Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
MATERI
PAGT :
INTERVENSI GIZI
115
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
I.
DESKRIPSI SINGKAT Intervensi Gizi adalah langkah ketiga dari asuhan gizi terstandar. Intervensi gizi terdiri dari 2 komponen yaitu perencanaan dan implementasi. implementas i. Perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah berdasarkan diagnosis gizi yang sudah ditetapkan terkait dengan dengan diagnosis diagnosis gizi. Perencanaan Perencanaan Gizi disesuaikan disesuaikan dengan kondisi pasien/klien, standar pelayanan asuhan gizi, serta disesuaikan dengan tujuan dan strategi intervensi gizi. Intervensi gizi diberikan setelah Diagnosa Gizi ditentukan agar permasalahan gizi (Problem dalam Diagnosa Gizi) dapat diatasi.
II. II.
TUJU TUJUA AN PEM PEMBE BELA LAJA JARA RAN N A. Tujuan Pembelajaran Umum Umum Pada akhir sesi ini, peserta mampu melakukan intervensi gizi yang terindentifikasi melalui perencanaan dan penerapannya penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien/klien. B.
Tujuan Pembelajaran Pembelajaran Khusus Setelah menyelesaikan sesi ini peserta mampu untuk: pengertian, tujuan tujuan dan fungsi intervensi intervensi gizi 1. Menjelaskan pengertian, 2. Menjelaskan hubungan Intervensi dengan diagnosis 3. Menjelaskan komponen – komponen intervensi gizi 4. Menjelaskan pengelompokan dan terminologi intervensi gizi 5. Menjelaskan domain pemberian makan 6. Menjelaskan domain edukasi dan konseling gizi 7. Menjelaskan domain koordinasi pelayanan gizi 8. Menjelaskan cara pendokumentasian intervensi gizi 9. Melakukan intervensi gizi
III. POKOK BAHASA BAHASAN N DAN DAN SUB SUB POKOK BAHASAN BAHASAN A. Pengertian dan Tujuan Intervensi Gizi Gizi B. Hubungan Intervensi Intervens i Dengan Diagnosis Gizi C. Komponen Intervensi Gizi D. Pengelompokan Pengelompokan Domain dan Terminologi Terminologi Intervensi Intervensi Gizi E. Domain Pemberian Makanan F. Domain Edukasi dan Konseling Gizi G. Domain Koordinasi Asuhan Gizi H. Penerapan Intervensi Gizi IV. IV. BAHA BAHAN N BELA BELAJA JAR R 1. Modul 2. Mater Materii Power Power Point Point 3. Prakte Praktek k Kasus Kasus
116
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
V.
METODE PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN Ceramah, tanya jawab, curah pendapat, penugasan, studi kasus, diskusi kelompok, praktik, dan bermain peran.
VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN Dalam sesi ini peserta akan mempelajari 7 (tujuh) pokok bahasan dengan masing – masing sub pokok bahasan. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode ceramah tanya jawab (CTJ) dan diskusi serta praktek dalam kelas. Waktu yang di alokasikan untuk kegiatan tersebut adalah 7 jam pelajaran @ 45 menit (305 menit), terdiri dari 3 jam teori dan 4 jam praktek. Berikut merupakan langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran : Langkah 1 : Pengkondisian Peserta Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan menyimpulka n hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan pertanyaan kepada fasilitator fasilitator sesuai dengan kesempatan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang diajukan diajukan fasilitator Langkah 2 : Pengertian Pengertian dan Tujuan Tujuan Intervensi Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan menyimpulk an hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan pertanyaan kepada fasilitator fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang diajukan diajukan fasilitator Langkah 3 : Hubungan Intervensi Dengan Diagnosis Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan menyimpulk an hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan pertanyaan kepada fasilitator fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang diajukan diajukan fasilitator Langkah 4 : Komponen Intervensi Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan menyimpulk an hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan pertanyaan kepada fasilitator fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang diajukan diajukan fasilitator
117
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Langkah 5 : Pengelompokan Domain dan Terminologi Intervensi Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator Langkah 6 : Pembahasan Domain Pemberian Makanan Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
Langkah 7 : Pembahasan Domain Edukasi Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 2. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator Langkah 8 : Pembahasan Domain Konseling Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator Langkah 9. Pembahasan Domain Koordinasi Asuhan Gizi Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator Sesi 10 : Penerapan Intervensi Gizi 1. Kegiatan Peserta :
118
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Peserta mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan, membaca kasus yang telah disiapkan pada modul, mengerjakan kasus yang telah disediakan sesuai dengan instruksi fasilitator, mengemukakan pertanyaan kepada fasilitator dan mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal – hal yang belum jelas dan perlu diklarifikasi. Sesi 11 : Penutup, Umpan Balik dan Rangkuman Langkah proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Kegiatan Peserta : Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator VII. URAIAN MATERI Pokok Bahasan 1 : Pengertian dan Tujuan Intervensi Gizi 1. Pengertian Intervensi Gizi adalah langkah ketiga dari asuhan gizi terstandar. Intervensi Gizi merupakan suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk memperbaiki status gizi dan kesehatan, merubah perilaku gizi dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi masalah gizi pasien/klien. Intervensi gizi terdiri dari 2 komponen yaitu perencanaan dan implementasi. Perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah berdasarkan diagnosis gizi yang sudah ditetapkan. Perencanaan Gizi disesuaikan dengan kondisi pasien/klien, standar pelayanan asuhan gizi, serta disesuaikan dengan tujuan dan strategi intervensi gizi. Intervensi gizi diberikan setelah Diagnosa Gizi ditentukan agar permasalahan gizi (Problem dalam Diagnosa Gizi) dapat diatasi. Intervensi gizi terdiri dari 4 (empat) domain yang terdiri dari : Pemberian makanan/zat gizi, edukasi gizi, konseling dan kordinasi asuhan gizi. Masingmasing domain intervensi gizi terdiri dari beberapa klas. Untuk menetapkan domain intervensi gizi (4 domain) yang berkaitan dengan diagnosis gizi ada dalam daftar Terminologi Intervensi Gizi. 2. Tujuan Untuk mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi dalam diagnosa gizi dalam bentuk perencanaan dan penerapannya berkaitan dengan status kesehatan individu/pasien/klien, perilaku dan kondisi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. 3. Fungsi Untuk standarisasi pelayanan asuhan gizi sesuai dengan masalah gizi pasien/pasien/klien yang spesifik dengan pendekatan individu. Pokok Bahasan 2 : Hubungan Intervensi Dengan Diagnosis Gizi Hubungan antara diagnosis gizi dan diagnosis digambarkan pada skema di bawah ini :
119
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Gambar. Hubungan Intervensi Gizi dengan Diagnosis Gizi
Re Re –- Assessment Assessment Gizi Assessment Gizi
Diagnosis Gizi
Intervensi Gizi
Problem (What )
Etiologi (Why )
Monitoring dan EvaluasiGizi
Tanda dan Gejala (Why )
Etiologi sebagai penentu dalam menetapkan intervensi Bila etiologi teratasi, diharapkan Problem terpecahkan Sumber : Asosiasi Dietisien Indonesia DPD Jawa Barat 2011
Gambar di atas menunjukkan bahwa Intervensi Gizi pada prinsipnya adalah untuk mengatasi/menghilangkan etiologi seperti yang dicontohkan di bawah ini : Contoh : DIAGNOSIS GIZI P Kelebihan asupan karbohidrat
INTERVENSI Menurunkan asupan karbohidrat 10 % dari hasil kajian asupan
E
Kurang pengetahuan mengenai asupan karbohidrat yang sesuai
Edukasi gizi tentang jumlah, jenis dan waktu makan makanan sumber karbohidrat
S
Hiperglikemia (GDP 200 mg/dL) dan HBA1C (8.2%)
Gambar dibawah ini juga merupakan hubungan antara Diagnosis Gizi dan Intervensi Gizi yang menggambarkan bahwa etiologi tidak dapat dikoreksi oleh intervensi gizi sehingga intervensi gizi dilakukan untuk mengatasi etiologi sehingga tanda dan gejala dapat diperbaiki.
