Oleh : Dr. Sri Haryati, M.Pd
A. FILSAFA FILS AFAT T SBG. SUATU SUATU KEBIJAKSANAAN YANG RASIONAL DARI SEGALA SESUATU B. FILSAFA FILS AFAT T SEBAGAI SEBAG AI SUATU SIKAP DAN PANDANGAN HIDUP C. FILSAFA FILS AFAT T SEBAGAI SUATU KELOMPOK PERSOALAN
FILSAFAT
SBG. PANDANGAN HIDUP SBG. ILMU
D. FILSAFA FILS AFAT T SEBAGAI SUATU SUATU KELOMPOK TEORI DAN SISTEM E. FILSAFA FILS AFAT T SBG. SUATU PROSES PROS ES KRITIS DAN SISTEMATIS DARI SEGALA PENGETAHUAN MANUSIA
F. FILSAFA FILS AFAT T SBG. SUATU USAHA UNTUK MEMPEROLEH PANDANG-AN YANG KOMPREHENSIF
LINGKUP PENGERTI PENGERTIAN AN FILSAF FILSAFA AT A.
FILSAFAT
FILSA FAT SBG. SUA FILSAF SUATU TU KEBIJ KEBIJAKSAN AKSANAAN AAN YANG RASIONAL DARI SEGALA SESUATU
B.
FILSA FAT SEBAG FILSAF SEBAGAI AI SUA SUATU TU SIKAP DAN PANDANGAN HIDUP
C.
FILSA FAT SEBAG FILSAF SEBAGAI AI SUA SUATU TU KELOMP KELOMPOK OK PERSOALAN
D.
FILSA FAT SEBA FILSAF SEBAGAI GAI SUA SUATU TU KELOMP KELOMPOK OK TEORI DAN SISTEM PEMIKIRAN
E.
FILSA FAT SBG. SUA FILSAF SUATU TU PROS PROSES ES KRIT KRITIS IS DAN SISTEMATIS DARI SEGALA PENGETAHUAN MANUSIA
F.
FILSA FAT SBG. SUA FILSAF SUATU TU USAHA UNTUK MEMPEROLEH PANDANGAN YANG KOMPREHENSIF
DASAR EPISTEMOLOGIS SEBAGAI SUATU PENGETAHUAN INTERN STRUKTUR LOGIS DAN KONSISTEN IMPLEMENTASINYA
DASAR AKSIOLOGIS YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA, HIERARKHI DAN STRUKTUR NILAI DI DALAMNYA KONSEP ETIKA YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
DASAR ONTOLOGIS PEMIKIRAN TENTANG NEGARA BANGSA, MASYARAKAT DAN MANUSIA
DASAR EPISTEMOLOGIS SEBAGAI SUATAU PENGETAHUAN INTERN STRUKTUR LOGIS DAN KONSISTEN IMPLEMENTASINYA
DASAR AKSIOLOGIS YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA, HIERARKHI DAN STRUKTUR NILAI DI DALAMNYA KONSEP ETIKA YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
ESENSI FILSAFAT PANCASILA
ESENSI NEGARA
DASAR ONTOLOGIS SUBJEK PENDUKUNG NEGARA
HUBUNGAN NEGARA DNG.WARGANEGARA
SUMBER PENGETAHUAN
SISTEM PENGETAHUAN DASAR EPISTEMOLOGIS DASAR KEBENARAN PENGETAHUAN
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN
1. HAKIKAT NILAI
DASAR AKSIOLOGIS
2. SUMBER NILAI
3. STRUKTUR NILAI
FORMAL SUMBER HUKUM
NILAI
MATERIAL
FAKTA
VALUE
NORM
FACT
ALINEA I
HUKUM KODRAT HUKUM ETIS
ALINEA II
CITA-CITA KEMERDEKAAN
ALINEA III
HUKUM TUHAN HUKUM ETIS
ALINEA IV HUKUM FILOSOFIS
(PANCASILA) PELAKSANAAN NEGARA INDONESIA
HUKUM POSITIV DAN
SUMBER BAHAN
DAN
SUMBER NILAI SUMBER BENTUK DAN SIFAT PELAKSANAAN NEGARA INDONESIA
DASAR FILSAFAT NEGARA
SISTEM POLITIK NEGARA P E N J A B A R A N D A L A M P E RA TU R A N P E R UN D A N G - UNDANGA N DA N ASPEK NORMATIF LA INNYA D A L A M N EG A R A
PELAKSANAAN PRAKSIS DALAM BERBAGAI BIDANG DAN BERBAGAI KEBIJAKSANAAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM NEGARA
UNIVERSAL
FILSAFAT PANCASILA DASAR FILOSOFIS NEGARA
NILAI
DERIVASI BIDANG KOLEKTIF
KENEGARAAN
KHUSUS
REALISASI
EMPIRIS
PRAKSIS
NORMA
FAKTA
SEBAB PERTAMA
SEBAB
TUHAN
AKIBAT
TIDAK LANGSUNG
MANUSIA
(KAUSA PRIMA) -
SGL. Sesu atu b erasal dr TUHAN
-
Manus ia berasal dari TUHAN
-
Negara berasal dari manusia
-
Negara
Lembaga kemanusiaan
-
NEGARA KE BU TU H AN
Negara
lembaga Kemasya- rakatan
Kesesuaian haki kat negar a dengan haki kat abstr ak
“TUHAN”. “Keseuaian” dalam arti sebab akibat yang tidak langsung.
1.JIWA
AKAL RASA KEHENDAK
2. RAGA
Anorganis VEGETATIF ANIMAL
SUSUNAN KODRAT MONO DUALIS
MONO PLURA LIS
SIFAT KODRAT MONO DUALIS
KEDUKAN KODRAT MONO DUALIS
1. MAKHLUK INDIVIDU 2. MAKHLUK SOSIAL 1. MAKHLUK PRIBADI BERDIRI SENDIRI 2. MAKHLUK TUHAN
MANUSIA YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA
MEMBENTUK PERSEKUTUAN NEGARA
TUJUAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN
Pandangan Hidup bangsa (ideologi nasional) Pandangan Hidup masyarakat
Pandangan Hidup Negara (Ideologi negara)
LOGOS Rasionalitas atau penalaran PATHOS Transformasi. ETHOS Kesusilaan
PEMBUKAAN UUD 1945 MEMENUHI SYARAT ADANYA TERTIB HUKUM R.I. Yang meliputi 4 Syarat yaitu : 1. Adanya kesatuan subjek yang mengandakan peraturan-peraturan hukum. 2. Adanya kesatuan asas kerokhanian yang meliputi seluruh peraturanperaturan hukum. 3. Adanya kesatuan waktu di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku. 4. Adanya kesatuan wilayah di mana kesatuan hukum itu berlaku
KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945 DLM. TERTIB HUKUM INDONESIA 1
Pembukaan memberikan faktor-faktor a d an y a s u at u t e r t ib h u k u m i n d o n e s i a.
mutlak
bagi
2
M e m a s u k k a n d i r i d i d a l a m n y a s e b ag a i k e t en -t u a n h u k u m tertinggi
M ak a P em b u k a an U U D 19 45 s e c ar a h u k u m t i d a k b i s a d i u b a h .
I
a. Hak K o dr at b . Hak Mo ral c. Peri Kem ausiaan d. Peri K eadilan
SIFAT MUTLAK HAKIKAT -Kemerdekaan hak segala bangsa -Bangsa terdiri dari manusia
W aj i b K o d r a t Wajib Moral
a. Perjuangan bgs. Indonesia
II
b. Bangsa Indo. Menentukan nasibnya sendiri atas kedaulatan. c. Cita-cita kenegaraan. - Merdeka - Bersatu
- Berdaulat, adil dan makmur
H ak K o d r a t Dan Hak Moral Menjelmakan kemerdekaan dlm.btk. Suatu Negara
Satu negara Negara Persatuan Satu wilayah D an b a n g s a
III
a.
Nilai religius
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa
b.
Nilai moral
Didorong oleh keinginan Luhur Memenuhi hak Kodrat.
c.
IV
pernyataan
1. Tujuan Negara
Kembali proklamasi
a. Tujuan Khusus - Melindungi segenap bgs. Indonesia dan selrh tumpah darah Indonesia - Memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa b. Tujuan umum melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Ketentuan diadakannya UUD negara maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia. itu dlm suatu UUD Negara Indonesia
3. Bentuk negara
yang berbentuk
dalam suatu susunan negara R.I. yang berkeadilan rakyat
4. Dasar Kerokhanian (filsafat) Negara
yang berdasar Kepada ………..
Dijab arkan d alam p asal-p asal UUD 1945
ALINEA Tidak mempunyai I hubungan ‘kausal II organis’ III IV
Rangkaian per isti wa yang mendahul ui ter ben-tuk nya negar a, dasar-dasar pemi ki r an/ l atar belakang pendor ong ter wuj udnya kemer dekaan I ndonesia dalam wuju d negar a I ndonesia a.
IV
Mempunyai hubungan yang bersifat ‘kausal dan organis
Dijabarkan (dikongkritisasikan)
Mencakup beberapa segi UUD ditentukan akan ada Yang diatur dalam UUD ialah tentang pembentukan pemerintahan. Negara yang memenuhi pelbagai persyaratan dan meliputi segala. Aspek penyelenggaraan negara. Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat Di tetapkannya dasar kerokhanian Negara (Pancasila).
