BAB II ISI
A. Pengertian Serbuk
Dalam dunia farmasi, sediaan dalam bentuk serbuk sangat banyak digunakan. Menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu pulvis dan pulveres. Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama dengan dibungkus kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok. Syarat – – Syarat Syarat Sediaan Serbuk: 1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk. 2. Harus homogen dengan semua komponen. 3. Harus dalam keadaan kering.
B. Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Seperti halnya sediaan farmasi yang lain, sediaan bentuk serbuk memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan bentuk serbuk : 1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan. 2. Anak – anak anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. 3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan dalam sediaan serbuk. 4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
3
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk. 6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan penderita. Kekurangan bentuk serbuk: 1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa yang tidak enak. 2. Kesulitan menahan terurainya bahan – bahan higroskopis. 3. Mudah mencair atau menguap zat – – zat zat yang dikandungnya. 4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan dalam keseragaman dosis tunggal.
C. Derajat Halus Serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus dilakukan dengan pengayak. Jika derajat halus serbuk dinyatakan
dengan
1
nomor
pengayak, dimaksudkan
bahwa
semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor 20 tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan den gan dua
nomor pengayak, dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi. Contoh: serbuk ser buk 10/40 dimaksudkan bahwa
serbuk tersebut
semuanya melalui pengayak nomor 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak nomor 40. Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat. Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:
Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
4
Serbuk halus adalah serbuk (85)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)
Tabel nomor pengayak Nomor
Lebar nominal
Garis tengah
Perbandingan kira-
Penyimpanan
pengayak
lubang
nominal kawat
kira jumlah luas
rata-rata
(mm)
(mm)
lubang terhadap
maksimum
pengayak
(%)
(%)
5
3,35
1,730
43
3,2
8
2,00
1,175
40
3,3
10
1,68
0,860
44
3,3
22
0,710
0,445
38
3,9
25
0,600
0,416
35
4,2
30
0,500
0,347
35
4,4
36
0,420
0,286
35
4,5
44
0,355
0,222
38
4,8
60
0,250
0,173
35
5,2
85
0,180
0,119
36
5,6
100
0,150
0,104
35
6,3
120
0,125
0,087
35
6,5
150
0,105
0,064
39
7,0
170
0,090
0,059
36
7,3
200
0,075
0,052
35
8,1
300
0,053
0,032
39
9,1
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama serbuk simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C. serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor ata bahan pengering lain yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan
5
digerus sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk. Untuk pembuatan serbuk atau serbuk bagi, FI III memberi petunjuk digunakan zat dengan derajat halus sebagai berikut: 1. Serbuk sangat halus (120): Carbo asorben, Acidum Boricum, Sulfur Precipitatum, Magnesii Carbonas, Magnesii Oxydum, Talcum. 2. Serbuk halus (100): Digitali Folia, Saccharose, Ipecacuanae Radix, Cinchonae Cortex, Opii Pulv., Zinci Oxydum, Tannalbin, Kaolin. 3. Serbuk agak halus (44/85): Laktosa, Mira, Caryophylli, Foeniculi Fructus. Obat serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C, seperti: Foeniculi Fructus
(40)
Anisi Fructus
(44)
Belladonnae Folia atau Herba
(100)
Caryophylli
(44)
Digitalis Folia
(100)
Ipecacuanhae Radix
(100)
Zingiberis Rhizoma
(100)
Cinnamomi Cortex
(100)
Cinchonae Cortex
(100)
Myrrhae
(44)
Opii Pulvis
(100)
Sapo Medicatus
(60)
Sennae Folia
(100)
Strammonii Folia/Herba
(100)
Strychini Semen
(100)
Valerianae Radix
(100)
Untuk simplisia nabati, tidak boleh menggunakan bagian pertama yang terayak, tetapi harus terayak habis dan dicampur homogen, karena zat
6
berkhasiat tidak terbagi rata pada semua bagian simplisia. Sebagai contoh daun kering yang digerus halus dan diayak, maka muka daun yang akan terayak dulu, setelah itu baru urat daun dapat terayak. Serbuk Secale Cornuti harus dibuat baru dan tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun.
D. Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)
Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain 1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Pulvis adspersorius harus memenuhi persyaratan berikut: a. Harus halus, tidak boleh ada butiran – butiran kasar. b. Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium
tetani, C. welchii,
dan Bacillus
anthracis serta
disterilkan dengan cara (cara kering). c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka 2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%. 3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui hidung. 4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air dingin atau air hangat. Jika serbuk ini dilarutkan akan mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih. Merupakan campuran dari senyawa asam (asam sitrat, asam tartrat) dengan basa (natrium bikarbonat). Aturan pembuatan serbuk tabur: 1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan a yakan no.100. 2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan a yakan no.44. 3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan lagi sampai seluruhnya terayak.
7
Contoh resep: R/ Ichtyoli
0,5
Talc.
10
Sol. Formaldehide
0,5
Bol.alba
3
m.f.pulv.adsp.
ad 20
s.u.e Penyelesaian :
Ichtyol dilarutkan dalam etanol 96% atau eter dan ditambah bolus alba.
Sol.Formaldehide diganti 1/3 bobotnya paraformaldehide. Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk
penggunaan dalam (per oral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan takaran sendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan dosis tiap takaran menggunakan serbuk coba. Dalam
resep
pulvis
(serbuk
tak terbagi),
khususnya
untuk
pemakaian dalam (ditandai dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C, C.p.) pehitungan dosis sekali pakai untuk setiap sendok teh/sendok makan/sendok
bubur
harus dilakukan perhitungan serbuk coba. Sebagai
contoh: R/ Natrri carbonas
10
Nitras subnitras NaBr
aa 5 (DM 2 g/6 g)
Magnesium Oxyd.
10
Rhei Radix Pulv
5
SL
ad 40 S.t.d.d cth I
Pro: Sultan (20 thn) Penyelesaian:
Hitung dulu serbuk coba Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei radix sampai homogen. Untuk menghemat bahan dan mempercepat
8
pengerjaan, dapat
diperkecil
jumlah
bahan
dalam
resep
dengan
perbandingan yang sama (Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g, MgO 2, rhei radix 1 g dan SL ad 8 g).
Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil sendok makan) kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat ratarata satu sendok teh = X gram (Misalnya = 2,2 gram). Sehingga dalam resep yang memiliki DM ialah NaBr. Dosis sekali pakai NaBr: Dosis sekali pakai NaBr=
Dosis sehari pakai NaBr = 3 x 0,275 =0,825 Berdasarkan perhitungan tidak ada
dosis yang melampaui dosis
sekalipakai dan sehari dari NaBr (DM= 2 g/6 g). Jika melebihi, serbuk tersebut tidak dapat dikerja. Cara membuat serbuk tabur yang mengandung: 1. Adeps Lanae, Vaselinum, Plumbi Oxydi Emplastrum ialah dengan melarutkan zat tersebut dalam Aether atau Aceton, lalu ditambahkan sebagian talk diaduk sampai Aether atau aceton menguap, satelah itu ditambah bahan lainnya. 2. Paraffinum Liquidum dan Oleum Ricini dicampur dulu dengan sama banyaknya talk lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dan aduk, sambil yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau kertas film dan diaduk. 3. Ichtyol diencerkan dulu dengan Aether cum Spiritu lalu dikeringkan dengan talk, yaitu sambil diaduk dibiarkan aether cum Spiritunya menguap lalu ditambahkan sisa talk dan serbuk lainnya, sambil yang melekat pada dinding mortis dilepas dengan spatel atau dengan kertas film. 4. Minyak-minyak eteris dan Formaldehyde Solutio dicampur terakhir dengan cara memasukkan zat tersebut dalam mortir lalu ditambahkan campuran serbuk yang telah diayak sedikit demi sedikit.
