AKUNTANSI INTERNASIONAL Harga Transfer Internasional
Kelompok 4 Adhun Rahman
(20214230)
Bunga Haryani Farida
(2C214968)
Diva Azizah Alzena
(23214217)
Irvan Arif Sanianto
(2D214102)
Lukas Nurwihaya
(26214149)
Puteriyani Firdaus
(28214564)
Vidya Asteria
(2C214036)
Kelas : 3EB02
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2017
1
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi yang terjadi pada saat ini, memberikan suatu pengaruh yang besar bagi pola bisnis dan sikap bagi para pelaku bisnis (Nurhayati, 2013: 2). Selain itu, globalisasi ekonomi telah membawa dampak semakin meningkatnya transaksi internasional atau cross border transaction. Arus barang, orang, jasa, dan permodalan (investasi) antarnegara telah menjadi berlipat ganda. Saat ini pergerakan modal dan dana dari satu negara ke negara lain menjadi lebih besar dari sebelumnya. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT) dan World Trade Organisation (WTO) telah mengurangi kendalakendala dalam pergerakan barang, jasa dan modal antar negara. Perusahaan-perusahaan tidak lagi membatasi operasinya hanya di negara sendiri, akan tetapi merambah ke manca negara dan menjadi perusahaan multinasional dan transnasional. Mereka beroperasi melalui anak usaha dan cabang-cabangnya di hampir semua negara berkembang dan pasar-pasar yang sedang tumbuh. Hubungan istimewa dalam lingkungan perusahaan multinasional yang tergabung dalam suatu grup atau kesatuan kontrol selalu mengandung indikasi menggunakan skema transfer pricing yang tidak wajar. Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan, khususnya menyangkut transaksi internasional yang dilakukan oleh korporasi multinasional. Dari sisi pemerintahan, transfer pricing diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak suatu
negara
karena
perusahaan
multinasional
cenderung
menggeser
kewajiban
perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries). Di pihak lain dari sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya (cost efficiency) termasuk di dalamnya minimalisasi pembayaran pajak perusahaan (corporate income tax) dengan cara mengalihkan keuntungan mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara lain yang tarif pajaknya rendah. Ada ribuan perusahaan multinasional selama tujuh tahun tidak menjalankan kewajibanya kepada negara. Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala global (multinational corporations), transfer pricing dipercaya menjadi salah satu strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas. Praktik transfer pricing ini dulunya hanya dilakukan oleh perusahaan semata-mata hanya untuk menilai kinerja antar anggota atau divisi perusahaan,
2
tetapi seiring dengan perkembangan zaman praktik transfer pricing sering juga dipakai untuk manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Gunadi mengatakan bahwa, “Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa” (Suandy, 2011: 71) . Konsep transfer pricing ini bisa dikatakan merupakan salah satu langkah efektif yang dapat diterapkan dalam upaya memperoleh laba maksimal. Transaksi karena adanya hubungan istimewa merupakan kunci utama keberhasilan transfer pricing dari sisi pajak.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Harga Transfer dalam Lingkup Nasional
Harga transfer adalah harga jual barang atau jasa yang dikirim dari suatu pusat pertanggungjawaban ke pusat pertanggungjawaban yang lain dalam sebuah perusahaan. Penentuan harga transfer ini diperlukan jika paling tidak salah satu dari pusat pertanggungjawaban tersebut merupakan pusat laba, dan tentu saja lebih diperlukan jika kedua pusat pertanggungjawaban tersebut merupakan pusat laba. Dalam sebuah perusahaan nasional dimana pusat-pusat pertanggungjawaban yang terkait berada dalam suatu yurisdiksi yang sama, masalah penentuan harga transfer muncul sehubungan dengan penyusunan orginasasi perusahaan menurut pusat laba, dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang atau jasa. Penyusunan organisasi menurut pusat laba dilaksanakan sebagai pelaksanaan strategi diversifikasi yang ditempuh dengan pembentukan divisi-divisi yang masing-masing diberi peran sebagai pusat laba. Dalam lingkup nasional, penentuan harga transfer mempunyai tujuan untuk memotivasi manajer dalam pencapai tujuan perusahaan. Secara lebih rinci, tujuan penentuan harga transfer adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi kinerja pusat pertanggungjawaban secara akurat, 2. Menyelaraskan tujuan ( goal congruence) antara pusat pertanggungjawaban dengan perusahaan, dan 3. Menjaga otonomi divisi. Evaluasi kinerja pusat pertanggungjawaban secara akurat mengandung arti bahwa tidak satupun manajer pusat pertanggungjawaban memperoleh keuntungan dengan mengorbankan manajer pusat pertanggungjawaban yang lain, yang terjadi karena harga transfer yang ditentukan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Penentuan harga transfer yang tidak akurat menyebabkan pengukuran kinerja yang tidak akurat, dan menyebabkan pemberian insentif yang tidak akurat pula, sehingga manajer tidak termotivasi untuk mengupayakan tecapainya tujuan ( goals) perusahaan yang telah ditetapkan. Penyelarasan tujuan mempunyai pengertian bahwa harga transfer akan mendorong para manajer pusat pertanggungjawaban mengambil keputusan yang memaksimumkan laba perusahaan dengan memaksimumkan laba pusat pertanggungjawabannya. Ketiadaan keselarasan tujuan menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pribadinya 4
yang dapat mengakibatkan tercapainya tujuan pribadi manajer yang tidak diiringi tercapainya tujuan perusahaan. Menjaga otonomi pusat pertanggungjawaban mengandung arti bahwa harga transfer dapat mencegah terjadinya campur tangan manajemen puncak terhadap kebebasan manajer pusat pertanggungjawaban dalam pengambilan keputusan.
