MAKALAH FARMAKOTERAPI LANJUTAN RINITIS ALERGI
OLEH KELOMPOK 4 :
1. NIMBAR ARASTI
(O1A1 14 030)
2. YUGO ADE ANUGRAH T.P. T.P.
(O1A1 14 108)
3. BRIGITA ANUGRAH
(O1A1 14 128)
4. SARMITA
(O1A1 14 14)
!. "UHRI RESTU AMALIA
(O1A1 14 140)
. SINAR AYU FARIDA
(O1A1 14 12)
#. YUNITA BUNGALANGAN BUNGALANGA N
(O1A1 14 13)
8. ANDI SRI INDAH SARI
(O1A1 14 1!)
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FAKULTAS FARMASI UNI$ERSITAS HALU OLEO KENDARI 201#
1
KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatulla Warrahmatullahi hi Wabarakatuh Wabarakatuh Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusundapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita semua Nabi uhammad SAW. akalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca yang ari! tentang penyakit "initis Alergi. Tidak Tidak lupa penyusunmengucapkan pen yusunmengucapkan terima kasih kepada berbagai pihakyang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. #lehnya itu, kritik dan saran yang si!atnya membangun senantiasa penyusun harapkan untukmakalah selanjutnya.Semoga Allah SWT selalu melimpahkan tau!i$ dan hidayah-Nya untuk kita semua. Akhir Akhir kata semoga tulisan ini berman!aat bagi kami sebagai penyusun dan bagi pembaca. pembaca. Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
%endari,
&ebruari '()*
Penyusun
2
DAFTAR ISI
.................................................................... .......................................... ................... ..... HALAMAN SAMPUL............................................. %ATA P+NANTA"................................................................................................... ..... A&TA" S................................................................................................................. .... /A/ P+NA0121AN............................................................................................. ..... A. 2atar /elakang..................................................................................................... ..... /. "umusan asalah................................................................................................ ..... 3. Tujuan................................................................................................................... ..... . an!aat................................................................................................................ ..... /A/ P+/A0ASAN.............................................................................................. ..... A. Perkembangan Penyakit "initis Alergi................................................................. ..... /. e!inisi "inhitis Alergi......................................................................................... ..... 3. Tanda an ejala Penyakit "initis Alergi............................................................ ..... . Pato!isiologis........................................................................................................ ..... +. iagnosis.............................................................................................................. ..... &. Tata Tata 2aksana Terapi....................................................... .................................. ...... ..... . onitoring an %omunikasi, n!ormasi an +dukasi......................................... ..... 0. Studi %asus "initis Alergi.................................................................................... ..... /A/ P+N1T1P...................................................................................................... ..... A. %esimpulan.......................................................................................................... ..... /. Saran..................................................................................................................... ..... A&TA" P1STA%A.................................................................................................... .....
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 0idung sebagai salah satu organ syok yang menonjol pada
penyakit alergi, terganggu oleh mani!estasi alergi primer, rinitis kronik dan sinusitis yang menunggangi perubahan alergi, komplikasi pada obstruksi anatomis yang relati! ringan karena edema, dan akhirnya, e!ek lanjut gangguan alergi kronik, seperti hipertro!i mukosa dan poliposis. Aliran udara hidung dapat terganggu oleh kongesti hidung dan rinore yang terjadi pada rinitis alergi, baik langsung maupun tidak langsung. /ila berhadapan dengan penyakit hidung, klinisi perlu memiliki indeks kecurigaan yang tinggi, serta kemampuan mendiagnosis dan mengobati gangguan alergi. "initis dide!inisikan sebagai peradangan dari membrane hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala seperti bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. ata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. "initis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi peradangan yang diperantarai g+, ditandai dengan obstruksi hidung, secret hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. "initis alergi mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar )( 4 '56 populasi dunia, dengan peningkatan pre7alensi selama decade terakhir. "initis alergi merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 8(6 anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rhinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rhinitis alergi dianggap sebagai gangguan perna!asan utama. iagnosis rhinitis alergi melibatkan anamnesa dan
4
pemeriksaan klinis yang cermat, local dan sistemik khususnya saluran na!as bawah.
B. RUMUSAN MASALAH "umusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut 9 ). /agaimana perkembangan penyakit "initis Alergi di ndonesia: '. Apakah yang dimaksud dengan "initis Alergi: ;. /agaimana tanda dan gejala penyakit "initis Alergi: 8. /agaimana pato!isiologis penyakit "initis Alergi: 5. /agaimana diagnosis penyakit "initis Alergi: <. /agaimana tata laksana terapi untuk penyakit "initis Alergi: *. /agaimana monitoring dan komunikasi, in!ormasi dan edukasi
untuk penyakit "initis Alergi: =. /agaimana studi kasus "initis Alergi: %. TUJUAN Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut 9 ). 1ntuk mengetahui perkembangan penyakit "initis Alergi di '. ;. 8. 5. <.
