INISIASI 6 SILOGISME KATEGORIS
Jika "penyimpul "penyimpulan an langsung" langsung" didefinisikan didefinisikan adalah “suatu proses penarikan penarikan langsung langsung kesimpulan dari satu proposisi (premis) saja atas dasar pembandingan term subyek dan term predik predikat-n at-nya” ya”,, maka maka "SI! "SI!IS# IS#$ $ %&' %&'$!IS $!IS adalah adalah adalah adalah “suatu “suatu proses proses penarikan tidak langsung kesimpulan dari dua proposisi proposisi (premis mayor dan premis minor) atas dasar term pembanding pembanding (term tengah)” *akry, *akry, ++. /0120 Sebab itu, 3enyimpula 3enyimpulan n tidak langsung disebut “Silogisme”0 &tau, disebut dengan “Silogisme kategoris”, karena silogi silogisme sme di dalam dalam propo proposisi sisi-pro -propo posisi sisi katego kategoris0 ris0 #isal, #isal, 3remis 3remis mayor. mayor. "4' adalah adalah perguruan tinggi di Indonesia"0 3remis minor. "ogika adalah mata kuliah yang diajarkan di 4'"0 %esimpulan. "ogika adalah mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi di Indonesia"0 3remis mayor (term pangkal banding) adalah “proposisi yang mengandung term predikat pada kesimpulanny kesimpulannya”0 a”0 3remis minor (term yang dibandingkan) dibandingkan) adalah “proposisi yang mengandung term subyek pada kesimpulannya”0 &da + ma5am silogisme kategoris. Silogisme beraturan dan Silogisme tidak berarturan0 Silogisme kategoris harus mematuhi 6ukum dasar penyimpulan sebagai 3enyimpulan yang sah (tepat), bukan benar atau salah0 Prinsip-prinsip Penyimpulan 3rinsi 3rinsip-p p-prin rinsip sip penyim penyimpul pulan an merupa merupakan kan hukum hukum dasar dasar penyimp penyimpula ulan, n, yang yang terbagi terbagi + ma5am, yang memiliki 7 hukum dasar penyimpulan, yaitu. 0 3rinsip konotasi term dalam silogisme0 &tas dasar prinsip konotasi term atau prinsip persamaan dan prinsip perbedaan, ada 8 hukum dasar dasar penyimpulan. a) 9ua hal yang sama, jika yang satu diketahui sama dengan hal ketiga, maka yang lain pun pasti sama0 b) 9ua hal yang sama, jika sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga, maka sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya0 5) &ntara dua hal, jika yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga, maka dua hal itu berbeda0 +0 3rinsip denotasi term dalam silogisme0 &tas dasar prinsip denotasi term atau prinsip distribusi dan prinsip distribusi negatif, ada 1 hukum dasar penyimpulan. a) Jika Jika sesuatu sesuatu hal diakui diakui sebagai sebagai sifat sifat yang sama dengan dengan keseluru keseluruhan han,, maka diakui diakui pula sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan0 b) Jika sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan, maka diakui pula sebagi bagian dari keseluruhannya itu0 5) Jika sesuatu sesuatu hal diakui diakui sebagai sebagai sifat yang yang meliputi meliputi keseluruh keseluruhan, an, maka meliput meliputii pula bagian-bagian dalam keseluruhan itu0 d) Jika sesuatu sesuatu hal tidak tidak diakui diakui oleh keseluruh keseluruhan, an, maka tidak tidak diakui diakui pula oleh oleh bagianbagian bagian dalam keseluruhan itu0 Selain, tepat, 3enyimpulan juga harus pasti, dengan metode praktis penyimpulan, yaitu “jika dilukiskan dalam diagram himpunan, yang hanya satu bentuk”0 Sebaliknya, “jika dilukiskan dalam diagram himpunan lebih dari satu bentuk, maka tidak pasti0 Silogisme Beraturan Silo Silogi gism smee berat beratur uran an adal adalah ah bent bentuk uk peny penyim impu pulan lan yang yang terdi terdiri ri dari dari tiga tiga prop propos osisi isi (kesimpulan, premis mayor dan premis minor), serta term tengah0 &da 1 bentuk silogisme beraturan.
0 Silogisme Sub-3re, yaitu. *entuk silogisme, term tengah sebagai term subyek dalam premis mayor, dan sebagai term predikat dalam premis minor0 9alam 7 hukum dasar das ar penyimpulan, ada 8 ma5am silogisme Sub-3re yang yang berkesimpulan pasti0 +0 Silogi Silogisme sme *is-3re, *is-3re, yaitu. yaitu. *entuk *entuk silogisme, silogisme, term tengah sebagai term predikat predikat dalam premis mayor dan minor0 9alam 7 hukum dasar penyimpulan, penyimpulan, ada 8 ma5am silogisme *is-3re yang berkesimpulan pasti0 80 Silogisme *is-Sub, yaitu. *entuk silogisme, term tengah sebagi term subyek dalam premis mayor dan minor0 9alam 7 hukum dasar penyimpulan, penyimpulan, ada 8 ma5am silogisme *is-Sub yang berkesimpulan pasti0 10 Silogisme 3re-Sub, yaitu. yaitu. *entuk silogisme, term tengah sebagai term predikat dalam premis mayor, dan sebagai term subyek dalam premis minor0 9alam 9ala m 7 hukum dasar penyimpulan, ada 8 ma5am silogisme 3re-Sub yang yang berkesimpulan pasti0 Silogisme Tia! Beraturan Silogisme tidak beraturan adalah bentuk penyimpulan, dengan empat ma5am. 0 $ntime $ntimema, ma, yaitu. yaitu. *entuk *entuk silogis silogisme, me, ada satu propos proposisi isi yang yang dihila dihilangk ngkan, an, karena karena dianggap sudah diketahui0 &da 1 ma5am ma5a m bentuk kemungkinan. a0 $ntimema dari silogisme, premis mayor dihilangkan0 b0 $ntimema dari silogisme, premis minor dihilangkan0 50 $ntimema dari silogisme, kesimpulan dihilangkan, karena langsung sudah diketahui0 d0 $ntimema dari silogisme, premis mayor dan minor dihilangkan, karena dianggap sudah diketahui0 :aedah praktis entimema, yaitu dengan mengembalikan entimema ke dalam bentuk asal, merupakan sebagai bukti kebenaran dan ketepatan susunan proposisinya0 +0 $pikirema, yaitu. *entuk silogisme0 *entuk silogisme, salah satu atau kedua premis (may (mayor or dan dan mino minor) r) dise diserta rtaii deng dengan an alasan alasan00 'erjad rjadii di dalam dalam buku buku-b -buk uku u atau atau per5akapan sehari-hari0 80 Sorite Sorites, s, yaitu. yaitu. *entuk *entuk silogi silogisme, sme, premis premis berhub berhubun ungan gan lebih lebih dari dari dua propos proposisi, isi, sehingga kesimpulan berbentuk hubungan antara premis mayor dan premis minor, tanpa term tengah0 3enyimpulan yang pasti dalam Sorites harus memenuhi beberapa syarat. a) Jika dalam hubungan itu uni;ersal ke partikular, maka hubungan selanjunya tidak boleh dibalik, meski sebagai term subyek atau term predikat0 b) Jika dalam dala m hubungan itu partikular part ikular ke uni;ersal, maka hubungan selanjutnya tidak boleh dibalik, meski sebagai term subyek atau term