Etika Hukum Etika Bisnis Etika Lingkungan Etika Profesi Etika Politik
PANDANGAN HIDUP BANGSA
KEPRIBADIAN BANGSA
FILSAFAT PANCASILA
IDEOLOGI NEGARA
DASAR NEGARA RI
NORMA PERATURAN PERUNDANGAN
HAK DAN KEWAJIBAN WNI
DEMOKRASI DAN HAM E TI KA P OL IT I K
GEOPOLITIK INDONESIA GEOSTRATEGI/KETAHANAN NASIONAL
HAKEKAT IDENTITAS NAS: MENIFESTASI NILAI-BUDAYA YG TUMBUH-BERKEMB DLM BERBG ASPEK KEHIDP SUATU BGS (NATION) DG CIRI KHAS YG MEMBEDAKAN DG BGS LAIN
MANIFESTASI NILAI-BUDAYA YG TUMBUH-BERKEMB DLM BERBAGAI ASPEK KEHDP MAN-MASY IND YG “DIHIMPUN” DLM KESATUAN IND MENJADI KEBUDY IND
DG ACUAN PANCASILA
DG ROH BHINEKA TUNGGAL IKA
SEBAGAI DASAR – ARAH PENGEMBANGANNYA
IDENTITAS NAS BERSIFAT DINAMIS IDENTITAS NAS SUATU BGS (TERMASUK INDONESIA) SELALU TUMBUH - BERKEMBANG
DINAMIS TDK MANDEG TERBUKA
MENUJU KEMAJUAN KEARAH YG LEBIH BAIK
IDENTITAS NAS BUKAN BARANG JADI SELALU BERPROSES BAGI BGS IND? ADA KECEMASAN TTG ARAH PROSES TSB DI ERA REFORMASI
AKTUAL
JAMAN – KEADAAN SUDAH – SELALU BERUBAH
TANTANGAN BERBEDA PERWUJUDAN CITA-HARAPAN SEMAKIN BERAT
PERLU PEMBUDAYAAN IDENTITAS NAS MELALUI REVITALISASI PANCASILA DILETAKKAN DLM KEUTUHANNYA DG PEMBK. UUD 1945 (SBG SUMBER MOTIVASI & APSIRASI)
REALITASNYA
IDEALISTASNYA
TETAP MENCERMINKAN KONDISI OBJEKTIF
ADA UPAYA NYATA-RIIL DG. TETAP & UNT MEWUJUDKAN PANCASILA
FLEKSIBILITASNYA MENGAKTUALISASIKAN NILAI PANCASILA SCR RELEVAN- FUNGSIONAL DG TETAP BHINEKA TUNGGAL IKA
SPIRITUAL SBG LANDASAN ETIK-MORAL
AKADEMIS MPK URGEN DISELENGGRK
KEBANGSAAN SETIA PD KEPENT BANGSANYA
MONDIAL MAMPU MENYONGSONG TANTANGAN & PELUANG
SPIRITUAL PRINSIP & SEMANGAT KE INDONESIAAN
FISIK/LAHIRIAH ATRIBUT2 NAS IND
PEMBUK & UUD 1945 WAWASAN NUS KETAHANAN NAS BHINEKA TUNGGAL IKA
BENDERA NAS LAMBANG NEG LAGU KEBANGS BAHASA NAS
KERANGKA DASAR KEHIDUPAN BERBGS BERNEG IND.
1. ERNEST RENAN SUATU KESATUAN SOLIDARITAS, YG DIDORONG RASA SETIA KAWAN DIANTARA MRK DG DILATARBELAKANGI OLEH PERASAAN SENASIB DI MASA LAMPAU DAN SATU TUJUAN DI MASA DEPAN TDK TERGANTUNG PERSAMAAN RAS, AGAMA, BHS, DLL SEOLAH-OLAH ADA KESEPAKATAN
2. BEN ANDERSON KOMUNITAS POLITIK YG DIBAYANGKAN DLM WILAYAH YG JELAS BATASNYA DAN BERDAULAT DIANTARA ANGGTNYA TDK SALING KENAL BATAS WILAYAHNYA JELAS BIASANYA DIBAWAH SUATU NEG MEMANDANG SATU SAMA LAIN SBG SAUDARA
3. OTTO BAUER SATU PERSATUAN PERANGAI YG TIMBUL KRN PERSATUAN NASIB
ELEMEN POKOK BGS: ~ JIWA – KEHENDAK – PERASAAN – SEMANGAT ~ BERSAMA BENTUK PERSATUAN
BANGSA BUKAN KENYATAAN LAHIRIAH, TTP KEROKHANIAN
ALAT DARI SUATU MASY YANG MEMPUNYAI KEKUASAAN MENGATUR HUB2 MAN & MENERTIBKAN GEJALA2 YG TIMBUL KRN HUB TSB
NEGARA MEMPY TUGAS PENTING: MENGENDALIKAN & MENGATUR GEJALA2 KEKUASAAN YG TIMBUL DLM MASY YG BERTENTANGAN SATU SAMA LAIN
UNSUR NEGARA
RAKYAT
WILAYAH
PEMERINTAH YG BERDAULAT
TIDAK DATANG SECARA TIBA2 TTP MELALUI PROSES SEJARAH
DIMULAI DI PENGALAMAN SEJARAHNYA (SENASIB) & ANCANGANNYA MENATAP MASA DEPAN (SETUJUAN) (KESADARAN – SEMANGAT BERSAMA)
MENCIPTAKAN IDENTITAS KOLEKTIF SBG PEMERSATU
TERWUJUD SIMBOL2 EKSPRESIF SBG SATU BANGSA
•
•
•
Pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapakah yang akan menjadi warganegara Dari segi kelahiran : Ius soli Ius Sanguinis Dari segi perkawinan Kesatuan Hukum Persamaan Derajad
Ius Soli : ditentukan tempat / negara ia dilahirkan Ius Sanguinis : ditentukan berdasarkan hubungan darah / keturunan Akibatnya Penyelesaian
“ bi-patride “ & “ a-patride “
hak opsi dan hak repudiasi
•Kesatuan Hukum : anggota keluarga tunduk pada hukum yang sama bila terjadi perkawinan antar bangsa warganegara isteri = suami
*Persamaan Derajat : Suatu perkawinan tidak menyebabkan berubahnya Status kewarganegaraan masing – masing pihak.
* Kewarganegaraan Indonesia
Berdasarkan asas ius sanguinis ( UU No. 62 / 1958 ) * Namun juga berdasarkan ius soli ( UU No. 3 / 1946 ) Untuk menampung onderdaan yang tinggal di Indonesia sebelum Proklamasi Kemerdekaan
“……… A
CONSTITUTION IS A
DOCUMENT WHICH CONTAINS THE RULES FOR THE OPERATION OF AN ORGANIZATION ”
(BRIAN
THOMPSON)
KONSTITUSI KENISCAYAAN BAGI ORGANISASI BERBENTUK BADAN HUKUM (LEGAL ENTITY)
NEGARA •
PERATURAN TERTULIS
KEBIASAAN & KONVENSI KETATANEGARAAN •
SUSUNAN & KEDUDUKAN ORGAN NEGARA •
HUB. ANTAR ORGAN NEGARA
•
HUB. ORGAN NEGARA DG WARGA NEGARA •
KEKUASAAN SEBAGAI PUSAT PERHATIAN
PEMBATASAN KEKUASAAN
PENGAWASAN KEKUASAAN
RAKYAT
KONSTITUSIONALISME “Constitutionalism is the name given to the trust which men response in the power of words wngrossed on parchment to keep a government in order”
(Walton H. Hailton)
Mengatur dan Membatasi Kekuasaan “constitutionalism is an institutionalized system affective, regularized. Detraid upon governmental action”
(CJ Friedrich)
KONSENSUS (GENERAL AGREEMENT
NEGARA UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN BERSAMA DAN DIWUJUDKAN BERSAMA
1. TUJUAN/CITA-CITA BERSAMA (THE GENERAL GOALS OF SOCIETY OR GENERAL ACCEPTANCE OF THE SAMA PHILOSPHY OF GOVERNMENT) 2. THE RULE OF LAW SEBAGAI LANDASAN & PENYELENGGARAAN NEGARA (THE BASIS OF GOVERNMENT) 3. BENTUK INSTITUSI & PROSEDUR KETATANEGARAAN (THE FORM OF INSTITUTIONS AND PROCEDURS)
PANCASILA NKRI
TUNAS
STAATSIDEE
FILOSOFI GRONDSLAG
COMMON PLATFORMS
KONSTITUSIONALISME HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH DAN WARGA NEGARA •
HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA PEMERINTAH
•
KONSTITUSI •
PEMBATASAN KEKUASAAN ORGAN NEGARA
•
MENGATUR HUBUNGAN ANTAR ORGAN NEGARA
MENGATUR HUBUNGAN KEKUASAAN ORGAN NEGARA DENGAN WARGA NEGARA •
•
PEMBATASAN KEKUASAAN DAN
•
MEMB. LEGITIMASI KEKUASAAN PEMERINTAH
•
INSTRUMEN PENGALIHAN KEWENANGAN
UUD NKRI 1945 1. TOOL OF SOCIAL AND POLITICAL CONTROL 2. TOOL OF SOCIAL AND POLITICAL REFORM 3. TOOL OF SOCIAL AND POLITICAL ENGINEERING
PRINSIP PENYELENGGARAAN NEGARA 1. KETUHANAN YANG MAHA ESA 2. CITA NEGARA HUKUM (NOMOKRASI) 3. PAHAM KEDAULATAN RAKYAT (DEMOKRASI) 4. DEMOKRASI LANGSUNG/DEMOKRASI PERWAKILAN 5. PEMISAHAN KEKUASAAN & PRINSIP CHECK AND BALANCES 6. SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 7. PRINSIP PERSATUAN & KERAGAMAN DALAM NEGARAN KESATUAN 8. DEMOKRASI EKONOMI 9. CITA MASTARAKAT MADANI
LEMBAGA NEGARA
1. MPR (PS 2 DAN 3) 2. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN (PS 4 S/D 16) 3. DPR (PS 19 S/D 22B) 4. DPD (PS 22C S/D 22D) 5. BPK (PS 23E S/D 26G) 6. MA (PS 24 S/D 24A) 7. KOMISI YUDISIAL (PS 24B) 8. MAHKAMAH KONSTITUSI (PS 24C S/D 25)
TATA URUT PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN PERATURAN DASAR (UUD, PERUBAHAN UUD, PIAGAM DASAR (UUD : Naskah Induk;PERUBAHAN UUD : Naskah Perubahan;PIAGAM DASAR : Piagam Dasar HAM misal UUD meliputi pembukuan dan batang tubuh
UU/PERPU/JURISPRUDENSI PP & PERATURAN PRESIDEN PERMEN/PERATURAN PEJABAT SETINGKAT MENTERI PERDA PROVINSI PERATURAN GUBERNUR PERDA KAB/KOTA PERATURAN BUPATI/WALIKOTA PERATURAN DESA
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN – UNDANGAN RI ( UU NO.10 TAHUN 2004 )
UUD 1945 UU / PERPU PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PRESIDEN PERDA PERDA PROV. PERDA KAB/KOTA PERDA DESA / SETINGKAT
AMANDEMEN UUD 1945
PENDAHULUAN PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Antara lain: Amandemen UUD 1945
• •
Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI
•
Penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN
•
Otonomi Daerah
•
Kebebasan Pers
•
Mewujudkan kehidupan
• Pembukaan • Batang Tubuh - 16 bab - 37 pasal - 49 ayat - 4 pasal Aturan Peralihan - 2 ayat Aturan Tambahan • Penjelasan
demokrasi
Hasil Perubahan • Pembukaan • Pasal-pasal: - 21 bab - 73 pasal - 170 ayat - 3 pasal Aturan Peralihan - 2 pasal Aturan Tambahan
Latar Belakang Perubahan
Sebelum Perubahan
Tuntutan Reformasi
Kekuasaan tertinggi di tangan MPR • Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden • Pasal-pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat menimbulkan multitafsir • Kewenangan pada Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang • Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi •
•
Sidang Umum MPR 1999 Tanggal 14-21 Okt 1999
•
Sidang Tahunan MPR 2000 Tanggal 7-18 Agt 2000
•
Sidang Tahunan MPR 2001 Tanggal 1-9 Nov 2001
•
Sidang Tahunan MPR 2002 Tanggal 1-11 Agt 2002
Tujuan Perubahan Menyempurnakan aturan dasar, mengenai: • Tatanan negara • Kedaulatan Rakyat • HAM • Pembagian kekuasaan • Kesejahteraan Sosial • Eksistensi negara demokrasi dan negara hukum • Hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa
Kesepakatan Dasar
Sidang MPR
Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 • Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia • Mempertegas sistem presidensiil • Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam pasal-pasal • Perubahan dilakukan dengan cara “adendum” •
1
Dasar Yuridis •
Pasal 3 UUD 1945
•
Pasal 37 UUD 1945
•
TAP MPR No.IX/MPR/1999
•
TAP MPR No.IX/MPR/2000
•
TAP MPR No.XI/MPR/2001
PENDAHULUAN NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959) Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999) Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000) Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001) Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
2
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3
4
BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik [Pasal 1 (1)]
Negara Indonesia adalah negara hukum
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***]
[Pasal 1 (2)***]
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
5
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PUSAT UUD 1945
BPK
Presiden bank sentral
kpu
kementerian negara dewan pertimbangan TNI/POLRI
Perwakilan BPK Provinsi
Pemerintahan Daerah Provinsi Gubernur
DPRD
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Bupati/ Walikota
DPRD
DPR
MPR
DPD
MA
MK KY
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
Lingkungan Peradilan Lingkungan Umum Peradilan Lingkungan Agama Peradilan Lingkungan Militer Peradilan TUN
DAERA
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD
DPR
Pasal 20 (1)* Memegang kekuasaan membentuk UU
Presiden
Pasal 4 (1) Memegang kekuasaan pemerintahan
MA
6
MK
Pasal 24 (1)*** Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
ANGGOTA DPR dipilih melalui pemilu
MPR Pasal 2 (1)****
7
ANGGOTA DPD dipilih melalui pemilu
Wewenang Mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ]; Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];
Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***]; Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. [Pasal 6 (1)***]
8
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat [Pasal 6A (1)***]
Presiden/ Wakil Presiden
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. (Pasal 7 *)
Wewenang, Kewajiban, dan Hak