ndonesia. 1ntuk mengetahui pengertian "initis Alergi. 1ntuk mengetahui tanda dan gejala penyakit "initis Alergi. 1ntuk mengetahui pato!isiologis penyakit "initis Alergi. 1ntuk mengetahui diagnosis penyakit "initis Alergi. 1ntuk mengetahui tata laksana terapi untuk penyakit "initis
Alergi. *. 1ntuk mengetahui monitoring dan komunikasi, in!ormasi dan edukasi untuk penyakit "initis Alergi. =. 1ntuk mengetahui studi kasus "initis Alergi. D. MANFAAT
an!aat pada makalah ini adalah sebagai berikut 9 ). ahasiswa dapat meningkatkan pemahaman tentang penyakit "initis Alergi baik pengertian, tanda dan gejala, pato!isiologis, diagnosis, tata laksana terapi maupun monitoring dan %+. '. ahasiswa dapat mengkaji studi kasus tentang penyakit "initis Alergi. BAB II PEMBAHASAN
5
A. P&'&*+,-+, P&,+/ R/,// A&'-/
i Amerika Serikat rinitis alergi merupakan penyakit ale rgi terbanyak dan menempati posisi ke-< penyakit yang bersi!at menahun >kronis?. "initis alergi juga merupakan alasan ke-' terbanyak kunjungan masyarakat ke ahli kesehatan pro!esional setelah pemeliharaan gigi. Angka kejadian rinitis alergi mencapai '(6. @alo7irta dkk melaporkan, di AS sekitar '(-8(6 pasien rinitis alergi menderita asma bronkial. Sebaliknya ;(-(6 pasien asma bronkial memiliki gejala rinitis alergi sebelumnya. ikutip dari +7ans, penelitian dilakukan dari tahun )<5 sampai tahun )=8 di AS, didapatkan hasil yang hampir sama yaitu ;=6 pasien rinitis alergi juga memiliki gejala asma bronkial, atau sekitar ;-56 dari total populasi. enurut International Study of Asthma and Allergies in Children >SAA3, '((, ndonesia bersama-sama dengan negara Albania, "umania, eorgia dan Bunani memiliki pre7alensi rinitis alergi yang rendah yaitu kurang dari 56 >0uriati dan Al 0a!is, '()5?.
P'&+&,/ K+ R5/,// A&'-/ D/ S+6&/ T&,--+'+ (RS. B+5&'++) •
R+6+ J++,
T+*& 1. K+ R/,// A&'-/ R+6+ J++, T+5, 2014
6
T+*& 2. K+ R/,// A&'-/ R+6+ J++, T+5, 201! 7+, 201
R+6+ I,+
T+*& 3. K+ R/,// A&'-/ R+6+ I,+ T+5, 2014
T+*& 3. K+ R/,// A&'-/ R+6+ I,+ T+5, 201!
7
T+*& 3. K+ R/,// A&'-/ R+6+ I,+ T+5, 201
B. D&9/,// R/,// A&'-/
"initis alergi dide!inisikan sebagai in!lamasi pada hidung yang ditandai oleh bersin, rinorea, dan obstruksi >sumbatan? pengeluaran cairan hidung, dapat terkait dengan gatal konjungti7adan !aring, lakrimasi serta sinusitis >S# &armakoterapi, '())?. enurut W0# A"A > AllergicRhinitis and its Impact on Asthma? tahun '((), rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh g+.
G+*+' 1. A&'-&, &,&*+* R/,/ A&'-/
8
1. ANATOMI HIDUNG 1.1 A,+/ H/7,- L+' 0idung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. 0idung
bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atasC struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian 9 yang paling atas 9 kubah tulang yang tak dapat digerakkanC di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkanC dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. /entuk hidung luar seperti pira mid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah 9 )? pangkal hidung >bridge?, '? batang hidung >dorsum nasi?, ;? puncak hidung >hip?, 8? ala nasi, 5? kolumela, dan lubang hidung >nares anterior?. 0idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang ber!ungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. %erangka tulang terdiri dari 9 )? tulang hidung >os nasal? , '? prosesus !rontalis os maksila dan ;? prosesus nasalis os !rontal C sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu )? sepasang kartilago nasalis lateralis superior, '? sepasang kartilago nasalis lateralis in!erior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan ;? tepi anterior kartilago septum.
G+*+' 2. A,+/ H/7,- L+'
1.2 A,+/ H/7,- D++ /agian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari
os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang
9
memisahkan rongga hidung dari naso!aring. %a7um nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka in!erior. 3elah antara konka in!erior dengan dasar hidung dinamakan meatus in!erior, berikutnya celah antara konka media dan in!erior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.
G+*+' 3. A,+/ H/7,- D++
+. S& N+/
Septum membagi ka7um nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. /agian posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum >kuadrilateral?, premaksila dan kolumela membranosaC bagian posterior dan in!erior oleh os 7omer, krista maksila, krista palatine serta krista s!enoid.
