MAKALAH Identifikasi Pengelolaan Limbah Industri Pengolahan Minuman Mi numan di PT Coca Cola
Disusun Oleh:
1. Andreas F. Pardede
140403072
2. Fauzan H. Perdana
140403085
3. Glaret Yola Herdita
140403119
D E P AR T EM E N T E K NI K I N D US T R I F A K U L T A S
T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Di Indonesia pengolahan terhadap lingkungan di atur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan lingkungan hidup yang mendefinisikan lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pembangunan yang terus meningkat di segala bidang, khususnya pembangunan pembangunan di bidang industri, semakin meningkatkan perekonomian per ekonomian nasional, menciptakan lapangan pekerjaan, serta meningkatkan saran dan pra sarana. Selain itu industri dapat menjadikan Indonesia menjadi negara yang tidak bergantung terhadap hasil produksi luar negeri dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Perkembangan industri juga meningkatkan pencemaran lingkungan. Banyak industri-industri yang dibangun tidak memperhatikan lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu perlu dibuat identifikasi dampak suatu industri terhadap lingkungan. Identifikasi industri dilakukan pada industri pengolahan minuman, yaitu PT Coca Cola. Identifikasi yang dilakukan dalam makalah ini adalah menjelaskan proses produksi PT Coca Cola, dampak industri terhadap lingkungan lingkungan serta pengelolaan lingkungan. Pada akhirnya diperoleh satu kesimpulan pengelolaan industri terhadap lingkungan di PT Coca Cola.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan lingkungan di PT Coca Cola ? 2. Bagaimana dampak industri terhadap lingkungan di PT Coca Cola ? 3. Bagaimana pengelolaan lingkungan di PT Coca Cola ?
1.3.
Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. 2. Melakukan identifikasi terhadap industri pengolahan minuman di PT Coca Cola. 3. Memahami pengelolaan lingkungan pada suatu industri.
BAB II PROSES PRODUKSI
2.1.
Proses Produksi 1
Sebelum membahas proses prduksi, bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan Coca Cola terdiri dari: 1. Bahan Baku
Air
Gula Pasir
Concentrate
Carbon Dioksida (CO2)
2. Bahan Penolong
Kaporit (Ca(OCl2))
Lime (Ca(OH2)
Fero Sulphate ( FeSO4)
Filter Aid
Active Carbon
Sand Filter
Resin
Caostic Soda
Soda Ash
Calium Permanganate
Calium Clorida
Bagian bagian yang membentuk sistem produksi terdiri atas: 1. Bagian gudang Di gudang bahan bahan berkualitas terbaik yang terdiri atas gula standar industri, air murni, carbonasi dan concentrate diseleksi.
1
Onny Setia Yulianti, Laporan Kunjungan Industri: Sistem Pembuatan Produk Coca Cola (Indonesia: Universitas Islam Bandung, 2015).
2. Bagian Pencampuran Pada tahap selanjutnya adalah pembuatan sirup yang merupakan campuran antara air gula dan Concentrate.Kemudian airnya disaring untuk mendapatkan kualitas terbaik.Para teknisi pengawasan mutu menguji air tersebut berkalikali sebelum digunakan untuk membuat produk akhir.Setelah pencampuran tersebut kemudian ditambahkan carbon dioksida.
3. Bagian pencucian Dalam bagian ini botol botol dicuci, dibilas kemudian disterilkan dengan desinfectan.Rangkaian botol dari gelas atau plastik PET (Polyethelyne terephthalate) maupun kaleng sekarang dalam jumlah sangat besar siap untuk diisi dengan produk akhir.Botol-botol pun harus melalui pemeriksaan yang amat teliti.Pertama-tama dicuci dan dibasuh kemudian diperiksa secara elektronik dan manual.Barulah boto-botol tersebut siap untuk diisi.
4. Bagian pengisian dan penutupan Botol botol yang telah bersih dan disterilkan tersebut kemudian diisi. Botol demi botol diletakkan di atas ban berjalan agar dapat terisi secara otomatis. Cara tersebut menjamin jumlah dalam tiap botol akurat, dan penutupan botol secara otomatis menjamin kadar higienis yang sempurna pula.
5. Bagian pengkodean. Dalam proses ini, botol botol yang telah terisi dan sudah diperiksa jumlah dalam tiap botol dan kadar higienis yang sempurna, kemudian diberi kode sesuai dengan tanggal, bulan, dan Shift pabrik pe mbuatan.
6. Pengemasan dan pengangkutan Setelah diberi kode produksi dan label kemudian dikemas dalam karto n-karton atau dimasukkan ke dalam krat. Selanjutnya, pusat penjualan siap untuk mengirimkan produk-produk "Coca-Cola menuju lebih dari 420.000 gerai (outlet) yang menjual produk-produk "Coca-Cola" di Indonesia.
Sebagian besar produk-produk tersebut didistribusikan melalui lebih dari 120 pusat penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia.Produk-produk tersebut diangkut ke pusat-pusat penjualan tersebut oleh armada truk berukuran besar dan kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang eceran oleh kendaraan distribusi yang lebih kecil. Apabila truk-truk penjualan ditempatkan berderet, maka akan bisa sepanjang lebih kurang 17 km.Hal inilah yang membuat perusahaan Coca Cola sebagai salah satu perusahaan distribusiterbesar di Indonesia.
Gambar 2.1. Uraian Proses Produksi
Berikut penjelasan tentang proses produksi pembuatan Coca Cola: 1.
