ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RHINITIS ALERGI
KELOMPOK 1 Anastasya Donadear (220110080001) Sarah R.F. (220110080013) (220110080013) Ayu Agustina (220110080025) (220110080025) Nina Irmayani (220110080037) (220110080037) Ilma Fahma N.S. (220110080049) (220110080049) Rola Oktorina (220110080061) (220110080061) Fitri Risma hayati (220110080073) Silvia Junianty (220110080097) (220110080097) Wimby Dea Rambadi (220110080109) Dewi Asmalinda (220110080121) (220110080121) Dewi Indriyani Utari (220110080133) (220110080133) Siti Annisa Z.N (220110080145) (220110080145) Anis Supi Tasripyah (220110080157) (220110080157)
UNIVERSITAS PADJADJAAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR, APRIL 2009
KATA PENGANTAR
Puji Puji dan dan syuk syukur ur kami kami panj panjat atka kan n keha kehadi dira ratt Tuha Tuhan n YME YME yang yang tela telah h memberikan karunianya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Rhinitis Rhin itis Alergi” ini dapat diselesaikan. disele saikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah respirasi pada khususnya, dan untuk memberikan pengetahuan kepada calon perawat tentang penyakit rhinitis. Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Irma Irman n Soem Soeman antr tri, i, S.Kp S.Kp,, M.ke M.kep, p, sela selaku ku koor koordi dina nato torr mata mata kuli kuliah ah respiratory yang telah memberikan kasus yang memicu kami untuk mencari mencari informa informasi si lebih lebih banyak banyak demi demi tersele terselesaik saikanny annyaa pembuat pembuatan an makalah ini. 2. Restu Restunin ning g Widi Widiasi asih, h, S.Kp S.Kp.. M. Kep. Kep. Sp. Sp. Mat, Mat, selaku selaku fasil fasilita itato torr kami kami yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini. 3. Tema Teman n – teman teman SGD SGD Kelomp Kelompok ok 1, yang telah telah bekerj bekerjaa sama sama dalam dalam pembuatan makalah ini. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam dalam penulis penulisan, an, karena karena kesempu kesempurnaa rnaan n itu hanyalah hanyalah milik-N milik-Nya ya semata. semata. Kami Kami harap harap para pembaca pembaca berkena berkenan n kiranya kiranya menyamp menyampaika aikan n kritik, kritik, usul, usul, dan saran saran kepada saya sehingga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca kelak.
Jatinangor, April 2009
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Latar Bela Belakan kang g Masalah Masalah Berbaga Berbagaii masala masalah h kesehat kesehatan an terus terus menerus menerus bermuncu bermunculan lan di Indonesi Indonesia. a. Akan tetapi, pemerintah belum cukup mengatasi masalah kesehatan tersebut. Seluruh bidang pelayanan kesehatan sampai saat ini sedang mengalami perubahan dan tidak satu pun perubahan yang berjalan lebih cepat disbanding masa masala lah h kese keseha hata tan n yang yang teru teruss mene meneru russ bert bertam amba bah, h, term termas asuk uk di bida bidang ng keperawatan. Hal ini memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat dan mahasiswa mahasis wa keperawatan dalam mengahdapi mengah dapi masalah tersebut. Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan perencanaan dan pencatatan yang dengan jelas mengidentifikasi masalahmasalah dan inetrvensi-interv inetrvensi-intervensi, ensi, juga perencanaa perencanaa perawatan perawatan kesehatan jangka pendek dan panjang panjan g untuk individu dan d an keluarga. Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul saat ini berhubungan dengan dengan pernafa pernafasan. san. Begitu Begitu banyak banyak masala masalah h yang muncul, muncul, utaman utamanya ya karena karena masalah lingkunagn yang tercemar polusi, gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit. Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah TBC, pneumonia, berbagai penyakit akergi karena k arena udara, dan asma yang sering terjadi di usia k anak-kanak. Dari Dari masala masalah h kesehata kesehatan n tersebut tersebut,, calon calon tenaga tenaga kesehata kesehatan, n, harus harus terus terus mengk mengkaj ajii berbag berbagai ai penya penyakit kit yang yang muncu muncull untuk untuk dapat dapat memb membua uatt asuhan asuhan keperaw keperawatan atan yang sesuai sesuai dan tepat tepat agar masalah masalah kesehata kesehatan n secara secara bertahap bertahap dapat teratasi dan derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
B.
Identifikasi kasus
Adapun kasus pemicu dalam masalah ini adalah sebagai berikut : Pasien A 13 tahun datang ke rumah sakit dengan diantar orang tuanya dengan keluhan bersin yang terus menerus, rinorhea, nyeri kepala di daerah fronta frontal, l, adanya adanya rasa rasa gatal gatal di hidung hidung dan mata mata,, lakri lakrima masi si.. Orang Orang tuanya tuanya menyatakan bahwa hal tersebut seringkali timbul pada musim kemarau ketika banyak debu di jalanan, pasien pun mengalami penurunan berat badan akibat adanya anoreksia. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : tekanan datah (100/60 nnHg), RR = 30x/m irregular, secret encer. Pertanyaan : 1.
Jela Jelask skan an oleh oleh anda anda anato anatomi mi dan fisi fisiol olog ogii pern pernaf afas asan an bagia bagian n atas atas sesuai dengan kasus
2.
Jelask Jelaskan an pengat pengatura uran n pern pernafa afasan san dan mekan mekanism ismee bers bersin in
3.
Jela Jelask skan an tent tentan ang g dife difere rens nsia iall diag diagno nosi siss kasu kasuss di atas atas (rhi (rhini niti tis, s, sinusitis, faringitis, tosilitis, dan laringitis)
4.
Jela Jelask skan an kons konsep ep peny penyak akit it kasu kasuss di atas atas
5.
Proses ke keperawatan a. Pengkaji Pengkajian an apa saja saja yang yang dapat dilak dilakukan ukan dan dan dihasil dihasilkan kan sesuai sesuai kasus diatas b. Pemeriksaan fisik c. Diag Diagno nosa sa kepe kepera rawa wata tan n dan dan Renc Rencan anaa tind tindak akan an untu untuk k kasu kasuss tersebut
6.
Jela Jelask skan an aspek aspek pendi pendidi dika kan n kese keseha hata tan n yang yang akan akan dibe diberi rika kan n sesu sesuai ai kasus di atas
Dalam makalah ini kelompok kami membahas sebuah kasus mengenai masalah gangguan pernafasan. Setelah membaca dan mengkaji kasus tersebut dari gejala gejala dan tanda-t tanda-tanda anda yang dialami dialami pasien, pasien, kami kami menyepak menyepakati ati bahwa bahwa pasien A 13 tahun tersebut ters ebut menderita menderit a penyakit pen yakit rhinitis, rhinitis , yaitu penyakit inflamasi atau kelainan pada hidung akibat adanya alergi.
Kami menentukan diagnosa keperawatan lalu merancang intervensi, dan program pendidikan kesehatan yang sesuai se suai dengan kasus tersebut. ter sebut.
C.
Tujuan Maksud pembuatan makalah ini adalah agar kami, sebagai mahasiswa
mampu mampu melakuk melakukan an identif identifikas ikasii mengena mengenaii kasus kasus yang telah telah kami kami sepakati sepakati,, dalam dalam hal ini kasus kasus pasie pasien n A 13 tahun tahun yang yang mende menderi rita ta penya penyakit kit rhinit rhinitis is,, merancang rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi pada kasus tersebut. Selain untuk mampu merancang asuhan keperawatan yang tepat, dalam pembuatan makalah ini kami mampu untuk merancang program pendidikan kesehatan yang yang terkait dengan kasus tersebut dan mengaplikasikan mengaplikasikan hasilhasil penelitian yang terkait dengan kasus pada masalah sistem respirasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Anatomi sistem sistem perna pernapasa pasan n atas atas
1. Rongga Rongga Hidung Hidung (Cavum (Cavum Nasi) Nasi)
Hidung meliputi bagian eksternal eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara. Hidung bagian luar tertutup oleh kulit dan disupport oleh sepasang tulang hidung. Rongga hidung dimulai dari Vestibulum, yakni pada bagian anterior ke bagian posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas atas 2 bagia bagian, n, yakni yakni secara secara longi longitud tudina inall oleh oleh septum septum hidun hidung g dan secar secaraa transversal oleh konka superior, medialis, dan inferior. a. Bagia Bagian n – bag bagia ian n rongg ronggaa hid hidung ung 1) Terdapa Terdapatt rambut rambut yang berper berperan an sebagai sebagai penapi penapiss udara 2) Struktu Strukturr konka yang berfungs berfungsii sebagai sebagai proteksi proteksi terhadap terhadap udara udara luar karena strukturnya yang berlapis
3) Sel Sel sili siliaa yang yang berp berper eran an untu untuk k mele melemp mpar arka kan n bend bendaa asin asing g ke luar luar dalam dalam usaha usaha untuk untuk members membersihka ihkan n jalan jalan napas napas Vestib Vestibulum ulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi 4) Dala Dalam m rong rongga ga hid hidun ung g 5) Bagia Bagian n inte interna rnall hidun hidung g adal adalah ah rongga rongga berloro berlorong ng yang yang dipisa dipisahka hkan n menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi atau konka dari dinding lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut dis ebut mukosa hidung. hidun g. Lendir di sekre sekresi si secar secaraa terus terus-m -mene enerus rus oleh oleh sel-se sel-sell goble goblett yang yang melap melapisi isi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru paru. Jalan napas ini in i berfungsi berfung si sebagai sebag ai penyaring penyar ing kotoran kotor an dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi terl terleta etak k dalam dalam mukos mukosaa hidung hidung.. Fungs Fungsii ini ini berkur berkurang ang sejal sejalan an dengan dengan pertambahan usia. b. Fungsi hidung 1)
Dala Dalam m hal hal pern pernaf afas asan an,, udar udaraa yang yang diins diinspi pira rasi si melal melalui ui rongg ronggaa
hidung hidung akan menjal menjalani ani tiga proses proses yaitu yaitu penyari penyaringan ngan (filtra (filtrasi), si), penghangatan, dan pelembaban. Penyaringan dilakukan oleh memb membran ran mukos mukosaa pada pada rongga rongga hidun hidung g yang yang sangat sangat kaya kaya akan akan pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan mukus cair untuk membersihkan udara sebelum masuk ke Oropharynx. Penghangatan dilakukan oleh jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang sangat luas dari rongga rongga hidung. hidung. Dan pelemba pelembaban ban dilakuka dilakukan n oleh concha, concha, yaitu yaitu suatu area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa. 2)
Epit pithell ellium olf olfactory ory pad pada bagia gian media dial rong ongga hid hidung ung
memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi bau.
3)
Rongg Ronggaa hidun hidung g juga juga ber berhub hubung ungan an deng dengan an pem pemben bentuk tukkan kan sua suarara-
suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonansi.
2.
Faring Faring adalah adalah pipa berotot berukuran berukuran 12,5 cm yang berjalan dari dasar dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). (larinx-faringeal). Bagian Bagian sebelah sebelah atas faring dibentuk dibentuk oleh badan badan tulang tulang sfenoida sfenoidalis lis dan sebelah dalamnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang, faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung,
sementara
dinding
depannya
tidak
sempurna
dan
berhubungan dengan den gan hidung, mulut, dan laring. larin g. a. Faring dibagi ke dalam tiga tiga bagian, bagian, yaitu yaitu : 1) Nasofa ofarin ring Nasofaring adalah faring yang terletak di belakang hidung diatas palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limf limfoi oid d yang yang diseb disebut ut tonsil tonsil farin faringea geal/a l/aden denoid oid.. Jaring Jaringan an ini kadang kadang – kadang kadang membesa membesarr dan menutupi menutupi faring faring serta serta menyeba menyebabkan bkan pernapas pernapasan an mulut pada anak – anak. Tubulus auditorium terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui lubang tersebut udara dibawa ke bagian tengah teli teling nga. a. Naso Nasofa fari ring ng dila dilapi pisi si oleh oleh memb membra ran n muko mukosa sa bers bersil ilia ia yang yang merupakan lanjutan dari membran yang melapisi bagian hidung 2) Orofar faring Orofaring Orofaring dilapisi oleh jaringan epitel berjenjang. Orofaring terletak di belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini ada yang disebut arkus palatoglosum yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum. Orofaring merupakan bagian dari sitem pernafasan dan sitem pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk menelan dan bernafasa
secar secaraa bersa bersama maan. an. Saat Saat menel menelan an,, pernap pernapasa asan n berhe berhenti nti seben sebentar tar dan orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum. 3) Larin aringo gofa fari ring ng Lari Laring ngof ofar arin ing g
meng mengel elil ilin ingi gi mulu mulutt
esop esopha hagu guss
dan dan
lari laring ng,,
yang yang
merupak merupakan an gerbang gerbang untuk untuk sistem sistem respirst respirstori orik k selanjut selanjutnya. nya. Merupak Merupakan an posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem respirasi menjadi terpisah terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk ke bagian belakang, belakang, oesephagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke laring. b. Terdapat lapisan-lapisan, lapisan-lap isan, yaitu : 1)
Epitel Epitel Mukos Mukosaa Respir Respirato atoria ria Yait Yaitu u epitel epitel berde berderet ret sili silindri ndriss dengan 2 tipe : a) Dengan sel goblet. Sel-sel Sel-sel yang yang akan mensekresi mensekresi mucus/lendir yang akan menangkap bahan-bahan kotoran dari luar b) Sel-sel yang bercilia. Silia akan bergerak untuk mendorong mucus keluar. Epitelnya tinggi dan bersilindris. Pembuluh Darah Berfungsi untuk menghangatkan.
