BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan adanya peningkatan teknologi, banyak kegiatan yang menunjang peningkatan kondisi perekonomian mulai bermunculan. Salah satu bentuk usaha
yang
begitu
pesat
berkembang
adalah
bidang
perindustrian.
Selain
meningkatkan kondisi perekonomian, dunia perindustrian menimbulkan berbagai dampak negatif diantaranya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Berbagai krisis lingkungan yang melanda negara kita saat ini menunjukan adanya kesalahan dalam cara pembangunan ekonomi yang kita tempuh khususnya dalam bidang perindustrian. Hal itu memicu kita untuk mengembangkan strategi pembangunan ekonomi khususnya di bidang perindustrian yang bersifat sustainable dan berwawasan lingkungan. Berkaitan dengan hal itu, mengkaji dan memahami paradigma produksi bersih akan merupakan upaya yang sangat bermanfaat, mengingat paradigma tersebut dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap berbagai kesalahan praktek industri yang telah terjadi. PT Wonokoyo Jaya Corporindo adalah salah satu satu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang memproduksi produk olahan pangan yang berbahan dasar daging ayam. Salah satu contohnya adalah sosis.Setiap proses produksi tidak dapat dipungkiri pasti akan memberi efek samping berupa limbah hasil produksi baik berupa cair, padat, maupun gas, tak terkecuali pada proses produksi sosis dan nugget.Apabila tidak diberikan perlakuan khusus seperti pengolahan dan pengelolaan serta pengontrolan sebelum dilepas ke lingkungan tentu saja akan memberikan dampak yang tidak sehat serta tidak nyaman untuk lingkungan sekitarnya. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, dan tatanan keindahan kota. Sehingga pemecahan masalahmasalah tersebut di atas harus segera dilakukan, yaitu dengan menerapkan produksi bersih misalnya melalui tindakan recovery, reuse, recycle atau good atau good house keeping .
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan energi yang dilakukan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo ? 2. Bagaimana proses dan kebutuhan produksi pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo? 3. Bagaimana peluang produksi bersih yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo? 4. Bagaimana penanganan limbah yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporino?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui penerapan energi yang dilakukan pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. 2. Mengetahui proses dan kebutuhan produksi pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. 3. Mengetahui peluang produksi bersih yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. 4. Mengetahui penanganan limbah yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bersih yaitu penerapannya dalam dunia industri khususnya pada industri pengolahan
makanan
yaitu
sosisdi
PT.
Wonokoyo
Jaya
Corporindo.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan energi yang dilakukan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo ? 2. Bagaimana proses dan kebutuhan produksi pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo? 3. Bagaimana peluang produksi bersih yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo? 4. Bagaimana penanganan limbah yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporino?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui penerapan energi yang dilakukan pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. 2. Mengetahui proses dan kebutuhan produksi pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. 3. Mengetahui peluang produksi bersih yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. 4. Mengetahui penanganan limbah yang diterapkan di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bersih yaitu penerapannya dalam dunia industri khususnya pada industri pengolahan
makanan
yaitu
sosisdi
PT.
Wonokoyo
Jaya
Corporindo.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teknologi Proses Industri Sosis dan Limbahnya
Sosis merupakan produk emulsi yang membutuhkan pH tinggi, yang berperan untuk meningkatkan daya ikat air.Seperti halnya dengan nugget dan bakso, sosis merupakan sistem emulsi minyak dalam air. Masalah yang sering dihadapi dalam pembuatan sosis adalah pecahnya emulsi, yang antara lain disebabkan penggilingan yang berlebihan, temperature penggilingan dan pemasakan yang terlalu tinggi (Soeparno, 1998). Limbah merupakan sisa atau hasil samping dari d ari proses-proses produksi yang tidak digunakan dapat berbentuk padat, cair, gas, debu, getaran, dan kerusakan lain yang dapat menimbulkan pencemaran jika tidak dikelola dengan baik (Yani, 1999). Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak akan digunakan, dapat berbentuk benda padat, cair, gas, suara dan getaran yang dapat menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan benar (Winarno, 1992). 2.1.1 Tinjauan Teknologi Proses
Menurut Nasution (2003), proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi yang ada. Menurut Sondang dan Siagan (2003), proses produksi umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Proses produksi terus-menerus (Continous (Continous Process) Process) Proses produksi berlangsung secara terus-menerus dan peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur rapi dengan memperhatikan urutan-urutan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, juga arus barang, serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi. b.Proses produksi terputus-putus ( Batch Batch Process) Process) Kegiatan proses produksi dilakukan secara tidak standar atau putus-putus, tetapi didasarkan pada produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dapat bersifat fleksibel untuk dapat dipergunakan dalam menghasilkan berbagai produk dengan berbagai ukuran.
c.Proses produksi yang bersifat proyek Kegiatan proses produksi dilakukan pada tempat tertentu dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan pada lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan pada saat yang direncanakan. 2.1.2 Tinjauan limbah cair industri sosis
.Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Anonymous, a 2009 ). Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak akan digunakan, dapat berbentuk benda padat, cair, gas, suara dan getaran yang dapat menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan benar (Winarno, 1992). Menurut Mahida (1992), limbah merupakan suatu bahan yang terbuang atau yang dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkan membutuhkan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan 2.1.2.1. Sumber dan karakteristik limbah
Sumber limbah dibagi atas : 1.Limbah Rumah Tangga
Sumber utama limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lain yang tidak kalah penting adalah daerah perkantoran serta daerah fasilitas rekreasi (Sugiharto,1987).