Pengolahan air (water treatment ) Air sebagai bahan baku utama pembuatan minuman berkarbonasi harus
diolah terlebih dahulu agar memenuhi standar kualitas air yang ditetapkan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java. Be rdasarkan proses pengolahan
dan fungsinya, di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java air dapat digolongkan menjadi 5 macam yaitu Raw water, Treated water, Soft treated water, Softener water dan General use water. a) Raw water Air yang diambil dari sumur (deep well ) dengan kedalaman lebih dari 100 m dan digunakan untuk sanitasi ruangan produksi (lantai). Sumur yang digunakan sebagai sumber air guna memenuhi kebutuhan air untuk proses produksi berjumlah 11 sumur dengan jarak antar sumur minimal 100 m. Pengoperasian sumur tergantung dari besarnya produksi, jika produksinya meningkat maka kemungkinan semua sumur yang ada dioperasikan. Syarat untu raw water berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java antara lain bau dan penampakan normal serta kandungan klorin bebas sekitar 13 ppm. Raw water dari sumur dipompa ke reservoir tank yang berkapasitas 200 m3, kemudian diolah menjadi treated water , soft treated water dan softener water . Penampungan dalam reservoir tank bertujuan untuk mengendapkan kotorankotoran yang terdapat pada air (seperti pasir, lumpur, kerikil, dan lainlain), menjaga kestabilan aliran air untuk proses produksi, proses aerasi bertujuan untuk mengoksidasi besi yang terlarut sehingga lebih mudah mengendap. b)
Treated water Raw water yang sudah mengalami berbagai macam proses. Raw water yang berasal dari sumur dialirkan ke dalam cooling tower , dalam cooling tower air dilewatkan melalui saringan sehingga mengalir dalam bentuk titiktitik air. Terbentuknya titiktitik air akan mempermudah terjadinya proses aerasi, yaitu proses pengikatan oksigen yang dapat mengoksidasi besi yang terlarut dalam air sehingga lebih mudah mengendap. Kemudian air dialirkan ke reservoir tank . Air yang ada di reservoir tank kemudian dialirkan ke flocculator dengan debit 30 m3 per jam. Dalam flocculator akan terjadi proses pencampuran air dengan bahanbahan kimia seperti Lime [Ca(OH)2] 8%, Ferro sulfat (Fe2SO4) 20% dan Chlorine [Ca(OCl)2]
5%. Flocculator dilengkapi dengan mixer untuk mempercepat dan meratakan pencampuran bahanbahan tersebut. Penambahan Lime akan mengubah Ca2+ dan Mg2+ atau garam lain yang terlarut dalam air menjadi kalsium karbonat dan magnesium karbonat yang larut dan mengendap. Garamgaram tersebut akan meningkatkan kesadahan air.
Penambahan ferro sulfat dalam air sadah dapat mempercepat terjadinya penggumpalan. FeSO4 + Ca(HCO3)2 Penambahan
chlorine
bertujuan
→ untuk
Fe(HCO3)2 + CaSO4 membunuh
bakteri
dan
mikroorganisme yang mungkin masih hidup dalam air (desinfektan). Setelah mengalami proses di flocculator , raw water dialirkan ke clarifier tank ( settling tank ), dalam clarifier terjadi proses pengendapan yang bertujuan menghilangkan padatan tak larut dalam air. Bagian atas clarifier terdiri dari lamela-lamela yang berfungsi untuk memisahkan floc dengan raw water . Floc mempunyai berat jenis yang lebih besar dari air sehingga lamakelamaan floc yang sudah terbentuk akan mengendap. Dalam settling tank akan terjadi over load sehingga raw water mengalir melewati lamelalamela, adanya lamela ini menyebabkan floc akan tertahan dalam settling tank . Air yang sudah bersih yang kemudian ditampung terlebih dahulu dalam bright tank dengan tujuan untuk menjaga debit aliran air yang mengalir ke sand filter . Air dari clarifier tank kemudian dialirkan ke sand filter , di sand filter terjadi suatu proses yang bertujuan untuk mengurangi kotoran yang mungkin masih terdapat pada air. Media penyaring pada sand filter adalah pasir silika dan antrasit. Media penyaring mempunyai ukuran butiran yang kecil sehingga dapat menahan kotorankotoran yang terdapat dalam air. Dari sand filter , air dialirkan ke storage tank yang berkapasitas 110 m3. Storage tank berguna untuk menjaga debit air yang menuju ke carbon filter
tank stabil, sehingga air yang mengalir kedalam proses produksi dapat stabil. Dari storage tank air kemudian dialirkan kedalam carbon filter tank yang berisi arang aktif, berupa bubuk yang berwarna hitam yang dapat menyerap bau, dan warna yang tidak diinginkan. Dari carbon filter , air dilewatkan
kedalam
filter
dengan
ukuran
3μm
bertujuan
untuk
menghilangkan karbon yang kemungkinan masih terlarut dalam air. Air yang sudah melewati carbon filter disebut treated water yang kemudian akan dialirkan ke line-line produksi tetapi sebelumnya mengalami proses penyaringan lagi di tiap line. Pada tiap line terdapat micron filter yang terdiri atas saringan-saringan dengan ukuran 8μm bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang terbawa pada saat treated water melalui pipapipa. c)