2.2 Harga Transfer Internasional
Pada perusahaan yang beroperasi dalam satu yurisdiksi, harga transfer bersifat hipotesis. Konsekuensi ekonomi harga transfer ini adalah berkenan dengan kompensasi yang diterima oleh manajer unit pengirim maupun manajer unit penerima. Harga transfer yang terlalu rendah merugikan manajer unit pengirim, sedangkan harga transfer yang terlalu tinggi akan merugikan manajer unit penerima. Tetapi, di dalam perusahaan multinasional, dimana unit pengirim dan unit penerima berada diyuridiksi yang berbeda, harga transfer ini bukan bersifat hipotesis dan mempunyai konsekuensi ekonomi yang lebih luas, antaralain besarnya pajak. Hal ini disebabkan karena masing-masing unit merupakan suatu entitas hukum yang berdiri sendiri. Sebuah perusahaan, yang disebut induk perusahaan, dapat melakukan transfer barang ata u jasa jika perusahaan tersebut mempunyai operasi luar negeri yang berupa cabang atau anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki induk perusahaan atau melaksanakan joint ventures. Untuk memiliki anak perusahaan, induk perusahaan dapat melakukan dengan cara membeli sepenuhnya sebuah perusahaan asing yang sudah ada atau memiliki saham dalam jumlah mayoritas sehingga berperan sebagai penentu dalam rapat umum pemegang saham. Ini merupakan strategi yang sederhana.
2.3 Harga Transfer dan Globalisasi
Pertumbuhan arus barang dan jasa secara global serta meningkatnya merger dan akuisisi lintas negara secara dramatis menyebabkan meningkatnya volume perdagangan intra perusahaan (yaitu transaksi-transaksi antara perusahaan-perusahaan yang berkaitan dan membentuk satu kesatuan ekonomis dalam satu negara atau lebih). Penentuan harga transfer berkaitan dengan penentuan harga barang dan jasa yang berpindah tangan antara entitasentitas yang terkait dalam perdagangan intra perusahaan. Dari tahun ke tahun, perdagangan intra perusahaan ini semakin meningkat, dan sejumlah estimasi menunjukan bahwa perdagangan intra perusahaan sekarang ini telah membentuk setengah dari perdagangan global. 5
Sebagaimana observasi yang telah ditentukan, sebuah perusahaan multinasional “dapat menghasilkan produk-produknya dimana saja, dengan menggunakan sumber-sumber dari manapun, oleh perusahaan anak atau perusahaan cabang yang beralokasi dimana pun untuk memenuhi tuntutan kualitas, dan dijual dimanapun.” Karena antara perdagangan intra perusahaan dengan penentuan harga transfer sangatlah berkaitan, maka pertumbuhan perdagangan intraperusahaan telah menyebabkan semakin besarnya fokus terhadap penentuan harga transfer.
2.4 Pengertian Harga Transfer
Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Terdapat dua kelompok transaksi dalam transfer pricing , yaitu intra-company dan inter-company transfer pricing . Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan. Sedangkan intercompany transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu negara ( domestic transfer pricing ), maupun dengan negara yang berbeda ( international transfer pricing ). Organizaton for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan transfer pricing sebagai harga yang ditentukan dalam transaksi antar anggota group dalam sebuah perusahaan multinasional (seperti transaksi penjualan barang, jasa, pembayaran izin penggunaan hak paten, pinjaman, dan sebagainya) dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar wajar.