2.Limbah Industri
Limbah memerlukan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat terlebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi: sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan, banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik (Gintings, 1990). Limbah pada dasarnya berarti suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Limbah dikatakan mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan (Murthado dan Said, 1987). 3.Limbah Rembesan dan Tambahan
Limbah ini berasal dari air hujan yang turun, kemudian air hujan ini akan merembes ke tanah dan kemungkinan akan masuk kedalam saluran limbah yang ada didalam tanah (Sugiharto, 1987).Dengan ditingkatkannya pembangunan disektor industri maka akan menimbulkan efek samping yang berupa limbah. Limbah yang dimaksud terbagi atas tiga macam, yaitu: a) Limbah Padat (solid wastes) Limbah padat merupakan hasil buangan industri berupa padatan lumpur, bubur, yang berasal dari sisa proses pengolahan. Menurut Degremont (1984), secara garis besar limbah padat diklasifikasikan sebagai berikut:
Limbah padat yang mudah terbakar
Limbah padat yang sukar terbakar
Limbah padat yang mudah membusuk
Limbah berupa debu dan lumpur
Limbah yang dapat didaur ulang
Limbah radio aktif
Limbah yang menimbulkan penyakit
Bongkaran bangunan
b) Limbah Cair (liquid wastes) Limbah cair adalah hasil buangan industri yang berbentuk limbah organik terlarut, bahan anorganik terlarut, limbah organik tersuspensi, bahan anorganik tersuspensi. Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya, disamping itu ada pula bahan baku yang mengandung air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan untuk diproses lanjut (Degremont, 1984). c) Limbah gas (gaseous wastes) Limbah gas adalah hadirnya kontaminan di ruang terbuka dengan konsentrasi dari durasi sedemikian sehingga mengakibatkan gangguan, pada umumnya gas tersebut mengandung parameter yang potensial mencemari lingkungan seperti CO dan hidrokarbon ringan (Pramono, 1999). 2.1.2.2. Baku mutu limbah cair industri Sosis
Limbah cair baku mutu industri sosis adalah limbah yang berasal dari buangan proses produksi pada perusahaan sosis dan merupakan buangan dari aliran produksi bahan baku yang mengakibatkan perubahan komposisi air yang digunakan sebagai proses kegiatan sehari-hari. Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran / got menuju sungai ataupun laut. Terkadang dalam perjalannya menuju laut, air limbah industri sosis ini dapat mencemari sumber air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan (Sugiharto, 1987). Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan air. Limbah yang dibuang ke sungai
harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi masyarakat, sehingga diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya (Afmar, 1999).
2.2. Tinjauan Produksi Bersih dan Penerapannya di Industri Sosis
Produksi bersih (cleaner production) merupakan elemen strategis dalam teknologi produksi saat ini dan dimasa mendatang. Penerapan produksi bersih menekankan pada pengurangan (reduction) atau penghilangan pencemar lingkungan pada sumbernya. Produksi bersih dilakukan pada setiap tahapan proses. Produksi bersih dapat menghasilkan keuntungan berupa pengurangan produksi hasil samping (nonproduct output) atau limbah, optimasi penggunaan sumberdaya dan peningkatan efisiensi produksi (Suprihatin et al , 2004). Secara umum produksi bersih dapat dilakukan dengan dua metode atau teknik. Teknik pertama adalah pengurangan limbah pada sumbernya (source reduction) dan teknik yang kedua adalah daur ulang (recycle). Source reduction dapat dilakukan melalui pengubahan produk, perubahan material input, pengubahan teknologi atau tata cara operasi yang baik (Indriyati, 2000). Daur ulang limbah adalah teknik pengelolaan limbah hasil proses industri dengan memanfaatkan kembali limbah. Cara yang dapat digunakan adalah limbah dikembalikan lagi ke proses semula sebagai bahan baku pengganti untuk proses industri lain, recovery bagian yang bermanfaat dari limbah atau diolah menjadi produk samping (Indriyati, 2000). Konsep produksi bersih sendiri dapat dideskripsikan sebagai strategi pengolahan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu. Produksi bersih harus diimplementasikan secara berkelanjutan pada proses produksi dan daur hidup produk guna menurunkan resiko terhadap manusia dan lingkungan. Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Dengan adanya produksi bersih serta penerapannya pada industri tekstil dapat membantu untuk mengurangi masalah limbah cair yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap manusia (Nasution, 2001).
2.2.1. Pengertian produksi bersih
Produksi bersih adalah penerapan strategi lingkungan yang berkelanjutan, terpadu dan bersifat pencegahan terhadap proses, produk dan pelayanan. Produksi bersih ditujukan untuk meningkatkan efisiensi. Produksi bersih mengubah posisi lingkungan dari cost center menjadi profit center (Indriyati, 2000). 2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih
Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi sertamenghindari penggunaan bahan baku beracun dan berbahaya. Pengolahan bahan baku yang baik dan perbaikan good house keeping agar tidak menambah beban pencemaran. Jika diterapkan dapat menekan biaya pengolahan limbah yang berarti mengurangi biaya produksi. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi baik terhadap proses ataupun produk yang dihasilkan. Analisis daur hidup produk (product life cycle analysis) harus dipahami dengan baik. .Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak.
2.2.3. Good Housekeeping
Praktek operasi yang baik ( good house keeping ) adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan diperusahaan untuk mengurangiterbentuknya limbah. Penerapan operasiini melibatkan unsur-unsur: Pengawasan terhadap prosedur prosedur operasi, Loss prevention, Praktek manajemen, Segregasi limbah, Perbaikan penanganan material, dan Penjadwalan produk Peningkatan good housekeeping umumnya dapat menurunkan jumlahlimbah antara 20 sampai 30% dengan biaya yang rendah. 2.2.4. Penerapan produksi bersih pada industri Sosis
Konsep produksi bersih sendiri dapat dideskripsikan sebagai strategi pengolahan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu. Produksi bersih harus diimplementasikan secara berkelanjutan pada proses produksi dan daur hidup produkguna menurunkan resiko terhadap manusia dan lingkungan (Nasution, 2001).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah unttuk mengetahui aspek keteknikan dalam perusahaan yang bergerak dibidang makanan teutama sosis dan nugget, dengan spesifikasi energi, produk bersih, penanganan limbah serta mengenai kebutuhan produksi sosis dan nugget.
