MENUMBUHKAN SEMANGAT DAN JIWA WIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI BERBASIS KOMPETENSI Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H*
ABSTRAK Kewirausahaan sangat penting dan perlu untuk dikembangkan bagi mahasiswadi Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat pengangguran untuk lulusan Perguruan Tinggi sangat tinggi, sehingga menjadi bukti bahwa lapangan pekerjaan di Indonesia semakin sedikit. Apabila mahasiswa mampu menjadi wirausaha, maka lapangan pekerjaan pun akan semakin meningkat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan semakin maju. Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri mahasiswa, banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya melalui : (1) pendidikan formal. Kini berbagai lembaga pendidikan, baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan; (2) seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan, sehingga melalui media ini akan membangun jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa; (3) pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan, sehingga keberanian dan ketanggapan mahasiswa terhadap dinamika perubahan lingkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan; (4) otodidak. Membaca biografi pengusaha sukses (sucess story), televisi, radio, majalah, koran dan berbagai media lainnya yang dapat diakses, ternyata setiap orang dapat mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Wirausahawan yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, seperti memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Kata Kunci :Kewirausahaan, Wirausaha, Kompetensi, Mahasiswa. A. Pendahuluan Dunia pendidikan dewasa ini dituntut mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia (SDM) terdidik guna menghadapi tantangan kehidupan baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Menakertrans Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa SDM tidak cukup hanya menguasai teori-teori, namun dituntut pula memiliki kecakapan dalam menerapkan ilmunya dalam masyarakat. Teori yang diberikan tidak akan ada artinya jika tidak diiringi dengan praktikum. Praktikum ini harus terus dilakukan di bawah pantauan pelatih,agar terbentuk wirausaha produktif yang cermat membaca pasar. Pelatihan ini dilakukan untuk merangsang tumbuhnya jiwa wirausaha dan perlu dibarengi dengan aspek pendukung berupa kemudahan fasilitas modal, kredit dan akses ke perbankan.1Adi Sasono menambahkan, harus ada political *Dosen Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 1 Antara News, 4 April 2013.
willdari pemerintah sehingga mereka bisa berwirausaha. Bukan sebatas memberikanpelatihan wirausaha, tapi pemerintah membuka kesempatan berwirausaha seperti kemudahan pemodalan dan input teknologi.2 Semakin banyak wirausaha yang tumbuh, otomatis berkontribusi positif pada pengurangan pengangguran. Dalam kurun waktu Agustus 2011 hingga 2012 terjadi penurunan angka pengangguran sekitar 0,42% dari semula 7,7 juta orang menjadi 7,24 juta orang.Berdasarkan data Kemenakertrans pada 2009, disebutkan bahwa pelatihan produktivitas baru menyentuh 3.032 orang.Adapun pelatihan berbasis kompetensi mencapai 12.216 orang. Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning mengatakan bahwa pihaknya akan segera memanggil Kemenakertrans untuk membahas langkah konkret dalam menyelesaikan kasus ketenagakerjaan. Ribka Tjiptaning mengatakan, akan mendorong Ditjen Pembinaan dan Pelatihan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kemenakertrans untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang akan ditempatkan di dalam maupun luar negeri agar mampu bersaing di pasar kerja.3 Bagi para mahasiswa, menjadi entrepreneur sangatlah penting. Dengan menjadi wirausaha, otomatis lapangan kerja akan semakin bertambah. Dengan kondisi tersebut, maka angka pengangguran terutama mahasiswa yang lulus Perguruan Tinggi akan dapat memperoleh pekerjaan.Mengembangkan jiwa kewirausahaan dikalangan mahasiswa merupakan salah satu metode yang paling efektif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi setiap mahasiswa. Dahulu, pola pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi tidak secara formal dilembagakan. Bekal kewirausahaan mahasiswa terbangun secara alamiah, lahir dari keterbatasan dan semangat survival disertai keteladanan kerja keras dari dosen atau dari modelcontoh yang sukses. Berdasarkan urian di atas, maka pola pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi saat ini perlu diubah berdasarkan kompetensi, yaitumelatih mahasiswa secara fisik dan mental melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menjadi tangguh untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah. R. Hakim (1990) dan S. Wijandi (2000) mengemukakan bahwa seorang wirausahawan penting memiliki sikap mental (attitude), kepemimpinan (leadership), manajemen dan keterampilan teknis (skill). Namun yang paling
2
Lihat: http://ketinggalan.files.wordpress.com/2010/11/pb-inovasi-kewirausahaan.pdf diakses pada tanggal 21 Oktober 2013. 3 Lihat: http://kampus.okezone.com/read/2010/03/15/65/312638/mahasiswa-dilatih-wirausaha diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
penting dikatakan adalah sikap mental, karena betapa pun seseorang memiliki keterampilan teknis secara baik tetapi jika sikap mentalnya tidak baik, maka usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.4 Dengan demikian, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja, kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang ingin dicapai.