120
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Gambar. Hubungan Intervensi Gizi dengan Diagnosis Gizi
Re - Assessment Assessment Gizi
Diagnosis Gizi
Intervensi Gizi
Monitoring dan EvaluasiGizi
\
Problem (What )
Etiologi (Why )
Tanda dan Gejala (Why )
Apabila etiologi tidak bisa dikoreksi dengan intervensi gizi, Maka intervensi yang dipilih untuk meminimalkan tanda dan gejala Sumber : Asosiasi Dietisien Indonesia DPD Jawa Barat 2011
Kondisi yang digambarkan di atas dapat dilihat pada contoh berikut : DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI
P
Gangguan menelan
E
Komplikasi post stroke
S
Hasil tes menelan, keluhan/laporan tersedak pada saat makan
Mengurangi dampak gangguan menelan Tidak dapat dikoreksi oleh dietisien Modifikasi bentuk, frekuensi, jadwal makan dan bantuan saat makan
Contoh di atas dengan etiologi komplikasi post (setelah) stroke tidak dapat dikoreksi/diperbaiki dengan intervensi gizi. Pada kondisi seperti ini intervensi gizi membantu memperbaiki sign dan symtom dengan memberikan bentuk makanan yang sesuai kondisi pasien/klien (dimodifikasi), membantu mengatur jadwal dan frekuensi makan, agar pasien/klien dapat mengkonsumsi makanannya dan tidak tersedak saat makan serta dapat memenuhi kebutuhan zat gizi. Pokok Bahasan 3 : Komponen Intervensi Gizi Intervensi terdiri dari 2 komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan dan Implementasi, yaitu : a. Perencanaan Dalam komponen ini berisi informasi rekomendasi diet/gizi berdasarkan pengkajian/asesmen yang dibuat Tenaga gizi. Langkah langkah perencanaan adalah sebagai berikut :
121
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
1) Tetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien/klien. Intervensi diarahkan untuk menghilangkan penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidak dapat ditangani oleh tenaga gizi maka intervensi direncanakan untuk mengurangi tanda dan gejala masalah (sign/simptoms). 2) Pertimbangkan panduan medical nutrition theraphy (MNT ), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku. 3) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien/klien , keluarga atau pengasuh pasien/klien. 4) Tetapkan tujuan yang berfokus pada kebutuhan pasien/klien. Tujuan harus jelas, hasilnya terukur dalam kurun waktu yang ditetapkan. 5) Merancang Preksripsi gizi. Preskripsi gizi adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien/klien secara individu mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet secara detail termasuk strategi pemberian makanan seperti: bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan serta pemberian edukasi dan atau/konseling gizi. b. Implementasi Impementasi adalah kegiatan intervensi gizi dimana tenaga gizi mengkomunikasikan rencana intervensi gizi yang sudah ditetapkan kepada pasien/klien dan kepada pihak terkait lainnya misalnya kepada bagian produksi makanan, perawat dan pihak terkait lainya termasuk keluarga pasien/klien. Pada kegiatan ini perlu dilakukan monitoring, pencatatan dan pelaporan pelaksanaan intervensi, apabila ada perubahan kondisi pasien/klien perlu dilakukan penyesuaian strategi intervensi. Pokok Bahasan 4 : Pengelompokan Domain dan Terminologi Intervensi Gizi Pengelompokan domain dan terminologi intervensi gizi bertujuan untuk digunakan sebagai standar bagi Dietissien/Nutrisionis di semua fasilitas layanan kesehatan seperti di rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 kategori (domain) yang spesifik sebagai berikut : 1. Pemberian makanan/ diet (Kode internasional – ND- Nutrition Delivery ) Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan individu meliputi: pemberian Makanan dan snack (ND.1); Enteral dan parenteral ( ND.2) ; suplemen (ND.3); Substansi bioaktif (ND.4); Bantuan saat makan (ND.5); Suasana makan (ND.4) dan Pengobatan terkait gizi (ND.5). 2. Edukasi (Kode internasional – E- Education) Merupakan proses formal dalam melatih ketrampilan atau memberi pengetahuan untuk membantu pasien/klien dalam mengelola atau memodifikasi diet dan perilaku secara sukarela untuk menjaga atau meningkatkan kesehatannya. Edukasi gizi meliputi : a. Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (E.1). b. Edukasi gizi aplikatif yang bertujuan untuk meningkatkan sikap dan keterampilan (E.2). Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup:
122
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
1) Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi 2) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikan tidak komplek. 3) Rancang materi edukasi gizi disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien/klien, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya, dan gaya/cara belajarnya. 3. Konseling (C) Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas, tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisinya untuk menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk meningkatkan motivasi penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien/klien. 4. Koordinasi asuhan gizi Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan atau kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga kesehatan/ institusi/ dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi. Pada langkah intervensi gizi dietisien harus berpikir kritis dalam hal: 1) Menetapkan prioritas dan target/ goals/tujuan 2) Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan intervensi gizi 3) Menggalang hubungan interdisipliner 4) Intervensi perilaku terkait gizi 5) Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien/klien, diagnosis gizi, dan nilai-nilai yang dimiliki pasien/klien 6) Menentukan waktu dan frekuensi asuhan Pokok Bahasan 5 : Domain Pemberian Makanan (ND) Pengertian pemberian makanan
Makanan Utama dan Makanan Selingan (ND 1) Makandidefinisikan sebagai peristiwa memasukan sesuatu ke dalam mulut serta mengunyah dan menelan nyayang mencakupberbagai bentuk terdiri darimakanan pokok, lauk pauk daging/ikan/ayam, buah-buahan dansayuran, dan susuatau hasil produknya. Makanan Selingan/snak didefinisikan sebagaimakanan yang disajikandi antara waktu makan. Dalam pemberian intervensi berupa makanan utama dan makanan selingan pemberian harus jelas dan spesifik dalam bentuk/jenis makanan, jumlah nilai gizi, jumlah bahan makanan serta jadwal makan. Pemberian intervensi disesuaikan dengankondisipasiendan bentuk pemberiannya berupa : a. Makanan Biasa ( diet makanansehat ). b. Komposisi makananutama /makanan selingan. c. Tekstur Makanan : Modifikasi bentuk makanan berupa cair, saring, lunak, biasa.