3.2. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi data yang diolah berdasarkan studi literatur dan kepustakaan pada perusahaan mulai dari proses awal produksi, proses tengah, proses akhir sampai teknologi pengolahan limbah pada perusahaan.
3.3. Lokasi penelitian
Penelitian ditujukan pada perusahaan Sosis yakni di PT Wonokoyo yang berada di Surabaya , Jawa Timur dengan berbagai sumber informasi yang ada.
3.4. Jenis dan sumber data
Jenis dan sumber data yang didapatkan adalah data sekunder yang berasal dari studi literature dan kepustakaan dengan perbandingan data – data yang ada terkait perusahaan.
3.5. Instrumen penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian didapatkan dari dokumentasi. Dokumentasi yang didapatkan dari studi literature dan kepustakaan pada perusahaan bersangkutan.
3.6. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui Studi Literatur Dengan buku literatur dan sumber data lain di perpustakaan maupun jurnal yang ada dan berkaitan dengan materi penerapan teknologi bersih serta cara pengelolaannya.
3.7. Analisa Data
Data yang diperoleh dari studi literatur dalam kepustakaan yang ada di analisa dengan membandingkan antara literatur yang ada dengan beberapa literatur lain yang ada saat ini sehingga mampu dianalisis dengan baik sebagai referensi sumber pengetahuan.
3.8. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengam studi literatur yakni dimulai pada tanggal 30 September 2012 – 7 Oktober 2012
melalui berbagai sumber yang ada .
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data umum perusahaan
2
PT Wonokoyo Jaya Corporindo mempunyai luas area 37.028 m , dengan luas 2
2
bangunan untuk ruang produksi sebesar 968 m , dan luas kantor sebesar 800 m . Lokasi perusahhan dibagi menjadi 2 yaitu,
Kantor pemasaran : jalan Bintoro nomor 51, desa Wonokoyo, kecamatan Beji, kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa timur
Kantor,Pabrik,dan pemotongan ayam : jalan taman bungkul no 1-7 Surabaya 60241
Batas-batas wilayah PT Wonokoyo Jaya Corporindo Unit Further and Sausage Processing Plant yaitu:
Sebelah Utara
: PT Sea Master
Sebelah Selatan : PT Marinecipta Agung
Sebelah Timur
: Sawah dan Pemukiman Penduduk
Sebelah Barat
: Jalan Raya Bintoro
Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam p enentuan lokasi pabrik antara lain: a.
Lokasi pasar
Pabrik PT Wonokoyo Jaya Corporindo Unit Further and Sausage Processing Plan terletak di Beji, Pasuruan. Dimana jaraknya tidak begitu jauh dari Surabaya yang merupakan ibukota propinsi Jawa Timur, serta sebagai pusat bisnis di Jawa Timur yang dijadikan sebagai kota pasar utama. Selain itu dengan adanya pelabuhan mempermudah pendistribusian produk hingga Bali dan Kalimantan. b.
Lokasi bahan baku
Berdasarkan kedekatannya dengan bahan baku, PT Wonokoyo Jaya Corporindo Unit Further and Sausage Processing Plan sangat dekat dengan sumber bahan baku karena bahan baku bersumber dari rumah pemotongan
ayam yang letaknya satu lokasi dengan pabrik. Hal ini dikarenakan PT Wonokoyo selain sebagai unit pengolahan hasil ternak juga memproduksi bahan baku produksinya sendiri berupa ayam potong. c.
Tenaga kerja
Penentuan lokasi perusahaan dipengaruhi oleh kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja. Dalam hal ini sekitar 60% pekerja PT Wonokoyo Jaya Corporindo Unit Further and Sausage Processing Plan berasal dari daerah Pasuruan dan 40% pekerja berasal dari daerah di Jawa Timur selain Pasuruan. d.
Transportasi
Lokasi perusahaan yang dekat dengan jalan raya dan jalan propinsi memudahkan pengiriman bahan baku dan hasil produksi.
Sistem kerja yang diterapkan oleh PT. Wonokoyo Jaya Corporindo unit Further and Sausage adalah sistem 6 hari kerja yaitu hari senin sampai dengan hari jumat dengan jam kerja 8 jam dan hari sabtu 5 jam dan libur pada hari minggu dan hari libur nasional. Tenaga kerja yang ada pada PT. Wonokoyo Jaya Corporindo unit Further and Sausage dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a. Tenaga kerja tidak langsung (staf), yaitu tenaga kerja yang bekerja di kantor untuk urusan administrasi dan urusan lain. Tabel 3 berikut adalah jadwal jam kerja tenaga staf PT. Wonokoyo Jaya Corporindo unit Further and Sausage.
Tabel 1. Pembagian Jadwal Jam Kerja Tenaga Staf Hari
Jam kerja (WIB)
Jam istirahat (WIB)
Senin – Kamis
07.00 – 15.00
12.00 – 13.00
Jum`at
07.00 – 15.00
11.30 – 13.00
Sabtu
08.00 – 12.00
–
Sumber: PT. Wonokoyo Jaya Corporindo unit Further and Sausage (2010)
b. Tenaga kerja langsung (buruh), yaitu tenaga kerja yang bekerja di lapangan (bekerja di bagian proses produksi). Jam kerja tenaga kerja produksi tidak sama dengan jam kerja tenaga staf atau disesuaikan dengan lamanya proses produksi yang berlangsung, dimana sesuai criteria jam kerja yang harus dipenuhi adalah 45 jam selama minggu dengan system on-off . Dan tidak ada system lembur jika target produksi tidak tercapai.Tabel 4 berikut adalah jadwal jam kerja tenaga staf PT. Wonokoyo Jaya Corporindo unit Further and Sausage.
