BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Masa remaja remaj a merupakan masa yang paling krisis dalam rentang kehidupan perkembangan perkembangan sosio emosional, karena masa ini merupakan masa peralihan yang menjadikan individu itu bingung dalam mengambil keputusan. Gambaran perkembangan masa hidup seoran g anak remaja 15 tahun misalnya, akan menggambarkan diri mereka sendiri di dalam fikirannya. Gambaran-gambaran apa yang akan di tekankan untuk masa depannya. Mereka akan melakukan perluasan minat mengenai potret diri dan pencarian suatu identitas selama masa remaja. Aspek-aspek lain yang terkait dalam masa remaja ini seperti keluarga, teman-teman sebaya, dan kebudayaan serta ritual peralihan yang akan mempengaruhinya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apa yang di maksud dengan perkembangan sosio-emosional remaja. Bagaimana hubungan dalam keluarga pada masa remaja, Bagaimana hakekat otonomi dan attachement pada masa remaja, Seberapa luaskah konflik orang tua – tua – remaja, remaja, bagaimana konflik itu mempengaruhi perkembangan remaja, Apakah kematangan remaja dan orang tua mempengaruhi bagaimana remaja dan orang tua berinteraksi, Bagaimana peran teman sebaya dalam perkembangan masa remaja, Apa pengaruh kebudayaan terhadap perkembangan masa remaja dan bagaimana perkembangan identitas pada masa remaja ? 2. Apa saja contoh kasus perkembangan pribadi sosio-emosional, analisis dan solusi.
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di ambil tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dimaksud dengan perkembangan perkembangan sosioemosional remaja, hubungan dalam keluarga pada masa remaja, hakekat otonomi dan attachement pada masa remaja, peran teman sebaya dalam perkembangan perkembangan masa remaja, kebudayaan terhadap perkembangan masa remaja dan perkembangan identitas pada masa masa remaja 2. Untuk mengetahui contoh kasus perkembangan sosio-emosional remaja, analisis dan solusi.
D. Manfaat Mengetahui perkembangan sosioemosional pada masa remaja hubungan
dalam keluarga pada masa remaja, hakekat otonomi dan attachement pada masa remaja, peran teman sebaya dalam perkembangan masa remaja, kebudayaan terhadap perkembangan masa remaja dan perkembangan identitas pada masa remaja. Mengetahui analisis dari kasus-kasus yang telah di jelaskan agar dapat menemukan solusi-solusi yang tepat.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A . Per Per kembangan Sos Sosi o-emosi o-emosi onal Perkembangan Sosio-emosional Remaja adalah Remaja yang berada dalam pencarian kepastian hidup, misalnya mengenai masa depan, depan, identitas diri, apa yang akan dikerjakan dalam hidup remaja terutama dipengaruhi oleh keluarga,terutama orang tua, dan teman-teman sebaya. Remaja memang memasuki suatu dunia yang terpisah dari orang tua, tetapi Attachment dengan orang tua meningkatkan kemungkinan remaja untuk menjadi kompeten secara sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dengan cara-cara yang sehat. Konflik dengan orangtua pada taraf yang ringan dapat berfungsi untuk meningkatkan otonomi dan identitas, tetapi pada taraf yang berat beberapa kasus menunjukkanadanya dampak negatif pada remaja. Tekanan yang dialami remaja tidak hanyabersumber dari relasinya dengan orang tua tetapi juga dengan rekanrekan sebayanya. Tekanan untuk mengikuti teman-teman sebaya sangat kuat pada masa remaja. Keanggotaan dalam kelompok atau klik tertentu berpengaruh terhadap peningkatan harga diri. Di sisi lain, remaja yang mandiri juga juga memperlihatkan harga diri yang tinggi
B. Keluar ga Salah satu yang mempengaruhi perkembangan harga diri adalah hubungannya hubungannya dengan orang lain, terutama terut ama orang terdekat seperti orang tua, saudara kandung, dan teman dekat. Diantara struktur sosial yang ada, keluarga merupakan hal yang paling penting, karena keluarga m erupakan lingkungan yang paling dekat, baik secara fisik maupun dukungan dukungan sosial. B.1 Otonomi dan attachment. attachment.
Tuntutan remaja akan otonomi dan tanggung jawab membingungkan dan membuat marah banyak orang tua. Orang tua akan menjadi frustrasi karena mereka berharap remaja mereka menuruti nasehat mereka, mau meluangkan waktu bersama dengan keluarga , dan tumbuh untuk melakukan apa yang benar [ Collins Luebker, 1993 ]. Kebanyakan orang tua mengantisipasi kesulitan remaja
3
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan masa remaja, tetapi hanya sedikit yang dapat membayangkan kuatnya hasrat seorang ramaj a untuk meluangkan waktu bersama dengan teman sebaya atau seberapa banyak remaja ingin memperlihatkan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan mereka, bukan orang tua mereka. Ketika remaja menuntut otonomi, orang dewasa yang bijaksana melepaskan kendali dibidang-bidang dimana remaja dapat mengambil me ngambil keputusan yang masuk akal tetapi tetap terus membimbing me mbimbing remaja untuk mengambil keputusan yang masuk akal pada bidang dimana pengetahuan remaja terbatas. Dengan demikian secara berangsur-angsur remaja memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan matang secara mandiri. Dalam perkembangannya attachment dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri seperti harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik [ Allen dkk, 1994; Kobak Cole, 1993; Onishi Gjerde, 1994 ]. Dengan demikian attachment dengan orang tua selama masa remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif , yang menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan baru dan dunia sosial yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat. Attachme nt yang kokoh dengan orang tua dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, mereka memahami keluarga mereha sebagai keluarga yang kohesif dan mengeluhkan sedikit kecemasan sosial atau perasaan depresi [ Papini, Roggman, Anderson, 1990 ].
B.2 Konflik orang tua – remaja. remaja.
Masa awal remaja ialah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak [ Steinberg, 1993 ]. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor al : perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi idealisme dan penalaran logis, logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, pe rubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan yang dilanggar orang tua dan remaja. Remaja
4
membandingkan orang tuanya dengan suatu standar ideal dan mengecam kekurangannya.orang tua yang menyadari bahwa transisi ini memerlukan waktu, menangani anak muda mereka secara lebih kompeten dan tenang daripada orang tua yang menuntut ketaatan segera terhadap standar orang dewasa. Sebaliknya membiarkan remaja melakukan apa yang mereka inginkan tanpa pengawasan, juga kurang bijaksana. Perselisihan dan perundingan perundingan kecil orang tua – tua – remaja remaja ini akan mempermudah transisi remaja dari tergantung pada orang tua menjadi seorang individu yang memiliki otonomi. Kesadaran bahwa konfli k dan perundingan dapat berperan sebagai fungsi fungsi perkembangan yang positif dapat juga menurunkan kemarahan orang tua.