123
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
d. Modifikasi diet Energi ( Diet rendah energy/kalori, diet tinggi energy/kalori). e. Modifikasi diet Protein ( Diet rendah protein, Diet tinggi protein). f. Modifikasi diet Karbohidrat ( Diet rendahkarbohidrat, Diet tinggikarbohidratkomplek). g. Modifikasi diet lemak ( Diet rendahlemak, Diet rendahkolesterol). h. Modifikasi diet serat ( Diet tinggiserat, Diet rendahsisa). i. Modifikasi diet cair ( Diet cairpenuh, Diet Cairjernih, Diet cairtanpasusu). j. Modifikasi diet spesifik /Diet khusus ( Diet denganperhitungankhusus). k. Modifikasi diet terkait vitamin. l. Modifikasi diet terkait mineral. m. Jadwal makan/cairan ( sebagaicontoh jam makanutama&minum Pk. 7.00, Pk. 12.00, Pk 18.00 jadwalmakananselingan Pk. 10.00, Pk 16.00 n. Makanan tertentu/minumanatau lainnya. Pemberian intervensi makanan utama dan makananselingan diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan DiagnosisGizi ( MasalahGizi ) - Meningkatnya kebutuhan energy (NI-1.1) - Kelebihan asupan lemak (NI-5.6.2) - Kelebihan asupan karbohidrat (NI-5.8.2) - Asupan karbohidrat tidak konsisten (NI-5.8.4) b. Berdasarkan Etiologi (Penyebabmasalah) - Sulitnya akses memilih makanan sehat - Penyebab fisiologis contoh meningkatkan kebutuhan energy karena meningkat aktifitas - Penyebab Psikologis contoh pola makan tidak teratur - Kesulitan mengunyah, menelan dan lemah c. Berdasarkan Sign and symptom (Tandadangejala) - Data biokimia : serum cholesterol, HBA1C - Pengkajian fisik : perubahan berat badan, ada masalah karies gigi, diare - Riwayat makan :Budaya atau kepercayaan sehingga tidak dapat menerima modifikasi makanan. Perubahan aktifitas fisik, asupan makan kurang optimal - Riwayat personal : Kondisi yang berhubungan dengan diagnosis medis atau pengobatan : contoh pembedahan, trauma, sepsis, diabetes, kelainan metabolism, kurang enzim pencernaan, obesitas. Penggunaan obat yang lama sehingga meningkatkan atau menurunkan penyerapan zat gizi atau merusak metabolisme (interaksi obat dan makanan) d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunya negosiasi dengan pasien, adanya kebutuhan dan keinginan pasien yang khusus, serta kesiapan terhadap perubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Kepatuhan dan ketrampilan pasien - Kemampuan dalam membeli makanan (social ekonomi)
124
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
-
Kemampuan untuk mengubah perilaku dan mematuhi diet Ketersediaan/akses untuk tindaklanjut intervensi gizi (monev) ke tenaga gizi
Contoh : Pemberian Makanan utama dan makanan selingan : Diagnosis gizi overweight berkaitan dengan kelebihan asupan energi ditandai dengan BMI 29 danestimasi kelebihan asupan energi Tujuan intervensi Menurunkan berat badan 2 kg dalam 1 bulan Rencana Bentuk Makanan biasa/lunak Diet Rendah kalori 1500 kalori Jadwal makan utama 3 kali selingan 2 kali pk.7 pagi, pk.12.00 siang,pk.18.00 malam,selingan pk 10.00 dan pk.16.00. Asupan air cukup Jalur per oral
Enteral (ND 2.1) Salah satu bentuk penanganan masalah – masalah gizi adalah dengan menggunakanzatgizi pendukung. ZatGizi pendukung khusus (SNS = Specialized Nutrition Support) didefinisikan sebagai suatu ketentuan untuk pemberianzat gizi baik secara oral, enteral, atau parenteral dengan maksud untuk keperluan terapi termasuk ketentuan pemberian secara total enteral atau parenteral dan ketentuan terapi gizi guna mempertahankan dan atau meningkatkan status gizi dan kesehatan (JPEN, Vol. 26, Number 1, Supplenent January –February 2002). Makanan Enteral (ME) adalah satu metode untuk memastikan kecukupan zat gizi pada individu yang tidak mampu, tidak mau, dan tidak mungkin nenenuhi kebutuhan gizinya melalui makan yang normal (Patricia W, 2003). Sedangkan nenurut ASPEN (2002) ME merupakan suatu metode penyampaian makanan pada individu yang tanpa kemauannya sendiri melalui tube feeding ke dalam saluran cerna. Pemberian makanan enteral dapat dilakukan sebagai total terapi ataupun suplementasi asupan gizi. Dalam pemberian makanan enteral harus memperhatikan hal berikut : a. Nama/deskripsi makanan enteral, kalori/ml, bahan tambahan, nilai gizi makro. b. Jalur pemberian makanan enteral. c. Frekuensi dan volume/pemberian. Pemberian intervensi makanan enteral diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Kesulitan menelan (NC 1.1) - Perubahan fungsi saluran cerna (NC 1.4) - Asupan oral tidak adekuat (NI 2.1) - Asupan makanan enteral tidak adekuat (NI 2.3)
125
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
b. Berdasarkan Etiologi - Perubahan fungsi saluran cerna dan ketidakmampuan menyerap zat gizi. - Ketidak mampuan mengunyah dan menelan c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Hasil pengkajian gizi yang menunjukkan penurunan berat badan, kehilanan massa otot, kekuatan kulit, kegagalan pertumbuhan, peningkatan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan IMT < 18,5 kg/m 2. - Asupan kurang dari 75% kebutuhan. - Asupan tidak adekuat selama 7 sd 14 hari. - Riwayat personal, misalnya adanya aspirasi dan pasien dalam kondisi koma. d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunya negosiasi dengan pasien, adanya kebutuhan dan keinginan pasien yang khusus, serta kesiapan terhadap perubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Kondisi end of life/ dalam perawatan paliatif. - Asupan gizi lainnya (oral, enteral dan parenteral). - Ketersediaan makanan. Contoh : Makanan Enteral : Diagnosis gizi Asupan Oral tidak adekuat berkaitan dengan ketidakmampuan mengunyah ditandai dengan asupan tidak adekuat (75%) selama 7 hari Tujuan intervensi Bentuk makanan Enteral sebagai tambahan/suplemen Rencana Energi 2000 kalori Protein 60 Jenis Makanan enteral energi 500 kalori/500 ml, protein 15 gram/serving Jadwal pemberian pk.9 pagi 150 cc, pk.16.00 siang 150 cc, pk.21.00 malam 200 cc, Jalur pemberian per oral
Parenteral/ cairan intra vena (ND 2.2) Parenteral merupakan pemberian makanan dan cairan melalui intra vena, dapat melalui vena sentral atau perifer. Dalam pemberian parenteral harus memperhatikan hal berikut : a. Formula atau deskripsi produk, volume misalnya ml/hari atau ml/jam, jadwal. b. Akses yang digunakan. Pemberian intervensi makanan parenteral diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Perubahan fungsi saluran cerna (NC 1.4) - Asupan parenteral tidak adekuat (NI 2.6) - Menurunnya utilisasi gizi (NC 2.1) b. Berdasarkan Etiologi
126
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
- Perubahan fungsi saluran cerna dan ketidakmampuan menyerap zat gizi. - Penurunan fungsi saluran cerna c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Hasil pengkajian gizi yang menunjukkan penurunan berat badan, kehilanan massa otot, kekuatan kulit, kegagalan pertumbuhan, peningkatan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan IMT < 18,5 kg/m 2. - Asupan kurang dari 75% kebutuhan. - Asupan tidak adekuat selama 7 sd 14 hari. - Riwayat personal, misalnya malabsorbsi, maldigesti, emesis, obstruksi saluran cerna, diare berat, short bowel syndrom, perforasi. d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, sertakesiapanterhadapperubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Kondisi end of life/ dalam perawatan paliatif, pertimbangan etik dan hak. - Asupan gizi lainnya (oral, enteral dan parenteral). - Ketersediaan formula parenteral. Contoh : Parenteral Diagnosis gizi Perubahan Fungsi saluran cerna berkaitan dengan penurunan fungsi eksokrin ditandai dengan gangguan pankreas Tujuan intervensi Memberikan makanan parenteral Rencana Bentuk makanan Parenteral (berkoordinasi dengan DPJP) Diet : Energi 1500 kalori Protein 54 g, lemak 76 g, KH 145 g Jenis Makanan parenteral :Kabiven Jadwal pemberian kontinyu, tetesan disesuaikan dengan koordinasi dengan DPJP. Akses/jalur pemberian vena sentral