9
E. Pulveres (Serbuk Terbagi)
Pulveres/chartulae (serbukbagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Penulisan
resep
serbuk
oleh
seorang
dokter dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi sebanyak serbuk/bungkus yang diminta. Misalnya: R/ Asam asetilsalisilat 2,5 Paracetamol
2
Coffein
0,5
m.f.pulv.divide in partes aequales no.X 2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa bungkus yang dikehendaki, misalnya: R/ Asam asetilsalisilat 0,25 Paracetamol
0,2
Coffein
0,05
m.f.pulv.dtd no.X Pada resep pertama, bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut:
Asam asetilsalisilat
= 2,5
Paracetamol
=2
Coffein
= 500 mg
Ketiga
bahan
asetilsalisilat
tersebut yang
diracik/dicampur
digerus
lebih
dahulu
satu
persatu,
sampai
halus,
dan
asam
kemudian
ditambahkan coffein dan gerus lagi sampai homogen, terakhir paracetamol sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen. Keluarkan dari lumpang kemudian bagi menjadi 10 bungkus. Pada resep kedua, bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut
Asam asetilsalisila
10 x 0,25 = 2,5
Paracetamol
10 x 0,2 = 2
Coffein
10 x 0,05 = 0,5
10
Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer) sesuai banyaknya permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah melipat atau membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut: 1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 1 – 1,5 cm ke arah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman, langkah ini pertama
harus dilakukan bersamaan dengan lipatan
sebagai petunjuk. Penyusunan
kertas
hendaknya
secara
proporsional, jangan terlalu memanjangkan ke samping, maksimal 5-6 kertas ke samping. 2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah kertas yang telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas di sebelah seberang dihadapanmu. 3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira
kira garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak
berceceran. 4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama. 5. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu dalam dos atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk dan tidak boleh ada ceceran serbuk.
F. Kapsul
Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Dalam FI Ed.III. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Keuntungan sediaan kapsul, antara lain: 1. Bau dan rasa yang tidak enak tertutupi. 2. Pemberian dosis yang tetap.
11
3. Bahan – bahan obat/zat yang rusak diudara terbuka, bila dimasukkan ke dalam kapsul akan terlindungi. 4. Mudah pemakaiannya oleh pasien. 5. Dengan kapsul yang berwarna – warni, menambah daya tarik obat. 6. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet. Macam-Macam Kapsul: Berdasarkan konsistensinya, kapsul dibagi menjadi: 1. Kapsul keras (capsulae durae, hard capsul) Kapsul keras adalah sediaan yang terdiri dari dua bagian, bagian atas dan bawah yang dapat dipisahkan untuk memasukkan bahan obat ke dalamnya. 2. Kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul) Kapsul lunak adalah suatu sediaan yang terdiri dari satu bagian yang utuh (one piece), tertutup rapat yang dapat mengandung cairan/larutan, suspensi atau semi padat. Kapsul lunak dapat dijumpai dalam berbegai bentuk seperti bentuk tabung bulat, elips, bujur, dan bentuk khusus. Perbedaan kapsul keras dan lunak Kapsul keras
Kapsul lunak
1.
terdiri atas tubuh dan tutup
1.
satu kesatuan
2.
tersedia dalam bentuk kosong
2.
selalu sudah terisi
3.
isi biasanya padat, dapat juga cair
3.
isi biasanya cair, dapat juga padat
4.
cara pakai per oral
4. bisa
bentuk hanya satu macam
oral, vaginal, rectal, topikal
5. bentuknya
5.
12
bermacam – macam
Ukuran Cangkang Kapsul
Pemilihan Ukuran Kapsul 1. Pemilihan dari ukuran paling baik ketika formulasi dikembangkan, karena jumlah bahan inert yang dibutuhkan tergantung pada ukuran atau kapasitas kapsul yang dipilih. 2. Apabila
formulasi
dari
bahan
tidak
memerlukan
pengisi
untuk
menambah jumlah serbuknya, maka ukuran cangkang kapsul dapat boleh ditetapkan setelah pengembangan dan persiapan formulasi. 3. Agar kapsul diisi dengan baik, maka bagian badan kapsul yang diisi campuran bahan obat dan bagian tutupnya diselubungkan rapat – rapat. Bagian tutup bukan saja berfungsi sebagai penutup tetapi juga menekan dan menahan, oleh karena itu ukuran kapsul harus dipilih sesuai kebutuhan. Cara Pembuatan Kapsul 1. Kapsul Keras Ada tiga cara pengisian cangkang kapsul yaitu dengan: a. Tangan; merupakan
cara
yang
paling
sederhana
karena
menggunakan tangan langsung tanpa menggunakan bantuan alat lain. Untuk memasukkan obat ke dalam kapsul, dapat dilakukan dengan cara membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup.
13
b. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan menggunakan tangan
manusia.