2)
Lamina Propia Terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar dan banyak sabut-sabut sabut-sa but elastis.
3)
Tuni unika subsub-M Muko ukosa Sekretnya ada yang kental ( mucous ) dan ada yang serous (cair). Fungsinya : untuk melembabkan udara. Mengandung jaringan ikat kendor kendo r yang mempunyai banyak jaringan limfoid, yaitu : a) Tonsillae Tonsillae Pharyngica, Pharyngica, letaknya letaknya di belakang belakang nasopharynx. b) Tonsilla Palatina, terletak di d i perbatasan rongga mulut mulu t dan oropharynx kiri kanan. c) Tonsillae Tonsillae Lingialis, Lingialis, terletak terletak pada akar lidah. lidah. d) Tonsillae Tonsillae Tubaria, terletak terletak di sekitar muara Tuba Eusthacii. Eusthacii.
3. Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Terbe Terbesar sar adala adalah h Cart Cartil ilago ago thyroi thyroid d yang yang berben berbentuk tuk seper seperti ti kapal kapal,, bagia bagian n depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cart cartila ilago go ini ini ada pita pita suara. suara. Sedik Sedikit it di bawah bawah carti cartila lago go thyro thyroid id terda terdapat pat cartila cartilago go cricoid. cricoid. Laring Laring menghub menghubungk ungkan an Laringo Laringophar pharynx ynx dengan dengan trachea, trachea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata cervical 4 sampai 6. Fungsi Fungsi utama utama laring laring adalah adalah untuk untuk memungk memungkinka inkan n terjadi terjadinya nya vokalis vokalisasi. asi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. a. Bagi Bagian an - bag bagia ian n lar larin ing g 1) Kartilago Kartilago tidak tidak berpasangan berpasangan a) Kart Kartil ilago ago Tiroi Tiroid d (Jakun (Jakun)) terle terletak tak di bagian bagian proks proksina inall kelenj kelenjar ar tiroid. Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormone yang di sekresi saat pubertas. b) Kartilago Krikoid adalah adala h cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah kartilago tiroid. c) Epiglot Epiglotis is adalah adalah katup kartilago kartilago elastis elastis yang melekat melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglottis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan. 2) Kartil Kartilago ago berpasan berpasangan gan a) Kart Kartil ilago ago Arit Ariteno enoid id terle terletak tak di atas atas dan dan di kedua kedua sisi sisi karti kartila lago go krikoid. Kartilago ini melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari epithelium skuamosa bertingkat. bertin gkat. b) Kartilago Kornikulata melekat pada bagian ujung kartilagi aritenoid. Kartilago Kuneiform berupa batang=batang kecil yang membantu menopang jaringan lunak. c) Dua pasang pasang lipatan lipatan lateral membagi membagi rongga rongga laring laring d) Pasa Pasang ngan an bagi bagian an atas atas adal adalah ah lipa lipata tan n vent ventri ricu cula lar( r(pi pita ta suar suaraa semu)yang tidak berfungsi saat produksi suara.
e) Pasangan bagian bagian bawah adalah adalah pita suara sejati yang yang melekat pada kartilago tiroid dan pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid. Pembuka di antara kedua pita ini adalah glottis. a.
Mekanisme kerja glottis 1). Saat bernapas, pita suara terabduksi(tertarik membuka)oleh otot laring, dan glotis berbentuk triangular. 2). Saat menelan, pita suara teraduksi(tertarik menutup), dan glottis membentuk celah sempit. 3). Denga Dengan n demiki demikian an,, kontra kontraksi ksi otot otot rangk rangkaa menga mengatu turr ukuran ukuran
pembukaan glottis dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara. b).Fungsi spesifik laring 1). 1). Lari Laring ng seba sebaga gaii katu katup, p, menu menutu tup p sela selama ma mene menela lan n untu untuk k menc mencega egah h aspir aspirasi asi caira cairan n atau atau benda benda padat padat masuk masuk ke dalam dalam tracheobroncial 2). Laring sebagai katup selama batuk
4. Trakea Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memililiki panjang 11-12 cm dengan dengan diameter diameter sekitar sekitar 2,5 cm. Terdapat Terdapat pada bagian oesephag oesephagus us yang terentang mulai dari cartilago cricoid masuk ke dalam rongga thorax. Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks ke enam sampai area vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama. Tersusun dari 16 – 20 cincin tulang rawan berbentuk huruf “C” yang terbuka pada bagian belakangnya. Didalamnya mengandung pseudostratified ciliated columnar epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus.
Terdapat
batuk/bersin.Trakea
juga
cilia
yang
memicu
mengalami percabangan
bronchus kiri dan kanan. ka nan.
terjadinya
refleks
pada carina membentuk
B. Fisiologi Fisiologi saluran saluran pern pernapas apasan an atas
1. Proses Proses Venti Ventilas lasii
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru- paru. Ventilasi membutuhkan membutuh kan koordinasi otot o tot paru dan thoraks yang yan g elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical keempat. Perpind Perpindahan ahan O2 di atmosfe atmosferr ke alveoli, alveoli,dari dari alveoli alveoli CO2 CO2 kembal kembalii ke atmosfer. a. Faktor Faktor yang yang mempenga mempengaruhi ruhi prose prosess oksigena oksigenasi si dalam dalam sel adalah adalah : 1) Teka Tekana nan n O2 atm atmos osfe fer r 2) Jal Jalan na nafas fas 3) Daya Daya kem kemba bang ng torak torakss dan paru paru 4) Pusa Pusatt nafa nafass (Med (Medul ulaa oblo oblong ngat ata) a) yait yaitu u kema kemam mpuan puan untu untuk k merangsang CO2 dalam darah 2. Proses Proses Difusi Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningk Peningkata atan n ketebal ketebalan an membran membranee merinta merintangi ngi proses proses kecepata kecepatan n difusi difusi karen karenaa hal hal terseb tersebut ut memb membua uatt gas meme memerl rluka ukan n wakt waktu u lebih lebih lama lama untuk untuk melewati membran tersebut. Apabila Apabila alveoli alveoli yang berfungsi berfungsi lebih lebih sedikit sedikit maka maka darah darah permukaa permukaan n menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli. b. Faktor yang mempengaruhi difusi : 1) Luas Luas per permu muka kaan an par paru u
2) Tebal Tebal mem membr brane ane resp respir irasi asi 3) Jumlah Jumlah eryth eryth/ka /kada darr Hb Hb 4) Perbeda Perbedaan an tekana tekanan n dan konsentr konsentrasi asi gas 5) Wa Wakt ktu u difu difusi si 6) Afin Afinit itas as gas gas Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelu menyelubung bungii alveolus alveolus.. Selanj Selanjutny utnya, a, sebagia sebagian n besar besar oksigen oksigen diikat diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke selsel jaringan tubuh. Hemo Hemogl glob obin in
yang yang
terd terdap apat at
dalam butir darah merah atau erit eritro rosi sitt
ini ini
ters tersus usun un
oleh oleh
senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan
globin
yang
berupa
protein. Gbr. .Pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan Pembuluh darah yang menyelubungi Secara sederhana, pengikatan pengikatan oksigen oleh hemoglobin hemoglobin dapat diperlihatdiperlihatkan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2 Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mmhg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mmhg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena v ena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan d ilepaskan ke udara bebas. b ebas.
Seti Setiap ap 100 mm3 mm3 darah darah dengan dengan tekan tekanan an oksige oksigen n 100 100 mmHg mmHg dapat dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.
3. Proses Proses Transpor Transportasi tasi
Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah darah ke alveoli alveoli untuk untuk dikeluar dikeluarkan kan sebagai sebagai produk produk sampah. sampah. Pada tingkat tingkat jaringan, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada proses difusi.
4. Tr Tran ansp spor or O2 O2
Sist Sistem em tran transp spor orta tasi si oksi oksige gen n terd terdir irii dari dari sist sistem em paru paru dan dan sist sistem em kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk masuk ke paru-p paru-paru aru (venti (ventila lasi si), ), alir aliran an darah darah ke paruparu-par paru u dan dan jari jaringa ngan n (perfusi), kecepatan difusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990). Jumla Jumlah h oksig oksigen en yang yang larut larut dalam dalam plasm plasmaa relat relatif if kecil kecil,, yakni yakni hanya hanya seki sekita tarr 3%. 3%. Seba Sebagi gian an besa besarr oksi oksige gen n ditr ditran ansp spor orta tasi si oleh oleh hemo hemogl glob obin in.. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemo hemogl glob obin in..
Pemb Pemben entu tuka kan n
oksi oksi
hemo hemogl glob obin in
deng dengan an
muda mudah h
berb berbal alik ik
(reversi (reversibel bel), ), sehingga sehingga memungk memungkinka inkan n hemoglob hemoglobin in dan oksigen oksigen berpisa berpisah, h, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan.
5. Pengan Pengangku gkutan tan O2 O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dala dalam m
dara darah h
yang yang dise disebu butt
deok deoksi sige gena nasi si dan dan
meng mengha hasi silk lkan an seny senyaw awaa
oksihemoglobin (HbO). Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh.
6. Transp Transpor or CO2
Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat cepat di hidrasi hidrasi menjad menjadii asam karbonat karbonat(H2 (H2CO3 CO3)) akibat akibat adanya adanya anhidras anhidrasii karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen(H+)dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hydrogen di bulfor oleh hemoglobin dan HCO3 berdifusi dalam plasma. plas ma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih mudah daripada oksihemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon dioksida. a. Cara Cara pngang pngangkuta kutan n CO2 CO2 1) Karb Karbon on diok dioksi sida da laru larutt dala dalam m plas plasma ma,, dan dan memb memben entu tuk k asam asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2). 2) Karbon dioksida dioksida terikat pada pada hemoglobin dalam dalam bentuk karbomino karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2). 3) Karbo Karbon n dioksi dioksida da terik terikat at dalam dalam gugus gugus ion ion bikar bikarbon bonat at (HCO (HCO3) 3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut: CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3
Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.
C. Pengatur Pengaturan an pernafas pernafasan an dan mekanism mekanismee bersin bersin
1. Peng Pengat atur uran an perna pernafa fasa san n a.
Tiga Tiga pusa pusatt pen penge gend ndal alia ian n ata atau u pen penga gatu tura ran n per perna napa pasa san n
normal yaitu: 1) Pusa Pusatt Resp Respir iras asii Terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal. Pusat respirasi ini terdiri atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. 2) Pusa Pusatt Apne Apneus usti tik k Terletak Terletak pada pons bagian bawah. Mempunyai Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotakis dan impuls aferen vagus vag us dari reseptor paru-paru. Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan, maka terjadi apneustik. 3) Pusa Pusatt Pneum Pneumot otak aksi siss Terl Terlet etak ak pada pada pons pons bagi bagian an atas atas.. Bers Bersam amaa-sa sama ma vagu vaguss mengham menghambat bat pusat pusat apneusti apneustik k secara secara periodik periodik.. Pada Pada hiperpne hiperpnea, a, pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi. r espirasi.
Sendi da dan ot otot
kemoreseptor pe perifer
Serebrum
Pons
Medula oblongata
Kemo Kemore rese se tor tor sent sentral ral
Hembusan dada Nervus Frenikus
Diafragma Pengaruh aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan secara non kimia. Secara kimia, pengaturan dipengaruhi oleh penurunan tekanan oksigen darah arteri dan peningkatan tekanan CO2 atau konsentrasi hidrogen darah arteri. Kondis Kondisii terse tersebut but akan akan menin meningka gkatka tkan n tingk tingkat at akti aktivit vitas as pusat pusat respi respiras rasi. i. Perubahan Perubahan yang berlawanan mempunyai efek penghambatan penghambatan terhadap tingkat aktivitas respirasi. Secara nonkimia, pengaturan aktivitas pernapasan secara non kimia lainnya adalah suhu tubuh dan aktivitas fisik. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pernapasan menjadi cepat dan dangkal.