Antara lain tentang: memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)]; berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*]; menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*]; memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*]; memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10); menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****]; membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***]; menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12); mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*]; menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*]; memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*]; memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*]; memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*; membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****; pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*]; pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [ Pasal 20 (4)*]; hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)]; pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***]; peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***]; penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***]; pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
9
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat [Pasal 6A (1)***]
diusulkan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelum pemilu [Pasal 6A (2) ***]
Pemilu
mendapatkan suara >50% jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 1/2 jumlah provinsi [Pasal 6A (3)***]
Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dalam pemilu
Pemilu pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak kedua dalam pemilu
pasangan yang memperoleh suara terbanyak
[Pasal 6A (4)****]
Presiden dan Wapres
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
10
Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
DPR Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat [Pasal 7B (2)***]
MPR DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian kepada MPR [Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam sidang paripurna, dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 jumlah anggota, disetujui sekurang-kurangnya 2/3 jumlah yang hadir, setelah Presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan [Pasal 7B (7)***]
Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota [Pasal 7B (3)***]
MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutus paling lama 90 hari setelah permintaan diterima [Pasal 7B (4)***]
wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR paling lambat 30 hari sejak usul diterima [Pasal 7B (6)***]
terbu kti tidak terbukti
Presiden dan/atau Wakil Presiden terus menjabat
usul DPR tidak diterima usul DPR diterim Presiden dan/atau a Presiden Wakil diberhentikan
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
11
Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 (2)***]
MPR
Presiden
mengajukan dua calon Wapres
selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari menyelenggarakan sidang MPR untuk memilih Wapres
Wapres terpilih
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan Tetap Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****]
Presiden dan Wapres parpol atau gabungan parpol yang pasangan calon Presiden dan Wapresnya meraih suara terbanyak pertama dalam pemilu sebelumnya
mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wapres
parpol atau gabungan parpol yang pasangan calon Presiden dan Wapresnya meraih suara terbanyak kedua dalam pemilu sebelumnya
mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wapres
MPR selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari menyelenggarakan sidang MPR untuk memilih
12
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
DPR
Presiden
dengan persetujuan
13
MA
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dan internasional lainnya [Pasal 11 (1)**** dan (2)***]
menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
dengan pertimbangan
mengangkat dan menerima Duta [Pasal 13 (2)* dan (3)*] memberi grasi dan rehabilitasi
dengan pertimbangan
[Pasal 14 (1)*]
memberi amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*]
memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang (Pasal 15 *)
dengan pertimbangan
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN NEGARA
14
Kementerian Negara dan Dewan Pertimbangan
Presiden
membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16) ****
dibantu menteri-menteri negara [Pasal 17 (1)] yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden [Pasal 17 (2)*] membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan [Pasal 17 (3)*]
Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undangundang [Pasal 17 (4) ***]
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
15
Negara Kesatuan Kesatuan Republik Republik Indonesia Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang [Pasal 18 (1)**]
Gubernur, Bupati, Walikota dipilih secara demokratis [Pasal 18 (4)**]
PEMERINTAHAN DAERAH KEPALA PEMERINTAH DAERAH
DPRD
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**] menjalankan otonomi seluas-luasnya, seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **] berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
anggota DPRD dipilih melalui pemilu [Pasal 18 (3) **]
BAB VI. PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN DAERAH Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah [Pasal 18 A (1)**] Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang [Pasal 18 A (2)**]
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang [Pasal 18 B (1)**] Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang [Pasal 18 B (2)**]
16
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum [Pasal 19 (1)**]
17
DPR memegang kekuasaan membentuk UU [Pasal 20 (1)*]
anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat syarat-sya rat dan tata caranya diatur dalam undang-undang (Pasal 22B**)
Fungsi,, Wewenang Fungsi Wewenang,, dan Hak Antara lain tentang: tentang:
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ; pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
persetujuan dalam menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian [Pasal 11 (1) dan (2)****] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ; pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam menerima penempatan duta negara lain [Pasal 13 (3)*] ;
pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY [Pasal 24A (3)***] ;
persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota KY [Pasal 24B (3)***] ;
pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
18
Pembentukan Undang-Undang
mendapat persetujuan bersama
DPR memegang kekuasaan membentuk UU [Pasal 20 (1)*] Anggota berhak mengajukan usul RUU (Pasal 21*)
RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama [Pasal 20 (2)*]
Dalam hal RUU tidak disahkan dalam waktu 30 hari, RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan [Pasal 20 (5)**]
Presiden berhak mengajukan RUU [Pasal 5 (1)*]
tidak mendapat persetujuan bersama
mengesahkan UU [Pasal 20 (4)*]
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu [Pasal 20 (3)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
19
Pembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD
DPD
DPR
dapat mengajukan RUU yang sesuai dengan kewenangannya [Pasal 22D (1)***]
memegang kekuasaan membentuk UU [Pasal 20 (1)*]
ikut membahas dan memberikan pertimbangan atas RUU yang sesuai dengan kewenangannya [Pasal 22D (2)***]
Anggota berhak mengajukan usul RUU (Pasal 21*)
mendapat persetujuan bersama
RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama [Pasal 20 (2)*]
Presiden berhak mengajukan RUU [Pasal 5 (1)*]
tidak mendapat persetujuan bersama
Dalam hal RUU tidak disahkan dalam waktu 30 hari, RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan [Pasal 20 (5)**]
mengesahkan UU [Pasal 20 (4)*]
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu [Pasal 20 (3)*]
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH Kewenangan DPD
20
KEWENANGAN DPD I.
RUU yang berkaitan dengan: •
Otonomi daerah
•
Hubungan pusat dan daerah
•
Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah Pengelolaan sumber daya
•
•
alam dan sumber daya ekonomi lainnya Perimbangan keuangan pusat dan daerah
•
RAPBN
•
Pajak
•
Pendidikan
•
Agama
II. Pemilihan anggota BPK
dapat memberi melakukan pertimbangan pengawasan
dapat mengajukan
ikut membahas
● ● ●
● ● ●
● ● ●
●
●
●
●
●
● ● ● ● ●
● ● ● ● ●
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
21
Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang (Perpu)
setuju
Presiden Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, berhak menetapkan Perpu [Pasal 22 (1)]
Perpu itu harus mendapat persetujuan DPR [Pasal 22 (2)]
menjadi UU
DPR tidak setuju
harus dicabut [Pasal 22 (3)]
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu [Pasal 22C (1)***] Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih 1/3 jumlah anggota DPR [Pasal 22C (2)***]
DPD
22
Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syaratsyarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang [Pasal 22D (4)***]
BAB VIIB. PEMILIHAN UMUM
Parpol/ Gabungan Parpol
23
Partai Politik
Perseorangan
PEMILIHAN UMUM “luber jurdil” setiap lima tahun
Presiden dan Wapres
anggota DPR
anggota DPRD
anggota DPD
kpu
BAB VIII. HAL KEUANGAN Penyusunan APBN
24
mengajukan
[Pasal 23 (2)***]
RAPBN
Presiden
DPR
memberi pertimbangan [Pasal 23 (2)***]
DPD
TIDAK membahas bersama [Pasal 23 (2)***]
Pemerintah menjalankan persetujuan
RAPBN
Pemerintah menjalankan
YA APBN
APBN
tahun lalu [Pasal 23 (3)***]
BAB VIII. HAL KEUANGAN Pajak, Pungutan Lain, Macam dan Harga Mata Uang, dan Hal-Hal Lain Mengenai Keuangan Negara
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara (Pasal 23A***)
diatur dengan
UndangUndang diatur dengan
ditetapkan dengan
Hal-hal lain mengenai keuangan negara (Pasal 23C***)
Macam dan harga mata uang (Pasal 23B****)
25
BAB VIII. HAL KEUANGAN
26
bank sentral
bank sentral Pasal 23D ****
Susunan
Kedudukan
Kewenangan
Tanggungjawab
diatur dengan undang-undang
Independensi
BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
27
Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden [Pasal 23F (1)***]
BPK
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya [Pasal 23E (2)***]
Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri [Pasal 23E (1)***]
BPK berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi [Pasal 23G (1)***]
Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang [Pasal 23E (3)***]
BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Pemilihan Anggota BPK [Pasal 23 F (1)***]
28
Presiden
calon Anggota BPK
DPR
pertimbangan
DPD
memilih calon
anggota BPK terpilih
diresmikan
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
29
Mahkamah Agung
Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum [Pasal 24A (2)***]
MA Pasal 24A *** Umum Agama
Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden [Pasal 24A (3)***]
Militer TUN
Kewajiban dan Wewenang 1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang [Pasal 24A (1)***]; 2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***]; 3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
30
Rekruitmen Hakim Agung [Pasal 24A (3)***]
KY
calon yang diusulkan
DPR
calon yang disetujui
Presiden
hakim agung
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
31
Komisi Yudisial
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela [Pasal 24B (2)***]
KY Pasal 24B ***
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***]
Wewenang 1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***]; 2.