B. Peran Perguruan Tinggi dalam MengembangkanKewirausahaan Hingga sekarang, masalah bangsa yang sangat klasik dan meresahkan adalah tidak imbangnya lapangan kerja dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Dengan adanya masalah klasik ini negara kita telah menumpuk stok pengangguran yang jumlahnya tiap hari semakin membengkak. Hal ini nampak jelas terlihat dari jumlah pendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada tahun 2013 yang sangat membludak, berkisar 60.000 orang secara nasional.5 Menurut Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat mengumumkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 121,2 juta orang atau bertambah 780 ribu orang dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 120,41 juta orang. Jumlah penduduk (usia 15 tahun ke atas) yang bekerja pada Februari 2013 114,02 juta orang dan penganggur 7,17 juta orang. Sedangkan pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja 112,80 juta orang dan penganggur 7,61 juta orang.6 Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang)
Angkatan Kerja
Februari 116,00
Agustus 116,53
Februari 119,40
Agustus 117,37
2012 Februari 120,41
Bekerja Penganggur
107,41 8,59
108,21 8,32
111,28 8,12
109,67 7,70
112,80 7,61
Jenis Kegiatan Utama
4
2010
2011
R.Hakim, Kiat Sukses Berwirausaha(Jakarta : PT Elex Media Komputindo,1990). Lihat juga S. Wijandi, Pengantar Kewirausahaan(Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2000),Cet. Ke-2. 5 Lihat:http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/persembahan-buat-guru/membangun-jiwaenterpreneurship-pada-mahasiswa-melalui-kegiatan-magang-kewirausahaan-pada-lembaga-pendidikanberkurikulum-standard-internasional-i-tutor-bangkalan/ diakses pada tanggal 21 Oktober 2013. 6 Lihat:http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/05/06/bps-jumlah-angkatan-kerja-naik-780000-orang diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Pekerja tidak penuh Setengah penganggur
67,83
67,72
69,96
68,34
69,66
7,41
7,14
6,80
6,56
6,32
32,80 15,27
33,27 15,26
34,19 15,73
34,59 13,52
35,55 14,87
Paruh waktu
17,53
18,01
18,46
21,06
20,68
Sumber :Michael Gregorius, Pentingnya Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Bagi Mahasiswa.