2. Meka Mekani nism smee Bers Bersin in Bersin Bersin terjadi terjadi lewat hidung hidung dan mulut. mulut. Udara Udara tersebu tersebutt keluar keluar sebagai sebagai respon respon yang yang dilak dilakuka ukan n oleh oleh memb membra ran n hidung hidung ketika ketika mende mendete teksi ksi adanya adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung. Di dalam tubuh mempunyai sistem penolakan terhadap sesuatu yang tidak seharusnya berada dalam tubuh seperti kehadiran bakteri, kuman, dll. Antibodi mengidentifikasi bahwa barang yang masuk tersebut membahayakan sistem tubuh maka terjadilah bersin. Secara refleks maka otot-otot yang ada di muka menegang, dan jantung akan berhenti berdenyut atau berhenti berdetak untuk sekejap, selama selama bersin bersin tersebut tersebut.. Setelah Setelah bersin bersin selesai selesai,, jantung jantung akan kembali kembali lagi berdenyut. Hidung dan Mulut
membran membran hidung
Antibodi (mendeteksi (mendeteksi
adanya bakteri) Bersin
D. Diferensi Diferensial al diagnosis diagnosis kasus kasus di atas atas (rhinitis, (rhinitis, sinusitis sinusitis,, faringit faringitis, is, tosilitis, tosilitis, dan laringitis) 1. Rhinitis
Rhinit Rhinitis is alergi alergi adalah adalah penyakit penyakit inflama inflamansi nsi yang disebabk disebabkan an oleh oleh reaksi reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersinsetitasi dengan allergen yang sama sama serta serta dilepas dilepaskann kannya ya suatu suatu mediat mediator or kimia kimia ketika ketika terjadi terjadi paparan paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut (Von Piqruet,1986).
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on Asthma) adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin – bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa terpapar allergen yang diperantai oleh Ig E. a. Penye Penyebab bab timb timbul ulnya nya rhini rhiniti tiss 1) Rini Rinitis tis alergi alergi musi musima man n (Hay (Hay Fever Fever)) umum umumnya nya disebab disebabkan kan kontak dengan allergen dari luar rumah seperti benang sari dari
tumbuhanyang
menggunakan
angin
untuk
penyerbukannya, penyerbukanny a, debu dan polusi udara ud ara atau asap. 2) Rinitis alergi rgi
yang ang
terjadi terus meneru erus
(per perenni nnial) al)
diakib diakibat atkan kan karen karenaa kontak kontak denga dengan n alle allerge rgen n yang yang serin sering g berada di rumah misalnya kutu debu rumah, debu perabot ruma rumah, h, bulu bulu bina binata tang ng peli peliha hara raan an sert sertaa baubau-ba baua uan n yang yang menyengat. b. Gejala – gejala 1) Bers Bersin in beru berula lang ng-u -ula lang ng seri sering ng kali kali pagi pagi dan dan malam alam hari hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali). 2) Hidung Hidung mengelu mengeluarka arkan n secret cair cair seperti seperti air (runny (runny nose). nose). Itu sebabnya penderita tidak bisa terlepas dari tisue atau sapu tangan. 3) Tera Terasa sa caira cairan n menet menetes es ke belakan belakang g hidung hidung (post (post nasal nasal drip) drip) karena hidung tersumbat. 4) Pada Pada kead keadaa aan n lanj lanjut ut dapa dapatt menye enyeba babk bkan an geja gejala la hidu hidung ng tersumbat serta batuk parah. 5) Hidung Hidung gatal gatal dan juga sering sering diserta disertaii gatal pada pada mata, mata, telinga telinga dan tenggorok. 6) Badan Badan menjadi menjadi lemah lemah dan dan tak berse bersemang mangat at 7) Hidun Hidung, g, langi langit-l t-lang angit it mulu mulut, t, tengg tenggoro orokan kan bagia bagian n belak belakang ang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. berangsur-angs ur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan d an hidung meler. 8) Beberapa Beberapa penderi penderita ta mengelu mengeluh h sakit kepala kepala,, batuk dan mengi mengi (ben (benge gek) k);;
menja enjadi di
muda mudah h
ters tersin ingg ggun ung g
dan dan
depe depere resi si;;
kehil kehilan angan gan nafsu nafsu makan makan dan menga mengalam lamii ganggu gangguan an tidur tidur.. Jarang terjadi konjungtivitis. 9) Lapisan Lapisan hidung hidung membeng membengkak kak dan berwarna berwarna merah merah kebirua kebiruan, n, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. 10) Hidung tersumbat bisa menyebabkan menyebabkan terjadinya penyumbatan penyumbatan tuba tuba eust eustak akiu iuss
di teli teling nga, a, sehi sehing ngga ga terj terjad adii
gang ganggu guan an
pendengaran, terutama teruta ma pada anak-anak. 11) Bisa timbul komplikasi komplikasi berupa sinusit sinusitis is (infeks (infeksii sinus) sinus) dan polip hidung.
c. Patofis Patofisiolo iologi gi dan dan etoil etoilogi ogi rhini rhinitis tis alergi alergi Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. 1) Dua fase fase reaks reaksii ale alergi rgi a) Imme Immedia diate te Phase Phase Aller Allergi gicc Reac Reacti tion. on. Berl Berlang angsun sung g seja sejak k kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya. b) Late Phase Allergic Reaction. Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam. 2) Berdasa Berdasarkan rkan cara cara msukny msuknyaa allerge allergen n dibagi dibagi atas atas : a) Aler Alerge gen n Inha Inhala lan, n, yang yang masu masuk k bers bersam amaa deng dengan an udar udaraa pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur b) Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang c) Aler Alerge gen n Inje Injekt ktan an,, yang yang masu masuk k mela melalu luii sunt suntik ikan an atau atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
d) Alergen Alergen Kontakta Kontaktan, n, yang masuk masuk melalui melalui kontak kontak dengan dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan d. Pengoba gobattan 1).
Terapi
yang
pali aling
idea deal
adala alah
mengh enghiindar dari
atau
meminim meminimalka alkan n kontak kontak dengan dengan allerge allergen. n. Misaln Misalnya ya menghind menghindari ari penyebab terjadinya reaksi rinitis alergi. Contohnya menjaga kebersihan rumah dan menghindari memakai alat atau bahan yang mudah menyimpan debu misalnya karpet.. 2). Simtomatis (a). Medikamentosa Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamine H1,yang bekerja bekerja secara inhibitor inhibitor kompetitif kompetitif pada reseptor reseptor H-1 sel target. (b). Operatif Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior). 3). Imunoterapi (a). Desensitisasi dan hiposensitisasi Pengoba Pengobatan tan ini dilakuk dilakukan an pada alergi alergi inhalan inhalan dengan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama. (b). Netralisasi Dilakukan Dilakukan untuk alergi makanan.Pada makanan.Pada netralisasi,tub netralisasi,tubuh uh tidak membentuk “blocking antibody”. Komplikasi rhinitis alergi yang sering adalah 1. Polip hidung 2. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. 3. Sinusitis paranasal
2. Sinusitis
a. Definisi Yang dimaksu dimaksud d dengan dengan sinusiti sinusitiss adalah adalah radang radang (proses (proses inflama inflamasi) si) mukosa sinus paranasal (Mangunkusumo (Mangunkusumo & Rifki, 2006) . Sinus paranasal merupakan merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk terbentuk rongga di dalam tulang. bentuknya sangat bervariasi pada setiap individu.
Ada 4 pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sphenoid. Sesuai dengan anatomi sinus sinus yang yang terke terkena, na, sinus sinusit itis is dapat dapat dibag dibagii menja menjadi di sinusi sinusiti tiss maksi maksila la,, sinusistis etmoid, sinusitis frontal, sinusitis sfenoid. b. Patofisiologi Bila Bila terjadi terjadi edema edema di kompleks kompleks osiomet osiometal, al, mukosa mukosa yang letaknya letaknya berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam dalam sinus sinus,, sehing sehingga ga sili siliaa menj menjadi adi kurang kurang akti aktiff dan lendi lendirr yang yang diproduksi oleh mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya tumbuhnya bakteri bakteri patogen. Bila sumbatan sumbatan terus terjadi, terjadi, akan terjadi terjadi hipoksia hipoksia dan retensi retensi lendir, lendir, sehingga sehingga timbul timbul infeksi infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya bisa terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid, dan kista. 1) Faktor Faktor predispos predisposisi isi atau atau yang memperber memperberat at sinusitis sinusitis adalah adalah sebagai sebagai berikut: a) Obstr Obstruks uksii ostiu ostium m sinus sinus Secara Fungsional di bagi menjadi 2 yaitu Inflamasi (Infeksi, misalny misalnyaa virus virus dan noninfek noninfeksi, si, misalny misalnyaa rhiniti rhinitiss alergik alergika) a) dan Noninflamasi
(Rhinitis
medikamentosa
dan
Rhinitis
pada
kehamilan). Seca Secara ra Meka Mekanik nik dibag dibagii menja menjadi di 3 yaitu yaitu Polip Polip atau atau tumo tumor r hidung, benda asing, dan deviasi septum hidung atau hipertrofi adenoid. b) Gangguan pertahanan imun Terbagi Terbagi menjadi menjadi gangguan gangguan primer primer (defisie (defisiensi nsi antibod antibody y dan disfungs disfungsii netrofil netrofil)) dan gangguan gangguan sekunder sekunder (kerusak (kerusakan an vaskular vaskular,, misalnya diabetes dan latrogenik, misalnya kemoterapi). c) Klien Klien mukus mukus abnormal abnormal.. Terbagi Terbagi atas atas gangguan gangguan fungsi fungsi silia silia dan dan mukus abnormal (fibrosis kistik) c. Klasif sifikas kasi
Secara klinis sinusitis dapat sikategorikan sebagai sinusitis akut apabila gejalan gejalanya ya berlangs berlangsung ung dari beberapa beberapa hari sampai 4 minggu; minggu; sinusit sinusitis is subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan; dan sinusitis kronis apabila lebih dari 3 bulan. Apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut; subakut bila tanda akut sudah reda dan perubaha perubahan n histolog histologik ik mukosa mukosa sinus sinus masih masih reversible; reversible; kron kronis is bila bila perubahan histologik mukosa sudah irreversible, irreversible, misalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi atau polipoid. 1) Sinus inusit itis is aku akutt Penya Penyaki kitt ini dimula dimulaii dengan dengan penyum penyumbat batan an daera daerah h komple kompleks ks ostiometal oleh infeksi, obstruksi, alergi, atau infeksi gigi. a) Penyebabnya (1) (1) Rinit initis is akut akut;; (2) Infek Infeksi si farin faring, g, misal misalnya nya faring faringit itis, is, adenoi adenoidit ditis is,, tonsi tonsill llit itis is akut; (3) Infek feksi gigi rah rahang atas M1, M2, M3, sert sertaa P1 dan dan P2 (dentogen); (4) Beren Berenang ang dan menye menyelam lam;; (5) (5) Trau Trauma ma,, dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n perd perdar arah ahan an muko mukosa sa sinu sinuss paranasal; dan (6) Barotr Barotrauma auma,, dapat menye menyebabk babkan an nekrosis nekrosis mukos mukosa. a. b) Gejala yang bisa timbul (1) (1) Geja Gejala la subj subjek ekti tif f Dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik seperti demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung terdapat ingus yang kental dan berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring, hidung tersumbat, nyeri di daerah daerah sinus sinus yang terkena, terkena, kadang-ka kadang-kadang dang dirasaka dirasakan n juga di tempat lain karena nyeri alih (referred (referred pain). pain). (2) (2) Geja Gejala la obje objekt ktif if
Pada
pemeriksaan
sinusitis
akut
akan
tampak
pembengkakan di daerah muka. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa mukosa konka konka hiperem hiperemis, is, turbinat turbinat hidung hidung membeng membengkak kak dan kemera kemerahan han.. Pada Pada rinos rinoskop kopii poste posteri rior or tamp tampak ak mukop mukopus us di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram dan gelap. c) Pengo Pengobat batan an Pasi Pasien en deng dengan an sinu sinusi siti tiss akut akut akan akan meng mengal alam amii perb perbai aika kan n simtomatik jika demam dan nyeri dikendalikan dengan analgetik, antipiretik, antipiretik, atau seringkali seringkali dengan narkotika. narkotika. Dapat juga dilakukan terapi medikamentosa berupa antibiotika (dari golongan penisilin) selama 10-14 hari, meskipun gejala klinik telah hilang. Diberikan juga
obat
dekongestan
lokal
berupa
tetes
hidung
untuk
memperlancar drainase sinus. Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang dilakukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi k omplikasi ke k e daerah orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri hebat karena k arena ada sekret yang tertahan te rtahan sumbatan.