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
32
Mahkamah Konstitusi
Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara [Pasal 24C (5)***]
MK
mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh MA, tiga orang oleh DPR dan tiga orang oleh Presiden [Pasal 24C (3)***]
Wewenang dan Kewajiban berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum [Pasal 24C (1)***]; wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UndangUndang Dasar [Pasal 24C (2)***].
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
33
Rekruitmen anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***]
MA
DPR
Presiden menetapkan
mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi
mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi
mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi
9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi
34
BAB IXA. WILAYAH NEGARA
BATAS WILAYAH
BATAS ZEE
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hakhaknya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 25A) **
BAB X. WARGA NEGARA DAN PENDUDUK warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan undangundang sebagai warga negara
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
35
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia [Pasal 26 (2)**]
[Pasal 26 (1)]
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)] Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)] Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara [Pasal 27 (3)**] Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
BAB XA. HAK ASASI MANUSIA
berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain serta tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan UU (Pasal 28J) **
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah (Pasal 28I) ** hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh pelayanan kesehatan, mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat guna mencapai persamaan dan keadilan (Pasal 28H) ** perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda, dan rasa aman serta untuk bebas dari penyiksaan (Pasal 28G) **
36 untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupan (Pasal 28A) **
HAK ASASI MANUSIA
berkomunikasi, memperoleh, mencari, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi, (Pasal 28F) **
membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan, hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B) ** mengembangkan diri, mendapat pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya, memajukan diri secara kolektif (Pasal 28C) ** pengakuan yang sama di hadapan hukum, hak untuk bekerja dan kesempatan yg sama dalam pemerintahan, berhak atas status kewarganegaraan (Pasal 28D) ** kebebasan memeluk agama, meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal, kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat (Pasal 28E) **
BAB XI. AGAMA
37
AGAMA Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa [Pasal 29 (1)]
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu [Pasal 29 (2)]
BAB XII. PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
Pertahanan dan Keamanan Negara Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara [Pasal 30 (1)**]
TNI (AD, AL, AU)
POLRI
sebagai alat negara sebagai alat negara yang menjaga bertugas keamanan dan mempertahankan, ketertiban melindungi, dan masyarakat bertugas memelihara keutuhan melindungi, dan kedaulatan mengayomi, melayani masyarakat, serta negara menegakkan hukum [Pasal 30 (3)**] [Pasal 30 (4)**]
Susunan dan kedudukan TNI, POLRI, hubungan kewenangan TNI dan POLRI, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang [Pasal 30 (5)**]
38
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung [Pasal 30 (2)**]
BAB XIII. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
39
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 31 (3)****] Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya [Pasal 31 (2)****] PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan [Pasal 31 (1)****]
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya [Pasal 32 (1)****]
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional [Pasal 31 (4)****] Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia [Pasal 31 (5)****]
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional [Pasal 32 (2)****]
BAB XIV. PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara [Pasal 33 (2)]
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan [Pasal 33 (1)]
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara [Pasal 34 (1)****]
40
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat [Pasal 33 (3)]
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAA N SOSIAL
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional [Pasal 33 (4)****]
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan [Pasal 34 (2)****]
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak [Pasal 34 (3)****]
41
BAB XV. BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
ATRIBUT KENEGARAAN
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih (Pasal 35)
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A) **
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B) **
dengan
BAB XVI. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
42
Perubahan Pasal-Pasal
Usul perubahan diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR [Pasal 37 (1)****]
diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya [Pasal 37 (2)****]
MPR Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan [Pasal 37 (5)****]
sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR [Pasal 37 (3)****]
Putusan dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% + 1 anggota dari seluruh anggota MPR [Pasal 37 (4)****]
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik [Pasal 1 (1)] Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. [ Pasal 18 (1)**] Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18B (1)**] Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang [Pasal 18B (2)**] Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. (Pasal 25A**) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan. [Pasal 37 (5)****]
43
ATURAN PERALIHAN
44
ATURAN PERALIHAN Pasal I Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini ****) Pasal II Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut UndangUndang Dasar ini ****) Pasal III Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)
ATURAN TAMBAHAN
45
ATURAN TAMBAHAN Pasal I Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ****) Pasal II Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal ****)
KUHP UU No 28 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU No 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dll.
Korupsi transaktif Ditandai dengan kesepakatan timbal balik antara pihak yang memberi dan menerima demi keuntungan bersama, dan kedua pihak sama-sama aktif menjalankan perbuatan tersebut. Contoh : kolusi pengusaha dan pemerintah dalam menentukan pemenang tender proyek pembangunan Korupsi investif Melibatkan suatu penawaran barang ataupun jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuangan tertentu bagi pemberi, selain keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dimasa datang. Contohnya : pelayanan berlebihan terhadap pejabat pusat.
Korupsi Ekstroktif Menyatakan bentuk-bentuk koersi (paksaan) tertentu dimana pihak pemneri dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yamg mengancam dirinya, kepentingannya, kelompoknya, atau hal-hal nerharga miliknya. Contoh : seorang pemimpin proyek secara langsung maupun tidak langsung mendapat tekanan untuk menyetor sejumlah uang kepada pejabat diatasnya. Jika tidak, ia bisa kehilangan kesempatan untuk menjadi pimpinan proyek pada proyekproyek berikutnya. Korupsi Nepostik Korupsi ini merupakan pemberian perlakuan khusu kepada teman atau mereka yang memiliki kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik. Contoh : Anak atau keluarga pejabat mendapat jatah proyek paling banyak
Korupsi Autogenetik Korupsi yang dilakukan individu karena memiliki kesempatan untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya diketahui seorang diri. Contoh : Perjalanan dinas atau pembelian barang yang fiktif Korupsi Suportif Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang kondusif untuk melindungi atau mempertahankan kelangsungan tindak Korupsi. Contoh : Pejabat membiarkan korupsi yang berlamgsung dibawahnya agar tidak mengganggu korupsi yang dilakukannya
Anti korupsi artinya tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang terhadap korupsi. Karena perbuatan korupsidalam konteks agama sama denga fasad yaitu perbuatan yang merusak tatanan kehidupan dan pelakunya telah dianggap melakukan dosa besar. Menurut tinjauan sosial, korupsi adalah perbuatan yang menyimpang dari tatanan kehidupan bermasyarakat Menurut tinjauan hukum, korupsi adalah perbuatan melawan hukum dan sebagai tindak kejahatan kuar biasa. Menurut tinjauan ekonomi, korupsi dapat merugikan keuangan negara yang berarti pula merugikan masyarakat umum.
Banyaknya kasus korupsi di Indonesia maka timbul krisi multidimensional antara lain : krisis kepercayaan, krisis moral, krisis ekonomi. Krisis kepercayaan yaitu hilangnya kepercayaan negara-negara investor nerupa keenggannanya keenggannanya menanamkan modal di Indonesia. Krisis moral yaitu cara hidup para pemimpin yang semestinya memberi contoh yang baik kepada rakyat justru melakukan tindakan yang tidak terpuji. Krisis ekonomi ialah tidak optimalnya hasil pembangunan karena sebagian dananya di korupsi. Contoh : banyaknya sarana transportasi, kesehatan, dan pendidikan yang dibangun asalasalan sehingga pelayanan kepada masyarakat tidak maksimal.
