ORGANISME PARASIT
Cyclops sp, L ampro proglena sp, dan E rga rg asilus silus sp Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas pada matakuliah Parasit dan Penyakit Ikan
Disusun Oleh Kelompok IV Nuraya Asfariah W P
230110130091 230110130091
Raden Nadya D H
230110130103 230110130103
Satrio Bagas R
230110130107 230110130107
Raka Setiawan Putra
230110130118 230110130118
Mediana Rahma Putri
230110130123
Adhardiansyah
230110130135
PerikananB
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Organisme Parasit golongan Copepoda (Cyclops, Lamproglena, dan Ergasilus)” Ergasilus) ” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai organisme parasit yang termasuk golongan Copepoda Copepoda khusunya mengenai Cyclops, Lamproglena, dan Ergasilus. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangankekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman, tim pengajar dan semua pihak lain yang telah berperan seta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Jatinangor, 1 Maret 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
…………………………………………………………
……………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………………..
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
………………………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1 1.2 Tujuan…………………………………………………………………….. 1 1.3 Manfaat…………………………………………………………………….2 BAB II PEMBAHASAN
……………………………………………………….
3
2.1 Taksonomi Copepoda…………………………………………………….. 3 2.1.1 Ciri dan Morfologi……………………………………………………... .4 2.1.2 Reproduksi………………………………………………………………5 2.2 C yclops sp…………………………………………………………………………..7 2.3 Ergasilus sp………………………………………………………………………....9 2.4 Lamproglena sp…………………………………………………………………….12 BAB III PENUTUPAN
…………………………………………………………
16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 16 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
16 …………………………………………… ……………………..
ii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1 Cyclops sp..………………………………………………………...7 Gambar 2. Morfologi Cyclops sp…………………….……………………….8 Gambar 3. Mekanisme penularan penyakit...………………………………….9 Gambar 4. Ergasilus sp…...…………………………………………………...10 Gambar 5. Bentuk Infeksi dari Ergasilus……………………………………..11 Gambar 6. Ikan Yang terserang ergasilus.............………………………………………………………………11 Gambar 7. Lamproglena sp……………………….…...…………………………………………………....12 Gambar 8. Morfologi Lamproglena sp………………………………………..13 Gambar 6. Vitamin C…………………………………………………………15
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster. Penyakit parasitic merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menyerang ikan terutama pada usaha budidaya ikan . Serangan penyakit bisa mengakibatkan terganggunya pertumbuhan ikan , kematian bahkan penurunan produksi ikan. Semua organisme air memiliki potensi sebagai inang bagi parasit. Dalam jumlah kecil, tidak akan membahayakan ikan namun jika kondisi lingkungan memungkinkan maka parasit akan bereproduksi dengan cepat dan dapat membahayakan . Dalam makalah ini membahas tentang Cyclops sp, Lamproglena sp dan Ergasilus sp yang termasuk kedalam kelas Crustacea ordo Copepoda yang merupakan parasit yang dapat menyerang ikan yang dapat menyebabkan kematian dan penurunan mutu ikan umumnya pada ikan budidaya yang hidup di tempat budidaya yang kurang baik yang mengakibatkan mudahnya terkena penyakit yang disebabkan parasit.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk: a. Mengetahui organism parasit b. Parasit dari ordo copepod diantaranya, Cyclops sp, Lamproglena sp, dan Ergasilus sp c. Bagian-bagian ikan yang terserang parasit
1
2
d. Cara penanggulangan ikan yang terkena parasit 1.3
Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui berbagai macam penyakit pada ikan dan juga mengetahui cara penanggulangan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh parasit pada tubuh ikan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Taksonomi Copepoda
Copepoda berasal dari kata cope dan poda. Cope yang bererti dayung dan poda yang bebarti kaki. Copepoda merupakan salah satu subkelas Crustacea yang penting
bagi
perairan
adalah
Copepoda.