predikat0 5) Jika dalam hubungan itu ada negasi, maka yang menegasi atau dinegasi harus uni;ersal, atas dasar prinsip penyimpulan yang ketujuh0 d) Jika dalam dalam hubung hubungan an itu tiap propos proposisi isi premis premis (mayor (mayor dan minor) minor) berben berbentuk tuk ekui;alen, maka proposisi kesimpulan selanjutnya pun berbentuk ekui;alen, atas dasar prinsip penyimpulan yang pertama0 &tas dasar kuantitas itu, Sorites dibagi + ma5am. Sorites progresif (dari partikular ke uni;ersal, kesimpulannya hubungan antara term subyek dari premis mayor dengan term predikat dari premis minor)< dan Sorites regresif (dari uni;ersal ke partikular, kesimpulannya hubungan antara term subyek dari premis minor dengan term predikat dari premis mayor)0 :aedah praktis Sorites, yaitu dengan menggabungkan bentuk-bentuk silogisme, Sorites banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, s ehari-hari, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memberikan #aklumat (perintah atau larangan)0
10 3olisi 3olisilog logism isme, e, yaitu. yaitu. *entuk *entuk silogism silogisme, e, hubung hubungan an pada pada kesimp kesimpula ulan n sebelum sebelumnya nya menj menjad adii prem premis is pada pada silo silogi gism smee beri beriku kutn tnya ya00 &da + poli polisi silo logi gism sme. e. 3ros 3rosil ilog ogism ismee (silogisme yang bukan bagian akhir)< dan $pisilogisme (silogisme yang bagian akhir)0 'iap silogisme hingga silogisme akhir bisa memiliki penyimpulan yang tepat dan pasti, jika mengikuti hukum dasar penyimpulan dan berbentuk hanya satu diagram himpunannya0 9engan demikian, Silogisme merupakan salah satu bentuk penyimpulan yang sah (tepat), jika mengikuti 3rinsip-prinsip penyimpulan sebagai hukum dasar penyimpulan0 Selain itu, penyimpulannya menjadi pasti, jika diagram himpunan berbentuk hanya satu saja0 Sumber Sumber.. =oor =oor #uhsin #uhsin *akri *akri dan Sonjor Sonjoruri uri *udian *udianii 'risak 'risakti0 ti0 Logika0 Logika0 $d0 >0Jakarta. >0Jakarta. 4ni;ersitas 'erbuka, ++, hal0 /0-/0?/0 "ISK#SI 0 Sebutkan Sebutkan dan jelaskan jelaskan prinsip-pri prinsip-prinsip nsip penyimpul penyimpulan an sebagai hukum hukum dasar penyimpul penyimpulan@ an@ +0 Jelaskan Jelaskan perbedaan perbedaan silogisme silogisme beraturan beraturan dan silogisme silogisme tidak beratura beraturan n dengan dengan diserati diserati 5ontoh@
Selamat memba5a dan berdiskusi, Masy!ur$a%i BABVI SILOGISMEKATEGORIK I.PRINSIP2PENYIMPULAN Jika : apapun dalam alam ini !nan"iaa #!$%!$ak.&a #!$%!$ak.&an n !"iap 'an% #!$%!$ak i"u #!$ada dalam p!$u#a(an Maka : apapun dalam alamini #!$ada dalam p!$u#a(an. 2 p$)p)ii 'an% dip*!$#andin%kan dia"a p$)p)ii k!"!%)$ik+ )l!( ka$!na i"u p$)! p!nala$an'a di!#u" il)%im! ka"!%)$ik+ 'akni. Sua"u #!n"uk p!n' p!n'impul impulan an #!$ #!$daa daa$ka $kan n p!$# p!$#andin andin%an %an 2 p$) p$)p)i p)iii 'an% didal didalamn' amn'a a "!$k "!$kandun andun adan'a ada n'a "!$ "!$m m p!m p!m#an #andin din% % dan 'a 'an% n% dap dapa" a" m!l m!la(i a(i$k $kan an p$ p$)p) )p)i iii lai lain n dal dalam am k! k!im impul pulann ann'a 'a.. Apapun dalam ala ini adala( #!$ada dalam p!$u#a(an. &an+ !"iap 'an% #!$ada dalam p!$u#a(an , #! #!$u $u#a #a( ( - i" i"u u u ua" a"u u k! !ad adia ian. n. Ja Jadi di++ ap apap apun un da dala lam m al ala a mi mini ni ad ada ala la( ( u ua" a"u u k! !ad adia ian n &alam &ala m il) il)%im! %im!++ 2 p$) p$)p)i p)ii i 'an% dip!$#andin% dip!$#andin%kan kan i"u di#!$ di#!$ii nama p$!mi a"au pan%k pan%kal al piki$ piki$.. P$)p)ii p!$"ama di!#u" P/ !$in% di!#u" p$!mi ma')$+ ka$!na p$)p)iin'a m!n%andun% "!$m 'an% pada umumn'a dalam k!impulan !#a%ai p$!dika". P$)p)ii k!dua di!#u" P2 !$in% di!#u" p$!mi min)$+ ka$!na p$)p)iin'a m!n%andun% "!$m 'an% pada umumn'a dalam k!impulan !#a%ai u#!k. P/ : !mua mak(luk "idak a#adi P2: manuia adala( mak(luk &a$i p!$#andin%an "!$!#u" dapa" di"a$ik k!impulan a"au k)nklui ,K-. S!mua manuia "idak a#adi &alam p!n'impulan #!$#!n"uk il)%im! ada 0 unu$ ##+ /. T!$m p!m#andin%+ d!n%an 'm#)l 1M: , mak(luk 2. T!$m pan%kal #andin%+ 1P , a#adi 0. T!$m 'an% di#andin%kan+ 1S , manuia P/ : S!mua mak(luk "idak a#adi , !mua M "idak P P2 : !mua manuia adala( mak(luk , !mua S adala( B K : !mua manuia "idk a#adi , !mua S "idak P P$)! p!nala$an dalam #!n"uk il)%im! diu$aikan d!n%an dia%$am : P/ : !mua mak(luk "idak a#adi M 3 mak(luk P 3 a#adi M 4 P : M "idak "!$mauk P. P2 : manuia adala( mak(luk S 3 manuia M 3 mak(luk i S 4 M : S m!$upakan #a%ian M &apa" diimpulkan K : manuia "idak a#adi S 3 manuia
P
a#adi P A. &ASAR PENYIMPULAN /. P$inip k)n)"ai "!$m dalam il)%im! a. (ukum p!$"ama 2 (al 'an% ama + apa#ila 'an% a"u dik!"a(ui ama d!n%an (al k!"i%a maka 'an% lain pun pa"i ama. S!mua manuia #!$akal #udi , A 3 B S!mua 'an% #!$akal #udi #!$#uda'a , B 3 6 S!mua manui #!$#uda'a , A 3 6 5ukum p!$"ama p!n'impulan a"a daa$ k)n)"ai "!$m dalam il)%im! ini+ 7)n")( dan $umuan im#)likn'a ##+ S!mua manuia #!$akal #udi+ dan !mua 'an% #!$akal #udi #!$#uda'a maka !mua manuia #!$#uda'a , A 3 B 4 , B 3 6 4 , A 3 6 #. (ukum k!dua 2 (al 'an% ama+ apa#ila !#a%ian 'an% a"u "!$mauk dalam (al k!"i%a maka !#a%ian 'an% lainpun "!$amuk didalamn'a. Rak'a" Ind)n!ia adala( 'an% m!nadi 8NI , A 3 B S!#a%ian 8NI adala( k!"u$anan ain% , B 4 6 S!#a%ian Rak'a" Ind)n!ia adala( k!"u$anan ain% , A 4 6 &i$umukan Rak'a" Ind)n!ia adala( m!nadi 8NI+ dan !#a%ian 8NI k!"u$anan ain% maka !#a%ian $ak'a" Ind)n!ia dala( k!"u$anan ain% , A 3 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 S 5UKUM
3
4