Dengan
pengerjaan
ini,
dapat
diperoleh kapsul yang seragan dan lebih cepat. Caranya: 1) Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang dari bagian alat yang tidak bergerak. 2) Serbuk
yang
akan
dimasukkan
ke
dalam
kapsul
dimasukkan/ditabutkan pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas film. 3) Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan yang bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup. c. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar – besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis
mulai
dari membuka, mengisi, sampai menutup kapsul.
Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin. Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras a. Zat-zat setengah cair/cairan kental Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak bahan inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong potong sebanyak yang diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat. b. Cairan-cairan Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara.Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor atau keluar Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap , kreosot atau alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh , harus
14
diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40 %. Sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak lurus, setetah itu tutup. Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut : a. Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis) Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan
lactosa atau
amylum
(bahan
inert
netral) akan
menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya. b. Mengandung campuran eutecticum Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masingmasing dengan bahan inert baru keduanya dicampur. c. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol. (pemecahan sudah dibahas diatas ) d. Penyimpanan yang salah Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan: 1) dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering 2) dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering) 3) dalam wadah plastik yang diberi pengering
15
4) dalam blitser / strip alufoil 2. Kapsul Lunak Pembuatan kapsul lunak membutuhkan keahlian khusus menggunakan alat dan mesin yang canggih, dan tidak dibuat secara manual seperti kapsul keras. Kapsul lunak dibuat dengan cara proses lempeng menggunakan seperangkat cetakan untuk membentuk kapsul, atau dengan cara die process (berputar bolak-balik) yang lebih efisien dan produktif. a. Proses Lempeng Selembar gelatin hangat yang tidak berwarna ditempatkan pada permukaan cetakan bagian bawah dan obat yang cair dituangkan ke dalamnya, baru kemudian selembar gelatin lainnya diletakkan di atasnya dan ditekan. Sehingga tekanan ini bertindak sebagai pembuat kapsul. Pengisian bahan obat dan pemasangan segelnya dilakukan dalam waktu bersamaan dan serantak. Kapsul yang sudah dicetak dipindahkan dan dicuci dengan pelarut yang tidak mengganggu atau merusak kapsul. b. Rotary die process (Robert P. Scherer) Cairan gelatin yang dituangkan dari tangki yang terletak diatas, dibentuk menjadi dua buah pita yang berurutan oleh mesin rotary die. Dalm waktu yang bersamaan bahan obat yang akan diisikan dan telah diukur, dimasukkan di antara kedua pita secara tepat, ketika itu dies membentuk kantung-kantung dari pita gelatin. Kemudian kantung yang sudah terisi disegel dengan tekanan dan panas, dan akan terlempar dari pita. Cara Membersihkan Kapsul Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul perlu dibersihkan dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih
16
sebelum diserahkan pada pasien, terutama untuk kapsul yang dibuat dengan tangan. Caranya letakkan kapsul diatas sepotong kain (linnen,wol ) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.
G. Cara Pembuatan Sediaan Serbuk
Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Cara mencampur obat-obatan dan bahan-bahan tambahan harus cermat, dan di bawah ini disusun petunjuk yang perlu diperhatikan. 1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori dinding mortir. Cara yang baik ialah, pilihlah mortir yang halus, masukkan dulu kira-kira sama bagian serbuk yang lain, digerus sendirian, baru dimasukkan dan digerus bersama obat yang berkhasiat keras. Untuk mencampur tersebut sebaiknya digunakan bagian serbuk yang lain yang mempunyai warna berlainan dan kotras dengan warna obat berkhasiat keras tersebut. Bila serbuk berwarna putih, berilah zat warna, biasanya Carmin. 2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu serbuk yang BJ-nya besar kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-nya lebih rendah dan diaduk. Sebagai contoh, jika di dalam resep terdapat Magnesii Oxydi, Bismuth Subcarbonas, dan Saccharum Lactis, masukkan bismuth Subcarbonas dulu dalam mortir, gerus sambil diaduk, ditambah Magnesii Oxydum sedikit demi sedikit setelah itu masukkan Saccharum Lactis. Magnesii Oxydum adalah serbuk yang sangat ringan. 3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal ini untuk menghindar agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum halus.
