BAB I PENDAHULUAN Fibromyalgia adalah kelainan yang sering ditemui, dicirikan oleh adanya nyeri muscul musculosk oskele eletal tal kronik kronik yang yang menyeb menyebar ar luas luas disert disertai ai rasa rasa kelela kelelahan han dan ditan ditandai dai deng dengan an tend tender er poin pointt pada pada pene peneka kana nan n otot otot liga ligame ment nt dan dan inse insers rsii tend tendon on deng dengan an penyebaran yang simetris, kekakuan, mudah lelah, parestesi, dan gangguan tidur. 1 Sir William William Gowers Gowers 1904,pe 1904,pertam rtamaa kali mengguna menggunakan kan istilah istilah fibromios fibromiositis itis,kin ,kinii istilah istilah tersebut ternyata kurang tepat. Berbagai nama lain kemudian berkembang dan dikenal rheumatism, tendomiopati, tendomiopati, miogelosis, miogelosis, sebagai sinonim dari fibromyalgia : soft tissue rheumatism, neuroasthenia, muscular rheumatism, myalgic encephalomyelitis, dll
Tahun 1977, oleh Smythe dan Moldofsky memperkenalkan untuk pertama kali istilah fibromyalgia sebagai suatu sindrom klinis dari gejala penyebaran nyeri dan beberapa tanda tender point, disertai dengan gambaran karakteristik yang lain yaitu gangguan tidur, kekakuan dan stress emosional. Fibromialgia bukan merupakan suatu bentuk artritis karena tidak menyebabkan kelainan sendi, tetapi dapat muncul bersamaan dengan jenis artritis rheumatoid, SLE, ataup ataupun un penya penyakit kit jarin jaringan gan ikat ikat lain. lain. Pada Pada pasien pasien penya penyaki kitt autoi autoimun mun didap didapatk atkan an sebanyak 20-25% disertai dengan fibromialgia Istilah fibromialgia baru muncul belum terlalu lama, meskipun gejalanya telah banyak dibahas dalam literatur kedokteran kedokteran sejak awal tahun 1900- an. Baru pada tahun 1989, 1989, fibro fibromia mialgi lgiaa muncul muncul pada pada salah salah satu satu buku buku teks teks reumat reumatol ologi ogi dengan dengan istil istilah ah fibrosit fibrositis is yang pada tahun tahun 1990 diubah diubah oleh American College of Rheuma- tology (ACR) menjadi sindrom fibromialgia, mengingat istilah fibrositis yang kurang tepat.2 Bersama Bersama dengan dengan penyakit penyakit nyeri nyeri dan kelelaha kelelahan n kronik kronik lainnya, lainnya, fibromia fibromialgia lgia dapat dikatakan sebagai beban kesehatan yang besar yang belum dapat diatasi secara efektif efektif oleh ilmu kedokter kedokteran an barat barat konvensi konvensional onal.3 .3 Pasien Pasien rata-rata rata-rata sudah sudah berobat berobat selama selama 5 tahun tahun sebel sebelum um diagno diagnosis sis yang yang tepat tepat diteg ditegak akkan kan.. Lebih Lebih dari dari 50% 50% pasien pasien fibromialgia mengalami salah diagnosis dan menjalani operasi yang tidak perlu.4 1
Setelah tatalaksana selama 7 tahun, 50% pasien fibro- mialgia belum merasa puas dengan kesehatan mereka, 59% menilai kesehatan mereka tidak membaik atau bahkan memburuk. Dengan kata lain tatalaksana medis saat ini belum menghasilkan perbaikan pada status kesehatan maupun keparahan penyakit.3 Hal tersebut menyebabkan tingkat kecacatan akibat fibromialgia relatif tinggi, yaitu 44%. 44%. Sekita Sekitarr sepert sepertig igaa pasie pasien n di Ameri Amerika ka Serika Serikatt harus harus memodi memodifik fikasi asi pekerj pekerjaan aan mereka. Biasanya mereka harus mempersingkat waktu kerja, sehingga pendapatannya menurun dan beban finansial meningkat. Beban biaya kesehatan akibat fibromyalgia di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 9 milyar dolar per tahun.4
2
Setelah tatalaksana selama 7 tahun, 50% pasien fibro- mialgia belum merasa puas dengan kesehatan mereka, 59% menilai kesehatan mereka tidak membaik atau bahkan memburuk. Dengan kata lain tatalaksana medis saat ini belum menghasilkan perbaikan pada status kesehatan maupun keparahan penyakit.3 Hal tersebut menyebabkan tingkat kecacatan akibat fibromialgia relatif tinggi, yaitu 44%. 44%. Sekita Sekitarr sepert sepertig igaa pasie pasien n di Ameri Amerika ka Serika Serikatt harus harus memodi memodifik fikasi asi pekerj pekerjaan aan mereka. Biasanya mereka harus mempersingkat waktu kerja, sehingga pendapatannya menurun dan beban finansial meningkat. Beban biaya kesehatan akibat fibromyalgia di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 9 milyar dolar per tahun.4
2
BAB II PEMBAHASAN I.
Epidemiologi
Berdasarkan data di Amerika Serikat, kira-kira 20% pasien klinik rheumatologi adalah pasien fibromyalgia, yang kebanyakan berusia 30-50 tahun. Dari data tersebut dapat dapat dikata dikataka kan n 1 dari dari 5 pasien pasien yang yang berob berobat at adalah adalah fibrom fibromia ialgi lgia.1 a.1 Thomp Thompso son4 n4 melap melapork orkan an fibrom fibromia ialgi lgiaa sebag sebagai ai penyak penyakit it terba terbanya nyak k kedua kedua yang yang ditem ditemui ui dalam dalam praktek rheumatologis. Fibromya Fibromyalgia lgia lebih lebih banyak banyak menyeran menyerang g perempua perempuan n dibandi dibandingka ngkan n laki-lak laki-laki, i, dengan dengan rasio 9:1. Prevalensi fibro- mialgia pada populasi umum di Amerika Serikat untuk perempuan ialah 3,4%, sedangkan untuk laki-laki 0,5%. Fibromialgia Fibromialgia juga lebih sering ditemukan pada perempuan di atas 50 tahun.1 Dari seluruh seluruh penyakit penyakit musculoskelet musculoskeletal,b al,bahwa ahwa insiden di Asia 21-39%, 21-39%, sedang sedang di Negara barat 23%. II.