Tabel 2. Pembagian Jadwal Jam Kerja Tenaga produksi Hari
Jam kerja (WIB)
Jam istirahat (WIB)
Shift 1
06.00 – 14.00
1 jam
Shift 2
14.00 – 23.00
1 jam
Shift 3
23.00 – 06.00
1 jam
Sumber: PT. Wonokoyo Jaya Corporindo unit Further and Sausage (2010)
Tenaga Listrik
Sumber tenaga listrik di PT Wonokoyo Jaya Corporindo berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kebutuhan listrik yang dari PLN adalah sebesar 83840 kWH . Tenaga listrik ini sangat penting untuk menggerakkan hampir semua mesin, untuk penerangan serta sistem sinyal. Jika PLN mengalami proses gangguan maka mesin-mesin produksi tidak boleh berhenti sehingga produksi tidak berjalan dengan lancar. Hai ini sangat tidak baik untuk proses produksi. Suplai listrik dari PLN tidak langsung digunakan melainkan dialirkan terlebih dahulu menuju MVDPR ( Main Voltage Distribution Panel Room) dilengkapi dengan trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sekaligus menstabilkan tegangan sebelum masuk ke LVMDPR ( Low Voltage Main Distribution Panel Room).
4.2. Proses produksi dan limbah
Proses pengolahan sosis ayam di PT Wonokoyo jaya Corporindo Unit Further and Sausage Processing Plant dilakukan dengan metode menggunakan Smoke House(pengasapan).Limbah yang dihasilkan oleh PT. Wonokoyo terdiri dari 3 jenis yaitu limbah cair, padat dan limbah gas.
4.2.1. Proses produksi
Proses pengolahan sosis ayam di PT Wonokoyo jaya Corporindo Unit Further and Sausage Processing Plant dilakukan dengan metode menggunakan Smoke House(pengasapan). Adapun proses produksi nya sebagai berikut : 1. Penggilingan
Bahan baku yang masuk ke ruang produksi masih dalam keadaan tertutup yang diangkut menggunakan trolly. Bahan baku daging dan emulsi disortir telebih dahulu oleh QC. Sortasi dilakukan pada semua jenis produk yang akan diproses ulang untuk memastikan tidak adanya kontaminasi fisik dan kelayakannya secara sensori. Produk yang akan diproses ulang yang tidak sesuai dipisahkan dan dimusnahkan. Semua Bahan baku, termasuk produk yang akan diproses ulang, yang telah disortir kemudian dimasukkan ke dalam mesin penggiling (meat mincer) untuk daging tanpa tulang (boneless) dan MDM ( Mechanical Deboning Machine) untuk pemisahan
daging
dan
tulang
yang
tersisa
pada
karkas
ayam
yang
menghasilkanCCM(Chicken Carcass Meat)dengan menggunakan loader sesuai dengan tahapan yang ditentukan dalam spesifikasi.Namun sebelum digunakan, mesin penggiling ini harus diperiksa terlebih dahulu oleh Petugas Engineering .
2. Pencampuran
Raw material, premix (bumbu-bumbu pelengkap flavor dan cita rasa), bahan penunjang seperti minyak nabati, pati kentang, isolat protein kedelai, dan serpihan es dicampur secara merata dalam bowl cutter . Pada proses pencampuran ini, suhu 0
adonan tidak boleh lebih tinggi dari 10 C. Pencampuran dilakukan selama 15 menit. Proses emulsifikasi pada pengolahan sosis ayam bertujuan untuk menyatukan partikel yang bersifat hidrofobik (lemak) dan partikel yang bersifat hidrofilik (protein dan air) sehingga terbentuk suatu sistem emulsi yang stabil. Emulsi oil terbuat dari campuran protein, es, dan minyak goreng. Suhu adonan dijaga supaya tetap rendah untuk o
mencapai stabilitas emulsi, yaitu berkisar antara 10 – 12 C, lamanya proses emulsifikasi sekitar 45 menit. Apabila suhu setelah pencampuran belum mencapai standar, maka proses pencampuran dilakukan hingga mencapai suhu standar. Setelah mencapai suhu standar, hasil pencampuran dikeluarkan dari Mesin Pencampur, dan ditempatkan di dalam troli atau wadah dari stainless steel , kemudian disimpan dalam gudang dingin jika tidak digunakan langsung untuk produksi. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi. 3. Pengisian Selongsong Sosis ( Stuffing)
Stuffing merupakan proses pengisian adonan sosis ke dalam selongsong alat yang digunakan adalah SSP pump dan stuffer. Casing yang digunakan adalah casing sintetik yaitu selulosa.Produk yang akan dimasak dimasukkan ke dalam mesin stuffer untuk dilakukan proses pengisian ke dalam casing sesuai spesifikasi produk yang akan diproduksi.Jika ditemukan terdapat kontaminasi benda asing, maka produk yang
ada dalam mesin stuffer akan dikeluarkan dan dipisahkan terlebih dahulu untuk dihilangkan kontaminannya. Selama pemeriksaan, produk disimpan dalam wadah tertutup dan ditempatkan dalam Chill Room. Produk yang sudah disortir dan dipastikan keamanannya akan diproses ulang. Produk yang keluar dari mesin stuffer diperiksa oleh QC.Pemeriksaan ini meliputi bentuk dan ada tidaknya kontaminasi dengan benda asing. Produk yang bentuknya tidak sesuai dengan standar akan dipisah untuk diisi ulang. Jika ditemukan kontaminasi benda asing, maka produk yang ada dalam mesin stuffer akan dikeluarkan dan
dipidahkan
terlebih
dahulu
untuk
dihilangkan
kontaminannya.
