TUGAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI
DISUSUN OLEH Firman Jaya 1402110393 DOSEN PENGAMPU Julita,SE,M.Si,Ak
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
BAB I AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI A. STRUKTUR ORGANISASI & TANGGUNG JAWAB KEUANGAN Sebagian besar sekolah tinggi dan universitas struktur organisasi yang mengambil contoh perusahaan bisnis. Di Indonesia, struktur organisasi perguruan tinggi terdiri dari seorang rektor ( setinggkat presiden) dan beberapa orang pembantu rektor (wakil rektor). Di bawah pembantu rektor ada beberapa kepala biro dan kepala bagian serta unit pelaksana teknis tertentu. Para dekan, direktur program, dan ketua jurusan (program studi) membawai masing – masing unit dimana mereka ditempatkan. Unsur-unsur perguruan tinggi menurut PP No 60 tahun 1999 pasal 27 terdiri dari : a
Dewan penyantun
b
Unsur pimpinan
c
Unsur tenaga pengajar
d
Senat perguruan tinggi
e
Unsur pelaksana akademik (bidang pendidikan, penelitian, dan bidang pengabdian masyarakat)
f
Unsur pelaksana administrative
g
Unsur penunjang (perpustakaan, laboratorium, bengkel, pusat computer, kebun percobaan, dan yang lainnya)
Sedangkan menurut PP No. 61 tahun 1999, maka organisasi perguruan Tinggi terdiri atas unsur-unsur : a
Majelis wali amanah
b
Dewan audit
c
Senat akademik
d
Pimpinan
e
dosen
f
Tenaga administrasi
g
Pustakawan
h
Teknisi
i
unsur pelaksana akademik (fakultas jurusan, lembaga, pusat-pusat dan bentuk lainnya yang dianggap perlu)
j
unsur pelaksana administratif
k
Unsur penunjang Dalam perguruan tinggi swasta, pimpinan bertanggung jawab kepada dewan
perwalian. Presiden bertanggung jawab kepada dewan pengawas, fungsinya sama dengan di industri, yaitu menetapkan kebijaksanaan secara keseluruhan. Para staf menghabiskan waktu mereka untuk mengukur kinerja perguruan tinggi dan mengajak para donatur agar memberikan dananya. Sumber – sumber Dana Pendidikan Sumber dana pendidikan untuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan (educational enterprise) di dapatkan dari berbagai sumber. Sebagai mana di sebutkan bahwa sumber – sumber yang di maksud terdiri dari pemerintah, masyarakat dan orang tua. Bagi perguruan tinggi, dapat di peroleh dari luar negeri, sedangkan mengenai dana pendidikan di Indonesia yang berasal dari pemerintah mengandalkan masukan pajak. Pajak yang di maksudkan di peroleh dari rakyat, pajak pendapatan berbagai perusahaan dan industri, sedangkan dari luar negeri berupa bantuan atau pinjaman. Perguruan tinggi umum mendapatkan dana dari empat sumber utama, yaitu bantuan badan legestatif, uang sekolah dan pengajaran, hibah, atau bantuan dari pemerintah pusat dan daerah, dan bantuan perorangan. Selain apropriasi dari badan legislatif, sumber dana yang sama juga diberikan ke perguruan tinggi swasta. Bagi sebagian perguruan tinggi negeri, sumber dana utama berasal dari Apropriasi dan Legislatif. Sekolah tinggi dan universitas menggolongkan penggunaan dan menurut fungsinya. Pengelompokan penggunaan dana menurut fungsinya berguna untuk tujuan perbandingan, tetapi system pengelompokan ini terlalu luas untuk kepentingan manajerial. Banyak data intern manajemen di hasilkan dari program yang bisa menghilangkan kendala fungsional. Dalam program, pengeluaran di golongkan berdasarkan kode obyek pengeluaran, seperti gaji dan upah, alat tulis kantor, sewa, dan asuransi. Fungsi utama perguruan tinggi adalah di bidang pendidikan. Fungsi pendidikan tersebut mencakup bidang penelitian. Pengabdian masyarakat dan kegiatan lain yang mendukung fungsi tersebut. Kegiatan pendukung meliputi pelayanan kepada mahasiswa sampai pengoperasian dan pemeliharaan gedung. Fungsi utama lainnya, yaitu pelayanan tambahan, seperti penyediaan fasilitas asrama, pelayanan kesehatan, konsumsi dan kegiatan mahasiswa lainnya serta fasilitas rumah sakit, dan kegiatan – kegiatan yang mandiri.