Medical Food S uplement (ND 3.1) Pemberian suplemen atau makanan jadi komersial untuk menambah asupan energi, protein, lemak dan serat serta tambahan vitamin dan mineral. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan hal berikut : a. Rekomendasi secara individu, komposisi, tipe, frekuensi, waktu pemberian dan pemberhentian pemberian suplemen oral. b. Deskripsi tujuan dari suplemen, misalnya untuk menambahkan sumber energi, protein, lemak, karbohidrat, serat). Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Asupan oral tidak adekuat (NI 2.1) - Asupan cairan tidak adekuat (NI 3.1) - Peningkatan kebutuhan gizi (NI 5.1)
127
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
b. Berdasarkan Etiologi - Pasca stroke - Kesulitan mengunyah dan menelan - Alergi makanan dan intoleransi - Perubahan fungsi saluran cerna - Obstruksi saluran cerna sebagian c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Hasil pengkajian gizi yang menunjukkan penurunan berat badan, kehilanan massa otot, kekuatan kulit, kegagalan pertumbuhan, peningkatan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan IMT < 18,5 kg/m 2. - Asupan makanan dan minuman yang berkurang dari biasanya. - Riwayat personal, misalnya penyakit yang mempengaruhi kebutuhan gizi, potensial mengalami penurunan status gizi, kemampuan untuk makan sendiri, tersedak atau adanya trauma di muka/oral, kekurangan asupan vitamin-mineral melalui oral. d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, sertakesiapanterhadapperubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Nafsu makan - Adanya bantuan pemberian makanan - Ketersediaan bahan makanan Contoh : Medical food suplemen : Diagnosis gizi Asupan protein dan energi tidak adekuat berkaitan dengan menurunnya kemampuan mengkonsumsi ditandai dengan estimasi asupan kurang dari kebutuhan Tujuan intervensi Meningkatkan asupan protein dan energi mencapai lebih atau sama dengan 80% Rencana Bentuk makanan enteral sesuai dengan kondisi medis tertentu Diet : Diabetes makanan, Cair DM (Nutren Diabetik) Penyakit Ginjal Kronik, Cair rendah protein ( Nephrisol) Konstipasi, Cair tinggi serat (Nutren Fiber) Jadwal : 2 kali sehari pk 10.00 dan 16.00 atau sesuai kebutuhan Jalur makanan per oral Suplemen Vitamin dan Mineral (ND 3.2) Pemberian tambahan vitamin dan mineral yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan Rekomendasi secara individu, komposisi, jadwal, dosis dan pemberhentian pemberian. Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain :
128
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Asupan vitamin tidak adekuat (NI 5.9.1) - Kelebihan asupan vitamin (NI 5.9.2) - Asupan mineral tidak adekuat (NI 5.10.1) - Kelebihan asupan mineral (NI 5.10.2) - Interaksi obat dan makanan (NC 2.3) - Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi (NB 1.1) - Pilihan makanan makanan terbatas (NB 1.7) b. Berdasarkan Etiologi - Asupan makanan yang kurang kandungan vitamin dan mineral - Kelebihan asupan suplemen vitamin dan mineral - Kondisi medis yang mempengaruhi vitamin dan mineral - Malabsorpsi vitamin dan mineral c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Terdapat gelaja defisiensi vitamin dan mineral - Asupan vitamin dan mineral kurang dari rekomendasi d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, sertakesiapanterhadapperubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Pada populasi tertentu yang membutuhkan suplemen vitamin dan mineral berdasarkan hasil penelitian. - Ketersediaan bahan.
Contoh : Tambahan vitamin Diagnosis gizi Asupan vitamin tidak adekuat berkaitan dengan kurang mengkonsumsi makanan sumber vitamin C ditandai dengan perdarahan di gusi Tujuan intervensi Meningkatkan pemberian vit Cmelalui suplemen untuk mencukupi kebutuhan(sesuai kekurangan) Rencana Pemberian tambahan tablet vitamin C untuk mencukupi kebutuhan vitamin C sesuai kekurangan per oral Contoh : Tambahan mineral Diagnosis gizi Asupan mineral kalsium tidak adekuat berkaitan dengan kurang mengkonsumsi makanan sumber kalsium ditandai dengan asupan 50% dari kecukupan Tujuan intervensi Meningkatkan pemberian mineral kalsium melalui suplemen untuk mencukupi kebutuhan (sesuai kekurangan) Rencana Pemberian tambahan tablet kalsium untuk mencukupi kebutuhan Kalsiumsesuai kekurangan per oral
129
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Manajemen Subtansi Bioaktif (ND 3.3) Penambahan maupun perubahan subtansi bioaktif dalam makanan misalnya stanol dan sterol ester pada tanaman, pisillium, food additives dan substansi bioaktif lainnya. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan dosis, bentuk, jalur, penghentian dari pemberian substansi bioaktif. Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Suboptimal asupan dari substansi bioaktif (NI 4.1) - Kelebihan asupan dari substansi bioaktif (NI 4.2) - Kelebihan asupan alkohol (NI 4.3) - Interaksi makanan dan obat (NC 2.3) - Kurangnya pengetahuan mengenai makanan dan zat gizi (NB 1.1) - Keterbatasan pilihan makanan (NB 1.7) b. Berdasarkan Etiologi - Kurangnya asupan makanan yang mengandung subtansi bioaktif - Kelebihan penggunaan suplemen yang mengandung substansi bioaktif c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Hasil analisis asupan makanan yang menunjukkan kekurangan maupun kelebihan subtansi bioaktif dibandingkan dengan rekomendasi. - Adanya intoleransi atau sensitif terhadap food additive. - Kondisi medis yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan substansi bioaktif. d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, sertakesiapanterhadapperubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Pada populasi tertentu yang membutuhkan suplemen substansi bioaktif berdasarkan hasil penelitian. - Ketersediaan bahan Contoh : Managemen substansi bioaktif Diagnosis gizi
Tujuan intervensi Rencana
Asupan bioaktif (serat) sub optimal berkaitan dengan kurang mengkonsumsi makanan sumber serat ditandai dengan meningkatnya kholesterol Meningkatkan asupan serat mencapai 25 gram/hari Bentuk makanan biasa/lunak Diet tinggi serat Jadwal makanan 3 kali makanan utama 2 kali makanan selingan buah, Pemberian sumber protein nabati/kedele, tumbuhan sumber stanol dan sterol (buah, sayur kubis, minyak sayur, kacang2an)
130