B.3 Kematangan Remaja dan orang tua.
Dengan perubahan – perubahan – perubahan perubahan yang dialami remaja dan orang tua, akan menjadikan kematangan secara sosial – sosial – emosional. emosional. Diantara perubahan remaja ialah pubertas, berkembangnya penalaran logis dan meningkatnya pemikiran idealistis dan egosentris, pelanggaran harapan-harapan, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, serta menuju kemandirian. Orang tua akan menatap kemasa depan secara lebih mantap dan berpikir tantang berapa banyak lagi waktu yang tersisa untuk meraih apa yang mereka inginkan. Akan tetapi remaja semakin optimis menatap masa depan yang tidak terbatas, dan merasa bahwa mereka memiliki sejumlah waktu yang tidak terbatas untuk meraih apa yang mereka inginkan.
C. Teman Seb Sebaya aya Masalah yang sering terjadi pada remaja didalam hubungannya dengan keluarga adalah kebutuhan remaja yang tidak dipahami oleh anggota keluarga yang lain, yaitu pentingnya kehadiran teman-teman . pada masa ini ketergantungan anak dengan keluarga mulai berkurang, dan seorang remaja akan lebih sering untuk menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Pada masa remaja, teman-teman menjadi figur yang penting dan merupakan hal yang menjadi penekanan sosial bagi remaja, lebih dari orang tua.
5
C.1 Tekanan Teman sebaya dan tuntutan konformitas. konformitas.
Komformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, seperti : menggunakan menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak, dan mengolok-olok orang tua dan guru. Tapi ada juga konformitas teman sebaya yang tidak negatif dan terdiri atas keinginan untuk dilibatkan dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian yang sama dengan teman-teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota kelompok, serta sering melibatkan diri pada kegiatan prososial, seperti mengumpulkan uang untuk kegiatan social dengan tujuan yang bermakna.
C.2 Klik dan Kelompok.
Kebanyakan relasi dengan kelompok teman sebaya pada masa remaja dapat dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk : kelompok, klik, atau persahabatan individual. Kelompok (crowd) ialah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota kelompok bertemu karena ada kepentingan , bukan karena saling tertarik. Klik tertarik. Klik ialah kelompok yang lebih kecil, memiliki kedekatan yang lebih besar di antara anggota, dan lebih kohesif daripada kelompok. Keanggotaan pada klik biasanya berkaitan dengan harga diri remaja [ Brown Lohr, 1987 ]. Klik-klik ini meliputi meli puti yang berorientasi atletik, murid yang terkenal memimpin kegiatan sosial, murid yang sering berbuat onar, murid yang terkenal menggunakan obat-obatan dan kenakalan lainnya. Namun ada juga murid yang tidak mau bergabung, karena menurut mereka keanggotaan klik tidak penting, namun merka memiliki harga harga diri yang setara dengan murid populer.
C.3 Kelompok Remaja versus Kelompok Anak-anak.
Kelompok anak-anak bersifat kurang formal, kurang heterogen, dan kurang hetero-seksual dari pada kelompok remaja. Anggota kelompok anak-anak seringkali adalah teman-teman atau kenalan tetangga. Namun kelompok remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Pada akhir masa anak-anak , anak laki-laki dan anak perempuan berpartisipasi dalam klik yang kecil, yang anggotanya berjenis kelamin sama. Ketika mereka memasuki tahun awal masa
6
remaja , klik yang anggotanya berjenis kelamin sama mulai berinteraksi sat u sama lain. Secara berangsur-angsur para pemimpin dan anggota yang berstatus tinggi membentuk klik lebih lanjut yang berdasarkan relasi heteroseksual.
C.4 Berkencan
Berkencan bagi remaja ialah suatu konteks dimana harapan peran yang berkaitan dengan gender meningkat. meningkat. Laki-laki merasakan tekanan untuk tampil secara maskulin dan perempuan merasakan tekanan untuk tampil secara feminim. Khusus pada awal masa remaja, ketika perubahan pubertas terjadi, remaja lakilaki ingin memperlihatkan bahwa ia mungkin adalah laki-laki terbaik, dan remaja perempuan ingin memperlihatkan bahwa bahwa dia mungkin adalah perempuan yang yang terbaik. Berkencan dapat merupakan suatu bentuk seleksi pasangan, rekreasi, sumber status dan prestasi, serta suatu lingkungan untuk belajar tentang relasi yang akrab.
D. Kebudayaan Kebudayaan dan dan Per Per kembangan kembangan Remaj Remaj a Kita hidup di dunia yang semakin beragam, suatu dunia dimana terjadi peningkatan kontak antara antara remaja dari kelompok-kelompok kebudayaan dan etnis yang berbeda. D.1 Perbandingan Lintas Budaya dan Ritual Peralihan.
Seperti pada periode-periode perkembangan remaja. Ritual-ritual menandai suatu transisi individual dari suatu status ke status lain, khususnya ke masa dewasa. Pada banyak kebudayaan primitif, ritual peralihan adalah jalan dimana remaja memperoleh akses ke dalam praktek-praktek orang dewasa, kedalam pengetahuan, dan kedalam seksualitas [ MacDonald, 1991; 1991; Sommer, 1978 ]. Ketiadaan ritual peralihan yang jelas menyebabkan pencapaian status dewasa membingungkan. Banyak individu tidak yakin apakah mereka telah atau belum mencapai status dewasa. D.2 Etnisitas.