Etiologi
Sampai saat ini etiologi dan pathogenesis fibromyalgia belum diketahui secara pasti. Kelainan laboratorium dan gambaran histologis belum diketahui.8,11. diketahui.8,11. Penelitian sela selama ma 10 tahu tahun n tera terakh khir ir ini ini difok ifokus uska kan n pada pada fact factor or psik psikol olog ogi, i,fa fact ctor or yang yang menyebabkan gangguan tidur,nociception dan factor neuroendokrin. Bennet Benneth h (2002) (2002) menyat menyatak akan an bahwa bahwa sidnr sidnrom om fibrom fibromyal yalgia gia semata semata-ma -mata ta adala adalah h kelainan psikosomatik dan didapatkan sering bersamaan dengan kondisi ko-morbid yang yang lain lain sepe sepert rtii irri irrita tabl blee bowe bowell synd syndro rome me,, hipo hipote tens nsii post postur ural al,, saki sakitt kepa kepala la,, migre,dysmenorrhoe migre,dysmenorrhoe dan gangguan tidur. Gangguan neuroendokrin yang berhubungan dengan dengan hipota hipotalam lamus us,, kelen kelenjar jar hipofi hipofisi siss anteri anterior or dan kelenj kelenjar ar adrena adrenall dikat dikataka akan n mempunyai peran sebagai fibromyalgia. Faktor eksogen yang diduga sebagai penyebab antara lain : trauma, infeksi virus, bakteri atau parasit. 3
Faktor genetic juga mempunyai peran,dimana pasien fibromyalgia sering bersamaan dengan penyakit atoimun seperti : SLE, AR, dan Sindrom Sjogren. Namun sampai saat ini eteiologi dan pathogenesis fibromyalgia belum diketahui secara pasti. Kebanyakan sasaran penilitian dipusatkan pada 3 keadaan,yaitu: •
Gangguan tidur
•
Perubahan otot, dan
•
Paramaeter psikologi
Hingga kini, penyebab pasti fibromialgia belum dapat ditemukan,1,3,4 namun telah diketahui bahwa fibromialgia dapat dipicu oleh stres emosional, infeksi, pembedahan, hipotiroidisme, dan trauma. Fibromialgia juga telah ditemukan pada pasien yang terinfeksi hepatitis C, HIV, parvovirus B19, dan lyme disease.1 Pendapat lain menyebutkan kurangnya latihan, penggunaan otot secara berlebihan, dan perubahan metabolisme otot sebagai kemungkinan penyebab fibromialgia.5
III.
Patogenesis
Meskipun penyebab pasti fibromialgia masih menjadi misteri, secara umum para ahli sepakat mengenai adanya mekanisme pengolahan input yang tidak normal, khususnya input nyeri (nosiseptif), pada sistem saraf pusat.3,4 Pada studi dolorimetri dan pemberian stimuli seperti panas, dingin dan elektrik, ditemukan ambang rangsang yang rendah pada pasien fibromialgia. Pasien fibromialgia mempersepsikan stimuli non-nosiseptif sebagai stimuli nosiseptif serta kurang mampu mentoleransi nyeri yang seharusnya dapat ditoleransi oleh orang normal.3 Beberapa kelainan fisiologik dan biokimia telah ditemukan pada susunan saraf pusat pasien fibromialgia sehingga fibromialgia tidak lagi dapat disebut sebagai keluhan subjektif.1,3,4 Kelainan tersebut adalah : 1. Kadar serotonin yang rendah,1,4
4
2. Disfungsi poros hipotalamus hipofisis,3 3. Kadar hormon pertumbuhan yang rendah 1,4 4. Kadar substansi P yang meningkat
1,4
dan faktor pertumbuhan saraf yang
meningkat.4 Gangguan Tidur (Kadar Serotonin yang Rendah)
Pasien fibromyalgia 90% sering mengalami gangguan tidur. Diduga GH dan prolactin memegang pernana. Defisiensi GH pada orang dewasa dapat dihubungkan dengan fibromyalgia ini. Sekitar 80% produksi GH dikeluarkan saat tidur pada stage IV (non random eye movement sleep atau restoractive sleep ). Stage IV didapatkan pada saat tidur yang paling dalam dan hal ini berhubungan dengan intensitas dan tidur yang cukup. GH juga menyebabkan hati membentuk suatu protein yang disebut somatomedin atau insulin like growth factor yang paling banyak dikeluarkan pada saat tidur yang dalam (stage IV). Benneth dkk(1944) mendapatkan kadar somatomedin yang rendah pada pasien fibromyalgia dibandingkan group control Prolactin juga dikeluarkan pada saat tidur yang panjang dan dalam dan diduga dapat meningkatkan efisiensi tidur. Kadar prolactin dijumpai rendah pada pasien fibromyalgia. Serotonin dan triptopan juga pegang peranan. Triptopan adalah prekusor dari serotonin , suatu neurotransmitter yang juga berperan dalam regulasi tidur dan jika kadar serotonin rendah maka dapat meimbulkan insomnia. Serotonin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam tidur, nyeri dan perubahan mood.1 Serotonin yang disekresikan oleh ujung serat neuron rafe, dapat menyebabkan perangsangan daerah tertentu dari otak yang kemudian menyebabkan tidur. Serotonin yang disekresi oleh radiks dorsalis medula spinalis dapat merangsang sekresi enkefalin yang menimbulkan hambatan presinaptik dan postsinaptik pada serabut nyeri.6 Kadar serotonin yang rendah diduga memiliki peran dalam patogenesis fibromialgia yaitu dengan menurunkan efek hambatan pada serabut nyeri. Hal tersebut diperkuat dengan penemuan bahwa pasien fibromialgia ternyata memiliki kadar serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya.1 Bukti lain menunjukkan bahwa obat yang mempengaruhi serotonin ternyata tidak menunjukkan efek dramatis pada 5
fibromialgia.1,4 Disfungsi Poros Hipotalamus Hipofisis
Poros hipotalamus hipofisis berperan penting dalam respons adaptasi terhadap stres. Pada sistem yang berfungsi normal, hipotalamus mensekresi corticotropinreleasing hormone (CRH) yang kemudian merangsang sekresi adreno- corticotropic hormone (ACTH) oleh hipofisis. ACTH kemudian merangsang korteks adrenal
mensekresi glukokortikoid yang berperan dalam respons adaptasi terhadap stres.4. Regulasi sirkadian sistem poros hipotalamus hipofisis sebagian dipengaruhi metabolisme serotonin. Disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis diperkirakan sebagai akibat dari rendahnya kadar serotonin. Sebaliknya, disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis juga diperkirakan memperburuk abnormalitas kadar serotonin di sistem saraf pusat.4 Beberapa kelainan yang dapat ditemukan berkaitan dengan disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis adalah kadar kortisol 24 jam yang rendah, hilangnya ritme sirkadian dengan peningkatan kadar kortisol sore hari, hipoglikemia yang diinduksi insulin berkaitan dengan produksi ACTH yang berlebihan, kadar hormon pertumbuhan yang rendah dan sekresi glukokortikoid yang rendah.4 Selain itu ditemukan juga kadar kortisol bebas pada urin yang rendah, serta berkurangnya respons kortisol terhadap corticotropin-re- leasing hormone pada pasien fibromialgia.1
