Perawatan Lanjutan di Rumah Pada Penderita Leukemia Anak A. Pendahuluan Pendahuluan Leukemia merupakan jenis penyakit yang disebabkan adanya proliferasi patologis dari sel pembuat darah atau disebabkan adanya transformasi transformasi progenitor hematopoeitik namun bukan sebagai penyakit yang diturunkan. Tipe leukemia terdiri dari leukemia limfositik akut (LLA), leukemia mieloblastik akut (LMA), leukemia limfositik kronik (LLK), leukemia mielositik kronik (LMK), mielosis eritremik (ME), eritroleukemia dan retikulosis. LLA merupakan jenis penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada anak atau seperempat dari semua kasus keganasan pada anak dan LLA memiliki proporsi 75-85% dari semua kasus leukemia pada anak. Oleh karenanya, fokus tulisan ini lebih banyak membahas mengenai LLA. LLA merupakan keganasan pada sel limfoid yang ditemukan di sumsum tulang namun dapat bermigrasi ke semua organ secara sistemik termasuk pada Sistem Syaraf Pusat (SSP). Gejala dan tanda leukemia mencerminkan derajat supresi eritropoiesis, trombopoiesis, trombopoiesi s, leukopoiesis di sumsum tulang oleh sel leukemia dan penyebarannya di luar sumsung tulang dapat memberikan manifestasi anemia, gangguan perdarahan, trombosis, antikoagulasi, antikoagulasi, dan kerentanan terhadap infeksi. , , Gejala yang perlu diwaspadai dan sering ditemukan pada leukemia antara lain pucat, demam yang tidak jelas sebabnya, sebabnya, nyeri tulang dan dan pembengkakan perut. perut. Menurut penelitian penelitian tahun 1993 1993 di Jakarta menunjukkan bahwa insidensi leukemia anak adalah 27,6% tiap satu juta anak berusia 1-14 tahun, sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah tercatat sejumlah 35% kasus LLA dan 13% kasus LMA dari penderita kanker anak dalam periode tahun 2000-2004. LLA umumnya diderita oleh anak berumur 2-10 tahun dengan puncak insidensi pada usia 3-4 tahun, kemudian insidensinya menurun sesuai sesuai dengan perkembangan usia namun memiliki peluang untuk muncul kembali 30 tahun setelah pengobatan LLA. Insidensi LLA di Amerika Serikat lebih sering terjadi pada anak-anak kulit putih daripada kulit hitam, begitu juga pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Sedangkan menurut penelitian di Inggris, insidensi LLA pada kelompok sosial ekonomi
yang berbeda tidak tidak memiliki perbedaan perbedaan yang bermakna. bermakna. Meskipun Meskipun faktor-faktor genetik, lingkungan, virus, dan menurunny menurunnya a imunitas terkait dengan patogenesis LLA, penyebab utama dari sebagian besar kasus masih belum diketahui secara pasti. Menurut penelitian, anak dengan leukemia yang berusia lebih muda memiliki harapan hidup lebih tinggi 61-77% dibanding remaja berusia 20 tahun. Kurang lebih 80% penderita dengan LLA memiliki peluang hidup lebih lama setelah mendapatkan protokol pengobatan LLA meskipun 40– 40–60% pada kelompok tersebut bergantung pada jenis protokol yang yang digunakan. Berdasarkan Berdasarkan kewilayahan, kewilayahan, penatalaksana penatalaksanaan an pengobatan dan perawatan anak dengan LLA di negara-negara maju dapat meningkatkan angka kesembuhan (cure rate) sampai dengan 80%, sedangkan angka kesembuhan di negaranegara berkembang masih berkisar antara 10-48% karena pasien terlambat mendapatkan mendapatka n pengobatan yang adekuat atau justru tidak taat menyelesaikan protokol pengobatan. Penyebab utama hal tersebut adalah faktor latar belakang pendidikan dan tingkat ekonomi orangtua yang kurang serta sikap tim kesehatan terhadap penatalaksanaan LLA. Pengobatan utama LLA adalah kemoterapi yang diberikan secara kombinasi dengan lama pengobatan dua tahun melalui beberapa fase, yaitu: fase induksi, konsolidasi, intensifikasii dan pemelihara intensifikas pemeliharaan. an. Monitor terhadap efek samping kemoterapi jangka pendek dan jangka panjang perlu dilakukan. Keberhasilan penatalaksanaan penatalaksanaan leukemia anak dalam memperpanjang umur harapan hidupnya perlu sangat dipengaruhi oleh penanganan yang komprehensif dengan upaya perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan meningkatka n kualitas hidup anak. Keterlibatan berbagai pihak dapat memberika memberikan n arti a rti bagi peningkatan kualitas hidup penderita penderita LLA, antara antara lain: keterlibatan keterlibatan berbagai berbagai profesi kesehatan, orang tua, psikolog, organisasi social penunjang, faktor risiko, pengobatan penunjang, dan ketaatan pengobatan. Salah satu komponen utama dalam penatalaksanaan leukemia anak adalah perawatan lanjutan (follow-up) penderita LLA. Makalah ini akan membahas perawatan lanjutan penderita LLA di rumah dengan menggunakan pendekatan model kualitas hidup penderita leukemia anak.
yang berbeda tidak tidak memiliki perbedaan perbedaan yang bermakna. bermakna. Meskipun Meskipun faktor-faktor genetik, lingkungan, virus, dan menurunny menurunnya a imunitas terkait dengan patogenesis LLA, penyebab utama dari sebagian besar kasus masih belum diketahui secara pasti. Menurut penelitian, anak dengan leukemia yang berusia lebih muda memiliki harapan hidup lebih tinggi 61-77% dibanding remaja berusia 20 tahun. Kurang lebih 80% penderita dengan LLA memiliki peluang hidup lebih lama setelah mendapatkan protokol pengobatan LLA meskipun 40– 40–60% pada kelompok tersebut bergantung pada jenis protokol yang yang digunakan. Berdasarkan Berdasarkan kewilayahan, kewilayahan, penatalaksana penatalaksanaan an pengobatan dan perawatan anak dengan LLA di negara-negara maju dapat meningkatkan angka kesembuhan (cure rate) sampai dengan 80%, sedangkan angka kesembuhan di negaranegara berkembang masih berkisar antara 10-48% karena pasien terlambat mendapatkan mendapatka n pengobatan yang adekuat atau justru tidak taat menyelesaikan protokol pengobatan. Penyebab utama hal tersebut adalah faktor latar belakang pendidikan dan tingkat ekonomi orangtua yang kurang serta sikap tim kesehatan terhadap penatalaksanaan LLA. Pengobatan utama LLA adalah kemoterapi yang diberikan secara kombinasi dengan lama pengobatan dua tahun melalui beberapa fase, yaitu: fase induksi, konsolidasi, intensifikasii dan pemelihara intensifikas pemeliharaan. an. Monitor terhadap efek samping kemoterapi jangka pendek dan jangka panjang perlu dilakukan. Keberhasilan penatalaksanaan penatalaksanaan leukemia anak dalam memperpanjang umur harapan hidupnya perlu sangat dipengaruhi oleh penanganan yang komprehensif dengan upaya perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan meningkatka n kualitas hidup anak. Keterlibatan berbagai pihak dapat memberika memberikan n arti a rti bagi peningkatan kualitas hidup penderita penderita LLA, antara antara lain: keterlibatan keterlibatan berbagai berbagai profesi kesehatan, orang tua, psikolog, organisasi social penunjang, faktor risiko, pengobatan penunjang, dan ketaatan pengobatan. Salah satu komponen utama dalam penatalaksanaan leukemia anak adalah perawatan lanjutan (follow-up) penderita LLA. Makalah ini akan membahas perawatan lanjutan penderita LLA di rumah dengan menggunakan pendekatan model kualitas hidup penderita leukemia anak.
B. Model kualitas hidup penderita LLA Model kualitas hidup penderita LLA dikembangkan dari pemikiran bahwa dengan semakin meningkatnya harapan hidup penderita LLA, petugas kesehatan tidak cukup hanya berfokus pada hasil dan efektivitas pengobatan saja namun perlu disuplementasikan intervensi perawatan yang komprehensif. Oleh karenanya, indikator-indikator dalam model kualitas hidup penderita LLA mencerminkan dampak penatalaksanaan penatalaks anaan penderita LLA. Model di atas terdiri dari empat ranah kualitas hidup anak penderita LLA, yaitu: (1) kesehatan fisik dan mengatasi manifestasi klinis(physical klinis(physical well-being and symptoms); symptoms); (2) kesehatan psikologis(psychological psikologis(psychological well-being); well-being); (3) kesehatan sosial (social well-being); well-being); dan (4) kesehatan spiritual (spiritual well-being). well-being). Ranah-ranah Ranah-rana h tersebut sesuai dengan berbagai publikasi mengenai dimensi d imensi kualitas hidup penderita keganasan. Intervensi asuhan keperawatan penderita leukemia anak di rumah menggunakan strategi untuk menurunkan dampak penyakit leukemia sebagai stresor dan meningkatkan meningkatka n resistensi klien sebagai kualitas hidupnya. Intervensi keperawatan diberikan untuk menjaga stabilitas klien, ketersediaan sumber energi sistem, dan dukungan terhadap klien untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Intervensi keperawatan keperawata n terhadap penderita ALL dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu prevensi sekunder dan prevensi tersier. Prevensi sekunder bertujuan untuk melakukan penatalaksa-naan penatalaksa-naan berbagai manifestasi leukemia (prompt treatment) dan mencegah/membatasi kecacatan (disability limitation).. Penatalak-sanaan manifestasi leukemia, misalnya: penatalaksanaan nyeri limitation) nonfarmakologik; nonfarmako logik; pencegahan cedera; penanganan perdarahan, anemia, gangguan hidrasi, perubahan nutrisi, nyeri, mukositis, infeksi sekunder, dan kedaruratan onkologik; penanganan respons terhadap tindakan kemoterapi; dan koping keluarga. Prevensi tersier bertujuan untuk upaya rehabilitas rehabilitasi, i, pendidikan kesehatan yang bersifat b ersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, dan memelihara stabilitas kesehatan anak. C. Intervensi keperawatan penderita leukemia anak di rumah
Intervensi keperawatan penderita leukemia anak di rumah pada prinsipnya sama dengan penatalaksanaan perawatan akut. 1. Aspek kesehatan fisik dan mengatasi manifestasi klinis (physical well-being and symptoms) a. Memantau respons anak terhadap pengobatan kemoterapi.
Diare. Berikan cairan per oral. Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah perineum. Pantau efektivitas obat antidiare. Hindari makanan dan buah buahan tinggi-selulose Beri makan sedikit tapi sering; jika mungkin beri makanan yang disukai anak. Kurangi atau jangan berikan daging.
Anoreksia. Observasi adanya tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi). Beri makan sedikit tapi sering yang berupa makanan lunak kaya zat gizi dan kalori. Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar. Hindari minum sebelum makan. Tekankan pada anak bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan.