17
4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas. Hal ini khusus untuk menggerus Kalii Bromidum, Natrii Chloridum, Zincy Oxydum, dan sebagainya. Jangan menggunakan mortir panas untuk bahan-bahan yang mudah menguap, atau rusak pada pemanasan seperti Ammonii Carbonas, Salol, Natrii Bicarbonas, Ammonii Chloridum, dan peroksida seperti Magnesii Peroxydi. 5. Cara mencampur Champora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut: Larutkan Champora dengan Spiritus Fortior dalam mortir sampai cukup larut, jangan berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain misalkan Saccharum Lactis sampai Spiritus fortiornya menguap. Pada waktu mengaduk jangan ditekan untuk menghindari Champora menggumpal kembali. Pada pembuatan serbuk Champora untuk pemakaian luar dapat digunakan eter sebagai pengganti Spiritus fortior. 6. Cara mencampur Stibii Pentasulfidum dilakukan sebagai berikut: Dimasukkan serbuk lain dalam mortir, misalkan Saccharum lactis sebagian lalu masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum dan tambahkan Saccharum Lactis sisanya atau serbuk lain, baru diaduk dan digerus tanpa ditekan. Dikerjakan demikian untuk menghindari serbuk Stibii Pentasulfidum melekat dan memberi warna merah pada dinding atau dasar mortir. Pencampuran ini dalam cukup waktu hingga memperoleh serbuk yang homogen yang terlihat pada pengadukan tidak ada warna yang lebih tua. 7. Serbuk dengan ekstrak kental. Dalam mortir panas, ekstrak kental diencerkan dengan cairan penyari, misalnya Spiritus Dilutus atau Spiritus lainnya secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok, misalkan Saccharum Lactis atau Amylum Oryzae. 8. Serbuk dengan Tinctura atau Extractum Liquidum. Tinctura dan Extractum liquidum diuapkan pelarutnya di atas tangas air hingga hampir kering lalu diserbukkan dengan pertolongan bahan tambahan yang cocok, biasanya digunakan Saccharum Lactis bila untuk obat dalam. Supaya
18
serbuk yang dipakai pengeringan tidak menjadi keras, maka selalu dilepas dengan spatel dari dinding mortir. Bila kandungan zat berkhasiat tidak mudah menguap atau rusak dan jumlahnya kecil, maka digunakan mortir panas dan dikeringkan dengan penambahan Saccharum Lactis. Bila jumlah ekstrak cair atau tingtur banyak maka diuapkan dulu di atas tangas air, diaduk dan bila cairan tinggal sedikit ditambah Saccharum Lactis dan masa selalu dilepas dengan spatel agar serbuk pengering tidak melekat dinding mortir Tinctura yang sering dibuat secara tersebut ialah Ratanhiae Tinctura, Opii Tinctura, Gentianae Tinctura, dan Strophanti Tinctura. Bila zat yang berkhasiat pada pemanasan di atas tangas air mudah menguap atau rusak (terurai) oleh pemanasan dapat dilakukan sebagai berikut: a. Isi tingtur diketahui secara kualitatif dan kuantitatif. Di sini diambil isi zat berkhasiatnya saja. Misalkan pada Opii Benzoica Tinctura, Champore Solutio Spirituosa, dan Iodii Tinctura. b. Tingtur tidak dapat diganti dengan isi zat berkhasiatnya. Di sini tingtur diuapkan dengan pemansan serendah mungkin. Dapat dilakukan sebagai berikut, dalam cawan yang berisi Saccharum Lactis dipanasi di atas tangas air dan teteskan tingtur sambil diaduk, tetes demi tetes, penambahan tetes setelah tetes sebelumnya menjadi kering. Dengan cara seperti ini dilakukan pada Opii Aromatica Tinctura, Valerianae Tinctura. Serbuk dengan Nitroglycerini Solutio Spirituosa karena jumlah Solutio tersebut kecil dapat mudah dikeringkan dengan penambahan campuran serbuk yang lain. 9. Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, Oleum Foeniculi,
dan
Oleum
Menthae
Piperitae.
