Laporan Praktikum m.k Dasar- dasar Akuakultur
Hari/Tanggal : Kamis, 18 November 2010 Asisten : 1. Prana Mahardhika 2. Hendar Kadarusman 3. Utama Deswira 4. Heru Ahen P. 5. Titi Nur Chayati
PEMBENIHAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
Disusun oleh : Asyanto C24090072
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMUKELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakan Belakang g Ikan merupakan merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki memiliki kadar
protein tinggi dan kadar lemak rendah jika dibandingkan dengan hewan ternak sepe seperti rti sapi sapi dan dan kamb kambin ing. g. Berd Berdas asar arka kan n data data FAO FAO ( Food Food and Agric Agricult ulture ure kebutuhan han ikan untuk untuk pasar pasar dunia dunia sampai sampai tahun tahun 2010 2010 masih masih Organisation) , kebutu kekurangan pasokan sebesar 2 juta ton/tahun. Pemenuhan kekurangan pasokan sebesar sebesar ini tidak mungkin hanya dipenuhi dipenuhi oleh hasil tangkapan saja, tetapi harus dipasok dari hasil budidaya. Ikan Ikan nila nila ( Oreochromis niloticus ) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang disukai oleh banyak orang karena memiliki rasa daging yang enak dan teba tebal. l. Sehi Sehing ngga ga memi memili liki ki pro prospek spek bisn bisnis is yang yang menj menjan anji jika kan. n. Sela Selain in itu, itu, perkembangannya lebih cepat dan biaya produksi ikan nila juga relaif lebih murah diba diband ndin ingk gkan an deng dengan an jenis jenis-je -jeni niss ikan ikan lain lainnn nnya ya.. Sehi Sehing ngga ga para para peta petani ni bisa bisa memperoleh keuntungan yang besar. Meskipun budidaya budidaya ikan nila sudah berkembang berkembang dan banyak peminatnya, namun dirasakan masih perlu untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan teknologi teknologi akuakultur akuakultur seperti pembenihan pembenihan,, karena karena melalui melalui proses proses pembenihan pembenihan ini diharapkan diharapkan akan memberi memberi dampak dampak positif positif terhadap terhadap produksi produksi ikan nila itu sendiri sendiri baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Untuk mendapatkan hasil produksi ikan ikan yang yang berkua berkualit litas as tentun tentunya ya harus harus memilik memilikii benih benih yang yang berkua berkualit litas as pula, pula, sehingga proses pembenihan yang baik dan benar merupakan kunci utama dari kesuksesan dalam budidaya ikan nila. Senada dengan hal diatas, mahasiswa semester tiga Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor diharapkan memiliki kemampuan dalam bidang bidang akuakultur akuakultur khususnya khususnya pembenihan. pembenihan. Bagi sebagian sebagian besar mahasiswa mahasiswa semester tiga, kegiatan akuakultur merupakan hal baru, dan ilmu yang dimiliki masih sedikit. Sehingga sangat berisiko jika mahasiswa langsung terjun dalam bidan bidang g akuaku akuakultu ltur. r. Hal inilah inilah yang yang melata melatarbel rbelaka akangi ngi pentin pentingny gnyaa dilaku dilakukan kan praktikum pembenihan ikan nila. 1.2 Tuj Tujuan uan Tujua Tujuan n dari dari prakti praktikum kum ini adalah adalah untuk untuk menget mengetahu ahuii dan mengen mengenalk alkan an
penge pengetah tahuan uan dasar dasar kegiat kegiatan an dalam dalam akuaku akuakultu lturr sehing sehingga ga mahasi mahasiswa swa mampu mampu
2
menerapkan prinsip-prinsip dasar akuakultur di lapangan serta memproduksi benih ikan nila ( Oreochromis niloticus ).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila Kottelat et al., 1993 dalam Merantica, 2007 mengungkapakan bahwa ikan
nila termasuk dalam ordo Percomorphi, subordo Percoidea, family Cichlidae dan genus Oreochromis. Ikan ini berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya yang hitam dan agak keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan ada yang kuning. Sisik ikan nila besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepalanya relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar. Dasar sirip punggungnya sejajar dengan sirip dada. Garis tepi pada sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Sirip punggung terdiri dari jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jumlah jari-jari keras berkisar antara 16-18 dan jari-jari lemah berkisar antara 7-12. Jari-jari keras pertama merupakan jari-jari keras terpendek, sedangkan jari-jari keras terakhir merupakan yang terpanjang di antara jari-jari keras sirip punggung lainnya. Jari-jari lemah pertama pada sirip punggung letaknya sejajar dengan permulaan dasar sirip anal. Posisi perut torasik terhadap sirip dada, selalu terdiri dari satu jari-jari keras dan lima jari-jari lemah. Semua jari-jari lemah bercabang. Jari-jari lemah pertama merupakan yang terpanjang, sedangkan jari-jari lemah ke lima terpendek. Sirip dada berbentuk runcing tidak simetris dengan jari-jari lemah ke empat merupakan yang terpanjang dibandingkan jari-jari yang lainnya. Jari-jari keras pada sirip anal berjumlah tiga dan jari-jari lemah berkisar antara 9-11, sedangkan jumlah garis tegak pada sirip ekor berkisar antara 7-12. Rumus umum sirip ikan nila adalah D XVI. 12-13 dan AIII. 9-11. Garis rusuk