DANA MENURUT PSAK 45 PSAK 45 tidak spesifik mengatur tentang akuntansi perguruan tinggi, melainkan mengatur akuntansi untuk organisasi nirlaba. PSAK 45 juga tidak menyatakan dengan pasti bahwa akuntansi yang diatur di dalamnya ditentukan berdasarkan sistem dana. Namun apabila dicermati, terlihat seperti sistem dana. Dana yang terbentuk berdasarkan PSAK 45 hanya satu, yaitu seolah seperti General Fund dalam akuntansi pemerintahan atau Current Fund (tidak dirinci berdasarkan Restricted Current Fund dan Unrestricted Current Fund) seperti dalam perguruan tinggi AS. Dana dalam PSAK 45 bersifat single entity, yaitu hanya jenis laporan untuk masing-masing kategori, yaitu: satu neraca, satu laporan aktivitas, dan satu laporan arus kas. Semua unsur rekening masuk dalam neraca, aktiva lancer dan aktiva tetap, utang jangka pendek dan utang jangka panjang, serta aktiva bersih (seperti saldo dana). Aspek yang membuat PSAK 45 seperti sistem dana terletak pada ketentuan sebagai berikut:
Sumber penerimaan dari pihak lain, donator atau pemerintah, yang ada ketentuan terbatas atau tidak terbatas (restricted atau unrestricted) dalam penggunaan harus
dipisahkan rekeningnya. Aktiva bersih (seperti saldo dana atau ekuitas dalam akuntansi komersial) dikelompokkan dalam berbagai rekening seperti: aktiva bersih terikat permanen, aktiva bersih terikat temporer, dan aktiva bersih tidak terikat.
STRUKTUR DANA 1 Current Fund (CF) 2 Plant Fund (PF) 3 Loan Fund (LF) 4 Endowment and Similar Fund (ESF) 5 Annuity and Life Income Fund (ALIF) 6 Agency Fund (AF) Current Fund (CF)
Unrestricted Current Fund (UCF) Restricted Current Fund (RCF)
Plant Fund (PF)
Unexpended Plant Fund (UPF) Renewals and Replacement Fund (RRF) Retirement of Indebtedness Fund (RIF) Investment in Plant Fund (IPF)
Endowment and Similar Fund
Pure Endowment Fund (PEF) Term Endowment Fund (TEF) Quasi Endowment Fund (QEF)
Annuity and Life Income Fund (ALIF)
Annuity Fund (AF) Life Income Fund (LIF)
UNRESTRICTED FUND UCF adalah dana yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan sumber daya dalam rangka menjalankan kegiatan pokok perguruan tinggi yang terkait langsung dengan tujuan keberadaan perguruan tinggi. Aktivitas pokok yang dimaksud meliputi pengajaran, penelitian, dan layanan publik (public service). Namun uxiliary enterprises (kegiatan perguruan tinggi yang mirip bisnis) juga dipertanggungjawabkan dalam dana ini seperti: residence hall, guest house, dormitory, meeting and convention building, food service, dan athletics. Sumber dana yang dipertanggungjawabkan harus benar-benar dana yang tidak dibatasi penggunaannya oleh donator, bukan pembatasan oleh perguruan tinggi itu sendiri. UCF selalu ada dalam perguruan tinggi selama perguruan tinggi tersebut masih hidup.
RESTRICTED FUND RCF adalah dana yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan sumber daya dalam rangka menjalankan kegiatan pokok perguruan tinggi yang terkait langsung dengan tujuan keberadaan perguruan tinggi. Bedanya dengan UCF adalah dana dalam RCF harus merupakan dana yang penggunaannya sudah terbatas sesuai dengan yang ditentukan oleh pemberi dana, donator atau pemerintah. Seorang donor memberikan uang yang hanya boleh digunakan untuk penelitian, tidak boleh untuk gaji atau supplies, termasuk yang dikelola RCF. Pembatasan penggunaan dana tidak berlaku apabila yang membatasi adalah perguruan tinggi itu sendiri. Pembatasan penggunaan dana harus dari donor atau pemberi dana, bukan ketentuan perguruan tinggi itu sendiri. RCF dibentuk dalam perguruan tinggi selama ada sumber daya yang harus digunakan untuk tujuan terbatas yang ditentukan oleh pemberi dana, donator atau pemerintah. UNEXPENDED PLANT FUND UPF adalah dana yang dibentuk untuk mempertanggungjawabkan perbaikan atau pergantian aktiva tetap baru yang sudah ada. Sumber keuangan untuk memperoleh pergantian aktiva tetap bisa dari donor, pemerintah, atau transfer dari dana lain. Aktivitas pokok dana ini adalah : 1
Menerima sumber dana dari pemerintah, donor, taransfer dana lain, atau utang untuk
2 3
perbaikan atau pergantian aktiva tetap yang sudah ada. Melakukan perbaikan atau pergantian aktiva tetap. Setelah aktiva tetap selesai diperbaiki atau diganti, maka catatan aktiva tetap dibuat di Investment in Plant Fund.