2) Sinu Sinusi siti tiss Suba Subaku kutt Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut, hanya saja tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda. Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen pada nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit suram atau gelap. a) Pengo ngobat batan Untuk terapinya, mula-mula diberikan diberikan medikamentosa, medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan seperti diatermi dengan sinar gelombang gelombang pendek (ultra short wave diathermy), diathermy ), sebanyak 5-6 kali pada dearah yang ya ng sakit untuk memperbaiki vaskularisasi vaskularis asi sinus, atau pencucian
sinus.
Obat
yang
diberikan
berupa
antibiotika
berspektrum luas, atau yang sesuai dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari, analgetika, antihistamin, dan mukolitik. Dapat diberika diberikan n juga obat-oba obat-obatt simtom simtomast astis is berupa berupa dekonges dekongestan tan lokal lokal
(obat tetes hidung) untuk memperlancar drainase. Obat tetes hidung hanya boleh diberikan selama 5-10 hari karena jika terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa.
3) Sinu Sinusi siti tiss kro kroni niss Berbeda Berbeda dari sinusiti sinusitiss sebelum sebelumnya, nya, sinusiti sinusitiss kronis kronis lebih lebih sulit sulit disembuhkan hanya dengan pengobatan medikamentosa, harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya. Awalnya Awalnya,, silia silia mengala mengalami mi kerusaka kerusakan n menyeba menyebabkan bkan terjadi terjadinya nya perubahan mukosa hidung.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh
polusi bahan kimia, alergi, atau defisiensi imunologik. Perubahan mukosa mukosa hidung hidung akan memperm mempermudah udah terjadin terjadinya ya infeksi infeksi dan infeksi infeksi menjadi kronis apabila pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna. polusi bahan
silia rusak
obstruksi mekanik
gangguan
perubahan
alergi dan defisiensi
infeksi kronis
pengobatan infeksi infeksi akut yang tak sempurna
Infek Infeksi si kemu kemudia dian n akan akan menye menyeba babka bkan n edema edema konka konka sehing sehingga ga drainase drainase sekret sekret tergangg terganggu u dan dapat dapat menyeba menyebabkan bkan silia silia rusak rusak dan seterusnya. a) Geja Gejala la yang yang mung mungki kin n timb timbul ul:: (1) (1) Geja Gejala la subj subjek ekif if Sangat bervariasi dari yang ringan sampai berat, terdiri dari: (a) gejala gejala hidung dan nasofarin nasofaring, g, berupa sekret sekret di hidung hidung dan sekret pasca nasal ( post post nasal drip); drip);
(b) gej gejala far faring, ng, rasa tidak nya nyaman dan gatal di tenggorokan; (c) gejala telinga, pendengaran pendengaran terganggu; terganggu; (d) adanya nyeri nyeri atau atau sakit sakit kepala; kepala; (e) (e) gejal gejalaa mata mata;; (f) gejala gejala saluran saluran napas berupa berupa batuk dan kadang-ka kadang-kadang dang terdapat komplikasi di paru-paru berupa bronkitis atau asma asma bron bronki kial al atau atau bron bronki kiet etas as,,
sehi sehing ngga ga terj terjad adii
penyakit sinobronkitis; sinobro nkitis; dan (g) gejala gejala saluran saluran cerna. cerna. (2) (2) Geja Gejala la obje objekt ktif if Tidak Tidak ditem ditemuka ukan n adanya adanya pembe pembengk ngkak akan an waja wajah. h. Pada Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok. Mikroba yang ikut berperan menyebabkan infeksi adalah kuman kuman aerob aerob S.aureu S.aureus, s, S.viri S.viridans dans,, H.influ H.influenza enzae, e, dan kuman kuman anaerob Peptostreptokokus dan Fusobakterium. b) Pengobatan Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotika untuk mengatasi infeksi dan obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotika diberika diberikan n sekurang sekurang-kur -kurangn angnya ya 2 minggu. minggu. Selain Selain itu, dapat dapat juga diban dibantu tu dengan dengan diate diaterm rmii gelom gelomban bang g pendek pendek selam selamaa 10 hari hari di daerah sinus yang sakit. Tindakan lain yang dapat diberikan adalah melakukan pembersihan sekret dari sinus yang sakit atau tindakan lain yang dapat membantu memperbaiki drainase sekret.
3. Faringitis a.
Definisi
Faringi Faringitis tis adalah adalah suatu suatu radangan radangan pada tenggoro tenggorokkan kkan faring (faring ) yang yang biasanya disebut juga ju ga dengan radang tenggorokkan. ten ggorokkan.
b. Penyebab
Faringi Faringitis tis disebabk disebabkan an oleh virus virus maupun maupun bakteri bakteri,, kebanyak kebanyakan an oleh virus, rus,
terma rmasuk suk
vir virus
penye enyeb bab
comm common on
cold cold ,
flu, flu,
aden adenov ovir irus us,,
mononukleosis atau HIV . Bakter Bakterii yang menyeba menyebabkan bkan faringi faringitis tis adalah adalah strep streptok tokoku okuss grup grup A, korine korinebak bakter teriu ium, m, arkan arkanoba obakt kteri erium um,, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae. pneumoniae . c. Geja Gejalla dan dan tand tandaa
Gejala Gejala faringiti faringitiss yang ditimbul ditimbulkan kan oleh bakteri bakteri maupun maupun virus virus pada umumnya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. selain itu disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening di leher dan peningkatan jumlah sel darah putih.
d. Jeni Jeniss fari faring ngit itis is Faringitis Virus
Faringitis Bakteri
Biasany Biasanyaa tidak tidak ditemuk ditemukan an Sering Sering ditemuk ditemukan an nanah nanah di nanah di tenggorokan tenggorokan Demam Demam ringan ringan atau atau tanpa tanpa Demam demam sedang Jumlah sel sel dar darah normal atau meningkat Kelenja njar get getah normal atau membesar
ringan
sampai
puti utih Jumlah sel darah putih agak meni mening ngka katt ring ringan an samp sampai ai sedang benin ning Pembengkakan ringan sedikit sampai sedang pada kelenjar kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan Tes apus tenggorokan memb member erik ikan an hasi hasill posi positi tif f memberikan hasil negatif untuk strep strep throat Pada biakan di Bakteri tumbuh pada biakan laboratorium tidak tumbuh di laboratorium bakteri e. Pengobatan
Untuk Untuk mengura mengurangi ngi nyeri nyeri tenggoro tenggorokan kan diberika diberikan n obat pereda pereda nyeri nyeri (analgetik ) seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye sindroma Reye.. Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting bagi penderita untuk meminum obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter dokter,, agar agar tida tidak k terja terjadi di resis resiste tensi nsi pada pada kuman kuman penyeb penyebab ab farin faringit gitis is.. Untuk Untuk mengata mengatasi si infeksi infeksi dan mencega mencegah h komplika komplikasi si (misaln (misalnya ya demam ), jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika rematik ), penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.
4. Tonsilitis
a. Klasi Klasifi fikas kasii tonsi tonsill lliti itiss 1)
Tonsillitis akut Radang
akut
tonsil
dapat
disebabkan
kuman
grup
A
STREPTOKO STREPTOKOKUS KUS Βhemolitikus, Βhemolitikus, pneumokokus, pneumokokus, Streptokokus Streptokokus viridian dan Streptokokus Streptokokus piogenes. Hemofilusvinfluenza Hemofilusvinfluenzaee merupakan merupakan penyebab tonsillitis akut supiratif. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil tonsil akan akan menim menimbul bulkan kan reaksi reaksi radang radang berupa berupa kelua keluarny rnyaa leuko leukosit sit polimorfonuklear sehingga terbantuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan kumpulan leukosit, leukosit, bakteri bakteri yg mati mati dan epitel yang terlepas. terlepas. Secara Secara klinis klinis detritus detritus ini mengisi mengisi kriptus kriptus tonsil tonsil dan tampak tampak sebagai sebagai bercak bercak kuning. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. a) Gejala Gejala dan tanda tanda Nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, menelan , demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Pada pemeriksaan tampak tonsi tonsill memb membeng engka kak, k, hipere hiperemi miss dan terda terdapat pat detri detritu tuss berben berbenuk uk
foli folike kel, l, lacu lacuna na atau atau tert tertut utup up oleh oleh memb membra ran n semu semu.. Kele Kelenj njar ar submandibula membengkak dan nyeri tekan. b) Pengobatan Terapi. Antibiotika spectrum lebar atau sulfonamide, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan. c) Komp Kompli likas kasii Pada Pada anak sering menimb menimbulka ulkan n komplika komplikasi si otitis otitis media media akut. akut. Kompli Komplikasi kasi tonsill tonsilliti itiss akut lainnya lainnya adalah adalah abses abses peritons peritonsil, il, abses abses parafaring, sepsis, bronchitis, bro nchitis, nepritis akut, miokarditis mioka rditis serta atritis. 2) Tonsi Tonsill llit itis is mem membra branos nosaa a)
Tonsillitis difteri
Penye Penyebab bab tonsi tonsill lliti itiss difte difteri ri iala ialah h kuman kuman Coryn Corynee bacte bacteri rium um diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran nafas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring. Tonsillitis difteri serin sering g ditem ditemuka ukan n pada pada anak anak berusi berusiaa kuran kurang g dari dari 10 tahun tahun dan dan frekuensi tertinggi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini. (1) (1) Geja Gejala la dan dan tan tanda da (a )
Gejala umum, kenaikan suhu tubuh biasanya
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan. (b) (b)
Geja Gejala la loka lokal, l, tons tonsil il mem membeng bengka kak k ditu ditutu tupi pi berc bercak ak
putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membrane semu. Bila infeksinya brjalan terus, lele lelenj njar ar
limf limfaa
lehe leherr
akan akan
membe embeng ngka kak k
sede sedemi miki kian an
besarnyasehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut juga Burgemeester’s hals. (c) (c)
Geja Gejala la akib akibat at eksot eksotok oksi sin n yang yang dikel dikelua uark rkan an oleh oleh
kuman kuman difteri difteri ini akan menimb menimbulka ulkan n kerusaka kerusakan n jaringa jaringan n
tubuh yang pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai decompe ompens nsaation
cordi ordiss,
menge ngenai nai
sara araf
crania nial
menye menyebab babka kan n kelum kelumpuh puhan an otot otot palat palatum um dan otototot-ot otot ot pernafasan dan pada ginjal menimbulkan albuminoria. albu minoria. (2) Diagnosis Berdasa Berdasarkan rkan gambara gambaran n klinik klinik dan pemeri pemeriksaa ksaan n preparat preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membrane membrane semu dan didapatkan kuman Coryne bacterium diphteriae. (3) Terapi (a) (a) Anti Anti Dift Difter erii Seru Serum m (ADS (ADS)) dibe diberi rika kan n sege segera ra tanp tanpaa menungg menunggu u hasil hasil kultur, kultur, dengan dengan dosis dosis 20.000-1 20.000-100.0 00.000 00 unit tergaantung dari umur dan beratnya penyakit. (b) Antibio Antibiotika tika Penisili Penisilin n atu Eritromi Eritromisin sin 25-50 mg per kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari. (c) Kortikosteroid Kortikosteroid 1,2 1,2 mg per kg berat badan badan per hari. hari. (d) Antipiretik Antipiretik untuk simtomatis. simtomatis. (e) (e) Karen Karenaa penyak penyakit it ini ini menul menular ar,, pasien pasien harus harus diiso diisola lasi. si. Perawa Perawatan tan harus harus istirah istirahat at di tempat tempat tidur tidur selama selama 2-3 minggu. (4) (4) Komp omplika likasi si (a) Laringi Laringitis tis difteri dapat berlangsung berlangsung cepat, membrane membrane semu semu menj menjal alar ar ke lari laring ng dan dan meny menyeb ebab abka kan n geja gejala la sumba sumbata tan. n. Makin Makin muda muda pasien pasien makin makin cepat cepat timbul timbul komplikasi ini. (b) Miokardi Miokarditis tis dapat dapat mengaki mengakibatk batkan an payah payah jantung jantung atau dekompensasio cordis. (c) (c) Kelu Kelum mpuha puhan n otot otot plat platum um mole, ole, otot otot mata ata untu untuk k akom akomod odas asi, i, otot otot fari faring ng sert sertaa otot otot lari laring ng sehi sehing ngga ga
meni menimb mbul ulka kan n kesu kesuli lita tan n mene menela lan, n, suar suaraa para parau u dan dan kelumpuhan otot=otot pernapasan. (d) Albuminoria Albuminoria sebagai sebagai akibat komplikasi komplikasi ke ginjal ginjal b) Tonsillitis septik Penyebab Penyebabnya nya adalah adalah Strept Streptokok okokus us hemolit hemolitikus ikus yang terdapa terdapatt dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. c) Angina Angina Plaut Plaut Vincent Vincent (stomat (stomatiti itiss ulsero membr membranos anosa) a) Penye Penyebab babnya nya adala adalah h kurang kurangnya nya hygien hygienee mulu mulut, t, defis defisie iensi nsi vitamin C serta kuman spirilum dan basil fusi form. (1)
Gejala
Demam sampai 39˚ C, nyeri nyeri kepal kepala, a, badan badan lema lemah h dan ̌̊
kadang kadang-ka -kadan dang g terdap terdapat at gangua ganguan n pence pencerna rnaan. an. Rasa Rasa nteri nteri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah. (2)
Pemeriksaan Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane
putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar sub mandibula membesar. (3)
Terapi (a) (a)
Memp Memper erba baik ikii hyg hygie iene ne mulu mulut. t.