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Bantuan Pemberian Makanan (ND 4) Bantuan atau akomodasi yang dirancang untuk mendukung kemampuang makan pasien agar dapat memenuhi kebutuhan gizi yang adekuat dan mengurangi kejadian penurunan berat badan yang tidak direncanakan dan dehidrasi. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan kondisi spesifik seperti penyesuaian peralatan, posisi makan, isyarat untuk makan, program dan latihan makan, perawatan mulut, fasilitas pendukung dan seleksi menu. Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Asupan energi yang tidak adekuat (NI 1.4) - Asupan oral tidak adekuat (NI 2.1) - Penurunan berat badan yang tidak disengaja (NC 3.2) b. Berdasarkan Etiologi - Ketidakmampuan fisik - Kurangnya asupan makanan dan gizi - Penurunan daya ingat dan masalah konsentrasi c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Selalu menjatuhkan alat makan - Kehilangan berat badan - Celebral pasly, stroke, dimensia - Adanya penolakan untuk menggunakan/menerapkan modifikasi makan (posisi maupun teknik). d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, sertakesiapanterhadapperubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Dukungan bantuan makanan yang tersedia. - Lingkungan yang tidak mendukung asupan adekuat - Kurangnya sumber daya untuk membantu makanan misalnya orang yang membantu, metode dan terapis. - Kemampuan untuk mengerti alasan dibalik rekomendasi adanya perubahan. Contoh : Bantuan Pemberian Makan Diagnosis gizi Tidak adekuat nya asupan energi berkaitan dengan menurunnya daya ingat ditandai penurunan berat badan Tujuan intervensi Meningkatkan asupan energi sampai dengan 80-100% Rencana Bentuk makanan biasa/lunak Diet energi 1700 kalori, protein 60 g Jalur makanan per oral Jadwal makan 3 kali makanan utama 2 kali makanan selingan Koordinasi dengan perawat/care giver untuk
131
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
memberikan makan dan Mengingatkan/isyarat waktu makan
Lingkungan Pemberian Makan (ND 5) Kondisi fisik misalnya lingkungan, temperatur, kenyamanan dan interaksi yang berada dilokasi tempat diberikannya makanan yang dapat berdampak terhadap konsumsi makanan. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan pemilihan meja makanan, warna, susunan dan ketinggan. Faktor lainnya adalah temperatur ruangan, pencahayaan, jadwal makanan, pilihan menu, penguat nafsu makan, posisi dan meminimalisir pengganggu/pengharum ruangan serta harus memperhatikan interaksi sosial. Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Asupan oral tidak adekuat (NI 2.1) - Kelainan kebiasaan makanan (NB 1.5) - Kesulitan makan sendiri (NB 2.6) b. Berdasarkan Etiologi - Dimensia. - Ketidakmampuan makan dengan cara tertentu (misalnya menggunakan sumpit). c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Mudah bingung dalam makan. - Perubahan nafsu makan dikaitkan dengan kebiasaan jadwal makan. - Masalah sanitasi dan keamanan makanan. - Adanya masalah ketersediaan pilihan makanan - Ketidakmampuan makanan secara mandiri d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, serta kesiapan terhadap perubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Ketersediaan sumber daya untuk memperbaiki dan memodifikasi lingkungan makan. Contoh : Lingkungan Pemberian Makan Diagnosis gizi Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan ketidakmampuan makan dengan cara tertentu ditandai ketidakmampuan makanan secara mandiri Tujuan intervensi Meningkatkan asupan makan per oral sampai dengan 80% Rencana Bentuk makanan biasa/lunak Diet energi 1900 kalori, protein 60 g Jalur makanan per oral Jadwal makan 3 kali makanan utama 2 kali makanan selingan
132
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Koordinasi dengan perawat/care giver untuk memberikan makan dengan alat makanan yang tepat dan situasi yang nyaman
Pengaturan Gizi yang Berkaitan Dengan Tindakan Medis (ND 6) Modifikasi pengobatan dan herbal untuk mengoptimalisasi status gizi atau status kesehatan pasien/klien. Dalam pemberian intervensi ini dapat berupa : a. Jenis pengobatan yang spesifik diberikan misalnya insulin, obat peningkat nafsu makan dan enzim dengan dosis, jadwal dan rute yang jelas. b. Pemberian herbal misalnya minyak pepermint, probiotik dan lainnya yang harus dicantumkan dengan jelas dosis, bentuk, jadwal dan rute. Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi, antara lain : a. Berdasarkan Diagnosis Gizi - Perubahan fungsi saluran cerna (NC 1.4) - Gangguan utilitas gizi (NC 2.1) - Perubahan gizi berkaitan dengan nilai laboratorium (NC 2.2) - Interaksi obat dan makanan (NC 2.3) b. Berdasarkan Etiologi - Kurang nafsu makan yang mempengaruhi asupan makan - Hipo atau hiperglikemia yang berulang - Kurangnya anzim pankreas - Malabsorpsi lemak, protein, laktosa atau karbohidrat - Penyalahgunaan polypharmacy atau obat - Keracunan obat. c. Berdasarkan Tanda dan Gejala - Tampak fisik kurus atau wasting - Kecukupan asupan oral - Adanya laporan penggunaan herbal - Dengan diabetes mellitus yang kadar gulanya tidak terkontrol. d. Pertimbangan lain Merupakan kondisi dimana perlunyanegosiasidenganpasien, adanya kebutuhandankeinginanpasien yang khusus, sertakesiapanterhadapperubahan. Hal tersebut berdasarkan : - Ketersediaan akses ke petugas farmasis klinik. - Tersedianya tenaga praktisi yang bersertifikat telah mengikuti pelatihan dan pendidikan pharmacology.
133
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Contoh : Pengaturan Gizi yang Berkaitan Dengan Tindakan Medis (ND 6) Diagnosis gizi Tujuan intervensi Rencana
Perubahan gizi terkait dengan nilai labolatorium berkaitan dengan hiperglikemia ditandai dengan diabetes Membantu mengontrol kadar gula darah Bentuk makanan biasa/lunak/cair Diet Diabetes 1500 kalori Jalur makanan per oral Jadwal makan 3 kali makanan utama 2 kali makanan selingan Koordinasi dengan dokter terkait dengan pemberian insulin
Pokok Bahasan 6 : Domain Edukasi (E) a. Pengertian Edukasi gizi diberikan untuk membeikan dan meningkatkan pengetahuan klien/pasien. Edukasi gizi merupakan proses formal untuk memberikan anjuran atau melatih pasien/klien untuk suatu ketrampilan atau menanamkan pengetahuan untuk menolong pasien/klien secara suka rela mengatur atau memodifikasi makanan, gizi, aktivitas fisik dan perilaku yang dipilih untuk mempertahankan dan memperbaiki kesehatan. b. Komponen edukasi gizi Edukasi gizi dalam intervensi terdiri dari dua klas, yaitu : 1) Konten/materi edukasi (Kode Internasional : E-1) – memberi anjuran atau melatih yang diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan terkaitgizi. 2) Penerapan edukasi Gizi (Kode Internasional: E-2) – memberi anjuran dan melatih pasien/klien untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan terkait gizi. Sasaran masalah gizi pasien/klien yang harus diberikan edukasi gizi adalah : 1) Kurangnya pengetahuan, misalnya belum pernah mendapatkan informasi gizi baik edukasi individu maupun penyuluhan gizi. 2) Adanya ketertarikan atau minat terhadap pengetahuan gizi, misalnya pada klien/pasien yang datang ke tenaga gizi untuk mengetahui informasi gizi tertentu. 3) Pernah mendapatkan informasi yang salah, misalnya pada ibu hamil yang pernah mendapatkan informasi tertentu terkait mitos. Contoh dalam memberikan Intervensi Edukasi Gizi : 1) Menjelaskan hubungan gizi dengan penyakit 2) Menjelaskan manfaat makan untuk membantu penyembuhan penyakit (mis : ditujukan pada pasien dengan asupan makan rendah/tidak nafsu makan) 3) Menjelaskan hubungan gizi, aktivitas fisik dengan kesehatan/penyakit
134
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