Perbaikan kinerja di semua lembaga pengawas keuangan, seperti BPK, MA, Lembaga kejaksaan serta lembaga Kepolisian Membentuk lembaga baru seperti : KPK, KPKPN, Tim Tastipikor, dan Ombudsmen Nasional Program pemberantasan dari masyarakat, mahasiswa, mahasiswa, LSM, organisasi masa, tokohtokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, dan cedekiawan
Bersikap jujur Transparan Dapat dipercaya Tanggung jawab
Upaya pemberantasan atau pencegahan korupsi di Indonesia dapat diwujudkan sebagai berikut : Pengawasan oleh warga msyarakat Instrumen pemebrantasan pemebrantasan dan pencegahan tindak pidana korupsi yang berwujud pada peraturan perUUan Lembaga pengawas seperti DPR, DPRD,BPK, BPKP dan Bawasda Lembaga Pengawas independen seperti KPK Lembaga penegakan hukum (polisi, kejaksaan, dan pengadilan)
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan atau pencegahan korupsi dapat diwujudkan : Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi. Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pida korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi. Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
IDEALS,VALUES,NORMS
DEMOCRATIC GAP (Torres:1998)
INSTRUMENTS, INSTITUTIONS
PRAXIS,FACTS, CONTEXT
(Udin:2005) 12
KONSEP DASAR DEMOKRASI
FOR FROM THE PEOPLE BY
(Udin:2005) 12
OTOSENTRISITAS DEMOKRASI PROGRAM PEMERINTAH
UNTUK
OTOSENTRISITAS RAKYAT PEMILU: REKRUTMEN POLITIK LEGISLATIF
OLEH PILKADA:REKRUTMEN EKSEKUTIF
DARI
PERDA: DPRD
12
PRAKSIS DEMOKRASI PROGRAM PEMERINTAH
HAM: SOS, EK, POL, HUK, AG, DIK,DLL
FOR HAM:POLITIK, HUKUM
THE PEOPLE PEMILU: REKRUTMEN POLITIK LEGISLATIF
BY HAM: POLITIK, HUKUM
PILKADA:REKRUTMEN EKSEKUTIF
HAM: SOS, EK, POL, HUK, AG, DIK, DLL
FROM
PERDA: DPRD
12
Supremacy of Law (Hukum di atas segala hal) Equality before the Law ( Persamaan di hadapan hukum) Constitutional guarantee of Human Rights (Jaminan konstitusional terhadap HAM) Impartial Tribune (Peradilan yang tidak memihak) Civic education (Pendidikan kewarganegaraan) 12
TRANSFORMASI KONFLIK DAN HAK AZASI
MANAGEMEN KEBERAGAMAN
KEDAULATAN RAKYAT
MANUSIA
(Hidup, sosial, ekonomi, politik, hukum dll
PERADABAN DEMOKRASI (Udin:2005)
MULTIDIMENSIONALITAS DEMOKRASI FILOSOFIS: IDE,NORMA, PRINSIP
DEMOKRASI
SOSIOLOGIS: SISTEM SOSIAL, POLITIK
PSIKOLOGIS: WAWASAN, SIKAP, PRILAKU (Udin:2005) 13
DEMOKRASI (Torres:1998)
FORMAL DEMOKRASI: SISTEM PEMERINTAHAH
SUBSTANTIVE DEMOCRACY : PROSES DEMOKRASI, MELIPUTI: PROTECTIVE DEMOCRACY > KEKUASAAN EKONOMI PASAR DEVELOPMENTAL DEMOCRACY > PARTISIPASI DEMOKRATIS EQUILIBRIUM DEMOCRACY/PLURALIST DEMOCRACY > INTERAKSI APATISME DENGAN PARTISIPASI PARTICIPATORY DEMOCRACY > PERUBAHAN SOSIAL DAN PARTISIPASI DEMOKRATIS •
•
•
•
(Udin:2005) 13
DEMOKRASI (Huntington:1991)
Demokratis= pemilu adil, jujur, berkala
DINAMIKA PEMIKIRAN DAN PRAKSIS SEPANJANG SEJARAH DEMOKRASI MODERN SBG DEMOKRASI NEGARA KEBANGSAAN GELOMBANG DEMOKRASI DAN GELOMBANG BALIK DEMOKRASI •
•
•
(Udin:2005) 13
Kebebasan beragama Persaudaraan seagama Persatuan politik dalam meraih cita-cita bersama Saling membantu Persamaan hak dan kewajiban w.n. thd. Negara Persamaan di depan hukum bagi setiap warga negara
13
Penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu Pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan kebenaran, perdamaian dan kedamaian Pengakuan hak atas setiap orang atau individu
13
CADIK CANDAKIO
ULAMA KPTS; MUFAKAT
Bulat air Karena Pembuluh Bulat kata Karena mufakat
PENGHULU ADAT (Mansur&Udin:2005)
KEDAULATAN RAKYAT PEMERINTAHAN BERDASARKAN PERSETUJUAN YANG DIPERINTAH KEKUASAAN MAYORITAS HAK-HAK MINORITAS JAMINAN HAK AZASI MANUSIA PEMILIHAN YANG BEBAS DAN JUJUR PERSAMAAN DI DEPAN HUKUM PROSES HUKUM YANG WAJAR PEMBATASAN PEMERINTAHAN SECARA KONSTITUSIONAL PLURALISME SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK NILAI-NILAI TOLERANSI, PRAGMATISME,KERJASAMA DAN MUFAKAT
13
DEMOKRASI YANG BER-KETUHANAN YANG MAHA ESA DEMOKRASI DENGAN KECERDASAN DEMOKRASI YANG BERKEDAULATAN RAKYAT DEMOKRASI DENGAN RULE OF LAW DEMOKRASI DENGAN PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA DEMOKRASI DENGAN HAK AZASI MANUSIA DEMOKRASI DENGAN PERADILAN YANG MERDEKA DEMOKRASI DENGAN OTONOMI DAERAH DEMOKRASI DENGAN KEMAKMURAN DEMOKRASI YANG BERKEADILAN SOSIAL
13
the degree of economic develompent
Element of civic culture
PERKEMBANGAN DEMOKRASI (Bahmuller: 1996)
a sense of national identity
historical experience
(Udin:2005) 13
CIVIC CULTURE PERANGKAT IDE
POLITICAL CULTURE CARA BERPIKIR
DIWUJUDKAN DLM REPRESENTASI BUDAYA
KHAS DAN TERPOLA
ADAPTASI PSIKOSOSIAL
KONTEKS SOSIOPOLITIS
UNTUK UNTUK MEMBENTUK MENJALANKAN IDENTITAS KEHIDUPAN POLITIK KEWARGANEGARAN DAN EKONOMI
Partikular-terbatas
POLITICAL CULTURE
COMUNITARIAN CULTURE
(Negara, Lembaga Politik)
(Keluarga, suku, etnis, kelompok, daerah)
Makro - Nasional
CIVIC VIRTUE
CIVIC CULTURE (Individu, Warga)
Psikososial
Partikular-terbatas
POLITICAL CULTURE (Negara, Lembaga Politik)
COMUNITARIAN CULTURE (Keluarga, suku, etnis, kelompok, daerah) CIVIC VIRTUE (Kebajikan Wn)
NILAI-NILAI PANCASILA SBG CORE PERADABAN
PERADABAN BANGSA YG BERMARTABAT
CIVIC CUL CULTURE TURE Makro - Nasional
(Individu, (Indivi du, Warga) Warga)
Psikososial
(Udin : 2006)
CIVIC KNOWLEDGE CIVIC DISPOSITION, CIVIC CONFIDENCE (Wawasan, sikap dan CIVIC kepribadian VIRTUE demokratis) (Kebajikan) CIVIC SKILLS, CIVIC COMPETENCE CIVIC PARTICIP ARTICI PATION, CICIC RESPONSIBILITY (Partisipasi politik yang cerdas dan bertanggungjawab bertanggungjawab
CIVIC COMMITMENT (Kesediaan dan kemauan berdemokrasi)
CIVIC CULTURE (Budaya kewarganegaraan) PERADABAN DEMOKRASI
(Udin : 2006)
DEMOCRACY IS NOT INHERRITED, (DEMOKRASI TIDAKLAH DIWARISKAN DENGAN SENDIRINYA)
DEMOKRASI
PENDIDIKAN DEMOKRASI
BUT IT IS LEARNED (TETAPI DITANGKAP DAN DICERNA MELALUI PROSES BELAJAR)
(Udin:2005) 14
PENDIDIKAN NASIONAL BERTUJUAN UNTUK BERKEMBANGNYA POTENSI PESERTA DIDIK AGAR DIDIK AGAR MENJADI MANUSIA YANG BERIMAN DAN BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, BERAKHLAK MULIA, SEHAT, BERILMU, CAKAP, KREATIF, MANDIRI,DAN MENJADI WARGA NEGARA YANG DEMOKRATIS DAN BERTANGGUNG JAWAB
(Pasal 3 UU RI 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas)
14
BAGAIMANA STRATEGI AKADEMIK DASAR PKn?
P E N D I D I K A N
NILAI-NILAI PANCASILA SBG CORE VALUES
TENTANG DEMOKRASI
MELALUI PROSES DEMOKRATIS
UNTUK MEMBANGUN DEMOKRASI
WATAK DAN PERADABAN BANGSA YANG BERMARTABAT
(Udin : 2006) 14
BAGAIMANA PENERAPAN PENDIDIKAN DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN MASYARAKAT?
DOING DEMOCRACY KNOWING DEMOCRACY (MELAKUKAN DEMOKRASI) (TAHU DEMOKRASI)
BUILDING DEMOCRACY (MEMBANGUN DEMOKRASI)
Model Pemecahan Masalah Sosial terkait ide, nilai, konsep, prinsip,instrumentasi, dan praksis demokrasi
WARGANEGARA YANG CERDAS, PARTISIPATIF, DAN BERTANGGUNG JAWAB
(Udin:2005) 14
Model Pembelajaran PKn DIKTI PERENCANAAN
MATERI& STD KOMP.
