Pengelolaan Lingkungan Belajar
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Kelas yang diampu oleh Ibu Efi Ika Febriandari, M.Pd
Oleh Kelompok 3 : Alfa Della Y.M
1786206002
M.Aziz Lukman H
17862060
Yogo Eko Saputro
17862060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum wr.wb. Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah banyak nikmat yang diberikan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen kelas tepat pada waktunya. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Efi Ika Febriandari, M.Pd Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kami dan para mahasiswa tentang Memanajemen Kelas di SD nantinya. Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat,bahasa,dan isi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami berharap semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mata kuliah ini. Wassalamualaikum wr.wb.
Trenggalek, 22 Februari 2018
Penyusun
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ................................... .............
I
DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ............................ ......
II
BAB I PENDAHULUAN .......................................... ................................................................ ................................ ..........
1
A. LATAR BELAKANG ............................................ ................................................................... .........................
1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................... ................................................................ .....................
1
C. TUJUAN DAN MANFAAT .......................................... ........................................................... .................
1
BAB II PEMBAHASAN........................ PEMBAHASAN.............................................. ............................................ .............................. ........
5
A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar .......................... .......................... B.
Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar.................................. Belajar..................................
C.
Macam-Macam Lingkungan Belajar......................................... Belajar.........................................
D. Prinspi-Prinsip Pengelolaan Manajemen Kelas......................... E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar................................................ Belajar................................................ BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................ .................................................................. ................................... .............
25
DAFTAR RUJUKAN ............................................ .................................................................. ................................... .............
26
3
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah
suatu kondisi yang kondusif pada lingkungan belajar. Untuk mengkondusifkan lingkungan belajar, diperlukan adanya pengelolaan lingkungan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam pengelolaan lingkungan belajar. Suasana atau lingkungan belajar yang kondusif akan berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa cenderung mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi. Pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan optimal.
B.
Rumusan Masalah 1. Apa konsep dasar dari pengelolaan lingkungan belajar? 2. Apa tujuan dari pengelolaan lingkungan belajar? 3. Apa prinsip – prinsip – prinsip prinsip pengelolaan lingkungan belajar? 4. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan belajar?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas tujuan penuisan makalah ini adalah untuk: 1. Untuk memahami konsep dasari pengelolaan lingkungan belajar. 2. Untuk memahami tujuan dari pengelolaan lingkungan belajar. 3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan belajar. 4. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan lingkungan belajar.
4
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pengelolaan Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Belajar Belajar Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memanajemen. Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar diri individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural (Dalyono,2007:129). Menurut Hamalik, (2004: 195) lingkungan adalah segala sesuatu yang yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”. Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan ligkungan yang didalamnya diperlukan suatu interaksi antara sesama manusia. lingkungan belajar. Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah ”Segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan li ngkungan fisik danlingkungan sosial,
kedua
aspek
lingkungan
tersebut
dalam
proses
pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga siswa merasa krasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpak saan”. saan”. Sedangkan menurut Indra Djati Sidi (2005:148), ”Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar menyenangkan”. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan belajar, oleh karena itu lingkungan belajar perlu di tata semestinya.
5
B.
Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar
Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual di kelas Fasilitas yang disediakan
itu
memungkinkan
siswa
untuk
belajar
dan
bekerja
dan
mengembangkan sikap apresiasi. Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan
itu
memungkinkan
siswa
untuk
belajar
dan
bekerja
dan
mengembangkan sikap apresiasi pada siswa. Ada 3 pokok tujuan pengelolaan lingkungan belajar: 1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik (siswa) untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin 2. Menghilangkan berbagai hambatan yang berada di lingkungan belajar yang dapat menghalangi proses interaksi belajar mengajar 3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta sarana atau alat peraga belajar yang yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
C.
Macam-Macam Macam-Macam Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat dari gurunya. Lingkungan belajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah atau universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa berada di luar lingkungan sekolah. Dengan kata lain lingkungan belajar bisa dibagi menjadi 2 macam: 1.