Etnisitas dan kelas sosial dapat berinteraksi berinte raksi dalam berbagai cara yang melebih-lebihkan pengaruh etnisitas karena orang-orang yang berasal dari etnis minoritas lebih banyak diwakili dalam tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah
7
di masyarakat amerika (Spencer & Dornbusch, 1990). Banyak penelitian tentang remaja etnis minoritas tidak menghiraukan pengaruh-pengaruh etnisitas dan kelas sosial. Walaupun tidak semua keluarga etnis minoritas miskin, kemiskinan memicu stres pada banyak remaja etnis minoritas. Memahami perbedaan ini merupakan aspek penting untuk dapat berhubungan baik dengan orang lain dalam suatu dunia dunia yang beraneka ragam, multikultural. Kelompok etnis minoritas tidak homogen, mereka memiliki latar belakang sosial, sejarah, dan ekonomi yang berbeda. Kegagalan untuk menyadari keanekaragaman dan perbedaan individual berakibat pada tumbuhnya stereotipe kelompok etnis minoritas. Konflik-konflik nilai sering dilibatkan ketika individu-individu berespon terhadap isu-isu etnis. Suatu konflik nilai yang yang menonjol meliputi asimilasi versus pluralisme. Asimilasi mengacu pada peleburan kelompok etnis minoritas kedalam kelompok yang dominan, yang sering berarti hilangnya beberapa atau pada akhirnya semua perilaku dan nilai-nilai kelompok etnis minoritas tersebut. Sebaliknya, Kemajemukan [ pluralism ] mangacu kepada kehidupan bersama kelompok etnis dan kebudayaan yang khas di dalam masyarakat yang sama. Orang yang mengadopsi pendirian kemajemukan biasanya mendukung bahwa perbedaan kebudayaan harus dipertahankan dan dihargai.
E. I denti denti tas Sejauh ini teori yang paling komprehensif dan provokatif tentang perkembangan identitas diungkap oleh oleh Erik Erikson, yaitu kebingungan kebingungan identitas pada tahap kelima dalam delapan tahapan kehidupan Erikson. Selama masa remaja, pandangan dunia menjadi penting bagi individu yang memasuki suatu ”penundaan psikologis”[psychological moratorium], suatu kesenjangan antara keamanan masa anak-anak dan otonomi masa dewasa. Kaum muda yang berhasil mengatasi identitas-identitas yang saling bertentangan selama masa remaja, muncul dengan suatu kepribadian yang menarik dan dapat diterima. Perkembangan identitas sangat kompleks. Hal ini terjadi sedikit demi sedikit dan potongan demi potongan. potongan. Untuk pertama kali dalam perkembangan masa remaja,
8
individu-individu secara fisik, kognitif, dan sosial telah cukup dewasa untuk mensintesiskan kehidupan mereka dan mengikuti suatu jalan menuju kedewasaan. E.1 Empat Status Identitas.
James Mercia seorang Pakar Psikologi kanada mengemukakan bahwa ada empat status identitas yang didasarkan atas suatu kombinasi konflik dan komitmen, yaitu : penyebaran : penyebaran identitas (Identity diffusion), pencabutan pencabutan identitas (identity foreclosure), penundaan identitas (Identity moratorium), moratorium ), dan pencapaian dan pencapaian identitas (identity achievement). achievement). Krisis (crisis (crisis ) ) merupakan suatu periode perkembangan identitas selama masa remaja menentukan pilihan yang bermakna atau masa penjajakan. penjajakan. Komitmen ( commitment) didefinisikan sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi dalam apa yang mereka akan lakukan. lakukan.
Penyebaran Identitas ( Identity diffusion ) diffusion ) ialah istilah untuk menggambarkan remaja yang belum mengalami suatu krisis (belum menjajaki pilihan -pilihan yang bemakna) atau membuat komitmen apapun.
Pencabutan Identitas (identity (identity foreclosure), foreclosure), ialah menggambarkan remaja yang belum mengalami suatu krisis (menjajaki pilihan-pilihan yang bemakna) tapi sudah membuat suatu komitmen.
Penundaan Identitas ( Identity moratorium), moratorium), ialah istilah yang menggambarkan remaja yang sedang berada di tengah-tengah suatu krisis, tetapi belum ada komitmen apapun.
Pencapaian Identitas (identity (identity achievement ), ), istilah untuk remaja yang sudah mengalami krisis dan sudah melakukan komitmen. Beberapa pakar yakin identitas utama berubah pada akhir masa remaja.
Mahasiswa tingkat akhir cenderung telah mencapai identitas mereka, wala upun masih banyak yang bergumul dengan komitmen-komitmen ideologis. E.2 Pengaruh keluarga terhadap identitas.
Orang tua adalah tokoh yang paling penting dalam perkembangan identitas remaja. Dalam studi-studi yang mengkorelasikan perkembangan identitas remaja dengan gaya-gaya pengasuhan. Orang tua dengan gaya pengasuhan demokratis, yang mendorong remaja untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga akan mempercepat pencapaian identitas. Orang tua dengan gaya 9
pengasuhan otokratis, yang mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi suatu peluang untuk mengemukakan mengemukakan pendapat, akan menghambat menghambat pencapaian identitas. Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif, yang memberi bimbingan terbatas kepada remaja dan mengizinkan mereka mengambil keputusan sendiri akan meningkatkan kebingungan identitas (Bernard,1981;Enright,dkk (Bernard,1981;Enright,dkk,1980; ,1980; Mercia,1980). Selain melakukan studi tentang gaya pengasuhan, para peneliti juga menguji peran individualitas dan keterkaitan, perannya penting dalam perkembangan identitas remaja. Individualitas (individuality) terdiri dari dua dimensi , yaitu :
Penegasan diri (self-assertion ), yaitu kemampuan untuk memiliki dan mengkomunikasikan suatu sudut pandang,
Keterpisahan (separateness), yaitu penggunaan pola-pola komunikasi untuk mengemukakan bagaimana seseorang berbeda dari yang lain.
Ketertarikan (connectedness) juga terdiri dari dari dua dimensi yaitu yaitu :
mutualitas (mutuality), yaitu kepekaan dan penghormatan terhadap pandangan-pandangan orang lain
kemampuan menerima (permeability), yaitu keterbukaan terhadap pandangan-pandangan orang lain. E.3 Kebudayaan dan Aspek Etnis pada Identitas
Erikson, 1968 secara khusus tertarik terhadap peran kebudayaan dalam perkembangan identitas. Kelompok-kelompok etnis minoritas berjuang untuk mempertahankan identitaskebudayaan mereka saat berbaur ke dalam kebudayaan yang dominan. Bagi banyak pemuda etnis minoritas, kurangnya model per an yang berhasil membuat beberapa pemuda etnis minoritas mengikuti nilai-nilai etnis yang dominan kelas menengah dan berhasil mengidentifikasi kan diri dengan model-model itu. Dalam lingkungan perkotaan yang berpenghasilan rendah dimana dukungan bagi pengembangan identitas yang positif tidak ada, organisasi dan program yang efektif bagi pemuda dapat memberi kontribusi yang penting bagi pengembangan identitas yang positif. Mereka berharap akan organisasi yang mampu memahami sifat mereka sebagai remaja yang memiliki kekhawatiran, mudah tergoda, dan kesepian namun sekaligus juga memandang mereka sabagai
10
individu yang memiliki potensi, berharga, dan ingin memiliki kehidupan yang sehat dan produktif yang memberi jalan positif bagi perkembangan identitas pemuda etnis minoritas. E.4 Gender dan Perkembangan Identitas
Dalam sajian klasik Erikson, 1968 tentang perkembangan identitas, pembagian kerja di antara jenis kelamin tercermin dalam pernyataan bahwa aspirasi kaum laki-laki berorientasi pada karir komitmen-komitmen ideologis, sementara aspirasi kaum perempuan terpusat sekitar sekit ar pernikahan dan pengasuhan anak. Studi terbaru memperlihatkan bahwa ketika kaum perempuan mengembangkan minat-minat pekerjaan yang lebih kuat, perbedaan jenis kelamin dalam identitas beralih menjadi persamaan. Akan tetapi yang lain berpandapat bahwa ikatan-ikatan relasi dan emosi lebih sentral dalam perkembangan identitas kaum perempuan daripada kaum laki-laki, dan bahwa perkembangan identitas kaum perempuan dewasa ini lebih kompleks daripada perkembangan identitas kaum laki-laki. E.5 Eksplorasi dalam perkembangan perkembangan Pendidikan, Pekerjaan, Pekerjaan, dan Identitas.