Perubahan Otot (Kadar Growth Hormone yang Rendah) Growth hormone (GH) adalah suatu hormon yang berperan dalam pertumbuhan
karena sifatnya yang meningkatkan sintesis protein, meningkatkan penggunaan lemak untuk energi, menurunkan pemakaian glukosa untuk energi, dan merangsang pertumbuhan tulang.6 Hormon tersebut secara normal disekresi pada tahap 4 dari tidur, sehingga gangguan tidur diduga dapat menurunkan sekresinya.1 Growth hormone juga merupakan suatu peptide anabolic yang menstimulasi peningkatan sintseis DNA, RNA dan protein yang berguna pada pertumbuhan semua jaringan tubuh pada orang dewasa memegang peranan penting pada homeostasis otot dalam hal memelihara otot yang normal dan perbaikannya akibat dari pemakaian 6
sehari-hari dan kerusakan otot. Pada pasien fibromialgia ditemukan penurunan kadar GH yang penting untuk proses repair otot dan kekuatan, yang diduga diakibatkan oleh gangguan tidur. Hal itu didukung oleh bukti adanya hasil EEG yang menunjukkan gangguan tahap 4 dari tidur normal (non-REM) dan gangguan gelombang
〈 yang berulang pada pasien
fibromialgia.1. Pada fibromyalgia didapatkan kontraksi isokinetic dan isometric otot berkurang serta penurunan kapasitas aerobic otot dan aliran darah otot juga berkurang.Juga ditemukan penurunan kadar ATP dan ADP serta peningkatan AMP Faktor Psikologi (Kadar Substansi P yang Meningkat)
Faktor psikologi juga memegang peranan penting yang dapat menimbulkan spasme otot sehingga muncul symptom fisik seperti nyeri otot, kaku dan pembengkakan jaringan lunak. Riwayat depresi pada keluarga lebih sering dijumpai pada pasien fibromyalgia dibandingkan dengan artritis rheumatoid Kadar serotonin yang rendah pada pasien fibromyalgia berkorelasi dengan tender point dan kadar triptopan yang rendah menyebabkan serotonin juga menurun
dan mengakibatkan rasa nyeri persisten yang difus pada pasien. Substansi P adalah neurotransmiter yang dilepaskan bila akson distimulasi. Peningkatan kadar substansi P meningkatkan sensitivitas saraf terhadap nyeri. Kadar substansi P yang tinggi menyebabkan stimulus normal dipersepsikan sebagai stimulus nosiseptif oleh penderita fibromialgia.4c. Kadar substansi P yang meningkat di cairan cerebrospinal pasien fibromialgia juga mungkin berperan dalam menyebarkan nyeri otot. Peneliti pada 4 studi yang independen melaporkan kadar substansi P pada pasien fibromialgia meningkat sampai 2-3 kali kadar pada individu normal.4 Selain hal-hal di atas ditemukan juga abnormalitas lain seperti berkurangnya aliran darah ke talamus, nukleus kaudatus, serta tektum pontine, yang merupakan area signaling, integrasi, dan modulasi nyeri. Disfungsi saraf otonom diduga juga berperan
dalam fibromialgia, dengan ditemukannya hipotensi ortostatik setelah uji tilt table dan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat terlentang.1. Penelitian dalam bidang genetik memperkirakan adanya peran polimorfisme gen sebagai etiologi fibromialgia. 7
Gen yang diperkirakan mengalami abnormalitas adalah gen yang mengatur sistem serotonergik, katekolaminergik dan dopaminergik.4 IV.
KLASIFIKASI
Fibromialgia Primer : Gambaran karakterisitik fibromyalgia tanpa diketahui penyebabnya atau penyakit yang melatarbelakangi Fibromialgia sekunder : Gambaran karakteristik fibromyalgia yang diketahui penyebabnya atau penyakit yang melatarbelakanginya dan dapat merupakan manifestasi penyakit lain yang erat hubungannya dengan fibromyalgia dan ditandai dengan hilangnya keluhan fibromyalgia setelah penyakit primernya teratasi Fibromialgia Regional atau Terlokalisasi : Nyeri miofasial yang disertai dengan trigger point biasanya sekunder terhadap strain otot (pekerjaan berulang) sangat mirip dengan sindrom miofasial local, regional atau spsifik dan tidak memenuhi syarat kriteria untuk fibromyalgia primer/sekunder Fibromialgia usia lanjut : Sama dengan fibromyalgia primer atau sekunder, perlu perhatian khusus terhadap kemungkinan adanya polymyalgia reumatika, penyakit degenerative atau neurologic,osteoporosis, penyakit Parkinson, sindrom otak organic atau sindrom kelelahan pasca penyakit virus Fibromialgia Juvenille : Sama dengan fibromilagia primer pada pasien usia muda
8
Gambaran Klinis Sindrom fibromyalgia menampilkan 4 jenis gambaran klinis yang saling berkaitan, yaitu: •
Gambaran utama, berupa keluhan nyeri musculoskeletal generalisata kronis yang meluas dan nyeri tekan yang terlokalisir pada otot dan insersi otot dengan tendon. Keluhan ini 97% didapatkan
•
Gambaran karakteristik. Berupa keluhan kelelahan( fatique), kaku pada pagi hari (morning stiffness) dan tidur tidak nyenyak atau terganggu (non refereshed or disturbed sleep) yang ditemukan pada 75%kasus
•
Gambaran umum, bukan merupakan keluhan penting, ditemukan pada 25% pasien. Keluhan tersebut antara lain : Irritable Bowel Syndrome, fenomena Raynaud, nyeri kepala, rasa bengkak, aparastesia, psikologik abnormal dan disabilitas fungsi
•
Koeksistensi dengan beberapa gangguan reumatik yang gejalanya saling tumpang tindih dengan sindrom fibromyalgia seperti artritis, nyeri pinggang bawah, nyeri tengkuk dan tendonitis
Ada 3 gejala utama yang dikenal dengan TRIAD Fibromialgia, yaitu : 1. Nyeri musculoskeletal •
Lokasi nyeri yang sering dijumpai adalah pada aksial, yaitu di sekeliling bahu, leher dan belakang bawah (low back). Paling menonjol pada servikal dan lumbal. Sebagian pasien mengeluh nyeri otot dan rasa lemah, walaupun secara objektif tidak ditemukan kelemahan otot
2. Kekakuan (stiffness) •
Merupakan gejala umum paling sering dijumpai, seperti pada pasien reumatik lainnya. Rasa kaku terutama pada pagi hari dan membaik setelah bergerak, walaupun pada pasien dapat berlangsung selama 3 hari
3. Kelelahan (fatique) 9
•
Keluhan ini erat kaitannya dengan gangguan tidur. Gangguan tidur berupa sering terbangun malam hari sehingga pasien tidak segar pada saat bangun tidur dan merasa sangat lelah. Gangguan tidur juga ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas nyeri, kelelahan sepanjang hari dan kaku pagi hari.