Copepoda
adalah
crustacea
holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui rambut – rambut ( setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut ( maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992). Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton yang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar (2500 µm) pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa reproduksi. Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem laut. Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan organisme laut yang sangat beragam dan melimpah, dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam rantai makanan dan ekonomi lautan (Wickstead 1976). Contoh genus dari Arthropoda antara lain Paracalanus, Pseudocalanus, Acartia, Euchaeta, Calanus, Oithona, Microsetella (Hutabarat dan Evans, 1986).
3
4
Klasifikasi : -Kingdom: Animalia -Filum
: Anthropoda
-Sub. F : Crustacea -Kelas
: Maxillopoda
-Sub. K : Copepoda -Ordo
: Calanoid, Harpacticoid,
Cyclopoid, Gelylloida, Harpacticoida, Misophrioida, Monstrilloida, Platycopioida, Poecilostomatoida,
Siphonostoida,
Argulidae.
2.1.1
Ciri dan Morfologi
Ciri Umum Copepoda : -
Zooplankton yang paling banyak ditemukan di perairan dan memegang peranan penting dalam rantai makanan pada suatu ekosistem perairan.
-
Pemakan tumbuhan terbesar di dunia.
-
Tersebar pada seluruh benua di dunia, mudah beradaptasi.
-
Terdapat sekitar 14.000 spesies dan 210 family
-
Kaya akan nutrisi.
-
Sumber protein terbesar di samudra.
-
Banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk larva ikan.
-
Planktonik, parasite, benthic.
-
Ukuran sekitar 0,5 – 2 mm.
-
Tergolong sebagai udang renik yang biasanya ada yang menyerang tubuh ikan bagian insang dan luar.
-
Ada yang bersifat filter feeder dan predator.
5
-
Kebanyakan kelompok Meroplankton
-
Warna umum berwarna keabu-abuan dan kecoklatan.
-
Hidup di air tawar, payau,dan laut.
-
Hidup pada salinitas 25 sampai 35 ppt.
-
Hidup pada suhu 17-30 oC dan PH 8.
Ciri khusus Copepoda: -
Copepoda jantan umumnya lebih kecil dibandingkan Copepoda betina.
-
Tubuh bersegmen.
-
Memiliki tubuh yang pendek dan silinder.
-
Reproduksi menggunakan antena untuk menempel pada betina.
Anatomi Copepoda : -
Tubuhnya berbuku-buku.
-
Memiliki ekor yang membulat.
-
Memiliki antenna.
-
Memiliki cadangan telur di bawah abdomennya.
-
Memiliki cephalosome: perisai atas kepala dan beberapa segmen yang terhubungkan.
Kelengkapan tubuh : -
Kepala sejati punyai 5 psg anggota tubuh (antena pertama, antena kedua, mandible, maxila pertama, maxilla kedua).
-
Kepala antena pertama (25 segmen) berfungsi sebagai alat sensor, gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan).
-
Antena kedua lebih pendek & berfungsi alat sensor.
-
Segmen pertama thorax terdapat sepasang maxillipeds dan masing pasangan mempunyai kaki renang.
-
Kaki renang (3 segmen exopod & 3 segmen endopod).
-
Prosome — - cephalothorax & metasome.
-
Urosome — - segmen thorax ke 6 & 7.
-
Egg sac (betina).
2.1.2
Reproduksi
6
Reproduksi dan perkembangan Copepoda Dioecious. Betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle .Copepod jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit,
dan
melekatkan
spermatofora
pada
betina
pada
pembuahan
seminal receptacle.Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur.Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Cyclops mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepod betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru. Stadia nauplius sebnyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Copepod dewasa tidak mengalami pergantian kulit .Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai satutahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih. Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman
dengan
cangkang
tebal.
Jenis
air
tawar
yang
lain,
ada
instar copepodid atau dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung organic yang keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman atau siste juga merupakan sarana penyebaran keturunan. Copepod hidup bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan alat ekskresi. Tidak ada jantung atau pun pembuluh darah. Darah beredar dalam hemocoel karena adanya gerakan otot, apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak melewati thorax.