ada dua buah yaitu bagian atas agak ke depan dengan sisik berjumlah 22 buah dan pada bagian bawah agak ke belakang berjumlah 15 buah. Menurut Haryadi (1999) dalam Dadang Hasmardi (2003), garis rusuk ada dua buah yaitu bagian atas agak ke depan dengan sisik berjumlah 22 buah dan pada bagian bawah agak ke belakang berjumlah 15 buah. Permulaan garis rusuk bagian atas terletak pada baris sisik ke enam dan berakhir pada baris sisik ke empat dari dorsal badan. Permulaan garis rusuk bagian bawah sejajar dengan jari jari keras ke-16 atau ke-17 serta terletak pada baris sisik ke-8 dari dorsal dan berakhir pada baris sisik ke empat dari dorsal pangkal ekor. Garis rusuk bagian atas dan bawah dipisahkan oleh dua baris sisik. Genus Oreochromis merupakan genus ikan yang beradaptasi tinggi dan mempunyai toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran yang lebar. Genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun karena seringkali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan air tawar dari jenis lain tidak dapat hidup yaitu seperti dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas besar bahkan beberapa spesies dapat bereproduksi di air laut dengan salinitas di bawah 42 ppt, dapat mentolerir suhu, kadar ammonia dan nitrit yang tinggi serta konsentrasi oksigen yang rendah (Chervinski 1982 dalam Linda Mayasari 2005). Fitzsimmons (1997) dalam Linda Mayasari (2005) menyatakan salah satu keuntungan dari ikan nila adalah ikan ini bersifat omnivora, pemakan alga, tumbuhan air, invertebrata kecil, detritus, dan organisme jasad renik lainnya. Menurut Huet (1994) dalam Linda Mayasari (2005), ikan ini juga menyukai tumbuhan air yang lunak sehingga dapat digunakan untuk mengambil gulma air. Ikan nila merupakan ikan benthopelagic dan potadromus yang cocok dipelihara di periaran tenang seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam dan reservoir dengan kedalaman rata-rata sekitar lima meter. Ikan tersebut juga sering ditemukan hidup dan berkembang pesat di perairan payau, misalnya tambak (Trewavas 1983 dalam Sri Lusia Sutanti 2005). Saat ini, ikan nila hampir dapat ditemukan di setiap badan perairan, termasuk parit dan perairan tenang dimana ikan-ikan lainnya hanya sedikit yang biasa hidup di perairan tersebut (Bardach et al. 1972). 2.2 Pembenihan Ikan Nila
2
Ikan nila jantan memiliki perbedaan dengan ikan nila betina, menurut Suyanto (2003) sisik nila jantan lebih besar dari pada sisik nila betina, alat kelamin jantan berupa tonjolan yang disebut papila dengan satu lubang terdapat di belakang anus dan berfungsi sebagai muara urin dan sperma, alat kelamin betina berupa tonjolan di belakang anus; di dalamnya terdapat satu lubang yang berfungsi untuk muara urin dan satu untuk pengeluaran telur, sisik bawah dagu dan perut ikan nila jantan berwarna gelap, dan pada nila betina sisik bawah dagu dan perut berwarna putih atau cerah. Ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina menurut (Suyanto 2003) sebagai berikut: (a) Betina; 1) Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine 2) Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas 3) Warna perut lebih putih 4)Warna dagu putih 5) Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan. (b) Jantan; 1) Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine 2) Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas 3) Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman 4) Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerahmerahan 5) Jika perut distriping mengeluarkan cairan. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu: a) Secara manual (dipilih), b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu, c) Merangsang perubahan seks dengan hormon, d) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara. Dalam satu kolam pemijahan, perbandingan antara ikan nila jantan dengan ikan nila betina yaitu 1:3. Telur yang telah dibuahi akan dierami oleh induk betina dalam mulutnya hingga larva dapat berenang bebas. Menurut Trewavas (1983) dalam Sri Lusia Sutanti (2005), ikan nila yang termasuk ke dalam Famili Cichlidae dapat mencapai panjang maksimal 60 cm dan berat 4.324 gram. Bentuk badannya pipih, relatif tebal dan kekar. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan berwarna hijau sampai hijau kecokelatan dengan diwarnai oleh biru keunguan. Secara morfologi, ikan nila memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal, dan sirip ekor. Pada badan dan seluruh sirip terdapat garis-garis vertical yang berwarna hitam, tetapi pada musim berkembangbiak terutama pada ikan jantan ujung-ujung siripnya berwarna merah.