RENEWALS AND REPLACEMENT FUND Dana pembaharuan dan pergantian (renewal and replacement funds) untuk menampung sumber-sumber yang digunakan untuk mendanai pembaharuan atau pergantian dan umumnya tidak dikapitalisasi. RETIREMENT OF INDEBTEDNESS FUND RIF adalah dana yang dibentuk untuk mengumpulkan sumber dana dalam rangka melunasi utang yang dikeluarkan untuk pemerolehan aktiva tetap. Sumber keuangan untuk memperoleh aktiva tetap bisa dari donor, pemerintah atau transfer dari dana lain. Aktivitas pokok dalam dana ini adalah:
1
Menerima sumber dana dari pemerintah, donor, transfer dari dana lain, atau utang
2
melunasi utang yang digunakan dalam pemerolehan aktiva tetap. Mengelola dana yang diperoleh agar menghasilkan income tambahan apabila belum
3
digunakan untuk pembayaran bunga dan pokok utang. Melakukan pembayaran bunga dan pokok ytang yang dikeluarkan sebelumnya untuk pemerolehan aktiva tetap.
INVESTMENT IN PLANT FUND IPF digunakan untuk pencatatan aktiva tetap dan utang yang terkait dengan pemerolehan aktiva tetap tersebut. Aktiva tetap itu endiri diperoleh dari dana lain, yaitu Unexpected Plant Fund, Renewals and Retirements Fund, Restricted Current Fund, atau Unresricted Current Fund. Namun setelah aktiva tetap diperoleh, maka catatan aktiva tetap tersebut dilakukan dalam Investment in Plant Fund. LOAN FUND Loan Fund digunakan untuk mempertanggungjawabkan dana yang digunakan sebagai pinjaman kepada mahasiswa, dosen atau staf. Mahasiswa dapat meminta pinjaman kepada perguruan tinggi untuk membayar SPP. Perguruan tinggi bisa menahan ijazah mahasiswa tersebut setelah lulus sampai dengan pinjaman dikembalikan. Dosen dan staf perguruan tinggi dapat melakukan hal yang sama. Uang dalam Loan Fund ini diperoleh dari pemerintah, hasil investasi, donor, yayasan, dan bunga dari pinjaman. Dana ini disebut juga Revolving Fund karena hasil peminjaman terhadap seseorang akan digunakan untuk pinjaman selanjutnya kepada orang lain. Aktivitas pokok dana ini adalah : 1
Memperoleh dana dari donor, pemerintah, yayasan, atau yang dibentuk perguruan
2 3 4
tinggi itu sendiri untuk membentuk dana pinjaman. Memberikan pinjaman kepada mahasiswa, dosen dan staf sesuai dengan ketentuan. Menagih bunga dan pokok pinjaman yang telah diberikan sebelumnya. Kegiatan 1-3 berputar seterusnya selama Loan Fund masih diperlukan sesuai dengan ketentuan pemberi dana atau kebijakan perguruan tinggi itu sendiri.
ENDOWMENT AND SIMILAR FUND
ESF digunakan untuk mempertanggungjawabkan dana yang diperoleh dari donor, perguruan tinggi itu sendiri, atau pihak lain yang pokok danannya harus tetap utuh untuk digunakan mencari hasil (income) sekarang atau di masa yang akan dating. Penghasilan dana ini (misalnya deviden, bunga dan sewa) dapat dibelanjakan (expendable) atau ditambahkan ke pokok endowment. Hasil pengelolaan dana endowment yang dibelanjakan bisa berupa dana sokongan terhadap : 1 2 3
Gaji dan tunjangan. Bantuan mahasiswa (seperti beasiswa). Bantuan riset bagi dosen dan mahasiswa.
Dana dalam ESF dapat dibagi lebih lanjut menjadi : 1
Pure Endowment Fund, pokok dana benar-benar tidak boleh dibelanjakan untuk
2
seterusnya tanpa batas waktu. Term Endowment Fund, pokok dana dapat dibelanjakan hanya setelah watu tertentu
3
dipenuhi sesuai dengan ketentuan pemberi dana, misalnya setelah 20 tahun. Quasi Endowment Fund, pokok dana dapat dibelanjakan setetlah waktu tertentu berdasarkan diskresi pengelola perguruan tinggu. Umumnya sumber dana dari perguruan tinggi itu sendiri.
