencam ampu pura ran n di AMP AMP ( Asp Aspha halt lt Mixi Mixing ng Plan Plant t /Unit Pencampur Pencampur Aspal) hingga hingga selesai selesai penghamparan penghamparan.. Aspal setelah TFOT tidak boleh berkurang beratnya lebih dari 0,8% pada spesifikasi aspal keras kelas penetrasi dan 1% untuk spesifikasi aspal keras kelas kinerja. Banyaknya berat aspal yang hilang menunjukkan banyakya fraksi ringan yang dapat menguap selama pencampuran di AMP hingga penghamparan di lapangan. Sela Selama ma penc pencam ampu pura ran n di AMP AMP hing hingga ga sele selesa saii pengh pengham ampa para ran n di lapa lapang ngan an,, ada ada kemungkinan aspal berubah sifatnya sebagai akibat dari pemanasan. Perubahan sifat aspal ini tidak boleh melewati batas-batas tertentu. Pada spesifikasi aspal keras kelas penetrasi, batasan perubahan sifat aspal ini yaitu minimum memiliki nilai penetrasi 54% dari nilai penetrasi aspal sebelum TFOT. Makin Makin tidak berubah (mendekati (mendekati 100%) nilai pene penetra trasi si sete setela lah h TFOT TFOT maka maka aspa aspall dian diangg ggap ap maki makin n baik baik kare karena na maki makin n awet. awet. Sedang Sedangkan kan pada pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerj kinerja, a, batasa batasan n sifat sifat aspal aspal setela setelah h TFOT yaitu nilai DSR pada temperatur maksimum design harus berubah dari aspal aslinya minimum G*/Sin δ 1 kPa menjadi aspal setelah TFOT minimum G*/Sin δ 2 kPa. Ini berarti pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja justru dikehendaki perubahan sifat aspal aspal menjad menjadii relati relatiff lebih lebih keras keras setela setelah h TFOT TFOT agar agar aspal aspal tidak tidak menjad menjadii penyeb penyebab ab terjadinya kerusakan deformasi pada campuran sebagaimana yang dijelaskan pada butir 4.3 di atas. Potensi Potensi retak tidak dilakukan dilakukan pengujian pengujian terhadap aspal aspal residu TFOT karena karena sudah tercakup pada pengujian DSR terhadap Aspal residu PAV. Apabila setelah PAV aspal
7
masih tahan retak maka sudah dapat dipastikan setelah TFOT juga tahan retak. 5.4 5.4
Keaw Keawet etan an Asp Aspal al Sel Selam ama a Masa Masa Pel Pelay ayan anan an Per Perke kera rasa san n
Aspal yang baik diharapkan akan tetap berfungsi dengan baik sebagai bahan pengikat selama selama masa masa pelaya pelayanan nan perker perkerasa asan n beton beton aspal aspal di lapan lapangan. gan. Aspal Aspal yang yang mudah mudah rusak, rusak, misal misalnya nya mudah mudah teroks teroksida idasi, si, selama selama masa masa pelaya pelayanan nan di lapang lapangan an dapat dapat meny menyeb ebab abka kan n terj terjad adii keru kerusa saka kan n pada pada perke perkera rasa san n beto beton n aspa aspall sebe sebelu lum m masa masa pelayanan berakhir. Pada Pada spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s pene penetra trasi si,, tida tidak k terd terdap apat at pers persya yara ratan tan yang yang dimaksudka dimaksudkan n untuk mencegah mencegah terjadinya terjadinya kerusakan aspal selama selama masa pelayanan. pelayanan. Namun Namun di luar spesifikas spesifikasi, i, terdapat terdapat parameter parameter malten malten yang memprediksi memprediksi keawetan berdasarkan komposisi kimia aspal. Dilihat dari segi komposisi kimianya, berdasarkan tingkat kereaktifan terhadap asam sulfat (H2SO4), aspal terdiri dari beberapa fraksi yaitu aspalten (A) dan malten. Aspalten adalah fraksi padat dalam aspal dan tidak reaktif terhadap H2SO4, sedangkan malten adalah