Mulut kering. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin. Bentuk makanan cair. Kunyah permen karet atau hard candy.
Mual dan muntah. Beri makanan kering. Hindari makanan yang berbau merangsang. Hindari makanan lemak tinggi. Makan dan minum perlahan-lahan. Hindari makanan atau minuman terlalu manis. Batasi cairan pada saat makan. Tidak tiduran setelah makan.
Retensi cairan. Pantau asupan dan keluaran cairan. Timbang berat badan harian. Bila ada anak sesak nafas (gawat pernapasan) segera dibawa ke rumah sakit. Ubah posisi tidur anak sesering mungkin.
Hiperuremia. Pantau asupan dan keluaran. Anjurkan anak untuk banyak minum. Lakukan perawatan kulit anak agar rasa gatal berkurang.
Demam dan menggigil. Catat frekuensi gejala. Berikan rasa nyaman dengan memberinya selimut dan mandi hangat-hangat kuku (tepid sponge).
Sariawan (stomatitis dan ulkus mulut). Berikan rasa nyaman dengan sering berkumur, memakai cairan pencuci mulut, dan permen yang keras.
Rambut rontok (alopesia). Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi kerontokan rambut. Yakinkan hati anak dan keluarga bahwa kerontokan rambut tersebut hanya sementara. Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut baru yang berbeda warna dan tekstur dari rambutnya semula. Gunakan syal, topi, atau wig sebelum rambut mulai rontok sebagai usaha untuk mengalihkan perhatian. Sering keramas untuk mencegah cradle cap. Cegah penggunaan bahan kimia rambut, seperti larutan pengkriting rambut yang permanen, ketika rambut tumbuh kembali. Bantu anak memilih pakaian yang dapat meningkatkan aspek positif penampilan anak.
b. Mencegah infeksi sekunder serta memantau adanya tanda dan gejala infeksi
Waspadai bahwa demam dan batuk adalah tanda yang terpenting dari infeksi. Lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya.
Buatkan kamar protektif yang semi steril mendekati ruangan isolasi di rumah sakit.
Minta anak memakai masker bila keluar rumah atau bersama orang lain terutama bila sedang menderita neutropenik berat (leukosit kurang dari 1000/mm3).
Cuci tangan dengan alkohol 80%. Gunakan semprotan alkohol untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak.
Kurangi kontak dengan orang lain. Pada saat agranulositosis (jumlah total neutrofil <>
Perawatan gigi dan mulut harus dikerjakan setiap hari. Setiap habis makan dan terutama kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi yang harus), kumur betadin dan kumur antijamur.
Setiap hari diwajibkan memeriksa kulit secara menyeluruh dari ujung rambut kepala sampai ujung kaki. Daerah kemaluan juga harus diperhatikan, daerah tersebut sering terabaikan dan justru di daerah itu pula sering muncul infeksi kulit.
Makanan hygienis.
Jaga kebersihan diri anak termasuk kuku yang bersih.
c. Pantau adanya tanda dan gejala komplikasi
Somnolens radiasi: Dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal, anak menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1 sampai 3 minggu. Orang tua sering kali merasa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada saat ini dan perlu untuk diyakinkan.
Gejala SSP: Sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala tersebut dapat mengindikasikan keterlibatan SSP dalam leukemia.
Gejala pernapasan: Batuk dan sesak nafas. Gejala tersebut mengindikasikan adanya pneumosistitis atau infeksi pernapasan lainnya.
d. Mencegah cedera yang dapat menyebabkan perdarahan
Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan.
Periksa adanya memar dan kemerahan pada kulit.
Periksa adanya mimisan dan gusi berdarah.
Jaga agar kuku tetap pendek.
Hindari penumpuan beban pada alat gerak yang sakit
Hindari kecelakaan dan cedera. Pastikan lingkungan ruangan termasuk barang barang yang ada di ruangan agar benar-benar aman dan tidak berisiko mencederai anak.
Anjurkan aktivitas bermain yang tenang.
e. Pemberian nutrisi.
Tujuan diit. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima anak. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan keluarganya.
Syarat-syarat diet di rumah. Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari
kebutuhan energi total. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen. Bila imunitas menurun (leukosit <>
Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat pengobatan.
Hindari makanan atau minuman yang merangsang batuk, misalnya makanan berminyak, makanan asam, pewarna makanan, MSG.
Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair, atau kombinasi. Untuk makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak, atau makanan lumat.
Apabila terdapat kesulitan mengunyah atau menelan. Minum dengan menggunakan sedotan. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau dingin. Bentuk makanan disaring atau cair. Hindari makanan terlalu asam atau asin.
f. Mengatasi nyeri dengan teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik. Beberapa teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik yang dikelompokkan menurut umur penderita leukemia, adalah :
Toddler (anak di bawah umur tiga tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada toddler, antara lain: mainan, buku cerita bergambar, musik, pernafasan terkontrol – meniup air sabun, dan stimulasi kutan: usapan, pemijatan.
Anak usia prasekolah (3-4 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada anak usia prasekolah, antara lain: mainan, buku cerita bergambar, mencari gambar tersamar, mendengarkan musik atau dongeng melalui headset, menonton video, imajinasi emotif-menggunakan super-hero favorit anak untuk ―melawan‖ nyeri, pernafasan terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku – menjadi akrab dengan prosedur melalui bermain.
Anak usia sekolah (5-12 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada anak usia sekolah, antara lain: imajiner, mendengarkan musik atau
dongeng melalui headset, menonton video, bermain play-station atau videogames, pernafasan terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku. g. Mencegah dan mengatasi mukositis
Hindari sikat gigi yang berbulu keras.
Hindari makanan keras yang harus dikunyah berlebihan
Hindari makanan yang asam dan pedas.
Hindari makanan yang masih panas h. Berikan cukup istirahat dan tidur
2. Aspek kesehatan psikologis (psychological well-being)
Berikan pendidikan kesehatan mengenai leukemia terutama prognosis penyakit kepada keluarga untuk mengurangi kecemasan dan depresi.
Berikan pendidikan kesehatan kepada anak bahwa prosedur pengobatan sangat penting bagi peningkatan kesehatan anak. Hal ini untuk mengurangi stres terhadap prosedur pengobatan.
Anjurkan anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka. Anak dan keluarganya perlu untuk menyesuaikan hidup dengan berbagai fase penyakit yang mengancam hidup.
Bantu anak dan keluarga melakukan koping positif. Reaksi anak sebagian besar bergantung pada usianya, informasi yang diberikan kepada anak, dan dampak fisik penyakit.
Berikan fasilitas permainan yang menghibur namun aman.
3. Aspek kesehatan sosial (social well-being)
Beri penyuluhan kepada anak dan keluarga mengenai penatalaksanaan penyakit dan pengobatan termasuk konsekuensi jangka panjang baik rencana perawatan dan finansial keluarga. Dampak jangka panjang kanker masa kanak-kanak: 1) Katarak. Rujuk anak ke spesialis mata dan persiapkan untuk kemungkinan operasi katarak. 2) Hilang pendengaran. Rujuk anak ke dokter THT dan ahli terapi wicara; persiapkan untuk kemungkinan penggunaan alas pendengaran. 3) Fibrosis pulmonal. Anjurkan anak mendapat vaksin flu dan perawatan segera untuk infeksi pernapasan; anjurkan orang tua untuk menghentikan merokok. 4)
Kardiorniopati, kerusakan perikardium, aterosklerosis dini, dan aritmia ventrikular. Rujuk anak ke spesialis jantung. 5) Enteritis dan sirosis kronis. Rujuk anak ke ahli nutrisi, mungkin diperlukan modifikasi diet 6) Nefritisisistitis kronis. Rujuk anak ke spesialis penyakit dalam (nefrolog), pertahankan hidrasi, dan persiapkan anak untuk kemungkinan dialisis. 7) Skoliosis/kifosis, wajah asimetris, atau masalah pada gigi. Rujuk anak pada pelayanan rehabilitasi dan dokter gigi; anjurkan perawatan oral yang tepat; beritahu anak untuk menghindari permainan atau olahraga yang berat. 8) Imunosupresi yang memanjang. Anjurkan tindakan pengendalian infeksi, beri antibiotik profilaksis, periksa laboratorium untuk cek hitung darah, dan amati tanda-tanda infeksi. 9) Disfungsi testis atau ovarium. Rujuk anak ke spesialis endokrin. Diskusikan terapi hormon pengganti. 10) Hipotiroidisme atau disfungsi hipotalamus. Rujuk anak ke spesialis endokrin dan persiapkan anak menghadapi postur tubuhnya yang pendek. 11) Gangguan sistem saraf pusat, antara lain leukoensefalopati, neuropati perifer, dan defek kognitif. Pantau perkembangan dan kolaborasi dengan staf sekolah dan keluarga untuk membantu anak melakukan kemampuan yang optimal. 12) Keganasan sekunder. Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam perawatan tindak lanjut yang sedang berjalan untuk memantau kemungkinan keganasan sekunder.
Beri pendidikan kesehatan pada orang tua secara rinci mengenai aspek-aspek penatalaksanaan medis untuk memantapkan ketaatan orangtua dan anak, yaitu: 1) Proses penyakit -- tanda, gejala, komplikasi, dan aturan pengobatan. 2) Pemberian obat -- respons terapeutik terhadap pengobatan, reaksi terhadap pengobatan yang tidak diinginkan. 3) Prosedur pengobatan—langkah-langkah prosedur dan jadwalnya 4) Aktivitas-aktivitas yang dilarang 5) Kebutuhan alat -perawatan dan pemeliharaan, nomor telepon kantor yang menjual kebutuyhan alat 6) Nama dan nomor telepon kontak untuk pemeriksaan lanjut (misalnya: rumah sakit, klinik, dokter, perawat)
Minta orang tua untuk mengidentifikasi gejala yang menandakan penurunan kondisi dan yang perlu dilaporkan kepada dokter.
Berikan informasi pada anak dan keluarga tentang dukungan sosial kemasyarakatan bagi perawatan jangka-panjang. 1) Dukungan pihak sekolah 2) Kelompok orang tua dengan permasalahan yang sama. Orangtua membutuhkan
teman senasib sepenanggungan dalam satu wadah organisasi. Sehingga, para orangtua merasa mendapat dukungan, tidak sendirian, bisa curhat maupun berbagi ilmu/tips dalam membesarkan buah hati mereka. Tidak sedikit yang mengakui, dengan ikut komunitas seperti ini, orangtua tambah pintar dan semakin peduli. Kondisi anak-anak mereka pun mengalami kemajuan hingga memberi harapan untuk bisa lebih baik dan lebih baik lagi. Organisasi yang berkaitan dengan kanker anak, yaitu: a) Yayasan Onkologi Anak Indonesia. Sekretariat: RS Kanker Dharmais Lt. 1. Jl. Letjen S. Parman Kav 84-86, Slipi, Jakarta Barat. Telp. (021) 5681612/5681570 ext 2030 Fax. (021) 5681612. Email:
[email protected] b) Yayasan Kanker Indonesia. Sekretariat: Jl. DR. Sam Ratulangi 35 Jakarta 10350. Telp.: (021) 3152606, 3152603, 3920568 - Fax : (021) 3108170. E-mail :
[email protected]
Pantau adanya gangguan dalam fungsi dan peran keluarga. 1) Dasari semua intervensi pada latar belakang budaya, agama, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga. 2) Libatkan dukungan sosial anggota keluarga lain dalam program pengobatan dan perawatan anak 3) Tingkatkan keutuhan keluarga agar dapat memberikan lingkungan psikologis yang positif bagi anak.