Dalam proses reproduksi, setiap satu pasang induk ikan nila dapat menghasilkan 600-1000 ekor atau dapat mencapai 1.500 ekor larva tergantung pada ukuran induk. Untuk ikan nila betina yang memiliki berat 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200-1.500 ekor pada setiap kali pemijahan. (Khairuman dan Khairul Amri, 2007). Parameter pembenihan dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu Feeding rate (FR), Fekunditas (F), Fertilization rate (FR), Hatching rate (HR), dan Survival rate (SR) dan Mortaliti rate (MR). Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah, fekunditas demikian fekunditas individu dan fekunditas mutlak (Effendi, 1997 dalam Fajarwati, 2006). Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum dari potensial reproduksi pada ikan secara umum fekunditas meningkat dengan ukuran tubuh betina. Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan (feeding rate) per hari. (Effendi, 2003). 2.3 Kualitas Air Kualitas air media budidaya merupakan salah satu faktor yang berperan
penting bagi timbulnya suatu penyakit pada ikan, karena kualitas air tertentu dapat menyebabkan berkembangnya patogen di dalam perairan tersebut. Beberapa parameter fisika-kimiawi yang berhubungan dengan budidaya ikan nila adalah suhu, pH,oksigen terlarut dan ammonia. Agar pertumbuhan dan perkembangan ikan nila berjalan dengan baik maka parameter kualitas air harus tetap terjaga dalam ambang optimal sehingga serangan penyakit oleh bakteri yang dikhawatirkan akan timbul di dalam perairan dapat dicegah dalam usaha budidaya ikan 2.3.1 Oksigen Terlarut Menurut Lesmana dan Dermawan (2001), oksigen merupakan zat
terpenting dalam kehidupan organisme. Dalam bernapas, organisme memasukkan oksigen dan mengeluarkan asam arang atau karbondioksida. Keberadaan oksigen ada di udara maupun terlarut di dalam air. Di dalam air, oksigen bersumber dari tanaman berwarna hijau seperti lumut dan ganggang. Dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis, tanaman memproduksi oksigen. Untuk itulah pada kolam yang banyak mengandung ganggang (alga) atau lumut berwarna hijau mengandung oksigen terlarut cukup tinggi di saing hari.
2
Oksigen dapat larut ke dalam air melalui proses difusi atau persinggungan dengan udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya oksigen terlarut adalah pergerakan permukaan air, suhu, tekanan udara, salinitas dan tanaman air. Pergerakan air berupa riak air maupun gelombang akan mempercepat difusi udara ke dalam air. Suhu berpengaruh pada kejenuhan (kapasitas air menyerap oksigen), sehingga semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen yang dapat larut. Tekanan udara berhubungan dengan ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, sehingga semakin tinggi suatu daerah maka semakin rendah tekanan udaranya dan semakin rendah pula kadar oksigen terlarut di dalamnya. Semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit oksigen yang dapat larut. Tanaman air, terutama ganggang, tentunya berhubungan dengan proses fotosintesis yang memerlukan sinar matahari. Jadi bila sinar matahari sedikit maka proses fotosintesis terhambat sehingga okesigen terlarut pun sedikit. Bagi ikan, oksigen diperoleh dari air. Jika kadar oksigen terlarut rendah maka kehidupan ikan akan terganggu. Jumlah minimal kebutuhan oksigen terlarut untuk setiap jenis ikan tidak sama. Biasanya ikan yang gesit lebih banyak membutuhkan oksigen dibandingkan ikan yang tenang. Namun sedikitnya air untuk pemeliharaan ikan harus berkadar oksigen 5 mg/l. Bila kurang, ikan bisa stress atau bahkan mati. Kolam yang penuh dengan ganggang justru tidak menguntungkan bagi ikan. Hal ini disebabkan kadar oksigennya bisa lebih dari 20 mg/l. Kadar oksigen yang tinggi dapat menyebabkan ikan terserang penyakit gas buble. Cara mengukur kadar oksigen dalam air dapat menggunakan DO-meter atau oksigen kit sedangkan kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat dinaikkan dengan cara pemberian aerasi yaitu dengan memompakan udara ke dalam air dengan bantuan pompa udara (aerator). Menurut Wardoyo (1991) dalam Shelly Kurniasari (2003), ikan nila dapat bertahan dalam kondisi buruk dan dapat bertahan hidup dalam perairan yang mengandung 0,1 ppm oksigen terlarut. Sedangkan kandungan oksigen terlarut yang baik bagi pertumbuhan ikan umumnya lebih besar dari 5 ppm. 2.3.2 Suhu Menurut Lesmana dan Dermawan (2001), ikan merupakan binatang
berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme yang berlangsung di dalam tubuhnya tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuh
ikan. Suhu rendah akan mengurangi imunitas atau kekebalan tubuh, sedangkan suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya infeksi bakteri. Pengaruh aklimatisasi atau adaptasi dapatditoleransi oleh jenis ikan tertentu. Penurunan atau kenaikan suhu yang berlangsung secara perlahan mungkin tidak terlalu berbahaya bagi ikan. Namun perubahan yang terlalu cepat atau drastic akan membahayakan ikan. Menurut Jangkaru (1991) dalam Shelly Kurniasari (2003), ikan nila dapat tumbuh normal pada kisaran suhu antara 14-380C. Namun suhu optimum untuk tumbuh dan berkembang sekitar antara 25-300C. Kehidupan ikan nila akan terganggu pada suhu lebih kecil dari 140C dan pada suhu di atas 380C sedangkan suhu yang dapat mematikan yaitu apabila kurang dari 60C dan di atas 420C. 2.3.3 pH
Menurut Lesmana dan Dermawan (2001), hubungan derajat keasaman (pH) dengan kehidupan ikan sangat erat. Titik kematian ikan biasanya terjadi pada pH 4 (asam) dan pH 11 (basa). Sementara reproduksi atau perkembangbiakan ikan biasanya akan baik pada pH 6,5 walaupun masih tergantung pada jenisnya. Menurut Boyd (1982) dalam Shelly Kurniasari (2003), ikan nila dapat mentolerir pH pada kisaran 5-11. Sedangkan pH normal berkisar antara 6,5-8,0. Menurut Lesmana dan Dermawan (2001), adanya penyakit ikan pun berhubungan dengan naik turunnya nilai pH. Biasanya bakteri akan tumbuh baik pada pH basa, sementara jamur tumbuh baik pada pH asam. Nilai pH air pada siang hari berbeda dengan malam hari. Pada pagi hari pH air akan turun sedangkan pada sore hari akan naik. Hal ini disebabkan gas karbondioksida banyak diproduksi pada malam hari. Banyaknya produksi gas karbondioksida pada malam hari disebabkan karena pada malam hari tidak ada sinar matahari. Karbondioksida sangat berpengaruh pada penurunan nilai pH atau lebih asam. 2.3.4 Ammonia Menurut Lesmana dan Dermawan (2001), ammonia merupakan gas
buangan terlarut hasil metabolisme ikan oleh perombakan protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun sisa pakan. Sisa pakan biasanya akan membusuk sehingga kadar ammonia meningkat. Secara kimia,ammonia terdiri dari dua bentuk yaitu unionized ammonia (UIA)/NH3 dan ionized ammonia (IA)/NH4+. Bila kadar UIA dalam air tinggi
2
maka ikan dapat mabuk atau keracunan. Sebaliknya IA kurang kuat daya racunnya. Kadar ammonia yang baik untuk kehidupan ikan dan organisme lainnya adalah kurang dari 1 ppm (Pescod, 1973 dalam Cucu Nuraeni, 2004). Batas konsentrasi NH3 merupakan racun bagi ikan, sedangkan NH3-N tidak bersifat racun kecuali jika konsentrasinya tinggi (Arie, 2000 dalam Cucu Nuraeni, 2004). 2.4 Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor biologis yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ikan. Ikan membutuhkan pakan yang cukup, lengkap, dan seimbang kandungan nutriennya seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan, reproduksi serta untuk mempertahankan fungsi fisiologis yang normal (Lovell, 1989 dalam Fadly Kusuma Siswanto, 2004). Furuichi dan Yone (1988) dalam Fadly Kusuma Siswanto (2004) menyatakan bahwa formulasi pakan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ikan sangat penting untuk keberhasilan budidaya. Jika ada pakan yang tidak layak (kurang baik kualitasnya) dikonsumsi oleh ikan, maka ikan tidak tumbuh dan dapat menyebabkan terjadinya kematian (Cho et al., 1984 dalam Fadly Kusuma Siswanto, 2004). Ikan nila akan memperlihatkan pertumbuhannya yang baik apabila diberi pakan dengan formulasi yang seimbang, di mana di dalamnya terkandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan serat (Fitzsimmons, 1997 dalam Fadly Kusuma Siswanto, 2004). Protein diperlukan untuk struktur dan fungsi bagi kehidupan semua organisme termasuk ikan nila. Karbihdrat sebagai sumber energi bagi ikan (Furuichi, 1988 dalam Cucu Nuraeni, 2004). Mineral diperlukan oleh ikan dalam jumlah yang relatif sedikit, akan tetapi penting untuk memeprtahankan kondisi tubuh normal dan juga diperlukan untuk pembentukan kerangka tulang. Vitamin merupakan senyawa organic yang sangat komplek, dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil untuk pertumbuhan dan metabolisme pada umumnya. Lemak berfungsi sebagai sumber energi bagi ikan, struktur sel dan mempertahankan integritas pada biomembran (Watanabe, 1988 dalam Cucu Nuraeni, 2004).