7. (ukum k!"i%a an"a$a 2 (al+ apa#ila 'an% a"u ama dan 'an% lain #!$#!da d!n%an (al k!"i%a maka 2 (al i"u #!$#!da. S!mua 'an% #!$#uda'a adala( manuia , A 3 B S!mua manuia #ukan k!"u$unan k!$a , B 4 6 S!mua 'an% #!$#uda'a #ukanla( k!"u$unan k!$a , A 4 6 &iimpulkan S!mua 'an% #!$#uda'a adala( manuia+ dan S!mua manuia #ukan k!"u$unan k!$a maka S!mua 'an% #!$#uda'a #ukanla( k!"u$unan k!$a , A 3 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 2. P$inip &!n)"ai "!$m dalam il)%im! P$inip 1di7"um d! )mni, dika"akan "!n"an% !mua -. &an 1 di7"um d! null) , "idak dika"akan "!n"an% manapun u%a -. Pinip daa$ d!n)"ai 7. (ukum k!!mpa" apa#ila !ua"u (al diakui !#a%ai i9a" 'an% ama d!n%an k!!lu$(an maka diakui pula !#a%ai i9a" )!( #a%ian2 k!!lu$u(an "!$!#u". 8NI k!"u$unana ain% adala( $ak'a" Ind)n!ia. , A 4 BS!mua $ak'a" Ind)n!ia ama k!dudukann'a dalam (ukum Ind)n!ia. , A3 BS!mua 8NI k!"u$unan ain% m!mpun'ai k!dudukan ama dalam (ukum Ind)n!ia. , A 4 6 &iimpulkan 8NI k!"u$unana ain% adala( $ak'a" Ind)n!ia+ dan !mua Ind)n!ia ama k!dudukann'a dalam (ukum Ind)n!ia maka !mua 8NI k!"u$unan ain% m!mpun'ai k!dudukann 'an% ama dalam (ukum Ind)n!ia. , A 4 B 4 , B 3 6 4 , A 4 6 d. (ukum k!lima apa#ila !ua"u (al diakui !#a%ai i9a" 'an% ama d!n%an #a%ian da$i k!!lu$(an maka diakui pula !#a%ai #a%ian da$i k!!lu$u(an i"u. S!#a%ian mak(luk adala( manuia , A 4 BS!mua manuia #!$#uda'a , B 3 6 S!#a%ian mak(luk ada 'an% #!$#uda' , A 4 6&iimpulkan S!mua mak(luk adala( manuia+ dan manuia #!$#uda'a maka !#a%ian mak(luk adala( #!$#uda'a. , A 4 B 4 , B 3 6 4 , A 4 6 !. (ukum k!!nam apa#ila !ua"u (al diakui i9a" 'an% m!lipu"i k!!lu$u(an maka m!lipu"i pula #a%ian2 dalam k!!lu$u(an i"u. S!mua a$%a P&I adala( $ak'a" Ind)n!ia , A 4 B -
S!mua $ak'a" Ind)n!ia #!$;K!"u(uanan Yan% Ma(a Ea , B 4 6 S!mua a$%a P&I (a$u #!$;K!"u(uanan Yan% Ma(a Ea , A 4 6 &iimpulkan + S!mua a$%a P&I adala( $ak'a" Ind)n!ia+ dan S!mua $ak'a" Ind)n!ia #!$;K!"u(uanan Yan% Ma(a Ea maka S!mua a$%a P&I (a$u #!$;K!"u(uanan Yan% Ma(a Ea. , A 4 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 9. (ukum k!"uu( apa#ila !ua"u (al "idak diakui )l!( k!!lu$(an maka "idak diakui pula #a%ian2 dalam k!!lu$u(an "!$!#u" i"u. S!mua a$%a P&I adala( $ak'a" Ind)n!ia , A 4 B S!mua $ak'a" Ind)n!ia "idak #)l!( #!$ali$an k)muni , B 4 6 S!mua a$%a P&I "idak #)l!( #!$ali$an k)muni , A 4 B &iimpulkan S!mua a$%a P&I adala( $ak'a" Ind)n!ia+ dan S!mua $ak'a" Ind)n!ia "idak #)l!( #!$ali$an k)muni maka S!mua a$%a P&I "idak #)l!( #!$ali$an k)muni , A 4 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 0. Ik("ia$ (ukum2 il)%im! 5ukum #!$adaa$ k)n)"ai "!$m ada 0 $umuan 5ukum #!$daa$ d!n)"ai "!$m ada < $umuan Kaida( il)%im! ka"!%)$ik adala( ## a. , A 3 B 4 , B 3 6 4 , A 4 6 #. , A 3 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 7. , A 3 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 d. , A 4 B 4 , B 3 6 4 , A 4 6 !. , A 4 B 4 , B 3 6 4 , A 4 6 9. , A 4 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 %. , A 4 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 B. METO&E PRAKTIS PENYIMPULAN P$inip p!n'impulan p$ak"i dapa" din'a"akan dalam #!n"uk k)n"$ap)i"i9 !#a%i #!$iku". Sua"u il)%im! ika dilukikan dalam dia%$am (impulan l!#i( a"u #!n"uk maka k!impulann'a "idak pa"i , A 4 B 4 , 6 3 B 4 , A 4 6 , A 4 B : !#a%ian 'an% #!$#an%a 6ina m!nadi 8NI , B 3 6 - : !mua 'an% dimakud $ak'a" Ind)n!ia adala( 'an% m!nadi 8NI , A 4 6 : !#a%ian 'an% #!$#a%na 7(ina m!nadi $ak'a" Ind)n!ia. , A 4 B 4 , 6 4 B 4 , A 4 6 , A 4 B : S!mua 'an% #!$#an%a 7ina #!$#uda'a , 6 4 B : $ak'a" Ind)n!ia #!$#uda'a , A 4 6 : S!mua 'an% #!$#an%a 7ina=..4.... $ak'a" Ind)n!ia. II. SILOGISME BERATURAN P$)p)ii 'an% dapa" a"u dalam il)%im! adala( p$)p)ii pa$"i7ula$ inklui9 maupun n!%a"i>! dan p$)p)! pa$"i7ula$ a?$ma"i9 maupun n!%a"i>!. , S 3 P : P$)p)ii uni>!$al a?$ma"i9 !kui>al!n , S4 P : P$)p)ii uni>!$al a?$ma"i9 implikai , S 4 P : P$)p)ii uni>!$al n!%a"i>! !klui9 , S 4 P : P$)p)ii pa$"ikula$ a?$ma"i9 inklui9 , S 4 P : P$)p)ii pa$"ikula$ a?$ma"i9 implikai A. BENTUK2 SILOGISME /. Sil)%im! Su#;P$! Sua"u #!n"uk il)%im! 'an% "!$m p!m#andin%n'a dalam p$!mi p!$"ama !#a%i u#!k dan dalam p$!mi k!dua !#a%i p$!dika" ,M 3 P4 , S 3 M 4 , S 3 P Ada /0 ma7am il)%im! 'an% #!$k!impulan pa"i+ ,M 3 P4 , S 3 M 4 , S 3 P ,M 3 P4 , S 4 M 4 , S 4 P ,M 3 P4 , S 4 M 4 , S 4 P ,M 3 P4 , S 4 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 3 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 4 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 3 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 4 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 3 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 3 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 3 M 4 , S 4 P ,M 3 P4 , S 4 M 4 , S 4 P ,M 4 P4 , S 4 M 4 , S 4 P -
2. Sua"u ,P Ada ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P 0. Sua"u ,M Ada ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M ,M
Sil)%im! Bi;P$! ,Sil)%im! #!n"uk p$!dika" p$!dika" #!n"uk il)%im! 'an% "!$m p!m#andin%n'a m!nadi p$!dika" dalam k!dua p$!mi. 3 M4 , S 3 M 4 , S 3 P /0 ma7am il)%im! 'an% #!$k!impulan pa"i+ 3 M4 , S 3 M 4 , S 3 P 3 M4 , S 4 M 4 , S 4 P 3 M4 , S 4 M 4 , S 4 P 3 M4 , S 4 M 4 , S 4 P 3 M4 , S 4 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 3 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 4 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 4 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 3 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 3 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 3 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 3 M 4 , S 4 P 4 M4 , S 4 M 4 , S 4 P Sil)%im! Bi;Su# , il)%im! #!n"uk p$!dika" u#!k #!n"uk il)%im! 'an% "!$m p!m#andin%n'a m!nadi u#!k dalam k!dua p$!mi. 3 P4 , M 3 S 4 , S 3 P /0 ma7am il)%im! 'an% #!$k!impulan pa"i+ 3 P4 , M 3 S 4 , S 3 P 3 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 3 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 3 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 3 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 P4 , M 4 S 4 , S 4 P -
<. Sua"u dalam .,P Ada ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P ,P
Sil)%im! P$!;Su# , Sil)%im! #!n"uk p$!dika" u#!k#!n"uk il)%im! 'an% "!$m p!m#andin%n'a dalam p$!mi p!$"ama !#a%ai p$!dika" dan p$!mi k!dua !#a%i u#!k. 3 M4 , M 3 S 4 , S 3 P /0 ma7am il)%im! 'an% #!$k!impulan pa"i+ 3 M4 , M 4 S 4 , S 4 P 3 M4 , M 3 S 4 , S 3 P 3 M4 , M 4 S 4 , S 4 P 3 M4 , M 4 S 4 , S 4 P 3 M4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 4 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 3 S 4 , S 4 P 4 M4 , M 4 S 4 , S 4 P -
B. Sil)%im! A 3 P R K! 2 A 3 B 4 B 4 B 4 B 4
IK5TISAR ka"!%)$ik A 4 B
B
6
A 6 6
3 A A
6 6
6
A 4 4
A A
4
A
4
4 6 6 4 6
6
SILOGISME PREMIS B A 4
A A A 6 4
4
6 4 4
B
A 6 6
4 A
4
A
6 4 4
4 4
BERATURAN PERTAMA 4 B
A
4 4 4
4 6
4
6 4 4 4 4
III. SILOGISME TAK BERATURAN A. ENTIMEMA Sua"u #!n"uk il)%im! 'an% (an'a m!n'!#u"kan p$!mi a"au k!impulan aa a"au k!duan'a "!"api ada a"u p$!mi 'an% "idak din'a"akan.