•
Dalam riwayat penyakit dapat ditemukan keluhan yang bertambah berat bila kena air dingin, suara keras, kerja berat, stress mental dan kecemasan.
•
Riwayat pengobatan menunjukkan pasien mengalami kegagalan dengan aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid
•
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan stress missal irritable bowel syndrome, irritable bladder, tension headache, migren dan dismenorrhoe
•
Suatu keadaan yang khas pada pemeriksaan fisik pada Tender Point (titik nyeri). Tender point dapat dirasakan dengan penekanan menggunakan ibu jari tangan yang setara dengan beban 4kg
•
Penelitian menggunakan dolorimeter menunjukkan bahwa pada lokasi tender point pasien ini didapatkan ambang nyeri yang lebih rendah dibanding normal
•
Tender point tidak hanya dijumpai pada pasien fibromyalgia tetapi pada regional pain syndrome yang mirip dengan fibromyalgia tetapi tanpa disertai dengan
kekakuan umum dan kelelahan. Sindrom ini disebut sindrom miofasial (myofacial pain syndrome). Untuk membedakan kedua titik tersebut maka titik pada miofasial syndrome disebut dengan trigger point. Istilah ini digunakan oleh karena penekanan pada titik tersebut akan menimbulkan nyeri yang disebarkan ke daerah sekitarnya, sedangkan tender point hanya menimbulkan nyeri local saja •
Pemeriksaan laboratorium biasanya hanya memberikan hasil yang normal. Pemeriksaan psikologik menunjukkan keluhan ini memburuk bila ada stress. Ada yang beranggapan fibromilagia merupakan depresi terselubung atau gangguan ansietas yang somatisasi menonjol dan hipokondria. Pasien fibromialgiayang jelas menunjukkan
depresi,
ansietas dan
hipokondria
umumnya
sukar
untuk
disembuhkan. Hipotesis menyatakan adanya lingkaran setan antara kejang otot, gangguan tidur, psikologik abnormal
10
V.
Diagnosis
Diagnosis fibromialgia dilakukan dengan mengacu pada kriteria ACR 1990, yaitu sebagai berikut.7 1. Riwayat nyeri yang menyebar Definisi: Nyeri dianggap menyebar jika ada di seluruh lokasi berikut :
•
Nyeri di sisi kiri tubuh,
•
Nyeri di sisi kanan tubuh
•
Nyeri di atas pinggang, dan
•
Nyeri di bawah pinggang
•
Nyeri rangka aksial skeletal (nyeri vertebra servikal, dada depan, vertebra thorakalis, atau low back
2. Nyeri di 11 dari 18 tender points pada palpasi dengan jari Definisi: Pada palpasi dengan jari, nyeri harus terdapat pada minimal 11 dari 18 situs tender points di bawah ini.
a. Oksiput : bilateral, di insersi otot suboksipital b. Servikal bawah : bilateral, di aspek anterior spasium intertransversum di C5 hingga C7 c. Trapezius – bilateral, di titik tengah batas atas d. Supraspinatus – bilateral, di origo, di atas spina scapula dekat batas mediale. e. Iga kedua – bilateral, di junctio kostokondral kedua, sedikit ke lateral dari persambungan permukaan atas
11
f. Epikondilus lateral – bilateral, 2 cm distal dari epikondilus g. Gluteal – bilateral, di kuadran atas luar dari bokong di lipatan otot anterior h. Trochanter mayor – bilateral, posterior dari prominensia trochanteri i. Lutut – bilateral, pada bantalan lemak medial, proksimal dari garis sendi lutut Palpasi dengan jari dilakukan dengan tekanan yang sedang. Untuk menyebut sebuah tender point positif, subjek harus mengatakan bahwa pada palpasi terasa nyeri
Ada 4 kontrol point pada sindrom fibromyalgia, yaitu 1. Titik tengah dari dahi 2. Aspek volar dari pertengahan lengan atas 3. Kuku ibu jari 4. Otot-otot dari tungkai atas sisi anterior Faktor yang memperberat adalah •
Cuaca dingin dan lembab
•
Tidur yang tidak nyaman
•
Kelelahan fisik atau mental
•
Aktivitas fisik yang berlebihan
•
Inaktivitas fisik dan stress
Faktor yang memperingan adalah •
Cuaca hangat dan kering
•
Mandi air panas
•
Tidur nyenyak, dan 12
•
Aktivitas sedang seperti peregangan dan pijat
Pemeriksaan laboratorium dan radiologis biasanya memberikan hasil yang normal,pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk menyingkirkan gangguan atau kelainan lain. Diagnosis fibromyalgia dapat ditegakkan apabila pasien memenuhi kedua kriteria ACR 1990, yaitu •
Riwayat nyeri muskuloskeletal yang menyebar minimal 3 bulan dan
•
Nyeri yang signifikan pada minimal 11 dari 18 tender points (Gambar 1) jika dilakukan palpasi dengan jari.1,2,7
•
Kriteria ACR sangat bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, meskipun beberapa pasien memiliki jumlah tender sites yang lebih sedikit dan nyeri regional yang lebih, sehingga didiagnosis fibromyalgia. Pemeriksaan neurologis muskuloskeletal dan laboratorium tetap normal pada fibromyalgia.1
Gambar 1. Letak Tender Points di Tubuh.1
Fibromialgia, meskipun memiliki gejala yang serupa, perlu dibedakan dengan chronic fatigue syndrome. Kedua penyakit tersebut berkaitan dengan kelelahan, 13