Dari data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa angka pengangguran di Indonesia usia 15 tahun ke atas masih sangat tinggi, yaitu 7,61 juta orang yang menganggur. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lulusan Perguruan Tinggi masih banyak yang menganggur dan belum memperoleh pekerjaan. Semangat jiwa wirausaha perlu ditumbuhkembangkan bagi para mahasiswa. Hal ini sangat diperlukan karena apabila jumlah wirausaha tidak bertambah, maka lapangan pekerjaan pun tidak akan meningkat. Jumlah lulusan mahasiswa pun sangat banyak sehingga akan menambah jumlah pencari kerja. Untuk mengatasi hal tersebut, maka langkah-langkah dini dan kongkrit sudah harus mulai diperhitungkan oleh semua pihak termasuk Lembaga Pendidikan Tinggi. Lembaga pendidikan mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar dalam mencarikan solusi untuk mengatasi kondisi tersebut. Dengan ikut memikul tanggungjawab dan mencarikan solusi terhadap masalah minimnya lapangan kerja ini diharapkan akan dapat merubah citra Lembaga Pendidikan Tinggi yang selama ini dianggap sebagai salah satu penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Berwirausaha merupakan salah satu alternatif solusi tepat untuk mengatasi hal tersebut.Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ablity) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.7 Menurut Zimmerer (1996), kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.8 7
Suryana, Kewirausahaan(Jakarta : Salemba Empat,2001). Zimmerer, Entrepreneurship and The New Venture Formation(New Jersey: Prentice Hall International Inc. 1996). 8
Salim Siagian (1999) mengemukakan kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan masyarakatdengan berusaha mencari dan melayani pelanggan secara baik, menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien melalui kegiatan mengambil risiko, kreativitas dan inovasi, serta kemampuan manajemen.9 Longenecker (2001) menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan pada perekonomian kita berasal dari para wirausaha yang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.10 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya dapat tumbuh kerena faktor bakat dan dari pengalaman. Kewirausahaan terdiri atas keberanian untuk melangkah dan keberanian untuk tumbuh. Dilihat secara definitif kewirausahaan mencakup masalah perilaku dan kemampuan mengubah dari suatu keadaan negatif menjadi positif,
tidak
menguntungkan
menjadi
menguntungkan
dan
lain-lain.
Pembentukan
wirausahawan terjadi melalui sebuah proses dan tahapan. Proses dan tahapan yang dilalui akan menentukan tingkat keberhasilan wirausahawan.11 Lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi mempunyai peran untuk mencetak mahasiswanya menjadiwirausahawan baru yang kompeten dibidangnya, sehingga mampu menghasilkan dan mengembangkan SDM yang memiliki pengetahuan tinggi, percaya diri dan berjiwa wirausaha sejati. Wirausahawan harus memiliki potensi kemampuan, semangat, keinginan yang komperensif dan motivasi yang tinggi untuk maju dan berkembang dalam kondisi apapun.Wirausahawan sejati harus berani mengambil langkah-langkah dan keputusan strategis dalam kondisi apapun, sehingga usaha yang dijalankan tetap dapat bertahan hidup dan mendapatkan laba sesuai dengan tujuan dari kegiatan wirausaha tersebut. George F. Kneller menyebutkan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan 9
Salim Siagian, Peranan Kewirausahaan dalam Pengembangan Koperas, Majalah Usahawan No.07 Tahun XXVIII Juli 1999, Lembaga Manajemen FE UIJakarta. 10 JG.Longenecker, Kewirausahaan : Manajemen Usaha Kecil(Jakarta : Salemba Empat, 2001). Buku 1. 11 Lihat: http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-151-398326535-tesis.pdf diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.
dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup). 12 Kita sesungguhnya belajar dari pengalaman seluruh kehidupan kita.13 Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembang pendidikan (sekolah) dengan sengaja
mentransformasikan
warisan
budayanya,
yaitu
pengetahuan,
nilai-nilai
dan
keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.14 Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan, yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
15
Sedangkan menurut
Driyarkara, intisari pendidikan ialah pemanusiaan manusia-muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani, itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik yang jumlah dan macamnya tak terhitung.16 Selanjutnya menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.17 Berdasarkan permasalahdi atas, maka sistem pendidikan nasional kita secara implisit mengandung nilai-nilai pendidikan bagi individu, masyarakat maupun bangsa. Kewirausahaan merupakan salah satu pendidikan kecakapan hidup atau pemberdayaan masyarakat yang semestinya dilaksanakan secara serius oleh pemerintah atau pun lembaga mitra pemerintah seperti Perguruan Tinggi atau lembaga swadaya masyarakat. Program-program tersebut, harus 12
Lihat:http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2009/08/30/membangun-karakter-wirausaha-melalui-pendidikanberbasis-nilai-dalam-program-pendidikan-non-formal/diakses pada tanggal 22 Oktober 2013. 13 Kneller, G.F. Introduction to The Philosophy of Education, Second ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. 1971, 63. Lihat juga Siswoyo, D. Dkk. Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press, 2007, 18. 14 Siswoyo, D. Dkk. Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press, 2007, 19. 15 Siswoyo, D. Dkk. Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press, 2007, 20. 16 Siswoyo, D. Dkk. Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press, 2007, 20. 17 Kneller, G.F. Introduction to The Philosophy of Education, Second ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. 1971. Lihat juga Elmubarok, Z. Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan Yang Terserak, menyambung Yang Terputus dan Menyatukan Yang Tercerai. Editor: Dudung R.H. Bandung: Alfabeta, 2008, 7.
benar-benar berorientasi pada hasil belajar untuk menciptakan generasi wirausahawan. Tujuan seperti ini tentu tidak bisa dilakukan dengan model program yang banyak terjadi saat ini yang hanya berorientasi pada penguatan materi dan keterampilan semata, namun tanpa ada dukungan penguatan mental dan nilai-nilai dalam diri warga belajar. Oleh karena itu,kewirausahaan berbasis kompetensi dalam program pendidikan Perguruan Tinggi harus mulai dikembangkan, baik saat ini maupun di masa mendatang, mengingat nilai-nilai tersebut saat ini sangat dibutuhkan.
C. Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan Mahasiswa Langkah awal yang dapat dilakukan apabila berminat terjun ke dunia usaha adalah menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri mahasiswa. Banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya melalui : 1. Pendidikan formal. Kini berbagai lembaga pendidikan, baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan. 2. Seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan, sehingga melalui media ini akan membangun jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa. 3. Pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan, baik yang dilakukan dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Melalui pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan mahasiswa terhadap dinamika perubahan lingkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan. 4. Otodidak. Melalui berbagai media mahasiswa dapat menumbuhkan semangat berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (sucess story), media televisi, radio majalah koran dan berbagai media yang dapat diakses untuk menumbuhkembangkan jiwa dan semangat wirausaha. Melalui berbagai media tersebut, ternyata setiap orang dapat mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Pertanyaannya, aspek-aspek kejiwaan apa saja yang mencirikan bahwa seseorang dikatakan memiliki jiwa wirausaha? Untuk membahas lebih lanjut mengenai pertanyaan tersebut,
penulis akan mencoba membahas pendapat Suryana (2003) bahwa orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu :18 1. Percaya diri. Percaya diri artinya yakin, optimis dan penuh komitmen dalam menentukan sesuatu, percaya bahwa kita dapat mengatasi berbagai risiko yang dihadapi merupakan faktor yang mendasar yang harus dimiliki oleh wirausaha. Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha merasa yakin bahwa apa-apa yang diperbuatnya akan berhasil walaupun akan menghadapi berbagai rintangan. Tidak selalu dihantui rasa takut akan kegagalan, sehingga membuat dirinya optimis untuk terus maju. 2. Berinisiatif. Menunggu akan sesuatu yang tidak pasti merupakan sesuatu yang paling dibenci oleh seseorang yang memiliki jiwa wirausaha. Dalam menghadapi dinamisnya kehidupan yang penuh dengan perubahan dan persoalan yang dihadapi, seorang wirausaha akan selalu berusaha mencari jalan keluar. Mereka tidak ingin hidupnya digantungkan pada lingkungan, sehingga akan terus berupaya mencari jalan keluarnya. 3. Memiliki motif berprestasi. Berbagai target demi mencapai sukses dalam kehidupan biasanya selalu dirancang oleh seorang wirausaha. Satu demi satu targetnya terus mereka raih. Bila dihadapkan pada kondisi gagal, mereka akan terus berupaya kembali memperbaiki kegagalan yang dialaminya. Keberhasilan demi keberhasilan yang diraih oleh seseorang yang berjiwa entrepreneur menjadikannya pemicu untuk terus meraih sukses dalam hidupnya. Bagi mereka masa depan adalah kesuksesan adalah keindahan yang harus dicapai dalam hidupnya. 4. Memiliki jiwa kepemimpinan. Leadership atau kepemimpinan merupakan faktor kunci menjadi wirausahawan sukses. Berani tampil ke depan menghadapi sesuatu yang baru walaupun penuh risiko. Keberanian ini tentunya dilandasi perhitungan yang rasional. Seorang yang takut untuk tampil memimpin dan selalu melemparkan tanggungjawab kepada orang lain, akan sulit meraih sukses dalam berwirausaha. Sifat-sifat tidak percaya diri, minder, malu yang berlebihan, takut salah dan merasa rendah diri adalah sifat-sifat yang harus ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh dari diri kita apabila ingin meraih sukses dalam berwirausaha.