Fasilitasi ketaatan keluarga dalam penatalaksanaan jangka panjang selama kunjungan pemeriksaan lanjut. Tanyakan berbagai factor pendukung ketaatan pengobatan, misalnya: ketersediaan alat transportasi, sumber-sumber financial keluarga, tingkat motivasi.
Cegah adanya isolasi sosial bagi anak. Tingkatkan peran peer-group sebagai sumber pemdukung sosial.
4. Aspek kesehatan spiritual (spiritual well-being) Aspek spiritual sangat penting ditekankan agar anak dan keluarga dapat memahami dan memaknai bahwa di balik cobaan penyakit memiliki hikmah kehidupan yang Diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keikhlasan menerima penyakit merupakan modal utama munculnya motivasi, harapan dan optimisme. D. Penutup Penyakit leukemia pada anak dimana LLA merupakan kasus terbanyak yang ditemui
pada kasus kanker anak memiliki protokol pengobatan yang lama. Program pengobatan dan perawatan jangka panjang memerlukan kekuatan dan keberlanjutan berbagai sumber daya keluarga dan pendukungnya. Oleh karenanya, perawatan lanjutan di rumah pada penderita leukemia anak perlu memperhatikan aspek-aspek perawatan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup anak.
Pengobatan Pada Pasien dengan Leukemia limfositik akut
Definisi Leukemia limfositik akut (ALL) adalah jenis kanker darah dan sumsum tulang – jaringan spons dalam tulang di mana sel darah dibuat. Kata “akut” pada leukemia limfositik akut berasal dari fakta bahwa penyakit berlangsung cepat dan mempengaruhi sel-sel darah yang belum matang, bukan orang dewasa. The “limfositik” pada leukemia limfositik akut mengacu pada sel darah putih y ang disebut limfosit, yang mempengaruhi SEMUA. Leukemia limfositik akut juga dikenal sebagai leukemia limfoblastik akut dan leukimia akut. Leukemia limfositik akut adalah jenis yang paling umum kanker pada anak, dan hasil pengobatan dalam kesempatan baik untuk penyembuhan. Leukemia limfositik akut juga bisa terjadi pada orang dewasa, meskipun prognosis sangat tidak optimis. Gejala Tanda dan gejala leukemia limfositik akut bisa meliputi: • Pendarahan dari gusi • Demam • Sering infeksi • Sering atau berat mimisan • Benjolan yang disebabkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening di s ekitar leher,, perut ketiak atau pangkal paha • Pucat kulit • Sesak napas • Kelemahan, kelelahan atau penurunan umum dalam energi Ketika ke dokter Membuat janji dengan dokter atau dokter anak Anda jika Anda melihat tanda-tanda dan gejala yang gigih perhatian Anda. Banyak tanda dan gejala leukemia limfositik akut meniru orang karena flu. Namun, tanda dan gejala flu pada akhirnya akan meningkatkan. Jika tanda dan gejala tidak membaik seperti yang diharapkan, membuat janji dengan dokter Anda. Penyebab Leukemia limfositik akut terjadi bila sel sumsum tulang berkembang kesalahan dalam DNA-nya. Kesalahan memberitahu sel untuk terus tumbuh dan membagi, bila sel yang sehat biasanya akan mati. Ketika ini terjadi, produksi sel darah berjalan serba salah. Sumsum tulang menghasilkan sel yang belum matang yang berkembang menjadi leukemia sel darah putih yang disebut lymphoblasts. Sel-sel yang abnormal tidak dapat berfungsi dengan baik, dan mereka dapat membangun dan menggeser sel-sel sehat. Tidak
jelas apa yang menyebabkan mutasi DNA yang dapat menyebabkan leukemia limfositik akut. Namun, dokter telah menemukan bahwa kebanyakan kasus leukemia limfositik akut tidak diwariskan. Faktor risiko Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko leukemia limfositik akut meliputi: • Pengobatan sebelumnya kanker. Anak-anak dan orang dewasa yang telah memiliki beberapa jenis kemoterapi dan terapi radiasi untuk kanker jenis lain mungkin memiliki peningkatan risiko leukemia limfositik akut. • Paparan radiasi. Orang yang terpapar ke tingkat yang sangat tinggi radiasi, seperti yang selamat dari kecelakaan reaktor nuklir, memiliki peningkatan risiko leukemia limfositik akut. • Genetik gangguan. Kelainan genetik tertentu, seperti sindrom Down, yang berhubungan dengan beberapa peningkatan risiko leukemia limfositik akut. • Memiliki saudara atau saudari dengan ALL. Orang yang memiliki saudara kandung, termasuk kembar, dengan leukemia limfositik akut memiliki peningkatan risiko SEMUA. Mempersiapkan untuk janji pertemuan Anda Membuat janji dengan dokter keluarga Anda atau dokter umum jika Anda atau anak Anda memiliki tanda dan gejala yang khawatir. Jika dokter Anda mencurigai leukemia limfositik akut, Anda mungkin akan dirujuk ke dokter yang mengkhususkan diri dalam mengobati penyakit dan kondisi dari darah dan sumsum tulang (hematologi). Karena janji dapat singkat, dan karena sering ada banyak tanah untuk menutupi, itu ide bagus untuk menjadi dipersiapkan dengan baik. Berikut ini beberapa informasi untuk membantu Anda bersiap-siap, dan apa yang diharapkan dari dokter. Apa yang dapat Anda lakukan • Jadilah mengetahui adanya pra-janji pembatasan. Pada saat Anda membuat janji, pastikan untuk menanyakan apakah ada sesuatu yang perlu Anda lakukan di muka. • Tuliskan gejala apapun Anda atau anak Anda mengala mi, termasuk yang mungkin tampak tidak berhubungan dengan alasan yang dijadwalkan janji. • Tuliskan informasi pribadi kunci, termasuk tekanan besar atau perubahan kehidupan baru dalam hidup Anda atau hidup anak Anda. • Buatlah daftar semua obat, serta setiap vitamin atau suplemen, yang Anda atau anak Anda a dalah mengambil. • Ambil anggota keluarga atau teman bersama. Terkadang akan sulit untuk menyerap semua informasi yang diberikan selama janji. Seseorang yang menyertai Anda mungkin ingat sesuatu yang Anda tidak terjawab atau lupa. • Tuliskan pertanyaan untuk meminta dokter Anda. Waktu dengan dokter terbatas, jadi mempersiapkan daftar pertanyaan akan membantu Anda membuat sebagian besar waktu Anda bersama-sama. Daftar pertanyaan Anda dari yang paling penting hingga yang kurang penting dalam kasus waktu habis. Untuk leukemia limfositik akut, beberapa p ertanyaan dasar untuk meminta dokter meliputi: • Apa yang mungkin menyebabkan gejala-gejala ini? • Apa kemungkinan penyebab lain untuk gejala ini? • Apa jenis tes yang diperlukan? • Apakah kondisi ini kemungkinan sementara atau kronis? • Apakah tindakan yang terbaik? • Apa saja alternatif untuk pendekatan utama yang Anda menyarankan? • Bagaimana kondisi kesehatan yang ada menjadi yang terbaik dikelola dengan SEMU A? • Apakah ada pembatasan yang perlu diikuti? • Apakah perlu untuk melihat spesialis? Apa yang akan biaya itu, dan akan asuransi saya menutupinya? • Apakah ada alternatif generik untuk obat resep Anda? • Apakah ada brosur atau bahan cetak lain yang saya d apat mengambil dengan saya? Website apa yang
anda rekomendasikan? • Apa yang akan menentukan apakah saya harus merencanakan untuk kunjungan tindak lanjut? Selain pertanyaan-pertanyaan yang Anda sudah siap untuk meminta dokter, jangan ragu untuk bertanya selama janji setiap saat Anda tidak memahami sesuatu. Apa yang diharapkan dari dokter Dokter kemungkinan akan mengajukan sejumlah pertanyaan. Menjadi siap untuk menjawab mereka mungkin memberikan waktu untuk meliputi hal lain yang Anda ingin alamat. Dokter A nda mungkin bertanya: • Kapan gejala mulai? • Apakah gejala ini telah terus menerus atau sesekali? • Seberapa parah adalah gejala-gejala ini? • Apa, jika ada, tampaknya meningkatkan gejala -gejala ini? • Apa, jika ada, tampaknya memperburuk gejala -gejala ini? Apa yang dapat Anda lakukan sementara itu Hindari aktivitas yang tampak memburuk tanda-tanda dan gejala. Misalnya, jika Anda atau anak Anda merasa lelah, memungkinkan untuk lebih banyak is tirahat. Tentukan mana dari kegiatan hari itu yang paling penting, dan fokus pada menyelesaikan tugas-tugas. Tes dan diagnosis Tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosa leukemia limfositik akut meliputi: • Tes darah. Sebuah tes darah mungkin mengungkap sel-sel darah putih terlalu banyak, sel darah tidak cukup merah dan trombosit tidak cukup. Tes darah juga bisa menunjukkan adanya sel-sel blast – sel dewasa biasanya ditemukan di sumsum tulang tetapi tidak beredar dalam darah. • Tulang tes sumsum. Selama aspirasi sumsum tulang, jarum yang digunakan untuk men ghapus sampel sumsum tulang dari tulang pinggul untuk mencari sel-sel leukemia. Sampel dikirim ke laboratorium untuk pengujian. Dokter di laboratorium akan mengklasifikasikan sel darah ke dalam jenis tertentu berdasarkan ukuran, bentuk dan fitur lainnya. Mereka juga melihat perubahan tertentu dalam sel kanker dan menentukan apakah sel-sel leukemia mulai dari limfosit B atau limfosit T. Informasi ini membantu dokter Anda mengembangkan rencana perawatan. • tes Imaging. Pencitraan tes seperti sinar -X dada dan computerized tomography (CT) scan dapat membantu menentukan apakah kanker telah menyebar ke otak dan sumsum tulang belakang atau bagian lain dari tubuh. • tes cairan spinal. Sebuah tes pungsi lumbal, juga disebut spinal tap, dapat digunakan untuk mengumpulkan sampel cairan tulang belakang. Sampel diuji untuk melihat apakah sel-sel kanker telah menyebar ke cairan tulang belakang. Perawatan dan obat-obatan Secara umum, pengobatan untuk leukemia limfositik akut jatuh ke dalam fase terpisah: • Induksi terapi. Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel -sel leukemia dalam darah dan sumsum tulang. • Konsolidasi terapi. Juga disebut post-remisi terapi, fase pengobatan ditujukan untuk menghancurkan sel-sel leukemia yang tersisa di otak atau s umsum tulang belakang. • Pemeliharaan terapi. Tahap ketiga dari perawatan mencegah sel -sel leukemia dari regrowing. Perlakuan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. • Pencegahan pengobatan ke sumsum tulang b elakang. Orang-orang dengan leukemia limfositik akut juga dapat menerima pengobatan untuk membunuh sel-sel leukemia yang terletak di sistem saraf pusat selama setiap fase terapi. Dalam jenis pengobatan, obat kemoterapi disuntikkan langsung ke dalam cairan yang menutupi sumsum tulang belakang. Ini membunuh sel kanker yang tidak dapat dicapai oleh obat kemoterapi diberikan melalui mulut atau melalui jalur intravena.