4) Interaksi zat gizi dan obat yang digunakan pasien/klien. Hal yang perlu diperhaikan dalam pemberian edukasi gizi adalah : 1) Pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh pasien/klien 2) Cara belajar pasien/klien berbeda satu dengan yang lain 3) Adanya pendamping pasien/klien saat diberikan edukasi Contoh : Diagnosis gizi Tujuan intervensi Rencana
Kurangnya asupan energi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan gizi ditandai asupan 70% kebutuhan Meningkatkan asupan energi mencapai 100% Diberikan edukasi gizi dengan materi : - Kebutuhan gizi individu - Cara meningkatkan asupan energi - Memilih makanan dengan densitas energi dan protein tinggi
Pokok Bahasan 7 : Domain Konseling Gizi (C) Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien yang ditandai dengan adanya hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas makanan, gizi dan aktivitas fisik, tujuan/target, rancangan kegiatan yang dapat diterima dan dapat mendukung rasa tanggung jawab untuk merawat dirinya sendiri untuk mengatasi masalah yang ada dan untuk meningkatkan kesehatan. Konseling Gizi dalam proses asuhan gizi terstandar meliputi : a. Dasar/Pendekatan Teori (C-1) Dasar/Pendekatan Teori (C-1) adalah teori-teori atau model-model yang digunakan untuk perencanaan dan penerapan intervensi. Teori-teori dan modelmodel teoritis berisi prinsip-prinsip, konsep-konsep dan variabel-variabel yang memberikan penjelasan secara sistematis tentang proses perubahan perilaku manusia. Teori-teori dan model-model perubahan perilaku melengkapi dasar penelitian yang rasional untuk membuat pola intervensi gizi yang sesuai sehingga mendapatkan dampak yang diinginkan. Kerangka teori kurikulum dan protokol terapi diarahkan pada : 1) Informasi apa yang dibutuhkan pasien/klien bila ada perbedaan pendapat pada proses perubahan perilaku, 2) Alat dan strategi apa yang mungkin paling baik untuk memfasilitasi perubahan perilaku, dan 3) Hasil yang dapat diukur untuk menilai efektivitas intervensi atau komponen intervensi. Tenaga gizi professional yang menggunakan konseling gizi dapat menjelaskan setiap hal yang dia hadapi baik kberkaitan dengan dasar-dasar
135
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
teori maupun pendekatan yang diagunakan (kemungkinan juga beberapa pendekatan) termasuk didalamnya strategi atau strategi-strategi yang digunakan untuk mengatasi hal-hal yang spesifik berdasarkan teori yang sudah dijamin bermanfaat dalam mengatasi permasalahan pasien/klien secara individu diantaranya : a) Cognitive-Behavioral Theory Cognitive-Behavioral Theory (CBT) adalah pendekatan perilaku yang berdasarkan dan berhubungan langsung dengan faktor internal berupa pola berfikir dan faktor eksternal berupa rangsangan dari lingkungan yang berkaitan dengan masalah perilaku dimana dapat digunakan untuk mempengaruhi perubahan perillaku. Tujuan dari pendekatan CBT adalah membantu pasien/klien untuk mengindentifikasi perilaku yang dapat dirubah menjadi lebih baik. b) Health Belief Model Health Belief Model (HBM) adalah model pendekatan psikologi yang difokuskan pada sikap dan keyakinan individu dalam upaya menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. HBM berdasarkan asumsi bahwa seseorang akan termotivasi untuk melakukan tindakan berkaitan dengan kesehatannya apabila dia : - Merasakan bahwa efek negatif dari kondisi penyakitnya (misal penderita diabetes) dapat dihindari atau dikendalikan, - Memiliki harapan yang positif, bahwa dengan menerapkan anjuran dia akan terhindar dari dampak negatif (komplikasi) penyakitnya (mis mengendalikan gula darah bisa menjaga penglihatan matanya - Mempunyai keyakinan bahwa ia akan berhasil dalam menerapkan anjuran gizi dan kesehatan. Penerapan HBM umumnya sangat membantu tenaga gizi dalam merancanakan intervensi pada individu dengan penyakit terkait gizi seperti : diabetes, kadar kolesterol tinggi dan atau hipertensi. Ada enam konstruksi model yang penting mempengaruhi motivasi seseorang berperilaku sehat, seperti tersebut dalam tabel berikut yang menjelaskan definisi, pedoman penerapan teori HBM. Enam konstruksi model adalah komponen yang bermanfaat dalam mendesain program perubabahan perilaku. Hal ini sangat peting bagi dietisien untuk memahami persepsi pasien tentang ancaman kesehatan dan keuntungan potensial dari terapinya. Berdasarkan HBM, gejala diabetes yang tidak muncul pada seorang penderita diabetes kemungkinan karena dia tidak patuh terhadap diet yang diberikan sebab dia : - Tidak menyadari bahwa dia menderita diabetes (tidak ada kecurigaan). - Tidak percaya bahwa penyakit diabetes akan berdampak serius pada kehidupannya (merasa adanya kegawatan).
136
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Tidak percaya bahwa mematuhi diet akan mengurangi efek negatif dari penyakit diabetes (merasa ada keuntungan). - Tidak percaya bahwa usaha mematuhi diet akan memperoleh keuntungan yang berharga (merasa ada hambatan). - Tidak ada pendorong untuk inisiatif bertindak (tanda/isyarat untuk bertindak) - Tidak mempunyai rasa percaya diri terhadap kemamuan dirinya untuk mencapai keberhasilan (kemampuan diri). c) Social Learning Theory Merupakan teori yang menggunakan pendekatan keterampilan kognitif sosial yang dapat membantu untuk perubahan peilaku pasien/klien. Pada pendekatan kita harus mengidentifikasi adanya hubungan antara lingkungan, individu dan perilaku. d) Transtheoretical Model/Stages of Change Model ini menunjukan tahapan dari perubahan yang melibatkan sikap dan minat serta perilaku dalam mencapai perubahan perilaku yang baik yang terdiri dari tahapan prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi dan maintanance. b. Strategi (C-2) Metode perubahan perilaku dilakukan untuk merubah perilaku seseorang membutuhkan strategi khusus sehingga dapat menerapkan praktek pengetahuan gizi yang telah diberikan. Strategi harus menggunakan pendekatan teori yang telah tercantum di pendekatan teori (C1). Intervensi dapat berupa pemecahan masalah, peneapan tujuan bersama, pemberian reward , dkungan kelompok, manajemen stres dan monitoring mandiri. Contoh intervensi konseling gizi : Diagnosis gizi Tidak siap menjalankan rekomendasi gizi berkaitan dengan kurangnya kesempatan mempersiapkan makanan karena kesibukan bekerja ditandai oleh tidak pernah sarapan pagi dan tidak jarang mengkonsumsi buah/sayur Tujuan intervensi Mempersiapkan klien untuk menjalankan anjuran gizi pada kunjungan berikutnya Preskripsi Diberikan konseling gizi dengan materi : - Merencanakan menu sarapan yang praktis - Membawa buah/sayur dari rumah - Melibatkan keluarga dalam mempersiapkan makanan - Menjelaskan cara memilih makanan apabila membeli makanan di luar rumah
-
c. Edukasi Gizi versus Konseling Gizi Pengertian Edukasi gizi dan Konseling Gizi berbeda, akan tetapi petugas gizi kemungkinan menggunakan dua-duanya. Dalam mengatasi satu masalah gizi atau beberapa masalah gizi yang saling berkaitan, kemungkinan intervensi gizi
137
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