Lingkungan Lingkungan Belajar Dalam Ruangan ( Indoor) Lingkungan belajar ini (indoor ( indoor ) lingkungan belajar yang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para
6
siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada di dalam
sekolahan
tersebut.
Lingkungan
belajar
ini
bisa
berupa
perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya utamanya adalah ruang kelas. a.
Ruang tempat belajar
(Gambar 3.1 : Ruang kelas Sekolah Dasar) Sumber: http://kkgonline.blogspot.co http://kkgonline.blogspot.co.id/2017/09/1 .id/2017/09/10-contoh-ruang-ke 0-contoh-ruang-kelas-sd-yang-bagus-d las-sd-yang-bagus-dan.html) an.html)
Ruang tempat belajar atau bisa juga disebut dengan ruang kelas sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas bukan merupakan sebuah wilayah yang sangat luas dan dalam ruang kelas antara siswa dan guru terlibat dalam berbagai kegiatan dan menggunakan berbagai wilayah ruang yang berbeda. Guru akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan jika guru mengatur ruang belajar untuk memungkinkan pergerakan yang teratur, dan menggunakan ruang yang tersedia secara efisien Adapun syarat-syarat kelas yang efisien diantaranya: 1)
Bersih dan rapi
2)
Ventilasi dan pengaturan cahayanya baik
3)
Perlengkapan dan perabotan kelas masih dalam keadaan baik seperti: papan tulis dan penghapusnya, meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru, alat kebersihan(sapu, pembersih kaca dan tempat sampah) hiasan dinding, absensi siswa, peraturan
7
kelas, jadwal piket kelas, gambar presiden dan wakilnya. jadwal pelajaran, jam dinding dan hal-hal yang menarik lainnya. 4)
Sirkulasi udara cukup
5)
Jumlah siswa tidak lebih dari 40 siswa
6)
Dan dapat memberikan keluasan gerak dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
b.
Ruang laboratorium
(Gambar 3.2 : Laboratorium IPA di Sekolah Dasar ) Sumber:
:
https://reginapacis.sch.id/index.ph https://reginapacis.sch.id/index.php?r=front/page& p?r=front/page&p=unit&idkate p=unit&idkategori=3&idkol gori=3&idkolom=3&idartikel om=3&idartikel=376 =376
Sekolahan yang efisien harus mempunyai laboratorium sebagai ruang praktik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan laboratorium, bahan-bahan yang perlu disediakan sangat tergantung pada jenis laboratoriumnya, diantaranya: 1. Laboratorium IPA, khusunya fisika, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa bahan-bahan kimia seperti air raksa, air cuka dan timah. Untuk laboratorium IPA, khususnya biologi, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa tumbuhtumbuhan, kerangka manusia, dan berbagai macam pupuk tanaman. 2. Laboratorium BAHASA biasanya bahan-bahan yang disediakan lebih berupa peralatan laboratorium, seperti kaset dan tape recorder
8
(Gambar 3.2.2 Laboratorium bahasa ) Sumber : https://sdnpandanwangi1.wo https://sdnpandanwangi1.wordpress.com/ rdpress.com/
3. Laboratoriun KOMPUTER perlu disediakan sejumlah perangkat komputer, yang meliputi layar monitor, keyboard, stavolt, printer dan central processing unit . Selain perangkat keras diatas, untuk penyelenggaraan laboratorium komputer perlu disediakan sejumlah sej umlah perangkat lunak seperti disket DOS-Utility, disket pemrosesan kata (word processor) processor) dalam bentuk disket wordstar , chiwriter, word perfect , dan lain sebagainya.
(Gambar 3.3.3 Laboratorium Komputer) Sumber : https://labko https://labkompsdpetra1.word mpsdpetra1.wordpress.com/lab-komp press.com/lab-komputer-sd-petra-1/ uter-sd-petra-1/
9
c.