Tergantung pada situasi Anda, fase pengobatan untuk leukemia limfositik akut dapat span 2 1/2 sampai 3 1/2 tahun. Perawatan mungkin termasuk: • Kemoterapi. Kemoterapi, yang menggunakan obat untuk membunuh sel kanker, biasanya digunakan sebagai terapi induksi untuk anak-anak dan orang dewasa dengan leukemia limfositik akut. Obat kemoterapi juga dapat digunakan dalam konsolidasi dan fase pemeliharaan. • Target terapi obat. Obat Target menyerang kelainan spesifik yang ada pada sel kanker yang membantu mereka tumbuh dan berkembang. Salah satu obat yang ditargetkan, imatinib (Gleevec), secara khusus menyerang sel kanker yang memiliki kelainan tertentu yang disebut kromosom Philadelphia. Para dasatinib obat (Sprycel) bekerja dengan cara yang sama. Obat ini disetujui hanya untuk orang dengan bentuk kromosom Philadelphia-positif SEMUA. • Terapi radiasi. Terapi radiasi menggunakan bertenaga tinggi balok, seperti X-ray, untuk membunuh sel kanker. Jika sel kanker telah menyebar ke sistem saraf pusat, dokter anda dapat merekomendasikan terapi radiasi. • Stem transplantasi sel. Transplantasi sel induk dapat digunakan sebagai terapi konsolidasi pada orang yang berisiko tinggi kambuh atau untuk mengobati kambuh ketika itu terjadi. Prosedur ini memungkinkan seseorang dengan leukemia untuk membangun kembali sel-sel induk yang sehat dengan mengganti sumsum tulang leukemia dengan bebas leukimia sumsum. Transplantasi sel induk dimulai dengan dosis tinggi kemoterapi atau radiasi untuk menghancurkan sumsum tulang yang memproduksi leukemia. Sumsum tersebut kemudian digantikan oleh sumsum tulang dari donor yang kompatibel (transplantasi alogenik). Dalam beberapa kasus, orang dewasa dengan SEMUA dapat menggunakan sumsum tulang mereka s endiri untuk transplantasi (pencangkokan autologous). Hal ini mungkin mungkin jika Anda pergi ke p engampunan dan sumsum tulang yang sehat kemudian dipanen untuk transplantasi di masa depan. • Uji klinis. Percobaan klinis percobaan untuk menguji pengobatan kanker baru dan cara baru untuk menggunakan perawatan yang ada. Sedangkan uji klinis memberikan Anda atau anak Anda kesempatan untuk mencoba pengobatan kanker terbaru, manfaat pengobatan masih sedang dievaluasi. Diskusikan manfaat dan risiko dari uji klinis dengan dokter Anda. SEMUA pada orang dewasa yang lebih tua Dewasa yang lebih tua, seperti yang lebih tua dari 65, cenderung mengalami komplikasi lebih dari SEMUA perawatan. Dan dewasa yang lebih tua umumnya memiliki prognosis yang lebih bu ruk dari anak-anak yang dirawat karena SEMUA. Diskusikan pilihan Anda dengan dokter Anda. Berdasarkan kesehatan Anda secara keseluruhan dan tujuan Anda dan preferensi, Anda dapat memutuskan untuk menjalani pengobatan untuk SEMUA Anda. Beberapa orang mungkin memilih untuk melepaskan pengobatan untuk kanker, tetapi sebaliknya berfokus pada pengobatan yang meningkatkan gejala mereka dan membantu mereka membuat sebagian besar waktu mereka yang tersisa. Pengobatan alternatif Tidak ada pengobatan alternatif telah ditemukan untuk menyembuhkan leukemia limfositik akut. Tetapi beberapa terapi alternatif dapat membantu meringankan efek samping dari pengobatan kanker dan membuat Anda atau anak Anda lebih nyaman. Pengobatan alternatif yang dapat mengurangi tanda dan gejala termasuk: • Akupunktur • Aromaterapi • Pijat • Meditasi • Relaksasi latihan Bicaralah dengan dokter Anda jika Anda tertarik untuk mencoba pengobatan alternatif. Beberapa terapi alternatif yang aman, sementara yang lain dapat mengganggu pengobatan kanker Anda.
Coping dan dukungan Walaupun pengobatan untuk leukemia limfositik akut biasanya sangat sukses, dapat menjadi jalan panjang. Pengobatan sering berlangsung 2 1/2 sampai 3 1/2 tahun, meskipun tiga sampai enam bulan pertama adalah yang paling intens. Selama fase perawatan, anak-anak biasanya dapat hidup relatif normal dan kembali ke sekolah. Dan orang dewasa mungkin dapat terus b ekerja. Untuk membantu Anda mengatasi, cobalah untuk: • Pelajari tentang leukemia cukup merasa nyaman membuat keputusan pengobatan. Mintalah dokter Anda untuk menuliskan informasi banyak tentang penyakit tertentu Anda mungkin. Kemudian mempersempit pencarian Anda untuk informasi yang sesuai. Tuliskan pertanyaan yang ingin anda tanyakan dokter Anda sebelum pengangkatan masing-masing, dan mencari informasi di perpustakaan lokal Anda dan di Internet. Sumber yang baik termasuk National Cancer Institute, American Cancer Society, dan Masyarakat Leukemia & Limfoma. Juga, mempertimbangkan membawa perekam ke janji. Dokter Anda mungkin hadir dengan banyak rincian dalam satu kunjungan, dan dapat membantu untuk menangkap detail-detail dan bermain mereka kembali nanti. • Bersandar pada tim perawatan k esehatan Anda secara keseluruhan. Di pusat kesehatan besar dan pusatpusat kanker pediatrik, tim perawatan kesehatan Anda mungkin termasuk psikolog, psikiater, ahli terapi rekreasi, anak-hidup pekerja, guru, ahli gizi, pendeta dan pekerja sosial. Para prof esional dapat membantu dengan berbagai macam isu, termasuk menjelaskan prosedur untuk anak-anak, mencari bantuan keuangan dan mengatur perumahan selama pengobatan. Jangan ragu untuk mengandalkan keahlian mereka. • Jelajahi program untuk anak-anak dengan kanker. Pusat kesehatan besar dan kelompok nirlaba menawarkan berbagai kegiatan dan layanan khusus untuk anak-anak dengan kanker dan keluarga mereka. Contohnya termasuk kamp musim panas, kelompok dukungan untuk saudara kandung dan berharap-pemberian program. Meminta tim layanan kesehatan Anda tentang program-program di daerah Anda. • Membantu keluarga dan teman-teman memahami situasi Anda. Mengatur halaman, web gratis pribadi di CaringBridge situs tidak nirlaba. Hal ini memungkinkan Anda untuk memberitahu seluruh keluarga tentang janji, perawatan, kemunduran dan alasan untuk merayakan – tanpa stres memanggil setiap orang setiap kali ada sesuatu yang baru untuk dilaporkan. Halaman Web akan membantu keluarga dan temanteman memahami apa yang sedang Anda alami, dan memungkinkan mereka untuk mengirim catatan dorongan, bahkan ketika mereka tinggal jauh.
ASUHAN KEPERAWATAN ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH PENGERTIAN
Acute lympobastic leukemia adalah bentuk akut dari leukemia yang diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts.
Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
Faktor penyebab ALL tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena interaksi sejumlah faktor : 1.
Neoplasia
2.
Infeksi
3.
Radiasi
4.
Keturunan
5.
Zat kimia
6.
Murasi gen
EPIDEMIOLOGI Leukemia akut cepat terjadi dan lambat penyembuhannya, dapat diakhiri dengan kematian bila tidak segera diobati. ALL sering ditemukan pada anak-anak (82 %) daripada umur dewasa (!*%) dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
PATOFISIOLOGI Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagis epanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang. ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tinmgkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya
menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor. Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Jugaa timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, ―seizures‖ dan gangguan penglihatan.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH (1-6 TAHUN)
Menurut Soetjiningsih Anak usia pra sekolah digolongkan pada usia 1 – 6 tahun
Menurut Donna L Wong Masa Anak Pra Sekolah atau disebut juga masa anak-anak awal berada pada usia 3 – 6 tahun
Perkembangan Psokoseksual menurut Sigmund Freud Disebut fase laten ( usia 5 – 12 tahun ) -
Anak masuk permulaan fase pubertas
-
Periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial
-
Fase tenang
-
Dorongan libido mereda
-
Erotik zone berkurang
-
Anak tertarik dengan peer group
Perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson Kepercayaan yang diperoleh anak pra sekolah diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa
tentanang sesuatu sehinggga anak dapat memperluas aktifitasnya. Jika anak dilarang atau diomeli maka anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang keterampilan motorik dan bahasanya.
PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN Identitas Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Riwayat Kesehatan Keluhan Utama Pada anak pra sekolah keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.
Riwayat kesehatan masa lalu Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
Pola Persepsi – mempertahankan kesehatan Tidak spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
Pola Latihan dan Aktivitas Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang.
Anak sering dalam keadaan umum lemah, rewel, dan ketidakmampuan melaksnakan aktivitas rutin seperti berpakaian, mandi, makan, toileting secara mandiri. Dari pemeriksaan fisik dedapatkan penurunan tonus otot, kesadaran somnolence, keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya murmur, kulit pucat, membran mukosa pucat, penurunan fungsi saraf kranial dengan atau disertai tanda-tanda perdarahan serebral. Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan, dapat ditemukan adanya dyspnea, tachipnea, batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara nafas. Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, , demam, lebam, purpura, perdarahan gusi, epistaksis.
Pola Nurisi Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic leukemia)
Pola Eliminasi Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.
Pola Tidur dan Istrahat Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
Pola Kognitif dan Persepsi Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan ―seizure activity‖, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
Pola Mekanisme Koping dan Stress
Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
Pola Seksual Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
Pola Hubungan Peran Pasien anak-anak usia pra sekolah merasa kehilangan kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
Pola Keyakinan dan Nilai Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
Pemeriksaan Diagnostik 1.
Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
2.
Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
3.
Retikulosit : menurun/rendah
4.
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
5. White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (―kiri ke kanan‖) 6.
Serum/urin uric acid : meningkat
7.
Serum zinc : menurun
8.
Bone marrow biopsy : indikasi 60 – 90 % adalah blast sel dengan erythroid prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
9.
Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat kesulitan tertentu
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
2.
Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
3.
Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
RENCANA KEPERAWATAN 1.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
Batasan karakteristik : -
Peningkatan jumlah lekosit -
Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Kriteria Hasil : Klien akan : 1. Mengidentifikasi faktor resiko yang dapat dikurangi 2.
Menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
Intervensi
Rasional
Lakukan tindakan untuk mencegah
Kewaspadaan meminimalkan pemajanan
pemajanan pada sumber yang diketahui
klien terhadap bakteri, virus, dan patogen
atau potensial terhadap infeksi :
jamur baik endogen maupun eksogen
Pertahankan isolasi protektif sesuai kebijakan institusional Pertahankan teknik mencuci tangan dengan cermat Beri hygiene yang baik Batasi pengunjung yang sedang demam, flu atau infeksi Berikan hygiene perianal 2 x sehari dan setiap BAB Batasi bunga segar dan sayur segar Gunakan protokol rawat mulut Rawat klien dengan neutropenik terlebih dahulu
Laporkan bila ada perubahan tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital merupakan tanda din terjadinya sepsis, utamanya bila terjadi peningkatan suhu tubuh
Dapatkan kultur sputum, urine, diare, darah dan sekresi tubuh abnormal sesuai anjuran Kultur dapat mengkonfirmasikan infeksi dan mengidentifikasi organisme penyebab
Jelaskan alasan kewaspadaan dan pantangan Pengertian klien dapat memperbaiki
kepatuhan dan mengurangi faktor resiko Yakinkan klien dan keluarganya bahwa peningkatan kerentanan pada infeksi hanya sementara
Granulositopeniaa dapat menetap 6-12 minggu. Pengetian tentang sifat sementara granulositopenia dapat membantu mencegah kecemasan klien dan keluarganya
Minimalkan prosedur invasif 6. Prosedur tertentu dapat menyebabkan trauma jaringan, menngkatkan kerentanan infeksi
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
Batasan karakteristik : -
Muntah +
-
Perdarahan masif +
-
Diare +
-
Intake < output
Kriteria Hasil : Klien akan : 1.
Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat
2.
Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal
3.
Memperlihatkan urine output, PH dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Monitor intake dan output . Catat
Penurunan sirkulasi sekunder dapat
penurunan urin, dan besarnya PH
menyebabkan berkurangnya sirkulasi ke ginjal atau berkembang menjadi batu ginjal sehingga menyebabkan retensi cairan atau gagal ginjal
2. Hitung berat badan setiap hari
Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan. Intake yang lebih besar dari output dapat diindikasikan menjadi renal obstruksi.
Meningkatkan aliran urin, mencegah asam 3. Motivasi klien untuk minum 3 – 4 l/hari jika tanpa kontra indikasi Kaji adanya petechie pada kulit dan membran mukosa, perdarahan gusi
urat, dan membersihkan sisa-sisa obat neoplastik Supresi bone marrow dan prosuduksi platelet menyebabkan klien beresiko mengalami perdarahan
Jaringan yang mudah robek dan mekanisme Gunakan alat-alat yang tidak menyebakan
pembekuan dapat menyebabkan
resiko perdarahan
perdarahan meskipun karena trauma ringan
Mencegah iritasi gusi Berikan diet makanan lunak
Kolaborasi :
Mempertahankan cairan dan elektrolit yang tidak bisa dilakukan per oral, menurunkan
Pemberian cairan sesuai indikasi
komplikasi renal
Bila platelet <20.000/mm( akibat pengaruh sekunder obat neoplastik ) , klien cenderung mengalami perdarahan. Penurunan Hb/Hct 2. Monitor pemeriksaan diagnostik : Platelet,
berindikasi terhadap perdarahan.
Hb/Hct, bekuan darah
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
Batasan karakteristik : -
Keluhan nyeri (tulang,sarf, sakit kepala, dll)
-
Distraksi menahan, ekspresi meringis, menangis, perubahan tonus otot
-
Respon-respons autonomik
Kriteria hasil : Klien akan : 1.
Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2.
Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
Intervensi Kaji tingkat nyeri, gunakan skala 1 – 10
Rasional Berguna mengkaji kebutuhan intervensi , bisa berindikasi perkembangan komplikasi
Monitor vital signs, catat reaksi non verbal
Berguna dalam validasi verbal dan mengevaluasi keefektifan intervensi
Meningkatkan kemampuan istrahat dan Ciptakan lingkungan yang tenang dan
memperkuat kemampuan koping
kurangi stimulus Menurunkan gangguan pada tulang dan Berikan posisi yang nyaman
sendi
Latih ROM exercise
Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi
Evaluasi mekanisme koping klien
Penggunaan persepsi pribadi untuk mengatasi nyeri dapat membantu klien memiliki koping yang lebih efektif
Kolaborasi :
Diberikan untuk nyeri ringan
Analgetik
Cat : jangan menggunakan aspirin karena bisa menyebabkan perdarahan
Diberikan untuk nyeri sedang-berat
Narkotik Memperkkuat kerja analgetik/narkotik
3. Tranguilizer
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Batasan karakteristik : -
Keluhan lemah, anak memperlihatkan penurunan kemampuan beraktifitas
-
Anak rewel, dyspnea
-
Abnormal HR atau respon perubahan TD
Kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai kemampuan
Intervensi
Rasional
Evaluasi keluhan lemah, rewel,
Efek leukemia, anemia dan kemoterapi
ketidakberdayaan dalam ADL
dapat menjadi satu sehingga memerlukan bantuan dalam pemenuhan aktifitas ADL
2.. Ciptakan lingkungan yang tenang dan istrahat yang tidak terganggu
Bantu dalam setiap pemenuhan rawat diri/ADL
Mengumpulkan energi untuk beraktifitas dan untuk regenerasi sel
Memaksimalkan kemampuan untuk rawat diri
Jadwalkan pemberian makan sebelum kemoterapi. Beri oral hidrasi sebelum makan
Meningkatkan intake sebelum terjadi mual
dan anti emetik sesuai indikasi
akibat efek samping kemoterapi
Kolaborasi : Pemberian suplemen O2 sesuai anjuran Memaksimalkan kemampuan oksigenasi untuk uptake seluler
DAFTAR PUSTAKA Boediwarsono, Dr (1998), Bahan Kuliah Hematologi , FK Universitas Airlangga, Surabaya
Carpenito, Lynda Juall (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall (1995 ), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, EGC, Jakarta
Gale,Danielle(2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi , EGC, Jakarta
Hoffbrand, AV (1989 ), Kapita Selecta Haematology, edisi 2, EGC, Jakarta
Luckmann’s Sorensen (1996 ), Medical Surgical Nursing, Core Principles, WB Saunders, Philadelphia
Probowati, Ririn SKp (2000 ), Bahan Kuliah Ilmu Keperawatan Anak, PSIK, Universitas Airlangga, Surabaya
Soe Definisi Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan).
(1,2)
AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia
monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut
(1)
B.
Penyebab Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia ), etiologi AML sampai saat ini
masih belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah : 1. Faktor endogen Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau kembar satu telur). 2. Faktor eksogen Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).
C.
Tanda dan Gejala
1. Hipertrofi ginggiva 2. Kloroma spinal (lesi massa) 3. Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal 4. Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak) 5. Manifestasi klinik seperti ALL , yaitu a.
Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat, anoreksia, petekia dan perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas, berat badan menurun, pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa, dan limfonodus)
b. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma. c.
Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena; kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi).
D.
Patofisiologi dan Pathways
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter. Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula. Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu),
maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter. Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena
terjadi
kompetisi
nutrisi
untuk
proses
metabolisme
(terjadi
granulositopenia,
trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal.
E.
Komplikasi
1. Gagal sumsum tulang 2. Infeksi 3. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC) 4. Splenomegali 5. Hepatomegali
F. Pemeriksaan Diagnostik 3
1. Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm 3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. 2. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP. 3. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum 4. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis. 5. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang. 6. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik 7. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.
G.
Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem syaraf pusat dan oragan vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin, asparaginase, metrotreksat, merkaptopurin, sitarabin, alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin. Pengkajian Keperawatan 1. Kaji adanya manifestasi klinik AML (kelelahan, nyeri, pucat, anoreksi, perdarahan, penurunan berat badan, letargi, hipertropi ginggiva, ulserosa perirektal, dll) 2. Kaji reaksi anak terhadap kemoterapi : diare, anoreksia, mual, muntah, retensi cairan, hiperuremia, demam, stomatitis, ulkus mulut, alopesia, nyeri, dll 3. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi : peningkatan leukosit, demam, peningkatan LED 4. Kaji adanya tanda dan gejala hemoragi 5. Kaji adanya tanda dan gejala komplikasi : somnolens radiasi, gejala SSP, lisis sel. 6. Kaji koping anak dan keluarga.
H. Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi aktivitas 2. Resiko tinggi infeksi 3. Kelebihan volume cairan 4. Kerusakan integritas jaringan 5. Resiko tinggi perubahan nutrisi 6. Resiko tinggi cedera 7. Gangguan citra diri 8. Ansietas 9. Resiko tinggi penurunan curah jantung
10. Resiko tinggi keletihan 11. Resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan 12. Resiko tinggi perubahan proses keluarga 13. Resiko tinggi penatalaksanaan aturan pengobatan yang tidak efektif
I.
Intervensi Keperawatan
1. Pantau anak untuk mengetahui reaksi terhadap pengobatan 2. Pantau adanya tanda dan gejala infeksi : a.
Waspadai bahwa demam adalah tanda yang terpenting dari infeksi
b. Obati semua anak seakan-akan mereka semua menderita neutropeni sampai diperoleh hasil test. Isolasi mereka dari pasien klinik lainnya, terutama anak-anak dengan penyakit infeksi, khususnya varisela. c.
Minta anak tersebut memakai masker bila bersama dengan orang lain dan bila menderita 3
neutropeni berat ( leukosit kurang dari 1000/mm ). d. Waspadai bahwa jika seorang anak menderita neutropeni, ia tidak boleh menjalani kemoterapi. Anak tsb dapat menerima antibiotik Ivjika demam juga terjadi (lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya). 3. Pantau adanya tanda dan gejala hemoragi a.
Periksa adanya memar dan petekia pada kulit
b. Periksa danya mimisan dan gusi berdarah c.
Jika diberi suntikan, tekan bekas tusukan lebih lama dari biasanya (kira-kira 3-5 menit) untuk memastikan perdarahan telah berhenti. Perikas lagi untuk memastikan bahwa tidak ada perdarahan lagi.