1) K+ N+/ %a7um nasi terdiri dari 9 D++' 5/7,asar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan
prosesus horiDontal os palatum. A+ 5/7,-
10
Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan in!erior, os nasal, prosesus !rontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh !ilament-!ilamen n.ol!aktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus ol!aktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior. D/,7/,- L+&'+
inding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus !rontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka in!erior, lamina •
perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial. K,+ &osa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka C celah antara konka in!erior dengan dasar hidung disebut meatus in!erior C celah antara konka media dan in!erior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka media disebut meatus superior. %adang-kadang didapatkan konka keempat >konka suprema? yang teratas. %onka suprema, konka superior, dan konka media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka in!erior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian
superior dan palatum. 2) M&+ &'/' eatus superior atau !isura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. %elompok sel-sel etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang besarnya ber7ariasi. i atas belakang konka superior dan di depan korpus os s!enoid terdapat resesus s!eno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus s!enoid.>'? 3) M&+ &7/+ erupakan salah satu celah yang penting yang merupakan
celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. i sini terdapat muara sinus maksila, sinus !rontal dan bagian anterior sinus
11
etmoid. i balik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai in!undibulum. Ada suatu muara atau !isura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan in!undibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. inding in!erior dan medial in!undibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. i atas in!undibulum ada penonjolan hemis!er yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. #stium sinus !rontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di in!undibulum. Sinus !rontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus !rontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan kadangkadang duktus naso!rontal mempunyai ostium tersendiri di depan in!undibulum. 4) M&+ I,9&'/' eatus in!erior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara ; sampai ;,5 cm di belakang batas posterior nostril. !) N+'& Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara ka7um nasi dengan naso!aring, berbentuk o7al dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. i bahgian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksila, etmoid, !rontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan dasarnya menghadap ke !ossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah apeks prosesus Dygomatikus os maksilla. Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus al7eolaris dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian in!eromedial dari orbita dan Dygomatikus. Sinus-sinus tersebut
12
terbentuk oleh pseudostratified columnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel goblet. ) K& /&++ (KOM)
%ompleks ostiomeatal >%#? adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa celah pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus paranasal gambaran %# terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk %# adalah prosesus unsinatus, in!undibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus !rontal. Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh in!undibulum karena sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit in!undibulum sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus !rontal sekret akan keluar melalui celah sempit resesus !rontal yang disebut sebagai serambi depan sinus !rontal. ari resesus !rontal drainase sekret dapat langsung menuju ke in!undibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka media.
G+*+' !. K& O/&++
1.3 $++'/+/ R,--+ H/7,/agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari arteri
ethmoidalis anterior dan posterior sebagai cabang dari arteri o!talmika. 13
/agian bawah rongga hidung mendapat pendarahandari arteri maxilaris interna. /agian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis. @ena hidung memiliki nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya.PleEus %iesselbachmerupakan anyaman pembuluh darah pada septum nasi bagian anterior. Pembuluh darah yang membentuknya adalah arteri nasalis septum anterior F posterior, arteri palatina mayor, dan arteri labialis superior. Pecahnya pleEus %iesselbach biasanya akan menyebabkan epistaksis anterio r.
G+*+' . $++'/+/ R,--+ H/7,-
1.4 P&'+'+9+, R,--+ H/7,"ongga hidung bagian depan dan atas mendapat persara!an
sensoris dari nervus nasalis anterior cabang dari nervus ethmoidalis anterior . "ongga hidung bagian lainnya mendapatpersara!an sensoris dari ner7us maEilla. Persara!an parasimpatis rongga hidung berasal dari ner7usnasalis posterior in!erior F superior cabang dari ganglion sphenopalatina. Persara!an simpatisberasal dari ganglion cervical superior .+!ek persara!an parasimpatis pada ca7um nasi yaitu sekresi mukus dan 7asodilatasi.alam rongga hidung, terdapat serabut sara! pembau yang dilengkapi sel-sel pembau. Setiapsel pembau memiliki rambut-rambut halus >silia ol!aktoria? di ujungnya dan selaput lendirmeliputinya untuk melembabkan rongga hidung.
14
G+*+' #. P&'+'+9+, R,--+ H/7,-
%. TANDA DAN GEJALA
ejala rinitis alergi berupa bersin >5-)( kali berturut-turut?, rasa gatal >pada mata, telinga, hidung, tenggorok, dan palatum?, hidung berair, mata berair, hidung tersumbat, post nasal drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah. "initis alergi menjadi masalah kesehatan global yang menyerang 5-5(6 penduduk. Anak dan dewasa muda dengan rinitis alergi mengalami gangguan akti!itas !isik, maupun sosial dan terjadi perasaan mental tidak sehat >0arsono, '((*?. D. PATOFISIOLOGI
Pemaparan polen dan alergen lain pada mukosa hidung orang yang tersensitisasi menyebabkan pelepasan g+ yang merangsang sel mast, yang berikutnya melepaskan mediator-mediator yang menyebabkan hiperemia mukosa, bengkak dan mengeluarkan cairan. n!lamasi permukaan mukosa hidung mempermudah penetrasi alergen ke jaringan lebih dalam yang merupakan tempat kontak dengan sel mas peri7enular. Sumbatan ostia sinus dapat mengakibatkan sinusitis sekunder dengan atau tanpa in!eksi bakteri >S# &armakoterapi, '())?. "initis alergi merupakan suatu penyakit in!lamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap pro7okasiG reaksi alergi. "eaksi alergi terdiri dari ' !ase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau "eaksi Alergi &ase 3epat >"A&3? yang berlangsung seja k kontak dengan allergen sampai ) jam setelahnya dan ate Phase Allergic Reaction atau "eaksi Alergi &ase 2ambat >"A&2? yang berlangsung '-8
15
jam dengan puncak <-= jam >!ase hiper-reakti!itas? setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai '8-8= jam. Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makro!ag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji > Antigen Presenting Cell GAP3? akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk !ragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul 02A kelas membentuk komplek peptide 03 kelas > !a"or #istocompability Complex? yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper >Th (?. %emudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti nterleukin ) >2 )? yang akan mengakti!kan Th( untuk berproli!erasi menjadi Th ) dan Th '.