Soft Treated Water Khusus digunakan untuk pembuatan ‘Frestea’, dimana tingkat kesadahan airnya sangat rendah, hal ini dimaksudkan agar proses dengan menggunakan suhu tinggi tidak akan menimbulkan kerak pada pipa. Pembuatan sirup Frestea dilakukan pada suhu >90ºC dan mengalami proses sterilisasi pada suhu 139ºC untuk itu dibutuhkan air dengan tingkat kesadahan 0. Hal ter sebut dimaksudkan untuk menghindari terbentuknya endapan pada produk akibat pemanasan yang berlebih. Proses pengolahan soft treated water pada intinya sama dengan proses pengolahan treated water , yang membedakan yaitu untuk soft treated water setelah treated water melalui carbon filter akan dilewatkan lagi pada cation exchanger . Pada cation exchanger terdapat resin [R(alkil)Na] berguna untuk mengikat ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan meningkatnya kesadahan air. Jika resin sudah tidak efektif untuk menurunkan kesadahan air atau resin sudah tidak dapat mengikat ion Ca2+ dan Mg2+, maka dilakukan proses regenerasi yaitu dengan menambahkan larutan garam (NaCl), dimana proses regenerasi dimaksudkan agar resin dapat aktif kembali. Setelah melewati cation exchanger , air dilewatkan lagi pada saringan 1μm untuk menyaring
garam-garam yang belum tersaring dalam cation exchanger . Dari proses ini akan dihasilkan soft treated water dengan tingkat kesadahan maksimal 2 ppm. d)
Softener Water Merupakan air yang sudah mengalami proses pelunakan sehingga tingkat kesadahannya rendah. Softener water terdiri dari dua jenis yaitu softener water chlorine dan softener water non chlorine. Softener water chlorine digunakan untuk final rinse pada proses pencucian botol, sedangkan softener water non chlorine digunakan sebagai media pemanas boiler. Air dari deep well dialirkan ke cooling tower kemudian ditampung di aeration tank yang berkapasitas 200 m3. Aerasi bertujuan mengurangi kadar besi dalam air. Selain air dari deep well , air inlet juga berasal dari recycle backwash dan air hujan (strom water) yang sebelumnya ditampung dahulu dalam bak flok kemudian dialirkan ke sludge holding tank (SHT), dalam SHT terjadi pengendapan flok . Air kemudian disaring melalui sand filter dan carbon filter kemudian ditampung dalam aeration tank . Air recycle final rinse dan air hujan ditampung dalam cooling tower dengan tujuan untuk menurunkan suhu, cooling tower dilengkapi dengan kipas agar suhu air cepat turun. Dari cooling tower , air recycle final rinse dan air hujan dibawa ke accelerator tank . Dari aeration tank dan accelerator tank , air akan kembali disaring melalui sand filter kemudian dilewatkan melalui cation exchanger . Dalam cation exchanger terdapat resin yang dapat mengikat ionion yang dapat menyebabkan air menjadi sadah, sehingga tingkat kesadahan air akan menurun. Setelah melewati cation exchanger air ini disebut sebagai softener water . Softener water kemudian ditampung dalam soft water tank yang berkapasitas 200 m3. Dalam soft water tank , diinjeksikan chlorine sehingga softener water dalam soft water tank mempunyai kadar chlorine 15 ppm. Softener water chlorine digunakan pada proses pencucian botol dan erate untuk tiap line produksi kecuali line VI. Untuk memperoleh softener water non chlorine, maka softener water chlorine dilewatkan
carbon filter dan dihasilkan softener water non chlorine yang digunakan untuk boiler dan pendingin mesin. e)
General Use Water Merupakan air yang digunakan untuk keperluan pabrik seharihari. Air ini berasal dari pencampuran antara air dari sumur dan air hasil pengolahan limbah. Air hasil pengolahan limbah disebut
re-use water , yang
sebelumnya ditampung dalam clarifier agar kotoran dalam air mengendap kemudian dialirkan ke buffer tank dan disaring melalui carbon filter . Setelah melalui carbon filter , re-use water kemudian dicampur dengan air yang berasal dari deep well di blending tower . Air yang dialirkan dari blending tower merupakan air yang jernih, tidak berbau dan tidak berasa yang disebut sebagai general use water yang biasa digunakan untuk keperluan kamar mandi dan gardening.
2.
Pembuatan Sirup -
Karbon Aktif ( Aktif Carbon ) Fungsi karbon aktif adalah untuk menghilangkan rasa warna, bau asing dalam sirup.
-
Filter aid Filter aid merupakan tanah diatomik hasil tambang, warna berwarna putih. Fungsi filter aid adalah untuk membentuk lapisan awal berupa pori – pori pada mesh di filter press agar kotoran yang terlarut dalam sirup dapat tersaring. Filter aid mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh filter lain, yaitu pada tekanan tinggi pori – porinya akan semakin sempit sehingga kemungkinan filtrat untuk lolos kecil. Dari ciri khasnya ini maka selama penyaringan luas permuakaan mesh tidak berkurang karena sifat filter air yang elastis. Akibatnya laju filtrasi dapat terjaga. Pemasok filter air adalah PT. Lautan Luas Tbk.
-
Catridge Filter Catridge filter digunakan dalam pembuatan ekstrak teh untuk Frestea, berbentuk seperti gulungan benang, berfungsi untuk menyaring kotoran
dan benda asing yang terlarut dalam ekstrak teh. Pemasok Catridge filter adalah PT. Narda Tirta . -
Filter Paper Filter Paper/ Beccoberupa lembaran dengan tebal kurang lebih 0,5 cm terbuat dari bahan sintesis, berfungsi sebagai saringan. Pemasok filter paper diantaranya adalah PT. Mentari Trans Kencana dan PT. CCBI Lampung.
Mula-mula, air yang di ambil dari water treatment ditampung di sebuah tangki. Kemudian dicampur gula pasir sambil di panasi, suhu pemanasan tidak boleh dari 25 derajat Celsius. Setelah itu dicampur denganactive carbon untuk menghilangkan bau dan warna, setelah itu disaring dengan filter proses. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri. Di dalam finish syrup tank ini concentrate ditambahkan, dan penambahan ini sesuai dengan minuman yang akan di produksi apakah coca cola, fanta, sprite atau yang lain.