Susan Harter, 1990 menyatakan pentingnya program-program pengembangan bagi pemuda yang meningkatkan meningkatkan eksplorasiyang aktif dan realistis terhadap tujuan identitas yang lebih luas, seperti pilihan pendidikan dan pekerjaan. Strategi untuk meningkatkan perkembangan identitas adalah dengan mendorong masyarakat untuk menyadari keuntungan kompetensi yang positif dalam banyak bidang yang berbeda, tidak hanya kompetensi akademis. akademis. Strategi lain adalah mengakui bahwa pendidikan merupakan alat utama untuk mencapai keberhasilan, dan untuk memberi dukungan yang lebih baik dan perhatian yang lebih terindividualisasi kepada remaja yang keterampilan akademisnya buruk dan harga dirinya rendah.
11
BAB III KASUS, ANALISIS, DAN SOLUSI A. K ASUS
kasus 1
Lokasi
: Sukun, Malang
Hari / tanggal
: 3 Juli 2012.
Pelaku
: M Sahrul Romadhon (14 tahun)
Bentuk perilaku
: Kabur dari rumah
Latar belakang
: Ia diduga takut dimarahi orangtuanya lantaran
tidak naik
kelas dan mengecewakan orang tuanya sehingga ia frustasi.
Pemicu
: Ada teman yang lebih dahulu kabur dari rumah.
Sahrul diketahui sempat pergi bersama salah satu teman sekolahnya, TG, yang ternyata juga kabur dari rumah orangtuanya gara-gara hal yang sama.
Akibat
: Membuat cemas seluruh pihak keluarga dan
masyarakat dan merasa dirinya tak berharga.
Sumber
: Tribunnews.com
kasus 2
Lokasi
: Mojosongo, Solo
Hari / tanggal
: 22 Juni 2010
Pelaku
: Fani (16 tahun)
Bentuk perilaku
: Gantung Diri
Latar belakang
: Orang tuanya melarang untuk berpacaran.
Pemicu
: Didera stress yang mengakibatkan tekanan
sisiologis dalam jiwa (Depresi) karna tak mendapat restu untuk pacaran dari orang tua.
Akibat
: Meninggal Dunia.
Sumber
: Joglosemar.com
12
B. An ali sis K asu asu s 1
Tingkat emosi seorang remaja memang sangat labil, sehingga ia sangat sulit untuk mengatur emosinya. Dengan demikian banyak remaja apabila sedang stress karena suatu keinginan yang tak tercapai, usaha yang terwujud maka ia akan sangat bingung, malu, serta marah. Tak jarang dia akan mengambil suatu keputusan yang sangat jauh dari nalar, karena itu diluar akal yang sehat. Contoh pada kasus 1 seorang remaja melakukan kegiatan kabur dari rumah, karena dia tidak naik kelas. Sehingga ia sangat malu dan frustasi karena telah mengecewakan orang tuanya. Karena fikirannya sudah sangat kalut sehingga ia mengambil keputusan untuk kabur dari rumah, untuk menghilangkan rasa malu dan frustasinya. Padahal itu adalah suatu kegiatan yang akan menimbulkan efek besar terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Mengapa Mengapa demikian? Karena jika ia kabur dari rumah, maka pendidikannya akan terganggu, tidak mendapatkan kasih sayang orang tua, membuat resah orang tua, dan bakal menjadi pencarian pihak berwajib sebagai orang hilang. Semua efek diatas tidak akan terfikirkan olehnya, olehn ya, karena pada saat itu difikirannya hanya ingin lari dari rasa frustasi dan malu. Sehingga ia melakukan hal itu yaitu kabur dari rumah. K asu asu s 2
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan keji waan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
13
Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya bencana yang terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Perlu diketahui bahwa remaja pun bisa kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989) mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko untuk bunuh diri tetap ada .Tingkat emosi seorang remaja memang sangat labil dalam pencarian identitas diri, sehingga ia sangat sulit untuk mengatur emosinya. Remaja merupakan kelompok kelompok labil karena karena sedang dalam fase perkembangan kepribadian. Remaja berada dalam pencarian kepastian hidup, hidup, misalnya mengenai masa depan, identitas diri, apa yang akan dikerjakan dalam hidup. Jika pengalaman yang ada tidak sesuai dengan harapan, anak akan merasa tidak ada kepastian diri, tidak memiliki masa depan sehingga remaja merasa tidak berarti Dwidjo menambahkan, lingkungan sangat berperan. Anak yang tidak berkembang secara optimal dan kurang mendapat mendapat dukungan kondusif kondusif dari keluarga dan lingkungan akan tumbuh menjadi remaja yang tidak tangguh. Bentuknya, remaja bertindak nakal, atau sebaliknya berupaya bunuh diri. Karena hal yang sangat-sangat sepele atau sebelah s ebelah mata pada kasus ini, yaitu orang tuanya melarang remaja itu untuk berpacaran dulu. Mereka (orang tua) menginginkan agar anaknya lebih konsentrasi dalam belajarnya,agar ia dapat sukses dahulu. Tapi sang anak tersebut tidak bisa memikirkan segi positif apa yang diharapkan orang tuanya, sehingga ia menganggap kalau orang tuanya tersebut mengekang kebebasannya. Semua hal itu tidak akan terjadi apabila sang remaja tersebut memiliki kedewasaan atau ketenangan dalam berfikir. Apabila sang remaja tersebut tidak dapat dewasa atau ketenangan dalam berfikir, maka ia akan melakukan hal tersebut yaitu bunuh diri. Sebab ia sangat frustasi dengan ketentuan orang tuanya yang melarangnya untuk berpacaran. Sehingga ia akan bunuh diri.