Bila dicermati secara lebih lanjut , transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati. Mereka dapat menyimpang dari harga pasar wajar dikarenakan
6
posisi mereka yang berada dalam keadaan bebas untuk mengadopsi prinsip apapun yang tepat bagi korporasinya. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara. Selain itu transfer pricing sering disebut abuse of transfer pricing , yaitu suatu pengalihan penghasilan dari suatu perusahaan dalam suatu negara dengan tarif pajak yang lebih tinggi ke perusahaan lain dalam satu grup di negara dengan tarif pajak yang lebih rendah sehingga mengurangi total beban pajak group perusahaan tersebut.
2.5 Tujuan Harga Transfer
Tujuan penetapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-diisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain (Henry Simamora, 1999:273) Selain tujuan tersebut, transfer pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan dalam lingkup perusahaan multinasional, transfer pricing digunakan untuk meminimalkan pajak dan bea yang mereka keluarkan diseluruh dunia serta untuk mempromosikam evaluasi kinerja dan mengelola risiko nilai tukar valuta as ing.
2.6 Penentuan Harga Transfer
2.3.1
Faktor Pajak Harga transaksi yang wajar merupakan harga yang akan diterima oleh pihak-pihak
tidak berhubungan istimewa untuk barang-barang yang sama atau serupa dalam keadaan yang sama persis atau serupa. Metode penentuan harga transaksi wajar yang dapat diterima adalah: a.
Metode penentuan harga tidak terkontrol yang sebanding;
b.
Metode penentuan harga jual kembali;
c.
Metode penentuan biaya plus dan;
d.
Metode harga lainnya. Perusahaan multinasional sering kali terjebak ditengah-tengah ketika otoritas pajak
dari wilayah yang berbeda tidak menyepakati harag transfer dan mencoba untuk mempertahankan bagian wajar atas pajak yang diperoleh dari perusahaan multinasional. Kontroversi yang timbul akan memakan waktu. Metode yang diterapkan dalam mengawasi kebijakan penentuan harga transfer oleh perusahaan multinasional juga berbeda-beda di 7
seluruh dunia. Oleh karena itu, otoritas pajak di seluruh dunia sedang menyusun aturan harga transfer yang baru.
2.3.2
Faktor Tarif Tarif yang dikenakan untuk barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan
penentuan harga transfer perusahaan multinasional. Sebagai contoh, suatu perusahaan yang melakukan ekspor kepada anak perusahaan yang berdomisili di negara dengan tarif yang tinggi dapat mengurangi penetapan tarif dengan merendahkan harga barang dagangan yang dikirimkan. Sebagai
tambahan
atas
keseimbangan
yang
diidentifikasikan,
perusahaan
multinasional harus mempertimbangkan biaya dan manfaat tambahan, baik eksternal maupun internal. Secara eksternal, perusahaan harus meghadapi otoritas pajak yang bersaing dengan petugas bea cukai negara pengimpor dan administrator pajak penghasilan negara pengekspor dan pengimpor. Tarif pajak tinggi yang dibayarkan oleh importer akan menghasilkan dasar pajak penghasilan yang lebih rendah. Secara internal, perusahaan harus mengevaluasi manfaat dari rendahnya (tingginya) pajak penghasilan di negara pengimpor dibandingkan bea masuk yang lebih tinggi (rendah), serta pajak penghasilan yang lebih tinggi (rendah) yang dibayarkan oleh perusahaan di negara pengekspor.
2.3.3
Faktor Daya Saing Untuk menfasilitasi pendirian cabang perusahaan diluar negeri, perusahaan induk bisa
mendukung cabang perusahaan dengan memasok bahan mentah yang ditagih dengan harga yang sangat rendah. Semua harga cabang perusahaan ini bisa dihilangkan secara berkala ketika cabang perusahaan memperkuat posisinya dipasar luar negeri. Sama halnya harga transfer yang rendah bisa digunakan untuk membentengi usaha yang ada dari dampak persaingan asing di pasar lokal atau pasal lainnya: dengan kata lain, profit yang diperoleh dari suatu negara dapat mendukung penetrasi kepasar lain. Untuk memperbaiki akses cabang perusahaan luar negeri dengan pasar modal, penentuan harga transfer yang rendah untuk input dan harga transfer tinggi untuk output dapat meningkatkan laba yang dilapokan dan posisi keuangan. Terkadang harga transfer dapat digunakan untuk melemahkan cabang perusahaan pesaing.