&ia diaukan k! pan%adilan ka$!na p!n%!lapan uan% N!%a$a. , A 4 B 4 , A 4 6 , A 4 B : &ia m!n%!lapkan uan% N!%a$a , A 4 6 : &ia diaukan k! p!n%adilan S!7a$a l!n%kap di$umukan , A 4 B 4 , B 4 6 4 , A 4 6 &ia m!n%!lapkan uan% N!%a$a+ dan !mua m!n%!lapkan uan% N!%a$a diaukan k!p!n%adilan maka dia diaukan k! p!n%adilan /. #!n"uk2 !n"im!ma a En"im!ma da$i il)%im! 'an% p$!mi p!$"aman'a di"iadakan , =. 4 , A 4 B 4 , A 4 6 @aa$ Bak$' dip!$k!nankan m!n%aukan p!$m)()nan p!nulian k$ipi ka$!na @aa$ Bak$' "!la( m!m!nu(i 'a$a" 'an% di"!"apkan 9akul"a. # En"im!ma da$i il)%im! 'an% p$!mi k!duan'a di"iadakan , A 4 B 4 , =.. 4 , A 4 6 @aa$ Bak$' dip!$k!nankan m!n%aukan p!$m)()nan p!nulian k$ipi ka$!na ma(aia 'an% "!la( m!m!nu(i 'a$a" 'an% "!la( di"!"apkan )l!( 9akul"a dip!$k!nankan m!n%aukan p!$m)()nan p!nulian k$ipi 7 En"im!ma da$i il)%im! 'an% k!impulann'a dip!$ki$akan lan%un% dapa" dik!"a(ui. , B 3 6 4 , A 4 B 4 , =. ka$!na ma(aia 'an% "!la( m!m!nu(i 'a$a" 'an% "!la( di"!"apkan )l!( 9akul"a dip!$k!nankan m!n%aukan p!$m)()nan p!nulian k$ipi+ dan @aa$ Bak$' "!la( m!m!nu(i 'a$a" 'an% di"!"apkan )l!( 9akul"a. d En"im!ma da$i il)%im! 'an% p$!mi p!$"aman'a di"iadakan , =.. 4 , =.. 4 ,A 4 6@aa$ Bak$' dip!$k!nankan m!n%aukan p!$m)()nan p!nulian k$ipi 2. @a!da( p$ak"i !n"im!ma B. EPIKEREMA Sua"u #!n"uk il)%im! 'an% ala( a"u a"au k!dua p$!min'a di!$"ai ala an. K!l)mp)k p!m!$a kaki lima di"a(an p!m!$in"a( ka$!na m!n%%an%u k!"!nan%an ma'a$aka". &an $!maa pu"u !k)la( kamp)n% adala( k!l)mp)k p!m!$a kaki lima ka$!na m!n%iku"i 1Gali !#a%ai pimpinan. Maka+ $!maa pu"u !k)la( kamp)n% "!la( di"a(an p!m!$in"a(. , B 4 P 4 , B 4 6 , A 4 G 4 , A 4 B 4 , A 4 6 , B 4 P - 4 , B 4 6 - K!l)mp)k p!m!$a kaki lima di"a(an p!m!$in"a( ka$!na m!n%%an%u k!"!nan%an ma'a$aka" , B 4 P - 4 , B 4 6 - $!maa pu"u !k)la( kamp)n% adala( k!l)mp)k p!m!$a kaki lima ka$!na m!n%iku"i 1Gali !#a%ai pimpinan , B 4 P 4 $!maa pu"u !k)la( kamp)n% "!la( di"a(an p!m!$in"a(. 6. SORITES Sua"u #!n"uk il)%im! 'an% p$!min'a #!$kai";kai"an l!#i( da$i 2 p$)p)ii p!$"ama d!n%an ala( a"u "!$m p$)p)ii "!$a(ki$ 'an% k!duan'a #ukan "!$m p!m#andin%. S!mua p!!$"a "! p!%aai n!%!$i adala( 8NI+ dan 8NI (a$u #!$pan7aila+ dan !mua 'an% #!$pan7aila "idak #!$pa(am k)muni maka !mua p!!$"a "! #ukan #!$pa(am k)muni. , A 4 B 4 , B 4 6 4 , 6 4 & 4 , A 4 & S!mua A adala( B+ dan !mua B adala( 6+ dan !mua 6 #ukan & maka !mua A #ukan &. /. S'a$a"2 )$i"! a Jika dalam p!$kai"an i"u lin%kunan "!$m #!$alan da$i "!$m 'an% lua m!lipu"i "!$m 'an% !mpi" maka p!$kai"an !lanu"n'a "idak #)l!( di#alik alaupun "!$m "!$!#u" !#a%ai u#!k a"au p$!dika". ,Y 3 , 4 Y,R 4 , 4 R,S 4 # Jika dalam p!$kai"an i"u lin%kunan "!$m #!$alan da$i "!$m 'an% !mpi" m!lipu"i "!$m 'an% lua maka p!$kai"an !lanu"n'a "idak #)l!( "!$i#alik alaupun "!$m "!$!#u" !#a%ai u#!k a"au p$!dika". , 4 Y,Y 3 ,R 4 ,R 3 S,S 4 7 Jika dalam p!$kai"an i"u ada n!%aimaka 'an% m!n!%aikan a"au 'an% din!%aikan (a$u "!$m 'an% l!#i( lua. , 3 ,R 4 -
,R 4 S,S 4 d Jika dalam p!$kai"an i"u "iap p$)p)ii !#a%ai p$!mi #!$#!n"uk !kui>al!n maka ampai p$)p)ii "ak "!$(in%%a pun k!impulann'a "!"ap #!$#!n"uk !kui>al!n. ,A 3 B,B 3 6,& 3 6,A 3 &2. ma7am2 )$i"! a S)$i"i! P$)%$!i9 , A$i")"!lian )$i"i! P!$#in7an%an m!n%a$a( mau da$i "!$m 'an% "!$!mpi" ampai pada 'an% "!$lua+ !dan%kan k!impulann'a adala( (u#un%an an"a$a u#!k da$i p$!mi p!$"ama d!n%an p$!dika" da$i p$!mi "!$a(ki$. , A 4 B 4 , B 4 6 4 , 6 4 & 4 , A 4 & Jika manuia adala( $ai)nal+ !dan% apa 'an% $ai)nal adala( pi$i"ual , $)(ani -+ dan apa 'an% pi$i"ual "idak akan ma"i. Jadi ia manuia "idak akan ma"i. S!mua A adala( B+ !mua B adala( 6+ !mua 6 #ukan &+ !mua A #ukan & # S)$i"! p$)%$!i9 C )$i"! G)kl!niu , G)7l!nian )$i"! P!$#in7an%an m!n%a$a( #alik da$i "!$m 'an% "!$lua m!nuu 'an% "!$!mpi"+ !dan%kan k!impulann'a adala( (u#un%an an"a$a u#!k da$i p$!mi "!$a(ki$ d!n%an p$!dika" da$i p$!mi p!$"ama. , B 3 A 4 , 6 3 B 4 , & 4 6 4 , E 4 & 4 , E 4 A S!"iap 'an% dika$uniai nalu$i m!mpun'ai $!aki p)n"an+ !"iap (!an dika$uniai nalu$i+ dan !mua manuia adala( (!an+ !dan%kan addam (uain adala( !)$an% manuia. Jadi k!impulann'a addam (uain m!mpun'ai $!aki p)n"an. S!mua B adala( A+ !mua 6 adla( B+!mua & adala( 6+!mua E adala( E. adi E adala( A 0. @a!da( p$ak"i )$i"! S)$i"! #!$a$"i "umpukan !(in%%a p!nala$ann'a dapa" dia$"ikan: ua"u #!n"uk p!n'impulan 'an% #!$"umpuk2. &. POLISOLIGISME B!n"uk p!n'impulan #!$upa p!$kai"an il)%im! !(in%%a k!impulan il)%im! !#!lumn'a m!nadi p$!mi pada )l)%im! !lanu"n'a. ,A 4 B,B 4 6,A 4 6,6 4 &,A 4 & Jika !mua a$%a P&I adala( 8NI+ dan !mua 8NI (a$u #!$;K!"u(anan Yan% Ma(a Ea maka !mua a$a P&I (a$u #!$;K!"u(anan Yan% Ma(a Ea+ dan 'an% #!$;K!"u(anan Yan% Ma(a Ea "idak #!$ali$an k)muni maka a$%a P&I "idak #!$ali$an k)muni.
S I LOG I S M E S I LOG I S M E
A.
1.
