IOCF Ayam Petelur AP2
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH BUDIDAYA AYAM PETELUR
Dosen:
Dr. Ir. Rukmiasih, MS
Gilang S.Pt
Fitriani Ekapuji Lestari S.Pt
Anita Rahman S.Pt
PEMELIHARAAN AYAM PETELUR KOMERSIAL
Oleh :
Mike Guruh Tamtomo
J3I113011
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak ayam merupakan salah satu ternak yang sangat menguntungkan bagi manusia. Dalam kenyataannya, ternak ayam terutama ternak ayam petelur memberikan kontribusi yang cukup besar dalam dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok. Selain itu juga memberikan asupan nutrisi (protein) yang baik pula. Saat ini, pengembangan ayam petelur sudah menjadi bagian dari kegiatan dalam peternakan.
Kebutuhan telur dalam masyarakat saat ini sangat tinggi. Denga adanya pendapat demikian, maka para ahli telah melakuka penelitian dan pengembanganm dalam meningkatkan produksi telur yang cukup tinggi. Ayam petelur komersial adalah salah satu ayam petelur yang telah mengalami perkembangan secara genetik. Dengan adanya perkembangan tersebut, maka kebutuhan telur dalam masyarakat dapat terpenuhi.
Tujuan
Dalam praktukum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dalam proses management ayam petelur, baik management pemberian pakan, dan kesehatan. Selain itu juga untuk mengetahui dan dapat menghitung analisi usaha dalam mengetahui keuntungan maupun kerugian yang didapat dalam usaha ayam petelur.
BAB II
MATERI METODE
Materi
Waktu dan tempat serta alat dan bahan yang digunakan
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 4 September 2014- 11 Desember 2014 di kandang ayam petelur komersial, Kampus Gunung Gede, Institut Pertanian Bogor. Dalam praktikum pemeliharaan ini, mahasiswa dibantu dengan menggunakan alat seperti ember, serabut pembersih, Sokorek, sapu, karung, sekop, tempat pakan, seng, kawat, gunting seng, egg tray, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ternak ayam, air, pakan, sekam, vaksin, dan vitamin.
Metode
Persiapan Kandang
Pada tahapan ini, mahasiswa melakukan sanitasi. Kegiatan sanitasi yang dilakukan adalah membersihkan kandang, tempat pakan, tempat minum dan apabila ada tempat pakan dan minum ada yang rusak, harus diganti dengan yang baru. Kegiatan yang lain adalah menaburkan sekram dibawah sarang ayam petelur setela pembersihan kandang dilakukan. Selain itu, penggantian nomor ayam juga dilakukan pada sarang yang no ayam tersebut sudah hilang.
Sistem Pemeliharaan
Ayam yang dipelihara dalam praktikum ini adalah ayam dengan jenis Strain Isa Brown berumur 58 minggu yang berjumlah adalah 80 ekor, dengan beberapa tahapan pemeliharaan seperti pemberian pakan, pemberian minum, pengambilan telur, recording, manajemen kesehatan (sanitasi kandang ,pemberian vaksin dan vitamin).
Pemberian pakan
Pakan yang diberikan merupakan pakan komersil. Poses pemberian pakan dengan cara memberikan konsumsi perhari sejumlah 110 garm tiap ekor dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Jumlah pemberian pada pagi dan sore hari sebanyak 40 gram dan pada siang hari sejumlah 30 gram. Jika pada tempat pakan masih ada tersisa pakan, makan pakan tersebut ditimbang dan dicampurkan kembvali pada dengan pakan yang baru. Jumlah pakan sisa dan pakan yang baru yang dicampur harus sama dengan takaran tiap pemberian.
Pemberian air minum
Air minum yang diberikan harus adlibitum. Jika pada tempat minum sudah terlihat habis, maka harus diberikan air.
Sanitasi kandang
Proses sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan sekam atau mengganti sekam jika sekam tersebut terlihat belatung dan basah. Penggantian sekam dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke bawah sarang ayam petelur. Proses sanitasi yang lain adalah pembersihan tempat minum dengan sabut serta pembuangan air yang berada pada ember penampungan air minum.
Pengambilan telur
Saat ayam telah bertelur, pengambilan telur dilakukan pada sore hari atau akhir pemberian pakan, kemudian ditimbang dan dilatakkan pada eggtray.
Recording
Recording yang dilakukan adalah pengambilan bobot telur tiap kelompok ternak yang bertelur pada saat itu dengan cara penimbangan tiap satu telur. Pencatatan bobot telur harus sesuai no ternak yang bertelur dan dilakukan setiap hari. Selain telur, pencatatan pakan yang dikonsumsi juga dilakukan.