3.
Proses Pencampuran Proses paramix adalah proses pencampuran air, syrup dan CO 2 sehingga diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kemasannya. Air dari trested water dan syrup akhir bersamaan masuk ke mesin pencampuran. Air sebelumnya didearasi di dearator. Dearasi adalah proses pengeluaran udara dari dalam air yang digunakan untuk membuat minuman sehingga mempermudah proses karbonasi dan membantu memperlancar pengisian. Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan gas oksigen di dalam air sehingga CO2 mudah larut di dalamnya. Air masuk ke dearator dimana tekanan dearator adalah 0,8 bar dan kemudian gas CO 2 akan dipompakan masuk ke dalam liter air. Syrup akhir langsung di masukkan ke dalam gelas syrup. Dengan perbandingan tertentu, air dan syrup akhir dicampur. Hasil pencampuran didinginkan sehingga te mperatur lebih kurang 0 – 10 C dengan medium pendingin gelikol. Hal ini dilakukan karena semakin rendah temperatur campuran semakin tinggi absorbs CO 2. Campuran kemudian dimasukkan ke karbonasi. Karbonasi adalah proses pelarutan CO 2 dalam
suatu cairan. Gas CO2 yang dimurnikan dimasukkan ke dalam karbonator dimana tekanannya dikendalikan oleh alat taylor. Alat taylor mengukur temperatur campuran cairan dan dikonvesikan ke dalam tekanan CO 2 yang dibutuhkan agar air dapat mengabsorbsi CO 2 hingga kandungan tertentu. Produk yang keluar dari karbonator inilah yang disebut beverage dan diteruskan ke mesin filter dan crowner.
4.
Pemurnian CO2 Pemurnian CO 2 dilakukan agar CO 2 yang digunakan untuk proses produksi
bebas dari pengotor, bau dan rasa yang kurang sedap serta mencegah terjadinya kontaminasi produk yang diakibatkan karena material selain CO 2. CO2 dan tangki penampung dialirkan kedalam rangkaian pemurnian yang disebut CO 2 purifier . Mulamula CO2
liquid dialirkan ke evaporator untuk diubah menjadi gas,
kemudian gas CO 2 dialirkan kedalam tabung yang berisi KMnO4. KMnO4 adalah suatu bahan kimia yang akan menyerap gas selain CO 2. Kemudian CO 2 dilewatkan ke tabung yang mengandung
treated water bertujuan untuk
mengetahui apakah masih ada KMnO 4 yang masih terbawa dalam CO2. Hal ini dapat dilihat bila treated water berwarna merah, maka CO 2 tersebut masih mengandung KMnO 4, selanjutnya CO2 dipanaskan dengan heater tank (dryer ) tujuannya untuk menguapkan air yang mungkin terbawa dalam CO2. Setelah itu, CO2 dilewatkan dalam tabung yang berisi karbon aktif yang bertujuan menghilangkan bau asing yang mungkin ada pada CO 2. CO2 murni diperoleh setelah CO2
dilewatkan dalam catridge filter paper . CO2 murni kemudian
dialirkan ke masingmasing line yang ada, guna dicampur dengan sirup dan treated water dalam tangki berkarbonasi.
5.
Pengemasan
Botol Botol kosong di ambil dari konsumen, dister-dister dibersihkan melalui mesin, setelah itu di isi produk, dan proses terakhir adalah menutup botol dengan penutup dua lapis
Can atau Kaleng Kaleng yang digunakan dalam proses produksi adalah jenis beverage can, yakni kaleng yang khusus untuk mengemas minuman. Jenis kaleng ini pada bagian dalam dilapisi dengan coating enamel dan tahan tekanan. Setelah itu kaleng akan menuju tempat mesin pengisi kaleng .sesudah di is i minuman kaleng, mesin itu akan menuju mesin penutup kaleng yang dilengkapi dengan CO2 device yang tujuannya untuk meniup angin yang ada di atas minuman dalam kaleng masih terbuka sesaat akan di tiup. Setelah itu masuk mesin yang kerjanya mesin itu adalah memilih kemasan yang isinya kurang atau lebih.