G+*+' 8. P'& '&+/ +&'-/
Th ' akan menghasilkan berbagai sitokin seperti 2;, 2 8, 2 5 dan 2 );. 2 8 dan 2 ); dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel lim!osit /, sehingga sel lim!osit / menjadi akti! dan akan memproduksi munoglobulin + >g+?. g+ di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor g+ di permukaan sel mastosit atau baso!il >sel mediator? sehingga kedua sel ini menjadi akti!. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. /ila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai g+ akan mengikat alergen spesi!ik dan terjadi degranulasi >pecahnya dinding sel? mastosit dan baso!il dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk > Preformed !ediators? 16
terutama histamine. Selain histamine juga dikeluarkan $e%ly &ormed !ediators antara lain prostaglandin ' >P'?, 2eukotrien 8 >2T 8?, 2eukotrien 38>2T 38?, bradikinin, Platelet Activating &actor >PA&? dan berbagai sitokin. >2 ;, 2 8, 2 5, 2<, -3S& >'ranulocyte !acrophage Colony Stimulating &actor ? dll. nilah yang disebut sebagai "eaksi Alergi &ase 3epat >"A&3?.
G+*+' ;. R&+/ A&'-/
Selain histamine merangsang ujung sara! @idianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion !olecule ) >3A )?. Pada "A&3, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosino!il dan netro!il di jaringan target. "espons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak <-= jam setelah pemaparan. Pada "A&2 ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel in!lamasi seperti eosino!il, lim!osit, netro!il, baso!il dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti 2;, 28, 25 dan 'ranulocyte !acrophag Colony Stimulating &actor >-3S&? dan 3A ) pada secret hidung. Timbulnya gejala hiperakti! atau hiperresponsi! hidung adalah akibat 17
peranan eosino!il dengan mediator in!lamasi dari granulnya seperti (osinophilic Cationic Protein >+3P?, (osinophilic )erived Protein >+P?, !a"or *asic Protein >/P? dan (osinophilic Peroxidase >+P#?. Pada !ase ini, selain !aktor spesi!ik >alergen?, iritasi oleh !aktor non spesi!ik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembapan udara yang tinggi. ahulu rinitis alergi dibedakan dalam ' macam berdasarkan si!at berlangsungnya, yaitu 9 ). "initis alergi musiman > seasonal+ hay fever+ polinosis?. i ndonesia tidak dikenal rinitis alergi musiman, hanya ada di negara yang mempunyai 8 musim. Alergen penyebabnya spesi!ik, yaitu tepungsari >pollen? dan spora jamur. #leh karena itu nama yang tepat ialah polinosis atau rino konjungti7itis karena gejala klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan mata >mata merah, gatal disertai lakrimasi?. '. "initis alergi sepanjang tahun > perennial ?. ejala pada penyakit ini timbul intermitten atau terus menerus, tanpa 7ariasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan alergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah >indoor ? dan alergen diluar rumah >outdoor ?. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan pencernaan. angguan !isiologik pada golongan perennial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musimantetapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan. Saat ini digunakan klasi!ikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari W0# nitiati7e A"A >Allergic "hinitis and ts mpact on Asthma? tahun '((), yaitu berdasarkan si!at berlangsungnya dibagi menjadi9 ). ntermiten >kadang-kadang?, yaitu bila gejala kurang dari 8 hariGminggu atau kurang dari 8 minggu.