18
Suryana,Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses MenujuSukses(Jakarta: Salemba Empat, 2003);Lihat juga Herwan Abdul Muhyi, Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan, Makalah, Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung, 2007.
5. Suka tantangan. Kita mungkin sering membaca atau menyaksikan beberapa kasus mundurnya seorang manajer atau eksekutif dari suatu perusahaan. Apa yang menyebabkan mereka hengkang dari perusahaannya dan meninggalkan kemapanan sebagai seorang manajer? Sebagian dari mereka ternyata merasa jenuh terus-menerus mengemban tugas rutin yang entah kapan berakhirnya. Mereka membutuhkan kehidupan yang lebih dinamis yang selama ini belim mereka dapatkan di perusahaan tempat mereka bekerja. Akhirnya mereka menelusuri aktivitas seperti apakah yang dapat memuaskan kebutuhan mereka akan tantangan? “Berwirausaha” ternyata menjadi pilihan sebagian besar manajer yang sengaja keluar dari kemapanannya di perusahaan. Mengapa “wirausaha?” Ternyata begitu banyak variasi pekerjaan dan perubahan yang sangat menantang dalam dunia wirausaha. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya cipta, berkarya dan berusaha keras dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.19 Dengan demikian, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Pengertian
dasar
kompetensi
(competency)
adalah
kecakapan
atau
kemampuan. 20 Menururt Uzer Usman kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.21Pengertian tersebut lebih melihat dari segi administratif keilmuan. Muhammad Surya mengungkapkan bahwa kompetensi adalahkeseluruan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yangdiperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas
19
Suprodjo Pusposutardjo, Pengembangan Budaya Kewirausahaan Melalui Matakuliah Keahlian,Makalah, Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP Yogyakarta pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. 20 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru(Bandung : PT RemajaRosdakarya,2004),Cet. 9,229. 21 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet.2, 4.
22
tertentu.
Sejalandengan
itu,
Finch
dan
Cruncilton
sebagaimana
dikutip
oleh
Mulyanamengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas,keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjangkeberhasilan.23Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakuptugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh guru ataupendidik untuk menjalankan tugas-tugasnya guna mencapai suatu tugastertentu yang telah ditentukan. Di samping bermakna kemampuan, oleh Mc Load kompetensi jugabermakna sebagai “… the state of being usually competent or qualified”,yaitu keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut keentuanhukum. 24 Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa orang yang memilikikompetensi harus memiliki wewenang dan syarat sesuai dengan ketentuanhukum yang berlaku, misalnya seorang dokter merupakan suatu jabatan yang diharuskan memiliki kemampuan dalam bidangnya. Dia memiliki kewenangan dan syarat-syarat sebagai dokter yang didasarkan atas hukum yang berlaku, yaitu harus lulusan fakultas kedokteran. Jadi wirausahawan pun demikian, harus memiliki kompetensi. Menurut Dan & Bradstreet (1993), dalam Business Credit Service ada 10 (sepuluh) kompetensi yang harus dimiliki wirausaha, yaitu:25 1. Knowing Your Business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. 2. Knowing The Basic Business Management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan perusahaan. 3. Having The Proper Attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. 4. Having Adequate Capital, yaitu memiliki modal yang cukup. 5. Managing Finances Effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur dan mengelola keuangan secara efektif dan efisien. 6. Managing Time Efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu secara efisien. 7. Managing People, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan (memotivasi) dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan. 22
I, 92.