Aktivitas pokok dalam ESF meliputi : 1
Memperoleh dana dari donor, dibentuk perguruan tinggi itu sendiri, atau dari pihak lain untuk dijadikan dana endowment dalam jangka panjang agar menghasilkan
2
income. Perguruan tinggi mengelola dana endowment tersebut dan diharuskan pokok dana
3
tetap utuh, tidak boleh dibelanjakan (unexpendable). Hasil pengelolaan dana endowment digunakan untuk : membayar gaji dan tunjangan, memberi beasiswa, memberi bantuan riset, menambah pokok dana endowment itu sendiri, atau kepentingan lain sesuai dengan ketentuan pembentukan awal dana.
Apabila karena hasil periode waktu (untuk Term Endowment Fund) atau karena diskresi pengelola perguruan tinggi (untuk Quasi Endowment Fund), maka pokok dana dapat ditransfer ke dana lain sesuai ketentuan, misalnya Unrestricted Current Fund atau Restricted Current Fund. Apabila suatu periode waktu tertentu tidak ada ketentuan dalam perguruan tinggu untuk membentuk dana endowment, maka Endowment and Similar Fund tidak perlu dibentuk pada periode tersebut. Namun apabila ada ketentuan membentuk dana endowment suatu periode, maka dana tersebut harus dijalankan selama periode-periode selanjutnya. ANNUITY FUND
AF adalah dana yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan sumber keuangan yang diperoleh perguruan tinggi dari donor untuk dikelola dan hasil (income) yang diperoleh dari pengelolaan pokok dana tersebut diberikan secara tahunan dalam jumlah yang pasti kepada beneficiary dalam periode waktu tertentu. Beneficiary bisa mahasiswa, dosen, staf atau individu lain yang ditentukan dalam perjanjian pemberian dana antara donator dan perguruan tinggi. Beneficiary mendapatkan hasil pengelolaan pokok dana setiap tahun sesuai dengan ketentuan yang dibuat donor. Pemberian hasil pengelolaan dana kepada beneficiary tidak memperhatikan besar kecilnya hasil pengelolaan, karena jumlah yang diberikan kepada beneficiary sudah ditentuan secara fixed (pasti) dalam ketentuan. Aktivitas pokok dana ini adalah : 1
Donor memberikan dana kepada perguruan tinggi untuk dikelola, misalnya US $2,000,000. Penghasilan dana diberikan sebesar US $10,000 setiap akhir tahun kepada
2
beneficiary selama 10 tahun. Perguruan tinggi mengelola dana tersebut agar memperoleh hasil. Umumnya jumlah
3
diberi donor cukup signifikan agar cukup menghasilkan. Perguruan tinggi menyerahkan sejumlah US $10,000 setiap tahun kepada beneficiary. Beneficiary mendapatkan jumlah pasti US $10,000 setiap tahun tanpa memandang besar kecilnya hasil pengelolaan pokok dana.
Setelah periode perjanjian sudah berakhir, pokok dana ditransfer ke dana lain, misalnya Unrestricted Current Fund atau Restricted Current Fund. Pada awal perjanjian donor sudah mengidentifikasi apakah pokok dana termasuk restricted atau unrestricted di akhir periode perjanjian. Apabila suatu periode waktu tertentu tidak ada ketentuan dalam perguruan tinggi tentang penerimaan dana dari donor untuk dikelola dan hasilnya diserahkan kepada beneficiary, maka Annuity Fund tidak perlu dibentuk pada periode tersebut. Namun apabila ada ketentuan membentuk dana ini suatu periode, maka dana tersebut harus dijalankan selama periodeperiode selanjutnya.