18
'. PersistenG menetap, yaitu bila gejala lebih dari 8 hariGminggu dan lebih dari 8 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi9 ). "ingan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akti7itas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. '. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas. E. DIAGNOSIS
iagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan9 ). Anamnesis Anamnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa. 0ampir 5(6 diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. ejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. 0al ini merupakan mekanisme !isiologik, yaitu proses membersihkan sendiri > self cleaning process?. /ersin ini terutama merupakan gejala pada "A&3 dan kadang-kadang pada "A&2 sebagai akibat dilepaskannya histamine. %arena itu perlu ditanyakan adanya riwayat atopi pada pasien. ejala lain ialah keluar ingus >rinore? yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mat a gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar >lakrimasi?. Sering kali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak-anak. %adang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien. '. Pemeriksaan &isik Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau li7id disertai adanya secret encer yang banyak. /ila gejala persisten, mukosa in!erior tampak hipertro!i. Pemeriksaan
19
nasoendoskopi dapat dilakukan bila !asilitas tersedia. ejala spesi!ik lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis 7ena sekunder akibat obstruksi hidung. ejala ini disebut allergic shiner . Selain dari itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung karena gatal, dengan punggung tangan. %eadaan ini disebut allergic salute. %eadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang disebut allergic crease. ulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi > facies adenoid ?. inding posterior !aring tampak granuler dan edema >cobblestone appearance?, serta dinding lateral !aring menebal. 2idah tampak seperti gambaran peta > geographic tongue?. ;. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan mikroskopik dari jaringan nasal biasanya menunjukkan jumlah eosino!il yang sangat banyak. Penghitungan eosino!il darah peri!eral dapat dilakukan, tapi si!atnya kurang spesi!ik dan kegunaannya terbatas. 1ji radioallergosorbent >"AST? dapat digunakan untuk mendeteksi g+ dalam darah yang beraksi spesi!ik terhadap antigen tertentu, tapi uji ini tidak lebih e!ekti! ketimbang test perkutan. 8. "inoskopi anterior atau +ndoskopi nasal "inoskopi anterior menggunakan spekulum dan cermin dapat memberikan in!ormasi penting mengenai kondisi !isiologis pasien. Sementara endoskopi nasal dibutuhkan untuk mengidenti!ikasi gejalagejala lain dari rinitis seperti polip hidung dan abnormalitas anatomik lainnya. %edua metode diagnosa di atas sering digunakan untuk penegakan diagnosis pasien yang diduga menderita rinitis alergi persisten. 5. Skin test
20
Skin test atau skin prick test mampu mengidenti!ikasi allergenspesi!ic g+ dalam serum. Test ini diperlukan bila simptom yang dialami bersi!at persisten danGatau sedang sampai berat, atau bila kualitas hidup pasien mulai terpengaruh. <. Nasal challenge test Test ini dilakukan ketika pasien diduga menderita rinitis alergi tipe occupational. Test ini juga akan mengidenti!ikasi sensiti7itas pasien terhadap !aktor pemicu tertentu secara spesi!ik.
F. PENATALAKSANAAN TERAPI RINITIS ALERGI
G+*+' 10. T++++,+ T&'+/ R/,// A&'-/
+. T<+, &'+/
)? eningkatkan kualitas tidur '? eningkatkan per!orma pasien di tempat kerja atau sekolah 21
;? enghilangkan gejala-gejala yang mengganggu akti7itas 8? enghilangkan atau meminimalkan e!ek samping terapi
*. G/7&/,& T&'+/
A"A >Allergic "hinitis and lts mpact on Asthma? >'(((? ditentukan berdasarkan !rekuensi terjadinya gejala dan 0"H2 pasien.
Terapi kombinasi A0 dan 3S disebutkan dalam guidelines A"A sebagai terapi untuk "A sedang- berat persisten. Secara teori, terapi kombinasi dapat dibenarkan dari mekanisme kerja yang berbeda dari obat- obat yang digunakan, dengan e!ek yang lebih cepat dari A0, yang bekerja terhadap !ase segera > bersin, gatal, rinore cair?, dan e!ek 3S yang lebih berperan pada !ase lambat, yang banyak didominasi oleh peradangan dan hidung tersumbat. Pada praktek rutin, terapi bertahap lebih dianjurkan, dengan mempertimbangkan hasil clinical trial , pilihan pasien, dan kondisi toleransi yang sebenarnya. A0 dianggap sebagai terapi "A lini pertama,
22
sedangkan 3S lebih cocok digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan gejala yang tidak terkontrol. enurut koreksi guidelines A"A terbaru, 3S sangat direkomendasikan sebagai terapi untuk "A > bukti penelitian kuat yang terpublikasi? dan sebagai tambahan pada terapi A0 baik pada "A musiman maupun sepanjang tahun. Walaupun 3S dan A0 menguntungkan untuk mengurangi semua gejala "A, namun A0 lebih sering dipilih sebagai monoterapi oleh dokter untuk mengobati segala jenis rhinitis > kecuali pada rhinitis yang parah, dimana persentasenya sama dengan jenis sedang pada penyakit tersebut?. =. S'+&-/ &'+/ (9+'+-/ 7+, ,,>9+'+-/) 1) T&'+/ ,,>9+'+-/
Salah satu terapi alergi adalah pencegahan dengan cara9 a? Sedapat mungkin hindari alergen b? Pada saat membersihkan rumah >termaksud menyapu lantai?, gunakan masker atau saputangan untuk menutup hidung. c? Sedapat mungkin gunakan alat pendingin ruangan >A3? di mobil atau di rumah. Alat ini dapat menyaring udara dari debu >salah satu !aktor memicu timbulnya rhinitis? d? Iangan memasukan hewan peliharaan ke dalam rumah. andikan hewan tersebut setiap hari agar tubuhnya senantiasa bersih. e? /ila memungkinkan, ganti kain gorden dengan tirai. 3uci sprei, selimut, dan sarung bantal secara berkala dengan air hangat. !? 1paya mengatasi gejala alergi pada hidung dapat membantu meredakan gejala alergi pada mata. g? Ialani pengobatan sedini mungkin dan minum obat-obat secara rutin. >S, '() 2) T&'+/ 9+'+-/
Tujuan terapi !armakologi untuk rinitis alergi adalah mencegah dan mengurangi atau meminimalkan gejala. #bat-obat yang digunakan antara lain adalah9 antihistamin, dekongestan nasal, kortikosteroid nasal, antikolinergik dan golongan kromolin.