14
Teor Teor i yang yang r el evan 1. Masa remaja ialah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampui tingkat masa anak-anak (Steinberg, 1993). 2. Pelarian diri dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan yang terlalu dini, keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat-obatan (Brook, dkk,1990) 3. Orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua (Collins, 1990) 4. Konflik sehari-hari yang mencirikan relasi orang tua-remaja sebenarnya dapat berperan sebagai fungsi perkembangan yang positif (Blos, 1989; Hill, 1983) 5. Remaja yang mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan orang tua menjajaki perkembangan identitas lebih aktif daripada remaja yang tidak menggungkapkan ketidaksetujuannya ketidaksetujuannya dengan orang tua mereka mer eka (Cooper, dkk, 1982). 6. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa konflik antara orang orang tua dan dan remaja adalah yang paling penuh tekanan selama puncak pertumbuhan pubertas (Hill, dkk, 1985; Silverberg & Zeinberg, 1990; Steinberg, 1981, 1981, 1988) 7. Beberapa teman sebaya mendukung pencapaian akademis yang tinggi, sedangkan teman sebaya lainnya menunjukkan isyarat bahwa prestasi akademis bukanlah hal yang mereka kehendaki, mungkin melalui pemberian olok-olok olok-olok kepada siswa yang ”rain”, atau melalui dorongan kepada teman-temannya untuk membolos (Altermatt & Pomerantz, 2003; B.B. Brown, 1993; E.N. Walker, 2006) 8. Remaja meluangkan banyak waktu dengan teman-teman sebaya lebih banyak daripada pada pertengahan dan akhir masa anak-anak. 9. Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negative (Camarena,1991; Foster-Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan, & Herzog,1990; Herzog,1990; Wall, 1993) 1993)
15
10. Pada tahap remaja, remaja cenderung pergi bersama-sama dengan seorang teman sebaya untuk mencuri dop mobil, menggambar graffiti di dinding, atau mencuri kosmetik di suatu toko (Berndt & Perry; 1990) 11. Partisipasi jenis kelamin yang berbeda dalam kelompok meningkat selama masa remaja (Dunphy;1983). 12. Kebanyakan anak perempuan di Amerika Serikat mulai berkencan pada usia 14 tahun, sementara anak laki-laki mulai pada suatu waktu antara usia 14 dan 15 tahun (Douvan & Adelson, 1966) 13. Remaja perempuan memiiliki keinginan yang lebih kuat untuk penjajakan keintiman dan kepribadian dalam berkencan daripada remaja laki-laki (Duck, 1975) 14. Berkencan dapat menjadi sumber konflik di suatu kebudayaan, berkencan pada remaja diawasi, dan berkencan di kalangan anak-anak perempuan remaja di larang. 15. Saat memasuki remaja, beberapa remaja membentuk hubungan yang lebih intens, lebih sarat muatan afeksi, dan lebih bersifat jangka anjangdengan lawan jenisnya; hubungan tersebut seringkali juga (namun tidak selalu) disertai keintiman seksual (B.B Brown, 1999; J. Connoly & Goldberg, 1999)
C. SOL USI 1. Solusi Konseptual: a. Menjaga komunikasi dengan orang tua. b. Mengenali pribadi sendiri lebih dalam. c. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif sesuai minat dan bakat. bakat. 2.
Solusi Operasional a. Menjaga komunikasi dengan orang tua. Pada jaman sekarang ini banyak sekali himbauan bagi orang tua untuk lebih terbuka dengan anak-anak mereka. Bagaimana jika remaja sendiri yang mempunyai inisiatif untuk terbuka dengan orangtua? Tidak sedikit, remaja cenderung untuk dekat dengan teman sebaya dari pada dengan orangtua. Mengapa Mengapa ada hal ini? Karna kebanyakan para
16
remaja berpikir orang tua bisanya hanya menghujam, melarang dan mengomeli. Padahal semua orangtua tidak selamanya seperti apa yang dipikirkan oleh remaja. Justru orangtua akan menyesal dan merasa gagal jika remaja hanya terbuka pada kekasih atau teman-temannya. remaja mungkin juga merasa canggung dan segan untuk bercerita dengan ayah atau ibu di rumah tentang masalah yang dihadapi.Bila ada masalah, remaja mungkin akan memilih diam atau pergi dari rumah. Bahkan akan menjadi sangat buruk jika ji ka memutuskan bunuh diri hanya karena masalah yang sebenarnya bisa dipecahkan dengan kegiatan komunikasi. Cara untuk lebih terbuka pada orangtua oran gtua bisa dilakukan dengan bersikap Asertif bersikap Asertif . Tujuan dari bersikap asertif adalah mengutarakan keinginan kita pada ayah dan ibu di rumah. Berikut adalah tips yang mungkin dapat membantu para remaja untuk untuk lebih bersikap asertif (terbuka) dengan keluarga:
Percaya pada orang tua kalau mereka pasti akan membantu kita menyelesaikan masalah
Bila sulit dengan keduanya, tentukan manakah antara ayah atau ibu yang lebih dekat.
Ketika berbicara dengan mereka, kenali perasaan orangtua
Ekspresikan masalah atau keinginan dengan jujur dan jelas
Berpikir positif ketika menghadapi masalah dengan orangtua
Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orangtua pada kita sebelum menanggapi perkataan mereka.
Perlu sebuah komunikasi yang saling menghargai antara kita sebagai anak dan orangtua.
b. Mengenali pribadi diri sendiri lebih dalam. Dalam perkembangan sosio-emosional remaja, remaja akan mencari-cari jati dirinya dirin ya dalam usahanya akan membuat harapanharapan yang ideal tentang masa depanya, seperti mendapat pekerjaan apa, pasangan hidup siapa, dan lain-lain. Masa depan merupakan
17
bagian dari kehidupan, untuk itu jangan sampai tidak mengetahui apa yang menjadi harapan remaja sendiri. Selama berjalannya waktu, di situlah kesempatan kesempatan untuk bisa mengenal mengenal diri sendiri. Meskipun tidak akan langsung mengetahuinya, akan tetapi di masa depan nanti akan lebih mengenal tentang diri dari apa yang yang telah dilalui sebelumnya.Dalam pencarian jati diri ini remaja akan bertanya-tanya pada diri sendiri tentang identitasnya, potensi dan bakat apa yang dimiliki. Mengenali diri sendiri akan membuat remaja le bih percaya diri dan dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi kehidupan. Remaja dapat mengetahui dan mengenal kepribadiannya lebih dalam dengan beberapa solusi sebagai berikut :
Bertanya kepada orang lain. Jadi remaja harus bertanya-tanya juga kepada orang lain, misalnya kepada teman-teman terdekat, orang tua, psikiater dan guru bimbingan konseling yang ada di sekolahnya. Agar dapat memperbanyak penilaian diri dari orang lain.