8
2.3.4
Risiko Lingkungan Perhitungan persaingan diluar negeri menuntut beban biaya transfer yang rendah
untuk cabang perusahaan luar negeri, risiko atas harga inflasi yang sangat tinggi dapat mengakibatkan hal yang sebaliknya. Inflasi mengurangi daya beli uang tunai yang dimiliki perusahaan. Harga transfer yang tinggi terhadap barang atau jasa yang diberikan kepada cabang perusahaann yang menghadapi inflasi tinggi dapat mengalihkan kas dalam jumlah yang sangat besar dari cabang perusahaan tersebut.
2.3.5
Faktor Evaluasi Kinerja Kebijakan penetapan harga juga dipengaruhi oleh dampak dalam tindakan manajerial,
dan sering menjadi penentu utama performa perusahaan. Jika perusahaan cabang bebas menentukan harga transfer, ara manajer mungkin tidak bisa menangani konflik antara apa yang terbaik untuk cabang perusahaan dan terbaik untuk perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi dampak bagi manajemen perusahaan malahan mungkin akan jadi buruk jika perusahaan pusat mendikte harga transfer dan mendasari alternatif yang dipandang berwenang dan tidak beralasan. Semakin banyak keputusan yang dibuat oleh perusahaan pusat, maka profit desentralisasi kurang menguntungkan, karena manajer lokal kehilangan dorongan untuk bertindak demi keuntungan dari usaha lokal mereka.
2.3.6
Kontribusi Akuntansi Para akuntan manajemen dapat memainkan peranan yang signifikan dalam
menghitung keseimbangan dalam strategi penentuan harga transfer. Tantangan yang dihadapi adalah mempertahankan perspektif global pada saat melakukan pemetaan manfaat dan biaya yang berkaitan dengan keputusan penentu harga.
2.7 Metode Penentuan Harga Transfer
2.4.1
Berdasarkan Harga Pasar Penggunaan harga transfer berorientasi pasar memili ki beberapa kentungan, yaitu:
Harga pasar menunjukan biaya peluang (opportunity cost ) pada entitas yang mentransfer agar tidak menjual pada pasar eksternal.
Harga pasar membantu membedakan unit operasi yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan.
9
Harga tidak memberi peluang perusahaan menyesuaikan harga dengan tujuan persaingan.
2.4.2
Berdasarkan OECD dalam buku Frederick D. S. Choi dan Gary K. Meek
1. Metode Harga Tidak Terkontrol yang Setara Berdasarkan metode ini, harga transfer ditentukan dengan mengacu pada harga yang digunakan dalam transaksi antara perusahaan yang independen atau antara perusahaan dengan pihak ketiga yang berkaitan. Metode ini tepat digunakan jika barang tersedia dalam jumlah cukup sehingga penjualan yang dikontrol pada dasarnya sebanding dengan penjualan pada pasar terbuka.
2. Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang Setara Metode ini diterapkan untuk pengalihan aktiva tidak berwujud. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasikan tingkat royalti acuan dengan mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol dimana aktiva tidak berwujud yang sama dialihkan.
3. Metode Harga Jual Kembali Metode ini menghitung harga transaksi yang wajar yang diawali dengan harga yang dikenakan atas penjualan barang yang dimaksud kepada pembeli yang independen.
4. Metode Penetuan Biaya Plus Merupakan sebuah pendekatan kerja dari depan dimana kenaikan harga ditambahkan untuk biaya transfer cabang perusahaan dalam mata uang lokal. Kenaikan harga biasanya mencakup: 1. Anggapan biaya keuangan yang berkaitan dengan bia ya tambahan eksport,piutang dan asset yang digunakan 2. Persentase biaya yang menutupi biaya manufaktur, distribusi, pergudangan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan usaha eksport. Metode ini secara khusus berguna apabila barang semi jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri, atau jika satu entitas merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.
10
5. Metode Laba Sebanding Metode ini mendukung pandangan umum yang menyatakan bahwa pembayar pajak yang menghadapi situasi yang mirip seharusnya memperoleh imbalan yang mirip pula selama beberapa periode waktu tertentu. Penerapan metode ini umumnya memerlukan penyesuaian atas perbedaan-perbedaan yang ada antara pihak yang dibandingkan. Faktor-faktor yang memerlukan penyesuaian tersebut adalah perbedaan biaya modal, kondisi penjualan yang berbeda, risiko nilai tukar valuta asing dan risiko lainnya dalam praktik pengukuran akuntansi.