(b)
Antib Antibiot iotik ikaa spect spectrum rum leb lebar ar selam selamaa 1 minggu minggu..
(c) (c)
Vita Vitami min n C dan dan vita vitami min n B komp komple leks ks..
d) Penyakit Penyakit kelain kelainan an darah Tidak
jarang
tanda
pertama
leukemia
akut,
angina
agranulositosis san infeksi mononucleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membrane membrane semu. Kadang-kadang Kadang-kadang terdapat pendarahan
di sela selapu putt lend lender er mulu mulutt dan dan fari faring ng dan dan pemb pembes esar aran an lele lelenj njar ar submandibula. (1) Leukem Leukemia ia akut akut Geja Gejala la pertam pertamaa sering sering berupa berupa epista epistaksi ksis, s, perda perdarah rahan an di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membrane semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorokan. (2) Angina Angina agranulosi agranulositosis tosis Akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring dan disekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna. (3) Infeksi Infeksi mononucle mononucleosis osis Terj Terjadi adi tonsi tonsilo lo farin faringit gitis is ulser ulsero o memb membran ranosa osa bilat bilatera eral. l. Terd erdapa apat
pem pembesa besarran
kele elenjar
limfa
leher her
ket ketiak
dan
regioi regioingu nguina inal. l. Gamb Gambara aran n darah darah khas khas yaitu yaitu terda terdapat pat leuko leukosi sitt mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi Paul Bunnel) 3) Tons Tonsil illi liti tiss kroni kroniss Faktor Faktor predispo predisposisi sisi timbuln timbulnya ya tonsill tonsilliti itiss kronik kronik ialah ialah rangsang rangsangan an yang menahun menahun dari rokok, rokok, beberapa beberapa jenis jenis makanan makanan,, hygiene hygiene mulut, mulut, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kada kadang ng-k -kad adan ang g kuma kuman n beru beruba bah h menj menjad adii kuma kuman n golo golong ngan an Gram Gram negative. a)
Patologi Karena proses rdang berulang yang timbul maka selain epitel
muko mukosa sa juga juga jari jaring ngan an limf limfoi oid d terk terkik ikis is,, sehi sehing ngga ga pada pada pros proses es penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan
mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini ini tamp tampak ak diisi diisi oleh oleh detri detritu tus. s. Prose Prosess berja berjala lan n terus terus sehing sehingga ga menemb menembus us kapsul kapsul tonsil tonsil dan akhirnya akhirnya menimb menimbulak ulakan an perlekat perlekatan an denga dengan n jarin jaringan gan diseki disekita tarr fosa fosa tonsi tonsila laris ris.. Pada Pada anak anak prose prosess ini ini disertai pembesaran kelenjar limfa submandibula. b)
Gejala dan tanda Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan
yang tidak rata, rata, kriptus kriptus melebar melebar dan beberapa beberapa kripti terisis terisis oleh detr detrit itus us.. Rasa Rasa ada ada yang yang meng mengga ganj njal al di teng tenggo goro rok, k, teng tenggo goro rok k dirasakan kering dan napas berbau. c)
Terapi Terapi local ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur
atau obat isap. d)
Komplikasi Dapat Dapat menimb menimbulak ulakan an komplika komplikasi si ke daerah daerah sekitarn sekitarnya ya berupa berupa
rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatium. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridoksilitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis. Tonsiloktemi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma. (1) Indikasi Indikasi tonsile tonsilektom ktomii (a) (a) Sumb Sumbat atan an 1. Hyperplasia Hyperplasia tonsil dengan sumbatan sumbatan jalan jalan napas 2. Slee Sleep p apne apneaa 3. Gangguan Gangguan menelan menelan 4. Gangguan Gangguan berbica berbicara ra 5. Cor Cor pulmo pulmonal nalee
(b) (b) Infe Infeks ksii 1. Infeksi Infeksi telinga telinga telah telah berulang berulang 2. Rhinitis Rhinitis dan sinusitis sinusitis yang kronis 3. Periton Peritonsile silerr abses abses 4. Abses kelenjar limfa leher berulang berulang 5. Tonsill Tonsillitis itis kronis kronis dengan dengan gejala nyeri tenggoro tenggorok k yang menetap 6. Tonsillitis Tonsillitis kronis kronis dengan napas bau 7. Tonsil sebagai sebagai fokal fokal infeksi dari organ tubuh lainnya. lainnya. (2) Kecuriga Kecurigaan an adanya adanya tumor tumor jinak jinak atau atau ganas ganas
5. Laringitis
a. Definisi Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. seb ab. Inf Infla lama masi si la larin ring g ser serin ing g te terja rjadi di seb sebag agai ai ak akiba ibatt te terla rlalu lu ban banyak yak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungk Kem ungkinan inan juga dise disebabk babkan an oleh infe infeksi ksi yang teri terisola solasi si yang hany hanyaa mengenai pita suara.
b.
Patofisiologi Hampir Ham pir semu semuaa peny penyebab ebab infl inflama amasi si ini adal adalah ah viru virus. s. Inva Invasi si bakt bakteri eri
mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubaha perubahan n suhu men mendada dadak, k, defi defisien siensi si diet diet,, mal malnutr nutrisi, isi, dan tid tidak ak ada imm immunit unitas. as. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang men meningk ingkat. at. Lar Laringi ingitis tis ini bia biasany sanyaa dida didahulu huluii ole oleh h fari faringit ngitis is dan
infeksi infe ksi salu saluran ran nafa nafass bagi bagian an atas lai lainnya nnya.. Hal ini akan mengakibat mengakibatkan kan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. c. Tanda – tanda Lari Laring ngit itis is akut akut dita ditand ndai ai Deng Dengan an suar suaraa sera serak k atau atau tida tidak k dapa dapatt mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat. Laringitis kronis ditanda ditandaii Dengan Dengan suara suara serak serak yang persist persisten. en. Laringi Laringitis tis kronis kronis mungkin mungkin sebagai komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis.
E. Konsep Konsep Penyakit Penyakit rhinitis rhinitis alergi alergi
1. Definisi Rinitis Rinitis alergi adalah penyait imflamasi imflamasi yang disebabkan oleh reaksi alerg alergii pada pada pasien pasien atopi atopi yang yang sebel sebelum umnya nya sudah sudah terse tersensi nsitas tasii denga dengan n allerge allergen n yang sama,se sama,serta rta dilepask dilepaskanny annyaa mediato mediatorr kimia kimia ketika ketika terjadi terjadi paparan ulangan denagn d enagn allergen spesifik spes ifik tersebut(Von pirquet pirq uet 1986).
2. Tanda anda dan dan gej gejal alaa BersinBersin-ber bersin, sin,rino rinore, re,rasa rasa
gatal,t gatal,tersu ersumba mbat,n t,nyaer yaerii
kepala, kepala,teka tekanan nan
pasial,kongesti.
3. Maca Macam m – maca macam m rhin rhinit itis is a). Rinitis berdasarkan sifat berlangsungnya berlangsungny a b).
Rinitis
alergi
musiman;penyebabnya
tepung
sari,dan
spora
jamur.timbulnya periodik sesuai denagn musim,pada waktu konsentrasi alergen terbanyak di udara. c). Rinitis alergi sepanjang sepanjang tahun; penyebab penyebab yang yang paling paling sering sering adalah alergen inhalan dan alergen ingestan.
4. Riniti Rinitiss berdasark berdasarkan an sifat sifat berlang berlangsung sungnya nya (WHO) (WHO) a). a).
Inte Interm rmit iten en(k (kad adan angg-ka kada dang ng); );bi bila la
geja gejala la
kura kurang ng
dari dari
empa empatt
hari/minggu atau kuarang dari empat minggu. b). Persisten(menetap);bila gejala lebih dari empat hari/minggu atau lebih dari empat minggu. 5. Rriniti Rrinitiss berda berdasark sarkan an berat-ri berat-ringan ngan nya a).
Ringan. Bila tidak ditemukan ditemukan gangguan gangguan tidur,gan tidur,gangguan gguan aktifita aktifitass
harian,bersantai,berolahraga,belajar,bekerja dll. b).
Sedang atau berat;bila terdapat satu atau lebih dari gangguan
tersebut. 6. Berdasa Berdasarkan rkan cara cara masuk masuknya nya alerg alergen en dibagi dibagi atas atas : a). Alerg Alergen en inhal inhalan an.. Aler Alergen gen inhal inhalan an adal adalah ah alerg alergen en yang yang masuk masuk bersama udara pernapasan, misal debu rumah, tungau, serpihan epitel, bulu binatang, jamur. b).
Alergen
ingstan
;
yang
masuk
ke
saluran
cerna,berupa
makanan.misalnya susu,telur,coklat,udang,ikan. c).
Alergen
injertan
;yang
masuk
melalui
tusukan
atau
suntikan,misalnya penisilin dan sengatan lebah. d). Alergen kontaktan;yang masuk melalui kontak kulit atau jeringan mukosa. Misalnya bahan kosmetik,perhiasan.
7. Pato Patofi fisi siol olog ogii Rinitis alergi merupakan statu penyakit imflamasi yang di awali denag tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi.
8. Reak Reaksi si aler alergi gi
1. reaksi alergi fase cepat(immed cepat(immediate iate phase phase allergic allergic reaction reaction)) Berlasung sejak kontak langsung denagan alergen sampai satu jam setelahnya.
Alergen
makrofag/monosit
melepas sitokinin(IL1)
pragmen pendek peptida pep tida mengaktifkan Th0
komplek komplek peptida peptida MHC klsII klsII
Th1danT Th1danTh2 h2
IL3,IL4,IL5,IL13 Sel T helper(Th0)
diikat sel limfosit B
menhasilkan IgE
masuk ke jaringan diikat o/reseptor IgE
mastosit/basofil jd aktif
histamin & prostaglandin
merangsang ujung
hipersekresi+permeabilitas hipersekresi+per meabilitas
saraf vidianus
kel.mukosa
gatal,bersin,rinorea
2. alergi alergi fase fase lambat lambat (late (late phase phase allerg allergic ic reactio reaction) n)
Dita Ditand ndai ai deng dengan an pena penamb mbah ahan an jeni jeniss dan dan juml jumlah ah sel sel imfl imflam amas asii (eosinofil, (eosinofil, limfosit, limfosit, netrofil, netrofil, basofil, mastosit), peningkatan sitokinin (IL3, IL4, IL5) dan GMCSF dan ICAM1.