gangguan tidur, nyeri muskuloskeletal, gangguan memori, konsentrasi, dan kondisi psikiatrik seperti depresi dan cemas. Pasien chronic fatigue syndrome lebih cenderung memiliki gejala seperti penyakit akibat virus, seperti demam ringan, sakit tenggorokan, dan nyeri di ketiak dan nodus limfatikus servikalis anterior dan posterior. Onset chronic fatigue syndrome biasanya tiba-tiba, serta diagnosisnya tidak memerlukan tender points.1 Pasien fibromialgia mengeluh lemah otot, namun pada uji kekuatan otot, ditemukan kelemahan “menyerah” (“give- away” weakness) akibat nyeri yang dirasakan. Kelemahan otot proksimal dan peningkatan enzim otot membedakan polimyositis dari fibromyalgia. Polimyalgia rheumatika dibedakan dari fibromyalgia
pada pasien usia lanjut dengan kekakuan otot proksimal dan nyeri serta LED yang meningkat. Sleep apnea dibedakan dengan keadaan somnolen pada siang hari. Diagnosis banding lain di antaranya hipotiroidisme, restless leg syndrome, dan myofascial pain syndrome.1
Diagnosa Banding
Fibromialgia dapat sebagai penyakit yang berdiri sendiri aau muncul bersama penyakit lain seperti SLE, RA, Sklerosis multiple atau kelainan autoimun lain Diagnosa banding fibromyalgia antara lain : •
Sindrom nyeri miofasial
•
Artritis rheumatoid
•
Polymyalgia rheumatika /Giamt cell arteritis
•
Polimiositis/dermatomiositis
•
Miopati karena kelainan endokrin hiptiroid, hipertiroid, hipoparatiroid, hiperparatiroid, insufisiensi adrenal
•
Miopati metabolic ( glycogen storage disease,lipid myopathies)
14
•
Neurosis (depresi,ansietas)
•
Karsinoma metastase
•
Sindrom fatique kronis
•
Parkinsonisme (fase diskinetik)
Tabel 2. Perbedaan Gambaran antara Sindrom Fibromialgia dan Sindrom Fibromialgia dan sindrom nyeri Miofasial Gambaran
Sindroma Fibromialgia
Sindrom Miofasial
Nyeri
Menyeluruh/difus
Regional/local
Kelelahan
Sangat nyata/sering
Biasanya tidak ada/jarang
Kekakuan pagi hari
Generalisata/sering
Regional/jarang
Palpasi
Tender points:
Trigger point:
Tersebar luas/difus
Regional/local
Latihan umum
Menghindari
Terapi
faktor
pemberat, Obat gangguan tidur latihan peregangan Diharapkan Prognosis
Penyakit cenderung kronik dengan beberapa disabilitas
resolusi
sempurna, walaupun sering kambuh
fungsional
VI.
Tata Laksana
Tatalaksana fibromialgia dapat dibagi menjadi •
Tatalaksana non farmakologis dan 15
•
Tatalaksana farmakologis.
Tatalaksana non-farmakologis, selain untuk mengurangi nyeri, gangguan tidur serta depresi juga digunakan untuk mengatasi kelelahan otot. Salah satu caranya ialah edukasi pasien. Edukasi pasien merupakan salah satu tatalaksana fibromyalgia yang paling penting. Edukasi pasien harus dilakukan sebagai langkah pertama dalam tatalaksana pasien fibromialgia.
Pasien
perlu
diinformasikan
dialaminya.5
Pasien
juga
perlu
mengenai
diinformasikan
penyakit
bahwa
yang
fibromyalgia
sedang tidak
menyebabkan kelumpuhan dan tidak bersifat degeneratif, serta terdapat pengobatan untuk penyakit ini.1 Setelah itu, barulah dapat dilakukan usaha untuk menghilangkan berbagai keluhan pasien. A. Tata Laksana Farmakologis
Tatalaksana farmakologis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri, gangguan tidur serta depresi dan kecemasan. Tidak ada obat khusus untuk pengobatan fibromyalgia, pengobatan simptomatis memberikan perbaikan sebanyank 30-50% Obat-obatan yang dapat diberikan : •
Trisiklik antidepressant : o
Amitriptilin 5-50mg/hari. Nortriptilin (pamelor) 10-50mg/hari, Sinequan (Doksepin) 2,5-75mg/hari
o
Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) : Trazadon (desirel) 2550mg/hari, fluoksetin (prozak) 1-20mg/hari, paroksetin (paksil) 5-220mg/hari
o
Muscle relaxan : Siklobenzaprin (flekseril) 10-30mg/hari
o
Benzodiazepine : Klonazepam (klonopin) 0,5-1mg/hari Alprazolam (Xanax) 0,25-1,25 mg/hari
16
o
Analgesic sederhana : OAINS (Ibuprofen, selekosib) Acetaminofen (tidak boleh lebih dari 4 gram/hari)
o
Analgesic sentral golongan opioid : Kodein, metadon, Tramadol
o
Topical krim Capsaicin 0,25%
B. Tata Laksana Non-farmakologis •
Latihan olahraga : peregangan,penguatan,aerobic . Latihan olahraga merupakan pengobatan nonfarmakologi yang paling penting. Latihan olahraga yang teratur dimulai dengan peregangan dan diikuti aerobic dapat meningkatkan nilai ambang rasa nyeri,meningkatkan oksigen ke otot, memperbaiki kondisi umum
•
Pemanasaan: Dapat meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri
•
Terapi perubahan tingkah laku (kognitif): berfikir dan tingkah laku yang positif
•
Pendidikan : penyuluhan mengenai penyakit dan pengobatannya, perbaikan tidur termasuk tidur teratur, lingkungan bersih dan tidak rebut, menjauhi alcohol, rokok dan kopi menjelang tidur.
•
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) : dapat meningkatkan opioid endogen
•
Diet: rendah lemak dan tinggi serat
•
Suplement diet : Koenzim 10, Magnesium,Vit B12
•
Relaksasi/akupunktur : Akupressure: meditasi,pemijatan.
•
Distraction, misalnya menonton film yang lucu (funny movie)
•
Relaksasi, misalnya mendengarkan music yang lembut
VII.