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet
23
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, 38. 24 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2004),Cet. 9, 229. 25 Dan & Bradstreet. Strategy Plan and Business Plan(New York: Prentice Hall Inc.1993).
8. Satisfying Customer by Providing High Quality Product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan. 9. Knowing How to Compete, yaitu mengatahui strategi atau cara bersaing. 10. Copying with Regulations and Paperwork, yaitu membuat aturan dan pedoman yang jelas tersurat tidak tersirat. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka untuk menjadi seorang wirausahaan diperlukan berbagai kompetensi yang cukup komplek. Kompetensi teknis tidak dapat berkembang secara maksimal apabila tidak disertai dengan kompetensi kepribadian, komunikasi, sosial, konseptual dan lain-lain. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka perlu ditelaah indikator apa yang mempunyai dukungan tinggi atau rendah dalam membentuk kompetensi kewirausahaan. Casson (1982), yang dikutip Yuyun Wirasasmita (1993) menambahkan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh wirausahawan, yaitu:26 1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukannya atau ditekuninya. 2. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide dan perspektif, serta tidak mengandalkan pada sukses di masa lalu. 3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan teknik, desain, prosesing, pembukuan, administrasi dan pemasaran. 4. Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi dan berimajinasi. 5. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan. 6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan memprediksi keadaan masa yang akan datang. 7. Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Menurut Herwan Abdul Muhyi (2007), wirausahawan yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang
26
Yuyun Wirasasmita. Kewirausahaan(Jatinangor : UPT Penerbitan IKOPIN, 1994).
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.Keterampilan yang harus dimiliki adalah sebagai berikut :27 1. Managerial Skill Managerial skill atau keterampilan manajerial merupakan bekal yangharus dimiliki wirausaha. Seorang wirausahawan harus mampu menjalankanfungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan agarusaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuanmenganalisis dan mengembangkan pasar, kemampuan mengelola SDM, material, uang, fasilitas dan seluruh sumber daya perusahaan merupakansyarat mutlak untuk menjadi wirausaha sukses. Secara garis besar ada dua cara untuk menumbuhkan kemampuanmanajerial, yaitu melalui jalur formal dan informal. Jalur formal misalnya melaluijenjang lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemenatau melalui pendidikan tinggi, misalnya departemen administrasi niaga ataudepartemen manajemen yang tersebar berbagai perguruan tinggi baik negerimaupun swasta. Jalur informal, misalnya melalui seminar, pelatihan dan otodidakserta melalui pengalaman. 2. Conceptual Skill Kemampuan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi usahamerupakan landasan utama menuju wirausaha sukses. Tidak mudah memangmendapatkan kemampuan ini. Kita harus ekstra keras belajar dari berbagaisumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang laindalam berwirausaha. 3. Human Skill Supel, mudah bergaul, simpati dan empati kepada orang lain adalah modal keterampilan yang sangat mendukung kita menuju keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
ini,
misalnyadenganmelatih diri diberbagai organisasi, bergabung dengan klub-klub hobi danmelatih kepribadian kita agar bertingkah laku mentenangkan bagi orang lain. 4. Decision Making Skill 27
Herwan Abdul Muhyi, Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan, Makalah, Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung, 2007;Lihat juga Suryana,Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses MenujuSukses(Jakarta: Salemba Empat, 2003).