Membuat Time Schedule. Schedule. Dalam point Dalam point pertama pertama di jelaskan untuk mendapat penilaian diri dari orang lain tentang pribadi seorang remaja. Maka hal itu harus ada jadwal yang terorganisir dalam bertanya. Agar penilaian tersebut benar adanya dalam rentang waktu. Apakah sama dalam penilaian pertama, kedua dan seterusnya. Hal itu akan membuat remaja mengetahui perkembangan pribadi dirinya. Sehingga Sehingga benar – benar – benar terjaga kebenarannya.
Perbanyak membaca buku psikologi sifat-sifat manusia.
Memahami ajaran agama yang di anut dan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta karena sesungguhnya jalan kehidupan telah digariskanNya.
c. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif sesuai minat minat dan bakat. Masa remaja adalah masa yang berapi-api. Masa medium atau pertengahan menuju kedewasaan. Masa remaja adalah masa yang
18
paling penting untuk bekal hidup di waktu dewasa nanti. Agar Agar menjadi remaja yang sukses di masa depan remaja dapat mengikuti kegiatan yang positif. Kegiatan yang positif mampu untuk mencegah diri dari berbuat hal yang merugikan diri sendiri dan tentunya tentunya keluarga. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah sesuai dengan hobi, minat dan bakat seperti, berorganisasi, basket, sepak bola, karate, pramuka, dan sebagainya. Remaja akan menemukan jati diri dan menemukan teman yang positif dari kegiatan tersebut. Peran orang dewasa juga sangat perlu untuk mengarahkan remaja ke kegiatan yang positif. Berikut adalah manfaat dari kegiatan berorganisasi yang dapat memberi manfaat bagi remaja.
Memperluas pergaulan
Meningkatkan wawasan/pengetahuan
Membentuk pola pikir yang lebih baik
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Melatih leadership (kepemimpinan)
Belajar mengatur waktu
Memperluas jaringan (networking)
Mengasah kemampuan sosial
19
LAPORAN PRESENTASI Pesentasi makalah yang berjudul “Perkembangan Sosio-emosional Sosio -emosional pada Remaja” oleh kelompok 8 sebagai tim penulis yang telah di laksanakan pada laksanakan pada pertemuan kedua. di kelas TEP off A pada pada tanggal 27 September 2012 berupa berupa tampilan slide yang kami buat bersama sebagai berikut : Slide 1
Slide 2
Ardiyanti Ulyana (120121410976) Febri Prasetiawan Prasetiawan (120121410985) Fajar Ilman Aulia Aulia (120121410986)
20
Slide 3
Slide 4
Apa itu Perkembanga Perkembangan n SosioSosioemosional Remaja ??? Perkembangan Perkembangan Sosio-emosional Sosio-emosional Remaja adalah Remaja yang berada dalam pencarian kepastian hidup, misalnya misalnya mengenai mengenai masa depan, identitas diri, apa yang akan dikerjakan dalam hidup remaja terutama dipengaruhi oleh keluarga,terutama keluarga,terutama orang tua, dan teman-teman sebaya.
21
Slide 5
Slide 6
keluarga merupakan merupakan lingkungan yang paling dekat, baik secara secara fisik maupun dukungan sosial. Sehingga terjadi terjadi kedekatan dan juga sebaliknya yang dapat menimbulkan konflik Otonomidan Attach Attachement ement Tuntutanremaja akanotonomi/ akan otonomi/ kemandirian kemandirian dan tanggung tanggung jawab membingungkan membingungkan dan membuat membuat marah banyak banyak orang tua. Orang Orang tua akan menjadi frustrasi frustrasi karena karena mereka berharap berharap remaja mereka menuruti nasehat mereka, mereka, mau meluangkan meluangkan waktu waktu bersama bersama dengan dengan keluarg keluargaa , dan tumbuh tumbuh untuk untuk melakukanapa yang benar
22
Slide 7 Konflik Kon flik Or Orang ang tua danremaja Masa Masa awal remaja remaja ialah suatu periodeketika konflik dengan dengan orangtua meningkatmelampa meningkatmelampaui ui tingkat tingkat masa masa anak-anak anak-anak
Kemata Ke matanganRema nganRemaja ja dan ora orang ng tua perubahanremaja perubahanremaja ialah pubertas, pubertas, berkemba berkembangn ngnya ya penalaran penalaran logisdan meningkatnya meningkatnya pemikiran idealistis dan egosentris, pelanggaran harapanharapan, perubahan perubahan di sekolah, teman teman sebaya, sebaya, persahabatan, persahabatan, serta menuju kemandirian.
Slide 8
23
Slide 9 TekananTem ekananTeman an sebayadan tunt tuntutan utan konformitas •
•
Bersifat Positif Bersifat Negatif
Klik dan Kelompok Kelompok •
•
kelompok Klik atau persahabatan individual
Kelompok Kelo mpok Rem Remaja aja vers versus us Kelompok Anak-anak •
•
anggotanya berjenis kelamin sama mulai berinteraksi satu sama lain kelompok kelompo k remaja cenderung cenderung memiliki memiliki keanggotaanyang lebih luas
Berkencan saat di mana perempuan perempuan ingin tampil feminim feminim dan laki-laki ingin tampil maskulin. •
Slide 10
Kebudayaan Kebuda yaan dan Perkembangan Perkemb angan Remaja A. Perbandingan Perbandingan Lintas Budayad an Ritual Peralihan Peralihan Ritual-ritual menandai menandai suatu transisi individual dari suatu status ke ke status status lain, khususnya ke masa dewasa. B. Etnisitas Memahamiperbedaan Memahamiperbedaan ini merupakan merupakan aspek aspek penting penting untuk dapat berhubungan berhubungan baik dengan orang lain dalam suatu dunia yang beraneka beraneka ragam, multikultural
Identitas
24
Slide 11
Lokasi
: Sukun, Malang
Hari / tanggal
: 3 Juli 2012.
