LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Anatomi Fisiologi Organ
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam pembuluh darah, dan termasuk dalam dala m sistem hematologi. Jumlah darah setiap set iap individu berbeda-beda tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Normalnya pada orang sehat 1/13 dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan sebagai pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh. tubuh. Darah mengandung: 1. Air 91% 2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen 3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam Amino) Darah itu sendiri terbagi atas : Eritrosit Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti. Normalnya 5.000/mm 3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb). Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai pengikat oksigen dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO 2 dari jaringan tubuh lalu dikeluarkan malalui paru-paru. Leukosit Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit sebanyak 60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan bentuk yang berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang tubuh. tubuh. Contoh infasi bakteri Normal leukosit : 5.000-10.000 5.000-10.000 mm 3 Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 – 450.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah
2.2 Landasan Teoritis Penyakit
A.
Definisi Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, yuliani, 2001). Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum – sum sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel – sel sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 – 450.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah
2.2 Landasan Teoritis Penyakit
A.
Definisi Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, yuliani, 2001). Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum – sum sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel – sel sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang
sangat cepat (poliferasi) sel darah putih yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.
Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik .Sedangkan .Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik .
1.
Leukemia Mielogenosa Akut AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.
Leukemia MielogenosaKronis CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.
Leukemia Limfositik Akut ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4.
Leukemia Limfositik Kronis CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
B.
Etiologi Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001), yaitu :
a.
Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.
b.
Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia timbul bertahun – tahun tahun kemudian.
c.
Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti neoplastik.
d.
Agen virus, HTLV- 1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.
e.
Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti diethylstilbestrol
f.
Neoplasma Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum – sum sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia plastik.
g.
Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.
C.
Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala Manifestasi klinik yang yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi & Rita Yuliani (2001) (2001) adalah sebagai berikut :
a.
Pilek tidak sembuh – sembuh sembuh
b.
Demam dan anorexia
c.
Pucat, lesu, mudah terstimulasi
d.
Berat badan menurun
e.
Ptechiae, memar tanpa sebab
f.
Nyeri pada tulang dan persendian
g.
Nyeri abdomen
h.
Lumphedenopathy
i.
Hepatosplenomegaly
j.
Abnormal WBC Manifestasi klinik lainnya, yaitu: 1. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan
daya
tahan
tubuh
karena
leukosit
yang
berfungsi
untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma. 5. Penurunan nafsu makan 6. Kelemahan dan kelelahan fisik
PATHWAY
D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah Tepi Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan
gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia. b. Kimia Darah Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia. c. Sum – sum Tulang Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang). 2. Biopsi Limpa Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell. 3. Cairan Serebropinalis Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein. 4. Sistogenik Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21. Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecil y L (2002), yaitu : a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm 3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik. b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm) e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat h. Asam urat serum : mungkin meningkat i. Muramidase serum :
pengikatan pada
leukemia monositik
akut dan
mielomonositik j. Copper serum : meningkat k. l.
Zink serum : menurun Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan m.
Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
n.
Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
o.
Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis. p.
Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
q.
Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
r.
Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Pelaksanaan kemoterapi 2. Irradiasi cranial 3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi : a. Fase induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
4. Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu: a)
Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan: Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik Terutama
ditunjukkan
untuk
mengatasi
sel-sel
yang
abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat - Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi c) Pengobatan imunologik Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.