PROGNOSIS 17
Pasien usia muda dengan gejala ringan cenderung prognosisnya lebih baik, walaupun pasien memberikan respon terhadap pengobatan kadang-kadang masih juga ada keluhan yang ringan tetapi nyeri tersebut dapat ditoleransi. Penyembuhan akan sulit pada pasien yang mempunyai stress emosional berupa ansietas dan depresi, oleh karena itu perlu penatalaksanaan secara multidispliner
VIII. Polymyalgia rheumatica
Introduction
Polymyalgia rheumatica (PMR) biasanya bermanifestasi sebagai nyeri inflamasi dan kekakuan dalam sendi bahu dan / atau panggul pada pasien lebih dari usia 50 tahun . Kondisi ini sudah lama tidak mendapat perhatian dan karena itu kurang terdiagnosis. Namun, sampai hari ini masih dapat teradi o!erdiagnosis. "okter harus menyadari bah#a banyak kondisi yang dapat menyebabkan teradinya PMR, termasuk penyakit yang memba#a prognosis yang buruk atau memerlukan pera#atan segera.PMR mungkin manifestasi pertama dari Giant Cell Artritis, dan dokter #aib untuk melakukan pencarian untuk tanda$tanda lain dari penyakit ini. PMR uga dapat menadi pertanda dari penyakit rheumatologic lain seperti rheumatoid arthritis, sindrom R%&P', spondyloarthropathy, lupus eritematosus sistemik (%'), miopati, !askulitis, dan kondrokalsinosis.khirnya, PMR mungkin merupakan manifestasi pertama dari gangguan endokrin, keganasan, atau infeksi. Kegagalan untuk merespon glukokortikoid mungkin mengarah ke *iant cell rtritis, penyakit keganasan, atau infeksi. Ultrasonografi dapat membantu dalam diagnosis dengan menunukkan bilateral subdeltoid bursitis. Glukokortikoid adalah andalan pengobatan PMR. Meskipun ad#al mulai
pemberian
dan
dosis
yang
optimal
masih
belum
disepakati, dosis a#al yang rendah dan bertahap dapat menurunkan tingkat kekambuhan. Metotreksat mungkin berguna ketika ketergantungan glukokortikoid berkembang. %ebaliknya, +N$- antagonis mungkin tidak efektif
Etiologi
ariasi musiman dalam keadian PMR telah dilaporkan, menunukkan peran agen menular dalam teradinya penyakit ini. eberapa organisme telah dicurigai, termasuk 18
adeno!irus, respiratory syncytial !irus, !irus parainfluen0a tipe 1, Par!o!irus 12, Mycoplasma pneumoniae, dan 3hlamydia pneumoniae. %tudi$studi lain tidak menemukan bukti musiman !ariasi atau asosiasi dengan agen infeksi. "istribusi etnis dan laporan kasus keluarga
menyatakan
peran
faktor
genetik.
alelles
berhubungan
4
dengan
"R1 PMR
dan
5
adanya 67 mungkin
dan uga
5
61
"R1
dengan
tingkat
keparahan penyakit. *enetik polimorfisme untuk antar molekul adhesi (83M$1), +N$-, dan 8$1 antagonis reseptor dapat mempengaruhi kerentanan terhadap PMR. Ketidaksesuaian sekresi kortisol serum, 3+4, dan dehydroepiandrosterone sulfate telah didokumentasikan, menunukkan peran patogenik untuk disfungsi kelenar adrenal
Manifestasi klinis
8nflamasi nyeri dengan morning stiffness selama lebih dari 1 am dalam sendi bahu (96$2:; pasien) dan / atau sendi panggul (:6$96;) adalah presentasi yang khas. %akit selama minimal 1 bulan diperlukan untuk diagnosis. Para serviks atau lumbal tulang belakang dapat dipengaruhi uga. Rasa sakit mungkin terbatas pada unilateral pada a#alnya, tetapi kemudian menadi bilateral. %epertiga dari pasien memiliki geala konstitusional seperti demam ringan, asthenia, anoreksia, dan penurunan berat badan. Penurunan kemampuan fungsional bertentangan dengan kurangnya temuan fisik. Pemeriksaan obyektif dari bahu tidak mengungkapkan bukti dari peradangan.uas gerak aktif dari bahu dapat berkurang, terutama di pagi hari. uas gerak Pasif uga kadang$kadang berkurang. Kekuatan otot adalah normal. symmetric polyarthritis tanpa erosi sendi tercatat pada 7: pasien (<:;), carpal tunnel syndrome dalam <7 (17;), dan pembengkakan pada tangan (1<;). rtritis perifer dapat berkembang, terutama di #anita dengan ri#ayat kambuh selama beberapa tahun pengobatan. 'dema perifer didominasi oleh pasien yang lebih tua, yang diobati dengan glukokortikoid dosis rendah untuk periode yang singkat.
aboratorium tes
'rythrocyte %edimentation Rate ('%R) ele!asi lebih dari 76 mm / am adalah kriteria diagnostik utama untuk PMR. Namun, nilai normal pada 9$<6; pasien. Protein 3$reaktif 19
(3RP) ele!asi dengan '" normal telah dilaporkan. 8$= uga sering meningkat, dan dengan adanya kelainan ini meskipun telah mendapat pengobatan menunukkan peningkatan risiko kambuh.
Namun,
8$=
assay
tidak
tersedia
secara
luas.
Kolestasis tanpa ikterus ditemukan dalam <6$&6; kasus. +es negatif untuk faktor arthritis dan antinuclear antibodi. Muscle en0yme le!els dalam batas normal.
!tudi Pencitraan
%tudi menggunakan pencitraan resonansi magnetik dan ultrasonografi (MR8) telah menetapkan bah#a bursitis dan sino!itis adalah sangat sering pada pasien dengan PMR. cromiodeltoid bursitis dan subdeltoid bursitis didapatkan pada :: dari :9 pasien dalam satu penelitian, dibandingkan dengan hanya <: dari 117 kontrol (7= dengan rheumatoid arthritis, <1 dengan spondyloarthropathies, enam dengan penyakit aringan ikat, &: dengan osteoarthritis, dan enam dengan fibromyalgia). ursitis didapatkan di 1< dari 7= pasien dengan rheumatoid arthritis dan 9 dari <1 pasien dengan spondyloarthropathies. "ari :: pasien dengan bursitis dan PMR, :& memiliki bursitis bilateral. ursitis bilateral memiliki sensiti!itas 2<,2;, 22,1; spesifisitas, dan 2>,1; nilai prediktif positif untuk PMR .Namun dalam studi lain, bursitis bilateral tercatat hanya &: (96;) dari :6 pasien dengan PMR, dibandingkan dengan << (77;) dari :6 pasien dengan rheumatoid arthritis. %tudi MR8 telah menunukkan tenosyno!itis pada pasien dengan perifer edema.