23
O*+>*+ +,- 7/-,++, 1. T&'+/ L/,/ P&'++ R5/,// A&'-/ +. A,/5/+/,
Alergi rhinitis, seperti semua reaksi alergi, dapat menyajikan dua tahap. Tahap pertama, dikenal sebagai !ase langsung, terjadi dalam beberapa menit setelah stimulus antigenik, dan tahap kedua, dikenal sebagai akhir, atau in!lamasi. &ase ini, terjadi dalam waktu empat sampai delapan jam setelah stimulus. &ase tersebut terjadi karena adanya mediator kimia,. 0istamin adalah mediator utama melalui degranulasi mastocytes dan baso!il. 0istamin adalah mediator utama yang bertanggung jawab untuk munculnya gejala karakteristik rhinitis alergi, seperti bersin berurutan, rhinorrhea dan hidung pruritus G obstruksi. ni pertama kali diidenti!ikasi di laboratorium oleh Windaus dan @ogt pada tahun )(*, dan sejak itu, penelitian telah dimulai dalam mencari obat untuk mencegah dampaknya. "eseptor histamin dapat diklasi!ikasikan menjadi empat kelompok >0), 0', 0; dan 08?, yang berbeda satu sama lain, transduksi sinyal dan !ungsi, yang terakhir kurang penting. Semua reseptor histamin memiliki -protein dan pasangan reseptor. "eseptor -protein pada posisi 0), dikodekan oleh kromosom ;, bertanggung jawab untuk berbagai gejala penyakit alergi, seperti rhinorrhea, bronkokonstriksi dan kontraksi otot gastrointestinal. Antihistamin telah disintesis dan diperkenalkan dalam pengobatan rhinitis alergi selama lebih dari 5( tahun, yang disebut generasi pertama, yang pokok e!ek samping adalah mengantuk. Tersedia di pasar, dan di antara mereka yang disediakan oleh Sistem %esehatan /ersatu yang hydroEyDine, berasal dari PiperaDine, dan deEtrochloropheniramine, berasal dari alkylamines. ari tahun )*( dan seterusnya, penelitian telah menyebabkan penemuan dari antihistamin baru dengan e!ek
24
samping yang lebih sedikit, seperti loratadine, cetiriDine, le7ocabastine, aDelastine, epinastine, ebastine dan !eEo!enadine. enerasi baru antihistamin oral seperti Cetiri,ine+ fexofenadine+ loratidine dan a,elastine topikal sebagian besar bebas dari e!ek penenang antikolinergik dari antihistamin klasik dan memiliki durasi yang lebih lama. /aik oral maupun topikal antihistamin yang baru lebih direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk pengobatan ringan sampai sedang rhinitis alergi >biapina, dkk, '((=?. Cetiri,ine mempunyai keunggulan dibandingkan antihistamin lain
karena
mempunyai
e!ek
antiin!lamasi,
terutama
melalui
penghambatan proses kemotaksis sel in!lamasi. 0asil studi +T3A juga menunjukkan cetiri,ine mempunyai e!ekti7itas yang tinggi dengan e!ek samping yang minimal >0elmy ., dan Jakiudin ., '((*?. *. K'/&'/7 I,'+,++
%ortikosteroid intranasal merupakan obat antiin!lamasi pilihan menerus dari rhinitis alergi sejak awal )(-an. +!ek samping sistemik tidak terdeteksi bila digunakan dalam dosis yang dianjurkan. Selain itu, penggunaan dosis harian pagi telah meminimalkan dampak potensial pada hipotalamus-hipo!isis-adrenal >0PA? aEis. Pengaruh kortikosteroid intranasal untuk mengurangi peradangan pada mukosa hidung, yang menyebabkan peningkatan obstruksi hidung, pruritus dan bersin, serta dari rhinorrhea. Perlu dicatat bahwa kemudahan penggunaan obat dan kepatuhan memiliki e!ek yang besar untuk pengobatan. %ortikosteroid intranasal merupakan terapi lini pertama untuk A" sedang-berat. Tersedia steroid intranasal sekali sehari adalah triamcinolone acetonide+ budesonide+ fluticasone dan mometason. #bat tersebut mempengaruhi mekanisme in!lamasi dari proses awal alergi dan !ase akhir alergi dan e!ekti! dalam mengendalikan gejala 25
A". +!ek samping sistem penghantaran terkait seperti !reon yang diberikan dalam bentuk aerosol dapat menyebabkan perdarahan, pengeringan dan pengerasan kulit dari mukosa hidung. Anak-anak harus mendapatkan dosis terendah dari intranasal kortikosteroid. +!ek samping sistemik dari kortikosteroid tidak banyak masalah sistem penghantaran hanya lokal. Namun, beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara posterior katarak subkapsular, glaukoma dan kortikosteroid intranasal >biapina, dkk, '((=?. %ortikosteroid intranasal memiliki keunggulan yang nyata dalam pengobatan "A. #bat ini lebih unggul dibandingkan dengan antihistamin.
