BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.
Islam sebagai agama tidak hanya memuat seperangkat konsep – konsep konsep ideal (ilmu). Tetapi juga memuat seperangkat amal praktek untuk diaktualisasikan (diterapkan) dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, iman yang merupakan bagian integral dari ajaran islam pengertiannya harus secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu.Itulah tiga hal yang harus senantiasa dijadikan prinsip dalam hidup kita.Hidup manusia tidak akan sempurna apabila salah
satu
dari
iman,
ilmu
dan
amal
tidak
dimiliki,
di
asah,
dan
diperbaiki.Keyakinan kalau tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya begitu juga ilmuyang tidak melahirkan amal umat shaleh dalam kehidupan tidak ada artinya. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi atau pengertian Iman,Ilmu dan Amal? 2. Bagaimana Ruang Lingkup Iman ?
AIK II
Page 1
3. Tingkatan Iman 4. Apa kedudukan Ilmu,Iman dan amal dalam kehidupan? 5. Bagaimanakah Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Iman,ilmu dan amal. 2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Iman. 3. Untuk Mengetahui Tingkatan Iman. 4. Untuk kedudukan ilmu,iman dan amal dalam kehidupan. 5. Untuk Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal.
AIK II
Page 2
BAB IIl PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tentang Iman,Ilmu dan Amal a) Pengertian Iman
Pengertian Iman Dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab: etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman ( (
) -- yukminu' (
) secara
) diambil dari kata kerja 'aamana'
) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara
istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Per kataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya. Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada. QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan
berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia
berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku
AIK II
Page 3
telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan
dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.” Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam alQuran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil. Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup. Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)." Jadi,dapat di simpulkan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
AIK II
Page 4
Keimanan adalah hal yany paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya,
dan
hari
kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
b) Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari: alima
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui dalam bahasa Inggris ilmu biasanyadipadankan dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnyadiartikan ilmu tapi sering juga diartikan dengan ilmu pengetahuan.Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode – metode tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengannuansa – nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam.Keimanan yang dimilikioleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntutilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggidihadapan Allah. Yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruhaktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal – amal shaleh. Nurcholis Majid menyatakan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmumembentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.Ilmu, iman dan amal shaleh faktor menggapai kehidupan bahagia. Ketenanganhati, kebahagiaannnya dan hilangnya kegundahan adalah keinginan AIK II
Page 5
setiap orang,dengan itulah kehidupan yang baik, perasaan senang dan tentram dapat dicapai. c) Pengertian Amal
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat. Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah, dan sebagainya. Dalam Alquran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan 'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini 'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-sayyi-ah. Ada firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari perbuatannya itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang
AIK II
Page 6
yang melakukan kejahatan itu tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.'' (Al-Qasas: 84). 2.2
Ruang lingkup iman
Hadits Ibnu Majah diatas membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan. Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban. Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan
yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li
mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb. Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup ini. 2.4
Tingkatan Iman
1. Iman yang terbit daripada “Taklid”.
Hasil daripada mengikut fahaman orang lain,contohnya mengikut apa yang dikatakan dan diajarkan oleh para Guru. Iman ini sangat lemah kerana tiada bukti dan hujah dapat dikemukakan oleh seseorang itu apabila timbul keraguan. Hanya berpandukan penerangan sesorang itu saja. 2. Iman yang tebit daripada “Ilmu”.
Hasil daripada pembelajaran mengenai dalil-dalil dan hujah-hujah yang berpandukan Al-Quran,hadis dan para Ulama. Sesiapa yang telah mencapai tingkatan iman ini,mereka akan berasa yakin dan mampu untuk menerangkan dan menghayati hakikat iman itu sendiri.
AIK II
Page 7
3. Iman yang terbit daripada “Ayan”(ainun-mata).
Hasil daripada “muraqabatullah” iaitu rasa sentiasa diperhatikan oleh Allah dalam apa jua keadaan sekalipun. Tingkatan ini dikurniakan oleh Allah kepada insan yang terpilih saja 4. Iman yang terbit daripada “Hak”.
Hasil daripada “musyahadatullah” iaitu dapat melihat Allah den gan mata hati. Juga dikurniakan kepada insan terpilih saja. 5. Iman yang terbit daripada “Hakikat”.
Hasil daripada “fana’unfillah” iaitu tiada melihat selain dari Allah SWT. Para Wali Allah hanya dapat mencapai sehingga ke tingkatan iman ini. Dimana mereka
menjadi fana’ kepada Allah dan tidak dapat menyadari dan mengawalnya. 6. Iman yang terbit daripada “Hakikatul hakikat”.
Juga hasil daripada “fana’unfillah” tetapi tingkatan ini hanya dikurniakan oleh Allah kepada para Anbia sahaja. Dimana para nabi dan Rasul fana’ kepada Allah dengan dapat melihat zat Allah itu tetapi masih mampu untuk mengawalnya dan hidup seperti manusia biasa. Seperti Rasulullah dapat melihat syurga dan neraka
ketika Isra’ dan Mi’raj, tetapi masih turun kebumi dan dapat hidup seperti manusia biasa. 2.3
Kedudukan Iman,Ilmu dan amal dalam kehidupan
Kedudukan Iman
Iman dalam Islam menempati posisi amat penting dan strategis sekali. Karena iman adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam
Qur’an Surat An - Nisa’ 124 yg artinya “Barangsiapa yang mengerjak an amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman maka mereka
itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”
AIK II
Page 8
Juga dalam Qur’an Surah Al -Isra’ 19 yg artinya “Dan barangsiapa yg menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedang ia adalah mu’min maka mereka itu adalah orang -orang yg usahanya dibalasi dengan baik.” Disebutkan dalam hadits dari Al-Bara’ ibn ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhu bahwa ada seorang kafir datang dengan bertopeng sambil membawa sepotong besi kemudian memohon kepada Rasulullah SAW agar diperkenankan pergi bersama kaum Muslimin untuk ikut berperang. Maka beliau bersabda kepadanya
“Masuklah Islam kemudian pergilah berperang!” Lalu ia pun masuk Islam dan ikut pergi b erperang sehingga terbunuh. Nabi SAW bersabda “Dia beramal sedikit
tetapi dibalas dengan pahala yang banyak.” .