Pelaku
: M Sahrul Romadhon (14 tahun)
Bentuk p er erilaku
: Kabur dari rumah
Lata La tarr be bela laka kang ng
: Ia di didu duga ga ta taku kutt di dima mara rahi hi or oran angt gtua uany nya a la lant ntar aran an ti tida dak k
naikkelas dan mengecewakan orang tuanya sehingga ia frustasi. Pe mi mi cu cu
: A da da te ma ma n y an an g l eb eb ih ih d ah ahu lu lu k ab ab ur ur d ar ar i r um um ah ah . S ah ah ru ru l
diketahui sempat pergi bersama salah satu teman sekolahnya, TG, yang ternyata juga kabur dari rumah orangtuanya gara-gara gara-gara hal yang sama. A ki ki ba ba t
: Me mb mb ua uat c em em as as s el el ur ur uh uh p ih ih ak ak ke lu lu ar ar ga ga d an an m as as ya ya ra ra ka kat
dan merasa dirinya tak berharga Sumber
:Tribunnews.com
Slide 12
KASUS 2 Lokasi
: Mojosongo, Solo
Hari / tanggal
: 22 Juni 2010
Pelaku
: Fani (16 tahun)
Bentukpe ukperila ilaku
: Gantung Dir Diri
Lata Latarbel rbelak akan ang g
: Oran Orang g tuan tuanyamel yamelar aran ang g untu untuk k berp berpac acar aran an..
Pemicu icu
: Dide iderast astress yang men mengak gakiba ibatkantek ntekanan
sisiologisdalam sisiologisdalam jiwa(Depresi) jiwa(Depresi) karnatak karnatak mendapat mendapat restu restu untuk pacara pacaran n dari orang orang tua. Akibat
: Meninggal Dunia.
Sumber
: Joglosemar.co
25
Slide 13
Kasus 1 •
•
Kasus 2
Orang tua merasa malu karna anaknya tidak naik tingkat Anak merasa tertekan dengan tingkat emosi yang sangat labil sehingga membuatnya frustasi
•
•
Orang tua memaksakan kehendak, melarang anak berpacaran. Anak menjadi jenuh, depresi dan tertekan sehingga merasa dirinya tak berharga lagi
Slide 14
Teori yang relevan relevan Konformit Konformitasdengantekana asdengantekanan n teman-te teman-teman man sebaya sebaya pada masa remajadapat remajadapat bersifatpositif bersifatpositif maupunnegative maupunnegative (Camaren (Camarena,1991; a,1991; Foster-Clark Foster-Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan, & Herzog,1990; Wall, Wall, 1993) Kasu s 1
Remajaperempua Remajaperempuan n memiilikikeinginanyang memiilikikeinginanyang lebih kuatuntuk penjajaka penjajakan n keintimandan keintimandan kepribadia kepribadian n dalamberkencan dalamberkencan daripadaremaja daripadaremaja laki-laki laki-laki (Duck, (Duck, 1975) Kasu s 2
26
Slide 15
Kenali Kenali diri terlebih terlebih dahulu Lebih mendekatk mendekatkan an diri kepada kepada yang maha maha kuasa Tata niat terlebih terlebih dahuluuntuk sekolah sekolah dengan dengan sungguh-su sungguh-sungguh ngguh Tentukan harapan harapan yang ideal Lakukan Lakukan sesering sesering mungkin mungkin untukshare/curhatdenga untukshare/curhatdengan n orang orang tua Tingkatk Tingkatkan an komunikas komunikasii dengan dengan anak(un anak(untuk tuk orang orang tua) Turuti kemauan kemauan orang orang tua Perbany Perbanyak ak belajar belajar dalamwaktu luang
Slide 16
Mengikuti training-training training-training motivasi keagamaan keagamaan dan belajar yang efektif Kegiatansemacam ini dapat menambah rasa rasa kepercaya kepercayaan an diri siswa terutamauntuk remaja yang hanya mendapatkan sedikit peran dari orang tua, untuk kasus yang kedua yaitu gantung diri yang yang dapat menyebabkan menyebabkan hilangnya nyawa nyawa yang di larang oleh seluruh agama di dunia harusmengikutikajian lebih lebih mendalam mendalam bahwa bahwa bunuh diri itu dilarang dilarang .
Mencari kesibukan dengan menyalurkan menyalurkan bakat-bakat yang kita miliki Misalnya saja dengan mengikuti ekstrakulikuler ekstrakulikuler dan unit-unit kegiatan yang sesuai dengan minat si remaja. remaja. Sehingga Sehingga waktu luang dapat digunakan digunakan untuk hal – hal yang bermanfaat. bermanfaat.
27
Slide 17 Refresing Refresing setelah setelah lama belajar belajar Refresing ini bertujuan untuk mengembalikan semangat belajar kita ketika kita lelah setelah belajar. belajar. Misalnya dengan Hang-out bersama teman-teman sebaya Bernyanyi Bernyanyi,, bermain, Menari bersama dan dapat di manfaatkan untuk mencari identitas diri bersama teman-temannya. teman-temannya.
Memperbaiki Memperbaiki sistem sistem pendidikan pendidikan Sistem pendidikan di Indonesia saat masa perkembangan remaja seharusnya lebih di tingkatkan tingkatkan dalam hal spiritual dan pencarian jati diri agar tehindar dari konflik-konflik konflik-konflik yang menghinggapi masa labil remaja. Anak-anak remaja remaja di didik untuk berperikelakuan berperikelakuan yang positif, positif, menumbuhkan semangat semangat belajar dan mengerti mengerti norma-normayang norma-normayang berlaku berlaku di masyarakat.
Slide 18
28
Setelah mempresetasikannya, diadakan sesi Tanya jawab sebagai respon dari materi yang telah di jelaskan dari kelompok kel ompok lainnya. Serta adanya respon berupa kritik dan saran yang sangat membantu membantu dalam penyelesaian revisi makalah ini. A. Pertanyaan Pertanyaan dan Jawaban
1.
Dari
: Diyah Ayu EQ (kel.15)
Pertanyaan
: Pada solusi konseptual konseptual yang yang ada pada slide ke 15 point ke 6 itu mencantumkan “Tingkatkan komunikasi anak dengan orang tua(orang tua)”. Cara meningkatkan me ningkatkan komunikasi yang baik dengan orang tua itu bagaimana?
Jawab
: Cara meningkatkan komunikasi dengan orang tua adalah orang tua dan anak harus bisa saling menjaga komunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari.Sesibuk apapun orang tua, orang tua harus mengingat anaknya. Orang tua dan anak harus tahu kabar masing-masing. Cara meningkatkannya banyak hal yang dapat di lakukan, misalnya :
Pada saat makan bersama di lakukan diskusi-diskusi kecil antara orang tua dan remaja.