7
Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari 1000 spesies. Kebanyakan sebagai
ektoparasit,
namun
banyak
juga
sebagai
endoparasit
dalam
tubuh polychaeta, usus lelilaut, saluran pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada crustacea lain. Endoparasit acap kali tidak mempunyai mulut, dan makanan diabsorbsi langsung dari inang. 2.2
Cyclops sp
Salah satu spesies dari Copepoda yaitu Cyclops.Cyclops ada yang bersifat parasit dan ada yang hidup bebas sebagai zooplankton dan berupa pakan ikan .Cyclops juga merupakan inang perantara dari cacing Bothriocephalus, Marsipometra, Senga. Klasifikasi Cyclops adalah sebagai berikut: Filum : Arthrpoda Kelas : Crustacea Ordo
: Copepoda
Famili : Cyclopoidea Genus : Cyclops Spesies :Cyclops sp
Gambar 1.Cyclops sp Sumber : www.google.com
Ciri – ciri dari Cyclops adalah ukuran berkisar ½ - 5 mm. Bagian depan luas oval Terdiri kepala dan lima pertama segmen toraks.Bagian belakang jauh lebih ramping dan terdiri dari segmen toraks keenam dan empat segmen pleonic tak berkaki.Cyclops memiliki lima pasang kaki. Antena panjang pertama
8
digunakan oleh jantan untuk mencengkram betina selama kawin.Setelah itu, betina membawa telur dalam dua kantung kecil di tubuhnya.Larva, atau nauplii, bebas
berenang
dan
tersegmen.Habitat
di
air
tawar
maupun
payau
(kosmopolitan).Hidup di sepanjang perairan yang tertutup tanaman dan terdapat air mengalir, memakan pada fragmen kecil dari bahan tanaman, hewan atau bangkai. Cyclops memiliki kapasitas untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak cocok dengan membentuk sebuah jubah lender.
Gambar 2.Morfologi Cyclops Sumber : www.google.com
Reproduksi dan perkembangan Cyclops seperti kebanyakan copepod pada umumnya yaitu bersifat Dioecious.Betina mempunyai sebuiah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle.Cyclops jantan biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada waktu kopulasi, cyclops jantan memegang betina dengan antenna pertama dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur.Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur.Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur.Cyclops mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Cyclops
merupakan
inang
perantara
penyakit
cacing
pita
ikan
Diphyllobothrium latum pada manusia. Mekanisme terjadinya penyakit tersebut adalah sebagai berikut :
9
Telur → dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid di tinja → menetas dalam air → Larva (koradisium) → dimakan H P pertama, anggota Cepepoda (ex. Cyclops dan Dioptomus) → larva menjadi proserkoid → cyclops dimakan H P kedua, ikan (ex. Salem) → proserkoid berubah menjadi larva pleroserkoid (sparganum) → termakan manusia → sparganum menjadi cacing dewasa di rongga usus halus manusia.
Gambar 3. Mekanisme penularan penyakit cacing pita ikan pada manusia Sumber : (www.dpd.cdc.gov/dpdx) 2.3
Ergasilus sp
Klasifikasi Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthtropoda
Kelas
: Crustacea
Ordo
: Cocepoda
Subordo
: Cyclopoida
Famili
: Lernaeidae
Genus
: Ergasilus
Spesies
: Ergasilus Sp.
Ergasilus Sp. adalah salah satu jenis parasit yang ukurannya antara 1,5 sampai 2,0 mm. Parasit ini ditemukan pada insang, terutama pada bagian dalam dan dasar insang, berupa benda-benda asing panjang yang berwarna putih. Parasit
10
ini memiliki tubuh seperti Cyclops sp. Perbedaannya pada antena 2 yang bentuknya seperti penjepit tubuhnya dibedakan adanya bagian cephalothorax abdomen dengan 3 pasang kaki renang yang pendek. Pada hewan betina terdapat kantung telur, abdomen terdiri atas 3 segmen.