Konsep Dasar Silogisme
Pengertian Silogisme
Silogisme dapat didefinisikan sebagai proses menggabungkan tiga proposisi, dua sebagai premis menjadi dasar penyimpulan disebut premis I dan premis II, satu menjadi simpulan yang ditarik (konklusi). Jadi, dalam silogisme selalu ada tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor, dan akhirnya konklusi. Premis adalah proposisi-proposisi yang digunakan untuk penarikan konklusi. Konklusi ialah proposisi yang menyatakan hasil inferensi yang dilakukan berdasarkan proposisi-proposisi yang menjadi premis-premsi suatu inferensi. Proposisi-proposisi yang menjadi premis-premis dalam suatu silogisme disebutantesedens, sedangkan proposisi yang menjadi konklusi disebutkonsekuensi. Predikat konklusi disebut term mayor P!, dan subjek konklusi disebut term minor S!. "isebut demikian karena ekstensi predikat konklusi senantiasa lebih luas dari subjeknya. Premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor , sedangkan premis yang mengandung term minor disebut premis minor . #erm yang tidak terdapat pada proposisi konklusi tetapi ada di kedua premis sebagai pembanding disebutterm pembanding , atauterm antara$term tengah (terminus medius) %! &ontoh' Semua binatang makan. Sapi adalah binatang. Jadi, sapi makan. "alam ontoh tersebut' -
#erm minor S!' sapi
-
#erm mayor P!' makan
-
#erm pembanding %!' binatang
-
Premis mayor' semua binatang makan
-
Premis minor' sapi itu binatang
-
Simpulan atau konklusi' sapi makan
2.
Berbagai Jenis Silogisme
%appeati yorong, (*+'/) membedakan silogisme dalam dua jenis, yaitu' silogisme murni dan silogisme
ampuran
berdasarkan
unsur-unsur
proposisinya.
Jika
proposisi-proposisinya
sama
hubungannya, silogisme itu dinamai silogisme murni, dan jika proposisi-proposisinya berbeda hubungannya dinamai silogisme ampuran. Selanjutnya dikemukakan bah0a kedua silogisme ini dapat diklasifikasi lagi, yaitu' Silogisme murni dapat dibagi atas' silogisme murni kategori, silogisme murni hipotetis, dan slogisme murni disjungtif berdasarkan proposisi-proposisi pembentunknya. Sedangkan silogisme ampuran dibagi pula atas tiga jenis, yaitu' Silogisme hipotetis kategoris, "isjungtif kategoris, dan "ilemma. Sumaryono (*+++'+1) juga membedakan silogisme dalam dua kategori, yaitu' silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. *. Silogisme kategoris ialah silogisme 2apar (*++3'33) membagi silogisme ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut' a.
Silogisme sempurna - silogisme yang terdiri atas tiga proposisi, yaitu dua premis dan satu simpulan (conclution)
b.
Silogisme kategoris - silogisme yang proposisi pertamanya merupakan proposisi kategoris
.
Silogisme hipotetis - silogisme yang proposisi pertamanya merupakan proposisi hipotetis,
d.
Silogisme tidak sempurna adalah silogisme yang proposisinya kurang atau lebih dari tiga Klasifikasi seara 4isualisasi seperti gambar 5.*
Gambar 4,1 Klasifikasi Silogisme (2apar, *++3'33)
6ntuk lebih mendalami setiap jenis silogisme tersebut diuraikan pada subbab-subbab berikutnya
3.
Prinsip-prinsip Silogisme
2apar (*++3'5) mengemukakan ada dua prinsip silogisme (canons of syllogisme), yaitu prinsip kesesuaian, dan prinsip ketidaksesuaian a.
Prinsip Kesesuaian ( principium convenientiae). Prinsip kesesuaian menegaskan bah0a apabila dua buah term yang ternyata sama dan sesuai dengan term ketiga, kedua term itu sama. &ontoh' o 7 89 p 7 89 maka o 7p
b.
Prinsip Ketidasesuaian (prinipium disrepantiae). Prinsip ini menegaskan bah0a apabila ada dua buah term dan term yang satu sama dengan term yang ketiga, kedua term itu tidak tidak sama atau tidak sesuai satu dengan yang lainnya. &ontoh' o 7 89 p : 89 maka o : 8 Kedua prinsip tersebut harus dikaitkan pula dengan diktum ;ristoteles yang terkenal'Diktum de omni et nullo (diktum tentang semua dan tida satu pun). "iktum itu berkaitan dengan term berdistribusi dan term yang tidak berdistribusi.
a.
Dictum de omni menyatakan bah0a apa yang berlaku bagi sebuah term berdistribusi , berlaku pula bagi semua yang terakup dalam ekstensi dari term tersebut &ontoh' Semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi #oar adalah sarjana #oar adalah lulusan perguruan tinggi
&a$i 7)n")( "!$!#u" di a"a "!$li(a" #a(a lulusan perguruan tinggi i"u #!$laku #a%isemua sarjana. Ka$!na T)a$ "!$7akup dalam !k"!ni "!$m a$ana+ "!$m luluan p!$%u$uan "in%%i i"u #!$laku pula #a%i T)a$.
b.
Dectum de nullo menyatakan bah0a apabila sebuah term berdistribusi dinegasi, tidak satu pun dari yang terakup dalam ekstensi term tersebut yang tidak dinegasi. &ontoh' %anusai adalah buka kera #oar adalah manusia #oar adalah buka kera
&a$i 7)n")( "!$!#u" di a"a "!$li(a" #a(a "!$m kera m!n!%ai "!$m manusia. Ka$!na Toar "!$7akup dalam !k"!ni "!$m manusia+ "!$m kera i"u pun m!n!%ai T)a$
!.
Silogisme Kategoris
*.
Pengertian Silogisme Kategoris Sebagaimana sudah disebutkan terdahulu pengertian Silogisme adalah proses menggabungkan
tiga proposisi, dua sebagai premis menjadi dasar penyimpulan disebut premis I dan premis II, satu menjadi simpulan yang ditarik (konklusi). Silogisme kategoris berarti argumen yang terdiri atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan disebut premis I (mayor) dan premis II (minor), satu menjadi konklusi. Silogisme kategoris berarti konklusi deduktif yang menggunakan mediasi, terdiri atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan. "ua proposisi pertama sebagai premis menjadi dasar konklusi. Sedangkan yang ketiga menjadi konklusi. Sebagai ontoh yang sederhana' Premis I (mayor)' Semua mahasiswa bercita-cita tinggi Premis II (minor)' Beberapa diantaranya kuliah dengan rajin Konklusinya
/.
' Jadi, beberapa yang rajin kuliah bercita-cita tinggi
Unsur-unsur Silogisme kategoris
Pada uraian pengertian silogisme kategoris di atas, ada dua unsur-unsur penting yang terdapat dalam sebuah silogisme kategoris, yaitu' a.
#iga buah proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan konklusi
b. #iga buah term, yaitu term subjektif (S), term predikat (P), dan term antara (%)
<.
a.
Aksioma dan Kaidah Silogisme Kategoris.
Asioma Logis dalam Silogisme Kategoris
Setiap silogisme kategoris pada dasarnya menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara term minor S! dan term mayor P! atas dasar sesuai tidaknya kedua term tersebut dengan term antara %!. Proses berpikir semaam ini memiliki empat aksioma logis, sebagai berikut' *)
Prinsip Identitas #imbal =alik. Jika dua term ook atau identik dengan term ketiga, maka kedua term tersebut identik satu sama lain. &ontoh' Semua mahasiswa !" adalah warga masyarakat akademis #" $eman-teman saya S" adalah mahasiswa !" Jadi, teman-teman saya S" adalah warga masyarakat akademis #"
/)
Prinsip =erbeda seara #imba =alik. Jika di antara dua term hanya satu yang ook dengan term ketiga, sementara yang lain tidak ook, maka kedua term pertama tersebut tidak oo satu sama lain &ontoh' !ahasiswa #" adalah kaum intelektual !" #edagang sayur S" bukan kaum intelektual !" Jadi, pedagang sayur S" bukan mahasiswa #"
<)
Prinsip "itum de >mni. ;pa yang diakui tentang suatu kelas logis tertentu diakui pula tentang bagianbagian logisnya. "engan kata lain, apa yang diakui tentang suatu term tertentu diakui pula tentang termterm lain yang menjadi ba0ahannya. &ontoh' Setiap manusia adalah makhluk mortal %mad adalah manusia
Jadi, %hmad adalah makhluk mortal.
5)
Prinsip "itum de ullo (?ukum Kemustahilan). ;pa yang diingkari tentang suatu kelas logis tertentu dingkari juga tentang bagian-bagiannya (seara logis),. "engan kata lain, apa yang seara uni4ersal diingkari teentang suatu term diingkari juga tentang masing-masing ontoh objek penjabaran term tersebut. &ontoh' Bangsa &ndonesia bukan bangsa Belanda 'rang Bugis adalah bagian dari bangsa &ndonesia Jadi, orang Bugis bukan bangsa Belanda
b.