Selama
pemeriksaan, produk disimpan dalam wadah tertutup dan ditempatkan di chill room. Produk yang sudah disortir dipastikan keamanannya akan dproses ulang. Produk yang keluar dari mesin stuffer ditata dalam wadah yang terbuat dari stainless steel.Mesin stuffer dioperasikan secara semi otomatis. 4. Penggantungan
Setelah keluar dari mesin stuffer ,sosis ditata dalam wadah yang terbuat dari stainless stealkemudian digantung pada trolly-trolly yang telah disiapkan guna mempermudah dalam proses selanjutnya. QC dan pekerja memeriksa secara visual hasil penataan produk di trollystainless steal. Penataan produk harus merata dalam arti tidak boleh ada produk yang saling tumpang tindih, karena akan mempengaruhi proses pematangan pada waktu dilakukan pemasakan di dalam rumah asap. 5. Pengeringan, Pengasapan, Pemasakan dan Exhausting
Sosis ayam yang dihasilkan di perusahaan ini ada dilakukan dengan proses pengasapan
(smoking).Rumah
asap
diperiksa
terlebih
dahulu
oleh
petugas
Engineering sebelum digunakan. Rumah asap deprogram sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Suhu pusat produk diperiksa setiap jam sekali menggunakan thermometer yang ada di rumah asap yang sudah dikalibrasi dengan thermometer standar dari perusahaan yang sudah dikalibrasi. Kegiatan kalibrasi ini dilakukan pada waktu rumah asap pertama kali akan digunakan. Bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan asap dari jenis kayu beras. Petugas QC melakukan pemeriksaan organoleptik produk minimal satu jam sekali. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian terhadap mutu sensori produk, maka produk tersebut akan dipisahkan dan akan diproses ulang untuk produk lain.Rumah asap diopresikan secara otomatis. Proses pemasakan sosis di dalam alat Smoked House terdapat empat tahap proses yang penting yaitu: a. Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam 0
adonan. Suhu digunakan adalah 60 C pada proses ini. b. Pengasapan
Proses pengasapan ini selain bertujuan untuk mengurangi kembali kadar air produk, juga untuk proses pemasakan. Selain itu, pada tahap ini juga akan terbentuk warna dan flavor yang diharapkan. Proses pengasapan dilakukan pada o
suhu 65 C dan RH 40%. c. Pemasakan
Proses pemasakan yang dilakukan memiliki tujuan untuk mematangkan produk Selain itu, proses ini dapat meningkatkan kekompakan struktur adonan dan
berperan dalam memberikan warna, rasa, dan aroma. Proses pemasakan akan dihentikan bila suhu pusat produk telah mencapai 80-83°C. d. Exhausting/ Evacuation
Proses exhausting merupakan proses pengeluaran udara panas. Secara otomatis suhu dalam Smoke House menurun hingga mencapai 78°Cdan setelah membuka pintu Smoke House, suhu dalam Smoke House akan semakin menurun. 6. Penyemprotan Air ( Showering)
Proses penyemprotan air dilakukan dua kali yaitu sebelum sosis masuk ke dalam mesin Smoke House. Hal ini bertujuan agar kotoran yang menempel pada sosis dapat hilang dan diperoleh humidity yang seragamsebelum produk masuk ke dalam mesin Smoke House.Showering yang kedua dilakukan setelah sosis keluar dari mesin Smoke House. Showering ini merupakan tahap penurunan suhu setelah dari proses 0
pemasakan hingga mencapai suhu 38 – 40 C. Penurunan suhu produk setelah keluar dari mesin Smoke Housedilakukan karena untuk mencegah heat shock terhadap produk yang menyebabkan casing produk mengkerut.Selain itu juga untuk menghilangkan lemak yang tersisa pada permukaan casing dan membersihkan sisa kotoran yang masih menempel pada sosis.Penyemprotan ini dilakukan selama 5 menit. 7. Pendinginan
Sosis yang telah di showering dimasukkan di cooling room dengan suhu -50
o
1 C selama 15 - 20 menit agar suhu produk mencapai kisaran 4 - 7 C. Petugas QC melakukan pemeriksaan suhu pusat produk setiap 15 menit.Hal ini disebabkan karena
pada kisaran suhu tersebut, kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan menurun. Selain itu juga berkaitan dengan kenampakan produk agar tidak mengkerut. Untaian sosis yang baru saja keluar dari cooling room dilakukan pemotongan menjadi satu piece sosis. Setelah proses pendinginan, maka dilakukan proses pemotongan sosis (cutting ). Pemotongan dilakukan tepat pada lilitan casing sosis yang satu dengan yang lainnya. Panjang sosis yang ideal setelah proses pematangan adalah 108 – 112 mm dengan massa 25 – 26 gr. Toleransi panjang dan berat sosis adalah 5% dari batas atas dan batas bawah beratnya. Jika terdapat sosis yang melebihi batas toleransi tersebut maka akan dilakukukan proses ulang (rework ). 8. Pengemasan Plastik