Gula
berminyak tidak boleh disimpan sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas perkamen, jangan dengan kertas paraffin sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula berminyak harus dibuat dengan tetes
19
minyak eteris penuh tidak pecahan, bila dalam hitungan diperoleh pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula minyak disisihkan (disimpan). 10. Campuran
serbuk
yang
basah
atau
mencair
disebabkan
karena
terbebasnya sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat diatasi dengan mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila
sekiranya bahan tersebut mempunyai garam exsicatur dengan
perbandingan. Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air kristal adalah: a. Ferrosi sulfat: eksikatur
= 100:67 (3:2)
b. Magnesium sulfat: eksikatus
= 100:67 (3:2)
c. Natrii sulfas: eksikatus
= 100:50 (2:1)
d. Natrii karbonas: eksikatus
= 100:50 (2:1)
e. Tawas: eksikatus
= 100:67 (3:2)
11. Sering dalam resep serbuk obat ditambah dengan tablet. Bila tersedia zat aktif yang ada dalam tablet, sebaiknya diganti zat aktifnya yang sesuai, bila tidak, tablet digerus dahulu, diayak lalu dicampur denga serbuk lain. Bila jumlah tablet adalah pecahan, maka dibuat pengenceran dulu yang mudah dibagi, baru ditimbang dalam perbandingan. Serbuk tidak bagi, adalah serbuk baik untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar. Untuk pemakaian dalam ialah: serbuk perut atau serbuk pencahar, untuk pemakaian luar ialah: serbuk tabur, serbuk luka, serbuk isap, serbuk gigi. Cara mencampur serbuk tidak terbagi biasanya digunakan kotak panci alumunium tertutup untuk mencampur serbuk, di dalamnya terdapat 3 bola besi yang bila kotak digerakkan akan bergerak dan mencampur serbuk.
20
Cara dan Perhitungan Pengenceran 1. Pengenceran biasa Pengenceran biasa dilakukan jika total berat zat aktif yang tertulis di resep di bawah 50 mg dan di atas 1 mg (1 mg < zat aktif < 50 mg). Contoh: CTM
= 40 mg
Cara perhitungan: Perbandingan
= zat aktif : total pengenceran 1
:
50
: 200
CTM
= 50 mg
Zat tambahan
= 150 mg
Total
= 200 mg
Hasil pengenceran=
5
=
Sisa pengenceran = total pengenceran – hasil pengenceran = 200 mg – 160 mg = 40 mg 2. Pengenceran bertingkat Pengenceran bertingkat dilakukan jika total berat zat aktif yang tertulis di resep di bawah 1 mg (zat aktif < 1 mg). Contoh: Atropin
= 0,3 mg
Cara perhitungan: 0,3 mg
Pengenceran I
1 mg
Pengenceran II
Pengenceran I Perbandingan
= zat aktif : total pengenceran 1
:
50
50
: 2500
21
50 mg
Atropin
=
Zat tambahan
= 2450 mg +
Total
= 2500 mg
Hasil pengenceran=
50 mg
=
Pengenceran II Perbandingan
= hasil pengenceran I : total pengenceran 1
:
4
50
:
200
Hasil pengenceran I= 50 mg Zat tambahan
= 150 mg +
Total
= 200 mg
Hasil pengenceran = =
Jadi, hasil pengenceran yang ditimbang adalah 60 mg untuk digunakan dalam pembuatan serbuk.
22
Contoh Resep: 1. Resep Pulvis (Serbuk Tak Terbagi) Dr. Supriyadi SIP no. 228/K/84 Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar No. Telp. 4265 No: 01
Tgl. 22 Januari 2013
R/ Balsem peru
2%
ZnO
3.5 %
Presip sulfur
1.4 %
As.salisilat
0.8 %
Kamfert
0.31 %
Mentol
0.47 %
Talk
ad
50 g
m.f.pulv adsp. s.u.e.sns Pro
: Ilham (8 tahun)
Alamat : Bukit Garaganti, Samata Perhitungan Bahan Balsem peru
2 % x 50
=1g
Zno
3.5 % x 50 = 1.75 g
Presip Sulfur
1.4 % x 50
As.salisilat
0.8 % x 50 = 0.4 g
Kamfert
0.31 % x 50 = 1.55 g
Mentol
0.47 % x 50 = 0.235 g
Talk
100 % x 50 = 4. 25 g
= 0.71 g
100% - (2% +3.5% + 1.4% +0.8% +0.31% + 0.47% ) 50 = 45.75 g Cara Pembuatan
Menimbang semua bahan.
23
Menggerus Asam benzoat dalam mortir, kemudian menetesinya dengan spiritus fortior hingga lembut, kemudian dikeringkan dengan talk dan mengeluarkanya dari mortir.