6. Metode Pemisahan Laba Metode ini digunakan jika acuan produk atau pasar tidak tersedia. Pada dasarnya metode ini mecakup pembagian laba yang dihasilkan melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa, yaitu antara perusahaan afiliasi berdasarkan cara yang wajar.
7. Metode Penentuan Harga Lainnya Karena metodelogi penentuan harag yang ada tidak selalu mencerminkan keadaan yang mendasari, metodelogi tambahan dapat digunakan jika menghasilkan ukuran harag wajar yang lebih akurat Menurut OECD : Harus diakui bahwa harga yang wajar dalam banyak kasus tidak dapat ditetapkan dengan tepat dan bahwa dalam situasi seperti itu akan dipandang perlu untuk mencari perkiraan wajar yang mendekatinya. Seringkali, akan lebih bermanfaat untuk perhiyungan lebih dari satu metode untuk mendapatkan perkiraan atas harga yang memuaskan dengan memperhatikan bukti-bukti yang tersedia.
8. Perjanjian Penentuan Harga Lanjutan Perjanjian penetuan harga lanjutan (advance pricing agreements-APA) merupakan mekanisme yang digunakan oleh perusahaan multinasional dan otoritas pajak untuk secara sukarela menegosiasikan metodelogi penentuan harga transfer yang disepakati dan mengikat kedua belah pihak. Perjanjian ini menghilangkan risiko audit penentuan harga transfer, menghemat waktu dan uang bagi perusahaan meultinasional dan otoritas pajak. Perjanjian penentuan harga lanjutan ini diperkenalkan di Amerika pada tahun 1991, dan telah diterima secara luas oleh negara lain.
11
2.4.3
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak No. PER:32/PJ/2011
1. Metode Perbandingan Harga (Comparable Uncontrolled Price/CUP) Metode Perbandingan Harga (Comparable Uncontrolled Price/CUP) adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga barang atau jasa dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding baik itu internal CUP maupun eksternal CUP. Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Perbandingan Harga antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) antara lain adalah: a. Barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam kondisi yang sebanding; atau b. Kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa identik atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul. Metode ini sebenarnya merupakan metode yang paling akurat, tetapi yang sering menjadi permasalahan adalah mencari barang yang benar-benar sejenis.
2. Metode Harga Penjualan Kembali ( Resale Price Method /RPM) Metode Harga Penjualan Kembali ( Resale Price Method /RPM) adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar. Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Harga Penjualan Kembali ( Resale Price Method /RPM) antara lain adalah: a. Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan transaksi antara wajib pajak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan hasil analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda; dan
12
b. Pihak penjual kembali (reseller ) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas barang atau jasa yang diperjualbelikan.
3. Metode Biaya-Plus Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method ) adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukandengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Umumnya digunakan pada usaha pabrikasi. Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method ) antara lain adalah: a. Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa; b. Terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama ( joint facility agreement ) atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa; atau c. Bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.
4. Metode Pembagian Laba ( Profit Split Method/PSM ) Metode Pembagian Laba ( Profit Split Method/PSM ) adalah metode penentuan harga transfer berbasis Laba Transaksional (Transactional Profit Method Based ) yang dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, dengan menggunakan Metode Kontribusi ( Contribution Profit Split Method ) atau Metode Sisa Pembagian Laba ( Residual Profit Split Method ). Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) secara khusus hanya dapat diterapkan dalam kondisi sebagai berikut: a. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sangat terkait satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau b. Terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.
13
5. Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM ) Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM ) adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan presentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan presentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya. Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM ) antara lain adalah: a. Salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang khusus; atau b. Salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang kompleks dan memiliki transaksi yang berhubungan satu sama lain.
2.4.4
Berdasarkan Harga Pokok (Biaya) Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga
transfer atas biaya variabel dan tetap. 1
Metode Variable Cost, adalah penetapan harga transfer yang sama dengan biaya variabel unit penjualan. Hal ini dilakukan apabila penjual mempunyai kapasitas yang berlebihan. Tujuan utamanya adalah untuk memuaskan permintaan internal karena harganya cukup rendah.