Ruang auditorium / ruang serbaguna
Gambar 3.3 Ruang Auditorium Sumber
:
http://news.liputan6.com/read/2887076/di-hadapan-siswa-sd-humas-dpr-ajarkan-
pendidikan-politik pendidikan-politik
Ruang auditorium atau bisa juga disebut dengan ruang serbaguna yang bisa juga berfungsi sebagai tempat diskusi atau tempat pertunjukan, dan selayaknya ruang tersebut harus dilengkapi dengan: 1. Panggung pertunjukan 2. Tempat yang luas dan bersih 3.
Kamar mandi laki-laki dan perempuan harus terpisah
4. Dinding harus dilapisi oleh peredam suara agar tidak bergema 5. Tempat ganti pakaian laki-laki dan perempuan harus terpisah 6. OHP atau LCD proyektor d.
Ruang perpustakaan
(Gambar 3.4 Perpustakaan Sekolah Dasar)
10
Sumber : https://schoollibrarybeyondsurv https://schoollibrarybeyondsurvival.wordpress.com ival.wordpress.com/2012/09/01 /2012/09/01/a-school-library/a-school-librarytransformed-part-6-easy-street/
Perpustakaan
sekolah
merupakan
salah
satu
sarana
pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan murid. Selain memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan juga memerlukan sejumlah bahan diantaranya: pensil, pena, kartu peminjaman
dan
kartu
buku.
Sedangkan
peralatan-peralatan
perpustakaan antara lain: komputer (opag), stempel peminjaman, jam dinding, sapu, keranjang sampah, daftar kalsifikasi, dan lain sebagainya. Adapun dalam perabot perpustakaan yang dibutuhkan antara lain: rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, meja sirkulasi, lemari atau kabinet katalog, kereta buku, dan papan display. display. Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai, dan menarik bagi pengelihatan.
e.
Lingkungan Belajar Diluar (Outdoor ) Lingkungan belajar ini (outdoor ( outdoor ) adalah kebalikan dari lingkungan belajar indoor yaitu lingkungan atau sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan belajar belaja r ini diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misaln ya:
11
1.
Museum
(Gambar 3.5. Musium sebagai sarana belajar) Sumber : http://www.medanbisnisdaily http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015 .com/news/read/2015/08/07/1793 /08/07/179384/belajar-ke-museum/ 84/belajar-ke-museum/
Museum adalah tempat yang diciptakan oleh pemerintah untuk
menyimpan
barang-barang
bersejarah
sehingga
masyarakat luas dapat mengetahui sejarah-sejarah pada masa lampau, oleh karena itu museum ini bisa digunakan oleh para siswa untuk menggali pengetahuan tentang mata pelajaran sejarah dan juga bisa digunakan untuk obsrvasi atau penelitian
2. Masjid
Gambar 3.6 Suasana saat pembelajaran sholat di masjid Sumber : https://www.jawapos.com/read/2016/ https://www.jawapos.com/read/2016/09/07/4941 09/07/49412/sekolah-disegel-ratusan-sis 2/sekolah-disegel-ratusan-siswa-sd-iniwa-sd-ini belajar-di-masjid
Masjid adalah tempat yang digunakan oleh seluruh umat islam untuk menyembah kepada tuhannya dan di masjid bisa dilakukan proses pembelajaran tidak langsung seperti khutbah
12
jum’at. Masjid juga bisa dibuat untuk praktik sholat jenazah, praktek wudhu dan lain sebagainya. sebagainya. 3. Monumen
Gambar 3.7 Monumen Pancasila Sumber : https://travelingyuk.com/monume https://travelingyuk.com/monumen-pancasila/20793/ n-pancasila/20793/
Monumen dan museum merupakan tempat yang bersejarah akan tetapi keduanya berbeda. Monumen merupakan tempat yang memang ada pada zaman dulu dengan kata lain tempat tersebut tidak dibuat atau diciptakan oleh tangan manusia, namun tempat itu ada sebagai bukti sebuah kejadian atau sejarah bukan untuk menyimpan barang-barang bersejarah 4.
