PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program sertifikasi benih bertujuan memelihara kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul, menyediakan secara kontinyu kepada petani. Kegiatan sertifikasi meliputi :
Pengujian Lapangan
Pengujian di Laboratorium
Pemeriksaan alat-alat pengolahan benih, cara dan tempat penyimpanan benih
Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang multi suatu benih yang digunakan untuk keperluan penanaman. Dalam rangka sertifikasi benih, pengujian tersebut diperlakukan guna pengisian label. Tujuan dari kemurnian benih adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan jenis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identifikasi yang telah ditetapkan.
Pada prinsipnya penggujian kemurnian benih di laboratorium merupakan kemurnian secara fisik/ berdasarkan identitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan, contoh kerja benih ke dalam komponen-komponen benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.
Yang termasuk benih murni adalah :
Biji muda, biji belah, biji rusak
Pecahan biji dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran asli
Biji-biji yang terserang penyakit
Biji-biji yang mulai berkecambah
Yang termasuk biji varietas lain :
Meliputi biji tanaman pertanian yang tidak termasuk jenis/varietas yang namanya tercantum dalam label
Yang termasuk gulma/rerumputan
Meliputi biji-biji yang berasa dari tumbuhan yang dianggap sebagai tumbuhan pengganggu menurut peraturan (gulma)
Yang termasuk kotoran benih :
Meliputi biji-biji dan bahan semacam biji dari tanaman pertanian, rerumputan dan buah-buahan lain yang bukan biji seperti tersebut.
Tujuan
Dengan adanya pengujian kemurnian benih diharapkan dapat mengetahui komposisi dari contoh yang diuji akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan jenis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh dan identifikasi yang telah ditetapkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersbut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Dalam batasan structural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sajad, S, 1993). Biji bukan objek pasca penen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih (Wahyu Qamara Munisjah, dkk, 1991).
Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004). Namun bika kita telaah makna benih yang terkandung dalam UU RI No.12 tahun 1992, yang termasuk ke dalam pengertian benih bukan hanya biji, namun bagian tanaman lain yang dapat digunakan perbanyakan tanaman secara generatif maupun vegetatif seperti stek batang, daun, akar, dan lain sebagainya.
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Menurut Kartasapoetra (1992), faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebasa dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986).
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan korelasi dengan nilai pertanaman benih dilapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung prosentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut:
Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/spesies sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah (1) benih masak utuh, (2) benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak, (3) benih yang telah berkecambah sebelum diuji, (4) Pecahan/potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud, (5) biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.
Benih tanaman lain, adalah jenis/spesies lain yang tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari beni yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah (1) benih dan bagian benih, (2) benih tanpa kulit benih, (3) benih yang terlihat bukan benih sejati, (4) biji hampa tanpa lembaga pecan benih 0.5 ukuran normal, (5) cangkang benih, (6) kulit benih, (7) bahan lain : sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.
Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu :
Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali
Secara simplo adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya praktikum Pengujian Kemurnian Benih yaitu 11 Juni 2013 Pukul 14.00 – 17.00 WIB, bertempat di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dan digunakan dalam praktikum pengujian kemurnian benih yaitu meliputi meja pemurnian, pinset, petridish, magnifier, timbangan listrik, pasir, dan polibag.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian kemurnian benih yaitu benih kedelai.
Prosedur Kerja
Diambil benih kedelai yang telah disiapkan
Disiapkan alat-alat yang digunakan
Dipisahkan dalam komponen-komponen : benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih
Dihitung presentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih. Persentase benih murni (100% - jumlah persentase komponen-komponen)
Diisikan hasil perhitungan pada table
Ditanam benih kedelai da diamati 2 hari sekali
Hari ke – 7 dicabut tanaman dan dihitung persentase perkecambahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Perkecambahan Benih
Pengamatan Ke-
Jumlah Benih Berkecambah
1
54
2
36
3
26
Pengamatan 10 Sampel (Panjang Akar dan Panjang Perkecambahan)
No.
Sampel
Akar
Kecambah
1
10
15.5
2
7
13
3
4
12.5
4
8
14
5
5
11
6
9
13
7
6
10.5
8
12
17
9
11
16.5
10
8.5
16
BM= Berat BM Berat totalx 100%
= 37.7109x 100%
= 34.59 %
VL= Berat VL Berat totalx 100%
= 20.2109x 100%
= 18.53 %
KB= Berat KB Berat totalx 100%
= 42.4109x 100%
= 38.9 %
% Perkecambahan= Jumlah Benih Berkecambah Jumlah Total Benihx 100%
= 43+36+26200x 100%
= 116200x 100%
= 58%
Pembahasan
Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan untuk menelaah kapositifan fisik komponen-komponen benih. Pada prinsipnya pengujian kemurnian dilaboratorium merupakan analisis kemurnian fisik berdasarkan identitas yang ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh benih kedalam 3 komponen yaitu : komponen benih murni (BM), tanaman lain / varietas lain (VL), dan kotoran benih (KB) termasuk rumput-rumputan.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Selain itu juga untuk mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran yang terdapat dalam contoh benih.
Yang termasuk benih murni (BM) adalah :
Biji-biji sehat sesuai varietasnya
Biji-biji muda, belah dan rusak (sedikit)
Pecahan biji dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran aslinya.
