VII. HASIL
1. Uji pH Replikasi
pH
1
6
2
6
3
6
2. Kejernihan Larutan ringer laktat jernih
3. Partikel asing Terdapat partikel melayang pada larutan ringer laktat yang dibuat
4. Kebocoran Kemasan tidak bocor
5. Keseragaman volume Volume larutan ringer laktat sebelum disterilisasi adalah 100 ml Volume larutan ringer laktat setelah distandarisasi adalah 59 ml
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk membuat infuse ringer laktat. Sediaan tersebut merupakan sediaan parenteral volume besar, yaitu infus ringer. Infus Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relative sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6% ketika terjadi gangguan homeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit. Adapun keuntungan yang diperoleh dari pembuatan sediaan parenteral adalah: a. Aksi obat lebih cepat b. Cocok untuk obat inaktif jika diberikan sacara oral c. Baik untuk obat yang mengiritasi bila diberikan secara oral Sedangkan kerugian sediaan parenteral yaitu: a. Tidak praktis b. Butuh alat khusus c. Sakit d. Resiko, obat yang sudah masuk tidak dapat dicegah kembali e. Butuh tenaga medis
Keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Sedangkan kelemahan Ringer laktat
adalah ringer laktat kurang disukai karena menyebabkan
hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob. Alasan dibuat sediaan infuse ringer laktat adalah supaya zat obat dapat berefek cepat dan mampu mengembalikan cairan tubuh &elektrolit dengan segera. Secara klinis fungsi larutan elektrolit adalah untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada dua jenis kondisi plasma darah yang menyimpang yaitu: 1. Asidosis merupakan kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih
2. Alkalosis merupakan kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium,dan kalsium dalam jumlah berlebih Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Bahan-bahan yang digunakan dalam sediaan infus ringer ini antara lain, Natrium Klorida, Kalium Klorida dan Kalsium Klorida. Ion natrium (Na +) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan
NaCl, dimana larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel. Untuk menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air. Ion kalsium (Ca 2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl 2 yang lebih mudah larut dalam air. Pada sediaan Infus, tidak perlu pengawet karena volume sediaan besar. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat memberikan efek toksik yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Sediaan infus diberikan secara intravena untuk segera dapat memberikan efek. Pelarut yang digunakan adalah Air Pro Injection (API). Aqua pro injeksi merupakan air yang dijernihkan dengan cara destilasi atau revense osmotic. API tidak mengandung pirogen (penyebab demam). Pada praktikum ini, Air Pro Injection (API) dibuat dengan cara mendidihkan aquadest selama 15 menit kemudian ditambah H 2O2 dan didinginkan. Penambahan H2O2 ini bertujuan untuk menghilangkan CO 2 yang ada dalam aquadest karena apabila ada CO2 dalam aquadest maka CO 2 tersebut dapat bereaksi dengan Na+ dari NaCl membentuk endapan Na 2CO3 menurut reaksi berikut: 2Na+ + CO2 ↓ Na2CO3 Selain itu, hemoglobin dapat mengikat CO 2 sehingga CO2 harus dihilangkan. Bahan aktif yang digunakan dilarutkan satu persatu menggunakan API lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan dituang ke gelas ukur 100 ml lalu ditambah akuades lagi hingga tanda, lalu dituang ke beaker glass lagi untuk kemudian ditambahkan carbo adsorben yang telah diaktifkan dengan cara dipanaskan diatas water bath. Lalu disaring dan ditempatkan pada kemasan. Carbo adsorben diaktifkan agar kerjanya dalam menyerap partikel-partikel kasar (menjernihkan) dan pirogen dapat berlangsung secara maksimal. Tujuan penambahan carbo adsorben aktif ini adalah untuk menyerap partikel kasar yang terdapat pada la rutan. dan menjerap
pirogen, endotoksin sehingga larutan menjadi jernih. Obat-obat injeksi dan infuse disaring dahulu sebelum diisikan, untuk menghilangkan komponen tak larut dan ser at-serat. Infuse harus bebas pirogen karena pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. Dalam praktikum ini, larutan ditambahkan karbon aktif sebanyak 0,1% (0,1 gram dalam 100 ml) untuk menghilangkan pirogen tersebut, penambahan karbon aktif pada saat volume infus sudah tepat 100 ml agar tidak mempengaruhi volume infus tersebut. Mekanisme kerja dari karbon aktif ini adalah pirogen akan terserap pada karboadsorben. Namun carbo adsorben memiliki kekurangan yaitu tidak bisa menghentikan pertumbuhan mikroba. Menurut literature, pH sediaan infus ringer laktat yaitu pada rentang pH 4,5 sampai 7,0. Sedangkan sediaan yang kami buat memiliki pH 6 sehingga dapat dikatakan sediaan infus yang kami buat memenuhi persayaratan pH sediaan. Tujuan utama pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut mempunyai aktivitas dan potensi. Selain itu, untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan pH yang terlalu rendah menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan. Bahan pembuat wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar, jadi harus diusahakan kemasan tidak mempengaruhi kestabilan obat untuk sediaan parenteral volume besar. Botol infuse ditutup dengan karet penutup dan tidak boleh ada kebocoran karena dapat menyebabkan dosis berkurang dan partikel asing masuk kedalam kemasan. Untuk itu dilakukan uji kebocoran dengan cara menyelimuti seluruh bagian kemasan dengan tisu dan sebelumnya memastikan bahwa tangan saat melakukan uji tidak basah karena dapat mempengaruhi hasil uji. Dari uji yang dilakukan diperoleh hasil kemasan infuse ringer laktat tidak bocor. Infuse juga harus bebas dari partikel asing dan jernih. Untuk itu dilakukan uji kejernihan dan uji partikel asing. Kedua uji ini dilakukan dengan menerawang sediaan yang dalam kemasan dibawah lampu neon dan mengamati apakah ada partikel asing atau tidak. Didapatkan hasil uji yaitu dalam sediaan terdapat partikel asing yang ditandai dengan adanya partikel-partikel kecil yang melayang. Hal ini dimungkinkan karena wadah yang kurang bersih. Sedangkan untuk kejernihan, hasil yang didapatkan yaitu infuse ringer laktat jernih. Hal ini ditandai dengan tidak adanya warna pada sediaan.