Mengkspresikan masalah atau keinginan dengan jujur dan jelas kepada orang tua
Misalnya remaja jauh dari pengawasan orang tua, dan jarang bertemu ada bantuan Handphone bantuan Handphone yang dapat meningkatkan komunikasi remaja dan orang tua. Mereka dapat saling menanyakan kabar dari alat tersebut.
29
2. Dari Pertanyaan
: Hidayat Saifullah (kel.7) : Remaja kan pada dasarnya masih labil. Seumpama mau pacaran tapi dilarang. Kalau boleh langsung saja nikah kata orang tua. Itu di turuti apa tidak?
Jawaban
: sebagai remaja yang memikirkan masa depan kita harus bisa berfikir yang rasional, orang tua berkata seperti itu karena orang tua hanya memperingatkan dengan cara halus. Kita sebagai remaja apabila menikah di usia muda masa depan kita bagaimana, sedangkan pendidikan kita belum selesai. Yah jangan di turuti, maka para remaja itu harus memikirkan masa depan.
3. Dari Pertanyaan
: Aldhintio Wendhi (kel.4) : pada kasus pertama solusi apa yang di lakukan saat anak tidak naik kelas, sehingga anak tidak kabur?
Jawaban
: seharusnya anak dan orang tua harus mempunyai komunikasi yang baik, jadi saat terjadi kasus seperti i ni anak tidak frustasi dan malu. Orang tua akan memberikan pengarahan bahwa hal itu akan menjadi pelajaran buat sang anak agar tidak mengulanginya lagi lagi dan harus memberikan motivasi kepada anak untuk lebih giat lagi belajar.
4. Dari Pertanyaan
: Wiku Aji Sugiri (kel.3) : Pada kasus kedua anak kan ngeyel untuk untuk di bilangi kalau pacaran itu tidak boleh, jika anak tetap ngeyel bagaimana ngeyel bagaimana ?
Jawaban
: jika anak tetap ngeyel atau tidak mau menuruti kemauan orang tua. Orangtua harusnya memberikan alas an kenapa orang tua mengharapkan anaknya tidak pacaran, k arna orang tua ingin pendidikan anaknya itu sukses dahulu. Dengan memberikan penjelasan dan alas an yang relevan di harapkan anak akan mau mengikuti kemauan orang tua,
30
anak di ajak berfikir ke masa depan. Karna ses ungguhnya orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
5. Dari
: Umar johari (kel.5)
Pertanyaan
: pada slide 9 di jelaskan kelompok remaja versus kelompok anak-anak. pada masa remaja bergaul dengan sesamanya. apa pergaulan masa remaja dan anak-anak anak- anak itu berbeda?
Jawaban
: iya berbeda. karna kelompok remaja akan lebih mengedepankan teman-temannya dan mengikuti perkembangan pergaulannya, seperti pada kelompok kelompok remaja laki-laki yang ada di sekitar kita contohnya tiap akhir minggu berkumpul hanya untuk ngopi bersama, ngopi bersama, kumpul bersama, merencanakan akan hang-out kemana. untuk remaja perempuan akan lebih memilih berkumpul dengan remaja perempuan lainnya misalnya remaja yang suka dandan akan berkumpul di suatu kelompok, remaja yang mengikuti fashion temannya. itu semua merupakan me rupakan konformitas yang bersifat positif.berbeda dengan kelompok remaja anak-anak yang lebih mengedepankan bermain tak perlu memikirkan sesama jenis atau tidak asalkan mereka senang bermain.
B. Saran dan Kritik
1. Dari Tentang
: Laila (kel.16) : menambahkan jawaban pada pertanyaan nomer 1. Menekankan pada kasus kedua
Semua pastinya remaja rata-rata sudah punya pacar. Komunikasi dengan pacar biasanya lebih intensif daripada dengan orang tua. Dunia pacar yang biasanya telfon-telfonan, sms-an sms-an saling menanyakan kabar, sayang lagi ngapain? sayang udah mandi belum? sayang sa yang
31
sudah makan? Dan lain-lain. Hal itu seharusnya diganti dengan dunia orangtua, kata sayang di ganti ke ibu atau ayah. Sehingga komunikasi antar orang tua dan anak sama harmonisnya seperti pada pacar.
Keterkaitan semangat belajar dengan hubungan pacaran itu saling terkait. Misalnya dalam hubungan pacaran itu tidak baik maka semngat belajar akan turun sebaliknya bila hubungan baik-baik saja semngat belajar akan tetap ada.
2. Dari Tentang
: Adi Atmoko : Solusi Konseptual dan Solusi Operasional haruslah mempunyai keterkaitan karena dalam solusi konseptual hanya menjelaskan solusi sedangkan se dangkan pada solusi operasional adalah metode/caranya untuk menanggulangi kasus. Dalam makalah sebelumnya tim penulis menyatakan 8 point pada solusi konseptual dan hanya 4 point pada solusi operasional. Cara memperbaikinya dengan cara mengambil beberapa point di solusi konseptual dan menjelaskannya secara mendalam di solusi operasional.
32
Daftar Pustaka Santrock,John.W, 2002 , Life Span Development Development , Jakarta:Erlangga. Herlan.S, 2008, Perkembangan 2008, Perkembangan Sosio Emosional Emosional , (Online), (http://herlanabn.blogspot.com/2008/12/perkembangan-sosio-emosional.html) diakses abn.blogspot.com/2008/12/perkembangan-sosio-emosional.html) diakses 24 September 2012. Yulia Damayanti Purnomo, 2010, Fenomena 2010, Fenomena Anak Bunuh Bunuh Diri Saatnya Orang Tua Introspeksi Diri, Diri, (Online), (http://joglosemar.co/berita/fenomena-anak bunuh-diri-saatnya-orangtua-introspeksi-diri-18421.html), diakses 20 September 2012. TribunNews.com, 2012, Bocah 2012, Bocah SMP Kabur Kabur dari Rumah karena tak Naik Naik Kelas , (Online), (http://www.tribunnews.com/2012/08/11 (http://www.tribunnews.com/2012/08/11/bocah-smp-kabur-dari/bocah-smp-kabur-darirumah-karena-tak-naik-kelas), diakses 20 september 2012. Psikologi Zone, 2011, Tips Cara Terbuka dengan Orangtua, Orangtua , (Online), (http://www.psikologizone.com/tips-cara-terbuka-denganorangtua/065111224), orangtua/065111224), diakses 28 september 2012.
33