LIFE INCOME FUND LIF adalah dana yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan sumber keuangan yang diperoleh perguruan tinggi dari donor untuk dikelola dan hasil (income) yang diperoleh dari pengelolaan pokok dana tersebut diberikan secara periodic dalam jumlah yang tidak
dipastikan (tergantung hasil pengelolaan dana) kepada beneficiary untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Umumnya jangka waktu dalam perjanjian adalah selama donor masih hidup atau selama beneficiary masih hidup. Beneficiary bisa mahasiswa, dosen, staf atau individu lain yang ditentukan dalam perjanjian pemberian dana antara donator dan perguruan tinggi. Beneficiary mendapatkan hasil pengelolaan pokok dana secara periodeik sesuai dengan besarnya hasil pengelolaan pokok dana. Pemberian hasil pengelolaan dana kepada beneficiary perlu memperhatikan besar kecilnya hasil pengelolaan, karena jumlah yang diberikan kepada beneficiary disesuaikan dengan besarnya hasil yang diperoleh. Aktivitas pokok dalam dana ini adalah : 1
Donor memberikan dana kepada perguruan tinggi untuk dikelola, misalnya US $2,00,000. Penghasilan dana diberikan sebesar US $85% dari hasil pengelolaan dana
2
setiap akhir tahun kepada beneficiary selama beneficiary masih hidup. Perguruan tinggi mengelola dana tersebut agar memperoleh hasil. Umumnya jumlah
3
yang diberi donor cukup signifikan agar cukup menghasilkan. Perguruan tinggi menyerahkan sejumlah 85% dari hasil pengelolaan pokok dana setiap tahun kepada beneficiary. Beneficiary tidak mendapatkan jumlah pasti karena tergantung pada hasil pengelolaan pokok dana.
Setelah periode perjanjian sudah berakhir, pokok dana ditransfer ke dana lain, misalnya Unrestricted Current Fund atau Restricted Current Fund. Pada awal perjanjian donor sudah mengidentifikasi apakah pokok dana termasuk restricted atau unrestricted di akhir periode perjanjian. Apabila suatu periode waktu tertentu tidak ada ketentuan dalam perguruan tinggi tentang penerimaan dana dari donor untuk dikelola dan hasilnya diserahkan kepada beneficiary, maka Life Income Fund tidak perlu dibentuk pada periode tersebut. Namun apabila ada ketentuan membentuk dana ini suatu periode, maka dana tersebut harus dijalankan selama periodeperiode selanjutnya.
AGENCY FUND AF digunakan untuk mempertanggungjawabkan sumber keuangan yang diperoleh dari pihak lain (mahasiswa, dosen, staf atau pihak lain), memegangnya sebentar, lalu menyerahkannya
lagi kepada pihak lain (mahasiswa, dosen, staf atau pihak lain). Agency Fund berfungsi sebagai depository, fiscal agent atau custodian. Sumber keuangan yang dikelola Agency Fund meliputi : deposit apartemen, deposit dormitory, deposit makanan, deposit buku, deposit pinjaman alat, dan deposit telepon. Tidak ada proses pemerolehan pendapatan yang cukup berarti dalam Agency Fund karena dana dipegang hanya untuk sementara waktu. Karena itu, aktiva = utang, tidak ada saldo dana. Aktivitas pokok dalam dana ini adalah : 1 2 3
Menerima sumber dana dari mahasiswa, dosen, staf atau pihak lain. Memegang sementara sumber dana yang diperoleh. Menyerahkan kembali sumber dana tersebut kepada mahasiswa, dosen, staf atau pihak
4
lain. Apabila suatu periode waktu tertentu tidak ada sumber keuangan dana lain yang harus dipegang sementara sebagai depository, fiscal agent atau custodian, maka tidak perlu dibentuk Agency Fund pada periode tersebut. Namun apabila ada ketentuan membentuk Agency Fund suatu periode, maka dana tersebut harus dijalankan selama ada sumber daya yang belum diserahkan kepada pihak lain.