Pembuatan sediaan infus ini harus steril dan bebas pirogen. Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas dan uap tinggi.Pada prinsipnya, sterilisasi dengan autoklaf ini didasarkan pada pemaparan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi laten uap yang berakibat pada proses pembunuhan mikroorganisme secara irreversibel akibat denaturasi dan koagulasi protein. Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dianggap sebagai metode yang paling efektif karena metode ini bersifat nontoksik, mudah diperoleh dan relatif mudah dikontrol. Penggunaan tenaga uap dalam metode sterilisasi ini juga menambah keefektifan dari metode ini, dimana uap merupakan suatu pembawa energi yang paling efektif karena semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi. Uji keseragaman volume dilakukan dengan mencatat volume sediaan sebelum disterilisasi dan setelah disterilisasi. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui volume sediaan perkemasan setelah disterilisasi. Baiknya, volume sediaan setelah disterilisasi tidak mengalami penyusutan. Namun, pada praktikum ini volume sediaan setelah disterilisasi mengalami penyusutan dari 100 ml menjadi 59 ml. Larutan ringer laktat yang dibuat sudah isotonis yaitu tekanan osmotic larutan mendekati tekanan osmotic cairan tubuh. Jika hanya sejumlah kecil cairan diinjeksikan kedalam vena, tidak dikhawatirkan akan munculnya rasa nyeri atau rangsangan, juga jika larutan tidak isotonis, oleh karena darah akan segea mengencerkan secara cepat. Pada pemakaian beberapa milliliter larutan-larutan yang tidak isotonis, dan yang lebih jelas lagi pada saat pemakaiaannya dalam bentuk larutan infuse, harus diperhitungkan dengan terjadinya kerusakan eritrosit. Jika larutan hipotonis( rendahnya penurunan titik beku, tekanan osmotiknya lebih rendah dari pada darah) diinjeksikan kedalam aliran darah, maka air akan melintasi membrane semipermeabel dari eritrosit. Akibatnya akan terjadi peningkatan volume dari bodi darah, yang berkaitan dengan peningkatan tekanan dibagian dalam sampai akhirnya mereka pecah, maka terjadilah hemolisis. Artinya bahan pewarna darah merah masuk kedalam cairan disekitarnya. Jika yang digunakan adalah larutan isotonis, maka tidak akan terjadi pertukaran cairan melalui membrane. Sehingga penggunaan secara intravena tidak menyebabkan perubahan bentuk dari eritrosit. Isotonis atau tidaknya infuse ringer laktat dihitung berdasarkan rumus dibawah ini:
Larutan akan isotonis jika hasilnya sama dengan 0,28. Pada praktikum ini NaCl yang ditambahkan dinaikkan menjadi 0,82 gram dari 0,6 gram. Hal ini dilakukan karena jika dibuat infuse ringer laktat sesuai formula, didapatkan infuse ringer la ktat yang hipotonis (<0,28).
IX. KESIMPULAN
1. Sediaan infuse ringer laktat yang dibuat sudah isotonis 2. Sediaan infuse ringer laktat yang dibuat memiliki pH 6 3. Sediaan infuse ringer laktat yang dibuat, jernih 4. Pada sediaan infuse ringer laktat yang dibuat terdapat partikel a sing 5. Terjadi penyusutan volume pada sediaan infuse ringer laktat dari 100 ml menjadi 59 ml 6. Tidak terjadi kebocoran pada sediaan infuse ringer laktat