Kaida" silogisme #ang didasaran pada term
Pada umumnya literatur menyatakan bah0a ada empat kaidah$hukum yang didasarkan pada term dalam penyusunan silogisme kategoris, sehingga dapat diperoleh suatu konklusi yang benar, yaitu' *)
Sebuah silogisme yang benar tidak boleh mengandung kurang atau lebih dari < (tiga) term (minor, mayor, dan menengah) 6ntuk memperoleh konklusi yang tepat, sebuah silogisme harus terdiri atas tiga term saja, yaitu term mayor, term minor, dan term antara yang masing-masing disebut dua kali dalam silogisme tersebut. Ketiga term tersebut tidak boleh memiliki arti rangkap karena akan mengakibatkan kesesatan ekui4okasi. Jika term mayor yang memiliki arti rangkap, akan terjadi kesalahan ambiguis mayor9 jika term minor yang memiliki arti rangkap, akanterjadi kesalahan ambiguis minor9 dan jika term antara yang memiliki arti rangkap , akanterjadi kesalahan ambiguis antara. #e0rm-term yang memiliki arti rangkap, antara lain, apel (apel bendera atau buah apel), kambing hitam (kambing ber0arna hitam atau orang yanag dipersalahkan tetapi sebenarnya tidak bersalah), gabus (ikan air ta0ar atau kayu yang lunak), dan sebagainya.
/)
#erm antara (pembanding) harus berada dalam premis dan bukan dalam konklusi #erm antara adalah pembanding antara term minor dan term mayor dalam premis-premis. Perbandingan itu dimaksudkan untuk menemukan sesuai tidaknya antara term subjek S! dan term predikat P!. Jadi, sudah semestinya bah0a term antara %! terdapat pada kedua premis. Jika term ini munul kembali di dalam kesimpulan, maka dapat diartikan bah0a dalam proses penalaran ini tidak terjadi proses konklusi &ontoh' Siapa orang dapat tertawa Setiap orang dapat menangis Jadi, setiap oran dapat tertawa sambil menangis
Jika proses penalarannya terjadi seperti ontoh di atas, maka sebenarnya proses tersebut bukan ssilogisme sebab dalam penalaran tersebut tidak terdapat kebenaran baru yang seharusnya munul di dalam konklusi. Konklusi adalah titik akhir yang hendak diapai$dinyatakan oleh premis-premisna.
<)
#erm Subjek dan predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas dari term dalam premis. ;pabila suatu term tertentu dalam premis tidak mempunyai luas uni4ersal, janganlah menurunkannya dalam kesimpulan dengan luas uni4ersal. Jadi, apabila suatu term tertentu dalam premis adalah partikular, tidak boleh menurunkannya dalam kesimpulan dengan luas uni4ersal. &ontoh' Semua burun mempunyai saya Beberapa binatang adalah burung Jadi, semkua binatang mempunyai sayap. "ari ontoh ini terlihat bah0a luas term subjek sebagai term minor (binatang) dalam kesimpulan lebih besar daripada luas term tersebut dalam premis minor. Kesimulan seharusnya berbunyi @=eberapa binatang mempunyai sayap.A
5)
#erm antara (pembanding) harus sekurang-kurangnya satu kali munul sebagai term$pengertian uni4ersal. 2eferent (objek) dari term antara sekurang-kurangnya identik (atau tidak identik) dengan referent (objek) dari term minor atau dari term mayor. Jika term antara digunakan dua kali seara partikular di dalam premispremisnya, ini berarti bah0a term minor hanya sesuai dengan bagian tertentu dari term antara."alam hal ini, kita tidak tahu pasti apakah term minor S! dan term mayor P! dapat sesuai dengan bagian term antara tersebut, sebab di dalam premis tidak dinyatakan seara eksplisit apakah bagian dari term antara yang ook dengan term minor itu ook juga dengan term mayor. &ontoh' $ikus mempunyai ekor &kan mempunyai ekor Jadi, tikus sama dengan ikan Baktanya memang benar bah0a tikus dan ikan mempunyai iri umum yaitu memiliki ekor. amun, ini tidak berarti bah0a keduanya lalu ideentik satu sama lain. ;da iri lain yang justru membedakan keduanya. Kedua jenis binatang tersebut hanya identik dalam salah satu bagian tubuhnya saja, bukan seara keseluruhan mirip satu sama lain
$.
Kaida" silogisme #ang didasaran pada premis
Sumaryono (*+++'+) mengemukakan ada empat kaidah atau aturan silogisme yang didasarkan pada premis, sehingga dapat diraih konklusi yang benar, yaitu'
*)
;pabika kedua premis positif maka kesimpulannya harus positif
/)
Kedua premis tidak boleh negatif, karena tidak bisa melahirkan suatu kesimpulan
<)
Kedua premis tidak boleh partikular, setidak-tidaknya salah satu harus uni4ersal 5)
Kesimpulan harus mengikuti premis yang paling lemah 2apar (*++'1) menambahkan tiga sehingga menjadi tujuh kaidah$hukum yang didasarkan pada
premis dalam penyusunan silogisme, yaitu' *)
Sebuah silogisme hanya memiliki dua premis dan satu konklusi Silogisme yang sempurna memiliki dua premis yang tgerdiri atas premis mayor dan premis minor. "ari premis mayor dan premis minor itulah konklusi dapat diambil. Semua itu telah dijelaskan dalam definisi mengenai silogisme
/)
Premis-premis dalam sebuah silogisme tidak boleh kedua-duanya Premis negatif menunjukkan bah0a predikat proposisi menyangkal$menegasi subjeknya. ?al itu berarti bah0a tidak ada hubungan antara subjek dan predikat. ;pabila kedua premis negatif, semua term dari kedua premis itu tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya karena tidak ada yang menghubungkan termterm tersebut. Jika demikian, dengan sendirinya tidak ada hubungan antara premis mayor dan premis minor sehingga tidak mungkin memperoleh konklusi dari dua premis yang tidak memiliki hubungan apa pun juga. &ontoh' Semua hakim bukan polisi Semua polisi bukan jaksa Jadi, ................................
<)
;pabila kedua premis afirmatif, konklusinya pun afirmatif "ua buah premis afirmatif yang term-term dalam proposisinya dihubungkan oleh sebuah term (term %) yang sama dengan term-term tersebut akan mengakibatkan term-term tersebut pun sama. Karena term-term itu saling mengafirmasi, konklusinya pun afirmasi &ontoh' Semua manusia adalah ciptaan $uhan Semua petani adalah manusia Jadi, semua petani adalah ciptaan $uhan
5)
Jika salah satu premis negatif, konklusi pun negatif ;pabila salah satu premis negatif, berarti bah0a ada term yang mengingkari$menegasi term lainnya dalam premis. ;kibatnya, konklusi pun negatif karena apa yang diingkari dalam premis akan didindgkari pula dalam konklusi..
&ontoh' Semua manusia bukan kera %dam adalah manusia %dam buka kera
)
Premis tidak boleh kedua-duanya partikular Silogisme adalah bentuk formal penalaran deduksi. Karena penalaran deduktif adalah dari umum (uni4ersal) ke khusus (partikular), konklusi tidak mungkin dapat diambil dari dua premis partikular. &ontoh' =ebarapa manusia adalah penipu =eberapa manusia adalah pemberontak Jadi, ...............................................
3)
Konklusi tidak dapat diambil dari premis mayor partikular dan premis minor negatif. ;pabila premis minor negatif, premis mayor haruslah afirmatif dan konklusinya pun negatif. Jika konklusi negatif, term mayor harus berdistribusi. ;pabila premis mayor partikular, berarti tidak satu pun term dalam proposisi premis mayor itu yang berdistribusi. Jadi, konklusi tidak dapat diambil dari premis mayor partikular dan premis minor negatif. &ontoh' Sebagian mahasiswa adalah wanita (artono bukan wanita Jadi, ...................................................
)
;pabila satu premis partikular, konklusi pun harus partikular. Proses penalaran deduktif ialah dari uni4ersal ke partikular. >leh karena itu, apabila dalam premis ada proposisi partikuar, konklusi pun harus partikular. #idak mungkin konklusi uni4ersal apabila ada premis yang partikular &ontoh' Semua filsuf adalah manusia Plato adalah filsuf Jadi, Plato adalah manusia
5.
Pola Silogisme Kategoris Cang dimaksud dengan pola atau bentuk dan ada pula yang menyebutnya dengan figura silogisme
adalah tatanan yang benar dari letak term pembanding %! dalam hubungannya dengan term minor S! dan term mayor P! dalam premis. Surajiyo, dkk. (/11+'3) membedakan ada empat kemungkinan pola atau bentuk silogisme kategoris, yakni sebagai berikut' a.
Silogisme Sub-#re. Suatu pola silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai subjek dan dalam premis kedua sebagai predikat Polanya' % 7 P, S 7 %,
Jadi, S 7 P
&ontoh' Semua )manusia* akan mati % 7 P! Socrates adalah )manusia*
S 7 %!