Pemberian
kortikosteroid
secara
topikal
dapat
mengurangi dosis yang dibutuhkan dan mengurangi e!ek samping. +!ek samping ini biasanya ringan dan akan hilang dengan sendirinya. %ortikosteroid intranasal sangat e!ekti! dalam menghilangkan gejala "A seperti bersin, rasa gatal, hidung berair, dan hidung tersumbat. +!ek terapi mulai kelihatan pada hari kedua sampai ketiga pengobatan dengan puncaknya pada minggu kedua sampai ketiga. #leh karena gejala "A didahului oleh proses alergi dan hipereakti7itas, terapi %SN sebaiknya diberikan sebelum gejala timbul. Akan tetapi jika diberikan segera setelah timbulnya reaksi terhadap alergi, obat tersebut dapat juga mencegah berlanjutnya in!lamasi dan mencegah timbulnya gejala. /iasanya pada permulaan terapi sering dikombinasikan dengan antihistamin >Simbolon dkk, '((. 2. T&'+/ L+/, U, P&,-*++, R5/,// A&'-/ +. D&=,-&+,
ekongestan mengurangi hidung tersumbat dengan mengakti!kan reseptor K-adrenergik pada pembuluh hidung yang mengebabakan 7asokonstriksi, menciutkan mukosa hidung yang membengkak dan
26
memperbaiki pernapasan. %ombinasi pseudoe!edrin dan antihistamin telah ditemukan secara signi!ikan lebih e!ekti! dalam mengurangi jumlah gejala hidung dari agen alergi >/hanwra, '())?. *. D/7/ '-/+
isodium kromoglikat, yang menstabilkan mastocytes, dapat digunakan dalam pengobatan rhinitis alergi dan mempunyai e!ek samping minimal. Namun, keberhasilan adalah sederhana. alam sebuah studi yang menge7aluasi e!ekti7itas obat ini, mengamati bahwa kromoglikat lega rhinorrhea dan hidung pruritus jika dibandingkan dengan plasebo, meskipun perbedaan antara kelompok yang menerima obat dan kelompok yang menerima plasebo secara statistik tidak signi!ikan. Namun, bersin dan sumbatan hidung secara signi!ikan lega setelah pemberian kromoglikat. #bat ini bekerja dengan menghambat degranulasi dari sel mast dan mencegah pelepasan histamin dan mediator lain dari respon alergi. tu harus diberikan 8 kali sehari dan digunakan untuk pro!ilaksis. Salah satu keterbatasan penggunaan dinatrium kromoglikat adalah perlunya untuk mengatur dosis empat kali sehari, yang akhirnya akan mengarah ke kurang kepatuhan dalam jangka panjang. Sangat menarik bahwa penggunaan dinatrium kromoglikat bisa menjadi pilihan dalam kasus ringan >biapina, dkk, '((=?. =. L&'/&,& '&+=' +,+-,/
2eukotrien merupakan mediator penting dari reaksi alergi hidung yang terlibat di kedua !ase, awal dan akhir !ase respon alergi. Penelitian telah menunjukkan bahwa montelukast adalah e!ekti!, see!ekti! antihistaminic dan menggunakan kedua !eEo!enadine dan montelukast menunjukkan kontrol secara signi!ikan lebih baik dari hidung
27
tersumbat,
menunjukkan
bahwa
reseptor
leukotrien
kombinasi
antagonist- antihistamin lebih e!ekti! daripada antihistamin saja dalam pengendalian gejala rhinitis alergi tetapi kurang unggul disbanding intranasal kortikosteroid dalam menangani rhinitis alergi seasonal >/hanwra, '())?. 7. I,&'+/
munoterapi subkutan >S3T? diindikasikan untuk pengobatan A", pada pasien yang terus memiliki gejala sedang-parah. Tetapi obat ini hanya e!ekti! jika allergen spesi!iknya diketahui. #bat injeksi ini mengandung Dat-Dat allergen dianggap dapat memicu timbulnya gejala alergi. munoterapi diindikasikan bagi pasien yang tidak mempan terhadap !armakoterapi yang diberikan, sulit melakukan penghindaran allergen dan tersedia dalam ekstrak allergen yang sesuai. munoterapi di kontraindikasikan bagi pasien yang menderita asma yang tidak stabil, penyakit paru atau kardio7askuler yang berat, penyakit autoimunitas dan kanker serta ibu hamil, karena beresiko menyebabkan ana!ilaksis sistemik pada janin >/hanwra, '())?. &. A,/>I-E +,/*7/&
Produksi g+ adalah mekanisme utama reaksi hipersensiti7itas pada pasien dengan rhinitis alergi. /erinteraksi dengan reseptor a!initas rendah dan tinggi. Penggunaan monoklonal anti-g+ antibodi belum disetujui untuk pengobatan rhinitis alergi, meskipun uji klinis telah mengungkapkan kemanjurannya >/hanwra, '())?.