B. PENGUKURAN KINERJA. Sekolah tinggi dan universitas umum adalah organisasi nirlaba. Tujuannya adalah memberikan pendidikan yang terbaik dengan sumber daya yang ada. Namun, berbagai pendapat tentang pendidikan tidak dapat membantu evaluasi dalam perbandingan atau kinerja keseluruhan program suatu sekolah tinggi dan universitas. Karena ketidak mampuan untuk mengindentifikasikan dan mengukur atribut khusus dari “tenaga terdidik”, pendidikan menggunakan faktor – faktor khusus, misalnya kesempatan kerja suatu skala penghasilan para lulusannya. Dalam hal lain, ujian nasional mengungkapkan posisi relative dari lulusan sekolah tinggi dan universitas. Beberapa perguruan tinggi berusaha untuk mengetahui seberapa posisi penting yang dapat di capai oleh para lulusannya baik di pemerintah atau swasta.. Dalam tahun 1982 perbaikan dalam CUBA ( College and University Business Administration ) mendapat pengesahan dari AICPA. Sebelumnya, pada tahun 1975 Badan Audit Sekolah Tinggi
dan Universitas ( The Audits of Colleges and University) telah
mengakui CUBA sebagai salah satu sumber yang memberi masukan bagi prinsip akuntansi yang diterima umum. Walaupun AICPA tidak secara khusus mengesahkan perbaikan dalam CUBA tersebut, AICPA memberikan masukan bagi prinsip akuntansi yang diterima umum. Catatan FASB
Pada tahun 1976 telah di umumkan secara resmi bahwa FASB bertanggung jawab atas asumsi – asumsi standar untuk organisasi nirlaba, termasuk sekolah tinggi dan universitas. Statement No. 32, yang berlaku efektif pada tahun 1976, menetapkan bahwa audit guide menggambarkan prinsip – prinsip akuntansi yang lebih baik bagi perubahan bagi praktik akuntansi. Statemen No. 93, berlaku efektif 1 January 1990, mengharuskan sekolah tinggi dan universitas untuk mengakui depresiasi bagi semua aset tetap. Yuridiksi GASB Pemerintahan mengoperasikan sekolah tinggi dan universitas berdasarkan GASB. Praktek akuntansi untuk swasta dan semua sekolah tinggi dan universitas di atur oleh FASB. Ada dua karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap praktek akuntansi sekolah tinggi dan universitas, sekolah negeri lebih mementingkan penyediaan pelayanan daripada menghasilkan laba. Hal ini merupakan salah satu karakteristik operasi penting. Selain itu, dalam hubungannya dengan penyediaan jasa adalah hal yang mendapat perhatian utama dari sekolah tinggi dan universitas. NACUBO dan AICPA setuju bahwa efektifitas paling baik di ukur dengan menggunakan akuntansi basis akrual. Selain itu, sekolah tinggi dan universitas menggunakan beberapa akuntansi yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan akuntansi dan pelaporannya. C. KONVENSI AKUNTANSI KHUSUS Seperti organisasi nirlaba lainnya yang menggunakan akuntansi akrual, sekolah tinggi dan universitas menggunakan praktek – praktek akuntansi tertentu yang tidak di masukan secara tepat sebagai akuntansi akrual. Beberapa konvensi sekolah tinggi dan universitas yang penting di sajikan sebagai berikut
Pengakuan pendapatan dan belanja Penilaian dan pencatatan aktiva tetap. Depresiasi aktiva tetap.
D. LAPORAN KEUANGAN UNIVERSITAS DAN AKADEMI Persyaratan Laporan Keuangan Audit guide mensyarakat bahwa format laporan harus mencapai tujuan laporan yang tertentu yaitu :
1
Menyediakan bagi pembaca dengan informasi yang mencakupi berkaitan dengan rincian sumber dan penggunaan dana lancar.
2
Memungkinkan institusi / kelembagaan melaporkan jumlah dana – dana lancar yang dibatasi dan tidak dibatasi yang di belanjakan untuk masing – masing kategori fungsional sehingga tingkat jumlah aktivitas keuangan untuk masing – masing terungkap.
3
Memberikan fasilitas bagi penyaji perbandingan dengan tahun sebelumnya. Umumnya, universitas dan akademi menyediakan beberapa daftar pendukung dalam
laporan tahunannya. Termasuk di dalamnya mungkin juga berupa daftar hutang jangka panjang, daftar operasi usaha tambahan, ringkasan investasi, ringkasan sumbangan yang diterima per sumber dan tujuaanya. Daftar – daftar tersebut harus menyertai laporan keungan dan catatan – catatan yang berhubungan. Akuntabilitas Salah satu kebijakan yang di tuangkan pada PP No.61 Tahun 1999 terkait dengan pengelolaan perguruan tinggi adalah akuntabilitas yang tercantum pada pasal 20 yang intinya adalah dalam waktu lima bulan setelah tahun buku di tutup, pimpinan dan majelis wali amanat wajib menyampaikan laporan tahunan kepada menteri, berupa laporan keuangan dan laporan akademik yang setelah mendapat pengesahan menteri, menjadi informasi public. Laporan tahunan keuangan maupun laporan akademik tahuan di tandatangani oleh semua angota pimpiann perguruan tinggi dan disampaikan ke majelis wali amanat. E. OTONOMI PERGURUAN TINGGI Akhir – akhir ini banyak bermunculan demonstrasi mahasiswa yang memprotes kenaikan uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).besar kemungkinan masalah kenaikan uang SPP itu untuk mengantisipasi otonomi perguruan tinggi negeri (PTN) yang terlanjur hidup tergantung subsidi pemerintah, di kelolah sebagai perpanjangan dari birokrasi pemerintahan yang kaku dan tidak ramah.terhadap perubahan Menurut Anderson dan Johnson (1997), otonomi universitas merupakan suatu kebebasan bagi perguruan tinggi untuk mengelola universitas tanpa campur tangan pemerintah. Dalam evaluasi DIKTI 1999 / 2000, di sebutkan bahwa pada dasarnya tujuan umum azaz otonomi di perguruan tinggi adalah penyelenggaraan manajemen yang di tujuhkan kreatifitas, kemurnian dan produktivitas dari civitas akademika dapat menghasilkan kinerja yang tinggi.
