BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen – komponen sistem pembelajaran. Pembelajaran memiliki makna lebih luas dari istilah pengajaran. Kata pengajaran mengandung makna bahwa kegiatan atau prosesnya hanya ada di dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas secara formal, kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh pengajar secara fisik. Pembelajaran sebagai sebuah sistem memiliki beberapa komponen, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pemmbelajaran, evaluasi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi
kurikulum.
Untuk
mengetahui
efektifitas
dan
efisiensi
pembelajaran, dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut seorang pengajar sudah seharusnya mengetahui bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu inovasi untuk mengembangkan model – model pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar. Dalam mengembangkan model – model pembelajaran, seorang pengajar harus tahu apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran, dan pola – pola apa pembelajaran yang ada, kemudian apakah ciri – ciri model pembelajaran yang dapat diterima secara umum, serta bagaimana menerapkan model - model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Briggs
Briggs (1978;23) menjelaskan, model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan 1
media, dan evaluasi . Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan pengembangan model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran. Hasil akhir dari pengembangan pembelajaran ialah sistem pembelajaran, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pengembangan instruksional model Briggs ini berorient asi pada rancangan sistem dengan sasaran guru atau dosen yang akan bertindak sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. Briggs berpendapat bahwa model ini sesuai untuk pengembangan program - program latihan jabatan tidak hanya terbatas te rbatas pada lingkungan program - program akademis saja. Disamping itu model Briggs dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.
1
Drs. Harjanto, Perencanaan Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Pengajaran , PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 110
2
2.2 Prinsip Model Briggs
Menurut Briggs (1977), sistem adalah rencana kerja yang terpadu dari semua
komponen
sistem
yang
dirancang
untuk
memecahkan
suatu
masalah/memenuhi suatu kebutuhan tertentu 2. Pada model pengembangan instruksional Briggs ini didasarkan pada prinsip keselarasan antara3, a) Tujuan yang akan dicapai b) Strategi untuk mencapainya c) Evaluasi keberhasilannya
2.3 Langkah Pengembangan Instruksional Model Briggs
Dengan mengutip pendapat Briggs (1977), berdasarkan 3 prinsip dasar pengembangan
yang
dipakai,
urutan
langkah
kegiatan
pengembangan
4
instruksional, menurut Briggs adalah sebagai berikut : Mau kemana? Meliputi : 1) 2) 3) 4)
Identifikasi masalah/tujuan Rumusan tujuan dalam perilaku belajar Penyusunan materi/silabus Analisis tujuan
Dengan apa? Meliputi : 5) Analisis tujuan 6) Jenjang belajar dan strategi instruksional 7) Rancangan instruksional (guru)
2
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:lZY7GVEqw http://docs.google.com/viewe r?a=v&q=cache:lZY7GVEqwAcJ:unswagatiAcJ:unswagaticrb.ac.id/component/option,com_phocadownload/Itemid,73/download,4/id,1/view,category/+mod crb.ac.id/component/option,com_phocadownload/Itemid,73/dow nload,4/id,1/view,category/+mod el+perencanaan+briggs&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid el+perencanaan+briggs& hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESi =ADGEESixfUUtG xfUUtGExI4whExI4wh5Vf9XzY2q1TomeA71xKIgV1Eqbq34-gYWy 5Vf9XzY2q1TomeA71xKIgV1Eqbq34-gYWyrwYval4GWyrwYval4GWycqg1NDmwIiii6IleHyIQTybTaGp3B cqg1NDmwIiii6IleHyIQTybTaGp3BA8mi0EeVXGA A8mi0EeVXGAjcQjBu1f0IR jcQjBu1f0IR948AgsahmI8Sq16jR0K 948AgsahmI8Sq16jR0K9op4X 9op4X &sig=AHIEtbQWV8nVUonILs &sig=AHIEtbQWV8nVUonILsvzga4VtO-QAG vzga4VtO-QAG419A 419A, 20 Sept. 2011 3 Drs. Harjanto, Perencanaan Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Pengajaran , PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 80 4 Ibid, hal. 80
3
8) Strategi instruksional (tim pengembang instruksional) Bilamana sampai tujuan? Meliputi : 9) Penyusunan teks 10) Evaluasi formatif 11) Evaluasi sumatif Secara keseluruhan model pengembangan instruksional Briggs bisa digambarkan melalui sebuah skema/bagan (Gambar 1), yang didalamnya termuat langkah – langkah sebagai berikut 5 : 1. Identifikasi kebutuhan /penentuan tujuan Di sini Briggs menggunakan pendekatan dengan 4 tahap, yaitu : a) Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas b) Menentukan prioritas tujuan c) Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum baru d) Menentukan prioritas remedialnya 2. Penyusunan garis besar kurikulum Kebutuhan instruksional yang telah dituangkan ke dalam tujuan – tujuan kurikulum tersebut pengujian harus rinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan – tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan – tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara keseluruhan 3. Perumusan tujuan Setelah tujuan kurikuler yang bersifta umum ditentukan dan diorganisasikan menurut tujuan – tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen, yaitu : a) Tindakan b) Objek 5
Ibid, hal. 111
4
c) Situasi d) Alat dan batasan e) Kemampuan 4. Analisis tujuan Langkah
berikutnya
menurut
rancangan
system
instruksional
ialah
menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah dirumuskan tersbut dapat tercapai. Untuk itu perlu diadakan analisis tentang tiga hal berikut : a) Proses informasi, untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis b) Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak), untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan c) Tugas belajar, untuk menentukan prasyarat belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai 5. Penyiapan evaluasi hasil belajar Penyiapan evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes/evaluasi harus valid karena itu harus selaras dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai perkembangannya ( progress), progress ), seperti halnya midterm test, tes diagnosis, atau pre-test yang pre-test yang digunakan untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remidialnya bila dipandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif. 6. Menentukan jenjang belajar Berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang telah dianalisis pada nomor 4. Briggs mengklasifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya
(penentuan
kegiatan
belajar)
dalam
pengertian
strategi
instruksional. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar tersebut dalam urutan kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi kegiatan belajar yang lain dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optional).
