PENETAPAN HARGA TRANSFER
DEFENISI PENETEPAN HARGA TRANSFER
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Richard Vancil, menunjukkan bahwa dari 291 perusahaan yang menggunakan system divisi 85% diantaranya yang melaksanakan transfer barang, 55% melaksanakan pertukaran jasa dan 71% diantaranya menggunakan fasilitas bersama.
Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga perpindahan barang antara dua pusat laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.
Sedangkan dalam arti luasnya harga transfer dapat didefenisikan suatu penentuan harga barang atau jasa yang ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggung jawabannya.
TUJUAN PENETAPAN HARGA TRANSFER
Jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawab bersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan keyikan produk tersebut terjual. Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendirtribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan berikutini :
Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal-balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita, maksudnya system harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola
Merancang system penentuan harga transfer merupakan topik kunci pengendalian bagi sebagian besar perusahaan.
METODE PENENTUAN HARGA TRANSFER
Mengingat Substansi Pengendalian Manajemen sangat signifikan, maka keharmonisan tujuan antar pusat laba sangat kondusif bagi kelangsungan kehidupan perusahaan. Dalam hal ini Manajemen Puncak dituntut proaktif mengkaji operasi antar pusat laba secara komprehensif sehingga potensi sumber daya perusahaan dapat dialokasikan secara optimal. Dasar penetapan harga transfer :
Cost Method
Dalam metode ini besarnya harga transfer atas barang dan/atau jasa ditentukan berdasar cost dengan menambah sejumlah mark up. Variasi harga transfer metode ini antara lain : actual variable cost, standard variable cost, standard full cost dan full cost plus mark-up. Metode ini dianggap feasible untuk transaksi intern yang menetapkan konsepcost centre. Metode ini diterapkan bila harga pasar tidak tersedia atau kurang akurat. Untuk itu biasanya diterapkan standar cost yang sudah disepakati antar unit yang menjual dan unit yang membeli.
Market Method
Dalam metode ini prinsipnya harga transfer atas barang dan/atau jasa ditentukan berdasar Harga Pasar ( Replacement Cost ). Variasi metode ini yakni : Current Market Price dan Market Price minus Discount. Metode ini dianggap yang terbaik untuk mengukur kinerja pusat pertanggung jawaban, sebab mencerminkan profitabilitas produk dan/atau jasa serta memacu pertanggungjawaban untuk bekerja secara kompetitif. Metode ini diterapkan pada kondisi intermediate market, cukup bersaing dan ketergantungan antar unitnya minimal.
Negotiation Method
Dalam metode ini besarnya harga transfer ditentukn oleh Negoisasi antar pusat laba yang bertransaksi dan berbagai pusat laba itu diasumsikan memiliki tingkat pengendalian yang memadai atas pertanggungjawabannya sehingga bargaining position-nya jugadianggap berimbang.
Contoh :
PT Batu Halak dengan dua divisi yang saling melakukan transaksi, yaitu divisi Penjual (A) dan divisi pembeli (B). Divisi A bekerja dengan full capacity dan menjual produknya ke pasar luar. Juka divisi A tidak menjual kepada pasar luar atau dijual ke divisi B maka divisi A dapat menghemat biaya pemasaran dan distribusi $ 700/unit. Perusahaan bekerja selama 250 hari/tahun dan informasi kedua divisi adalah sebagai berikut :
Divisi A Divisi B
Unit terjual per hari 50 unit 40 unit
Per tahun 250 hari 12.500 10.000
Harga jual $ 40 $ 500.000 $ 400.000
Biaya manufaktur variabel 200.000 120.000
Biaya distribusi variabel 10.000 15.000
Biaya tetap/tahun $ 120.000 $ 110.000
Kedua divisi sepakat melakukan harga transfer negosiasi dengan menjual produk dari divisi A ke divisi B, maka divisi tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran dan distribusi variabel.
Harga transfer minimum:
$ 500.000 - $ 10.000 = $ 490.000, atau per unitnya $ 490.000/12500 = $ 39,20
Harga transfer maksimum :
$ 50.000, atau per unit $ 50.000/12500 = $ 40/unit
Kedua divisi hendak merealisir harga transfer negoisasi yang sudah disepakati yaitu :
($ 40 + $ 39,20)/2 = $ 39,60
Arbitration Method
Substansi metode ini adalah harga transfernya ditetapkan berdasarkan interaksi antar pusat laba dengan tingkat harga yang dianggap optimal bagi kepentingan perusahaan, dan disini ada keterbatasan tingkat kewenangan/pengendalian antar pusat laba dalam final decision. Jadi metode ini hakikatnya bias mengesampingkan target masing-masing pusat laba.
Selain ketiga metode diatas, penentuan harga transfer juga dapat ditentukan berdasarkan metode penentuan harga pokok. Ada dua metode yang dapat digunakan antara lain :
Full Costing Method
Metode ini merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi dengan full costing terdiri dari unsur harga okok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dn umum).