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum dasar-dasar akuakultur ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1
Oktober 2009 yaitu persiapan wadah dan 8 Oktober 2009 yaitu penebaran induk sampai bulan Desember 2009 yang berlokasi di Kolam Praktek Lapang Departemen Budidaya Perairan dan Laboratorium Kaca Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aerator, saringan,
centong, ember, baskom, penggaris, timbangan, selang, akuarium, kolam. Bahan yang digunakan ialah 12 ekor indukan jantan dan betina ikan nila dengan perbandingan 1:3, pellet komersil dengan protein 30%. 3.3. Prosedur Kerja Kegiatan yang dilakukan dalam praktek pembenihan ikan nila ini meliputi
persiapan
wadah, penebaran
induk, pemberian
pakan, pengelolaan
air,
pemantauan (sampling) dan pemanenan larva. 3.3.1 Persiapan Wadah Wadah pemeliharaan induk dapat juga digunakan sebagai tempat
pematangan gonad dan pemijahan. Pada praktikum ini wadah yang akan digunakan berupa bak beton berukuran 3 m x 2 m x 1 m. Sebelum digunakan, bak induk perlu disiapkan terlebih dahulu. Proses penyiapan meliputi pengeringan, pembersihan dan eradikasi, perbaikan (wadah produksi, inlet dan outlet, instalasi air, instalasi udara, instalasi listrik, serta saluran pembuangan), dan pengisian air. Penyiapan wadah pemeliharaan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi induk serta menghilangkan atau mengurangi potensi serangan hama atau penyakit. Wadah pemeliharaan disiapkan 2-3 hari sebelum induk ditebar. Pengeringan bak dilakukan dengan cara membuang seluruh air yang ada di bak dengan membuka outlet (saluran air keluar) dan kemudian menjemurnya di bawah terik matahari. Pada tahap ini juga dilakukan perbaikan terhadap kebocoran bak serta merapikan instalasi udara (aerasi). Pembersihan bak dilakukan dengan cara mencuci bak menggunakan sikat lantai dan membilasnya dengan air hingga bersih. Pengisian air dilakukan dengan cara memompa air dari bak penampungan air ke bak pemeliharaan sampai mencapai ketinggian sekitar 25 cm. Selanjutnya sambil disaring untuk menghindari masuknya hama, air hijau dipompa dari kolam pemeliharaan ikan lele ke dalam bak pemeliharaan induk ikan nila hingga ketinggian air mencapai 50 cm.
1
3.3.2 Pemilihan Induk Induk ikan nila yang akan ditebar diseleksi terlebih dahulu morfologi dan
kelaminnya. Induk betina umumnya memiliki perut yang lebih besar dan lubang urogenital ada tiga, yaitu lubang anus (paling depan), lubang telur, dan lubang urin. Sedangkan induk jantan lebih ramping dan lubang urogenital ada dua yaitu lubang anus dan lubang sperma sekaligus lubang urin yang berbentuk meruncing. Setelah diseleksi, berat induk ditimbang untuk menentukan banyaknya pakan yang harus diberikan setiap hari. Sebanyak sepuluh pasang induk ikan nila jantan dan betina ditebar ke setiap wadah pemeliharaan induk untuk setiap kelompok praktikan. 3.3.3 Penebaran Sebelum melakukan penebaran induk harus dilakukan diaklimatisasi agar
induk dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan barunya. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan kantung-kantung plastik berisi induk ke dalam air dalam bak pemeliharaan. Hal ini dilakukan untuk menyamakan suhu di dalam dengan di luar kantung sehingga induk tidak mengalami perubahan suhu mendadak yang dapat mengakibatkan stres. 3.3.4 Pemeliharaan Induk Calon induk selama pemeliharaan diberi pakan yang bermutu tinggi
dengan jumlah yang cukup agar sehat dan dapat meghasilkan kualitas telur yang baik. Calon induk setelah diistirahatkan beberapa saat kemudian didesinfeksi agar bebas dari jasad penyakit. 3.3.5 Pemanenan Larva Teknik pemijahan yang akan dilakukan adalah secara alami dan massal.