Biji-biji terserang penyakit
Biji-biji yang mulai tumbuh
Yang termasuk benih tanaman varietas lain (VL) adalah :
Biji tanaman pertanian yang tidak termasuk jenis/ varietas yang namanya tertera dalam tabel.
Yang termasuk kotoran benih (KB) :
Biji-biji dari bahan semacam pertanian atau rerumputan dan bahan bahan lain bukan biji yaitu :
Pecahan biji dengan ukuran sama atau kurang dari ½ ukuran asli untuk biji leguminose, Crusferae tanpa kulit biji.
biji terserang penyakit bila bentuk berubah menjadi sclerotis (pucat)
biji rerumputan: biji-biji yang berasal dari tumbuhan yang dianggap sebagai tumbuhan pengganggu menurut peraturan (gulma).
Bahan-bahan bagian biji :
biji rusak tanpa lembaga
glume atau florest tanpa lembaga ataupun endosperm
Bahan-bahan bukan biji :
tanah, pasir, batang, jerami, bunga, cendawan.
Menurut Kuswanto (1997) prosedur pengujian kemurnian benih adalah sebagai berikut: 1. pengambilan working sample; 2. penimbangan working sample; 3. komponen-komponen yang ada dipisahkan; 4. timbang masing-masing komponen; 5. masing-masing komponen dihitung dalam persen kecuali pure pellet; dan 6. komponen-komponen yang ada diidentifikasi dan diberi tanda. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan pada praktikum yang telah dilaksanakan.
Kemurnian benih perlu dilakukan karena mempunyai beberapa manfaat diantaranya
Menjaga kualitas benih terutama varietas unggul.
Mengetahui persentase kemurnian benih dari suatu varietas
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada suatu sumber benih/lot benih/lot bibit yang menginformasikan kebenaran mutu benih yang dikomersialkan. Sertifikat mutu benih adalah dokumen yang menyatakan kebenaran mutu sumber benih/benih/bibit. Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah : untuk memelihara kemurnian dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam proses sertifikasi benih yaitu check plot, pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan lapang fase vegetatif, pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif, pemeriksaan lapang fase menjelang panen, pengambilan contoh benih, dan pemeriksaan alat panen dan pengolahan.
Gambar 1.1 Bagan Proses Sertifikasi dan Pelabelan Benih
Pada praktikum pengujian kemurnian benih dilakukan pemisahan benih kedelai secara manual dengan tujuan bisa mendapatkan benih yang murni (BM). Setelah didapat benih murni, kemudian kami tanam benih tersebut. Perlakuan setelah benih tersebut ditanaman yaitu dilakukan pengamatan dengan variabel yang diamati yaitu banyaknya jumlah benih yang berkecambah, pengukuran panjang akar dan panjangnya perkecambahan. Data yang di dapat dalam pengamatan yaitu pada pengamatan ke-1 banyaknya jumlah benih berkecambah yaitu 54 kecambah benih kedelai, pengamatan ke-2 di dapat 36 jumlah benih berkecambah, dan pada pengamatan ke-3 di dapat 26 benih yang berkecambah. Setelah itu kami pilih 10 kecambah yang kami anggap terbaik untuk dijadikan sampel pengukuran panjang akar dan juga panjangnya kecambah. Data yang didapat dari 10 sampel kecambah kedelai yaitu pada sampel benih tanaman ke-1 panjang akarnya mencapai 10 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 15.5 cm, pada sampel ke-2 panjang akarnya 7 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 13 cm, sampel ke-3 panjang akarnya 4 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 12.5 cm, sampel ke-4 panjang akarnya 8 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 14 cm, sampel ke-5 panjang akarnya 5 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 11 cm, sampel ke-6 panjang akarnya 9 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 13 cm, sampel ke-7 panjang akarnya 6 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 10.5 cm, sampel ke-8 panjang akarnya 12 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 17 cm, sampel ke-9 panjang akarnya 11 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 16.5 cm, sampel ke-10 panjang akarnya 8.5 cm dan panjangnya perkecambahan kedelai yaitu 16 cm.
Berdasarkan data tersebut maka dari banyaknya jumlah perkecambahan dari ketiga pengamatan yang dilakukan maka dapat didapat prosentase perkecambahannya yaitu 58% dari total 200 benih yang ditanam. Dengan prosentase komponen contoh kerja BM = 34.59%, VL = 18.53%, KB = 38.9%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan untuk menelaah kapositifan fisik komponen-komponen benih. Pada prinsipnya pengujian kemurnian dilaboratorium merupakan analisis kemurnian fisik berdasarkan identitas yang ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh benih kedalam 3 komponen yaitu : komponen benih murni (BM), tanaman lain / varietas lain (VL), dan kotoran benih (KB) termasuk rumput-rumputan.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.
Berdasarkan data tersebut maka dari banyaknya jumlah perkecambahan dari ketiga pengamatan yang dilakukan maka dapat didapat prosentase perkecambahannya yaitu 58% dari total 200 benih yang ditanam. Dengan prosentase komponen contoh kerja BM = 34.59%, VL = 18.53%, KB = 38.9%.
Saran
Dalam praktikum terdapat pergiliran dalam pemakaian ruangan untuk penanaman atau cukup dibagi tiap anak yang bertugas melaksanakan praktikum acara 1, karena bila dilakukan serempak terasa kurang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, J. 1986. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa, Bandung.
Kartasapoetra, A. G. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta
Sajad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih, Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Rajawali, Jakarta
Wahyu Qamara, M dan Asep, S. 1991. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.