TUJ.PKN
PBM DI KELAS
TOPIK
KBM 1
KOMPTNSI
TOPIK
KBM 2
TOPIK& TEMA
TOPIK
KBM 3
KONTEKS
KBM DI LUAR KELAS
TEMA
STUDI KASUS PORTOFOLIO SHOW-CASE
• • •
EVA
Pertisipatif Pemecahan masalah Berbasis portofolio Menyenangkan
•
KONTEKSTUAL
•
UNJUK KERJA PORTOFOLIO SIKAP DLL
•
•
EVA
• •
14
PERENCANAAN PEMBELAJARAN PKN DIKTI URAIAN MATERI DAN TUGAS BELAJAR
Komp. Dasar TOPIK 1 Hasil Belajar
Materi Pokok
TOPIK 3 TEMA
TOPIK 2 PENILAIAN
Indikator SUMBER BELAJAR DAN
14
Model Pembelajaran PKn DIKTI P E R E N C A N A A N
PBM DI KELAS KBM DI LUAR KELAS KBM 1
TOPIK
TOPIK
KBM 2
TOPIK
KBM 3
TEMA
Pertisipatif Pemecahan masalah Berbasis portofolio Menyenangkan Bermakna
• • • • •
15
Model Pembelajaran PKn DIKTI P E R E N C A N A A N
TOPIK
KBM DI LUAR KELAS TEMA
P B M D I K E L A S
MASALAH
PORTOFOLIO
SHOWCASE DATA Pertisipatif Pemecahan masalah Berbasis portofolio Menyenangkan Bermakna
• • • • •
15
Pendahuluan: Klasikal
Tatap Muka
Mandiri
Orientasi Penggalian ide
Inti: Klasikal PEMBAHASAN TOPIK MELALUI CURAH PENDAPAT, DISKUSI KLP KECIL, DAN METODE/TEKNIK LAINNYA
Tugas Terstruktur Individual, Kelompok: Pengumpulan data
Inti: Klasikal IDENTIFIKASI DAN PEMILIHAN MASALAH MELALUI VARIASI DISKUSI KELOMPOK, SIMULASI, GAMES
Penutup: Klasikal Review dan refleksi
Tugas Mandiri Individual, Kelompok: Pengembangan Portofolio Kelas
Penyajian Portofolio Dalam Simulasi Dengar
15
MAMPU MEMBUAT KEPUTUSAN
MELALUI PROSES YANG DEMOKRATIS
SECARA BERNALAR & BERTANGGUNGJAWAB
UMUM (UNIVERSAL)
HAM
SUPRALEGAL MELEKAT PADA MANUSIA
15
INDONESIA PROKLAMASI 17 AGUSTUS
HAM
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 1945
PKF
UUD 1945 PEMERINTAH
Imperatif 15
INDONESIA PRINSIP DASAR
HAM
1. AMANAT KONSTITUSI DAN LAK. HAM SATU KESATUAN
2. KS INTERNASIONAL SALING MENGHORMATI, KESEDERAJATAN, HK INTERNASIONAL
15
DUNIA UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHT 10 DESEMBER 1948
1957
HAM
1. INTERNASIONAL COVENANT OF ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS ; 2. INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS;
1966 = NEGARA ANGGOTA PBB -> RATIFIKASI ; 1976 = EFEKTIF
3. OPTIONAL PROTOCOL TO THE INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS 15
LOKNAS HAM I = 21-22 JANUARI 1991 KOMNAS HAM (KEPRES 50/1993 UU NO 39 TAHUN 1999 = KOMNAS HAM
PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM
a. KOMISI ANTI KEKERASAN THD PEREMPUAN (KEPRES 181/1998
b. KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KEPRES 77/2003) POKJA HAM (DEPLU) TTG RANHAM 1998 – 2003 (KEPRES 129/1998, DIREVISI KEPRES 61/2003
RATIFIKASI PERANGKAT INTERNASIONAL
HAM; DESIMINASI & PENDIDIKAN HAM; LAK. PENANGANAN MASALAH PRIORITAS HAM;
PELAK.ISI &KETENTUAN PERANGKAT INTERNASIONAL HAM YG TELAH DIRATIFIKASI INDONESIA 15
RAN HAM 2004 – 2009 (KEPRES 44/2004)
LEGISLASI HAM
UU HAM (UU 39/1999; PENGADILAN HAM (UU 26/2000 PENGADILAN HAM AD HOC (KEPRES 96/2001 PERLINDUNGAN ANAK (UU 23/2002
PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM
MERATIFIKASI 4 (DARI 7) INSTRUMEN POKOK HAM INTERNASIONAL
RUU RATIFIKASI 2 KONVENSI MERATIFIKASI&KON VENSI DASAR ILO
KONVENSI PENGHAPUSAN DISKRIMINASI THP PEREMPUAN (UU 7/84) KONVENSI HAK ANAK(KEPRES 36/90) KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN&PERLAKUA N ATAU PENGHUKUMAN LAIN YG KEJAM, TDK MANUSIAWI& MRENDAHK MARTABAT MANUSIA (UU 5/88) KONVENSI PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI
16
PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEADILAN&KESETARAAN GENDER ;
HAM KELOMPOK RENTAN
RAN PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN&ANAK 2003 – 2007;
PERLINDUNGAN HAK ANAK;
PERLINDUNGAN PEKERJA
16
PENEGAKAN HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BELUM BERWAWASAN GENDER
PERMASALAHAN HAM
KONDISI EKONOMI KONFLIK DI DAERAH AKSI TERORISME GLOBALISASI (KRIMINALITAS INTERNASIONAL) 16
CIVIC EDUCATION ; CITIZENSHIP EDUCATION; DEMOCRATION EDUCATION
1. FILSAFAT PANCASILA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2. IDENTITAS NASIONAL 3. HAK & KEWAJIBAN WNI 4. DEMOKRASI DAN HAM 5. RULE OF LAW (RoL) 6. GEOPOLITIK INDONESIA 7. GEOSTRAGI/KETAHANAN NASIONAL
DOKTRIN HUKUM
ABAD XIX (1) NEGARA DEMOKRASI NEGARA KONSTITUSI NEGARA ABSOLUT
RoL
DOKTRIN EGALITARIAN (
DOKTRIN YANG SEMANGAT&IDEALISME KEADILAN YANG TINGGI, SPT SUPREMASI HUKUM & KESAMAAN SETIAP ORANG DI DEPAN HUKUM
PENGERTIAN FORMAL (IN THE FORMAL SENSE)
RoL
PENGERTIAN HAKIKI (IDEOLOGICAL SENSE, MATERIAL)
ORGANIZED PUBLIC POWER
PENGERTIAN UNIVERSAL 1. PERBEDAAN SETIAP MASYARAKAT 2. PERBEDAAN RASA KEADILAN
THE ENFORCEMENT OF THE ROL
PENELITIAN HISTORIS KOMPARATIF (1) 1. SETIAP BGS MEMILIKI PAHAM ROL 2. PENEGAKAN ROL TDK MENJAMIN NEG.HK 3. PENEGAKAN ROL SECARA HAKIKI 4. PEM TUNDUK ROL (Untergeoronet) 5. INGGRIS : HUB HK & KEADILAN, USA = HAM DAN INGGRIS = HAKIM
ANALISIS SOSIAL 1. ROL SEBAGAI INSTITUSI SOSIAL
RoL
2. ROL MEMP. AKAR BUDAYA SENDIRI/EROPA 3. ROL : LEGALISME, LEGALISME LIBERAL
FORMAL (i n t h e
PANCASILA
f o r m a l s en s e )
SETIAP BANGSA MEMILIKI PAHAM ROL
RoL
PEMBUKAAN UUD 1945
FORMAL (i n t h e f o r m al s e n s e )
UUD NRI 1945
PEMBUKAAN UUD 1945
FORMAL (i n t h e f o r m al s e n s e )
1. KEMERDEKAAN HAK BS 2. MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL&MAKMUR
SETIAP BANGSA MEMILIKI PAHAM ROL
RoL
3. MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM& KEADILAN SOSIAL 4. UUD NEG INDONESIA 5. KEMANUSIAAN YANG ADIL&BERADAB
RULE OF JUSTICE
6. MEWUJUDKAN SUATU KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
UNDANG-UNDANG RI 1945
FORMAL (i n t h e f o r m al s e n s e )
1. PASAL 1 (3) : NEGARA HUKUM
SETIAP BANGSA MEMILIKI PAHAM ROL
RoL
2. PASAL 24 (1) : KEK.KEHAKIMAN UTK MENEGAKAN HK DAN KEADILAN. 3. PASAL 27 (1) : KESAMAAN KEDUDUKAN DI DEPAN HUKUM&PEMERINTAH 4. BAB XA : 10 PASAL HAM (PASL 28D (1)) 5. PASAL 28D (2) : ADIL DALAM HUB. KERJA
HAKIKI/MATERIIL : (t h e en f o r c e m e n t o f
UNDANG-UNDANG RI 1945
ROL)
KEPRIBADIAN BANGSA SETIAP BANGSA MEMILIKI PAHAM ROL
RoL
PENGALAMAN BGS LAIN
BERGESER “BIROKRATIK” MEMIHAK “THE HAVES”
PENELITIAN & ANALISIS KRITIS
SEJARAH & CORAK HK INSTITUSI SOSIAL BARAT LEGALISME LIBERAL
HUKUM PROGRESIF
KE DEPAN
1. HUKUM PRO RAKYAT 2. HUKUM PRO KEADILAN
SETIAP BANGSA MEMILIKI PAHAM ROL
RoL
3. LAW IS TOOLS OF SOCIAL ENGINEERING (BUKAN ALAT POLITIK) 4. HUKUM UTK MANUSIA 5. LAW AS A PROCESS 6. LAW IN THE MAKING
HUKUM = INSTITUSI YG BERTUJUAN MENGANTARKAN MANUSIA INDONESIA KPD KEHIDUPAN YG ADIL, SEJAHTERA DAN BAHAGIA
7. HUKUM BERMORAL 8. HUKUM TDK FINAL
KE DEPAN
INDONESIA
BACK TO LAW AND ORDER
RoL
HUKUM PROGRESIF 1. RULE OF PANCASILA 2. RULE OF MORAL 3. RULE OF JUSTICE
PEMIKIRAN KE INDONESIAAN
4. RULE OF INDONESIA
Politik
Geografi
Tujuan Nasioanl
Geopolitik: Pengetahuan tentang geomorfologi (konstalasi geografi) dan penduduk untuk menyelenggarakan pemerintahan nasional Geomorfologi:bentuk luas,letak/posisi, iklim, sda, dan penduduk dengan falsafahnya
Friedrich Ratzel: Teori ruang. Dasar dari teori biologi C Darwin Ruddolf kJelen: Teori kekuatan, mempertegas teori Ratzel (satuan biologis yang intelek Karl Houshofer:teori ruang dan kekuatan ◦ ◦ ◦
Lebensraum Swasembada Empat wilayah region, dan setiap wilayah dipimin oleh bangsa unggul.
Inggris: konsep wawasan maritim, berusaha menguasai pelabuhan di dunia Perancis:konsep wawasan benua, berupaya menguasai daratan eropa Rusia: konsep wawasan benua, berupaya menguasai daratan untuk mencari daerah panas USA: konsep wawasan spijkman, menekankan kekuatan laut (global strategi)
Geopolitik Indonesia= wawasan Nusantara Nusantara: Nusa diantara air atau negara kepulauan Asas negara kepulauan di perjuangkan oleh bangsa indonesia sejak tahun 1957 (deklarasi juanda) dan disetujui bangsa lain tahun 1982 di Montego bay, jamaica (UNCLOS) Ciri Khas Indonesia: diapit 2 samudera dan dua benua dibawah orbit GSO.
Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional (national outlook ) nya bangsa Indonesia, sebagai wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan. Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap inderawi. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara 2 benua dan 2 samudera Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya (lingkungan) sebagai negara bangsa dengan semua aspek kehidupan yang beragam Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya
Pengertian dimaksud belum menjawab apa itu Wawasan Nusantara dalam hekakatnya Kita memandang diri bangsa Indonesia beserta nusantara sebagai lingkungannya itu sebagai apa? Jawaban akan hal itu adalah hakekat dari Wawasan Nusantara. Kita memandang bangsa Indonesia dengan nusantaranya merupakan satu kesatuan. Jadi hakekat Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa & kesatuan wilayah nasional . Dengan kata lain hakekat Wawasan Nusantara adalah “ persatuan bangsa dan kesatuan wilayah” Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa dalam paradigma nasional. Visi adalah keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
Pancasila / Pembukaan UUD 1945
Landasan Idiil
UUD 1945 Landasan Konstitusional
Wawasan Nusantara
Ketahanan Nasional
Dokumen Rencana Pembangunan
Landasan Visional
Landasan Konsepsional
Landasan Operasional
Mengapa Indonesia harus kita pandang sebagai bangsa yang satu dengan wilayah yang satu pula? Mengapa perlu memiliki cara pandang yang demikian? Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan latar belakang akan lahirnya konsepsi Wanus. Latar belakang atau faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya konsepsi Wawasan Nusantara adalah ; Aspek historis atau sejarah Aspek geografis dan sosial budaya Aspek geopolitis dan kepentingan nasional Dari segi sejarah , bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan wilayah yang utuh karena dua hal, yaitu ; Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah Kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah.