4. Pantau adanya tanda gejala komplikasi a.
Somnolens radiasi : dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal, anak menunjukkan
keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1-3 minggu. Orang tua sering kali mersa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada saat ini dan perlu untuk diyakinkan. b. Gejala SSP : sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala tersebut dapat mengindikasikan keterlibatan SSP.
c.
Gejala pernafasan : batuk, kongesti paru, dispnea. Gejala-gejala tersebut mengindikasikan adanya pneumositis atau infeksi pernafasan lainnya.
d. Lisis sel : lisis sel yang cepat setelah kemoterapi dapat mempengaruhi kimia darah, mengakibatkan peningkatan Kalsium dan Kalium.
5. pantau adanya kekhawatiran dan ansietas tentang diagnosis kanker dan hubungannya dengan pengobatan; pantau respon emosional seperti marah, menyangkal, kesedihan 6. Pantau adanya gangguan dalam fungsi keluarga a.
Dasar semua intervensi pada latar belakang budaya, agama pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga
b. Libatkan saudara kandung sebanyak mungkin dalam perawatan karena mereka sangat prihatin terhadap perubahan yang terjadi pada anak yang sakit dan fungsi keluarga c.
Pertimbangkan kemungkinan bahwa saudara kandung merasa bersalah dan disalahkan
d. Tingkatkan keutuhan keluarga dengan memberi kebebasan jam kunjung selama 24 jam bagi semua anggota keluarga.
J.
Hasil yang Diharapkan
1. Anak mencapai remisi 2. Anak bebas dari komplikasi penyakit 3. Anak dan keluarga mempelajari tentang koping yang efektif untuk menghadapi hidup dan penatalaksanaan penyakit tersebut. Diposkan oleh Muhamad Reza Pahlevi di 16:42 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Acut Limphosityc Leukemia
A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer &
Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).
B. PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu: 1. Faktor eksogen a.
Sinar x, sinar radioaktif.
b. Hormon. c.
Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent).
2. Faktor endogen a.
Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down).
c.
Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
(Ngastiyah, 1997)
C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997;
Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain: 1. Pilek tak sembuh-sembuh 2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi 3. Demam, anoreksia, mual, muntah 4. Berat badan menurun 5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab 6. Nyeri tulang dan persendian 7. Nyeri abdomen 8. Hepatosplenomegali, limfadenopati 9. Abnormalitas WBC 10. Nyeri kepala
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah: 1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction): a.
Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein 2. Pemeriksaan darah tepi a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) b. Peningkatan asam urat serum c. Peningkatan tembaga (Cu) serum d. Penurunan kadar Zink (Zn) e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif 3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut 4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 5. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa: a.
Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection) c.
Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil
F. PENGOBATAN PADA ALL 1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin. 2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. 3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3. 4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama). 5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel 5
6
leukemia cukup rendah (10 - 10 ), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna. 6. Cara pengobatan. Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut: a.
Induksi Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
b. Konsolidasi Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. c.
Rumat (maintenance) Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.
d. Reinduksi Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari. e.
Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
f.
Pengobatan imunologik Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
(FKUI, 1985)
G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain: 1. Intoleransi aktivitas 2. Resiko tinggi infeksi 3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn 4. Resiko cedera (perdarahan) 5. Resiko kerusakan integritas kulit 6. Nyeri 7. Resiko kekurangan volume cairan 8. Berduka 9. Kurang pengetahuan 10. Perubahan proses keluarga 11. Gangguan citra diri / gambaran diri
H. PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas: a.
Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah.
b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis c.
Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
e.
Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
f.
Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC 2. Mencegah terjadinya infeksi a.
o
Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38 C yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit.
b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka: 1). Tampatkan pasien dalam ruangan khusus 2). Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan. 3). Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi c.
Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif
d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam) e.
Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.
f.
Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari
g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi. 3. Mencegah cidera (perdarahan) a.
Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.
b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit c.
Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik
d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak e.
Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
f.
Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit.
4. Memberikan nutrisi yang adekuat a.
Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan c.
Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi
d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari e.
Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
f.
Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan.
5. Mencegah kekurangan cairan a.
Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi c.
Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah
d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering e.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi
6. Antisipasi berduka a.
Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif c.
Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling
d. Fasilitasi express feeling melalui permainan 7. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang: a.
Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.
b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll. c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi d. Mengatasi kecemasan
e.
Pemberian nutrisi
f.
Pengobatan dan efek samping pengobatan
8. Meningkatkan peran keluarga a.
Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR c.
Dorong keluarga untuk express feelings
d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak 9. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri a.
Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.) c.
Dukung interaksi sosial / peer group
d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.
parman (1990), Ilmu Penyakit Dalam II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi 2.2 Etiologi 2.3 Manifestasi klinis 2.4 Patofisiologi 2.5 Penatalaksanaan 2.6 Asuhan Keperawatan 2.7 DiagnosaKeperawatan , Tujuan , dan Intervensi BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal darisel induk sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darahputih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu penyakit darah dan organ-organ dimana sel-sel darahtersebut dibentuk dan ditandai dengan proliferasi sel-sel imatur abnormalyang mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya.Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuatsel darah yaitu pada sum-sum tulang bekerja aktif membuat selsel darahtetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel inimendesak pertumbuhan sel darah normal.Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruhgenetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkanperanan. 1.2. Tujuan A. Tujuan UmumDapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan masalahkesehatan terutama leukemia B. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluargadengan masalah leukemia. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan interfensi keperawatanterhadap klien dengan leukemia. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai denganinterfensi keperawatan yang telah disusun. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasikeperawatan yang telah dilaksanakan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsep Teori DEFENISI Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopietik. (Sylvia&Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsumtulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. (Brunner&Suddarth,1996). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan padasumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995).
1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
ETIOLOGI Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, sama halnyadengan kanker lainnya, terjadi karena mutasi somatic pada DNA yangmengaktifkan onkogenesis atau menonaktifkan gen suppressor tumor, danmenganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi atau divisi.Tapi penelitian telah dapat mengemukakan factor resiko dari Leukemiaini, antara lain: Tingkat radiasi yang tinggiOrang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah terkenaleukemia dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasitingkat tinggi bisa terjadi karena ledakan bom atom seperti yang terjadi diJepang. Pengobatan yang menggunakan radiasi bisa menjadi sumber daripaparan radiasi tinggi. Orang-orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentuTerpapar oleh benzene dengan kadar benzene yang tinggi di tempat kerja dapatmenyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di industri kimia.Formaldehid juga digunakan luas pada industri kimia, pekerja yang terpapar formaldehid memiliki resiko lebih besar terkena leuikemia. KemoterapiPasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadangberkembang menjadi leukemia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai agenalkilating dihubungkan dengan berkembangnya leukemia akhir – akhir ini. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnyaBeberapa penyakit disebabkan oleh kromosom yang abnormal mungkinmeningkatkan resiko leukemia. Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)Virus ini menyebabkan tipe yang jarang dari leukemia limfositik kronik yangdikenal sebagi T-cell leukemia. Myelodysplastic syndromeOrang – orang dengan penyakit darah ini memiliki resiko terhadapberkembangnya leukemia myeloid akut. Fanconi AnemiaMenyebabkan akut myeloid leukemia
KLASIFIKASI 1. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi kesemua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuaibertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun, kematian disebabkanoleh infeksi dan pendarahan. 2. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik KronisCML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namunlebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit inilebih
ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebihringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpamembesar. 3. Luekemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insidenusia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfositimmatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,sehingga mengganggu perkembangan sel normal. 4. Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baruterdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
1.
2.
ANATOMI FISIOLOGI Organ Pembentuk Darah Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai organ utama dalam pembentukan darah. Saat tumbuh menjadi seorang manusia, fungsi pokok hati adalah menyaring dan mendetoksifikasi segala sesuatu yang dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Ia menjadi pembangkit tenaga kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot, energi, hormon, faktor pembekuan darah, dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan, umumnya kita hanya memiliki sedikit pemahaman tentang fungsi hati yang sedemikian rumit, vital, dan bekerja tiada henti. Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh 1. Nodus Limfe Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian yang tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini adalah sistem limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini adalah limfosit. Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik. Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melakukan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening. 2. Timus Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi. Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan sumber dari sistem pertahanan kita. 3. Sumsum Tulang
3.
a. b.
c.
d.
e.
f. g.
Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir. Akankah bayi ini terkena anemia saat di dalam kandungan ? Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh mem-butuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai memproduksi selsel ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya. 4. Limpa Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan. Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah merah dan trombosit). Kata ―menyimpan‖ mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang mengembang disebabkan oleh suatu penyakit juga memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar. Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga Lansia Usia janin minggu pertama Kehidupan embrio sel darah premitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac. Usia janin minggu kedua Pembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di sakus vitelinus/yolk sac (kantung kuning telur). Pada minggu kedua ini terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti). Usia janin minggu ke-empat Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukkan otak,sumsum tulang dan tulang belakang serta jantung dan aorta. Usia janin minggu ke-lima Pada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, dan endoderm. Hati yang sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah terbentuk pada mingguminggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm. Usia janin minggu ke-enam Pembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga pada timus (pembentukan limfosit). Pada minggu-minggu ini juga terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga terbentuk semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (dari timus). Usia janin minggu ke-lima belas Pada minggu-minggu ini tulang dan sumsung tulang terus berkembang. Usia janin minggu ke-enam belas Pembentukkan terjadi pada sumsung tulang karena sudah terjadi proses osifikasi(pembentukan tulang). Tapi ada juga yang menyebutkan kalau terjadi di medulolimfatik (di medulla spinalis dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada minggu ke enambelas ini sudah terbentuk darah lengkap.
h. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali proksimal humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi lagi setelah kurang lebih berusia 20 tahun. i. Di atas umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga bertambahnya usia tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif.
TANDA DAN GEJALA Leukemia Mieloblastik Akut 1. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang 2. Anemia 3. Perdarahan, petekie 4. Nyeri tulang 5. Infeksi 6. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum 7. Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5 8. Sakit kepala Leukemia Mieloblastik Kronik 1. Rasa lelah 2. Penurunan berat badan 3. Rasa penuh di perut 4. Kadang – kadang rasa sakit di perut 5. Mudah mengalami perdarahan 6. Diaforesis meningkat 7. Tidak tahan panas Leukemia Limfositik Akut 1. Malaise, demam, letargi, kejang 2. Keringat pada malam hari 3. Hepatosplenomegali 4. Nyeri tulang dan sendi 5. Anemia 6. Macam – macam infeksi 7. Penurunan berat badan 8. Muntah 9. Gangguan penglihatan 10. Nyeri kepala Leukemia Limfositik Kronik 1. Mudah terserang infeksi 2. Anemia 3. Lemah 4. Pegal – pegal 5. Trombositopenia 6. Respons antibodi tertekan 7. Sintesis immonuglobin tidak cukup
PATOFISIOLOGI LEUKEMIA WOC
PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan medis AMLTerapi induksi dan terapi konsolidasi Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine) atau mitoxantrone atau idarubicin, mercaptopurine(purinethol) Supportive care (darah dan platelet) untuk infeksi,perdarahan, mukositis dan diare. Granulocyte growth factor.Terapi konsolidasi/post remisi (untuk menghilangkan sisa sel leukimia yangtidak terdeteksi secara klinis) → CytarabineTransplantasi sumsum tulang Donor sumsum tulang menggantikan produksi sel darah. Sebelumnya dilakukan kemoterapi dan radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik.Bisa terjadi resiko penolakan dan infeksi. 2. Penatalaksanaan medis KMLFase kronis Interferon dan cytocyne untuk memperbaiki kelainankromosom Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangiSDP
Leukopheresis : memisahkan dan membuang leukosit Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi SDP secaracepatFase transformasi Terapi induksi dan transplantasi sumsum tulang. 3. Penatalaksaan medis ALL Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP6 Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit 4. Penatalaksaan medis KLL Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran) Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin Imunoglobin IV untuk menangani efek samping obatseperti infeksi: pneumocystis, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.