Pemberian vaksin dan vitamin
Pemberian vaksin dilakukan pada sore hari pukul 15.00 WIB dengan menggunakan sokorek yang telah diberi vaksin AI (Avian Influenza) . Aplikasi pemberian vaksi yang dilakukan dengan cara injeksi intramuscular pada bagian dada ayam dengan frekuensi satu kali penyuntikan. Stelah pemberian vaksin, maka perlu pemberian vitamin untuk mengurangi stress ayam dengan cara mencampurkan vitamin dalam bentuk bubuk kedalam air minum.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinjauan Pustaka
Dewasa ini, ayam ras petelur dapat dibedakan dari strain-nya. Strain adalah istilah untuk jenis ayam yang telah mengalami penyilangan dari berbagai bangsa, sehingga tercipta ras unggulan dengan efisiensi produksi yang tinggi dan bersifat turun temurun. Strainayam ras petelur yang ada di Indonesia antara lain Abor Acres, Dekalb Waren, Hyline, Hubbard Golden Comet, Kimber Brown, Harco, Shaver, Hisex, Hypeco, Rosella, ISA Brown, Ross Brown, Lohmanndan Enya. Masing-masing strainmemiliki keunggulan tersendiri. Namun secara garis besar, keunggulan tersebut meliputi produktivitas bertelur tinggi, bobot telur tinggi, nilai konversi pakan yang rendah, pertumbuhan yang baik, tingkat kehidupan tinggi, serta masa bertelur yang panjang.
Pengertian Ayam Ras Petelur ISA Brown
Menurut Bumi Merdeka (2010:4), ayam ras petelur strain ISA Brown ialah jenis ayam hibrida unggulan hasil persilangan dari ayam jenis RhodeIsland Reddan White Leghorns, yang diciptakan di Inggris pada tahun 1978 oleh perusahaan breeder ISA. Ciri khasnya adalah bulu dan telurnya berwarna cokelat. Ayam ISA Brown memiliki empat fase pertumbuhan, yaitu starter (umur 0-4 minggu), grower (umur 5-10 minggu), developer (umur 11-16 minggu) dan layer (umur >16 minggu). Silsilah genetik dan spesifikasi ayam ISA Brown dapat dilihat pada silsilah genetik dan spesifikasi ayam ras petelur strain ISA Brown. Dari spesifikasi tersebut dapat dideskripsikanbahwa periode produksi telur ayamISA Brown mulai dari minggu ke 18 sampai 90 dan memiliki daya hidup sebesar 94%.
Pada umur 144 hari tingkat produksi telur adalah 50%, pada puncak produksi mencapai 96%. Setiap ekor ayam dalam sekali masa pemeliharaan dapat memproduksi telur sebanyak 409 butir dengan berat rata-rata 62.9 gram. Jumlah pakan yang dikonsumsi rata-rata 111 gram, dengan nilai perbandingan konversi pakan atau Feed ConversionRatio(FCR) rata-rata sebesar 2.15.
Pakan dan Air Minum
Pakan adalah campura dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan (Anggorodi, 1985).
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi, ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah maka ayam akan makan lebih banyak. Dibanding dengan energinya tinggi, maka semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Aya broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin dan air.
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua per tiga bagian tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi, 1999). Menurut Scott et all, (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi zat-zat makanan, (2) penting dalam mengatur suhu tubuhkarena air mempunyai sifat menguap dan spesific heat, (3)membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisologis yag mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi elektrolit.
Kesehatan Dan Penyakit
Vaksinasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam, agar ayam tersebut kebal terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992). Vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti injeksi, air minum, tetes mata atau hidung, semprot atau tusuk sayap. Beberapa penyakit yang sering menjangkit ayam antara lain cacar unggas, ND, Infectious Bronchitis. Gumboro dan lain-lain. Jasad renik yang menyebabkan hewan sakit dapat dikelompokam menjadi beberapa macam kelompok yaitu virus, bakteri, cendawan, protozoa, dan parasit lainnya. Semua jasad renik ini rentan terhadap obat dan antibiotika, kecuali virus, maka pengendalian penyakit virus sepenuhnya tergantung dari program pencegahan melalui perbaikan sanitasi, pengasingan hewan yang sakit, dan vaksinasi (Akoso,1993).
Penyakit ngorok atau CRD pada ayam merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bersifat kronis. Disebut kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dadn sulit untuk disembuhkan. Penyebab utamanya adalah Mycoplasma gallisepticum, yang salah satu gejala khasnya adalah ngorok, sehingga peternak lebih umum menyebutnya dengan penyakit ngorok (Murtidjo, 1992).