Penjajah menciptakan perpecahan dalam diri bangsa Indonesia. Politik pecah belah penjajah terhadap bangsa Indonesia dikenal dengan politik “Devide et impera”. Wilayah Indonesia adalah wilayah eks Hindia Belanda yang tidak merupakan satu kesatuan karena laut teritorial Hindia Belanda adalah selebar 3 mil, berdasarkan Ordonansi 1939. Untuk keluar dari keadaan terjajah membutuhkan semangat kebangsaan yang melahirkan visi sebagai bangsa yang bersatu. Perjuangan bangsa Indonesia yang akhirnya bertitik puncak pada proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 Upaya menjadikan wilayah sebagai satu kesatuan adalah mengganti Ordonansi 1939 dengan Deklarasi Juanda 1957. Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957 melahirkan konsepsi wawasan nusantara dimana laut tidak lagi sebagai pemisah tetapi sebagai penghubung. Wawasan Nusantara dibangun dari konsepsi kewilayahan
"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk Negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian- bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Indonesia dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia. Penentuan batas landas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau- pulau Negara Indonesia. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas akan diatur selekas-lekasnya dengan Undang- undang“ Undang-undang tsb adalah UU No No 4/Prp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia yang telah diperbahrui dengan UU No No 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia Deklarasi Juanda diperjuangan dalam forum internasional. Berdasarkan Kovensi Hukum Laut 1982 “The United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS) , Indonesia diakui sebagai Negara Kepulauan (Archipelago State).
Dari segi geografis dan sosial budaya Indonesia budaya Indonesia merupakan negara bangsa dengan wilayah dan posisi yang unik serta bangsa /etnik yang heterogen. Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa membuka dua peluang . Secara positif dapat dijadikan modal memperkuat bangsa menuju citacita. Secara negatif dapat mudah menimbulkan perpecahan serta infiltrasi pihak luar Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa menjadikan bangsa Indonesia perlu memiliki visi untuk menjadi bangsa yang bersatu dan utuh. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan konsepsi Wawasan Nusantara. Berdasar aspek ini maka muncul konsepsi Wawasan nusantara
Berdasar geopolitik , wilayah Indonesia adalah satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke yang terletak antara dua samodra dan dua benua. Kesatuan antara bangsa Indonesia dengan wilayah tanah air membentuk semangat dan wawasan kebangsaan yaitu sebagai bangsa yang bersatu. Rasa kebangsaan Indonesia dibentuk oleh adanya kesatuan nasib, jiwa untuk bersatu dan kehendak untuk bersatu serta adanya kesatuan wilayah yang sebelumnya bernama Nusantara. Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik. Geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Bahwa politik suatu negara dipengaruhi oleh konstelasi geografi negara ybs. Prinsip-prinsip geopolitik suatu negara dapat menjadi dasar bagi perkembangan wawasan nasional bangsa itu Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup (lebensraum ). ). Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tidak chauvisnisme dan juga bukan kosmopolitanisme
Kesepakatan para pendiri negara bahwa wilayah Indonesia merdeka hanyalah wilayah bekas atau eks Hindia Belanda. Wilayah yang bangsanya memiliki “Le “ Le desir d etre ensemble dan Charakter- gemeinschaft” itulah gemeinschaft” itulah yang harus kita satukan dan pertahankan Upaya membangun kesadaran untuk bersatunya bangsa dalam satu wilayah adalah dengan konsepsi Wawasaan Nusantara. Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan Negara Indonesia, yang merdeka, , berdaulat, adil dan makmur Upaya untuk terus membina persatuan dan keutuhan wilayah adalah dengan mengembangkan wawasan nasional bangsa. Wawasan nasional bangsa Indonesia itu adalah Wawasan Nusantara.
Konsepsi Wawasan Nusantara mengandung/terdiri dari 3 (tiga) unsur dasar ialah : Wadah (contour ( contour ), ), Isi (content (content ) dan Tata laku (conduct (conduct ). ). “Wadah” Wadah”nya adalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk dengananeka ragam budaya "Isi”-nya "Isi”-nya adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 “Tata laku” laku” batiniah adalah sikap, jiwa dan semangat setiap warga negara untuk mendukung konsepsi Wanus. Tata laku lahiriah adalah perilaku atau tindakan setiap warga negara untuk mengimplementasikan terwujudnya konsepsi Wanus
Wawasan dalam penyelenggaran pembangunan nasional dalam mencapai Tujuan Pembangunan Nasional adalah Wanus Hakekat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut mencakup : Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya & Hankam Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan POLEKSOSBUDHANKAM tersebut tercantum dalam GBHN Untuk masa sekarang perlu interpretasi yang tepat mengenai ajaran itu. Interpretasi Wawasan Nusantara harus disertai catatan bahwa konsep kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam memerlukan harmoni antara pusat dan daerah Wilayah Indonesia yang berciri nusantara tertuang dalam pasal 25 A UUD 1945 Amandemen IV
Tujuan Wawasan nusantara terdiri atas dua yaitu: Tujuan kedalam adalah menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, Tujuan keluar adalah terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia Manfaat Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut; diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum internasional; bertambahnya luas wilayah territorial Indonesia; bertambahnya luas wilayah sebagai ruang hidup; penerapan Wanus menghasilkan cara pendang tentang keutuhan wilayah nusantara dan Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.
GEOSTRATEGI INDONESIA DALAM WUJUD KETAHANAN NASIONAL
BUDI UTOMO 1908
KESADARAN BERBANGSA
ALUR PIKIR:
KEHIDUPAN NASIONAL
SUMPAH PEMUDA BERFIKIR SATU BANGSA 28-10-1928 PARADIGMA NASIONAL - PANCASILA - UUD 1945 PROKLAMASI KEMERDEKAAN - WASANTARA KEMERDEKAAN RI BANGSA - TANNAS (KONSEPSI) 17-8-1945 IDEOLOGI
BANGSA INDONESIA
KEHIDUPAN NASIONAL
POLITIK
BANGNAS EKONOMI
SOSBUD
SIFAT HETEROGEN - BERMASY
- SUKU - AGAMA - BUDAYA
- BERBANGSA - BERNEGARA
LINGSTRA - GLOBAL - REGIONAL - NASIONAL
HANKAM
TANNAS (KONDISI)
CITA CITA NAS
(SEBAGAI PEGANGAN POKOK)
Wawasan Nusantara adalah car a pandang dan sikap bangsa I ndonesia mengenai diri dan lingkungannya yang ser ba ber agam dan bernilai strategis, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghar gai ser ta menghor mati kebhi nekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional
ETAHANAN
ASIONAL
SEBAGAI KONDISI KONDISI DINAMIK BGS IND. SEGENAP ASPEK KEHIDUPAN NAS YG INTEGRASI. BERISI KEULETAN & KETANGGUHAN YG MENGANDUNG PUAN BANGKAN KUATNAS. HADAPI TAHG -> LUAR & DLM. UTK JAMIN IDENTITAS, INTEGRITAS & KELANGSUNGAN KEHIDUPAN BGS & NEG SERTA PERJUANGAN CAPAI TUNAS. SEBAGAI KONSEPSI PENGEMBANGAN KEKUATAN NASIONAL PENGATURAN & PENYELENGGARAAN JAH & KAM SEIMBANG, SERASI & SELARAS. DLM SEGENAP ASPEK KEHIDUP. BGS -> UTUH
MENYELURUH DAN TERPADU. BERLANDASKAN PS, UUD 1945, WASANTARA
Isualisasi T.A.H.G
T
TANTANGAN NYATA
A
KONSEPSIONAL
POTENISAL (LATEN)
MENGGUGAH KEMAMPUAN 1. 2. 3.
GAM OPM RMS
1. 2. 3.
EX. KIRI EX. KANAN EX. LAIN
HANCURKAN WASPADAI • DIKOTOMI
KONFLIK SARA
DLM WUJUD
• ADU DOMBA • FITNAH
1. KKN.
H
DALAM KELEMAHAN
2. HUKUM LEMAH 3. PENGANGGURAN 4. KEMISKINAN
ATASI
5. KESENJANGAN 6. KETERBELAKANGAN
G LUAR
1. BENCANA ALAM 2. KRISIS MULTI DIMENSI 3. ERKEMBANGAN LINGK.
ANTISIPASI
AKAR MASALAH (TUNTAS)
KASUS 1. 2. 3. 4. 5. 6.
BANYUWANGI SAMPIT POSO ISSUE NEG. NARKOBA PORNO GRAFI /AKSI.
PERANAN PANCASILA SBG PANDANGAN HIDUP.
MENGUNGKAPKN KETERKAITAN MANUSIA DG - TUHANNYA, MANUSIA & LINGK.NYA PERANAN PANCASILA SBG IDEOLOGI BGS PERANAN PANCASILA SBG DASAR NEG UUD’45 MRPKN SUMBER DR SGL SUMBER HKM
MRPKN KEPUTUSAN POL NAS YG DITUANGKAN KEDLM NORMA2 KONSTITUSIONAL. NEG KITA BUKAN NEG KEKUASAAN, MELAINKN
NEG. HUKUM PMRNTH TDK BERSIFAT ABSOLUT, KEDAULTN
DITANGAN RAKYAT DILAKUKAN MLL DPR
GANI, AWAL 2005
DLM GAR, KHIDUPN NAS, BGS. IND. DIDORONG CAPAI TUJUAN NAS. DIHDPK KPD LINGK .YG SERBA BERUBAH PERLU MILIKI CARA PANDANG (WASANTARA)
•KETAHANAN NASIONAL ADALAH KONDISI KEHIDUPAN NAS YG HARUS DIWUJUDKAN •SUATU KONDISI KEHIDUPAN YG DIBINA SECARA DINI,TERUS MENERUS & SINERGIK
KETAHANAN NASIONAL
KETAHANAN DAERAH KETAHANAN LINGKUNGAN KETAHANAN KELUARGA KETAHANAN PRIBADI
DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA & BERNEGARA, MANUSIA INDONESIA MENYELENGGARAKAN KEHIDUPANNYA DGN MENGADAKAN HUBUNGAN-HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DGN TUHANNYA, ANTARA MANUSIA DGN MANUSIA & LINGKUNGANNYA : 1. HUB. MANUSIA DGN TUHAN, MENURUNKAN/MENIMBULKAN AGAMA YGMENGANDUNG NILAI-2 MORAL & ETIKA. 2. HUB. MANUSIA DGN CITA-CITA, MENCIPTAKAN IDEOLOGI. 3. HUB. MANUSIA DGN KEPENTINGAN & KEKUASAAN, MENIMBULKAN KEHIDUPAN POLITIK. 4. HUB. MANUSIA DGN PEMENUHAN, KEBUTUHAN, MENIMBULKAN KEHIDUPAN EKONOMI. 5. HUB. MANUSIA DGN MANUSIA, MENIMBULKAN KEHIDUPAN SOSIAL (MASY.) DGN SEGENAP PERANGKATNYA, TERMASUK NORMA/HKM YG HARUS DIPENUHI. 6. HUB. MANUSIA DGN RASA, CIPTA, KARSA & KARYA MEWUJUDKAN BUDAYA. 7. HUB. MANUSIA DGN PEMANFAATAN & PENGUASAAN ALAM,MENCIPTAKAN IPTEK YG MERUPAKAN HASIL DARI RASA, CIPTA, KARSA & KARYA DARI MANUSIA BUDAYA. 8. HUB. MANUSIA DGN RASA AMAN, MEWUJUDKAN KEHIDUPAN PERTAHANAN & KEAMANAN.