Minuman Coca-Cola sebelum sampai ke tangan konsumen berawal dari bahan baku pilihan berkualitas tinggi yang diproses melalui beberapa tahapan : 1. Tahap pertama untuk menghasilkan Coca-Cola sangat sederhana, yaitu membuat sirup yang terdiri dari gula dan air. Airnya disaring dengan seksama karena bagi "Coca-Cola" bahan baku berkualitas tinggi sangat mutlak diperlukan. 2. Untuk memastikan bahwa air yang digunakan untuk produk botol dan kaleng benar-benar bersih dan murni, air tersebut disaring. Para teknisi(workers) pengawasan mutu menguji air tersebut berkali-kali sebelum digunakan untuk membuat produk akhir. 3. Pemeriksaan dan pengujian dilanjutkan. Perangkat dengan teknologi canggih membantu para teknisi memeriksa berbagai segi proses, mulai dari kondisi tiap kemasan hingga kadar karbon dioksida ( CO2), rasa dan kandungan sirup. Pada tahap ini, campuran sirup diperiksa. 4. Sirup kemudian ditambahkan dengan konsentrat "Coca-Cola". Sari rasa untuk "Coca-Cola ini dibuat di pabrik-pabrik The Coca-Cola Company dan hingga kini tetap merupakan rahasia dagang terbesar di dunia.Teknisi kemudian mencicipi, memeriksa dan mencatat campuran setiap batch sirup dengan seksama.Setelah
pencampuran,
cairan
siap
untuk
diberi
tambahan
karbondioksida. Pengawasan mutu yang amat ketat adalah alas an mengapa
"Coca-Cola" dikenal sebagai minuman yang memiliki kadar soda yang paling sempurna. 5. Rangkaian botol dari gelas atau plastik PET (Polyethelyne terephthalate) maupun kaleng sekarang dalam jumlah sangat besar siap untuk diisi dengan produk akhir. Botol-botol pun harus melalui pemeriksaan yang amat teliti.Pertama-tama dicuci dan dibasuh kemudian diperiksa secara elektronik dan manual. Barulah botol-botol tersebut siap untuk diisi dengan minuman ringan paling popular di dunia saat ini. 6. Botol demi botol diletakkan di atas ban berjalan agar dapat terisi secara otomatis. Cara tersebut menjamin jumlah dalam tiap botol akurat, dan penutupan botol secara otomatis menjamin kadar higienis yang sempurna pula. 7. Pemberian kode-kode pada setiap produk merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses. Dengan kode-kode itu bermaksud menjaga agar para pelanggan mendapatkan minuman dalam rasanya yang terbaik. Setiap kode menunjukkan keterangan-keterangan tertentu tentang produk tersebut. Ada kode yang menunjukkan keterangan tentang tanggal pembuatan. 8. Ada kode yang lebih rumit, terdiri atas huruf dan angka yang menunjukkan hari, bulan, shift, dan pabrik tempat minuman tersebut dibuat. Ada lagi yang tidak tampak pada kemasan karena tinta yang digunakan hanya dapat dibaca dengan teknologi khusus. Semua itu menunjukkan komitment Perusahaan Coco-Cola untuk memastikan bahwa teknologi, sumber daya manusia maupun material yang pergunakan, semuanya tertuju untuk kepuasan para pelanggan dan konsumen. 9. Akhirnya, botol-botol diberi label, kode produksi dan dikemas dalam kartonkarton atau dimasukkan kedalam krat. Selanjutnya, pusat penjualan siap untuk mengirimkan produk-produk "Coca-Cola” menuju lebih dari 420.000 gerai (outlet) yang menjual produk-produk "Coca-Cola" di Indonesia.
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
Identifikasi Dampak Lingkungan
Sumber limbah cair utama dari industri minuman ringan adalah proses pencucian botol, karena pabrik minuman ini biasanya memanfaatkan botol bekas. Proses ini dilakukan dengan menggunakan deterjen dan larutan soda kostik yang kadang terintegrasi dalam pabrik pembuatan minuman ringan tersebut. Selain itu, limbah cair juga dapat berasal dari ceceran atau tumpahan sirup dan cairan lainnya selama proses pengadukan, pembotolan, dan pengalengan, pembersihan tangki, aliran pengisian bahan baku, atau peralatan proses dan lantai. 1.
Karakteristik Fisis Limbah Cair a.
Kekeruhan Kekeruhan dalam limbah cair disebabkan oleh tingginya kandungan padatan tersuspensi (TSS) dalam limbah. Limbah yang dihasilkan pabrik minuman ringan memiliki tingkat kekeruhan yang cukup tinggi tetapi kandungan bahan organiknya lebih tinggi. Beban terbesar TSS total berasal dari pencucian botol dan pemeliharaan kebersihan pabrik yang kurang baik.
b.
Warna Warna pada limbah cair minuman ringan berasal dari penambahan sirup sebagai konsentrat pemberi rasa. Akan tetapi, karena kadarnya cukup rendah dan seringkali bahan pewarna pun digunakan pewarna alami yang berasal dari sari buah-buahan, maka parameter warna ini tidak terlalu menjadi masalah dalam pengolahan limbah cair industri minuman ringan.
c.
Suhu Limbah panas yang dihasilkan berasal dari air proses pencucian botol. Perbedaan suhu yang dihasilkan pada limbah, meskipun lebih tinggi dari air limbah dalam keadaan normal tetapi melalui proses pendinginan secara alami dapat menurunkan suhu air limbah, sehingga tidak diperlukan suatu alat penurun suhu mekanis.
d.
Daya Hantar Listrik Daya Hantar Listrik menyatakan banyaknya ion-ion yang terkandung dalam suatu air buangan atau air sungai. Nilai konduktivitas pada limbah cair industry minuman ringan (limun) relatif rendah, karena dalam proses pembuatannya sendiri tidak
banyak
menggunakan
larutan-larutan
elektrolit, sebagian besar komposisi produk adalah air dan gula.
2.
Karakteristik Kimiawi Limbah Cair pH: 10-12 BOD : 500 mg.l BOD : COD : <0.4 , Maka COD : 1250 mg/l TSS : 316,7 mg/l Minyak dan Lemak : 19 mg/l Beban BOD = 3 kg/m3 produk minuman yang dihasilkan Beban padatan tersuspensi (TSS) = 1,9 kg/m3 produk minuman yang dihasilkan.
Dalam proses pengolahan bahan baku menjadi bentuk yang siap dikonsumsi terjadi pula hasil sampingan berupa sampah atau limbah, baik berupa cair, padat maupun gas. Hal ini wajar terjadi karena dalam setiap perubahan dari satu bentuk materi menjadi bentuk lainnya tidak pernah terjadi perubahan yang efisien, selalu ada sisa yang disebut limbah. Semua limbah ini akan dikembalikan ke lingkungan. Namun jika jumlahnya sedemikian banyak maka menyebabkan pencemaran lingkungan yang berarti mengganggu kelestarian lingkungan akibat turunnya kualitas air, tanah dan udara. Hampir sebagian besar industri minuman ringan menyedot air tanah sebagai sumber bahan baku utama. Pengambilan air tanah secara berlebihan dan tidak terkendali mengakibatkan antara lain: a.