Induk jantan yang siap memijah akan membuat daerah territorial, ikan jantan lain yang mendekat akan diusir. Bila ada induk betina yang matang gonad dan siap memijah, akan mendekati ikan jantan tersebut dan memijah. Telur akan dikeluarkan oleh induk betina secara bertahap dan akan dibuahi oleh jantan. Selanjutnya telur-telur tersebut diambil oleh induk betina menggunakan mulut untuk dierami. pemantauan induk yang telah memijah dilakukan setiap hari. Biasanya induk ikan nila akan memijah 12-14 hari setelah dicampur. Proses pemijahan sendiri dapat berlangsung beberapa periode tergantung pada kesiapan induk yang digunakan. Bila induk matang serntak, maka kemungkinan besar mereka akan memijah dalam hari yang sama atau dalam selang beberapa hari. Induk yang telah
memijah dapat mengalami recovery , dapat memijah kembali sekitar dua minggu kemudian. Pada pagi hari biasanya larva akan berada di permukaan air. Karena itu sebaiknya pemantauan induk yang telah memijah dan sedang mengasuh larva dilakukan pada pagi hari. Jumlah induk yang memijah dicatat. Jumlah induk yang telah memijah dapat diketahui dengan cara mengamati banyaknya kelompok larva dalam bak. Pengambilan larva dilakukan secara langsung dengan menggunakan serokan dan ditampung dalam jolang (baskom plastik) yang telah diberi air secukupnya. Kemudian larva-larva tersebut dipindahkan ke bak penampungan larva setelah dihitung jumlahnya. Perhitungan larva dilakukan satu per satu menggunakan sendok. Bak penampungan larva telah dipersiapkan bersamaan dengan waktu persiapan bak pemeliharaan induk, sehingga kualitas airnya sudah bagus dan siap digunakan untuk ditebari larva. Aklimatisasi larva hanya dilakukan sebentar karena kondisi air pemeliharaan atau pemijahan induk tempat l;arva dipanen relatif sama dengan bak penampungan larva. Aklimatisasi tersebut dilakukan dengan memasukkan air bak penampungan sedikit demi sdikit ke dalam baskom berisi larva, kemudian baskom dimiringkan ke bak penampungan dan larva dibiarkan keluar sendiri kebak penampungan. Dalam kegiatan praktikum ini tidak akan dilanutkan ke pemeliharaan atau pendederan larva. 3.3.6 Penanganan Kualitas Air Penanganan kualitas air dilakukan dengan cara memberikan aerasi agar
air mengandung banyak oksigen dan sirkulasi air baik. Tingkat kandungan oksigen terlarut dalam air sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.Kandungan oksigen terlarut dalam perairan bertanda sebagai limitting faktor (Kuncoro 2004). Selain itu oksigen terlarut sangat esensial bagi ikan untuk bernapas dan merupakan komponen utama dalam metabolisme. 3.4 Analisa Data 3.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Tingkat kelangsungan hidup diperoleh dari jumlah benih pada saat
penebaran di bagi dengan jumlah benih pada saat pemanenan di kali seratus persen. Sehinga tingkat kelangsungan larva dalam bentuk persentase. 3.4.2 FR Koreksi
2
Perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging ikan yang dihasilkan (biomass ikan) untuk mengetahui efektivitas & efisiensi pemberian pakan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan selama praktikum pembenihan ikan nila di
peroleh data dari masing-masing departemen yaitu sebagai berikut. Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan nila setiap departemen DEPARTEMEN BDP MSP THP PSP ITK
No (ekor) 16044 634 369 1103 1967
Nt (ekor) 1398 588 333 928 1802
SR (%) 87.157 92.744 90.244 84.344 91.612
Gambar 1. Grafik tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Tingkat kelangsungan paling tinggi dapat dilihat di gambar yaitu di departemen MSP karena tingkat padat penebaran dengan larva yang mati tidak terlalu mempunyai perbedaan yang signifikan. Tabel 2. Koreksi FR induk ikan nila Keterangan Pakan yang disipakan Pakan actual( pakan yang disiapkan-
Jumlah pakan (gram) 2310
Koreksi fr 0.17%
955 pakan sisa) Biomassa akhir induk 7320 Nilai FR koreksi masing-masing departemen dapat dilihat pada grafik 2.