Kedudukan Ilmu
Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tersebut adalah dengan dengan pemberian akal pikiran dalam penciptaannya. Akal inilah yang dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat derajatnya dengan derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah SWT menjadikan akal sebagai sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu pengetahuan. Imam Ghazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili,
penyebutan kata yang terkait dengan “al -‘aqlu” dalam Al-Qur’an sedikitnya ada lima puluh kali dan penyebutan ‘Uulin-nuhaa’ sebanyak dua kali. Allah
SWT
berfirman
dalam
S.
Al-Jastiyah
ayat
3-5.
Artinya:
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air
AIK II
Page 9
hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah terdapat ilmu pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada manusia. Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu manusia harus menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya. Dalam hal ini wahyu dan akal saling mendukung dan melengkapi untuk mendapatkan tandatanda Kekuasaan Allah. Agama Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan kerja
akal serta menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun lil’alamin. Manusia harus dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya untuk kesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Akal sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat memberikan argumen tentang kepercayaan dan keberagamaannya. Dengan kemampuan akal untuk berpikir ini manusia mampu menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya. Islam juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi intelektual, psikologis dan unsur-unsur penting penghidupan lainnya.[4] Islam mengajarkan manusia untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan akal yang dimilikinya manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Manusia harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang mengikuti zaman. Apabila manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, niscaya pandangannya akan sempit yang berakibat lemahnya daya juang menghadapi jalan kehidupan yang cepat ini.[5] Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekananya terhadap Ilmu (sains). Al-Qur’an dan al-Sunah
AIK II
mengajak kaum
Page 10
muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.[6] Allah SWT telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
“Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (al-Mujadalah 11). Rasulullah menegaskan dengan sabda beliau: (
)
“Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam”.[10])HR. Ibnu Majjah) Jelaslah dari sabda Rasul tesebut bahwasanya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, karena orang beribadah kepada Allah juga harus dengan ilmu.
Kedudukan Amal
Amal adalah setiap perilaku mahluk hidup yang disertai suatu maksud, apakah perilaku tersebut baik ataukah buruk. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang -orang yang beriman, mengerjakan amal saleh.” (QS.Al Baqoroh[2]:277)
AIK II
Page 11
“Barangsiapa
yang
mengerjakan
kejahatan,
niscaya
akan
diberi
pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. An Nisa [4]:123). Sedangkan amal sholeh adalah:
“Perilaku yang mana para pelakunya memiliki ilmu dan keikhlasan serta dalam keadaan beriman”. Beramal shaleh memiliki kedudukan yang cukup mulia di dalam Islam berdasarkan beberapa pandangan berikut ini: Amal shaleh merupakan sebab memasuki syurga-setelah rahmat Allah
subhanahu wata’ala -serta meraih ridho dan kecintaan-Nya. Allah berfirman :
“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka
kerjakan.” (QS. Al An`am [6]:127) Sedangkan di sisi lain, para penghuni neraka disungkurkan ke dalamnya dengan sebab amal-amal mereka yang buruk.
“Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka.Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa
yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. 27:90) Karena Iman terdiri dari unsur Qaul (perkataan) Qalbu dan Lisan serta unsur Amal (perbuatan) Qalbu dan anggota tubuh. Bahkan didalam ayat Al Quran, Allah mengiringi kata amal shalih dengan Iman di lebih dari 50 ayat. Karena itu, Al Hasan Al Basry rahimahullah berkata:
AIK II
Page 12
“Iman bukan dengan hiasan dan angan -angan. Akan tetapi, Iman adalah sesuatu yang tertancap di dalam dada dan dibuktikan dengan amal”. (Ibn u Abi Al `Izz, Syarah Al Aqidah Ath Tha Hawiyah:339)
Amal merupakan tempat pandangan Allah subhanahu wata’ala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian. Akan tetapi Dia memandang Qalbu dan amal- amal kalian“. (HR.Muslim Kitab Al Bir wa Ash Shilat, Tahrim Dzulm Al Muslim Al Khadzalih: 2567) Perbedaan derajat manusia di hari kiamat akan tergantung tingkat amal-amal mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan
mereka sedang mereka tiada dirugikan.” (QS. 46:19) . 2.3 Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu
akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
AIK II
Page 13
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir. Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya. Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam). Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah. Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan AIK II
Page 14
lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal. Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa – nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal – amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal per buatan tanpa iman”
[HR. Ath-Thabrani] . Kemudian
dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya"
[HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu
itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang b ermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] .
AIK II
Page 15
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
IMAN
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh ha kikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut
AIK II
Page 16
sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu
AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat. Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain.
AIK II
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-qur'an dan terjemahannya, edisi 1989.Al Ghazaly,
Abu Hamid, Ihya’ Ulum Ad– din (Semarang)Drs. Mulyadi, Aqidah Ahlak . Toha Putra Semarang. 2007. Abdullah Hamid Hakim Assalam Sa’adiyah Putra Jakarta 1989. Majalah Kreatifitas Santri Al – Khairat Bata – Bata 1997. Amidjaja, Tisna. 1992. Iman, Ilmu dan Amal . Jakarta : Rajawali.
AIK II
Page 18