Penyakit Snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus paragallinarum dan diglongkan penyakit akut yang mudah menyebar. Gejala awal ayam selalu menggeleng-geleng kepalanya untuk menhilangkan lendir dari hidungnya, yang kelamaan akan mengental dan berbau busuk. Bagian muka dan mata ayam terlihat bengkak, dapat menimbulkan bunyi ngorok dan menyulitkan pernafasan , nafsu makan kurang, sehingga berat badan menurun. Penyebarannya melalui air minum, pakan, udara atau kontak langsung dengan ayam yang sakit. Ayam yang sakit harus diisolasi dan diobati dengan injeksi antibiotik sterptomisin dengan dosis 150 mg/kg berat badan ayam selama 2-3 hari (Murtidjo, 1992).
Sarana Dan Prasarana
Ayam sebaiknya dipelihara di dalam kandang yang memungkinkan pengaturan program penerangan dan intensitas cahaya. Program penerangan yang dipergunakan umumnya sama dengan yang dipergunakan untuk ayam dalam kandang, namun dengan intensitas cahaya yang berbeda. Sangat penting untuk memastikan ayam mendapatkan cahaya yang cukup sehingga memungkinkan ayam dapat bergerak dengan leluasa dalam lingkungannya. Intensitas cahaya antara 20 sampai 30 lux (2 sampai 3 foot-candles) harus digunakan selama satu minggu pertama pemeliharaan, lalu turunkan ke 15 lux (1,5 foot-candles) sampai minggu ke-4 dan dipertahankan sampai minggu ke-15. Pada minggu ke-15, tingkatkan intensitas cahaya secara bertahap hingga 20–30 lux (2–3 foot-candles) sampai saat pullet dipindahkan ke kandang petelur. Untuk ayam yang dipindahkan ke kandang terbuka harus mendapatkan intensitas cahaya yang lebih tinggi, antara 30–40 lux (3–4 foot-candles) pada saat dipindahkan.
Perkandangan
Kandang merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan bisnis peternakan ayam pedaging. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak ayam tidak berkeliaran kemana-mana disamping memudahkan pemantauan serta perawatan ternak ayam itu sendiri. Terdapat banyak sekali jenis kandang ayam yang bisa dibuat. Semua itu tergantung pada tipe yang diinginkan maupun bahan yang digunakan untuk membuat kandang tersebut. Sedangkan dalam penggunaannya, kandang ayam haruslah disesuaikan dengan kebutuhan. Secara tidak langsung kandang ayam juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Kandang yang fungsional akan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi para pemiliknya.
Ukuran kandang sangat tergantung pada jumlah ayam yang akan diisikan serta umur (berat) ayam itu sendiri. Semakin banyak jumlah ayamnya maka kebutuhan akan ukuran kandang juga akan semakin besar pula. Demikian sebaliknya. Jangan sekali-kali memaksakan kandang diisi dengan ayam yang melebihi kapasitasnya. Sebab akan berdampak buruk pada perkembangan berat tubuhnya, dapat menimbulkan stres dan bahkan kematian.
Persyaratan Lokasi Kandang ayam yang baik haruslah terletak pada lokasi yang ideal hendaklah:
Cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk. Ini penting agar kenyamanan penduduk tidak terganggu oleh suara ternak ayam maupun polusi bau yang ditimbulkan. Disamping itu juga agar ternak dapat hidup dan berproduksi dengan tenang dan tidak stres oleh bisingnya suara-suara yang hingar bingar.
Mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran maupun pasokan bahan-bahan pakan
Bersifat menetap, artinya dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
Persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C
Kelembaban berkisar antara 60-70%
Penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada
Tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, dan
Model kandang disesuaikan dengan umur ayam.
Berikut Pembahasan dari Pemeliharaan Ayam Petelur Komersil D3IPB
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengonsumsi sebuah ransum yang digunakan dalam sebuah proses metabolisme tubuh (Anggordi, 1985). Konsumsi pakan menurut Soregar et all (1982) adalah konsumsi pakan dipengaruhi oleh faktor antara lain besar tubuh, bentuk pakan, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, temperatur lingkungan, serta kualitas dan kulaitas pakan yang diberikan. Sedangkan menurut Tilman et all, (1991) konsumsi diperhitungkan dari jumla makana yang dimakan oleh ternak dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut. Berikut grafik konsumsi pakan tiap minggu.
Garfik1. Konsumsi Pakan Tiap Minggu Kelas AP2
Dilihat dari garfik diatas dapat diketahui bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang dipelihara memiliki perbedaan di minggu ke-1 dimana konsumsi kumulatif dari 80 ekor ternak yang dipelihara mencapai 52312,5 gr, sedangkan konsumsi kumulatif dari minggu ke-2 hingga minggu ke-13 mencapai 61600 dengan jumlah yang konstan.
Produksi Telur
Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu). Produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur). Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam berumur 80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management Guide, 2007). Berikut grafik produksi telur.