fraksi cair dalam aspal. Malten terdiri dari beberapa fraksi yaitu nitrogen base (N) yang reaktif dengan H 2SO4 85%, acidafin-1(A 1) yang tidak reaktif dengan H 2SO4 85% tapi reaktif dengan H 2SO4 pekat, acidafin-2 acidafin-2 (A2) yang tidak reaktif dengan H 2SO4 85% dan H 2SO4 pekat tapi reaktif dengan H 2SO4 + SO3 dan parafin (P) yang tidak reaktif dengan asam sulfat apapun. Dari empat fraksi malten ini Rostler membuat formula keawetan yang disebut Rostler Indeks Durability (RDR). RDR RDR ini ini dihara diharapkan pkan dapat dapat mengin mengindik dikasi asikan kan tingka tingkatt keawet keawetan an aspal aspal di lapang lapangan. an. Formul Formula a parame parameter ter malten malten tersebu tersebutt yaitu yaitu "(N+A "(N+A1)/(A2+P)" +P)" dengan dengan kriter kriteria ia sebagai sebagai berikut. Tabel 3. Durability classification of paving asphalts (Rostler, -) Durability gr groups (N+A 1 )/(A )/(A2 +P) Dyrability rating 0 < 0,4 Decreasin Decreasing g durability durability with decreasing decreasing parameter parameter value, because of cheesy consistency of asphalts I 0,4 to 1,0 Superior II 1,0 to 1,2 Good III 1,2 to 1,5 Satisfactory IV 1,5 to 1,7 Fair V > 1,7 Inferior Terhad Terhadap ap RDR, RDR, Goodri Goodrich ch berpen berpendap dapat at bahwa bahwa "The "The RDR RDR does does not not cons consid ider er the the asphal asphalten ten content content and that that it has limit limited ed correl correlati ation on with with field field data" data" (SHRP,1989). Altern Alternati atiff lain, lain, Gotols Gotolski ki membua membuatt formul formula a yang yang mengak mengakomo omodir dir kadar kadar aspalt aspalten en dan disebut Gotolski Ratio (GR) dengan formula "(N+A 1+A2)/(P+A)". Dari hasil kajian RDR dan GR, para ahli ada yang berpendapat bahwa RDR lebih erat hubungannya dengan temperatur susceptibility sedang GR lebih erat hubungannya dengan agging. Namun pendapat ini dibantah oleh Anderson dan Dukaz yang menyatakan bahwa "There is no substantiation of the claim that the RDR is more closely associated with temperature sesceptibility of an asphalt and the GR relates more closely to aging. RDR and GR are associ associated ated with with a variab variable le reacti reactivit vity y of asphal asphalts ts to sulfur sulfuric ic acid acid and nothing nothing more" more" (SHRP, 1989). Pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja, untuk memprediksi sifat aspal selama masa pelayanan dilapangan, digunakan pengujian PAV (Pressure Aging Vessel). Pengujian PAV dianggap dapat mensimulasi kondisi aspal selama 5-10 tahun masa pelayanan di lapangan. Pengkondisiannya dilakukan dengan cara aspal dikondisikan dulu dengan TFOT dan kemudian aspal residu TFOT dikondisikan dengan PAV yaitu diberi tekanan dan temperatur tertentu selama 20 jam.
8
5.5
Antisi tisipa pas si Re Retak tak pa pada Perk Perke erasa rasan n
Pada spesifikasi aspal keras kelas penetrasi, potensi retak pada perkerasan eton aspal dapat diindikasikan dengan nilai daktilitas aspal. Selain itu, nilai penetrasi, titik lembek, PI dan kadar parafin juga dapat mengindikasikan potensi retak. Seperti Seperti tampak tampak pada Gambar-1, Gambar-1, aspal dengan nilai penetrasi yang lebih rendah rendah pada nilai PI yang sama memiliki resiko retak yang lebih tinggi dibanding aspal yang memiliki nilai penetrasi tinggi. Begitupun berdasarkan Gambar-2, aspal dengan nilai penetrasi yang sama tetapi nilai PI lebih tinggi akan memiliki resiko retak yang lebih rendah diban dibandin ding g aspal aspal dengan