yang dilakukan dietisien menggunakan satu metode/tipe pendekatan atau lebih dari satu metode pendekatan (Edukasi Gizi dan Konseling Gizi). Intervensi gizi yang tepat adalah berdasarkan domain dan klas hasil kajian gizi, diagnose gizi dan berdasarkan kebutuhan dan keinginan pasien/klien. Contoh : tenaga gizi dapat merujuk pasien untuk mengikuti penyuluhan kelompok yang tersedia untuk mengatasi pengetahuan gizi yang kurang berkaitan dengan penyakitnya (misal : Grup Edukasi Gizi bagi para diabetisi) dan memberikan konseling gizi secara individual untuk lebih dalam menggali adanya pertentangan dalam dirinya untuk melakukan perubahan (mengkaji tingkat motivasi untuk melakukan perubahan) dan masalah-masalah pangan dan gizi lainnya yang ada. Grup Edukasi sering dikenal dengan Penyuluhan gizi sering direncanakan untuk menanamkan/meningkatkan pengetahuan sehingga dikatakan Edukasi Gizi. Termasuk disini adalah : pendidikan di kelas, memperkenalkan pada klien/pasien makanan-makanan dan kandungan gizinya yang dijual belikan di pasar-pasar swalayan (supermarket tours) dan atau demonstrasi masak. Konseling Gizi adalah proses yang ditandai adanya hubungan interpersonal antara dietisien dan pasien/klien ditujukan untuk membantu masalah gizi pasien/klien diawali dengan menggali bagaimana cara berpikir pasien/klien dan apa yang dirasakan diantaranya mengenai pola kebiasaan saat ini untuk tujuan perubahan kebiasaan makan klien/pasien tersebut. Selama mengatasi masalah gizi pasien/klien adanya sikap, pengetahuan, hambatan sosial klien/pasien untuk berubah (Etiologi) mungkin teridentifikasi yaitu : motivasi yang rendah, kurangnya pengetahuan dan atau masalah keterbatasan biaya. Ketika pengetahuan berkaitan dengan etiologi/penyebab gizi diatasi melalui transfer pengetahuan dietisien ke pasien/klien selama sesi konseling, saat itulah intervensi edukasi gizi diterapkan. Dietisien menggunakan teknik-teknik intervensi gizi yang berbeda untuk mengatasi hambatanhambatan klien yang teridentifikasi. Teknik tersebut diantaranya : 1. Konseling Gizi (C-1 atau C-2) menggunakan strategi wawancara yang tepat untuk menggali motivasi untuk mengatasi rendahnya motivasi klien untuk melakukan perubahan dan merencanakan aktivitas pasien/klien yang dapat difasilitasi oleh sarana-sarana yang ada di masyarakat. 2. Edukasi Gizi (E-1 atau E-2) digunakan untuk kelompok atau individu untuk mengatasi pengetahuan yang kurang yang berhubungan dengan penyakit/kondisi tertentu, intepretasi hasil pemeriksaan laboratorium, parameter keberhasilan dalam melaksanakan anjuran diet, memilih makanan-makanan sehat, persiapan dan pemasakan makanan. Intervensi edukasi gizi dan konseling gizi dipisahkan untuk menggaris bawahi perbedaannya dan untuk memperlihatkan keaslian interaksi antara dietisien dengan pasien/klien. Hal ini akan membantu dietisien dalam
138
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
mempertimbangkannya dalam menggunakan pendekatan edukasi gizi dan konseling gizi atau keterkaitannya kedua pendekatan tersebut dalam praktik. Contoh Kasus : Pasien wanita usia 60 tahun, pensiunan PNS tinggal dengan suami dan ada pembantu yang datang setiap hari unutk membersihkan rumah dan halaman rumah serta mencuci dan mennyeterika. Aktivitas se hari-hari menonton TV dan seminggu 2 kali ikut pengajian di masjid dekat rumahnya, sebulan sekali arisan keluarga bersama suaminya dengan mobil paling jauh memakan waktu 1 jam. TB 155 cm, BB 65 kg dirawat dirumah sakit dengan keluhan lemas dan pusing. Pemeriksaan Tekanan Darah 180/100 mmHg. Kolesterol darah Total 280 gr/dl. Pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi 2 tahun sebelumnya tetapi tidak patuh minum obat yang diberikan dokter serta merasa kesulitan menghindari makanan yang banyak mengandung garam. Setiap masakan yang dimasak oleh selalu menggunakan bumbu penyedap, senang makanan gurih-gurih, ngemil kacang/ceriping/rempeyek/kerupuk goreng. Selalu tersedia kecap meja untuk menambah rasa masakan. Sayur lebih suka dimasak dengan santan dan hanya 1 kali/minggu makan buah seperti : pisang, papaya, jeruk atau mangga.
139
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Contoh Intervensi Edukasi Konseling Gizi yang diberikan : TERMINOLOGI STRATEGI INTERVENSI DIAGNOSA GIZI HASIL KAJIAN KASUS EDUKASI DAN (PES) KONSELING Problem Perilaku Tidak patuh anjuran diet Jelaskan dampak dan kaitan antara penyakit Gizi lebih hipertensi, obesitas, pola Etiologi Kurang pengetahuan makan tidak seimbang Kurang motivasi dan aktifitas fisik yang Kurang ketrampilan kurang (E) dalam modifikasi diet Jelaskan makanan yang dan mengendalian diri banyak mengandung Tanda/gejala Tekanan darah diatas Natrium yang sebaiknya normal dibatasi (gunakan liflet) (E) IMT : 27 (Gizi lebih) Jelaskan/demonstrasi Asupan makan tinggi pengolahan/modifikasi Natrium makann rendah Natrium Kurang konsumsi sayur (gunakan liflet/ contoh dan buah resep/cara modifikasi Kurang aktivitas fisik makanan rendah garam (E) Jelaskan manfaat/ keuntungan yang akan dirasakan dimasa yang akan datang dengan mengikuti anjuran yang diberikan (E) Gali potensi diri yang ada untuk melakukan perubahan (C) Gali hambatan yang dirasakan untuk melakukan perubahan dan berikan beberapa alternatih pilihan perubahan perilaku (C)
Pokok Bahasan 8 : Domain Koordinasi Asuhan Gizi (RC) Adalah kegiatan konsultasi, melakukan rujukan atau melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan/institusi/fasilitas pelayanan lainnya yang dapat membantu mengatasi atau mengelola masalah-masalah pasien/klien terkait gizi. Kordinasi gizi ini meliputi : 1. Kolaborasi atau pelayanan rujukan selama pasien mendapat pelayanan gizi (RC-1) yaitu memfasilitasi pelayanan atau pemberian intervensi bersama dengan tim tenaga kesehatan lainnya (dokter dan atau perawat), institusi atau
140
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
siapapun yang dapat mewakili pasien selama pasien/klien mendapat pelayanan gizi. 2. Memberhentikan atau mentransfer asuhan gizi ke fasilitas pelayanan kesehatan lain atau penyedia layanan lainnya, seperti misalnya ke Panti Jompo (RC-2), yaitu merencanakan pemberhentian pelayanan gizi atau melakukan rujukan pelayanan gizi dari suatu tingkat pelayanan kesehatan ke tingkat pelayanan kesehatan lainnya atau kelokasi pelayanan lainnya. Contoh : Diagnosis gizi
Tujuan intervensi Rencana
Kurangnya asupan energi berkaitan dengan kondisi pasca stroke sehingga tidak mandiri dalam makan diandai oleh asupan 60% dari kebutuhan Meningkatkan asupan energi sampai dengan 100% dalam 3 hari perawatan - Diet 1800 Kkal protein protein 115 gram - Bentuk makanan nasi lunak - Jalur makanan per oral - Terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan - Koordinasi dengan perawat untuk memberikan bantuan makan
Pokok Bahasan 9 : Melaksanakan Intervensi Gizi Studi Kasus : Menggunakan kasus yang digunakan pada tahap pengkajian gizi, dimana tahap pengkajian gizi telah dilakukan. Selanjutnya lakukan penetapan diagnosis gizi pada kasus tersebut . Hasil tahap intervensi gizi :
Hasil dari penetapan diagnosis gizi prioritas adalah sebagai berikut : Problem NI-2.1 Inadekuat oral Intake
Etiology Sign/symptom Penurunan nafsu makan, - Asupan ½ dari penyajian mual akibat kondisi (E 47%,P 32%, L 39 %, penyakit KH 53 %)
NB-1.1. Kurangnya pengetahuan terkait gizi
Kurangnya edukasi/informasi gizi
- Tidak setiap hari terkait konsumsi lauk hewani dan kurang suka buah dan sayur.