2.2. Asuhan Keperawatan ILUSTRASI KASUS An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yangke dua kalinya atas indikasi ALL. Prositostatika. Prositostatika . Pemeriksaan Fisik : I. Identitas Pasien Nama anak : An.D Tanggal masuk : 20-10-2009 No.RM : 613096 Tempat/tgl lahir : Pondok/ 05-10-2004 BB/TB saat lahir : 3500 gram/ 111 cm Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan anak : Taman Kanak-kanak Anak Ke : 1 (satu)dalam keluarga Nama ayah : Mahatir Pekerjaan : Sopir Pendidikan :D3 Nama ibu : Nike Pekerjaan : Ibu RT Pendidikan : D3 Alamat : Pondok, Kota Padang Diagnosa Medis : LLA. Prositostatika II. Keluhan Utama Alasan masuk ke RS: An.D kelihatan kelihat an lesu, lemas dan pucat dan diindikasikan ALL. Prositostatika. III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 1. Prenatal: Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. D, ia tidak mengalamikelainan dan gizinya cukup. 2. Intranatal: Ibu mengatakan, an.D lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan 42cm. Saat lahir, An. R menangis spontan. 3. Postnatal: Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelahmelahirkan. Kondisinya normal.
1. 2. 3.
4. 5.
6.
IV. Riwayat Kesehatan Dahulu Penyakit yang diderita sebelumnya : Ibu mengatakan, an.D pernah menderita ALL. Prositostatika. Pernah dirawat di RS : Sebelumnya, an.D pernah di rawat di RS Obat-obatan yang pernah digunakan : Orang tua an.D mengatakan bahwa dulu an.D pernahmengkomsumsi kortikosteroid, sitostatik dan imunoterapi. Alergi : An.D tidak memiliki riwayat alergi. Kecelakaan : An.D tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.Kalaupun jatuh, an.D tidak sampai mengelami luka berat. Riwayat imunisasi : I
II
III
BCG
1BLN
2BLN
3BLN
DPT
1BLN
2BLN
3BLN
POLIO
9BLN
CAMPAK
1BLN
HEPATITIS B
0BLN
2BLN
6BLN
V. Riwayat Kesehatan Saat Ini Tanggal 21 Oktober 2009 kemaren, an.D telah mendapatkan kemo terapi.Saat pengkajian tanggal 22 Oktober 2009, an. D sedang demam, suhu 38,6 C. An.D tidak mau makan, perutnya kembung dan lidahnya terdapatsariawan.. Setelah diberi roti, an.D muntah. An.D mengeluhkan nyeri padasendinya dan terasa pegal-pegal. An.D meraba-raba perutnya danmengatakan sakit pada perutnya. VI. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu an.D mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang seperti dialami oleh an.D
1.
2.
3. 4.
5. 1. 2.
3. 4. 5.
VII. Riwayat Tumbuh Kembang Kemandirian dan bergaul : Sebelum sakit, an.D mampu melakukan aktivitas sehari-hari sepertimakan sendiri, pasang baju sendiri. An.D berteman baik dengan temansebaya. Tapi semenjak sakit, An. D sudah tidak mampu melakukanaktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain dengantemantemannya. Motorik kasar : Umur 3 bulan, an.D sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisaduduk, umur 9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan. Motorik halus : Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa menulis coret-coretan Kognitif dan bahasa : Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa memahami perintah dari orang lain,an.D mengerti apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembanganbahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.5. Psikososial :Saat pengkajian, An.D mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di beri mainan terlebih dahulu. Lain-lain : Emosi an.D saat ini labil VIII. Riwayat Sosial Yang mengasuh klien : Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya) Hubungan dengan anggota keluarga : An.D merupakan anak kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saatpengkajian, Bapak dari An.D sering memaksa anaknya makan-minumdengan paksa dan sedikit marah-marah pada an.DMenurut Ibunya, An.D sangat sayang sama adiknya. Mereka jarang sekali ribut. Hubungan dengan teman sebaya : Sebelum sakit, an.D berteman baik dengan teman sebayanya. Pembawaan secara umum : Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down) Lingkungan rumah : - Luas rumah 8 x 10 m - Ventilasi cukup, penerangan cukup - Pakai sumur gali- Sampah dibakar - Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m
IX. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : sadar/compos mentis 2. TB/BB (cm) :111 cm/ 15 kg 3. Kepala :46 cm a. Lingkar kepala : b. Rambut : kebersihan.(bersih) warna. (hitam) Tekstur (kasar) distribusi rambut.(merata) Kuat/mudah tercabut....( kuat ) 4. Mata : a) Sklera :Normal/non ikterik b) Konjungtiva :anemis c) Palpebra : d) Pupil : ukuran ........ 2mm ......... bentuk ..... isokor ......... reaksi cahaya ........+ / normal ......... 5. Telinga : a) Simetris : ya b) Serumen : Ada c) Pendengaran : Baik 6. Hidung : a) Septum simetris :ya b) Sekret :tidak c) Polip :tidak 7. Mulut: Kebersihan(kurang). Warna(merah) Kelembaban(kering),gusi berdarah 3 hari yang lalu. a) Lidah :Ada sariawan ± 1 cm b) Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yangdi atas) 8. Leher : a) Kelenjer getah bening :Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm dan diinguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm b) Kelenjer tiroid :Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O 9. Dada : a) Inspeksi :Normal b) Palpasi :Normal 10. Jantung : a) Inspeksi : iktus cordis di RIC V b) Auskultasi :c) Palpasi :11. Paru-paru : a) Inspeksi :simetris b) Palpasi :fremitus kiri = kanan c) Perkusi :d) Auskultasi :vesikuler 12. Perut :
a) Inspeksi :ada purpura b) Palpasi :Hepar kenyal dan pinggirnya tajam c) Perkusi :timpanid. Auskultasi :bising usus normal (4x/menit) 13. Punggung :bentuk normal 14. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik 15. Genitalia :16. Kulit : a) Warna :sawo matang b) Turgor :kembali dalam waktu 2 detik c) Integritas :ada purpura di abdomen d) Elastisitas :elastis 17. Pemeriksaan Neurologis : an.D dalam kondisi sadar/compos mentis X. Pemeriksaan Tumbuh Kembang a. DDST (terlampir) b. Status Nutrisi (terlampir) XI. Pemeriksaan Psikososial An. D saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi denganorang lain. Ketika diberi mainan, an. D baru mau berkomunikasidengan orang . XII. Pemeriksaan Spritual Orang tua anak mengatakan mereka juga berdoa untuk kesembuhan anaknya. XIII. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : - Hb : 8,4 gr % - Trombosit : 34.000/mm3 a. - Leukosit : 1800/mm3 - Ht : 26 % b. Rontgen :c. Lain-lain :XIV. Kebutuhan Dasar Sehari-hari No
Jenis kebutuhan
Di rumah/sebelum sakit
Di rumah sakit
Makan
Sering di buatkan nasi lunak karena an.R memang susah disuruh makan
ML,TKTP1300kalori/hari
Minum
Kurang minum
Tidur Mandi Eliminasi
8 jam/ hari 2x/hari BAB 1X/hari
Bermain ANALISA DATA Data DS : Keluarga mengatakan Anak menolak untuk makan sejak
Normal seperti anak sebayanya
Masalah Keperawatan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Jus terung pirus, air putih,susu 12 jam/hari 1x/hari Bermain sendiri dengan permainan seadanya seperti topeng - topengan Diagnosa keperawatan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
seminggu yang lalu Keluarga mengatakan biasanya anak hanya mampu menghabiskan 1/4porsi makan yang diberikan DO : Berat badan anak turun dari 17 kg menjadi 15 kg- Berat badan anak berdasarkan skala NCHS menunjukkan gizi yang kurang yaitu76,19% Lidah anak terdapat sariawan dengan diameter ± 1 cm Porsi makan yang diberi RS belum dimakan anak - LILA anak 14 cm DS : keluarga mengatakangusi An.D berdarah2 hari yang lalu. DO : Leukosit :1800/mm3 Hb : 8,4 gr % ada purpura diabdomen imunosupresi gusi terlihatberwarna merahsuhu 38,6 C DS : keluarga mengatakan mereka tidak mengetahui cara merawat keluarga dengan leukemia ibu An.D mengatakan sering lupa memberikan obat pada An.D( pemberian obat tidak teratur ). DO : An.D sudah dua kali dirawat di RS dengan diagnosis penyakit yang sama (ALL.Prositostatika )
Resiko infeksi
Resiko infeksi b.d inadekuat pertahanan sekunder atau penurunan respon kekebalan
program terapeutik
terapeutik b.d kompleksitas program pengobatan
a.
b.
c. d.
a. b. c.
d.
e. f. g. h.
INTERVENSI KEPERAWATAN DIAGNOSA 1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d inadekuat pertahanansekunder atau penurunan respon kekebalan. Tujuan : Terbebas dari tanda dan gejala infeksi Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, dan imundalam batas normal Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur pernafasan dan pemantauan Intervensi : Istirahatkan klien pada ruangan khusus/ isolasi Rasional : dengan mengistirahatkan pada ruangan isolasi dapat menghindari terkontaminasi dengan klien sehingga infeksi dapat dicegah. Anjurkan klien atau orang tua untuk memelihara kebersihan diridan lingkungan klien Rasional : dengan memelihara kebersihan diri dan lingkungan dapat menghambat perkembang biakan kuman. Laporkan segera adanya tanda-tanda infeksi Rasional : hindari keterlambatan pengobatan. Tindakan kepatuhan terhadap therapi AB Rasional : untuk mencegah dan pengobatan infeksi. DIAGNOSA 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Intervensi : Observasi dan catat masukan makanan klien Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan. Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan. Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sedikit dapat meningkatkan pemasukan dengan mencegah distensi lambung. Berikan penyuluhan pada orang tua klien pentingnya nutrisi yangadekuat. Rasional : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh dalam membantu proses penyembuhan. Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman Rasional : guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan. Dorong anak untuk minum. Rasional : meningkatkan kepatuhan. Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi Rasional : menghindari keterlambatan therapi rehidrasi. Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan. Rasional : menghindari penyebab kehilangan cairan.