"iagnostik kriteria
Kriteria diagnostik untuk diagnosis PMR adalah empiris. Kriteria pertama dikembangkan oleh ird dkk. pada tahun 1292 (+abel 1). Namun, mereka gagal untuk memasukkan keterlibatan dari pel!is, respon cepat terhadap terapi glukokortikoid, atau mengesampingkan diagnosis lain. "i antara kriteria lainnya, yang dikembangkan oleh 4under dan digunakan
4ealey di
merika
%erikat
secara dan
8nggris
(+abel
1).
luas %atu$satunya
perbedaan
antara mereka adalah bah#a respon cepat terhadap terapi glukokortikoid termasuk dalam kriteria 4ealey ?&@. +idak mengherankan, sensiti!itas tertinggi untuk kriteria ird (22,:;), diikuti oleh kriteria 4under. 20
+able 1 A 3riteria for PMR de!eloped b y ird and colleaguesA three of the follo#ing se!en features are reBuiredC A criteria for PMR de!eloped by 4ealey and colleaguesA all siD criteria are reBuired 1. ilateral shoulder pain and/or stiffness <. ilateral upper arm tenderness &. Enset of illness #ithin < #eeks 7. '%R F76 mm/h :. Morning stiffness F1 hour =. ge F=: years 9. "epression or #eight loss or both 1. Pain for at least 1 month at t#o or more of the follo#ing sitesA shoulders, pel!ic girdle, and cer!ical spine <. Morning stiffness F1 hour &. ge F:6 years 7. '%R F76 mm/h :. 'Dclusion of other diagnoses =. Prompt and marked response to glucocorticoid therapy in a dosage G<6 mg/day
"iagnosis banding
Polymyalgia rheumaticaA differential diagnosis and testin 1.8nflammatory disordersA Polymyalgia rheumatica Age F:6 years, predominantly proDimal shoulder and hip girdle symptoms, symmetricalC nonerosi!e oint disease on radiography
21
Rheumatoid arthritis AMainly distal oint symptomsC positi!e for rheumatoid factor and anticyclic citrullinated peptideC erosi!e oint disease on radiography
ate onset spondyloarthropathy, including ankylosing spondylitis, psoriatic arthritis APredominantly lo# back stiffness and painC may ha!e large and distal oint symptomsC spinal ankylosis on radiographyC psoriasis
R%&P' (remitting seronegati!e symmetric syno!itis #ith pitting oedema) syndrome APeripheral hand or foot oedema
%ystemic lupus erythematosus, scleroderma, %HgrenIs syndrome, !asculitis Aatigue, stiffness,multisystemdiseaseC presence of antinuclear antibodies and antineutrophil cytoplasmic antibodies
"ermatomyositis, polymyositis AProDimal muscle #eakness, rashC creatine kinase raised
<.Non$inflammatory disordersA Esteoarthritis, spinal spondylosisA Jrticular pain of shoulder, neck, and hip ointsC gellingC degenerati!e changes on radiography
Rotator cuff disease, adhesi!e capsulitis (fro0en shoulder)A JPeriarticular pain, restricted range ofmotionC ultrasoundandmagnetic resonance imagingmay sho# characteristic bursal and syno!ial inflammation
8nfections, including !iral syndromes, osteomyelitis, bacterial endocarditis, tuberculosisA J e!er, #eight loss, heart murmur, deep soft tissue and bone pain, microscopic haematuria
3ancer (lymphoma, leukaemia, myeloma, amyloidosisC occult solid tumours)A J eight loss, fatigueC in!estigations according to symptoms, seD, and age Parkinsonism %tiffness, rigidity, shuffling gait, gradual onset 22
3hronic pain syndromes, fibromyalgia, depression A J atigue, longstanding pain, tender points, sadness, loss of usual interests
'ndocrinopathy and metabolic bone diseaseA hyperthyroidism, hypothyroidism, hyperparathyroidism, hypoparathyroidism, hypo!itaminosis ", osteomalacia, pseudogout #ith calcium pyrophosphate depositionA Jone pain, fatigueC abnormalities of parathyroid hormone, calcium, phosphorus, !itamin " concentrations, thyroid stimulating hormone
Giant Cell Artritis
Penyakit ini ditandai oleh !ascullitis akut dan kronik segmental (biasanya granulomatus) dan lebih banyak menyerang arteri besar dan sedang di kepala, terutama cabang dari arteri karotis. 'tiologi dan patogenesenya masih belum elas. danya radang granulomatus menunukkan kemungkinan adanya peranan imunitas seluler. 8mmunoglobulin dan komponen ditemukan di dekat lamina elastik interna. 4al ini menunukkan adanya kemungkinan peranan imunitas humoral uga.
Gambaran klinis
-
*eala a#al berupa geala sistemik yaitu demam, penurunan berat badan dan lemah lesu. Kemudian didapatkan nyeri fasial atau nyeri kepala, biasanya unilateral, terutama pada permukaan arteri temporalis. Pada arteri tersebut teraba seperti nodul dan nyeri tekan.
-
*eala !isual sering teradi, yaitu diplopia, ptosis sementara atau permanen, kebutaan parsial atau total, unilateral atau bilateral.
-
*eala lain adalah klaudikasio pada rahang, lidah dan ekstremitas, sino!itis, mono dan polineuropati stroke.
-
Pernah dilaporkan angina pektoris dan infark miokard oleh karena artritis koronaria.
#est aboratorium
-
E" meningkat,
-
Anemia normokrom$normositer,
-
Peningkatan minimal dari transaminase hepar dan AP. 23
-
Peningkatan faktor %III yang menunukkan akti!itas penyakit uga sebagai tanda dari kerusakan pembuluh darah.
"iagnosis
Kriteria untuk klasifikasi rtritis +emporalisA $Lsia saat onset F :6 tahun $Nyeri kepala yang baru timbul $Kelainan arteri temporalis (nyeri tekan atau penurunan pulsasi yang tak berhubungan dengan sklerosis arteri ser!ikalis) $Peningkatan '" (F:6 mm/am dengan metode #estergren) $Kelainan pada biopsi arteri (!askulitis dengan sel mononuklear atau inflamasi granulomatous, biasanya dengan sel raksasa)
Penatalaksanaan
"engan pemberian steroid, baik geala sistemik maupun fokal akan membaik dalam beberapa hari. +erapi steroid ini uga mencegah teradinya kebutaan. Prednison diberikan 76$ =6 mg/hari (1mg/kg/hari) per oral, lalu diturunkan perlahan sampai : 16 mg selama =$1< bulan. Lntuk mencegah kebutaan, setelah teradinya iskemia retina akut, diberikan metilprednisolon i!, <6 mg/kg/hari diberikan dalam &6 $=6 menit selama & hari atau 1g / 1< am selama : hari. +erapi sitotoksik digunakan ika timbul masalah akibat efek samping steroid. isa digunakan anti malaria, dapson atau penisilamin.