Jadi, Socrates akan mati
b.
S 7 P!
Silogisme Bis-#re. Suatu pola silogisme yang term pembandingnya menjadi predikat dalam kedua premis. Polanya' P 7 % S 7 %
Jadi, S 7 P
&ontoh' Semua orang yang berjasa terhadap negara adalah )pahlawan* P 7 %! Soekarno adalah )pahlawan*
S 7 %!
Jadi, Soekarno adalah orang yang berjasa terhadap negara
.
S 7 P!
Silogise Bis-Sub. Suatu pola silogisme yang term pembandingnya menjadi subjek dalam kedua premis. Polanya' % 7 P
% 7 S Jadi, S 7 P
&ontoh' D!anusia* adalah berbudaya
% 7 P!
)!anusia* itu juga berakal budi
% 7 S!
Jadi, semua yang berakal budi adalah berbudaya S 7 P!
d.
Silogisme #re-Sub. Suatu pola silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai predika dan dalam premis0 kedua sebagai subjek Polanya' P 7 %
%7S
Jadi, S 7 P
&ontoh' Semua influen+a adalah )penyakit*
P 7 %!
Semua )penyakit* adalah mengganggu kesehatan
% 7 S!
Jadi, sebagian yang mengganggu kesehatan adalah influen+a S 7 P!
.
Metode Praktis Penimpulan Silogisme Kategoris Surajiyo, dkk. (/11+'<) mengemukakan ada lima jenis proposisi kategoris yang diolah seara
silogisme, yaitu sebagai berikut' a.
Proposisi 6ni4ersal ;firmatif E8ui4alen %isal' semua siku-siku sudutnya +1 derajat "iagram simbol dan diagrfam humpunanya adalah'
S
P
%S & P'
b.
Proposisi 6ni4ersal ;firmatif Implikasi &ontoh' Semua bangsa Indonesia tidak berhaluan komunis "iagram simbol dan diagram himpunannya adalah'
%S
P'
. Proposisi 6ni4ersal egatif &ontoh' Semua bangsa Indonesia tidak berhaluan komunis "iagram simbol dan diagram himpunannya adalah
S
P
%S ( P'
d. Proposisi Partikular ;firmatif Inklusif
&ontoh' Sebagian politikus adalah sarjana hukum "iagram simbol dan diagram himpunannya adalah
%S
.
P'
Proposisi Partikular ;firmasi Implikasi &ontoh' sebagian bangsa Indonesia ada Pulau Sula0esi "iagram simbol dan diagram himpunannya adalah
%S
P'
Selanjutnya Surajiyo, dkk. (ibid) mengemukakan bah0a proposisi partikular negatif inklusif dan proposisi partikular negatif implikasi, jika dibuat dalam diagram himpunan, bentuknya sama dengan proposisi partikular afirmatif inklusif dan implikasi. >leh karena itu, praktisnya ada lima proposisi yang diolah dalam silogisme. ;pabila silogisme bisa disimpulkan seara pasti atau tidak, dapat diterapkan / (dua) metode praktis, yaitu sebagai berikut' a.
Suatu silogisme dapat disimpulkan seara pasti, apabila dilukiskan dalam diagram himpunan hanya ada satu bentuk. Kesimpulan dalam silogisme sebenarnya hanyalah menarik dari suatu proposisi yang sudah termuat dalam premis. %isalnya' Semua binatang akan mati, =urung adalah binatang, Jadi, burung akan mati. &ontoh tersebut kalau disimbolkan dalam diagram, maka
A
!
)
A
A
! Simbol tersebut kalau dibuat dalam diagram himpunan, maka
b.
Suatu silogisme tidak dapat diambil simpulan seara pasti, apabila dilukiskan dalam diagram himpunan, ada beberapa bentuk. &ontoh' Sebagian mahasis0a berasal dari orang Pare-pare Sebagian orang Pare-Pare adalah jualan akar Jadi, ......... &ontoh tersebut kalau dibuat dalam diagram simbol maka'
A
!
!
)
F
Kalau dibuat dalam diagram himpunan maka ada beberapa diagram, yaitu'
C4
).
Silogisme *ipotetis
*.
Pengertian Silogisme !ipotetis Silogisme hipotetis adalah silogisme yang premis mayornya adalah proposisi hipotetis. Silogisme
hipotesis berbeda dengan silogisme kategorik, yaitu' Proposisi hipotesisnya tidak terdiri atas subjek dan predikat yang dihubungkan dengan kopula. Sebagai ontoh' Premis mayor ' Jika rusak, maka harus diperbaiki, - hipotetis Premis minor
' !esin ketik saya rusak,
Kesimpulannya' Jadi, mesin ketik saya harus diperbaiki
/.
Jenis-"enis Silogisme !ipotetis
Sudah dikemukakan terdahulu dalam =ab III, proposisi hipotesis dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu' proposisi kondisional (conditional proposition), proposisi disjungtif, (disjunctive proposition), dan proposisi konjungtif (conjunctif proposition) Proposisi kondisional G proposisi yang teridiri atas dua bagian yang digandengkan dengan menggunakan kata-kata' D;pabila ... %aka ...H =oleh juga menggunakan kata-kata' DJikalau$jika ... %aka ...H %isalnya' DJika ia pergi, maka kita tidak dapat menemuinyaH. =agian proposisi yang dia0ali dengan kata Djika$jikalauH atau DapabilaH disebut anteseden, sedangkan bagian yang dia0ali dengan kata DmakaH disebut konsekuen. Proposisi disjungtif G proposisi yang subjek atau predikatnya terdiri atas bagian-bagian yang saling menyisihkan &ontohnya' DSaya berjalan lambat atau epatH9 D;nda atau saya yang benarH
Proposisi konjungtif G proposisi yang memiliki dua predikat yang biasanya dihubungkan oleh kata DdanH yang tidak mungkin benar dalam 0aktu yang bersamaan jia dikenakan kepada subjek yang sama &ontohnya' DPapan tulis itu tidak mungkin hitam dan sekaligus putihH 2apar (*++3'3) mengemukakan ketiga jenis proposisi hipotesis itulah yang membentuk ketiga jenis silogisme hipotesis berikut' silogisme hipotetis kondisional, silogisme hipotesis disjungtif, dan silogisme hipotesis konjungtif.
<.
Silogisme hipotetis kondisional Silogisme kondisional ialah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi kondisional,
sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris. &ontoh' Jika ada uang, maka ada barang ang ini ada
Jadi, ada barang
2apar (ibid), mengemukakan silogisme kondisional dapat dibedakan atas tiga jenis berikut ini *)
Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal satu arah
/)
Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal timbal balik (dua arah)
<)
Silogisme kondisional yang memiliki relasi kausal probabilitas.
5.
Silogisme hipotetis dis"ungti# Silogisme disjungtif ialah silogisme yang memiliki premis mayor dalam bentuk proposisi disjungtif,
sedangkan premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris. &ontoh' Dekan &S akan keluar egeri atau ke Daerah
(premis mayor)
&a ternyata ke Daerah
(premis minor)
Jadi, Dekan &S tidak keluar egeri
.
Silogisme hipotetis kon"ungti# Silogisme konjungtif ialah silogisme yang memiliki premis mayor dalam bentuk proposisi konjungtif,
sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris. Proposisi konjungtif adalah proposisi yang memiliki dua predikat yang bersifat kontraris, yakni tidak mungkin sama-sama memiliki kebenaran pada saat yang bersamaan. &ontoh' %ir tidak dapat dirasakan panas )dan* dingin pada saat yang bersamaan %ir ini panas . Jadi, air ini tidak dingin
D.
Silogisme +ida Sempurna
Silogisme kategorik yang telah diuraikan merupakan silogisme sempurna atau disebut juga dengan silogisme beraturan atau silogisme lengkap yang terdiri atas dua proposisi yang berupa premis mayor dan premis minor, dan sebuah konklusi. ;ap kali hanya konklusi yang disebut, atau hanya premis mayor dan konklusi atau premis minor dan konklusi, atau hanya .premis mayor dan premis minor saja karena yang tidak diungkapkan dianggap telah diketahui oleh pembaa atau oleh pendengar. Silogisme yang digunakan dengan ara demikian disebut silogisme tidak sempurna. Silogisme yang tidak sempurna antara lain' enthymema, epiheirema, polisilogisme, sorites, dilema, dan paradoks. Semua ini akan dibiarakan satu persatu searad jelas.
1.