5
7. Penentuan kegiatan belajar Strategi instruksional yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar mengajar akan diatur agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Perencanaan strategi instruksional ini oleh Briggs disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan dosen/guru sebagai perancang kegiatan instruksional dan menurut tim pengembangan instruksional, yang kemudian dikembangkan dalam strategi instruksional. A. Pengembangan instruksional oleh guru: 8) Pemilihan media yang sesuai 9) Perencanaan kegiatan belajar 10) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar me ngajar 11) Pelaksanaan evaluasi belajar B. Pengembangan instruksional oleh tim pengembang instruksional: 8) Penentuan stimulus belajar Penentuan stimulus belajar, yaitu stimulus apa yang paling sesuai untuk tujuan instruksional khusus tertentu (verbal, visual, demonstrasi, dsb) 9) Pemilihan media Pemilihan media harus dilakukan dalam batas – batas keterbatasan sumber, fasilitas dan dana yang ada. Di samping itu harus dipertimbangkan segi keefektifan dan keefisienan. Ini berarti pertama – tama dipilih yang masih mungkin dibuat dalam batas – bata s constraint yang ada, kemudian dipertimbangkan keefektifan pemanfaatannya, baru dikaji efisiennya terhadap kelainan biaya. 10) Penentuan Penentuan kondisi be lajar Penentuan kondisi belajar dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal seperti motivasi pengalaman belajar dan faktor eksternal yang berupa stimulus dari dosen, media dan materi. Dalam penentuan strategi belajar, kondisi belajar ini dilihat dalam perspeksi kegiatan belajar (meminta perhatian, memberi informasi tentang tujuan,
6
mengingatkan kembali, memberi contoh, memberi petunjuk belajar, meransang kegiatan, memberi umpan balik, menilai keberhasilan dan memberi gairah usaha penyerap atau retensi dan alih ilmu) dan kawasan hasil belajar yang diklasifikasikan ke dalam 12 kawasan (diskriminasi, konsep konkret, konsep verbal, aturan, pemecahan masalah, kemampuan kognitif, kemampuan sikap/afektif, kemampuan ketrampilan/motorik,
kemampuan
mengidentifikasi,
kemampuan
asosiatif dan kemampuan mengorganisasi) 11) Perumusan Perumusan strategi Merumuskan bagaimana kondisi belajar yang sudah dipilh pada langkah 14 di atas dapat dicakup ke dalam setiap kegiatan ( instruction event ). ). Rumusan ini akan sangat membantu ahli produksi media untuk memahami materi yang harus disajikan dan bagaimana harus dimediakan. 12) Pengembangan Pengembangan media med ia Pada tahap ini media mulai dikembangkan berdasarkan analisi dan informal yang mendahului. Pengembangan media ini meliputi produksi program media, petunjuk belajar dan evaluasi belajar yang telah disusun pada langkah nomor 5. 13) Evaluasi formatif Langkah ini dilakukan untuk penyempurnaan butir – butir tes yang telah disusun pada langkah ke 5. 14) Penyusunan Penyusunan pedoman pemanfaatan Pedoman
pemanfaatan
yang
dikembangkan
pada
tahap
ini
dimaksudkan untuk membantu para dosen bagaimana memanfaatkan sistem instruksional yang dikembangkan tersebut secara len gkap. 8. Pemantauan bersama ( Monitoring Monitoring together ) Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan
bersama
antara
dosen/guru
sebagai
perancang
kegiatan
instruksional, dan tim pengembang instruksional untuk melihat apakah produksi dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.