Variable Costing
Yaitu metode penetuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Contoh :
Okky corp mempunyai dua divisi (Divisi A dan Divisi B) yang dibentuk sebagai pusat laba. Divisi A menghasilkan suku cadang Q dan dijual dipasar luar sebanyak 10% dan sisanya ditransfer ke divisi B. Manajer divisi A dan B sedang mempertibangkan penentuan harga transfer suku cadang Q. Menurut anggaran, divisi A akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1000 unit dengan taksiran biaya penuh sebagai berikut :
Biaya produksi Rp. 200.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000 +
Total biaya penuh divisi A Rp. 270.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar Rp. 1.000.000.000 dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%. Tentukan harga transfer untuk suku cadang Q!
Penyelesaian full costing :
Perhitungan Mark up
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang diharapkan (20% x Rp. 1.000.000.000) Rp. 200.000.000 +
Jumlah Rp. 270.000.000
Biaya produksi Rp. 200.000.000 ÷
Mark up 1,35 = 135%
Perhitungan harga transfer
Biaya produksi Rp. 200.000.000
Mark up 135% x Rp. 200.000.000 Rp. 270.000.000 +
Harga jual Rp. 470.000.000
Volume produksi 1000 unit. Maka harga transfer per unit adalah (Rp. 470.000.000/1000) Rp. 470.000
Penyelesaian dengan variabel costing :
Biaya variabel :
Biaya produksi variabel Rp. 150.000.000
Biaya admistrasi umum variabel Rp. 10.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 5.000.000 +
Rp. 165.000.000
Biaya tetap :
Biaya produksi tetap Rp. 50.000.000
Biaya adminstrasi umum tetap Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 15.000.000 +
Rp. 95.000.000 +
Total biaya penuh Rp. 270.000.000
Perhitungan mark up
Biaya tetap Rp. 95.000.000
Laba yang diharapkan (20% x Rp. 1.000.000.000) Rp. 200.000.000 +
Jumlah Rp. 295.000.000
Biaya variabel Rp. 165.000.000
Mark up 1,79 = 179%
Perhitungan harga jual
Biaya variabel Rp. 165.000.000
Mark up (179% x Rp. 165.000.000) Rp. 295.000.000 +
Jumlah harga jual Rp. 460.350.000
Volume produksi 10.000 kg
Harga jual per kg Rp. 4600
KONDISI IDEAL UNTUK DITERAPKANNYA TRANSFER PRICING
Prinsip dasar, harga transfer sebaiknya sama dengan harga yang dikenakan seandainya produk tersebut dijual kekonsumen di luar atau dibeli dari pemasok luar. Situasi yang paling ideal adalah berdasarkan harga pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi:
Competent People
Tenaga yang andal yang memperhitungkan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dari pusat pertanggungjawaban.
Good athmosphere
Kondisi yang kondusif, dalam hal ini kinerja para pimpinan pusat laba betul-betul diukur berdasarkan keuntungan yang dihasilkan oleh unit yang dipimpinnya
A market price
Adanya harga pasar yang bias dimanfaatkan untuk pembanding.
Freedom of source
Adanya kebebasan dari bagi pimpinan pusat laba untuk memilih sumber lainnya yang diangap lebih menguntungkan.
Full flow of information
Tersedianya informasi bagi pimpinan pusat laba tentang alternative serta biaya yang relevan atas barang yang akan dibeli.
Berikut ini ilustrasi penetapan harga transfer pada suatu perusahaan.
PT ABC menetapkan harga transfer berdasar biaya variable untuk pengalihan output dari Divisi I ke Divisi II. Divisi I dapat mengalihkan biaya variable per unit outputnya ke divisi II Rp. 100 dan menjual outputnya kepasar eksternal sejumlah 75000 unit dengan harga Rp. 250 per unit atau 100.000 unit dengan harga Rp. 200 per unit (asaseconomic of scale). Biaya variable untuk output per unit di Divisi II Rp 300,- (belum termasuk transaksi intern dari Divisi I). Sejumlah 125.000 unit produk Divisi II bias dijual ke Pasar Eksternal dengan harga per unit Rp 900,- atau 160.000 unit dengan harga per unit Rp 800,- (asas Economic of Scale).
Adanya alternative menjual output lebih besar tetapi dengan harga lebih rendah ini, baik di Divisi I maupun di Divisi II dikemukakan oleh Bagian Pemasaran dan Litbang, mengingat perusahaan belum beroperasi pada tingkat kapasitas penuh (Full Capacity).
Berdasar usulan yang dikemukakan, kedua Divisi mencoba mengkajinya sebelum memutuskan alternative mana yang diambil.
Divisi I
Contributions Margins (=Penjualan-Biaya variabel)
Alternatif:
75.000 x (Rp 250- Rp 100)= Rp 11.250.000,-
100.000 x (Rp 200- Rp 100)= Rp 10.000.000
Kalau begini kondisinya, tampak bahwa bagi Divisi I lebih besar Contribution Margin-nya pada alternative I.