$nthmema%
Istilah yang sama dengan enthymema adalah silogisme berantai, yaitu ssilogisme di mana premis minornya dihlangkan karena dianggap telah diketahui oleh semua orang sehingga tidak perlu disebut lagi. Sumaryono (*+++'*1) mengemukakan ada empat maam Enthymema a.
premis mayor tidak disebutkan, namun dapat dimengerti &ontoh'
Socrates adalah manusia, maka ia dapat mati Premis mayor yang tidak disebutkan adalah semua manusia dapat mati b.
premis minor tidak disebutkan, namun dapat dimengerti &ontoh' Siapa saja yang menjadi kepala negara memiliki kekuasaan Jadi, ia memiliki kekuasaan Premis minor yang tidak disebutkan adalah &a adalah seorang kepala negara
.
Konklusi tidak disebutkan, namun pengertiannya dapat dimengerti &ontoh' Semua tindakan kejahatan akan dikenakan sanksi hukum (orupsi adalah tindak kejahatan Konklusi yang tidak disebutkan adalah Jadi, tindak korupsi akan dikenai sanksi hukum
d.
?anya konklusi yang disebutkan, namun pengertiannya dapat dimengerti
&ontoh' Socrates tidak sempurna Premis mayor dan premis minir tidak disebutkan, yaitu' $idak seorang pun manusia yang sempurna /premis mayor0 Socrates adalah manusia /premis minor0
2.
$pi&heirema
Epiheirema adalah silogisme (kategoris) di mana salahsatu atau kedua premisnya sudah dilengkapi dengan pembuktiannya, nyaitu berupa penjelasan yang biasanya menyatakan anak kalimat kausal yang dalam susunannya didahului dengan term-term karena, sebab, bilamana, jika, sejauh, dan sebagainya &ontoh' !anusia dapat berpikir sebab ia memiliki akal budi !ario (empes adalah manusia Jadi, !ario (empes dapat berpikir
6ntuk mengetahui 4aliditas sebuah epiheirema, proses penalarannya harus dapat dikembalikan pada seluruh persyaratan dan aturan pen yusunan silogisme.
3.
Polisilogisme
Polisilogisme adalah silogisme yang terdiri atas rangkaian silogisme yang disusun sebagai berikut' Konklusi silogisme pertama menjadi premis mayor dari silogisme berikut, dan demikian pula seterusnya. =akry (/11*'*5) mengartikan polisilogisme sebagai suatu bentuk penyimpulan berupa perkaitan silogisme , sehingga kesimpulan silogisme sebelumnya menjadi premis pada silogisme berikutnya. =entuk penalaran polisilogisme pada dasarnya merupakan uraian terperini bentuk sorites, yang tiap tahap diberi kesimpulan tersendiri, sehingga merupakan silogissme bertumpuk ataun silogisme berkaitan, yaitu silogismenya bertumpuk atau berkaitan bukan premisnya seperti sorites. "ari uraian tersebut dapat ddikemukakan perbedaan pokok antara polisilogisme dengan sorites, yaitu' "alam penalaran bentuk polisilogisme yang berkaitan adalah silogismenya, sedang sorites yang berkaitan adalah premisnya. &ontoh' Semua manusia tidak sempurna Semua raja adalah manusia Semua raja tidak sempurna 1a #atiroi adalah seorang raja Jadi, 1a #atiroi tidak sempurna
'.
Sorites
Sorites adalah silogisme yang berantai yang susunannya berbeda dengan polisilogisme, yaitu sorites premisnya yang berkaitan. 2apart (*++3'*) dan =akry (/11*) membagi dua jenis, yaitu sorites progresif dan sorites regresif. a.
Sorites progresif berasal dari ;ristoteles, maka sering disebut sorites ;ristotelian, yaitu suatu perbinangan mengarah maju dari term yang tersempit sampai pada yang terluas, disusun sebagai berikut' Predikat proposisi pertama, menjadi subjek proposisi kedua, predikat proposisi kedua menjadi subjek pada proposisi ketiga dan demikian selanjutnya hingga pada akhirnya ditarik konklusi yang subjeknya adalah subjek proposisi pertama dan predikatnya adalah predikat proposisi terakhir. &ontoh' Jiwa manusia adalah rasional %pa yang rasional adalah spiritual /rohani0 %pa yang spiritual tidak akan mati Jadi, jiwa manusia tidak akan mati
b.
Sorites regresif berasal dari olenius dan sering disebut sorites olenian, yaitu suatu perbinangan mengarah balik dari term yang terluas menuju yang tersempit, sedang konklusinya merupakan perpaduan antara subjek dari premis terakhir dengan predikat dari premis pertama. &ontoh'
Setiap hal yang dikaruniai naluri mempunyai reaksi spontan, Setiap hewan dikaruniai naluri, Semua manusia adalah hewan, Saddam 2usain adalah seorang manusia. Jadi, Saddam 2usain mempunyai reaksi spontan
(.
)ilema
"ilema adalah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan yang serba salah. Jika ada tiga pilihan serba salah disebut trilema, dan jika ada empat pilihan serba salah disebut 8uadrilema, selanjutnya jika terdapat banyak pilihan serba salah disebut polilema. Sumaryono (*+++'*1 mengartikan dilema adalah sebuah bentuk yang memiliki premis yang terdiri dari proposisi disjungtif, dan premis minornya menunjukkan bah0a setiap bagian pilihan disjungtif manapun akan selalu tidak benar. argimentasi "alam sebuah dilema kedua pilihan yang disodorkan sama buruknya sehingga sulit untuk mengambil putusan karena yang mana pun yang dipilih, akan tetap salah. Surajiyo (/11+'++) membedakan dilema dalam dua maam yaitu' dilema konstruktif dan dilema destruktif. 2apar (*++3'<) membedakan dalam empat jenis dilema, di mana dilema konstruktif dan dilema destruktif masing-masing dibedakan dalam dua jenis, yaitu' konstruktif sederhana dan konstruksi pelik, destruktif sederahana dan destruktif pelik. a.
"ilema Konstruktif Sederhana (Simple 3onstructive Dilemma) &ontoh' Jika mahasiswa absen ketika harus belajar di kelas, itu berarti bahwa ia lalai,dan jika ia masuk kelas tetapi tertidur, itu pun berarti bahwa ia lalai. !ahasiswa itu absen atau tertidur Konklusina* !ahasiswa itu lalai (yang mana pun yang dipilih konklusinya tetap sama)
b.
"ilema Konstruktif Pelik (3omple4 3onstructive Dilemma) &ontoh' Jika belajar bahasa &nggris di perguruan tinggi, akan memakan waktu yang terlampau lama,dan jika belajar di kursus-kursus bahasa, mutunya kurang baik. Belajar bahasa &nggris hanya mungkin diperguruan tinggiatau di kursus-kursus bahasa
Konklusina* Belajar bahasa &nggris yang memakan waktu yang terlampau lamaatau yang mutunya kurang baik
.
"ilema "estruktif Sederhana (Simple Destructive Dilemma) &ontoh' Jika ia benar-benar pintar, ia akan berhasil meraih peringkat pertama, dan Jika ia benar-benar pintar, ia akan memperoleh hadiah kejuaraan yang dijanjikan &a tidak berhasil meraih peringkat pertama, atau ia tidak memperoleh hadiah kejuaraan yang dijanjikan Konklusina* &a tidak pintar
d.
"ilema "estruktif Pelik (3omple4 destruktive Dilemma) &ontoh' Jika ia pergi ke Bandung dengan menumpang pesawat terbang, ia akan tiba dua jam sebelum acara, dan jika ia menumpang bis umum, ia akan terlambat satu jam &a tidak tiba ddua jam sebelum acara , atau ia tidak terlambat satu jam. Konklusina* Jadi, ia tidak pergi dengan menumpang pesawt terbang atau bis umum
+.
Paradoks
2apar (*++3') mengemukakan paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada konklusi yang mengandung konflik atau kontradiksi. Paradoks disebut jugaantinomi karena melanggar principium contradictionis /law of contradiction0 atau hukum kontradiksi yang menyatakan bah0a tidak mungkin sesuatu itu pada 0aktu yang sama adalah sesuatu itu dan bukan sesuatu itu.. Cang dimaksudkan ialah mustahil ada hal yang bertentangan pada sesuatu pada 0aktu yang bersamaan. Paradoks yang tertua dan sangatg terkenal ialah paradoks pembohong (liar parado4 ), sebagai berikut' 5pimenides si orang (reta mengatakan bahwa semua orang (reta adalah pembohong . ;pakah pernyataan itu benarF Ikutilah rangkaian premis berikut yang akan tiba pada dua konklusi yang bertentanga' Jika yang dikatakan 5piminides benar, ia bukan pembohong. Jika 5pimenides bukan pembohong, apa yang diakatakannya tidak benar Jika apa yang dikatakannya tidak benar, ia pembohong Jadi, ia adalah pembohong dan bukan orang bjujur /konklusi pertama06