a. Ada Ada tig tigaa rea reaks ksii : 1). Respon Respon primer primer (non spesifik) spesifik) .Terja .Terjadi di proses proses elimin eliminasi asi dan fagosi gosittosis sis
anti ntigen( en(Ag). g).bila
tidak dak
ber berhas hasil
sel seluruhn ruhny ya
dihilangkan,reaksi berlanjut menjadi respon sekunder. 2). Respon sekunder(spesifik). Mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem
imunitas
selular
atau
humoral
atau
keduanya
dibangkitkan.bil dibangkitkan.bilaa berhasil dieliminasi dieliminasi maka reaksi selesai,tapi selesai,tapi jika Efek dari sistem imunologik maka berlanjut ke tahap tersier. 3). Respon Respon tersier tersier.. Dapat Dapat bersifa bersifatt sementar sementara/m a/menet enetap ap tergantu tergantung ng dari daya eliminasi Ag oleh tubuh. b. Diagnosa rinitis alergi ditegakan berdasarkan berdasar kan : 1). Anamne Anamnesis. sis. Anamne Anamnesis sis
sangat sangat penting,k penting,karen arenaa sering kali
serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesisi saja. 2). Pemeriksaan rinoskopi anterior. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. 3). Pemeriksaan neso endoskopi 4). Pemeriksaan sitologi hidung. Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak menunjukan kemungkinan alergi inhalan. inh alan. 5). Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. 6). Uji kulit, alergen penyebab dapat dicari secara invivo. c. Komplikasi-komplikasi rinitis alergi yang sering terjadi: 1). Polip hidung 2). Otitis media yang sering residif,terutama pada anak-anak 3). Sinusitis paranasal
F. Pros Proses es kepe kepera rawa wata tan n 1). Pengkajian yang dapat dilakukan
Riwayat kesehatan anak mengikuti garis besar yang sama seperti riwayat kesehatan pada orang dewasa, dengan tambahan tertentu yang disajikan. a). Identifikasi data Tempat tanggal lahir, nama kecil, nama depan orang tua, usia
b). Keluhan utama. Keluhan-keluhan ini merupakan pokok masalah dari anak, orang tua, guru, di sekolah atau dari orang lain. c). c). Riwa Riwaya yatt peny penyak akit it saat saat ini. ini. Baga Bagaim iman anaa seti setiap ap angg anggot otaa kelu keluar arga ga merespon terhadap adanya gejala-gejala yang dialami oleh anak d). Riwayat kesehatan dahulu e). Riwayat kesehatan keluarga (1). Riwayat kelahiran (a). Prenatal – kesehatan ibu, pengobatan, penggunaan alcohol atau obat terlarang, terlarang, perdarahan vagina, penambahan penambahan berat badan, lamanya kehamilan (b). Natal – sifat persalinan dan kelahiran, berat badan lahir (c). Neonatal – upaya resusitasi, sianosis, ikterik, infeksi. (2). Riwayat pemberian makan (a). Menyusui : Frekuansi dan lamanya menyusui, menyusui, kesulitan yang ditemukan (b). Pemberi Pemberian an makanan makanan tambaha tambahan n : jenis, jenis, jumlah, jumlah, frekuen frekuensi, si, muntah kolik, diare, suplemen vitamin, zat besi, dan florida, (c). Pemberian makanan padat : Kebiasaan makan – kesuakaan atau atau ketidaks ketidaksukaa ukaan, n, jenis jenis dan jumlah jumlah makanan makanan yang dimaka dimakan; n; sikap dan respon orang tua (3). Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (a). Pertumbuhan fisik – berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala saat lahir dan usia 1, 2, 5, dan 10 tahun. (b). Perkembangan – usia anak ketika dapat mengangkat kepala, berbalik, mundur, duduk, dudu k, berjalan, dan berbicara. (c). Perkembangan sosial – pola tidur siang dan malam hari, toilet training, training, masalah-masalah masalah-masalah wicara, perilaku kebiasaa, masalahmasalah disiplin, performa sekolah, hubungan dengan orangtua, saudara sekandun, dan teman sebaya. f). Status kesehatan terakhir 1). Alergi, perhatian khusus pada alergi-alergi yang diamali saat masa kanakkanak 2). Imunisasi, termasuk tanggal diberikan dan reaksi-reaksi yang timbul
3). Uji Uji skrin skrining ing,, uji uji pengl pengliha ihata tan, n, penden pendengar garan, an, kolest kolester erol, ol, tuber tuberkol kolosi osis, s, golongan darah, penyakit sel sabit, dan kelaian metabolisme sejak lahir
BAB III PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan dengan kasus yang ada, pasien A 13 tahun dengan keluhan bersin yang terus menerus, rhinorea, nyeri kepala di daerah frontal, adanya rasa gatal di hidung dan mata, lakrimasi. Pasien tersebut mengalami hal yang demikian
saat saat musi musim m kema kemarau rau keti ketika ka banya banyak k debu debu dija dijalan lanan an dan ia juga juga menga mengala lami mi penurunan berat badan b adan yang disebabkan disebabka n adanya anoreksia. anoreks ia. . Sehingga kami menyimpulkan bahwa pasien A mengalami rhinitis alergi. Kare Karena na ia meng mengal alam amii bers bersin in yang yang teru teruss – mene meneru rus, s, sekr sekret etny nyaa pun pun ence encer, r, mengalami sakit kepala. Selain itu timbul rasa gatal pada hidung dan mata yang disebabkan oleh H1 yang dirangsang oleh histamin sehingga timbulah rasa gatal tersebut. Berikut di bawah ini adalah Rencana Asuhan Keperawatan terkait dengan kasus rhinitis.
Pengkajian
a. Peneluru Penelurusan san data data subje subjektif ktif dan objektif objektif Data objektif : •
Tekanan Darah ( 100/60 mmHg )
•
Respiratory Rate 30x/menit irregular
•
Sekret encer
Data subjektif : •
•
•
Bersin, rhinorea Nyeri kepala bagian frontal fro ntal Gatal di hidung mata, lakrimasi
b. Identifikasi Data Nama : Saudara A TTL : Nama kecil : Nama Orang tua : c. Keluha uhan ut utama Bersin terus-menerus, rhinorea, nyeri kepala di daerah frontal, adanya rasa gatal di hidung dan mata, lakrimasi d. Riwa Riwaya yatt Keseh Kesehat atan an masa masa lalu lalu 1. Riwa Riwaya yatt kel kelah ahir iran an : 2. Riwa Riwayat yat pembe pemberia rian n makan makan : 3. Riwayat Riwayat pertumbu pertumbuhan han dan dan perkem perkembang bangan an : e. Riwayat Riwayat kesehata kesehatan n sekara sekarang ng : Rhini Rhinitis tis
f. Stat Status us kes keseh ehat atan an ter terak akhi hir r 1. Alergi : 2. Imunisasi sasi : 3. Uji Uji skr skrin inin ing g :g. Data-da Data-data ta tambaha tambahan n yangp yangperl erlu u dikaj dikajii 1. Riwa Riwaya yatt Kel Kelua uarg rgaa : 2. Riwa Riwayat yat Psik Psikoso ososia sial, l, meli meliput putii : 3. Situasi Situasi Rumah Rumah dan dan Orang Orang terdeka terdekatt : 4. Kehi Kehidup dupan an sehari sehari-h -hari ari : 5. Agama : 6. Su : a) Peme Pemeri riks ksaa aan n fisi fisik k
(1) Pemeri Pemeriksaa ksaan n hidung luar luar Rinoskopi anterior (inspeksi) Pemeri Pemeriksaa ksaan n rongga rongga hidung hidung dari depan depan dengan dengan memakai memakai speculu speculum m hidung. Di belakang vestibulum dapat dilihat bagian dalam hidung. Hal – hal yang harus diperhatikan dip erhatikan pada rinoskopi rino skopi anterior ialah : (a) Mukosa. Dalam Dalam keadaan keadaan normal mukosa mukosa bewarna merah merah muda. Pada
raddang raddang bewarna bewarna merah, merah, sedangka sedangkan n pada alergi alergi akan
tampak pucat / kebiru – biruan (livid). (b) (b) Sept Septum um (pal (palpa pasi si). ). Bias Biasan anya ya terl terlet etak ak dite diteng ngah ah dan dan luru lurus. s. Diperhatikan apakah terdapat defiasi, Krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dan lain – lain. (c) Konka. Konka. Diperhat Diperhatikan ikan apakah konka besarnya besarnya normal normal (eutrofi (eutrofi), ), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi (d) Sekret. Sekret. Bila ditemukan ditemukan sekret di dalam dalam rongga hidung, hidung, harus harus diperhatikan banyaknya, sifatnya (serus, mukoid, mukokurulen, kurule kurulen, n, atau atau berca bercamp mpur ur darah) darah) dan lokal lokalisa isasi sinya nya (meat (meatus us inferior inferior), ), medius medius (superio (superior). r). Adanya Adanya sekret sekret yang encer encer dan banyak. (e) (e) Massa Massa.. Massa Massa yang yang serin sering g ditem ditemuka ukan n dalam dalam rongga rongga hidun hidung g adala adalah h polip polip dan tumo tumor. r. Pada Pada anak anak dapat dapat ditem ditemuka ukan n benda benda asing.
(2) Rinoskopi Rinoskopi Posterior (inspeksi). (inspeksi). Adalah Adalah pemeriksaan pemeriksaan rongga hidung dari belakang belakang,, dengan dengan menggun menggunakan akan kaca nasofari nasofaring. ng. Dengan Dengan mengubah – ubah posisi kaca, kita dapat melihat koana, ujung posterior septum, ujung posterior konka, sekret yang mengalir dari hidung ke nasofaring (post nasal drip), torus tubarius, ostium tuba dan fosa rosenmuller. (3) Peme Pemerik riksaa saan n sitol sitologi ogi hidung hidung.. Dite Ditemu mukan kannya nya eosin eosinofi ofill dalam dalam jumlah banyak menunjukan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukan adanya infeksi bakteri. b akteri. (4) Perkusi dengan dengan cara periksa periksa nyeri tekan tekan sinusitis sinusitis (5) Periksa Periksa indra indra penghid penghidu. u.
G. Aspek pendidikan kesehatan yang akan diberikan sesuai kasus diata s
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
Pentingnya menjaga lingkungan demi terjaminnya kesehatan
Tujuan institusional :
Terciptanya keluarga yang lebih mengutamakan kebersihan lingkungan.
Tujuan instruksional umum:
Tercip Terciptany tanyaa keluarga keluarga yang lebih lebih menguta mengutamak makan an kebersih kebersihan an lingkung lingkungan an agar terhindar dari penyakit.
Tujuan instruksional khusus:
1. Peserta didik mengetahui mengetahui pentingnya pentingnya menjaga kebersihan kebersihan lingkungan. lingkungan. 2. Peserta Peserta didik didik mengeta mengetahui hui cara mencuc mencucii tangan yang yang baik dan benar benar untuk untuk mencegah penyebaran kuman penyakit 3. Pese Peserta rta dapat dapat mener menerapk apkan an pela pelaksa ksana naan an mencu mencuci ci tanga tangan n yang yang baik baik dan dan benar dalam kehidupan kehidupa n sehari – hari. 4. Pese Peserta rta didik didik mampu mampu mener menerap apkan kan pembua pembuanga ngan n sampah sampah pada tempat tempatnya nya guna menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Know
•
Peserta Peserta didik didik diharapk diharapkan an menget mengetahui ahui pentingn pentingnya ya menjaga menjaga kebersih kebersihan an lingkungan untuk mencegah tumbuh kembangnya kuman penyakit.
•
Peserta didik diharapkan mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk mencegah penyebaran kuman penyakit. p enyakit.
Do
•
Diharap Diharapkan kan peserta peserta didik didik mau menerap menerapkan kan materi materi tentang tentang pentingn pentingnya ya menjaga kebersihan lingkungan dalam bentuk nyata
•
Show
Melakukan cuci tangan setelah membuang sputum.
•
Diharapkan peserta didik memperhatikan penyuluhan dengan seksama.
•
Peserta didik diharapkan dapat menunjukan antusiasme ketika diberikan materi penyuluhan Peserta didik diharapkan dapat mengajukan pertanyaan setelah diberikan
•
penyuluhan
H. Penel Peneliti itian an terk terkait ait
Akupuntur dan rhinitis
Efek dari terapi akupuntur yang diterapkan kepada pasien dengan usia 15 – 45 tahun yang kedua kelompok umur tersebut mengalami mengalami penyakit rhinitis alergi. Terapi akupuntur ini telah dibandingkan dengan terapi antihistamin antihistamin konvensional. konvensional. tand tandaa – tand tandaa yang yang menu menunj njuk ukan an kema kemaju juan an dan dan pene penemu muan an labo labora rato tori rium um membuktikan bahwa kedua terapi ini baik untuk pasien rhinitis. Namun, terapi akupuntur lebih baik dan memiliki efek yang panjang. Subyek dari pemeriksaan psikosomatik ini adalah pasien dengan vasomotor rhin rhinit itis is (28) (28) dan dan poll pollen enos osis is (23) (23) dan dan kedu keduan anya ya dibe diberi rika kan n akup akupun untu turr atau atau phonostimulation khusus. Akupunktur dilakukan setelah metode klasik dalam phonostimulation kepada 22 orang pasien dari 29 orang. Hasil evaluasi yang berdasarkan tes laryngological dan appraisals dianjurkan kepada pasien yang memilik memilikii masalah masalah – masala masalah h khusus. khusus. Kondisi Kondisi Pollenosis Pollenosis tidak tidak dapat dapat berubah berubah dengan dengan
perawat perawatan. an. Pada vasomotor vasomotor rhinitis rhinitis,, factor factor – factor factor psikis sangatl sangatlah ah
penting. Diawal perawatan, Beberapa pasien biasanya menunjukan peningkatan sedangka sedangkan n beberapa beberapa penderit penderitaa tidak tidak menunju menunjukan kan perubaha perubahan.e n.efek fek ini mungkin mungkin dapat menjadi saran untuk penelitian ini. Tujuan proyek uji coba ini adalah untuk mengevaluasi efek langsung dari akupunkt akupunktur ur dibandin dibandingkan gkan dengan dengan kontrol kontrol placebo placebo dua (sham (sham akupunkt akupunktur ur dan paling transcutaneous stimulasi listrik saraf) dalam perawatan pasien nonallergic rhinitis. rhinitis. Ketiga perawatan perawatan ini diberikan sama rata untuk pasien yang sama selama beberapa minggu.