Grafik 1 Grafik FR Koreksi masing-masing Departemen
Dilihat dari grafik, diketahui bahwa departemen yang memiliki data FR paling kecil adalah MSP. Hal ini disebabkan oleh benih yang ditebar juga sedikit. Semakin sedikit benih yang ditebar, maka FR yang dibutuhkan juga kecil. FR ini sebagai pembanding agar pemberian pakan ikan menjadi optimal.
4.2 Pembahasan
Kita ketahui bahwa kekuatan ikan nila bertahan hidup di suatu lingkungan tempat tinggal ikan sampai akhir pemeliharaan disebut Tingkat kelangsungan hidup atau (SR). Untuk mendapatkan nilai SR yang tinggi diperlukan pemeliharaan yang baik, pemantauan (sampling) yang rutin, dan pengukuran suhu dan pH yang teratur. Sehingga kita bisa tahu jumlah pakan yang sesuai dan mendapatkan lingkungan yang optimal untuk ikan. Oleh karena itu harus menjadi perhatian khusus pratikan agar ikan nila (indukan) maupun larva bisa bertahan hidup. Pentingnya SR dalam pembenihan adalah untuk mengetahui seberapa besar kekuatan larva dalam proses pertumbuhan dan perkembangan larva.
1
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum kali ini dapat dikatakan berhasil karena mahasiswa sudah bisa menerapkan prinsip-prinsip akuakultur dalam usaha pembenihan ikan nila. Hal ini bisa dibuktikan dengan tingginya angka Survifal Rate (SR). 5.2 Saran
Kerjasama antara praktikan, asisten, dan teknisi sangat dibutuhkan demi kelancaran kegiatan pembenihan ini. Selain kerjasama, komunikasi pun perlu ditingkatkan untuk penyampain suatu hasil
yang diperoleh
setiap kali
pengambilan data. Suatu contoh dalam pemberian pakan, kejasama dan komunikasi sangat diperlukan, yakni dalam menentukan waktu pemberian pakan, dan penyampaian hasil kepada praktikan lain apabila salah satu praktikan menemukan ikan yang mati, agar pakan yang diberikan selanjutnya dapat dikurangi dari jumlah pakan yang sebelumnya guna mengantisipasi kelebihan pemberian pakan yang akan mengakibatkan kematian pada ikan. Dalam kegiatan penebaran, kehati-hatian dalam proses aklimatisasi sangat dibutuhkan agar ikan yang baru ditebar bisa menyesuaikan dengan suhu dalam akuarium dan bak semen.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul dan Khairuman. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif . Jakarta: Agro Media Pustaka. Anonin. 2007. Departemen Kelautan dan Perikanan. www.dkp.go.id [20 Oktober 2007]. Anonim.
2010.
Budidaya
ikan
nila(terhubung
berkala).
http://www.docstoc.com/docs/20430125/PENGEMBANGAN-BUDI DAYA-IKAN. (15 November 2010). Anonim.
2010.
Biologi
ikan
nila(terhubung
berkala).
http://www.findtoyou.com/ebook/aspek+biologi+ikan+nila.html.
(15
November 2010).brahim, Zikrillah. 1995. Pengaruh Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus ) Pada Media Budidaya Dengan Pemberian Zeolit 12 ppm. Skripsi. BDP. Institut Pertanian Bogor. Jangkaru, Zulkifli. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan . Jakarta: Penebar Swadaya. Kuncoro Eko Budi. 2004. Akuarium laut . Yogyakarta: Penerbit Kanisius Merantica, Wina. 2007. Pemanfaatan Meat and Bond Meal (MBM) Sebagai PengGanti Tepung Ikan Pada Pakan Ikan Nila Oreochromis Niloticus. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Institut Perta nian Bogor, Bogor. Sugiarti. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila . Jakarta : CV Simpleks. Suryanto Asus Maijar, Setyono Budi. 2007. The effect of different tilapia ( Oreoch
romis sp.) larvae age into male forming successiveness with methyltestosteron. Jurnal nutrient: 15. Suyanto, Rachmatun. 2003. Nila . Jakarta: Penebar Swadaya. Bardach JE, John H Ryther, William O McLarney.1972. Aquaculture: The Farmi-
ng and Husbandary of Fresh Water and Marine Organism . New York: John Wiley and Son.