Lapangan
Gambar 3.8 Lapangan di Sd 1 Jakarta Sumber :http://sd1-jkt.tarki.interaksi.web.id/sejarah-seko :http://sd1-jkt.tarki.interaksi.web.id/sejarah-sekolah.html lah.html
Lapangan identik dengan lahan yang luas tanpa adanya bangunan apapun.Setiap sekolah harusnya memiliki lapangan
13
karena lapangan menunjang dalam aktivitas siswa seperti olahraga.
D. Prinspi-Prinsip Prinspi-Prinsip Pengelolaan Manajemen Manajemen Kelas Kelas
Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan kerumitan dalam pengelolaan kelas. Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua yaitu. 1. Faktor interen siswa 2. Faktor eksteren siwa Faktor interen siswa biasanya berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya masing masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainya secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis. Sedangkan factor eksteren siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas, dan sebagainya. masalah jumlah siswa dikelas
akan mewarnai dinamika kelas.
Semakin banyak jumlah siswa di kelas misalnya dua puluh dua orang keatas cenderung lebih mudah terjadi konflik. dan Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa
di
kelas
cendrung
lebih
kecil
terjadi
konflik.
Mustahil kekacaun di kelas tidak dapat dibatasi, selama ada usaha dari guru, kekacauan di kelas pasti dapat di pecahkan. Memang diakui kelas dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, hari ini, esok atau lusa, menunjukan suasana yang berbeda. Sewaktu waktu kebaikan belajar siswa terganggu dengan datangya gangguan dari luar kelas dalam berbagai bentuk dan jenisnya, misalnya ada kebakaran disekitar sekolah, ada maling disiang bolong, ada tabrakan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan
kelas.
Djarmajah
(2006:185)
menyebutkan
“Dalam
rangka
memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas seperti , dapat dipergunakan”. Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat di pergunakan, yang dikemukakan oleh Djarmajah akan di uraikan berikut berikut ini. yaitu : 14
1.
Hangat dan antusias Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
3.
Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4.
Keluwesan Keluwesan
tingkah
laku
guru
untuk
mengubah
strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. 5.
Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
15
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. 6.
Penanaman disiplin diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal h al bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengatasi masalah untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif adalah sebagai berikut : 1. Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan. 2. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerjasama. 3. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar atau kerja. 4. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbingan, ketegangan dan perasaan tertekan. 5. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.
E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar
1. Memahami sifat yang dimiliki siswa Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan
16
pujian guru terhadap hasil karya kar ya siswa, yang disertai pertanyaan pertan yaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan,merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan mengembangkan potensi siswa.
2. Memahami perkembangan kecerdasan siswa Jean Piaget dalam Syah (2008 : 29-32) menjelaskan tentang perkembangan kecerdasan akal atau perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap, yakni: a. Sensory-motor ( ( Sensori-motor / 0-2 tahun ) adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan: 1. Sub-tahapan Sub-tahapan skema skema refleks, refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub-tahapan Sub-tahapan fase fase reaksi sirkular primer , dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan kebiasaan. 3. Sub-tahapan Sub-tahapan fase fase reaksi sirkular sekunder , muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder , muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). 5. Sub-tahapan Sub-tahapan fase fase reaksi sirkular tersier , muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik , berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
b. Pre-operational ( ( Pra-operasional / 2 -7 tahun )
17
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir
usia
dua
tahun
jenis
yang
secara
kualitatif
baru
dari
fungsi psikologis fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objekobjek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda benda dengan kata-kata dan gambar.
c. Concrete-operational ( ( Konkret-operasional / 7 – 7 – 11 11 tahun) Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika penggunaan logika yang
memadai.
Proses-proses
penting
selama
tahapan ini adalah: 1.
Pengurutan — kemampuan kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. la innya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
2.