DIAGNOSA 3: Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d kompleksitas program pengobatan Batasan Karakteristik Subjektif: Pengungkapan secara verbal keinginan untuk mengelola pengobatanpenyakit untuk mencegah gejala sisa Pengungkapan secara verbal kesulitan pengaturan atau integrasi dari salahsatu atau lebih efek atau pencegahan komplikasi Pengungkapan secara verbal bahwa keluarga tidak dapat bertindak untuk mengurangi factor resiko dan gejala sisa Objektif Percepatan gejala-gejala penyakit dari anggota keluarga Aktivitas keluarga yang tidak tepat dalam mencapai tujuan programpengobatan untuk pencegahan Kurangnya perhatian terhadap penyakit atau gejala sisa Tujuan/Kriteria HasilKeluarga akan: Menunjukkan keinginan untuk mengelola regimen atau program terapeutik Mengidentifikasi factor-faktor pengganggu program terapeutik Mengatur kegiatan yang biasa dibutuhkan ke dalam program pengobatananggota keluarga, misalnya diet, aktivitas sekolah Mengalami penurunan gejala sakit diantara anggota keluarga Intervensi Kaji status koping dan proses keluarga saat ini Kaji tingkat pemahaman anggota keluarga pada penyakit, komplikasi, dan penanganan yang disarankan Kaji kesiapan anggota keluarga untuk mempelajarinya Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien Tentukan sumber pemberi perawatan utama secara fisik, emosional, dan pen didikan Tentukan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga, dengan cara yangsesuai dengan usia dan penyakit Pendidikan untuk pasien dan keluarga Berikan keterampilan yang dibutuhkan untuk terapi pasien kepada pemberi perawatan Ajarkan strategi untuk mempertahankan/memperbaiki kesehatan pasien Memudahkan pemahaman keluarga dalam aspek penyakit secara medis Bantu pemberi perawatan utama untuk mendapatka persediaan perawatan yang dibutuhkan
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan olehsel darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemiaakut pada anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putiholeh sumsum tulang anak maupun gangguan pematangan sel-sel tersebutselanjutnya. Gangguan ini sekitar 25-30% jumlahnya dari seluruh keadaankeganasan yang didapat pada anak. Leukemia terdiri dari dua tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukemia Dan acute myeloid leukemia. Jumlah penderita acute lymphoblastic leukemia umumnya lebih banyak dibandingkan jenis acute myeloid leukemia. Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui secara pasti, dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperancukup penting pada beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, adahubungannya dengan faktor keturunan, selain tentunya banyak faktor penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis subtipe yang didapat. Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut bertujuan untuk menghancurkan sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian obat melalui infus),obat-obatan, ataupun terapi radiasi. Untuk kasuskasus tertentu, dapat jugadilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.Mengenai kemungkinan keberhasilan terapi, sangat tergantung waktupenemuan pertama penyakit si penderita. Apakah dalam stadium awal atau sudahlanjut, subtipe penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi yang dilakukan, timbul Relapse (kambuh) atau tidak selama terapi maupun kemungkinan penyebab yangbisa diperkirakan. 3.2. Saran Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien leukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I . (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II . Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta. Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit . Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
HEALTH EDUCATION Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) in Children What Is It? Acute lymphocytic leukemia (ALL) is a cancer of the body’s blood -making system. (It is also known as acute lymphoblastic leukemia and acute lymphoid leukemi a.) The word ―acute‖ refers to the fact that the disease can progress quickly. ―Lymphocytic‖ means that the cancer develops from lymphocytes, a type of white blood cell. Bone marrow, the soft inner part of bones, makes cells that circulate in the blood. They include white blood cells, red blood cells, and p latelets. The two major types of white blood cells are myeloid cells and lymphoid cells. Lymphocytes form from lymphoid cells. Normally, the bone marrow makes three types of infection-fighting lymphocytes:
B lymphocytes — These cells make antibodies to help protect the body from germs. T lymphocytes — These cells can destroy virus-infected cells, foreign cells, and cancer cells. They also help make antibodies. Natural killer cells — These cells can also kill cancer cells and viruses.
In ALL, the bone marrow makes too many immature lymphocytes. These lymphocytes, called blasts, contain abnormal genetic material. They cannot fight infections as well as normal cells. In addition, because these
lymphocytes multiply quickly, they crowd out healthy white blood cells, red blood cells, and platelets in the blood and bone marrow. This may lead to infection, anemia, and easy bleeding. ALL typically invades the blood quickly. It can involve other parts of the body, such as the lymph nodes, liver, spleen, brain and spinal cord (central nervous system), and testicles (testes). Although it is rare, ALL is the most common cancer in children. It can affect children of any age, but most are diagnosed between 2 and 4 years old. A few factors may increase a child’s risk of developing ALL. These include
having a sibling with leukemia
being white
being male
exposure to x-rays before birth
exposure to radiation
past treatment with chemotherapy or other drugs that weaken the immune system
having certain inherited disorders, such as Down syndrome
having a specific genetic change (mutation).
Having one or more of these risk factors does not mean your child will develop ALL. Many children with the disease have no risk factors. ALL has several subtypes. Subtypes depend on
whether the cancerous cells formed from B lymphocytes or T lymphocytes
your child’s age
whether the cells have certain changes in their genetic material.
Symptoms The symptoms of ALL in children are similar to those in adults. They include
fever
easy bruising or bleeding
dark red spots under the skin
lumps under the arms or in the neck, stomach, or groin
difficulty breathing
bone or joint pain
weakness
fatigue
headaches
loss of appetite and unexplained weight loss.
If your child has these symptoms, it does not mean that he or she has ALL. These symptoms can be caused by other conditions. However, you should contact your child’s doctor if they occur.
Diagnosis The first step in diagnosis is usually a physical examination and medical history. Your child’s doctor will check for signs of disease, such as lumps in the neck. He or she will ask about your family’s medical history and your child’s past illnesses and treatments. To determine whether your child has ALL, the doctor will also need to test you r child’s blood and bone marrow, and possibly other cells and tissues. The following tests and procedures may be used:
Blood cell count and other blood tests – Doctors examine a blood sample, checking the number of red blood cells and platelets. The number and type of white blood cells will be checked, too. The appearance of the cells will also be noted. Bone marrow aspiration and biopsy – A small sample of bone and liquid bone marrow is taken from the hipbone or breastbone with a long needle. A specially trained doctor checks the sample for abnormal cells. Cytogenetic analysis – This test looks for specific changes in the genetic material of lymphocytes. Flow cytometry(immunophenotyping) – This test examines the characteristics of a patient’s cells. In ALL, it can help determine whether cancerous cells began from B lymphocytes or T lymphocytes.
These and other lab tests can also help determine the subtype of ALL. If your child is diagnosed with ALL, the doctor may suggest other tests and procedures. These will help determine whether the cancer has spread beyond the blood and bone marrow. The results will also help to plan a course of treatment. Additional tests are likely to include
imaging tests, such as a chest x-ray, computed tomography (CT) scan and ultrasound
lumbar puncture (spinal tap), which involves collecting fluid from the spinal column with a needle.
There are two main risk groups for childhood ALL. They are based on age and white blood cell counts at diagnosis. The risk groups are standard (low) risk and high risk. The risk level helps determine the best treatment. Children with ALL should be cared for by a team with expertise in childhood leukemia. Long-term, regular followup exams are very important as well. This is because treatment for childhood ALL can have long-term effects on learning, memory, mood, and other aspects of health. It can also increase the chance of developing new cancers, especially brain tumors.
Expected Duration ALL usually gets worse quickly if not treated.
Prevention There are no known ways to prevent ALL.
Treatment Treatment of childhood ALL usually occurs in phases:
First phase — induction therapy. The goal of this phase is to kill as many leukemia cells in the blood and bone marrow as possible. Second phase — consolidation therapy. The goal of this phase is to kill any leukemia cells that remain after induction therapy. These cells may not be active, but they could begin to grow later and cause a relapse. Third phase — maintenance therapy. The goal of this phase is the same as the second phase. However, the doses of drugs are often lower.
In addition, children with ALL usually receive therapy to prevent or treat leukemia in the brain and spinal cord. Your child will have bone marrow aspirations and biopsies throughout treatment. These tests show how well the cancer is responding to treatment. The type of treatment varies depending on the child’s age, disease subtype, and risk group (standard/low risk or high risk). Four types of treatment are used for childhood ALL: Chemotherapy is the most common treatment for ALL. It involves the use of o ne or more drugs to kill cancer cells or prevent them from dividing and growing. Chemotherapy drugs may be taken by mouth or injected into a vein or muscle. They travel through the bloodstream and body. Chemotherapy that goes directly into the spinal column may be used to treat ALL that has, or may, spread to the brain and spinal cord. (ALL cells can ―hide‖ in and around the spinal canal and spinal cord.)
Radiation therapy uses high-energy radiation to kill cancer cells or stop them from growing. The radiation can be delivered from a machine outside the body (external radiation therapy). Or, it can come from a radioactive substance put into the body, either in or near a cancer (internal radiation therapy). Because radiation therapy can affect the development of the brain, especially in younger children, the doctor may avoid using it to treat the brain. But it may be used in children with high risk ALL. Targeted therapy uses drugs to identify and attack cancer cells without affecting healthy cells. The drugs, called tyrosine kinase inhibitors, block an enzyme that drives the growth of cancers caused by specific genetic mutations. Imatinib (Gleevec) and dasatinib (Sprycel) are two such drugs.
Chemotherapy with stem cell transplant replaces a person’s blood-forming cells. This may be necessary if the cells are abnormal or have been destroyed by cancer treatment. Stem cells (immature blood cells) are removed from the blood or bone marrow of the patient or a donor. Once removed, they are frozen. The patient receives high-dose chemotherapy. The stored stem cells are then infused into the patient’s bloodstream. These cells grow into normal blood cells. A stem cell transplant has significant short- and long-term side effects, so it’s rarely the treatment of choice in children and teens. However, it may be used if the disease returns after it was initially treated.
Some children receiving ALL treatment experience no side effects, but ot hers do. Side effects vary, depending on the treatment. They may include
anemia (a lack of red blood cells)
infection
easy bleeding
nausea
mouth sores
diarrhea
hair loss.
There are many ways to manage side effects. For example, regular hand washing can help lower the risk of infection. Your child will need regular checkups after he or she has finished treatment. Some of the tests done to diagnose ALL may be repeated to monitor your child’s health and see whether the cancer has returned.
When To Call a Professional Contact your doctor or healthcare provider if you notice any symptoms of ALL in your c hild. These include
fever
easy bruising or bleeding
dark red spots under the skin
lumps in the neck, stomach, or groin, or under the arms
difficulty breathing
bone or joint pain
weakness
fatigue
headaches
loss of appetite and unexplained weight loss.