2
Metode Full Cost, adalah penetapan harga transfer berdasarkan pembebanan penuh , dan yang paling umum digunakan karena dapat dipahami dengan baik dan informasinya siap tersedia pada catatan akuntansi. Kelemahannya adalah termasuk biaya-biaya tetap yang berpengaruh terhadap keputusan jangka pendek.
2.4.5
Berdasarkan Transfer Negosiasi Penetapan
harga
transfer
berdasarkan
negosiasi
antara
2
(dua)
pusat
pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat suatu pertentangan yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai kesepakatan harga oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya.
14
2.8 Pihak-pihak Utama yang dipengaruhi Pilihan Penentuan Harga Transfer Pihak Internal
Karyawan dari berbagai devisi yang berbeda dari sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh metode penentuan harga transfer yang dipilih. Dengan anggapan bahwa karyawan dievaluasi berdasarkan profitabilitas divisi, karyawan divisi pembeli lebih senang harga transfer intra perusahaan yang rendah, sementara karyawan devisi penjul lebih senang harga transfer yang tinggi. Para pemegang saham, seperti halnya manajemen puncak, juga meanaruh perhatian terhadap laba setelah pajak perusahaan keseluruhan, dan karne itu lebih menyukai metode penentuan harga transfer yang akan membantu memaksimumkan laba konsolidasian dan meminimumka kewajiban pajak global. Tetapi, pemegang saham akan memperoleh dampak negatif dari kebijakan penentuan harga transfer yang terlalu agresif jika hal ini menjadikan perusahaan mendapat perhatian besar oleh otoritas pajak yang akan mengakibatkan dikenakanya hukuman berat terhadap perusahaan jika ternyata perusahaan melakukan kecurangan. Pihak Eksternal
Badan-badan pemerintah domestik adalah meliputi : 1. Instansi-instansi pemungut pajak lokal dan nasional. 2. Bea cukai. 3. Badan legislatif. 4. Lembaga-lembaga regulatori dan pelaksana. Lembaga-lembaga pemungut pajak domestik berkempentingan dengan pemungutan pajak yang layak. Mereka akan memastikan bahwa perusahaan tidak menggunakan penentuan harga transfer sebagai sebuah mekanisme pergeseran laba untuk mengecilkan kewajiban pajak domestiknya secara tidak tepat. Demikian juga petugas bea cukai ingin menyakinkan bahwa perusahaan membayar bea cukai yang tepat atas barang impor ekspor. Lembaga pemerintah asing juga ingin menyakinkan bahwa mereka memungut pajak yang dikenakan kepada perusahaan yang berbasis di negara-negara lain. Akibat kehadiran perushaan multinasional diberbagai lokasi, terdapat kecurigaan berat bahwa mereka menggunakan perbedaan-perbedaan tarif pajak marginal. Otoritas cukai juga mempunyai perhatian yang serupa.
15
BAB III PENUTUP
Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuan penetapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-diisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain. Penentuan dalam harga transfer antara lain faktor pajak, faktor tarif, faktor daya saing, risiko lingkungan, faktor evaluasi kinerja, dan kontribusi akuntansi. Metode penentuan harga transfer ada 5, yaitu berdasarkan harga pasar, berdasarkan OECD dalam buku Frederick D. S. Choi dan Gary K. Meek, berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak No. PER:32/PJ/2011, berdasarkan harga pokok (biaya) dan berdasarkan transfer negoisasi. Pihak-pihak utama yang dipengaruhi pilihan penentuan harga transfer ada 2, yaitu pihak internal dan pihak eskternal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Choi, Frederick D. S. Dan Gary K. Meek. 2005. Akuntansi Internasional Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Harimurti, Fadjar, 2007. “Aspek Perpajakan dalam Praktik Transfer Pricing ”, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 7, No. 1, hal: 53-61. Santoso, Iman, 2004. “ Advance Pricing Agreement dan Problematika Transfer Pricing dari Persepektif Perpajakan Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan , Vol. 6, No. 2, hal: 123-139. Setiawan, Deddy Arief, 2013. “Penentuan Harga Transfer atas Transaksi Internasional dari Persepektif Perpajakan Indonesia” diakses melalui www.portal.kopertis3.or.id tanggal 19 Maret 2017. Setiawan, Hadi, 2014. “Transfer Pricing dan Risikonya terhadap Penerimaan Negara” diakses melalui www.kemenkeu.go.id tanggal 19 Maret 2017. Sunardi dan Danang Sunyato. 2011. Akuntansi Internasional . Yogyakarta : Amara Books.
17