Plastik waktu diterima, diperiksa terlebih dahulu mengenai kebersihan dan keutuhannya sebelum digunakan.Disamping itu plastik juga diperiksa mengenai bau yang tidak enak, mutu dari label/spesifikasi serta mengenai kecukupan dan daya tahannya dalam melindungi produk dari kontaminasi.Plastik yang akan digunakan disimpan dalam gudang atau disediakan sementara di ruang pengolahan untuk pengemasan yang bersifat segera. Plastik yang disediakan sementara di ruang pengolahan di tempatkan pada wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi pada kemasan.Produk sosis memiliki expire date selama 6 bulan setelah tanggal produksi. Kemasan primer adalah kemasan yang kontak langsung dengan produk, bersifat food grade, bersih, utuh, label dan cetakan sesuai standar. Sedangkan kemasan sekunder adalah kemasan yang tidak kontak langsung dengan produk. Pada saat pencantuman kode produksi tersebut,
plastik diperiksa satu persatu oleh Petugas Produksi.Jika terdapat kelebihan plastik yang sudah distempel atau plastik yang salah dalam pemberian kode produksi dan best before, maka plastik tersebut dipisahkan dan stempel tersebut dihapus menggukanan alcohol 70% dan distempel dengan kode yang sesuai sebelum digunakan kembali. Produk dimasukkan ke dalam kemasan plastik dengan jumlah sesuai dengan spesifikasi dari konsumen. Dalam satu pieces sosis disusun seperti pyramid, dengan jumlah 9-8-7-6 dan total 1 pieces terdapat 30 sosis. Adapun beberapa spesifikasi berat finish good di antaranya 250 gram,500 gram, 750 gram, dan 1000 gram. Untuk kemasan 750 gram berisi 30 pieces.Petugas QC memeriksa secara organoleptik yang berlangsung terus menerus mengenai mutu, warna, bentuk, kerusakan fisik dan kemungkinan terdapatnya benda – benda asing.Petugas QC juga mengambil sampel produk secara acak setiap batch untuk dianalisa di laboratorium guna mengetahui kandungan bakteri yang ada di dalamnya. Kriteria bakteri tersebut seperti Angka 5
lempeng total maksimal 10 Koloni/g. Bakteri bentuk coli maksimal 10 APM/g 2
Eccherichia coli < 3APM/g, Enterococci 10 koloni/g, Clostridium perifringens ‐ Negatif,
Salmonella
‐
Negatif,
Staphilococcus
aureusmaksimal
2
10 Koloni/g.Pengujian sampel ini juga untuk menentukan umur simpan dari sosis tersebut. 9. Perekatan Vakum
Menggunakan vaccumsealingmachine yaitu dilakukan pengeluaran udara dari dalam kemasan guna mengurangi resiko kerusakan produk terutama kerusakan
produk secara mikrobiologi. Pada proses ini, proses penyedotan udara berlangsung selama 12 detik dengan tekanan - 0,1 mPa, dilanjutkan proses sealing selama 1,2 detik kemudian cooling selama 3,5 detik. Pendinginan dilakukan agar plastik kemasan tidak rusak saat pengangkatan pembatas sealing pada mesin. Produk yang tidak lolos pemeriksaan akan dilakukan pengemasan ulang dan perekatan ulang. 10. Pedeteksian Logam ( MetalDetector)
Produk sosis yang telah dikemas selanjutnya dilewatkan pada conveyor dan dideteksiada tidaknya logam oleh metaldetector .Tetapi sebelum digunakan, Alat pendeteksi
logam
( MetalDetector )
diperiksa
terlebih
dahulu
oleh
petugas
Engineering .Logam yang dideteksi adalah besi (Fe) dan SUS. Standard kandungan logam yangadalah Fe 1,5 mm dan Stainless steel (SUS) 2 mm. Produk yang tidak lulus metaldetector ditahan oleh QC dan dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Petugas QC juga terus memeriksa keefektifan kerja dari metaldetector dan dilakukan penerapan setiap jam dengan standar logam sesuai spesifikasi 11. Penyimpanan Beku
Sosis yang sudah berada dalam kemasan disusun dalam rak kemudian dimasukkan dalam ABF ( Air Blast Frezzer ). Penyimpanan beku ini dilakukan untuk membekukan produk dan menjaga kualitas produk sosis. Produk berada dalam ABF selama 4 jam dengan suhu penyimpanan -40°C. 12. Pengemasan Karton Box ( Sealer Box)
Memasukkan finished good kedalam karton, pada tahap ini beberapa kemasan sekunder dijadikan satu di dalam kemasan tersier yang terbuat dari karton box dengan
kekuatan tertentu.Karton box diperiksa terlebih dahulu kesesuaiannya dengan spesifikasi produk, pemberian stempel dan label oleh QC.Dalam 1 karton berisi 12 bag sosis merah 750 gr. Penumpukan karton yang diizinkan saat pengemasan dan pemindahan adalah 8 tumpukan. Netto per karton yang diizinkan adalah 9,1 – 9,46 kg dan bruto9,60 – 9,96 kg. Produk yang sudah dipak tidak boleh dibiarkan lebih dari 1 jam di ruang pengemasan dan harus ditransfer
kecold storage dan dijaga
kebersihannya. 13. Penyimpanan Beku
Finished good yang telah dipackdalam karton box dengan segera langsung disimpan didalam cold storagedengan suhu
o
±(-20 C) untuk menjaga suhu pusat
o
produk tetap -18 C guna meminimalkan reaksi kerusakan pada produk. 14. Pre Loading dan Loading
Jika
dilakukan loading , produk
akan
dikeluarkan
dari cold
stroge
kemudiandilakukan proses pendistribusian (loading) finished good untuk segera dikirim kepada konsumen / distributor. Suhu anteroom dari cold storage dipertahankan
pada
menggunakan
mobil
maximum
0
5 C.
pengangkut
Pendistribusian finished
berbentuk
good dengan
mobil container dengan
suhu
0
mobilcontainer ±(-10 C) untuk menjaga suhu produk tetap rendah. Sebelum dilakukan pemuatan, QC harus memeriksa kondisi produk, pengemasan, suhu, kebersihan container , juga operasi pemuatan secara keseluruhan Untuk menghindari kondensasi/ pengembunan pada kemasan, produk harus dimuat dalam container paling lama 1 jam setelah dikeluarkan dari cold storage.