Ternyata Akupunktur menunjukkan peningkatan dalam ketahanan saluran udara dalam hidung setelah perawatan pada 9 dari 13 pasien, sham akupunktur pada 2 dari 9 pasien , dan tiruan aliran listrik di syaraf stimulasi pada 3 dari 10 pasien. Panduan pembelajaran ini mengemukakan sejumlah isu yang berhubungan berhubu ngan dengan dengan efek dari akupunkt akupunktur ur pada rhinitis rhinitis nonalerg nonalergii yang harus diatasi diatasi oleh oleh sebuah studi yang melibatkan lebih banyak pasien yang di urutkan secara acak dalam pengobatan dan perawatan kontrol placebo dua dievaluasi dievaluasi dalam kaitannya dengan kredibilitas mereka.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
1) Kesim simpula ulan
Setelah mengkaji kondisi pasien dan mempelajari macam – macam penyakit saluran atas pernafasan, kami dapat menyimpulkan bahwa penyakit – penyakit tersebut memiliki gejala yang hampir mirip, namun tetap terdapat perbedaan dari masing – masing penyakit. Pada penyakit rhinitis dapat ditemukan adanya sekret yang cair, sakit kepala, bersin yang terus – menerus. Sedangkan pada penyakit yang lain (faringitis, laringi laringitis, tis, tonsill tonsilliti itis, s, dan sinusit sinusitis), is), gejala gejala – gejala gejala tersebut tersebut tidak tidak sepenuhn sepenuhnya ya muncul, muncul, sehingga sehingga dapat dapat ditarik ditarik kesimpu kesimpulan lan bahwa bahwa pasien pasien tersebu tersebutt mengal mengalami ami penyakit rhinitis alergi. aler gi. Rhinitis alergi dapat muncul jika lingkungan tempat tinggal kita tidak besih, sehingga sehingga dapat dapat menimb menimbulka ulkan n alergi alergi pada hal – hal tertentu tertentu.. Dengan Dengan menjag menjagaa lingkungan, kita dapat terhindar dan meminimalisir timbulnya penyakit. 2) Saran Kami Kami
menya enyara rank nkan an
kepa kepada da
masy masyar arak akat at
agar agar
menja enjaga ga
kebe kebers rsih ihan an
lingkun lingkungann gannya ya agar terhind terhindar ar dari penyakit penyakit pernafas pernafasan. an. Selain Selain itu, itu, sebaikny sebaiknyaa sebelum makan kita mencuci tangan terlebih terlebih dahulu untuk membunuh kuman dan penyakit sehingga memutuskan rantai penyebaran penye baran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008. konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:Salemba Medika.
Cherniack. 1997. Terapi mutakhir penyakit saluran pernapasan. pernapasan . Jakarta: Binarupa Aksara.
Gleadle, J.2003. At J.2003. At a Glance Anamnesis dan pemeriksaan pemeriksaan fisik. Jakarta : Erlangga
Soepardi & Iskandar. 2006. Buku 2006. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. lima. Jakarta: Gaya Baru
Soepardi, E.A.2006. Buku Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT THT edisi kelima.Jakarta:FKUI kelima. Jakarta:FKUI Watson, Roger.2002. Anatomi Roger.2002. Anatomi dan fisiologi untuk untuk perawat. Jakarta :EGC
Doenges, M.E.1999. Rencana Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan {endokumentasian P rawatan Pasien.Jakarta Pasien. Jakarta : EGC
http://arbaa-fivone.blogspot.com/2009/02/rinitis.html
. http://www.dkk-bpp.com/index.php? option=com_content&task=view&id=125&Itemid=47
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/laringitis/
http://www.internethealthlibrary.com/Health-problems/Rhinitis%20%20researchAltTherapies.htm
http://medicastore.com/penyakit/782/Rinitis_Alergika_Pereneal.html
http://www.medicastore.com/index.php?mod=iklan
http://myscienceblogs.com/kids/2007/11/02/bersin-mengeluarkan-40000-butir penyebab-penyakit penyebab-peny akit
www.klikdokter.com/illness/detail/197
www.kabarindonesia.com/berita.php? pil=3&jd=Tips+Praktis+Mengenali+ pil=3&jd=Tips+Praktis+Meng enali+Faringitis+Bakteri&dn=20081204085825
www.surabaya-ehealth.org/content/tips-cegah-penyakit-rinitis-alergi-danrinosinusitis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Posted Oktober 24, 2007 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in Pernafasan. Ditandai:Keperawatan, kesehatan, Penyakit, Pernafasan. 44 Komentar Common Cold
Sinusitis Rhinitis Faringitis Tonsilitis/adenoiditis
Common cold Pengertian Adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran napas atas.
Etiologi Pikornavirus, koronavirus, miksovirus, paravirus, adenoviris dan rhinovirus
Manifestasi Klnik Kongesti nasal, sakit tenggorok, bersin-bersin, malaise, demam, menggigil, dan sering sakit kepala serta sakit otot, kadang-kadang ada batuk. Gejala berlangsung 5 – 14 hari
Terapi Medik Pemberian cairan yang adekuat Istirahat Pencegahan menggigil Dekongestan nasal aqueous Vitamin C Ekspectoran sesuai kebutuhan Kumur air garam hangat dapat mengurangi nyeri tenggorok Aspirin/asetaminofen
Intervensi Keperawatan Pendidikan Pasien Mencuci tangan –> mencegah penyebaran organisme Menggunkan kertas tissue sekali pakai dan membuangnya dengan baik Menutup mulut ketika batuk Menghindri kerumunan orang banyak
SINUSITIS SINISTIS adalah peradangan membran mukosa dari satu atau lebih sinus maksillaris, frontal, etmoidalis atau sfenoidalis.
SINUSITIS AKUT Etiologi penyakit oleh streptococcus pneumoniae, haemophilus influensae, staphilococcus aureus.
Gejala Nyeri diatas area sinus, sinus , sekresi nasal yang pu rulen
Patofisiologi Kongesti nasal oleh inflamasi –> obstruksi rongga sinus –> Kondisi ini merupakan media pertumbuhan bakteri.
Terapi Medis Tujuan : mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal dan
menghilangkan nyeri. Pemberian antibiotik (pilihan) seperti amoksisillin dan ampisillin. Pemberian dekongestan oral (drixoral dan dimetapp) atau topikal (afrin dan otrivin)
Intervensi Keperawatan Penddikan pasien Tingkatkan masukan cairan Lakukan kompres hangat setempat Ajarkan metode untuk meningkatkan drainase seperti mandi uap, mandi hangat, sauna fasial. Informasikan tentang efek samping sprey hidung seperti kongesti rebound Ajarkan cara pencegahan infeksi sinusitis
SINUSITIS KRONIK Penyebab –> obstruksi hidung kronik akibat rabas dan edema mukosa hidung.
Gejala Batuk, sakit kepala kronis pada daerah periorbital dan nyeri wajah (paling menonjol saat bangun tidur pd pagi hari)
Terapi Medis Sama dengan pengobatan sinusitis akut Pembedahan untuk memperbaiki deformitas struktural yang menyumbat ostia (ostium sinus)
Intervensi Keperawatan
Pendidikan pasien Drainase sinus (mandi uap dll) Meningkatkan masukan cairan Memasang penghagat lokal (kantung panas basah) Jelaskan tanda dini infeksi sinus
RHINITIS Pengertian Inflamasi membran mukosa hidung yang dikelompokkan rhinitis allergik dan non allergik Rhinitis allergik –> mungkin suatu tanda dari allergi Rhinitis non allergik disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif
Gejala Kongesti nasal, rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis), gatal pada nasal, bersin-bersin, sakit sak it kepala
Terapi Medik Tergantung penyebabnya (Allergik atau non allergik) Pemberian antihistamin Dekongestan Kortikosteroid topikal Natrium kromolin
Intervensi keperawatan
Pendidikan Pasien Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan spt (debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun thd hidung
FARINGITIS Faringitis Akut –> inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh virus (70%) dan bakterial (streptokokkus group A 30 %)
Gejala Membran mukosa sangat merah Tonsil kemerahan Folikel limfoid membengkak dan dipenuhi eksudat Pembesaran dan nyeri tekan pada nodus limfe servikalis Demam, malaise, sakit tenggorok, serak, batuk, dan rhinitis
Patofisiologi Infeksi virus hilang dalam 3 – 10 hari Komplikasi mastoiditis, sinusitis, otitis media, abses peritonsilar, adenitis servikal, demam reumatik dan nefritis
Terapi Medik Bila penyebabnya bakterial maka pemberian agen bakterial (penisilin) diberikan
selama 10 hari Berikan diet cair dan lunak Anjurkan banyak minum (2-3 L/hari)
Intervensi Keperawatan Pendidikan Kesehatan Istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit Buang tissu secara benar seteah digunakan (mencegah penyebaran infeksi) Kumur salin hangat (40,6 oC – 43,3 o C) Irigasi pd tenggorok mengurangi spasme pd tenggorok Kolaborasi pmberian analgesik Pemberian antitusif (kodein, dekstrometrofan) Lakukan perawatan mulut Jelaskan tentang pentingnya terapi antibiotik secara tuntas
Faringitis Kronik –> terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronis, dan penggunaan habitual alkohol dan tembakau
Jenis Hipertrofik –> penebalan umum dan kongesti membran mukosa faring Atrofik –> tahap lanjut dari jenis pertama (membran tipis, licin, keputihan, berkerut) Granular kronik pembengkakan folikel limfe pada dinding faring
Gejala Keluhan sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok yg terus menerus, lendir pada tenggorok, adanya kesulitan menelan
Terapi Medik Berikan sprei nasal atau obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (afrin) atau fenilefrin hidroklorida Bila tdp allergi, berikan dekongestan anthistamin Berikan aspirin atau asetaminofen Hindari kontak dengan orang lain
Intervensi Keperawatan Pendidikan kesehatan Hindarkan kontak dengan orang lain sampai demam benar-benar menghilang. Hindari penggunaan alkohol, tembakau, asap rokok dan pemajanan thd dingin Hindari polutan lingkungan dengan menggunkan masker Anjurkan untuk memperbanyak minum Anjurkan berkumur dengan larutan salin normal
Tonsilitis Peradangan tonsil Penyebab umum adalah streptokokkus grup A Gejala : sakit leher, nyeri menelan, menggigi, demam, dan sakit otot. Biakan tenggorok harus dilakukan untuk menentukan penyebab Terapi : meningkatkan jumlah cairan yang masuk ; obat kumur salin ; pemberian antibiotik
LARINGITIS Inflamasi pada laring
Penyebab : terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan thd debu, bahan kimiawi, asap, infeksi saluran napas atas ; hampir selalu disebabkan oleh virus Gejala –> akut : suara serak atau tidak dpt mengeluarkan suara, batuk berat. Kronik suara serak yang persisten Terapi medik –> akut : istirahat berbicara, hindari merokok, istirahat ditempat tidur, menghirup uap dingin atau aerosol. bila Kronik: istirahatkan suara, hilangkan infeksi pernapasan yg ada (primer), batasi merokok, penggunaan kortikosteroid topikal Intervensi keperawatan: Instruksikan pasien mengistirahatkan suara dan memepertahankan kelebaban lingkungan, sarankan penggunaan ekspektoran bila ada sekresi laringeal, berikan cairan ( 3 Liter) untuk mengencerkan sekresi
HIDUNG Pengertian Hidung
Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru. Hidung juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis pa ranasalis dan saluran air mata. Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan hidung bagian bawah terdiri dari tulang rawan (kartilago). Di dalam hidung terdapat rongga yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh septum, yang membentang dari lubang hidung sampai ke tenggorokan bagian belakang. Tulang yang disebut konka nasalis menonjol ke dalam rongga hidung, membentuk sejumlah lipatan. Lipatan ini menyebabkan bertambah luasnya daerah permukaan yang dilalui udara. Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir dan pembuluh darah. Luasnya permukaan dan banyaknya pembuluh darah memungkinkan hidung menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk dengan segera. Sel-sel pada selaput lendir menghasilkan lendir dan memiliki tonjolan-tonjolan kecil seperti rambut (silia). Biasanya kotoran yang masuk ke hidung ditangkap oleh lendir, lalu disapu oleh silia ke arah lobang hidung atau ke tenggorokan. Cara ini membantu membersihkan udara sebelum masuk ke dalam paru-paru. Bersin secara otomatis membersihkan saluran hidung sebagai respon terhadap iritasi, sedangkan batuk membersihkan paru-paru. Sel-sel penghidu terdapat di rongga hidung bagian atas. Sel-sel ini memiliki silia yang mengarah ke bawah (ke rongga hidung) dan serat saraf yang mengarah ke atas (ke bulbus olfaktorius, yang merupakan penonjolan pada setiap saraf olfaktorius/saraf olf aktorius/saraf penghidu). peng hidu). Saraf olfaktorius langsung mengarah ke otak.
SINUS PARANASALIS
Tulang di sekitar hidung terdiri dari sinus paranasalis, yang merupakan ruang berrongga dengan denga n lubang yang mengarah ke rongga hidung. hidung . Terdapat 4 kelompok sinus paranasalis: •
Sinus maksilaris
•
Sinus etmoidalis
•
Sinus frontalis
•
Sinus sfenoidalis.