Grafik2. Produksi Telur Tiap Minggu Kelas AP2
Grafik diatas menjelaskan bahwa adanya fluktuasi produksi telur, yang mana pada minggu ke-1 merupakan produksi tertinggi dengan jumlah butir 428 dan berat betur keseluruhan 23572 gr sedangkan minggu ke-6 merupakan produksi terendah dengan berat keseluruhan telur yaitu 2882 gr dengan jumlah butir yaitu 50 . Ada dua penyebab utama penurunan produsi telur, kedua factor tersebut adalah factor infeksius dan factor non infeksius. Factor infeksius disebabkan oleh penyakit yang menyerang ayam tersebut sedangkan factor non infeksius disesabakan kualitas pullet, nutrisi ransum dan air minum serta management pemeliharaan.
Dalam hal ini, penurunan Produksi Telur yang terjadi di Kandang Diploma IPB hanya disebabkan oleh factor non infeksius karena tidak ditemukan gejala penurunan produksi telur yang disebabkan oleh factor infeksius. Faktor non infeksius yang terjadi saat pemeliharaan berlangsung dikarenakan oleh management pemeliharaan itu sendiri baik dari pemberian pakan dan minum yng tidak teratur serta tidak sesuai jadwal dan tidak sesuai dengan jumlah ayng direkomendasikan. Management kurang baik dapat memperngaruhi hal tersebut.
FCR atau feed convertion ratio (FCR)
Konversi pakan atau feed convertion ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (kg) sampai ayam itu dijual (Siregar dkk., 1980). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya (North, 1984). Berikut grafik FCR ayam petelur.
Grafik 3. FCR ayam petelur kelas AP2.
IOFC (Income Over Feed Cost)
Income Over Feed Cost merupakan peubah penting yang secara ekonomis dapat menggambarkan besarnya keuntungan yang diperoleh dari tiap-tiap perlakuan. Income Over Feed Cost itu sendiri adalah perbedaan rata-rata pendapatan (dalam rupiah) yang diperoleh dari hasil penjualan satu ekor ayam pada akhir penelitian dengan rata-rata pengeluaran satu ekor ayam selama penelitian (Mide 2007). Income Over Feed Cost dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pertambahan berat badan, biaya pakan dan harga jual per ekor (Rasyaf, 1995).
Efisiensi merupakan perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran yang dihasilkan berupa segi masukan lebih kecil dengan keluaran lebih besar. Kedua, segi masukan lebih kecil tetapi keluaran tetap atau efisiensi dari sudut produksi . Kebalikannya segi masukan tetap, tetapi hasil yang diperoleh lebih banyak. Dalam kaitannya dengan pemberian pakan dan ketiganya diterapkan (Rasyaf, 1995). Berikut grafik IOFC ayam petelur kelas AP2
Grafik 4. IOFC ayam petelur kelas AP2.
Grafik diatas memberitahukan bagaimana keadaan yang terjadi, dimana adanya perbedaan pendapatan yang diterima. Pendapatan yang dipeoleh lebih sedikit sehingga keuntungan yang diperoleh juga sedikit. Hal tersebut juga dapat dipastikan bahwa kerugian yang diperoleh juga cukup besar. Dengan jangka waktu pemeliharaan selama 13 minggu, hanya diperoleh keuntung selama 6 minggu, sedangkan kerudiannya terjadiselam 7 minggu pemeliharaan.
Break Even Point (BEP)
Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian (Mulyadi, 1979). Berikut grafik BEP kelas AP2.
Grafik 5. BEP kelas AP2.
Pada minggu ke-13 merupakan total BEP yang paling tinggi sedangkan minggu ke-1 merupakan total BEP paling rendah. Untuk mendapatkan modal kembali tanpa keuntungan, berarti peternak harung menjual telur dengan harga tertinggi kurang lebih Rp 700.000,- dan harga terendah kurang lebih Rp 100.000,- dalam satu minggu.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum ini, saya menyimpulkan bahwa pemeliharaan yang dilakukan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut dilihat dari banyaknya kerugian yang dipeoleh selama proses pemeliharaan, selain itu total BEP yang diperoleh juga sangat tinggi dikarenakan produksi telur yang kurang baik.
BAB V
Daftar Pustaka
Cahyono, B. 1994. Beternak Ayam Ras Petelur. Penerbit CV.Aneka. Solo.
Candra, S. 2012. Analisis Usaha Ayam Ras Petelur CV. Santosa Farm diDesa Kerjen Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Faculty Of Animal Husbandry. Univesity Of Brawijaya. Malang
Departemen Pertanian. 2010. Produksi Telur Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
BEP Total Mingguan Kelas AP2
FCR Ayam Petelur Selama 13 Minggu
Produksi Telur Selama 13 Minggu
Konsumsi Pakan Selama 13 Minggu