Diagram alir proses produksi sosis dengan proses Smoke Housedapat dilihat pada diagram alir di bawah ini : RPA dan Supplyer seasoning
Tidak
Penerimaan bahan baku dan penunjang Ya Penggilingan
Pengemulsian
Pengisian Selongsong Sosis
Penggantungan
Tidak
Pengeringan, Pengasapan,
Ya Penyemprotan Air
Pendinginan
Pengemasan Plastik
Tidak
Vacuum Sealing dan Pendeteksian Logam
Ya Pengemasan Karton Box (Sealer Box)
Penyimpanan Dingin
Pre Loading
Loading
Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Sausage(Smoke House)
4.2.2. Tinjauan limbah
Limbah PT. Wonokoyo terdiri dari 3 jenis, yaitu : limbah cair, padat dan limbah gas yang secara menyeluruh dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Penerimaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang Pencucian dan Penggilingan daging
Limbah pencucian daging
Pengemulsian
Pengisian Selongsong Sosis
Limbah platik sisa potongan plastik
Penggantungan
Limbah gas hasil Pengeringan, Pemasakan, Pengasapan
Penyemprotan Air
pengasapan Limbah pencucian produk
Pendinginan
Limbah plastik tak Pen emasan Plastik
terpakai
Perekatan Vakum
Pendeteksian Logam
Limbah karton tak Pen emasan karton Box
terpakai
Penyimpanan dingin
Pre Loading
Loading
Gambar 2. Diagram Alir Proses Produksi sosis dan limbah yang dihasilkan
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari bahan kertas, karton, dan plastik yang reject sepanjang proses produksi. Limbah padat kertas, karton dan plastik yang direject (potongan tidak sempurna, berat tidak sesuai) dikirim ke tempat pemesanan barang. Sedangkan limbah padat yang tidak dapat ditoleransi lagi, dibuang ke tempat pembuangan sampah.Mengenai volume dari limbah padat ini tidak tentu atau sangat fluktuatif karena tergantung dari kualitas plastik kemasan yang di pesan. Limbah padat yang lain adalah berupa tulang yang telah dipisahkan dari dagingnya dan telah dihancurkan. Volume dari limbah tulang ini setiap harinya mencapai ±70 kg. Limbah yang berupa tulang ini diserahkan kepada industri pakan ternak yang akan dijadikan sebagai bahan baku p akan ternak.
b. Limbah Gas
Limbah gas terdiri dari emisi gas buang dari boiler langsung dibuang ke udara luar tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan gas buang tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk dapat langsung dibuang ke udara luar.
c. Limbah Cair (waste water )
Limbah cair terdiri dari 2 jenis, yaitu: a. Open drainage, seperti air buangan komersial (toilet, dapur dan lainlain). Limbah yang berasal dari open drainage dibuang langsung melalui saluran pembuangan karena tidak dianggap berbahaya. b. Closed drainage, seperti limbah sisa pembersihan di tempat (Cleaning ) dan limbah pencucian daging yang berupa lemak. Dari data yang dikumpulkan dilapangan, diperoleh bahwa besarnya volume rata-rata limbah 3
cair dari pencucian daging dari ruang produksi ini adalah sebesar 7,2 m .
4.3. Produksi bersih
Teknik pelaksanaan produksi bersih pada perusahaan ini adalah : 1. Pengurangan pada sumber Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya melalui volume buangan yang diperkecil melalui:
Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun berbahaya dengan limbah yang tidak beracun.Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali.
Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisk, misalnya pengendapan
atau
penyaringan.
Komponen
yang
terpisah
dapat
digunakan kembali.
2. Daur Ulang Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, diantaranya :
Dikembalikan lagi ke proses semula
Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat
Diolah kembali sebagai produk samping.
4.3.1 Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan
Proses pengolahan limbah cair di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo menggunakan bak-bak pengolahan limbah, dimana proses ini terdiri dari satu buah bak control dan tiga buah kolam pengolahan limbah.Salah satu pengelolaan lingkungan adalah program minimalisasi limbah, yaitu usaha untuk mengurangi volume, konsentrasi toksitas, dan tingkat bahaya yang akan keluar ke lingkungan serta pencegahan langsung ke sumber pencemar.
Dengan mengetahui sifat-sifat limbah dari industri pangan yang berbeda, maka proses penanganan limbahnyapun harus disesuaikan dengan kebutuhan pengendalian limbah yang dihasilkan tersebut. Penanganan limbah dapat dilakukan secara fisik, kimia dan mikrobiologis ataupun kombinasi cara-cara tersebut. Limbah padat dapat dieliminir dengan cara fisik seperti dengan penyaringan atau sedimentasi. Untuk menetralkan asam dan basa serta menghilangkan bahan organik dapat digunakan metode kimia atau metode fisikokimia seperti adsorbsi, pertukaran ion, dan osmosis ataupun dengan proses mikrobiologis. Pada prinsipnya penanganan limbah pengolahan limbah di PT. Wonokoyo menggunakan Skiming Tank dan Grase Trap. Skiming Tank merupakan kolam yang berfungsi sebagai penangkap sampah dan material lain yang terapung, sedangkan Grase Trap digunakan untuk menangkap lemak. Prinsip kerja dari kedua unit ini sama, yaitu dengan mengalirkan air limbah ke dalam bak bersekat, aliran inflow dipermukaan, tetapi outflow
untuk aliran keluar haruslah selalu terendam air,
sehingga material yang terapung tetap tinggal di dalam bak, dan secara periodik material tersebut dibersihkan. Berikut ini adalah beberapa tahapan pengolahan limbah di PT. Wonokoyo Jaya Corporindo: 4.3.1.1 Pengolahan Pendahuluan ( pre treatment)
Pada pengolahan pendahuluan, air limbah dari area produksi dialirkan secara gravitasi ke bak penampungan limbah No 1 melalui saluran air dalam ruang produksi.Sebelum masuk ke dalam bak penampung limbah No 1, air limbah melalui bak control (bar screen) yang dipasang saringan dari kawat untuk memisahkan antara limbah padat (sisa raw material, plastik, dll) dengan air limbah. Partikel yang berukuran besar tersebut dapat dipisahkan dengan saringan agar tidak mengganggu proses penanganan selanjutnya. Proses penyaringan dilakukan pada Bar Screen berukuran 1 m x 0.5 mx 0.4 m yang dindingnya berlubang-lubang menyerupai saringan dan diletakkan pada perlakuan paling awal pengolahan limbahnya, hal ini bertujuan untuk meminimalkan benda-benda yang cukup besar masuk ke dalam kolam
berikutnya. Hasil saringan ini ditampung di dalam tong plastik yang kemudian dilakukan penimbunan untuk meminimalkan jumlahnya. 4.3.1.2 Pengolahan Pertama ( primary treatment)
Pada pengolahanpertama, limbah yang mengandung bahan organik dikurangi dengan bantuan mikroba yang berasal dari limbah itu sendiri. Pada tahap ini, PT. Wonokoyo Jaya Corporindo menerapkan sistem aerobik di mana proses
pengolahan
ini
membutuhkan
udara/oksigen
untuk
membantu
meningkatkan metabolisme mikroba. Secara
umum,
aerasi
merupakan
proses
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada praktiknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah. Manfaat yang paling penting dari proses aerasi ini adalah dapat menurunkan kadar BOD secara siknifikan. Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Proses aerasi yang dilakukan pada tahap ini adalah menggunakan metode aerasi difusi. Pada aerasi secara difusi sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser . Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles).