G. MONITORING DAN KIE
28
). onitoring Penyakit "initis Alergi onitoring terhadap gejala yang menyertai rhinitis alergi, jika gejalanya terkontrol tetapi e!ek samping tidak dapat diterima maka dosis dapat disesuaikan atau diganti dengan obat lain yang masih satu golongan terapi.Iika gejala tidak terkontrol amati kepatuhan pasien terhadap terapi.ilakukan monitoring terhadap penggunaan obat selama ;-5 hari. onitoring gejala dan +S#. '. %+ Pasien engan Penyakit "initis Alergi emberikan in!ormasi tentang obat kepada keluarga dan pasien, memberikan pengertian kepada pasien untuk menghindari alergen >debu, bulu binatang, serbuk bunga? agar rhinitis alergi tidak terjadi.emberikan in!ormasi, instruksi dan peringatan kepada pasien tentang e!ek terapi obat dan e!ek samping yg mungkin timbul selama pengobatan >biapina, dkk, '((=?. H. STUDI KASUS RHINITIS ALERGI
Seorang pasien bernama ike kusmita dewi mengalami rhinore sejak ) bulan yang lalu, bersi!at encer dan berwarna putih. #bstruksi nasi saat dingin dan di sertai bersin-bersin dan tidak memiliki riwayat alergi. /erdasarkan pemeriksaan !isik mukosa konka hipertro!i, konka kongesti, konka hiperemis positi! dan de7iasi septum negati!. i diagnosis rhinitis alergi. iberikan e!edrin hcl, cro!ed 'E), cetriDine )E), dan metyl petnisolone ;E 8.
BAB III PENUTUP
29
A. KESIMPULAN ). Perkembangan "hinitis di ndonesia cenderung meningkat dengan
cepat. 0al ini dapat di lihat berdasarkan data pre7alensi rinitis alergi di ndonesia yang berasal dari beberapa sentra pendidikan spesialis T0T%2, pre7alensi rinitis alergi di sekitar Iakarta pada usia dibawah )8 tahun adalah )(,'6. Pada unit rawat jalan Alergi munologi T0T "S dr Wahidin Sudirohusodo akassar selama ' tahun >'((8 4'(( didapatkan <8,86 pasien rinitis alergi dari ';< pasien yang menjalani tes cukit kulit. i %ota Semarang, dengan menggunakan kuesioner SAA3 !ase tahun '((' pada siswa SP usia )' 4 )5 tahun, diperoleh pre7alensi rinitis alergi sebesar )=,<6. '. "hinitis Alergi adalah in!lamasi pada hidung yang ditandai dengan rinorea dan obstruksi >sumbatan? pengeluaran cairan hidungC dapat terkait dengan gatal konjukti7a dan !aring, lakrimasi serta sinusitis. ;. Tanda dan gejala rhinitis alergi yaitu gejala-gejala rinore anterior dengan produksi air berlebih, bersin-bersin, obstruksi nasal, rasa gatal atau pruritis pada hidung, atau konjungti7itis >jarang? selama lebih dari satu hari. 8. Pato!isiologi "hinitis alergi yaitu pemaparan polen dan allergen lain pada mukosa hidung orang yang tersensitisasi menyebabkan pelepasan g+ yang merangsang sel mast, yang berikutnya melepaskan mediatormediator yang menyebabkan hyperemia mukosa, bengkak dan mengeluarkan cairan. n!lamasi permukaan mukosa hidung mempermudah penetrasi allergen kejaringan lebih dalam yang merupakan tempat kontak dengan sel mas peri7enular. Sumbatan ostia sinus dapat mengakibatkan sinusitis sekunder dengan atau tanpa in!eksi bakteri. 5. iagnosis "hinitis Alergi yaitu a. Pemeriksaan !isik 9 mukosa nasal mungkin berair atau merah >eritema?, mungkin ada polipC konjungti7a mungkin in!lamasi atau edemaC mani!estasi kondisi alergi lain >seperti asma, eksim? dapat terjadi b. Tes kulit >Skin test? terhadap Ag yang terhisap atau termakan
30
c. Apus nasal >Nasal smear? dapat merangsang pelepasan sejumlah besar eosino!ilC terdapatnya neutro!il d. Total dan spesi!ik serum g+ mungkin meningkat <. Tatalaksana Terapi "hinitis Alergi dapat dilakukan dengan dua terapi yaitu terapi non !armakologi dapat dilakukan dengan menghindari paparan allergen yang terdapat pada lingkungan sekitas dan terapi !armakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan. *. onitoring penyakit rhinitis alergi dilakukan terhadap penggunaan obat selama ;-5 hari dan memonitoring gejala terhadap rhinitis alergi dan e!ek samping dari penggunaan obat. %+ penyakit rhinitis alergi yaitu memberikan in!ormasi tentang obat kepada keluarga dan pasien, memberikan pengertian kepada pasien untuk menghindari alergen >debu, bulu binatang, serbuk bunga? agar rhinitis alergi tidak terjadi.emberikan in!ormasi, instruksi dan peringatan kepada pasien tentang e!ek terapi obat dan e!ek samping yg mungkin timbul selama pengobatan =. Seorang pasien bernama ike kusmita dewi mengalami rhinore sejak ) bulan yang lalu, bersi!at encer dan berwarna putih. #bstruksi nasi saat dingin dan di sertai bersin-bersin dan tidak memiliki riwayat alergi. /erdasarkan pemeriksaan !isik mukosa konka hipertro!i, konka kongesti, konka hiperemis positi! dan de7iasi septum negati!. i diagnosis rhinitis alergi. iberikan e!edrin hcl, cro!ed 'E), cetriDine )E), dan metyl petnisolone ;E 8. B. SARAN Saran dari makalah ini yaitu diharapkan kepada mahasiswa agar dapat
mengaplikasikan mata kuliah %imia edisinal dalam bidang &armasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
31