dengan nilai nilai PI rendah rendah.. Namun Namun penuru penurunan nan resiko resiko retak retak dengan dengan menaik menaikan an nilai nilai penetr penetrasi asi aspal aspal kontrad kontradiks iksii dengan dengan resiko resiko deform deformasi asi,, sedang sedangkan kan dengan dengan menaik menaikkan kan nilai nilai PI (yang (yang berart berartii juga juga menaik menaikkan kan titik titik lembek lembek)) kontrad kontradiks iksii dengan workability. Pengujian kadar parafin dalam aspal keras juga dimaksudkan agar campuran beraspal perkerasan jalan tidak mudah mengalami kerusakan retak. Aspal yang memiliki kadar parafin yang lebih tinggi akan memiliki sifat yang lebih rapun dan kelekatannya pada agregat lebih lemah dibanding aspal yang memiliki kadar parafin yang lebih rendah. Di Indene Indenesia sia,, sesuai sesuai Surat Surat Keputus Keputusan an Dirje Dirjen n Bina Bina Marga Marga Nomor Nomor KPTS/II/3/1973, kada kadar r parafin dalam aspal keras maksimum 2%. Pada Pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas penetr penetrasi asi tidak tidak dibeda dibedakan kan antara antara retak retak struktu struktur r dengan dengan retak akibat temperatur temperatur dingin sehingga sehingga pengujianpun pengujianpun umumnya dilakukan dilakukan pada temperatur standar 25 oC. Sedangkan pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja, pengujian pengujian untuk mengindik mengindikasikan asikan retak struktur struktur digunakan digunakan pengujian pengujian DSR terhadap aspal yang sudah dikondisikan dengan PAV, sedangkan retak akibat temperatur dingin diindikasikan oleh pengujian BBR (Bending ( Bending Beam Rheometer ) dan direct tension test . Aspal dianggap dianggap tahan terhadap retak struktur apabila setelah dikondisikan dikondisikan dengan PAV memiliki nilai "G*sin δ" hasil uji DSR tidak lebih dari 5000 kPa pada temperatur terten tertentu. tu. Sedang Sedangkan kan aspal aspal diangg dianggap ap tahan tahan terhad terhadap ap retak retak pada pada temper temperatu aturr dingi dingin n apabila memiliki nilai Creep Stiffness hasil uji BBR maksimu 300 MPa dan memiliki nilai Direct Tension minimum 1% pada temperatur tertentu. Ada sebagian pendapat yang beranggapan bahwa pengujian BBR dan direct tension tidak tidak releva relevan n untuk untuk penguj pengujian ian aspal aspal di Indone Indonesia sia.. Alasann Alasannya ya karena karena tempera temperatur tur o terendah di Indonesia umumnya masih jauh di atas 0 C, padahal temperatur pengujian BBR dan direct tension dimaksudkan untuk menguji potensi retak pada temperatur sesuai spesifikasi aspal keras kelas kinerja yang paling tinggi -10 oC. Menanggapi Menanggapi hal tersebut, pengujian BBR dan direct tension harus dipertahankan dengan temperatur pengujian pengujian disesuaika disesuaikan n dengan dengan temperatur temperatur minimum perkerasan perkerasan di Indonesia. Indonesia. Apabila Apabila BBR dan direct direct tension tension dihilangk dihilangkan an maka potensi retak pada temperatur temperatur rendah serta sifat kohesi dan adhesi aspal menjadi tidak terkontrol. Pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja, potensi retak tidak diuji pada aspal residu TFOT TFOT karena karena apabil apabila a aspal aspal residu residu PAV (yang (yang juga juga telah telah di-TFO di-TFOT) T) tahan tahan terhad terhadap ap kemung kemungkin kinan an retak retak maka maka otomat otomatis is aspal aspal residu residu TFOT TFOT juga juga akan akan tahan tahan terhad terhadap ap kemungkinan retak.