Turunnya permukaan tanah
b.
Peresapan air laut sehingga menyebabkan turunnya kualitas air tanah Eksploitasi air tanah dalam jumlah tidak terkendali akan berpengaruh secara langsung terhadap masyarakat sekitarnya yang menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Dampak lain adalah akibat limbah yang dihasilkan oleh industri minuman
ringan. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian botol karena pabrik minuman biasanya memanfaatkan kembali botol bekas. Sebagian besar volume dari kandungan air alkalin panas mengandung padatan terlarut. Dan juga limbah cair yang berasal dari ceceran/tumpahan sirup dan cairan lainnya selama proses pengadukan, pembotolan/pengalengan, pembersihan tangki, aliran pengisian bahan baku. Sumber limbah cair lainnya berasal dari sistem pengolahan air untuk bahan baku air dan dari peralatan mesin-mesin/bengkel berupa oli, minyak atau lemak. Keseluruhan limbah cair ini akan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah yaitu meningkatnya pH, padatan tersuspensi dan BOD.
3.2.
Komitmen PT Coca Cola dalam Menangani Limbah
PT Coca Cola menghadirkan produk menyegarkan yang unik dan memuaskan konsumen. PT Coca Cola sangat terpacu untuk melahirkan semangat serupa terhadap usaha-usaha yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Ini berarti upaya berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan lebih baik dalam meningkatakan kinerja di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Sebelum membuang limbah ke sungai, perusahaan mengolah limbah sehingga tidak merusak biota sungai. Perusahaan menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan masalah-masalah tersebut yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, Perusahaan mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada standar internasional, termasuk di dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja - mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan dan keselamatan kerja. Selain senantiasa berupaya meraih kepuasan dengan melakukan hal-hal yang terbaik, tanggung-jawab perusahaan juga tertuju pada masyarakat Indonesia. Tanggung jawab tersebut meliputi komitmen dalam menjalankan usaha dengan cara-car a yang menjaga kelestarian lingkungan dan menunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan-karyawan perusahaan di tempat ker ja. PT Coca-Cola memiliki komitmen untuk senantiasa memahami, mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan pelayanan dan produk berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh kar yawan. Seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan setiap orang yang tergabung di dalam perusahaan, serta semua mitra kerjanya, bersama-sama memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan ini. Untuk itulah maka kita berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri mereka sepenuhnya. PT Coca-Cola akan berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan dengan memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan Perundangan yang berlaku; 1.
Senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam menyusun Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari Operasi Perusahaan;
2.
Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram, serta terus menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan operasi perusahaan;
3.
Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan bertindak pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan
memperkecil setiap dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan; 4.
Mengembangkan
dan
menerapkan
cara-cara
meningkatkan
efisiensi
pemakaian sumber daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya; 5.
Sedapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah semua limbah yang ditimbulkan di dalam area perusahaan sendiri, serta menjamin prosedur pembuangan limbah tersebut dengan cara yang aman dan berdampak yang seminimal mungkin; dan
6.
Meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar pengelolaan lingkungan yang setara dengan yang telah diberlakukan
3.3.
.
Pengelolaan Limbah di PT Coca Cola 2
Limbah merupakan hasil dari suatu aktifitas yang dilakukan manusia
yang sudah tidak terpakai lagi dalam kegiatan tersebut. Pengolahan limbah yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, oleh karena itu perlu adanya penanganan limbah yang tepat sehingga limbah yang dihasilkan tidak merusak lingkungan. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java merupakan perusahaan yang memproduksi minuman ringan, limbah yang dihasilkan dari aktifitas perusahaan berupa limbah padat, limbah cair dan limbah gas. 1.
Limbah padat Limbah padat biasanya berupa botolbotol gelas, kaleng, karton, crown dan kantong gula. Botolbotol biasanya berasal dari pecahan botol selama proses produksi dan botol yang sudah tidak dapat digunakan lagi untuk mengemas produk carbonat soft drink (CSD). Kaleng biasanya berasal dari proses produksi dimana produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar (reject ). Karton biasanya berasal dari sisa pengemas yang rusak. Limbah padat yang dihasilkan dikumpulkan dijual untuk didaur ulang sehingga menjadi tambahan pendapatan bagi perusahaan.
2
Putri Nuraeni, Laporan Magang: Proses Produksi Minuman Berkarbonasi (Indonesia).
2.
Limbah gas Limbah gas berasal dari boiler, washer, forklift , dan kendaraan perusahaan. Untuk meminimalkan limbah gas yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menjaga kondisi forklift, boiler dan kendaraan perusahaan dengan baik, sehingga pembakaran terjadi secara sempurna. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan gas karbondioksida yang tidak beracun serta dapat didaur ulang oleh tumbuhan sebagai bahan fotosintesis. Usaha yang dilakukan untuk meminimalkan limbah gas yaitu dengan memilih bahan bakar dengan kualitas baik, membuat taman di lingkungan perusahaan serta adanya ventilasi ruangan produksi yang baik.
3.