Gambar 4. Ergasilus sp Sumber: http://fishparasite.fs.a.u-tokyo.ac.jp Ergasilus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan penyakit ergasilosis pada ikan. Serangan parasit ini menimbulkan anemia pada ikan, menghambat pertumbuhan ikan dan ikan kesulitan bernafas. Ektoparasit ini menempel pada insang, anus, kulit dan sirip ikan, menghisap darah, dan merusak sel-sel ephitel. Ergasilus memiliki siklus hidup langsung hanya menggunakan ikan sebagai tuan rumah. Ciri-ciri Ergasilus sp., yaitu:
Ergasilus sp. berbentuk seperti Cyclops sp. Perbedaanya pada 2 antena seperti penjepit merupakan ektoparasit.
Memiliki 3 pasang kaki renang yang pendek.
Ergasilus sp ini dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang Serangan terpusat pada insang ikan air tawar pada musim panas atau di
daerah tropis dan umumnya menyerang ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan tawes (Puntius gonionatus) dengan menempel pada insang, anus, kulit, dan sirip,
11
serta menghisap darah. Gejala klinis yang diakibatkan oleh serangan Ergasilus sp adalah terjadinya anemia (pucat) pada ikan, menghambat pertumbuhan, ikan sulit bernafas karena di sekitar lamellae insang dipenuhi oleh Ergasilussp yang mengakibatkan peningkatan lendir insang, serta mampu merusak sel epitel.
Gambar 5. Bentuk infeksi dan morfologi Ergasilus sp Sumber: http://fishparasite.fs.a.u-tokyo.ac.jp Ciri-ciri ikan yang terserang Ergasilus adalah :
Ikan terlihat sulit bernafas. Tutup insang mengembang dan lembaranlembaran insang pucat. Pada lembaran-lembaran insang terlihat bintik merah yang disebabkan oleh pendarahan terdapat bintik-bintik putih pada insang.
Tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah.
Gambar 6. Ikan yang terserang Ergasilus sp. Sumber: http://www.askjpc.org Sampai saat ini belum ditemukan obat yang cocok untuk memberantas parasit ini, tetapi dianjurkan untuk menggunakan kapur tohor (CaO) dengan dosis 250 ppm. Caranya ikan yang diserang direndam selama 30 – 60 menit, dan
12
diulang 3 kali selama selang waktu 3 hari. Atau dapat pula dengan menggunakan NaCL 3 gram/100 cc air untuk merendam ikan selama 3 – 5 menit. Pengobatan ini akan berhasil jika serangan penyakit bari pada tahap awal.
2.4
Lamproglena sp
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Subphylum
: Crustacea
Kelas
: Maxillopoda
Subclass
: Copepoda
Family
: Lernaeidae
Genus
: Lamproglena
Spesies
: Lamproglena sp.
Gambar 7 . Lamproglena sp. Sumber: http://www.askjpc.org Lamproglena adalah parasit yang berukuran 2-3 mm. Parasit ini memiliki bentuk yang kurang lebih sama seperti Ergasilus sp. Genus Lamproglena, memiliki lebih dari 20 spesies, semua parasit pada ikan air tawar, mereka adalah kelompok yang paling primitif dari Lernaeidae. Genus ini termasuk dalam famili Dichelesthiidae, menurut Fryer (1959) karena sifat cyclopoid dari pembangunan tahap mental Lamproglena, Sproston et al (1950) menghapusnya dari famili Dichelesthiidae ke Lernaeidae.Tubuh Lamproglena memanjang silinder, memiliki duri-duri di sekitar tubuhnya.