5.6
Keamanan nan Te Terhad hadap Pe Pemanasan
Aspal termasuk senyawa hidrokarbon rantai tinggi yang pada temperatur tertentu dapat terbakar. terbakar. Oleh karena karena itu, khususnya untuk penggunaan penggunaan aspal pada temperatur temperatur tinggi
9
seperti hot mix, bahaya kebakaran aspal perlu mendapat perhatian khusus sehingga masuk ke dalam persyaratan spesifikasi aspal. Untuk menghindari terjadinya bahaya kebakaran ini, baik spesifikasi aspal keras kelas penetrasi maupun spesifikasi aspal keras keras kelas kelas kinerja kinerja sama-sama sama-sama memiliki memiliki persyaratan persyaratan titik nyala nyala aspal. aspal. Di lapangan, pemanasan aspal harus lebih rendah dari titik nyala aspal. 5.7
Kemurnian As Aspal
Aspal keras yang tidak murni (terkontaminasi) dapat memiliki karakteristik yang tidak sesuai sesuai dengan dengan yang diharapkan. diharapkan. Misalnya, Misalnya, aspal keras yang terkontamin terkontaminasi asi fraksi fraksi minyak yang lebih ringan dari aspal (seperti kerosin, solar, minyak bakar, oli, oli bekas, dan sebaga sebagainya inya)) maka maka aspal aspal akan akan menjad menjadii lebih lebih lunak, lunak, memil memiliki iki kandun kandungan gan fraksi fraksi ring ringan an yang yang lebi lebih h ting tinggi gi dan dan lebi lebih h muda mudah h terb terbak akar ar.. Aspa Aspall yang yang luna lunak k akan akan meny menyeb ebab abka kan n perke perkera rasa san n bera berasp spal al muda mudah h meng mengal alam amii keru kerusa saka kan n defo deform rmas asi. i. Sedangkan aspal yang memiliki kandungan fraksi ringan yang tinggi akan tidak awet dan mudah menjadi keras karena fraksi ringan akan menguap saat pemanasan di AMP atau pada saat pelayanan perkerasan di lapangan. Selain itu, dengan banyaknya fraksi ringan maka titik nyala aspal akan menjadi lebih rendah. Pada Pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas penetr penetrasi asi,, kontam kontamina inasi si aspal aspal oleh oleh fraksi fraksi ringan ringan dapat dikendalikan dikendalikan melalui pengujian pengujian penetrasi, penetrasi, titik lembek, titik nyala, nyala, TFOT dan penetra penetrasi si setelah setelah TFOT. TFOT. Penguj Pengujian ian penetra penetrasi si dan titik titik lembek lembek dapat dapat mendete mendeteksi ksi apakah aspal terlalu lunak dari yang diinginkan. Pengujian titik nyala dapat mendeteksi apakah apakah aspal masih berada dalam batas aman pemanasan. pemanasan. Sedangkan Sedangkan pengujian pengujian TFOT TFOT dan dan pene penetra trasi si sete setela lah h TFOT TFOT masi masing ng-ma -masi sing ng dapa dapatt mend mendet etek eksi si bera berapa pa kandungan fraksi ringan dan sampai sejauhmana pengerasan aspal akibat hilangnya fraksi ringan saat TFOT. Pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja, kontaminasi aspal keras oleh minyak ringan atau bahan lain yang mengandung banyak minyak ringan dapat dikendalikan dengan peng penguj ujia ian n DSR, DSR, TFOT TFOT,, DSR DSR sete setela lah h TFOT TFOT,, DSR DSR setel setelah ah PAV PAV dan dan titi titik k nyal nyala. a. Pengujian DSR dan DSR setelah TFOT dapat mendeteksi apakah aspal masih tahan terhadap terhadap kemungkina kemungkinan n kerusakan kerusakan deformasi deformasi pada perkerasan perkerasan di lapangan. lapangan. Pengujian Pengujian TFOT dapat mendeteksi mendeteksi apakah kadar minyak minyak ringan ringan dalam dalam aspal masih dalam batas toleransi. Pengujian DSR setelah PAV dapat mendeteksi apakah aspal setelah TFOT dan PAV tidak mengalami mengalami pengerasan, pengerasan, misalnya misalnya akibat penguapan penguapan minyak minyak ringan, ringan, yang yang dapat dapat menyeb menyebabka abkan n kerusa kerusakan kan retak retak pada pada perker perkerasa asan n berasp beraspal. al. Sedang Sedangkan kan pengujian titik nyala dapat mendeteksi apakah aspal masih berada dalam batas aman saat pemanasan. Aspal keras dapat juga terkontaminas terkontaminasii mineral mineral atau bahan lain yang tidak larut larut dalam dalam pelarut organik trikloroethilene (C 2HCl3). Untuk mendetekasinya, pada spesifikasi aspal keras keras kelas kelas penetra penetrasi si telah telah disya disyarat ratkan kan bahwa bahwa nilai nilai kelaru kelarutan tan aspal aspal dalam dalam C 2HCl3 minimum 99%. Sedangkan pada spesifikasi aspal keras kelas kinerja tidak terdapat jenis jenis penguj pengujian ian yang yang disya disyarat ratkan kan yang yang dapat dapat mendete mendeteksi ksi kontam kontamina inasi si aspal aspal oleh oleh mineral, khususnya mineral halus yang tidak dapat terdeteksi secara visual. 5.8