Tujuan dari perguruan tingi sudah mengalami pergeseran yang mengarah pada penguasaan skill dari lulusannya, dan tidak semata – mata hanya mengembangkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya dari pasal 38 PP No.152 tahun 2000, dapat di simpulkan bahwa dengan adanya kewenangan yang lebih besar di upayakan pendanaan non pemerintah yang lebih besar dan universitas juga di tuntut untuk meningkankan akuntabilitasnya dalam hal penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi. Beberapa masalah yang timbul sebagai dampak dari adanya otonomi perguruan tinggi yang memerlukan penanganan secara dini dengan memperhatikan misi PTN dalam pembangunan nasional yaitu : 1
Otonomi universitas dapat diterjemahkan menjadi otonomi fakultas, bahkan program studi / jurusan, jurusan atau fakultas yang hanya akan mencari penghasilan yang sebesar – besarnya yang tidak akan jujur dalam menyampaikan institutional fee meskipun dana tersebut merupakan subsidi bagi lembaga dan unit penunjang universitas.
2
Universitas cenderung akan membuka program studi yang laku di pasaran dan menutup program studi yang tidak menguntungkan.
3
Akan terdapat kecenderungan untuk menaikan SPP dan disertai dengan
“dana
pengembangan universitas.” Yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (berpenghasilan rendah), sehingga misi “ Pendidikan Tinggi untuk Mencerdaskan Bangsa “ akan terabaikan (disebut dengan jalur khusus). 4
Citra kampus sebagai pengantar Reformasi Nasional dapat menjadi pudar karena berubah dari kampus rakyat menjadi menjadi kampus elit dengan menara Gadingnya. Otonomi perguruan tinggi memerlukan pimpinan yang mampu memadukan antara
tuntutan bisnis. Kemampuan akademik di perlukan agar perguruan tinggi dapat di kembangkan sebagai pusat ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Sedangkan kemampuan manajemen bisnis diperlukan agar perguruan tinggi dapat lebih tanggap terhadap perubahan dan responsif terhadap tuntutan pasar,serta mampu menjamin kerja sama dengan dunia bisnis dan industri. Selanjutnya perguruan tinggi akan mampu menghasilkan sarjana yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau sarjana professional. Masyarakat tidak akan segan – segan memenuhi tuntutan uang SPP berapapun besarnya, asal sebanding dengan mutu kesarjanaan yang di perolehnya dan sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri. Bukan untuk menjadi sarjana perguruan yang membebani dirinya dan masyarakat, hingga menjadi ancaman dan gangguan stabilitas kehidupan social.
Memperkuat budaya Akademik Untuk membangun budaya akademik dalam suatu perguruan tinggi, ada beberapa prasyarat yang harus di penuhi, yaitu : 1
Adanya sumber daya manusia, terutama staf pengajar yang mempunyai keunggulan akademik, dan secara formal diukur oleh gelar akademik tertinggi yang di capainya. Selain itu juga punya dedikasi tinggi untuk pengembangan keilmuan, dan memperoleh imbalan pendapatan yang memadai untuk menunjang kegiatan akademik.
2
Menguasai tradisi akademik yang unggul, melalui penyusunan kurikulum yang actual, realistis, dan berorentasi kedepan. Di ajarkan melalui proses belajar mengajar dialogis, bebas, dan objektif, dan kemudian dikembangkan dalam diskusi, seminar, penelitian, penerbitan buku dan jurnal ilmiah, yang disebarluaskan kepada masyarakat, sebagai wujud dari pengabdian perguruan tinggi bagi peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
3
Tersedianya sarana dan prasarana akademik yang memadai, seperti lingkungan kampus yang sejuk, perpustakaan yang lengkap, dan laboratorium yang modern. Dengan semakin kuatnya budaya akademik maka perguruan tinggi mampu mempertahankan kualiltas kecendekiawanannya.