LAMPIRAN 1
DATA PEMBERIAN PAKAN NILA
NO
HARI/TANGGAL
NAMA
JUMLAH SISA PAKAN
PAGI
SORE
DANU DISKIBIONI 1
JUMAT, 1 OKTOBER 2010
90 NURMAR A SIREGAR 70 NOVITA MZ
2
SABTU, 2 OKTOBER 2010
100 GILANG R AIDA 80 RODEARNI S
3
MINGGU, 3 OKTOBER 2010
100 DUDI M WILDAN 80 VISKA DONITA PRAHADINA
4
SENIN, 4 OKTOBER 2010
80 RR NIKEN AMBARSARI 30 MEILITA SYARIFAH
5
SELASA, 5 OTOBER 2010
100 GINNAMARIA AZHARI SATYA 90
6
RABU, 6 OKTOBER 2010
PANJI ARFIANTO
70
YOLANDA A RIZKI 40 AI NURAENI 7
KAMIS, 7 OKTOBER 2010
90 ALIN PUSPITA SARI 80 ALLSAY KITSHAS A C
8
JUMAT, 8 OKTOBER 2010
90 ARINTA DWI HAPSARI 70 TAMIMI PUTRI R
9
SABTU, 9 OKTOBER 2010
80 ACHMAD SYARIFUDDIN 60 MADE AYU PRATIWI
10
MINGGU, 10 OKTOBER 2010
80 AJENG KUSUMA PUTRI 25 KUN DURGA JANTI
11
SENIN, 11 OKTOBER 2010
100 DEASY SHABILA 90 KUSNANTO
12
SELASA, 12 OKTOBER 2010
50 SANTIKA RATNASARI 40 FAUZIA ANUGRAHILLAH W
13
RABU,13 OKTOBER 2010
30 PIEPIEL SARIEL SATYA 20
1
TYAS DITA PRAMESTY 14
KAMIS, 14 OKTOBER 2010
90 NURUL IZZATI 50 DEWI A K
15
JUMAT, 15 OKTBER 2010
100 RIO DWI BIANTARA 90 YUCHA FITRIANA
16
SABTU, 16 OKTOBER 2010
100 DEDE RAHMAT 90 MIFTAH ISNAINI
17
MINGGU, 17 OKTOBER 2010
90 ATIM AW 20 FAJAR SIDIK
18
SENIN, 18 OTOBER 2010 100 RATIH PURNAMSARI 90 SRI RATNA NINGSIH
19
SELASA, 19 OKTOBER 2010
100 SELVIA OKTAVIYANA 90 YULIA SARTIKA DEWI
20
RABU, 20 ONTOBER 2010
100 NURSI HAERUNNISA 80
21
KAMIS, 21 OKTOBER 2010
IQRA PUTRA SANUR
100
CUTRA SAMIL 70
Keterangan Pakan yang disipakan Pakan actual( pakan yang disiapkan-pakan sisa) Biomassa akhir induk
Jumlah pakan (gram) 2310
Koreksi fr 0.17%
955 7320
CONTOH PERHITUNGAN Biomassa awal induk 5505 gram dengan FR 2%,berapa jumlah pakan yang harus diberikan setiap hari? Diketahui; biomassa: 5505 gram FR: 2% Ditanyakan: berapa jumlah pakan yang harus diberikan setiap hari? Jawaban:
FR
= Biomassa x FR = 5505 x 2% = 110 gram
Jadi, jumlah pakan yang dibutuhkan untuk satu hari adalah 110 gram, 55 gram untuk pagi dan 55 gram untuk sore.
Data jumlah larva nila selama pemeliharaan DEPARTEMEN BDP MSP THP PSP ITK
No (ekor) 1604 634 369 1103 1967
Nt (ekor) 1398 588 333 928 1802
SR (%) 87.157 92.744 90.244 84.344 91.612
CONTO PERHITUNGAN SR Dalam suatu pemeliharaan benih nila, jumlah awal tebar benih nila adalah 634 ekor namun ketika dipanen jumlah nya menjadi 588 ekor, berapa SR nya? Diketahui:
No= 634 ekor
1
Nt= 588 ekor Ditanyakan: Berapa SR yang di peroleh? Jawaban:
SR= NTNo = 588634 = 92.74%
Data jumlah larva nila selama pemeliharaan Panen benih awal
: 634
Ikan yang mati Jumlah ikan yang di panen
: 46 : 588
Gambar 1. Pembersihan bak
Gambar 3. Penghitungan saat pemanenan
Gambar 2. Penghitungan saat pemindahan larva ke akuarium pembesaran