Memasukan balsam peruv kedalam mortir kemudian meneteskan sedikit spiritus fortior hingga encer lalu dikeringkan menggunakan talk dan sisihkan.
Memasukan Sulfur praecitatum ke mortir,lalu menambahkan asam borat, calc.carbonat, starch digerus hingga homogen.
Semua bahan dicampur , kemudian tambahkan ZnO yang sudah diayak dan tambahkan talk sebagian.
Mengayak bahan dengan ayakan No.60 hingga semua tera yak,sisihkan.
Camfert ditetesi spiritus fortior dan mentol aduk hingga mencair, tambah talk,campur hingga kering dan homogen.
Campur sampai homogen Talk yang tadi sudah diayak dengan Talk yang telah bercampur dengan camfert.
Memasukanya ke wadah dan beri etiket yang sesuai.
Etiket APOTEK SARTIKA PHARMA JL. S DG. NGEMBA, SAMATA-GOWA SIA: 70100111016
No. 01
Tgl. 22 Januari 2012
Untuk : Ilham (8 tahun) Alamat :Bukit Garaganti, Samata
Pemakaian luar bila gatal Apoteker: Ayu Try Sartika, S.Farm., Apt
Khasiat Untuk mengatasi gangguan kulit seperti biang keringat dan gatal-gatal.
24
2. Resep Pulveres (Serbuk Bagi) a. Menggunakan dtd (de tales doses, berdasarkan dosis) Dr. Supriyadi SIP no. 228/K/84 Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar No. Telp. 4265 No: 02
Tgl. 22 Januari 2013
R/ Asetosal
0,1
CTM
0,01
Lactosa
0,05
m.f.pulv.dtd.no.XX s.3.dd.I.p.c Pro
: Fizha (18 tahun)
Alamat : Jln. Hertasning Baru, Makassar Perhitungan bahan Asetosal
= 0,1 g x 20
=2g
CTM
= 0,01 x 20
= 0,2 g
Lactosa
= 0,05 x 20
=1g
Perhitungan dosis DM asetosal
= 1 g/8 g
DM CTM
= -/40 mg = -/0,04 g
1) Berdasarkan Umur a) Asetosal 1xp
= =
Sehari = 0,9 x 3
= 0,9 g < 1 g = 2,7 g < 8 g
b) CTM 1xp
=
Sehari =
= --
= 36 mg < 40 mg
25
2) Berdasarkan resep a) Asetosal 1xp
= 1 x 0,1 g
= 0,1 g < 0,9 g
Sehari
= 0,1 g x 3
= 0,3 g < 2,7 g
1xp
= 1 x 0,01 g
= 0,01 g < --
Sehari
= 3 x 0,01 g
= 0,03 g < 0,036 g
b) CTM
3) Persentase a) Asetosal 1xp
=
Sehari
=
= 11.11% < 100% = 11,11% < 100%
b) CTM 1xp
= --
Sehari
=
= 83,33% < 100%
b. Tanpa menggunakan dtd Dr. Supriyadi SIP no. 228/K/84 Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar No. Telp. 4265 No: 02
Tgl. 22 Januari 2013
R/ Asetosal
1
CTM
0,2
Lactosa
1
m.f.pulv.no.XX s.3.dd.I.p.c Pro
: Fizha (18 tahun)
Alamat : Jln. Hertasning Baru, Makassar Perhitungan bahan Asetosal
=2g
CTM
= 0,2 g
26
Lactosa
=1g
Perhitungan dosis 1) Berdasarkan Umur a) Asetosal 1xp
= =
Sehari
= 0,9 x 3
= 0,9 g < 1 g = 2,7 g < 8 g
b) CTM 1xp
=
Sehari
=
= --
= 36 mg < 40 mg
2) Berdasarkan resep a) Asetosal
1xp
=
Sehari
= 0,1 g x 3
= 0,1 g < 0,9 g = 0,3 g < 2,7 g
b) CTM
1xp
=
Sehari
= 3 x 0,01 g
= 0,01 g < -= 0,03 g < 0,036 g
3) Persentase a) Asetosal 1xp
=
Sehari
=
= 11.11% < 100% = 11,11% < 100%
b) CTM 1xp
= --
Sehari
=
= 83,33% < 100%
Cara pembuatan untuk resep a dan b
Disiapkan alat dan bahan
Dibuat pengenceran untuk CTM, sesuai dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.