Sebagai seorang wirausaha, kita seringkali dihadapkan pada kondisiketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan pada situasi sepertiini. Wirausaha dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan merumuskanberbagai masalah untuk dicarikan berbagai alternatif pemecahannya. Tidak mudah memang memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada.Agar tidak salah menentukan alternatif, sebelum mengambil keputusan, wirausahaharus mampu mengelola informasi sebagai bahan dasar pengambilan keputusan.Keterampilan memutuskan dapat kita pelajari dan kita bangun melalui berbagaicara. Selain pendidikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan, simulasidan berbagi pengalaman dapat kita peroleh. 5. Time Managerial Skill Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumberstress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan.Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk atautak kunjung selesai, sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang.Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelolawaktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telahdigariskan. Perlu diingat bahwa melakukan bisnis bagi mahasiswa,bukan berarti melupakan kegiatan utama mahasiswa, yaitu menuntut ilmu. Ada beberapa tips, agar usaha yang dijalankan dapat berjalan lancar dan penuh dengan kemajuan, yaitu: 28 (1) atur waktu secara bijak. Membagi waktu dengan baikuntuk mengerjakan sesuatu, setelah selesai lakukan juga aktivitas lainnya. Aturlah waktu belajar, organisasi dan bekerja; (2) buat skala prioritas. Orang sukses lebih sering menggunakan prioritas yang penting dan mendesak, sehingga tugas atau target dapat tercapai lebih cepat dan dengan waktu yang tidak terlalu mendesak. Buatlah kegiatan apa saja yang tergolong penting mendesak, penting dan kurang mendesak; (3) belajar lebih tekun. Bekerja lebih baik, tekadkan untuk belajar dan bekerja keras dan lebih cerdas sehingga suatu saat hasil yang didapatkan lebih besar daripada energi yang dikeluarkan; (4) jalin relasi dan tumbuhkan kepercayaan. Dengan memiliki banyak relasi dapat mempermudah memajukan usaha. Kita bisa saling berbagi pengalaman dan dapat saling membantu dalam hal memajukan usaha yang dibangun; (5) usaha dan doa, manusia hanyalah perencana, namun Tuhanlah pemilik nasib kita. 28
Lihat:http://www.ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2762:pentingnyamenumbuhkan-dan-mengembangkan-jiwa-wirausaha-bagi-mahasiswa-edit-mar&catid=69:makalahkewirausahaan&Itemid=69 diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.
Doa tanpa usaha itu bohong, sedangkan usaha tanpa doa itu sombong. Keseimbangan doa dan usaha menuntun ke jalan kesuksesan. Berikut ini adalah kegiatan usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menyalurkan ilmunya, tanpa harus mengganggu aktivitas kuliah, di antaranya sebagai berikut :29 1. Mendirikan Bimbingan Belajar Seiring dengan semakin banyaknya orang tua yang sibuk bekerja yang tidak sempat mendidikan anaknya mempelajari pelajaran dari sekolah memerlukan jasa untuk memberikan les tambahan. Hal ini merupakan kesempatan emas untuk mendirikan bimbel. Bimbel ini bisa didirikan oleh beberapa orang untuk bekerja sama. Yang perlu diperhatikan dalam usaha ini adalah lokasi dan penentuan tarif yang sesuai. 2. Mendirikan Rental Komputer Usaha rental komputer merupakan jenis usaha yang cukup menjanjikan di sekitar kampus. Hampir setiap hari tempat-tempat rental komputer di kawasan kampus selalu penuh terutama menjelang akhir semester. Hal ini merupakan peluang emas untuk dijadikan lahan penambah uang saku. Usaha ini cukup memerlukan modal yang cukup besar.