FILOSOFIS (PANCASILA)
2 SEGI HUB. MANUSIA (M)
M
MAKHLUK INDIVIDU (MODAL)
. TUHAN . MANUSIA . ALAM
AMAL (AKHIRAT)
1. RUANG 2. TEMAN 3. SUMBER
GEOG (1) DEMOG(2) (3) SKA
1. 2. 3. 4. 5.
ID POL EK SB HK
PEMBINAAN (KONSEP TN)
MAKHLUK SOSIAL (BINA)
CITA-CITA KUASA JAH ADAB AMAN
(4) (5) (6) (7) (8)
B A N G N A S
1. JAHKAM
2. KOMPREHENSIF INTEGRAL
ASAS TANNAS
KEBUTUHAN MANUSIA - YG MENDASAR MENYELURUH, TERPADU SEIMBANG, SELARAS, SERASI - SELURUH ASPEK KEHIDUPAN BERMASY BERBANGSA & NEGARA
3. MAWAS - KEDLM - KELUAR
4. KEKELUARGAAN
-
KEBERSAMAAN KEADILAN TENGGANG RASA & TGG JWB TDK BERKEMBANG MJD KONFLIK
1. MANDIRI
SIFAT /CIRI TANNAS
PERCAYA PD PUAN & KUAT SENDIRI ULET & TANGGUH
2. DINAMIS TIDAK STATIS UPAYAKAN TANNAS MNGKT 3. WIBAWA TANNAS MENINGKAT,WBW BERTMBH DAYA TANGKAL 4. KONSULTASI
SALING MENGHARGAI
ASPEK KEHIDUPAN NASIONAL
TRI GATRA
PANCA GATRA
DIPETAKAN
ASPEK ALAMIAH
ASPEK SOSIAL
8 ASPEK /GATRA
=
ASTA GATRA
1. GEOGRAFI 2. SKA 3. KEPENDUDUKAN
1. IDEOLOGI 2. POLITIK 3. EKONOMI 4. SOSIAL BUDAYA 5. HANKAM
TAN IDEOLOGI
TANNAS TANGGUH
TAN POLITIK TERCERMIN
TAN EKONOMI TAN SOSBUD TAN HANKAM
TRIGATRA SBG MODAL DASAR
BANG NAS
KETAHANAN IDEOLOGI
KONDISI MENTAL BANGSA
BERLANDASKAN PANCASILA
MENGANDUNG KEMAMPUAN GALANG & HAR KESATUAN NAS TANGKAL PENETRASI IDEO ASING
& NILAI-2 YG TIDAK SESUAI DGN KEPRIBADIAN BANGSA.
KETAHANAN POLITIK
KONDISI K’HIDUP POL BANGSA DEMOKRATIS BERLANDAS PS & UUD’45
MENGANDUNG KEMAMPUAN HAR STAB POL YG SEHAT DINAMIS TERAPKAN POL LN YG BEBAS & PROAKTIF
ETAHANAN
KONOMI
KONDISI KEHID. PEREK. BGS DEMOKRASI EK DASAR PANCASILA
MENGANDUNG KEMAMPUAN HAR STAB EK YG SEHAT DINAMIS CIPTA KEMANDIRIAN EK. NAS
- DAYA SAING TINGGI - K’MAKMUR RAKYAT ADIL & MERATA
K etahanan KONDISI K’HIDUP SOSBUD BGS DIJIWAI KEPRIBADIAN NASIONAL
BERDASAR PANCASILA
MENGANDUNG KEMAMPUAN : MAN & MASY. IND YG IMAN, RUKUN, MAJU & JAH. TANGKAL BUDAYA ASING.
KETAHANAN HANKAM
DAYA TANGKAL BANGSA KESADARAN BELA NEG.
SELURUH RAKYAT. MENGANDUNG PUAN.
MENGANDUNG KEMAMPUAN : HAR. STAB HANKAMNEG YG DINAMIS AMANKAN BANG & HASIL-HASILNYA. HAN KEDAULATAN NEG. TANGKAL SEGALA BENTUK ANC.
EMBINAAN
ATRA
GEOGRAFIS WIL KEDAULATAN & YURIDIKSI RI HRS JELAS JAMIN KEPENTINGAN NEGARA LAIN PEMANFAATAN DIDASARKAN ATAS KONSEPSI
TATA RUANG -
PENDEKATAN JAHKAM
PEMBANGUNAN SECARA MERATA & SEIMBANG
-
KURANGI KESENJANGAN SPASIAL
KESATUAN WILY MELALUI PENYEDIAAN
SARANA & PRASARANA
DEMOGRAFI (KEPENDUDUKAN)
ATUR LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK ATUR PENYEBARAN PENDUDUK ATUR KUALITAS PENDUDUK PEMBERDAYAAN PENDUDUK
EKAYAAN
LAM
PENGELOLAAN SKA UTK BANGSA & BERKELANJUTAN PENGELOLAAN SKA DIDASARKAN PD PENINGKATAN
KESEMPATAN KERJA PENDUDUK SETEMPAT
KE-
SENJANGAN SPASIAL SUMBER ENERGI MINYAK & GAS BUMI HRS DIHEMAT,
SEDAPAT MUNGKIN DIGANTIKAN OLEH SUMBER NON MINYAK UTK KEPENTINGAN RAKYAT BANYAK INVENTARISIR SELURUH SKA MEMBINA KELESTARIAN SKA DGN MELIBATKAN MASY
PENGAMALAN PANCASILA TERUS DIKEMBANGKAN PS MERUPAKAN IDEOLOGI TERBUKA SESANTI BHINEKA TUNGGAL IKA & KONSEP WASNUS
TERUS DIKEMBANGKAN PS SBG IDEOLOGI NAS, FALSAFAH BANGSA & DSR NEG
RI TERUS DIAMALKAN
IDEOLOGI
PEMBANGUNAN FISIK MAT DAN MENTAL SPIRITUAL
HRS SEIMBANG PENDIDIKAN MORAL PS HARUS SEJAK DINI
POLITIK
SISTEM PEMERINTAHAN BRDSRK HUKUM CEGAH DIKTATOR MAYORITAS & TIRANI MINORITAS KEPIMPNAS HRS MENGAKOMODASI ASPIRASI MASY
(BDSRK PS. UUD 1945) KOMUNIKASI POLITIK TERJALIN SEC TIMBAL BALIK HUB LUAR NEGRI
SALING MENGUNTUNGKAN -
UTK KEPENTINGAN NAS WUJUDKAN TIB DUNIA BRDSRK KEMERDEKAAN,
PERDAMAIAN ABADI & KEADILAN SOSIAL.
EKONOMI
SISTEM EKONOMI MAMPU WUJUDKAN KEMAKMURAN &
KEADILAN SECARA MERATA STRUKTUR EKONOMI YG SEIMBANG & SALING UNTUNG PEMBANGUNAN EKONOMI MRPKN USAHA BERSAMA BERSAING SECARA SEHAT & DINAMIS EKONOMI KERAKYATAN -
HINDARI :
- SISTEM FREE FIGHT LIBERALISME - SISTEM ETEATISME (NEGARA DOMINAN) - MONOPOLI EKONOMI
KEBHINEKAAN BUDAYA DAERAH
MRPKN KEKAYAAN BANGSA
SOSBUD
PENGHAYATAN & PENGAMALAN
AJARAN AGAMA DISERTAI PEMAHAMAN PENGHORMATAN THD KEBERADAAN AGAMA LAIN.
Pertahanan TERWUJUDNYA KESIAPSIAGAAN & SIKAP BELA NEGARA CINTA DAMAI TETAPI LEBIH CINTA KEMERDEKAAN PEMBANGUNAN HANKAM UTK TUJUAN DAMAI LINDUNGI POTENSI NASIONAL & HASILS PEMBANGUNAN PERALATAN DIHASILKAN OLEH INDUSTRI DN
LN HANYA
BILA TERPAKSA PRAJURIT TNI -
TENTARA RAKYAT, PEJUANG DAN NAS
PENGGUNAAN KEKUATAN HANKAM
HORMATI HAM
MASY TAAT HUKUM DAN SADAR BELA NEGARA
riteria
mplementasi
KESELURUHAN (COMPREHENSIF)
KETERKAITAN
SEMUA PIHAK KETERPADUAN (INTEGRASI) KEULETAN & KETANGGUHAN KESEIMBANGAN KEPENTINGAN JAHKAM DINAMIS KEMANDIRIAN PARTISIPASI
PENG. NEG. GLOBALISASI DALAM NEGERI -SARA -PRIMORDIALISME -KETIDAK ADILAN -KESENJANGAN EKO
DLM KEHIDUPAN BERMASYRKT
IMPLEMNTASI KONSEPSI TANNAS
DLM KEHIDUPAN BERBANGSA
DLM KEHIDUPAN BERNEGARA
LUAR NEGERI - IDEOLOGI LAIN - BUDAYA ASING - PENGARUH ASING
JATI DIRI KABUR WASBANG KABUR
HAYATI & AMALKAN
BELUM MANTAP
- CITA2 (BLM DIPAHAMI) - KUAT SOSPOL BLM UTK MSYRK - BLM DI BDSR BUDPOL PANCASILA - BLM UTAMAK KEPENTIGAN NAS - PER UU BLM SEPENUHNYA MENGACU PD WASNUS & TANNAS - POL LN BLM SEPENUHNYA UTK KEPENT NAS
?
-PRIBADI -KEL -POK -UTAMA PERSAT & KESAT
P E R J U A N G A N H I D U P
B A N G N A S
N E G A R A
28
45
BU
IKRAR (S.P)
B.K
PENJAJAH
PANCASILA & UUD 45 REFORM 65/67
08
M U S U H
GUNA
N K R I UTUH
98
KONSEPSI (WN/TN)
?
M U S U H T.A.H.G
C I T A N A S
P E M I M P I N
? K O N S E P
B A N G N A S
& T U N A S