Divisi II
Alternatif:
125.000 x (Rp 900 – Rp300 – Rp 250) = Rp 43.750.000,-
160.000 x (Rp 800 – Rp 300 – Rp 250) = Rp 40.000.000
Tampak bahwa disini alternatif I juga lebih menguntungkan bagi Divisi II.
Usulan Litbang untuk Divisi II
Alternatif:
125.000 x (Rp 900 – Rp 300 – Rp 100) = Rp 62.500.000
160.000 x (Rp 800 – Rp 300 – Rp 100) = Rp 64.000.000
Jika kondisi ini yang dimaksud, memang mengahsilkan Contribution Margin yang lebih besar Divisi II tetapi asas harga transfernya dianggap tidak berlaku bagi Divisi I, jadi hanya memposisikan Divisi I sebagai bagian Entitan Perusahaan bukan pusat pertanggungjawaban yang independen.
NegoisasiDivisi I dan II
Divisi II mengehendaki Contribution Margin = Rp 43.750.000,-Jika output yang harus dijual 160.000 unit, berarti Contribution Margin per unit adalahRp 43.750.000 : 160.000 = Rp 273,44.
Divisi II berasumsi bawha kondisi ini bias dicapai bila Harga Transfer per unit:
Rp 800 – Rp 300 – Harga Transfer = Rp 273,44
Harga Transfer = Rp 226,56 per unit.
Karena itu Divisi II menawar kepada Divisi I agar Harga Transfer diturunkan dari Rp 250 menjadi Rp 226,56 sehingga usulan untuk menjual sejumlah 160.000 unit bias dipertimbangkan.
Dilain pihak, Divisi I dapat mentransfer 125.000 unit ke Divisi II dengan Harga Transfer = Rp 250 per unit sehingga total Contribution Marginnya = 125.000 x (Rp250 – Rp 100) = Rp 18.750.000 yang memang cenderung menguntungkan dirinya (Divisi I). Karena itu, jika Divisi I diminta menjual sebanyak 160.000 unit, maka Contribution Margin yang diharapkan Rp 18.750.000 atau Rp 117,19 per unit, yang berarti Harga Transfernya (HT):
HT – Rp 100 = Rp 117,19
HT= Rp 217,19
Dengan demikian terdapat peluang Negosiasi yang kondusif bagi Divisi I dan II jika manajemen menghendaki usulan bagian Litbang diterima, yaitu:
Divisi I menetapkan Harga Transfer – minimum = Rp217,19
Divisi II mengehendaki Harga Transfer – minimum = Rp 226,56
Seandainya diputuskan besarnya Harga Transfer Rp 225, maka hal ini cukup kondusif bagi Divisi I dan Divisi II.
HARGA TRANSFER BERDASARKAN BIAYA
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka Harga Transfer dapat ditentukan dengan jalan menetapkan harga berdasarkan biaya ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu, walaupun cara ini mungkin agak rumit penetapannya dan hasilnya kurang memuaskan. Ada dua keputusan yang harus diambil dalam system penentuan Harga Transfer berdasarkan biaya:
Basis Biaya (bagaimana cara menetapkan biaya-biaya)
Dasar yang umum digunakan adalah Biaya Standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena ketidak efisienan pabrik akan membebani pusat laba pembeli. Jika Biaya Standar digunakan, maka tidak perlu untuk mengembangkan insentif untuk menetapkan standar yang ketat atau memperbaiki standar dengan menambah fasilitas baru.
Tingkat laba (bagaimana cara menghitung tingkat keuntungan – Profit Mark Up).
Merupakan cara untuk memutuskan bagaimana menghitung tingkat laba. Dasar perhitungan yang paling sederhana adalah persentase biaya. Tetapi, cara ini memperhitungkan modal yang diperlukan. Dasar yang lebih baik adalah dengan menghitung besarnya investasi, tetapi ada kesulitan besar dalam menghitung besarnya investasi ini. Jika menggunakan dasar biaya historis suatu aktiva, maka fasilitas baru yang dirancang untuk mengurangi harga secara actual dapat meningkatkan biaya karena aktiva yang lama menjadi dinyatakan terlalu rendah (Undervalued).
DAFTAR PUSTAKA
Edi Sukarno, SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMENN, Harga Transfer, Jakarta, PT.GRAMEDIA PUSTAKAUTAMA, Edisi Revisi, 2002
Robert N Anthony & Vijay Govindarajan, MANAGEMENT CONTROL SYSTEM, "Penentuan Harga Transfer", Jakarta, Salemba 4, 2004
Studi kasus diambil dari dokumen "Transfer Pricing" yang diunduh pada website :
http://dion.staff.gunadarma.ac.id/Download/files/14153/TRANSFER+PRICE.doc
www.academia.edu/9122025/Transfer_Price
http://Responsitory.binus.ac.id