Limbah cair Limbah cair berasal dari proses produksi, proses pencucian botol, bahan kimia sisa pengujian dan sanitasi baik ruang produksi maupun peralatan. Air limbah mengandung berbagai macam zat anorganik dan organik. Zat anorganik berupa logam berat, garam, oli, zatzat kimia lainnya, sedangkan zat organik berupa gula. Air limbah yang dihasilkan mengandung zatzat berbahaya
sehingga
jika
dibuang
langsung
ke
lingkungan
dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penanganan yang tepat sehingga air limbah dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Penanganan limbah kimia sisa hasil analisis dilakukan dengan cara menampungnya dalam deerigen yang kemudian akan dibuang ketempat pengolahan limbah kimia. Penanganan limbah cair dapat diuraikan sebagai berikut: a. Collector tank Air limbah yang dihasilkan dari pabrik dialirkan ke collector . Air limbah yang dihasilkan masih bercampur dengan bendabenda asing lainnya seperti crown, lumpur, oli, dan bahanbahan lainnya yang dapat mengganggu kelancaran proses berikutnya. Pada collector tank terjadi proses pemisahan material solid dengan menggunakan saringan, atau juga dengan proses pengapungan dan pengendapan.
b. Oil Separator Berfungsi untuk memisahkan oli yang masih bercampur dengan air limbah yang berasal dari proses produksi (oli dan grease). Pada oli separator effluent dialirkan melalui lamela saringan, dimana oli yang mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari air, maka oli dapat dipisahkan. Oli harus dipisahkan karena dapat mengganggu proses aerasi pada tangki ICEAS. c. Equalization tank Tangki equalisasi berfungsi dalam menyeragamkan kualitas air limbah sehingga tidak mempunyai fluktuasi kualitas dan dapat mempermudah pengolahan pada tangki ICEAS. Effluent yang dihasilkan masih bersifat sangat basa yang diakibatkan oleh adanya sisa pencucian botol, oleh karena itu perlu adanya penambahan asam sehingga pH akan turun mendekati netral yang mendukung aktivitas mikrobia. d. ICEAS Tank ( Intermitten Cycle Extended Aeration System) Pada tangki ICEAS, air limbah yang berasal dari equalisasi tank akan mengalami 3 proses yaitu aerasi, settling dan decantasi. 1)
Aerasi Proses ini bertujuan untuk menyuplai kebutuhan O 2 yang akan membantu aktivitas mikrobia aerob. Tandatanda aktivitas bakteri atau mikrobia, antara lain tidak adanya bau menyengat pada influent , warna sludge cenderung cerah atau kecoklatan, serta tidak muncul banyak buih sebagai akibat tingginya kadar caustic soda. Kurangnya proses aerasi dapat memicu berkembangnya bakteri anaerob yang dalam aktivitasnya menghasilkan gas amonia (NH 3) yang dapat membunuh bakteri aerob. Suplai O 2
dilakukan oleh
blower yang berbeda tangki. Selain sebagai supplier O 2, blower juga berfungsi sebagai pengaduk massa lumpur yang bercampur dengan air buangan. Proses ini berlangsung selama 2 jam. 2)
Settling
Pada proses ini terjadi pengendapan sludge atau lumpur aktif yang berasal dari hasil penguraian bahan oleh bakteri, sehingga dapat dihasilkan filtrat yang bersih, proses settling berlangsung selama 2 jam. Sludge aktif dapat digunakan lagi dalam pengolahan limbah. BOD atau Biological Oxygen Demand adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui jumlah O2 yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawasenyawa organik yang ada di dalam air secara aerob. 3)
Decantasi Bertujuan untuk memudahkan air limbah yang sudah melalui proses pengendapan dengan lumpur aktif. Volume air yang dipindahkan tergantung pada lama waktu decantasi, tingkat decantasi, dan frekuensi siklus. Pada pengolahan limbah ini, air limbah pada ICEAS tank terlihat jernih dan lumpur aktif sudah mengendap sehingga air limbah siap dibuang melalui decanter menuju effluent pond .
4) Effluent pond Seteleh melewati proses decantasi, air limbah sudah dianggap layak untuk dibuang keluar. Maka sebelum dibuang, air limbah tersebut dialirkan ke bak effluent yang kemudian akan dibuang ke saluran pembuangan dan sebagian dapat dimanfaatkan kembali. 5) Clarifier Pada proses ini air limbah dari effluent pond dilewatkan melalui filter yang dapat menyaring kotoran ataupun lumpur aktif yang masih terbawa dari effluent pond . Sebelumnya juga dicampurkan larutan chlorine 5% dalam inlet clarifier dengan tujuan untuk mengurangi jumlah mikrobia. 6)
Sand Filter Grafity Pada sand filter grafity, terjadi proses penyaringan air limbah. Sand filter grafity ini terdiri atas media saring yang berupa pasir silika, injuk, dan batu sungai. Tujuannya agar effluent dari limbah ini
dapat memiliki appearance yang lebih jernih dan terbebas dari kotoran. 7)
Bio pond Bertujuan untuk mengetahui keadaan biologi air limbah, apakah limbah tersebut masih beracun atau tidak. Pada bio pond berupa kolam diletakkan sejumlah ikan. Jika ikanikan tersebut mati, maka kemungkinan effluent dari proses limbah ini masih mengandung bahan kimia yang berbahaya.