13
Gambar 8 . Morfologi Lamproglena sp. Sumber: http://nilli.blog.is a. Cephalothorax (dilihat dari bagian dorsal) b. Cephalothorax (dilihat dari bagian ventral) c. Maxilliped d. Kaki 5 e. Rami Kaudal (dilihat dari bagian ventral) f. Ramus Kaudal Lamproglena sp. merupakan ektoparasit yang menyerang ikan lele dumbo dan ikan gabus. Salah satu tempat yang mereka serang adalah insang. Serangan parasit ini menimbulkan anemia pada ikan, menghambat pertumbuhan ikan dan ikan kesulitan bernafas. Ektoparasit ini menempel pada insang, anus, kulit dan sirip ikan, menghisap darah, dan merusak sel-sel ephitel. Sama sepeti Ergasilus sp , Lamproglena sp juga memiliki siklus hidup langsung hanya menggunakan ikan sebagai tuan rumah (inangnya). Parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangan telurnya. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan berkas lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi
14
sekunder oleh bakteri. Ikan yang terkena atau terserang Lamproglena sp. akan mengalami peradangan dan pembengkakan pada jaringan. Ciri-ciri Ikan yang terserang Lamproglena sp. adalah: * Warna insang pucat agak pudar bahkan mengalami kerusakan. * Produksi lendir lebih banyak dari biasanya. * Proporsi tubuh tidak seimbang (cenderung kurus). * Adanya luka dan pendarahan. * Warna kulit lebih pucat atau gelap (tidak cerah). Cara pencegahan agar ikan tidak terserang : 1. Melakukan persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan. Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Pemupukan
digunakan
untuk
menyuburkan
kolam
dan
menumbuhkan
fitoplankton sebagai pakan alami. 2. Menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan. untuk itu dapat dilakukan treatment probiotik secara teratur 0,3 ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan penyebab timbulnya bakteri. 3. Meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekekbalan non spesifik dengan aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin, glukan, dan pemberian probiotik. Cara mengobati ikan yang terserang Lamproglena sp. : Apabila ikan terlanjur terserang penyakit segera dilakukan pengobatan sesuai penyebab penyakit. Antibiotik diberikan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri, anti parasit diberikan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit. untuk penyakit-penyakit virus, treatment yang dapat dilakukan adalah
15
dengan meningkatkan system ketahanan tubuh ikan melalui pemberian vitamin terutama vitamin C.
Gambar 9. Vitamin C Sumber: google.com
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1
Kesimpulan
Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil memiliki kaki dayung yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Copepod ada yang hidup sebagai parasit dan ada juga yang tidak. Beberapa spesies diantaranya yaitu Cyclops sp, Ergasilus sp, dan juga Lamproglena sp yang hidup sebagai parasit pada tubuh ikan. Sifat parasit yang dimiliki pada spesies ini umumnya bersifat ektoparasit artinya menyerang bagian luar tubuh ikan, seperti kulit, sirip, mata, bibir dan juga insang. Jika tidak ditangani dengan tepat maka akan berakibat sangat fatal, misalnya bisa menyebabkan kematian pada ikan, dan hal ini akan sangat merugikan bagi para penambak atau pembudidaya ikan. Oleh sebab itu dibutuhkan penanganan khusus dan tepat guna menanggulangi parasit yang menyerang pada tubuh ikan.
3.2
Saran
Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai parasit dan penyakit ikan, dan cara penanggulangan yang tepat agar kita dapat meminimalisir terjadinya kematian pada ikan yang ditimbulkan oleh parasit.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tacon, A. G. J. 1987. The Nutrition andFeeding of Farmed fish and Shrimp.Traning Manual 1. The EssentialNutrients. Food and AgricultureOrganization of The United Nations.nBrasilia. Brasil. 94 hal. Tucker, C.S. and E.H. Robinson. 1991. Channel Catfish Farming Handbook. An Avi Book. New York. 454 pp Agus, Wayan. 2003. Plankton Lingkungan Central Pertiwi Bahari. Tulangbawang: PT Centralpertiwi Bahari Dhahiyat, Yayat. 2011. Ekologi Perairan. Bandung: Unpad Press P. VINOBABA. 2007. Histopatological changes induced by ergasilid copepod infection on the gills of food from baticaloa lagoon:Departemen Zoologi, Universitas Timur, Vantharumoolai, Chenkalady, Sri Lanka J. Aquat. Sci 12 (2007):. 77-87
iv