D. Penutup Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha sangat penting dan perlu untuk dikembangkan bagi mahasiswa. Hal ini dikarenakan tingkat pengangguran untuk lulusan Perguruan Tinggi sangat tinggi sehingga menjadi bukti bahwa lapangan pekerjaan di Indonesia semakin sedikit. Apabila mahasiswa mampu menjadi wirausaha, maka lapangan pekerjaan pun akan semakin meningkat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan semakin maju. Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri mahasiswa, banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya melalui : (1) pendidikan formal. Kini berbagai lembaga pendidikan, baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan; (2) seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan, sehingga melalui media ini akan membangun jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa; (3) pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan, sehingga keberanian dan ketanggapan 29
Lihat:http://www.ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2762:pentingnyamenumbuhkan-dan-mengembangkan-jiwa-wirausaha-bagi-mahasiswa-edit-mar&catid=69:makalahkewirausahaan&Itemid=69 diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.
mahasiswa terhadap dinamika perubahan lingkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan; (4) otodidak. Membaca biografi pengusaha sukses (sucess story), televisi, radio, majalah, koran dan berbagai media lainnya yang dapat diakses, ternyata setiap orang dapat mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Wirausahawan yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, seperti memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Dan & Bradstreet,Strategy Plan and Business Plan (New York : Prentice Hall Inc.1993). Elmubarok, Z. Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan Yang Terserak, menyambung Yang Terputus dan Menyatukan Yang Tercerai. Editor : Dudung R.H. Bandung: Alfabeta, 2008. Herwan Abdul Muhyi, Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan, Makalah, Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung, 2007. J G. Longenecker, Kewirausahaan : Manajemen Usaha Kecil (Jakarta : Salemba Empat, 2001). Buku 1. Kneller, G.F. Introduction to The Philosophy of Education, Second ed. New York : John Wiley & Sons, Inc. 1971. Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet I. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 9. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3. R. Hakim, Kiat Sukses Berwirausaha (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 1990). S. Wijandi, Pengantar Kewirausahaan (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2000), Cet. Ke-2. Salim Siagian, Peranan Kewirausahaan dalam Pengembangan Koperas, Majalah Usahawan No.07 Tahun XXVIII Juli 1999, Jakarta, Lembaga Manajemen FE UI.
Siswoyo, D. Dkk. Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta : UNY Press, 2007. Suprodjo Pusposutardjo, Pengembangan Budaya Kewirausahaan Melalui Matakuliah Keahlian, Makalah, Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP Yogyakarta pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. Suryana, Kewirausahaan (Jakarta : Salemba Empat, 2001). Suryana, Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses (Jakarta : Salemba Empat, 2003). Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet.2. Yuyun Wirasasmita,Kewirausahaan (Jatinangor : UPT Penerbitan IKOPIN, 1994). Zimmerer, Entrepreneurship and The New Venture Formation (New Jersey : Prentice Hall International Inc. 1996). Internet : Antara News, 4 April 2013. http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/persembahan-buat-guru/membangun-jiwaenterpreneurship-pada-mahasiswa-melalui-kegiatan-magang-kewirausahaan-padalembaga-pendidikan-berkurikulum-standard-internasional-i-tutor-bangkalan/diakses pada tanggal 21 Oktober 2013. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-151-398326535-tesis.pdf diakses pada tanggal 21 Oktober 2013. http://www.ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2762:pentingnyamenumbuhkan-dan-mengembangkan-jiwa-wirausaha-bagi-mahasiswa-editmar&catid=69:makalah-kewirausahaan&Itemid=69 diakses pada tanggal 22 Oktober 2013. http://kampus.okezone.com/read/2010/03/15/65/312638/mahasiswa-dilatih-wirausaha pada tanggal 21 Oktober 2013.
diakses
http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2009/08/30/membangun-karakter-wirausaha-melaluipendidikan-berbasis-nilai-dalam-program-pendidikan-non-formal/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2013. http://ketinggalan.files.wordpress.com/2010/11/pb-inovasi-kewirausahaan.pdf tanggal 21 Oktober 2013.
diakses
pada
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/05/06/bps-jumlah-angkatan-kerja-naik-780000-orang diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.