Dalam pengolahan limbah ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam limbah, antara lain : 1) Biochemical Oxygen Demand ( BOD ) BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan- bahan organik yang terdapat di dalam air (ppm). Oksigen tersebut digunakan untuk oksidasi bahan organik dan proses sintesis ( di dalam) sel oleh mikroorganisme. Air dianggap bersih dan sehat apabila BOD-nya lebih dari 1 ppm. 2)
Chemical Oxygen Demand ( COD ) COD ialah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan bahan organik yang terlarut dalam air.Untuk menguji dan menganalisa BOD diperlukan waktu yang cukup lama, kurang lebih 20 hari. Dengan uji COD dapat dianalisa bahan organik yang ada di dalam air hanya beberapa jam. Meskipun COD dan BOD dapat mengukur bahan organik yang terlarut dalam air tetapi COD memiliki kecepatan uji yang lebih tinggi, kµarena COD dapat mengoksidasi komponen organik yang stabil atau komponen yang dioksidasi oleh mikroorganisme. Jadi dalam air yang sama ( sample air ) harga COD lebih tinggi.
3)
Kekeruhan Kekeruhan ( turbidity ) adalah gambaran sifat optik dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar atau cahaya yang dipancarkan dan diserap oleh partikel- partikel dalam air tersebut. Kekeruhan terutama
dipengaruhi oleh bahan- bahan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton serta mikroorganisme mikroskopik lainnya. Secara langsung kekeruhan dapat mengganggu proses pernapasan organisme perairan seperti menutupi insang ikan. Kekeruhan juga dapat mengurangi penetrasi cahaya ke dalam perairan. 4)
Padatan Terlarut Total ( TDS ) Padatan Terlarut Total atau Total Dissolved Solid ( TDS) adalah bahan- bahan yang terlarut dalam air yang tidak dapat tersaring dengan kertas saring Millipore dengan ukuran pori-pori 0,45 µm. Bahan- bahan terlarut ini dianalisa dengan cara menyaring air sample dengan kertas saring.
5)
Padatan Tersuspensi Total ( TSS) Padatan Tersuspensi Total ( TSS) adalah semua padatan yang mengambang pada permukaan atau melayang pada air limbah yang sebagian besar dapat dipisahkan dari air limbah melalui penyaringan. Padatan tersuspensi ini mempengaruhi proses fotosintesis, dan jika mengendap kemudian membusuk akan mengurangi nilai guna perairan. Padatan tersuspensi dapat mnghambat kerja dan merusak organ pencernaan dan pernapasan udang dan ikan. Untuk menjamin berhasilnya usaha pengolahan, kandungan padatan tersuspensi tidak boleh lebih dari 400 mg/l.
6)
Temperatur Temperatur air biasanya diukur dengan termometer air raksa (Hg) dengan satuan 0C untuk pengukuran temperatur di kedalaman tertentu dari suatu kolam air. Ketelitian skala thermometer sebaiknya tidak kurang dari 0,1 0C. Temperatur yang baik adalah temperatur 27 0C, untuk daerah tropis.
7)
Warna Warna air biasanya disebabkan oleh keberadaan plankton, ion-ion metal atau logam seperti besi ( Fe) dan mangan ( Mn) atau bahan terlarut dan tersuspensi lainnya. Warna terbagi dua, warna asli dan warna tampak. Warna asli ditentukan setelah air sample di filtrasi, sehingga warna air hanya disebabkan oleh semua bahan yang terlarut dan tersuspensi. Metode penentuan warna yang sering digunakan adalah “ Visual Comparation Method ” yaitu dengan
cara membandingkan air sample dengan warna standar yang dibuat dari unsur platinum (Pt) dan cobalt (Co). Satuan dari warna adalah unit PtCo. Warna yang dinjurkan bagi sumber untuk keperluan air minimal 5-50 unit PtCo. 8) pH pH adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 0-14. pH 7 adalah netral berarti air tidak bersifat basa atau asam. Bila nilai pH di bawah 7 berarti air tersebut asam, bila diatas 7 berarti basa. Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis sehingga menyebabkan pH air meningkat pada siang hari dan pada waktu malam hari. 9)
Karbondioksida ( CO2) Ikan mempunyai toleransi terhadap konsentrasi karbondioksida yang tinggi di dalam air, tetapi ikan akan menghindar bila konsentrasi CO 2 tersebut lebih dari 5 mg/l, apabila konsentrasi oksigen terlarut rendah maka CO 2 akan menghambat pemakaian oksigen oleh ikan. Konsentrasi CO 2 meningkat terutama bila plankton mati karena hilangnya stratifikasi suhu dalam air dan juga bila cuaca mendung.
Air limbah di PT. CCBI Central Java diolah untuk digunakan kembali sebagai kebutuhan kamar mandi, sanitasi dan pengairan sawah milik warga sekitar. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengolahan air limbah untuk keperluan rumah tangga antara lain, suhu, pH, jumlah oksigen terlarut, dan kandungan NH 3 yang terdapat dalam limbah tersebut.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pengolahan industri minuman di PT. Coca Cola adalah sebagai berikut: 1.
PT Coca Cola Menghasilkan limbah berupa limbah padat, limbah gas, dan limbah Cair
2.
Proses Produksi pembuatan produk di PT Coca Cola terdiri dari pengolahan air, pembuatan sirup, proses pencampuran, pemurnian CO 2, dan pengemasan dimana tiap tiap proses menghasilkan limbah.
3.
Dampak lingkungan pada PT Coca Cola tidak berdampak buruk karena pengelolaan lingkungan yang sudah baik.
4.2.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain : 1.
Sebaiknya perlu diadakan penelitian apakah pengelolaan limbah sudah baik atau belum
2.
Sebaiknya dibuat penjadwalan dalam pengelolaan limbah
DAFTAR PUSTAKA
Nuraeni, Putri. Laporan Magang: Proses Produksi Minuman Berkarbonasi. Indonesia. Yulianti, Onny Setia. 2015. Laporan Kunjungan Industri: Sistem Pembuatan Produk Coca Cola. Indonesia: Universitas Islam Bandung.