Kerja sama Perguruan Tinggi Kerjasama mutualisme yang harus dilakukan
perguruan tinggi dalam mengatasi
keterbatasan penyelenggaraan pendidikan secara berkualitas di masa yang akan datang dapat di lakukan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk yang potensial dalam model Zinser yang memperkenalkan kemitraan perguruan tinggi. Untuk memperoleh sumber – sumber pendanaan di luar uang SPP, perguruaan tinggi harus melakukan kerja sama dengan dunia bisnis dengan menjual jasa pelayanan keilmuan. Di samping itu, kerja sama bisnis dalam kegiatan pemasaran produk – produk ilmu dan teknologi yang berorientasi pada riset. Sedangkan kerja sama industri di sector riil, dengan mendirikan industri skala besar. Untuk kerja sama bisnis dan industri skala besar, maka perguruan tinggi tidak perlu menyetor sahamnya karena dapat memberatkan perguruan tinggi itu sendiri. tetapi dapat dikompensasikan dengan berbagai riset, penyusunan studi kelayakan serta sumber daya manusia unggul yang di miliki oleh perguruan tinggi itu sendiri. di samping itu, dapat
digunakan menjadi tempat praktikum mahasiswanya, agar mereka dapat mengetahui dunia kerja secara konkret. F. PRIVILEGE BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI Belajar adalah hak setiap orang. Akan tetapi, kegiatan belajar di suatu perguruan tinggi merupakan suatu privilege karena hanya orang yang memenuhi syarat saja yang berhak belajar di lembaga pendidikan tersebut. Mereka yang tidak mampu belajar di perguruan tinggi, merasa yakin bahwa ia telah kehilangan haknya atas pekerjaan dan status social yang mestinya mereka dapatkan seandainya bisa belajar diperguruan tinggi. Namun terlepas dari berbagai kegagalan itu, pendidikan masih tetap menjadi favorit tumpuan masa depan sebagian masyarakat kita. Bahkan Indonesia “rela” mengalokasikan 20 % anggaran untuk sector pendidikan pada tahun 1981 / 1982. ketika kemudian RAPBN 2001/2002 ternyata bidang ini memperoleh jatah yang lebih sedikit, berbagai protespun bermunculan. Asal Usul Sekolah. Mungkin telah terjadi kekeliruan pada saat kali pertama disebut kata school, yakni asal mula kata sekolah dalam bahasa kita sekarang. Karena dalam bahasa aslinya, yakni skhole, scolae atau schola (latin), kata itu secara harfiah berarti “waktu sekarang”. (Roem Topatimasang, 1998). Karena dulunya kata itu memang digunakan untuk menyebut sebuah kegiatan yang dilakukan oleh orang Yunani Kuno untuk mengisi waktu luangnya, mereka mengunjungi suatu tempat atau seseorang pandai tertentu untuk mempertanyakan dan mempelajari halikhwal yang mereka rasakan memang perlu dan butuh untuk mereka ketahui, “waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar” (leisure devoted to learning). Kebiasaan ini juga diberlakukan kepada putra-putra mereka, sejak saat itulah dari scola matterna (pengasuh ibu sampai usia tertentu), yang merupakan proses lembaga dan sosialisasi tertua umat manusia, menjadi scola in loco parentis (lembaga pengasuh anak pada waktu senggang diluar rumah, sebagai pengganti ayah atau ibu). Itulah pula mengapa lembaga pengasuh ini kemudian biasa disebut juga “ibu asuh” atau “ibu yang memberikan ilmu” (almamater).
Pelaksanaan Fungsi Sekolah
Sekolah di maksudkan untuk mendidik, inilah ideology sekolah tujuan umum sekolah. Sekolah – sekolah telah bergantung tanpa tantangan sampai akhir – akhir ini, sebagian karena pendidikan itu sendiri adalah suatu istilah yang berbeda – beda artinya bagi berbagai orang. Tetapi secara berangsur – angsur sekolah di semua Negara dari segala jenis pada segala tingkatan memadukan empat fungsi social yang berbeda – beda custodial care, yaitu fungsi perwalian ( pengawasan kanak – kanak ). Fungsi perwalian sekarang dilakukan secara universal oleh sekolah – sekolah sehingga sukar mengingatkan susunan – susunan yang terdahulu. Para orang tua dengan begitu saja menyerahkan sebagian besar tanggung jawabnya atas pengawasan anak – anaknya kepada sekolah. Pada saat anak – anak menjadi mahasiswa penuh, mereka tetap menjadi anak – anak yang ekonomis, politis, bahkan secara hukum. Meskipun tidak ada sanksi hukum formal yang di kenakan terhadap para mahasiswa, mereka selalu dapat dicabut haknya untuk bersekolah, dan dengan demikian dicabut pula haknya atas pekerjaan status social yang diinginkan