Klasifikasi — — kemampuan kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ta mpilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
3. Decentering — anak anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap bahwa cangkir yang pendek tapi lebar memiliki isi lebih sedikit dibanding cangkir yang tinggi tapi ramping.
18
4. Reversibility — anak anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda benda dapat diubah, kemudian kembali kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 84 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. 5. Konservasi — — memahami memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir cangkir lain. 6.
Penghilangan sifat Egosentrisme — kemampuan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
d. Formal-operational (Formal (Formal- operasional / 11 tahun ke atas). Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas (saat pubertas)) dan terus berlanjut sampai dewasa dewasa.. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abuabu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
19
Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal dan Formal operational. Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa
tertentu
kedalam sistem
pemikirannya sendiri. Selanjutnya, operational
dalam
seorang
perkembangan
remaja
telah
kognitif
tahap
memiliki
Formal-
kemampuan
mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: a.
Kapasitas menggunakan hipotesis
b.
Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar),
seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam
3. Mengenal siswa secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan
yang
berbeda.
Dalam
PAIKEM
perbedaan
individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal
20
kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.
4. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. berkembang.
5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan
tugas
atau
mengajukan
pertanyaan
terbuka
dan
memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-kata kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata kata -kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”,”Berapa?”,”Kapan?”, yang umumnya tertutup ( jawaban betul hanya satu ).
6. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
21
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.
7. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat
biaya
dan
waktu.
Pemanfaatan
lingkungan
dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera),
mencatat,
merumuskan
pertanyaan,
berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.
8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil
22
pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik antara lain : a. Memancing aspirasi anak didik b. Memanfaatkan teknik alat bantu yang praktis (akseptabel (akseptabel ) c. Memilih bentuk motivasi yang akurat ( misalnya : memberi angka, hadiah, pujian, memberi tugas, hukuman, dll. ) d. Menggunakan metode yang bervariasi
9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally (mentally active) active) lebih berarti daripada aktif secara fisik ( phisically phisically active). active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAIKEM
10. Pengelolaan Kelas Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan
masalah
tingkah
23
laku
yang
kompleks
dan
guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang sfektif. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajararan. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar .
Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal – hal hal sebagai berikut : 1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas – tugas – tugas tugas dan diarahkan oleh guru. 2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu terte ntu, tetapi bagi semua anak atau kelompok. 3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku – perilaku masing – masing – masing masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu – individu – individu individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing – masing – masing masing dan bagaimana belajar. 4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota – anggota. anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas dikala belajar. 5. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat te rpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota – anggota – anggota anggota di dalam kelas. 6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada s ekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
24
BAB III PENUTUP A.
Simpulan Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar
mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacammacam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual di kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi pada siswa.
Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat dari gurunya.. Lingkungan belajar dapat dibagi dua yaitu lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar outdoor. Lingkungan belajar indoor adalah lingkungan belajar yang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada didalam sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas. Sedangkan lingkungan belajar outdoor outdoor yaitu lingkungan lingkungan atau sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan belajar ini diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum, masjid, monumen, dan lapangan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Karwati,Euis & Juni,Donni . 2015 . “ Manajemen “ Manajemen Kelas (Classroom Management) Menjadi
guru
profesional
yang
Inspiratif,
Kreatif,
Menyenangkan
dan
Berprestasi”. Berprestasi”. Alfabeta
Ardi wiyani, Novan. 2014. “ Manajemen “ Manajemen Kelas Teori dan aplikasi untuk menciptakan kelas yang kondusif ”. ”. Ar -Ruzz -Ruzz Media : Jogjakarta.
Wikipedia. “Teori perkembangan kognitif”. (Online) https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif. diakses pada 25 Februari 2018
Oddy,Hakim. Oddy,Hakim. 2014. “Pengelolaan lingkungan belajar”. (online) http://hakimoody.blogspot.co.id/2014/07/pengelolaan-lingkungan belajar.html diakes pada 25 Februari 2018
26