Dengan adanya sinus ini maka: - berat dari tulang wajah menjadi berkurang - kekuatan dan bentuk tulang terpelihara - resonansi suara bertambah. Sinus dilapisi oleh selapus lendir yang terdiri dari sel-sel penghasil lendir dan silia. Partikel kotoran yang masuk ditangkap oleh lendir lalu disapu oleh silia ke rongga hidung. Pengaliran dari sinus bisa tersumbat, sehingga sinus sangat peka terhadap ifneksi dan peradangan (sinusitis).
RINITIS ATROFI DEFINISI
Rinitis atrofi adalah penyakit hidung kronik yang ditandai atrofi progresif mukosa
hidung dan tulang penunjangnya disertai pembentukan sekret yang kental dan tebal yang cepat mengering membentuk krusta, menyebabkan obstruksi hidung, anosmia, dan mengeluarkan bau busuk. Rinitis atrofi disebut juga rinitis sika, rinitis kering, sindrom hidung-terbuka, hidun g-terbuka, atau ozaena. ozaena . INSIDENSI Rinitis atrofi merupakan penyakit yang umum di negara-negara berkembang. Penyakit ini muncul sebagai endemi di daerah subtropis dan daerah yang bersuhu panas seperti Asia Selatan, Afrika, Afr ika, Eropa Timur dan Mediterania. Pasien biasanya berasal dari kalangan kalang an ekonomi rendah dengan den gan status higiene buruk. bu ruk. Rinitis atrofi kebanyakan terjadi pada wanita, angka kejadian wanita : pria adalah 3:1. Penyakit ini dikemukakan pertama kali oleh dr.Spencer Watson di London pada tahun 1875.1 Penyakit ini paling sering menyerang wanita usia 1 sampai 35 tahun,
terutama pada usia pubertas dan hal ini dihubungkan dengan status estrogen (faktor hormonal). KLASIFIKASI Rinitis atrofi berdasarkan gejala klinis diklasifikasikan oleh dr. Spencer Watson (1875) sebagai berikut: 1. Rinitis atrofi ringan, ditandai dengan pembentukan krusta yang tebal dan mudah ditangani dengan irigasi. 2. Rinitis atrofi sedang, ditandai dengan anosmia dan rongga hidung yang berbau. 3. Rinitis atrofi berat, misalnya rinitis atrofi yang disebabkan oleh sifilis, ditandai oleh rongga hidung yang sangat berbau disertai destruksi tulang. Berdasarkan penyebabnya rinitis atrofi dibedakan atas: 1. Rinitis atrofi primer, merupakan bentuk klasik rinitis atrofi yang didiagnosis pereksklusionam setelah se telah riwayat bedah sinus, sin us, trauma hidung, atau radiasi radias i disingkirkan. Penyebab primernya merupakan Klebsiella ozenae. 2. Rinitis atrofi sekunder, merupakan bentuk yang palng sering ditemukan di negara berkembang. Penyebab terbanyak adalah bedah sinus, selanjutnya radiasi, trauma, serta penyakit granuloma dan infeksi. ETIOLOGI Etiologi rinitis atrofi dibagi menjadi primer dan sekunder. Rinitis atrofi primer adalah rinitis atrofi yang terjadi pada hidung tanpa kelainan sebelumnya, sedangkan rinitis atorfi sekunder merupakan komplikasi dari suatu tindakan atau penyakit. Rinitis atrofi primer p rimer adalah bentuk klasik kla sik dari rinitis atrofi d imana penyebab pastinya pastiny a belum diketahui namun pada p ada kebanyakan kasus kas us ditemukan klebsiella ozaenae. Rinitis atrofi sekunder kebanyakan disebabkan oleh operasi sinus, radiasi, trauma, penyakit infeksi, dan da n penyakit granulomatosa granulomatos a atau. Operasi sinus merupakan meru pakan penyebab 90% rinitis atrofi sekunder. Prosedur Prosed ur operasi yang diketahui diketa hui berpengaruh adalah adala h turbinektomi parsial parsia l dan total (80%), operasi sinus s inus tanpa turbinektomi (10%), dan maksilektomi (6%). Penyakit granulomatosa yang mengakibatkan rinitis atrofi diantaranya penyakit sarkoid, lepra, dan rhinoskleroma. Penyebab infeksi termasuk tuberkulosis dan sifilis. Pada negara berkembang, infeksi hanya h anya berperan sebanyak seban yak 1-2% sebagai penyebab peny ebab rinitis atrofi sekunder. Meskipun infeksi bukan faktor kausatif pada rinitis atrofi sekunder, namun sering ditemukan superinfeksi dan hal ini menjadi penyebab terbentuknya krusta, sekret, dan bau busuk. Terapi radiasi pada hidung dan sinus hanya menjadi penyebab pada 2-3% kasus, sedangkan trauma hidung sebanyak 1%. Selain faktor diatas, beberapa keadaan dibawah ini juga diduga sebagai penyebab rinitis atrofi:
1) Infeksi kronik spesifik oleh kuman lain Yakni infeksi oleh Stafilokokus, Streptokokus dan Pseudomonas aeruginosa, Kokobasilus, Bacillus mucosus, Diphteroid bacilli, Cocobacillus foetidus ozaena. Telah dilaporkan terjadinya rinitis atrofi pada seorang anak 7 tahun dari satu keluarga setelah anak dari tetangga keluarga tersebut yang diketahui menderita rinitis atrofi menginap bersamanya. 2) Defisiensi besi dan vitamin A Dilaporkan terjadi perbaikan pada 50% pasien yang mendapat terapi besi dan pada 84% pasien yang diterapi dengan vitamin A mengalami perbaikan simptomatis. Adanya hiperkolesterolemia pada 50% pasien rinitis atrofi menunjukkan peran diet pada penyakit ini. 3) Perkembangan Dilaporkan adanya pengurangan diameter anteropsterior hidung dan aliran udara maksiler yang buruk pada penderita rinitis atrofi. 4) Lingkungan Dilaporkan telah terjadi rinitis atrofi pada pasien yang terpapar fosforit dan apatida. 5) Sinusitis kronik 6) Ketidakseimbangan hormon estrogen Dilaporkan adanya perburukan penyakit saat hamil atau menstruasi. 7) Penyakit kolagen yang termasuk penyakit autoimun 8) Teori mekanik dari Zaufal 9) Ketidakseimbangan otonom 10) Variasi dari Reflex Sympathetic Dystrophy Syndrome (RSDS) 11) Herediter Dilaporkan adanya rinitis atrofi yang diturunkan secara dominan autosom pada sebuah keluarga dimana ayah serta 8 dari 15 anaknya menderita penyakit ini. 12) Supurasi di hidung dan sinus paranasal 13) Golongan darah PATOGENESIS
Analisis terhadap mukosa hidung menemukan hal yang sama baik pada rinitis atrofi primer maupun sekunder. Mukosa hidung yang normal terdiri atas epitel pseudostratifikatum pseudostratifikatu m kolumnar, dan glandula mukosa dan serosa. Pada rinitis atrofi, lapisan epitel mengalami metaplasia squamosa dan kehilangan silia. Hal ini mengakibatkan hilangnya kemampuan pembersihan hidung dan kemampuan membersihkan debris. Glandula mukosa mengalami atrofi yang parah atau menghilang sama sekali sehingga terjadi kekeringan. Selain itu terjadi juga penyakit pada pembuluh pembu luh darah kecil, andarteritis anda rteritis obliteran (yang (y ang dapat menjadi penyebab terjadinya terjadiny a rinitis atrofi atau sebagai akibat dari proses pro ses penyakit rinitis atrofi itu sendiri). Secara patologis, rinitis atrofi dapat dibagi menjadi dua, yakni tipe I, adanya endarteritis dan periarteritis pada arteriola terminal akibat infeksi kronik yang membaik dengan efek vasodilator dari terapi estrogen; dan tipe II, terdapat vasodilatasi kapiler yang bertambah jelek dengan terapi estrogen. Sebagian besar kasus merupakan tipe I. Endarteritis di arteriola akan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke mukosa. Juga akan ditemui infiltrasi sel bulat di submukosa. Selain itu didapatkan sel endotel bereaksi positif dengan fosfatase alkali yang menunjukkan adanya absorbsi tulang yang aktif. Atrofi epitel bersilia dan kelenjar seromusinus menyebabkan menyebabk an pembentukan krusta k rusta tebal yang melekat. Atrofi konka menyebabkan saluran nafas jadi lapang. Ini juga dihubungkan dengan teori proses autoimun, dimana terdeteksi adanya antibodi yang berlawanan dengan surfaktan protein A. Defisiensi surfaktan merupakan penyebab utama menurunnya menuru nnya resistensi hidung hid ung terhadap infeksi. infeks i. Fungsi surfaktan yang abnormal menyebabkan pengurangan efisiensi klirens mukus dan mempunyai pengaruh kurang baik terhadap frekuensi gerakan silia. Ini akan menyebabkan bertumpuknya lendir dan juga diperberat dengan keringnya mukosa hidung dan hilangnya silia. Mukus akan mengering bersamaan dengan terkelupasnya sel epitel, membentuk krusta yang merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan pertumbuh an kuman. GEJALA KLINIS
Pemeriksaan fisik terhadap rinitis atrofi dapat dengan mudah dikenali. Tanda pertama sering berupa berup a bau (foeter ex nasi) dari d ari pasien. Pada beberapa kasus, k asus, bau ini bisa berat. Hal ini akan menyebabkan ganggguan pada setiap orang kecuali pasien, karena pasien mengalami anosmia. Beberapa pasien pa sien juga memperlihatkan depresi yang terjadi sebagai implikasi sosial dari penyakit. Pasien biasanya mengeluh obstruksi hidung (buntu), krusta yang luas, dan perasaan kering pada hidung. Gejala klinis rinitis atrofi secara umum adalah : Gejala : obstruksi hidung (buntu) sakit kepala - epistaksis pada pelepasan krusta
- bau busuk pada hidung (foeter ex nasi) yang dikeluhkan oleh orang lain yang ada di sekitarnya. Bau ini tidak diketahui oleh pasien karena atrofi dari mukosa olfaktoria. - Faringitis sikka - Penyumbatan yang terjadi karena lepasnya krusta dari nasofaring masuk ke orofaring. Tanda : - foeter ex nasi - krusta dihidung berwarna kuning, hijau, atau hitam - pelepasan kusta akan memperlihatkan ulserasi dan perdarahan mukosa hidung
BAB IPENDAHULUAN A.Latar Belakang MasalahBerbagai masalah kesehatan teru s mene rus bermu ncul an di Indo nesi a. Akan Akan teta tetapi pi,, pem pemer erin inta tah h belum cukup mengatasi masalah kesehatan tersebut.Se lu r u h bi da ng pel p el ay an an ke se ha ta n sa mp ai s aa t i ni s ed a n g mengalami perubahan dan tidak satu pun perubahan yang ber b er j al a n le bi h c e pa t d is ba nd in g m a s a l a h k e s e h a t a n y a n g terus menerus bertambah, termasuk di b i d a n g keperawatan.Hal ini memberikan suatu tantangan tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat dan mahasiswa keperawatan dalam mengahdapi masalah tersebut.Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini m em em bu bu tu tu hk hk an an p e r e n c a n a a n d a n p e n c a t a t a n y a n g d e n g a n j e l a s m e n g i d e n t i f i k a s i m a s a l a h - masalah dan inetrvensiintervensi, juga perencanaa perawatan kesehatan jangka pendek dan panjang untuk individu dan keluarga.Sa la h s a tu ma s al ah k es eh a ta n yang yang sering sering munc muncul ul saat saat ini ini berhub berhubung ungande ande ng an pe rn af as an . Begitu banyak masalah yang muncul, utamanya karenamasalah lingkunagn yang tercemar polusi, gaya hidup masy ma syar ar akat ak at yang ya ng tida ti dak k sehat, sehat, dan kurang kurangnya nya penget pengetahu ahuan an tentan tentang g penyakit.Be b e r a p a p en y a ki t y an g se r in g t er ja d i a da la h T BC , pne p ne um on ia , b e rb a g ai penyakit akergi karena udara, dan asma yang seri sering ng terj terjad adii di usia usia kana kanakk-ka kana nak. k.D Dari masalah kesehatan t e r s e b u t, t , c a l o n t e n a g a k e s e h a ta ta n , h a r u s t e r u s m e n g k a j i b e r b a g a i p e n y a k i t y a n g m u n c u l u n t u k d a p a t m e m b u a t a s u h a n k e p er e r a w at a t a n y a n g s e s ua u a i da d a n te te p a t ag ar ma sa la h ke se ha ta n se ca ra be rt ah ap dapat teratasi dan
derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.B . I d e n t i f i k a s i
k a s u s