Kemudah udahan an Kerja rja (Wor (Work kabil abilit ity y)
Pada beton aspal campuran campuran panas, panas, kemudahan kemudahan pelaksanaan pelaksanaan di antaranya antaranya mencakup mencakup kemu kemuda daha han n pena penang ngana anan n aspa aspall saat saat pros proses es penca pencamp mpur uran an,, peng pengha hamp mpar aran an dan dan pemadatan pemadatan di lapangan. Untuk dapat dapat dircampur, dircampur, dihampar dihampar dan dipadatkan dengan baik, aspal harus pada kekentalan tertentu yaitu kekentalan 170 cSt (atau dinyatakan dengan dengan temperatur temperatur pencampuran pencampuran,, oC) untuk pencampuran dan kekentalan 280 cSt (atau dinyataan dengan temperatur pemadatan, oC) untuk untuk pemada pemadatan. tan. Pada Pada aspal aspal
10
keras, untuk mencapai kekentalan tersebut aspal harus dipanaskan. Pada Pada spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas penetra penetrasi, si, selai selain n dapat dapat dilih dilihat at dari dari tempera temperatur tur penc pencam ampu pura ran n dan dan pema pemada data tan, n, kemu kemuda daha han n pela pelaks ksan anaa aan n juga juga dapa dapatt dili diliha hatt berdas berdasark arkan an nilai nilai penetra penetrasi, si, titik titik lembek lembek dan PI aspal. aspal. Aspal Aspal yang yang memil memiliki iki nilai penetrasi lebih rendah (pada PI yang sama) akan memerlukan usaha pemanasan yang lebih lebih tinggi tinggi dalam dalam mencap mencapai ai temper temperatu aturr pencam pencampur puran an dan tempera temperatur tur pemada pemadatan tan dibanding aspal yang memiliki nilai penetrasi lebih tinggi (lihat Gambar-1). Sedangkan aspa aspall yang yang memi memili liki ki nila nilaii PI lebi lebih h tingg tinggii (pad (pada a nila nilaii pene penetra trasi si yang yang sama sama)) akan akan memerlukan usaha pemanasan yang lebih tinggi dibanding aspal yang memiliki nilai PI lebih rendah sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar-2. Pada Pada spes spesif ifik ikas asii aspa aspall kera keras s kela kelas s kine kinerj rja, a, sela selain in dapa dapatt dili diliha hatt dari dari temp temper eratu atur r pencampuran dan temperatur pemadatan, kemudahan pelaksanaan aspal dapat dilihat pula pada hasil pengujian kekentalan pada temperatur 135 oC. Aspal dianggap memiliki kemudahan kemudahan dalam pelaksanaan pelaksanaan apabila kekentalan pada 135 oC tidak lebih dari 3000 centi Poises. VI.
Kesimpulan da dan Sa Saran
Berdas Berdasark arkan an pembah pembahasan asan mengen mengenai ai perban perbandin dingan gan spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras antara antara kelas kelas penetrasi penetrasi dengan kelas kelas kinerja, kinerja, dapat diambil diambil kesimpulan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
Agar Agar aspal aspal keras keras yang yang diguna digunakan kan dapat dapat sesuai sesuai dengan dengan perfor performa ma beton beton aspal aspal perkerasan perkerasan lentur lentur yang diinginkan diinginkan,, aspal keras harus harus memilik memilikii karakteri karakteristik stik yang memenuhi memenuhi persyaratan persyaratan yang terdapat pada spesifikasi spesifikasi aspal keras untuk beton aspal perkerasan lentur.
Saat ini, ini, spesifikasi spesifikasi aspal keras yang digunakan di Indonesia Indonesia masih masih spesifikasi spesifikasi kela kelas s pene penetr tras asii yang yang meng menggu guna naka kan n pend pendek ekat atan an empi empiri ris. s. Pada Padaha hall sesu sesuai ai perkembang perkembangan an terakini terakini teknologi teknologi di bidang bidang perkerasan perkerasan jalan telah berkembang berkembang spesifikasi aspal keras kelas kinerja yang menggunakan pendekatan mekanis yang secara logika lebih dapat dipahami.
Baik spesifikasi aspal keras kelas penetrasi ataupun spesifikasi aspal keras kelas kinerja, keduanya memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing.