7
9. Evaluasi formatif (uji coba dan revisi) Evaluasi pada tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi bahan belajar instruction ( materials) materials) yang dilakukan menurut tiga fase, yaitu : A. Uji coba satu – satu B. Uji coba pada kelompok kecil C. Uji coba pada lapangan dalam skala besar 10. Evaluasi sumatif Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem instruksional untuk perbaikan – perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif bukan sekadar hasil – hasil belajar, tetapi juga tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih. Evaluasi ini biasanya dilaksanakan oleh evaluasi eksternal untuk menjaga objektivitas.
2.4 Fungsi Pengembangan Instruksional
Pengembangan instruksional ini memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Menentukan arah kegiatan pengajaran atau pembelajaran. 2. Memberi isi dan makna tujuan. 3. Menentukan cara bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan. 4. Mengukur seberapa jauh tujuan itu telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan belum tercapai.
8
Model Pengembangan Instruksional Briggs
6
Gambar 1. Model Pengembangan Instruksional Instruksional Briggs
6
Salma, Dewi Prawiradilaga, Prinsip Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007.
9
BAB III PENUTUP
3.
Kesimpulan
Pengembangan instruksional model Briggs ini berorient asi pada rancangan sistem dengan sasaran guru atau dosen yang akan bertindak sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. Pada model pengembangan instruksional Briggs didasarkan pada prinsip keselarasan antara, a) Tujuan yang akan dicapai b) Strategi untuk mencapainya c) Evaluasi keberhasilannya Adapun langkah – langkah dari pengembangan model Briggs ini yaitu : 1.
Identifikasi masalah (penentuan tujuan) Dalam langkah ini Briggs menggunakan me nggunakan pendekatan bertahap, yaitu: a) b) c) d) e)
Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas Menentukan prioritas tujuan Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum baru. Menentukan prioritas remedialnya. Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
2.
Penyusunan garis besar kurikulum
3.
Perumusan tujuan
4.
Analisis tujuan Dalam hal ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal, yaitu: a) Proses informasi, untuk menentukan tats urutan pemikiran yang lo gis
10
5.
b) Klasifikasi belajar, untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan. c) Tugas belajar, untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai. Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.
Menentukan jenjang belajar
7.
Penentuan kegiatan belajar Yang ditinjau dari dua sesi yaitu : 1) Pengembangan instruksional oleh guru: a) Pemilihan media yang sesuai b) Perencanaan kegiatan belajar c) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar d) Pelaksanaan evaluasi belajar 2) Pengembangan instruksional oleh tim pengembang instruksional: a) b) c) d) e) f) g)
Penentuan stimulus belajar Pemilihan media Penentuan kondisi belajar Perumusan strategi Pengembangan media Evaluasi formatif Penyusunan pedoman pemanfaatan
8.
Pemantauan bersama ( Monitoring Monitoring together )
9.
Evaluasi formatif (uji coba dan revisi)
10. Evaluasi sumatif Fungsi daripada pengembangan instruksional itu sendiri adalah : 1.
Menentukan arah kegiatan pengajaran atau pembelajaran.
2.
Memberi isi dan makna tujuan.
3.
Menentukan cara bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan.
4.
Mengukur seberapa jauh tujuan itu telah tercapai tercap ai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan belum tercapai.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pengajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997. Drs. Harjanto, Perencanaan Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Ibrahim, R & Nana Syaodih S, Perencanaan S, Perencanaan Pengajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Salma, Dewi Prawiradilaga, Prinsip Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007.
Sumber Internet
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:lZY7GVEqwAcJ:unswagaticrb.ac.id/component/option,com_phocadownload/Itemid,73/download,4/id,1/view ,category/+model+perencanaan+briggs&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESix fUUtGExI4wh-5Vf9XzY2q1TomeA71xKIgV1Eqb fUUtGExI4wh-5Vf9XzY2q1T omeA71xKIgV1Eqbq34-gYWyrwYval4GWyq34-gYWyrwYval4GWycqg1NDmwIiii6IleHyIQTybTaGp3BA8mi0EeVXGAjcQjBu1f0IR948AgsahmI8 Sq16jR0K9op4X&sig=AHIEtbQWV8nVUonI Sq16jR0K9op4X&sig=A HIEtbQWV8nVUonILsvzga4VtO-QAG419A, Lsvzga4VtO-QAG419A, 20 Sept. 2011 http://www.scribd.com/doc/50747538/Bab-2 http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/195201281 982031WAWAN_DANASASMITA/Makalah/PENDEKATAN_DAN_MODEL_PEMB ELAJARAN.pdf
12