Berdasarkan hasil Diagnosis Gizi tersebut, bagaimana pembuatan intervensi gizi? Intervensi gizi terdiri dari Perencanaan dan Implementasi.
141
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Langkah langkah perencanaan sebagai berikut : 1) Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien dan menjawab masalah / Problem dalam Diagnosa Gizi 2) Tentukan domain dan terminology intervensi gizi 3) Pertimbangkan panduan medical nutrition theraphy (MNT ), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku. 4) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuh pasien. 5) Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi /konseling 6) Merancang Preksripsi gizi. Preskripsi gizi adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual. mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan. Preskripsi gizi dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien /klien. 7) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi 8) Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan Langkah langkah implementasi meliputi : 1) Komunikasi rencana intervensi dengan pasien,tenaga kesehatan atau tenaga lain 2) Melaksanakan rencana intervensi
P
DIAGNOSIS GIZI NI-2.1 Inadekuat oral Intake
INTERVENSI Tujuan : Meningkatkan asupan secara bertahap dari semula (47% menjadi 85% atau 100% dalam 7 hari) ND -1 (Pemberian Makanan dan Snack) yakni Modifikasi bentuk Makanan dan Frekuensi makan
E
Penurunan nafsu makan, mual akibat kondisi penyakit
S
Asupan ½ dari penyajian (E 47%,P Asupan minimal ¾ dari penyajian (E, P, 32%, L 39 %, KH 53 %) L, KH minimal 75% dari kebutuhan)
DIAGNOSIS GIZI NB-1.1. Kurangnya pengetahuan terkait gizi
INTERVENSI Tujuan : Meningkatkan pengetahuan terkait gizi
E
Kurangnya edukasi/informasi terkait gizi
S
Tidak setiap hari konsumsi lauk hewani dan kurang suka buah dan sayur.
E.1 Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Konsumsi lauk hewani, buah dan sayur setiap hari.
P
142
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
TUJUAN : a. Meningkatkan asupan makanan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien b. Meningkatkan pengetahuan terkait makanan yang dapat mempertahankan sistem immune
PRESKRIPSI DIET a. Jenis Diit b. Bentuk c. Route diit d. Frekuensi makan
e. f. g. h. i. j. k.
Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin A Vitamin C Vitamin E
: Makanan Tinggi Energi Tinggi Protein : Lunak dan Ekstra Makanan Enteral : Oral : 3 x makan utama (pkl. 6-12-18) a. 1 x selingan (pkl. 9) b. 2 x formula enteral (pkl. 15 & 21) : 2.228 KKal. : 84 gr (15% total kalori) : 62 gr (25% total kalori) : 334 gr (60% total kalori) : 600 mcg berdasarkan KGA 2012 : 90 mg berdasarkan KGA 2012 : 15 mcg berdasarkan KGA 2012
EDUKASI GIZI 1. Tujuan : menanamkan pengetahuan untuk menolong pasien/klien secara suka rela meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber protein hewani dan sumber vitamin mineral (buah – buahan dan sayuran) untuk mempertahankan dan memperbaiki status gizi. 1. Konten/Materi : a. Menjelaskan manfaat dan hubungan makanan/ zat gizi bagi penyembuhan penyakit TB b. Menjelaskan bahan makanan sumber protein hewani dan vitamin – mineral c. Menjelaskan tehnik pengolahan bahan makanan dan modifikasi menu makanan sesuai selera dan kemampuan pasien.
143
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
PETUNJUK PRAKTEK INTERVENSI GIZI (LANGKAH KE 3)
LATAR BELAKANG Pada proses asuhan gizi terstandar , intervensi gizi merupakan langkah ketiga, dimana ahli gizi harus dapat memberikan intervensi gizi secara mandiri. Untuk hal tersebut ahli gizi perlu memahami dan mampu merencanakan dan memberikan intervensi gizi dengan benar. Ketrampilan dan pemahaman dapat diupayakan melalui pelatihan, dimana peserta dihadapkan pada kasus secara tertulis. Peserta pelatihan harus mampu menetapkan tujuan dan merencanakan intervensi gizi. TUJU A N A. Tujuan Umum : Peserta mampu melakukan intervensi Gizi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar, melalui tahap- tahap yang benar.
B. Tujuan Khusus 1. Peserta mampu menetapkan tujuan intervensi Gizi 2. Peserta mampu menetapkan rencana intervensi secara terperinci sesuai dengan domain intervensi gizi (standar IDNT). WAKTU DAN TEMPAT Latihan pengkajian gizi dilaksanakan dikelas setelah pemberian materi teori pengkajian gizi. Waktu latihan selama 6 x 45 menit, yang terdiri dari 2 kasus PELAKSANAAN PRAKTEK 1. Peserta dibagi dalam 2 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. 2. Tugas peserta : a. Menunjuk ketua kelompok dan notulis b. Membacakan kasus dan instruksi kerja c. Menyiapkan formulir intervensi gizi d. Ketua membacakan kasus dan peserta lain menyimak e. Menelaah prioritas diagnosis gizi f. Diskusi tujuan dan rencana intervensi g. Menetapkan penulisan intervensi gizi 3. Kegiatan kelompok : d. Kegiatan kelompok dilakukan setelah penyampaian materi intervensi gizi.
144
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
e. Kelompok melakukan diskusi dipimpin oleh ketua melakukan intervensi gizi pada kasus . f. Notulis mencatat tahap intervensi gizi yang disepakati . g. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok
BAHAN PRAKTEK
Bahan :
Flipchart Spidol Selotip/lakban Pensil Rautan Laptop Pointers Bahan tayang Modul Panduan praktik Buku IDNT Buku penuntun diet Kalkulator Formulir asuhan gizi Panduan praktik Formulir catatan medik Lembar terminologi intervensi Kasus (dispagia dan obesitas)
145
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
Studi Kasus : Menggunakan kasus yang digunakan pada tahap pengkajian gizi, dimana tahap pengkajian gizi telah dilakukan. Hasil tahap intervensi gizi :
Hasil dari penetapan diagnosis gizi prioritas adalah sebagai berikut : Problem
Etiology
Sign/symptom
Berdasarkan hasil Diagnosis Gizi tersebut, bagaimana pembuatan intervensi gizi? Perencanaan Intervensi gizi terdiri dari Tujuan dan Preskripsi Langkah langkah perencanaan sebagai berikut : 1. Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien dan menjawab masalah / Problem dalam Diagnosa Gizi 2. Tentukan domain dan terminology intervensi gizi 3. Pertimbangkan panduan medical nutrition theraphy (MNT ), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku. 4. Diskusikan rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuh pasien. 5. Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi /konseling 6. Merancang Preksripsi gizi. Preskripsi gizi adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual. mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan. Preskripsi gizi dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien /klien. 7. Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi 8. Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan
146
Pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar Panduan Peserta
TUJUAN : _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ PRESKRIPSI DIET _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
147