27
Ditimbang hasil pengenceran, dimasukkan ke dalam lumpang.
Ditimbang asetosal 2 g, dimasukkan ke dalam lumpang sedikit demi sedikit, digerus homogen.
Ditimbang lactosa 1 g, dimasukkan ke lupang sedikit demi sedikit, digerus homogen.
Disiapkan kertas puyer sebanyak 20 kertas, dibagi serbuk sama banyak ke setiap kertas puyer.
Dimasukkan ke dalam sak obat, dan diberi etiket putih.
Etiket untuk resep a dan b APOTEK SARTIKA PHARMA JL. S DG. NGEMBA, SAMATA-GOWA SIA: 70100111016
No. 02
Tgl. 22 Januari 2012
Untuk : Fizha (18 tahun) Alamat : Jln. Hertasning Baru, Makassar Aturan : 3 x sehari, 1 bungkus setelah makan Apoteker: Ayu Try Sartika, S.Farm., Apt
3. Resep Kapsul Dr. Supriyadi SIP no. 228/K/84 Jln. Budi Kemuliaan no. 8A, Makassar No. Telp. 4265 No: 03
Tgl. 22 Januari 2013
R/ Vitamin C
25
Thiamin HCL
2
Nicotinic Acid
25
Laktosa
110
m.f.pulv.da in caps.dtd.no.XXV s.1.dd.caps.I.pc Pro
: Zaky (22 tahun)
Alamat : Barombong
28
Perhitungan bahan Vitamin C
= 25 mg x 25 = 625 mg
Thiamin HCl
= 5 mg x 25
Nicotinic Acid
= 25 mg x 25 = 625 mg
Laktosa
= 110 mg x 25 = 2750 mg
Berat total
=
= 50
4050 mg
Pemilihan kapsul =
= 162 mg(berat untuk tiap kapsul)
Kapsul yang digunakan adalah kapsul nomor 3 (kapasitas 0,2 g = 200 mg) Cara pengisian serbuk ke kapsul Peracikan obat dilakukan seperti peracikan pembuatan pulveres, yang membedakan hanyalah pemasukan serbuk ke dalam cangkang kapsul. Cara tercepat untuk memasukkan serbuk ke kapsul adalah dengan membagi sama banyak pada kertas puyer sebanyak 25. Kemudian dimasukkan secara manual dengan tangan dapat juga dengan alat bukan mesin. Etiket APOTEK SARTIKA PHARMA JL. S DG. NGEMBA, SAMATA-GOWA SIA: 70100111016
No. 02
Tgl. 22 Januari 2012
Untuk : Zaky (22 tahun) Alamat : Barombong Aturan : 1 x sehari, 1 kapsul setelah makan Apoteker: Ayu Try Sartika, S.Farm., Apt
29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Sediaan serbuk adalah adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu pulvis dan pulveres. Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi, sedangkan pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama dengan dibungkus kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok. Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikuts erbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8), serbuk kasar adalah serbuk (10/40), serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60), serbuk agak halus adalah serbuk (44/85), serbuk halus adalah serbuk (85), serbuk sangat halus adalah serbuk (120), serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300). Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Dalam pembuatan serbuk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dibutuhkan perlakuan tertentu seperti ekstrak kental, bahan yang higroskopis, bahan aktif dalam jumlah sedikit, bahan aktif dengan berat jenis yang berbeda, dan lain-lain.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberkan kontribusi yang cukup untuk mahasiswa farmasi pada khususnya. Adapun kekurangan dalam makalah kami ini, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arjuna, Andi dkk. 2010. Penuntun Praktikum Farmasetik . Fakultas Farmasi Unhas: Makassar. Anief, Moh. 2007. Farmasetika Dasar . Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat . Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Depkes RI: Jakarta. Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV . Depkes RI: Jakarta. http://fahmisheika.wordpress.com/2012/07/14/kapsul-sheika-selamaretha-anzelin/. Diakses pada tanggal 3 Februari 2013. http://mienceubyaan.blogspot.com/2012/06/soft-capsule.html. Diakses pada tanggal 3 Februari 2013. http://farmasiputri.blogspot.com/2012/05/kapsul.html. Diakses pada tanggal 3 Februari 2013.
31