4.3.1.3Penanganan Kedua ( secondary treatment).
Pada penanganan tertier, tahap ini berada pada kolam pengolah yang kedua, dan ketiga, dimana air limbah limpahan dari kolam pertama dialirkan melalui saringan untuk menghambat lemak yang terapung, sehingga material yang diloloskan adalah air. Kolam-kolam ini disebut penangkap lemak ( grase trap), prinsip kerja dari kolam ini adalah berdasarkan perbedaan massa jenis antara air dan lemak dimana lemak memiliki massa jenis yang lebih kecil dari air sehingga lemak ini bisa terapung diatas air. Air limbah dialirkan ke dalam bak/kolam yang bersekat, aliran inflow berada di permukaan, tetapi outlet haruslah selalu terendam air, sehingga material yang terapung tetap tinggal di d alam bak atau trap tersebut.
4.3.2 Hambatan dalam penerapan produksi
Proses pengolahan limbah yang diterapkan diperusahaan ini sudah bagus, namun ada beberapa bagian yang akan lebih baik dan efisien jika proses pengaliran dari bak sebelumnya menuju bak berikutnya dialirkan seperti tampak pada Gambar 16 berikut ini:
Gambar 3. Proses Pengaliran Limbah yang Disarankan
Tujuan dari skema tersebut adalah untuk memperkecil lemak yang lolos ke proses berikutnya sehingga dapat meningkatkan mutu air yang akan dibuang.
4.3.3 Peluang-peluang Produksi Bersih
Peluang produksi bersih yang dapat di lakukan oleh perusahaan Wonokoyo Jaya Corporindo ini adalah Limbah yang berupa tulang ini diserahkan kepada industri pakan ternak yang akan dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.KESIMPULAN
Dari Studi Pustaka mengenai penerapan dalam pengolahan limbah yang ada di perusahaan sosis PT Wonokoyo maka dapat diketahui manfaat umum bagi perusahaan dan lingkungan terkait teknologi bersih yang dilakukan. Keuntungan bagi perusahaan yakni dengan adanya teknologi pengolahan limbah yang baik maka akan tercipta kondisi lingkungan perusahaan yang baik dan higienis sehingga produk yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Limbah yang sudah tidak beracun dan sudah terpilih melalui berbagai tahapan serta proses tertentu akan berdampak baik bagi lingkungan sekitar tanpa adanya pencemaran
sehingga mampu memberikan
kepercayaan kepada perusahaan PT Wonokoyo Sosis untuk terus mengembangkan hasil produksi sosis tanpa mengganggu lingkungan masyarakat.
5.2. SARAN
Perusahaan harus mampu mempertahankan dan mengembangkan produksi Sosis yang sudah berkembang saat ini dengan mutu yang baik mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengolahan produksi, sampai pada tahap akhir pengemasan dan pembuangan akhir limbah perusahaan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
a
Anonymous. 2009 . Limbah. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Tanggal akses 30 Maret 2009 b
.2009 . Limbah Padat. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Tanggal akses 30 Maret 2009 c
.2009 . Pengolahan Limbah Cair . http://www.aimyaya.com. Tanggal akses 30 Maret 2009 .2009d. Prinsip Hirarki Pengelolaan Limbah. http://www.amazon.com. Tanggal akses 30 Maret 2009 e
.2009 . Kualitas Limbah. http://www. chemistry.org/materi kimia/kimia_industri/limbah industri/kulitas limbah. Tanggal akses 30 Maret 2009 a
Anonymous . 2010. Boiler . www.tokoonline.com. Diakses tanggal 2 Maret 2011. b
Anonymous . 2010. Kompresor Udara. www.tokoonline.com. Diakses tanggal 2 Maret 2011. c
Anonymous . 2010. Flake Ice Machine. www.tokoonline.com. Diakses tanggal 2 Maret 2011. d
Anonymous . 2010. Boaster Pump. www.tokoonline.com. Diakses tanggal 2 Maret 2011.
a
Anonymous . 2011, Mechanical deboning Machine. www.tokoonline.com Diakses tanggal 28 Februari 2011 b
Anonymous . 2011, Angel Mincer . www.tokoonline.com Diakses tanggal 28 Februari 2011 c
Anonymous . 2011, Stuffer Machine. www.tokoonline.com Diakses tanggal 28 Februari 2011 Anonymousd. 2011, Vaccum Packaging Machine. www.tokoonline.com Diakses tanggal 28 Februari 2011
Anonymous. 2011. Pedoman Pengoperasian Industri. PT. Wonokoyo Jaya Corporindo. Pasuruan
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Erlangga: Jakarta
Degremont.1984. Effluent Treatment Plant Operating Manual. PT Kertas Leces (Persero): Probolinggo
Fardiaz, S. 1992. Polusi air dan Udara. Pressindo: Yogyakarta
Gintings, P. 1990. Mencegah Dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Sinar Harapan: Jakarta
Mahida, U. N. 1992. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri . CV Rajawali: Jakarta
. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri . CV.Rajawali: Jakarta