Jika spesifikasi aspal keras kelas penetrasi tetap dipertahankan untuk digunakan di Indo Indone nesia sia,, khus khusus us untu untuk k peng penggun gunaan aan pada pada perk perker eras asan an di lalu laluli linta ntas s bera berat, t, sebaiknya sebaiknya spesifikasi spesifikasi aspal keras keras kelas kelas penetrasi penetrasi dilengkapi dilengkapi dengan mengambil mengambil beberapa pengujian dan batasan yang terdapat pada spesifikasi aspal keras kelas kinerj kinerja a tetapi tetapi belum belum tercak tercakup up dalam dalam spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas penetr penetrasi asi.. Misalnya pengujian PAV untuk mensimulasi kondisi masa pelayanan di lapangan, digunakannya digunakannya temperatur temperatur lapangan lapangan sebagai sebagai batasan batasan pemilihan pemilihan jenis aspal, aspal, dan sebagainya.
Untuk Untuk menera menerapkan pkan spesif spesifika ikasi si aspal aspal keras keras kelas kelas kinerj kinerja a terleb terlebih ih dahulu dahulu harus harus dila dilaku kuka kan n peng pengka kaji jian an untu untuk k meny menyes esua uaik ikan an deng dengan an kond kondis isii di Indo Indone nesi sia. a. Penyesuaian diantaranya mengenai batasan temperatur minimum rata-rata.
Pengujian kelarutan aspal dalam C 2HCl3 perlu dilakukan meskipun pada spesifikasi
aspal keras kelas kinerja tidak disyaratkan. Hal ini untuk mengontrol kontaminasi aspal aspal oleh oleh miner mineral al atau bahan-bah bahan-bahan an lain lain yang yang tidak tidak larut larut dalam dalam C 2HCl3 yang mungkin mengganggu. Daftar Pustaka
11
(1) (1)
AASH AASHTO TO,, "Stan "Standa dard rd Spec Specif ific icai aion on for for Tran Transp spor orta tatio tion n Mater Materia iall and and Meth Method ods s of Sampling and Testing, Part I: Specification", AASHTO, Washington, 1982.
(2) (2)
AASH AASHTO TO,, "Stan "Standa dard rd Spec Specif ific icai aion on for for Tran Transp spor orta tatio tion n Mater Materia iall and and Meth Method ods s of Sampling and Testing, Part I: Methods", AASHTO, Washongton, 1982.
(3) (3)
Asph Asphal altt Insti Institut tut,, "Mix "Mix Desig Design n Metho Methods ds for for Asph Asphal altt Conc Concre rete te and and Other Other Hot-M Hot-Mix ix Types MS-2", Asphalt Institute, Lexington, 1993.
(4) (4)
Asphal Asphaltt Institu Institute, te, "Perfor "Performan mance ce Graded Graded Asphal Asphaltt Binder Binder Specifi Specificat cation ion and Testing Testing Superpave Series No.1 (SP-1)", Asphalt Institute, Lexington-USA, 1997.
(5) (5)
Broo Broome me,, D.C. D.C.,, "The "The Testi Testing ng of Bitum Bitumin inuo uous us Mixtu Mixture res" s",, Edwa Edward rd Arno Arnold ld & CO., CO., London, 1975.
(6) (6)
Chri Chris s A. Bell Bell,, "Sum "Summa mary ry Repo Report rt on Agin Aging g of Asph Asphal altt-Ag Aggr greg egat ate e Syst System ems" s",, Associate Professor of Civil Engineering Oregon State Universiy, Corvallis, 1989.
(7)
Dirjen Dirjen Bina Bina Marga, Marga, "Manual "Manual Aspal", Aspal", Dirjen Dirjen Bina Marga, Marga, Jakarta, Jakarta, 1973. 1973.
(8)
Petersen, Petersen, J.C., J.C., "Binder "Binder Characteriz Characterization ation and Evaluati Evaluation on Volume Volume 4: 4: Test Test Methods", Methods", SHRP National Research Council, Washington, 1994.
(9) (9)
Shell Shell Bitumen Bitumen,, "The "The Shell Bitume Bitumen n Industria Industriall Handbook Handbook", ", Shell Shell Bitumen, Bitumen, London, London, 1995.
Syahdanulirwan, wan, "Karakte Karakteris ristik tik Aspal Aspal Yang Yang Diper Diperluk lukan an Sebaga Sebagaii Bahan Bahan Jalan Jalan (10) Syahdanulir -Jurnal Litbang Jalan Volume 20 Nomor 4 Bulan Desember 2004", Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandug, 2004. Penulis: Drs. Drs. Madi Madi Herma Hermadi, di, SSi., SSi., Peneli Peneliti ti Muda Muda bidang bidang prasar prasarana ana transp transporta ortasi si di Pusat Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi.
12