24
oD 1 "iagnosis and treatment of polymyalgia rheumatica 'stablish the diagnosis in a step#ise fashion in patients aged o!er :6 (usually o!er =6) #ho ha!e had symptoms for at least one or t#o#eeks %ymptoms ilateral shoulder or pel!ic girdle aching, or both Morning stiffness of greater than 7: minutesI duration Raised inflammatory response parameters (erythrocyte sedimentation rate or 3 reacti!e protein concentration) %ystemic symptoms including lo# grade fe!er, #eight loss, and depression may occur 'Dclude acti!e infections, rheumatoid arthritis and other inflammatory conditions, thyroid disorders, cancer, and drugs such as statins asic in!estigations Measure inflammatory markers (erythrocyte sedimentation rate or 3 reacti!e protein, or both) 3alcium measurements
3reatinine and urinalysis +hyroid function test 3reatine phosphokinase measurement lkaline phosphatase measurement lood glucose measurement 3omplete blood cell count #ith differential Lltrasonography of the hip and shoulders, if a!ailable Pre!enti!e health measures (optional) Measure blood pressure %tudy bone mineral density and measure <:$ dehydroDy!itamin " concentrations according to regional guidelines +est for tuberculosis (purified protein deri!ati!e (PP") or a + cell based interferon release en0yme linked immunosorbent assay ('8%), or both, #ith or #ithout chest radiography) in at$risk patients Measure cholesterol and triglyceride concentrations Perform immunisations as appropriate for age and regional guidelines Ether screening tests including prostate specific antigen, colonoscopy, mammography as appropriate and according to regional screening recommendations
25
oD < %ymptoms and markers to monitor Morning stiffness ProDimal hip and girdle pain "isability related to the polymyalgia rheumatica d!erse e!ents including osteoporotic stress fractures %ymptoms and signs suggesting an alternati!e diagnosis aboratory markersOblood glucose concentrations, erythrocyte sedimentation rate, and blood count (haemoglobin, #hite blood cell count, platelet count) one density e!ery one to t#o years 8t is important to treat the patientIs symptoms and not to rely eDclusi!ely on the inflammatory markers to guide treatment
oD & "ifferential diagnoses in patients #ith PMR and a normal '%R A Myositis, myopathy 'ndocrine
disordersA
thyroid
gland
dysfunction,
hyperparathyroidism, osteomalacia "rugsA
lipid$lo#ering
agents,
angiotensin$con!ersion
en0yme inhibitors, beta$blockers, dipyridamole 26
oD 7 "ifferential diagnoses in patients #ith PMR that fails to respond to glucocorticoid therapyA *iant cell arteritis %pondyloarthropathy Malignancy myloidosis 8nfecti!e endocarditis
Pengobatan
+uuan dari pengobatan PMR untuk mengurangi inflamasi dan nyeri , memperingan kekakuan , lemah dan demam. Elahraga yang teratur penting untuk menaga fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan fungsinya.
Medication
Kortikosteroid adalah obat pilihan utama yang digunakan untuk mengobati PMR. Nonsteroid
anti$inflamatory
drugs
(N%8"s)
dapat
diberikan
bersamaan
dengan
kortikosteroid. Pasien harus kontrol secara rutin ke dokter, ketika sudah memulai pengobatan, dan dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan '", untuk memantau pengobatan. alaupun pasien sudah merasa baikan, pastikan bah#a pasien harus tetap harus mengontrol ke dokter, untuk melihat apakah ada efek samping yang muncul ataupun tanda tanda kekambuhan. Kortikosteroid merupakan obat yang sangat baik dalam mengurangi nyeri inflamasi dan kekakuan otot. Pasien dengan PMR merasa baikan dalam beberapa hari setelah mengkonsumsi obat ini pada dosis $ dosis a#al pemberian. Prednisone adalah obat pilihan utama dalam mengobati PMR. "osis rendah prednisone (16 $1: mg / hari) cukup untuk mengontrol PMR. Pasien harus tetap mengkonsumsi obat ini #alaupun sudah merasa baikan, karena PMR dapat kembali kambuh atau akan muncul masalah$ masalah yang lain ika obat 27
ini dihentikan secara mendadak. Pengobatan dengan prednisone membutuhkan #aktu paling sedikit = bulan sampai paling lama < tahun. 'fek samping yang dapat muncul dalam pemakaian angka panang, seperti A
-
eight gain
-
Esteoporosis
-
"epression and mood s#ing
-
Katarak
-
*laukoma
-
+hinning of the skin and easy bruising
-
Rounding of the face
-
"ifficulty aleeping
-
4igh blood pressure
one densitry test harus dilakukan ketika sudah memulai pengobatan, karena kortikosteroid dapat menyebabkan resiko dari osteoporosis. Pemberian !itamin " dan calcium mungkin akan diberikan untuk mencegah atau memperlambat teradinya osteoporosis.
N%8"s dapat diberikan sendiri atau bersamaan dengan kortikosteroid, N%8"s tidak sekuat kortikosteroid, namun dapat membantu dalam mengurangi nyeri dan inflamasi yang timbul. spirin dan 8buprofen merupakan contoh N%8"s yang dapat diberikan. %ubkategori dari N%8"s, berupa 3E$< inhibitors uga dapat diberikan , contohnya seperti celecoDib (3elebreD)
, RofecoDib (ioDD), dan !aldecoDib (eDtra).
E&ercise and rest
'Dercise dan istirahat memegang peranan penting dalam pengobatan. Elahraga membantu dalam mempertahankan energy dan kekuatan otot, dan uga membantu dalam mela#an osteoporosis ataupun #eight gain. Namun olahraga yang berlebihan uga akan dapat memperburuk keadaan. Elahraga yang ringan seperti beralan kaki, bersepeda, atau berenang sangat baik dilakukan. 8stirahat yang cukup uga sangat diperlukan dalam pengobatan.
'A' III 28
(E!IMPUA)
Fibromialgia adalah kelainan yang dicirikan oleh nyeri muskuloskeletal yang menyebar dengan penyebaran simetris, kekakuan, mudah lelah, parestesi, dan gangguan tidur. Hingga kini, penyebab pasti fibromialgia belum dapat diketahui, namun fibromyalgia dapat dipicu oleh stres emosional, infeksi, pembedahan, hipotiroidisme, trauma, kurangnya latihan, penggunaan otot secara berlebihan, dan perubahan metabolisme otot. Beberapa kelainan fisiologik dan biokimia telah ditemukan yaitu kadar serotonin yang rendah, disfungsi poros hipotalamus hipofisis, kadar hormon pertumbuhan yang rendah, kadar substansi P yang meningkat dan faktor pertumbuhan saraf yang meningkat. Tatalaksana fibromialgia dapat dibagi menjadi tatalaksana farmakologis dan non-farmakologis. Tatalaksana farmakologis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri, gangguan tidur serta depresi dan kecemasan. Tatalaksana non-farmakologis, selain untuk mengurangi nyeri, gangguan tidur serta depresi juga digunakan untuk mengatasi kelelahan otot. Edukasi untuk mengubah gaya hidup merupakan tatalaksana utama. Kata kunci: fibromialgia, nyeri muskuloskeletal, diagnosis, tatalaksana
BAB IV
29