KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat islam kepada kita, tak lupa shalawat beserta salam kami limpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini kami selaku penulis mencoba untuk membuat makalah tentang. “Model – Model Pembelajaran” Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pembaca. Apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, kami mohon maaf. Dan kami sangat menantikan saran dan kritik pembaca yang sifatnya membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Tarakan, 23 September 2016
Kelompok 7
Model – Model – Model Model Pembelajaran Pembelajaran
1
DAFTAR ISI
H alam alaman
KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ............................................ ......................... ... 1
.................................................................. ............................................ ........................................ .................. 2 DAFTAR ISI ............................................ BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... .................................................................. .................................... ............. 4 B. Rumusan Masalah ............................................ .................................................................. ............................................ ...................... 5 C. Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ........................................ .................. 5 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Langsung ......................... ............................................... ............................................ ...................... 7 A. Pengertian Model Model Pembelajaran Langsung ............................................ .............................................. .. 7 B. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).......... Instruction).......... 8 C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung................... 10 D. Pelaksanaan Pembelajaran Langsung Langsung ............................................ ..................................................... ......... 14 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif.......................................... Kooperatif................................................................. ....................... 16 A. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif .......................................... ...................................................... ............ 16 B. Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ..................... ..................... 18 C. Tipe-Tipe dari dari Pembelajaran Kooperatif ............................................ ................................................ .... 20 D. Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif .................... 28 2.3 Model Pembelajaran Kolaboratif ............................................ ................................................................ .................... 30 A. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran Kolaboratif ............................................ ..................................................... ......... 30 B. Tujuan Pembelajaran Kolaboratif .......................................... .......................................................... ................ 33 C. Manfaat Pembelajaran Kolaboratif ............................................ ........................................................ ............ 35 D. Sifat-Sifat Pembelajaran Kolaboratif ............................................ ..................................................... ......... 36
Model – Model – Model Model Pembelajaran Pembelajaran
2
E.
Macam-Macam Pembelajaran Kolaboratif......................... Kolaboratif............................................. .................... 38
F.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kolaboratif..................... Kolaboratif......................................... .................... 44
G. Kelebihan dan dan Kekurangan Pembelajaran Kolaboratif .......................... .......................... 45 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ............................... ......... 46 B. Saran........................................... ................................................................. ............................................ .......................................... .................... 46 DAFTAR PUSTAKA ............................................. ................................................................... ............................................ ........................ 47
Model – Model – Model Model Pembelajaran Pembelajaran
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal diantaranya model pengajaran langsung, kooperatif, dan kolaborasi.
Model – Model – Model Model Pembelajaran Pembelajaran
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung? 2. Apa saja karakteristik dari model pembelajaran langsung? 3. Apa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran langsung? 4. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran langsung? 5. Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif? 6. Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif? 7. Apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif? 8. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif? 9. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? 10. Apa tujuan dari pembelajaran kolaboratif? 11. Apa manfaat dari pembelajaran kolaboratif? 12. Apa saja sifat-sifat pembelajaran kolaboratif? 13. Apa saja macam-macam pembelajaran kolaboratif? 14. Apa saja langkah-langkah pembelajaran kolaboratif? 15. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolaboratif?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran la ngsung. 2. Mengetahui karakteristik pembelajaran langsung. 3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran langsung. 4. Mengetahui pelaksanaan model pembelajaran langsung. 5. Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif. 6. Mengerti unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif. 7. Mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif. 8. Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif. 9. Mengetahui pengertian pembelajaran kolaboratif. 10. Mengetahui tujuan dari pembelajaran kolaboratif. 11. Mengetahui manfaat dari pembelajaran kolaboratif. 12. Mengetahui sifat-sifat pembelajaran kolaboratif.
Model – Model Pembelajaran
5
13. Mengetahui macam-macam pembelajaran kolaboratif. 14. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran kolaboratif. 15. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran kolaboratif.
Model – Model Pembelajaran
6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Langsung A. Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung atau Direct Instruction, juga dikenal dengan istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Menurut Arends (dalam Trianto, 2009) adalah suatu model pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung ( Direct Instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ” Direct instruction is a teachercentered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented ”. Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas. Sedangkan menurut Hamzah (2008) bahwa model pembelajaran langsung adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri sendiri. Model
Model – Model Pembelajaran
7
pembelajaran langsung ini sangat ditentukan oleh pendidik, artinya pendidik berperan penting dan dominan dalam proses pembelajaran. Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar di mana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya kepada seluruh peserta didik dalam kelas. Sedangkan Joyce, Weil, Calhoun (1972) berpendapat suatu model pembelajaran
yang terdiri
dari penjelasan
guru mengenai konsep atau
keterampilan baru terhadap siswa. Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
struktur materi, dan
keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan permodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
B. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung (D irect I nstruction)
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan pengajaran langsung juga harus memperhatikan variabelvariabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran. Joyce and Weil berpendapat beberapa keunggulan terpenting dari pembelajaran langsung adalah adanya Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-
Model – Model Pembelajaran
8
tugas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dalam model pembelajaran langsung terdapat beberapa ciri -ciri khusus yang memberikan keunggulan pada model ini. Adapun ciri-ciri tersebut, diantaranya: a. Fokus akademik Fokus akademik berarti prioritas tertinggi yang diletakkan dalam penugasan dan penyelesaian tugas akademik. Dalam hal ini, penggunaan perangkat non akademik seperti misalnya mainan dan teka-teki tidak terlalu ditekankan atau bahkan ditiadakan. Menurut beberapa para ahli, fokus yang kuat terhadap masalah akademik menciptakan keterlibatan siswa yang semakin kuat dalam rangka menghasilkan dan memajukan prestasi mereka (Fisher, Berliner, Filby, Marliave, Ghen, dan Dishaw, 1980; Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980; Rosenshine, 1970, 1971, 1985). b. Arahan dan kontrol guru Kontrol dan arahan guru diberikan saat guru memilih dan mengarahkan tugas pembelajaran, menegaskan peran inti selama memberi instruksi, dan meminimalisir jumlah percakapan siswa yang tidak berorientasi akademik. c. Harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa Guru memiliki harapan besar kepada peserta didik serta concern dalam bidang tersebut akan berupaya menghasilkan kemajuan akademik serta perilaku kondusif demi terciptanya kemajuan dalam pendidikan. d. Sistem manajemen wakt Salah satu tujuan dari model pembelajaran langsung, yaitu memaksimalkan waktu belajar siswa. Dalam hal ini, perilaku-perilaku
Model – Model Pembelajaran
9
guru yang tampak berhubungan langsung dengan waktu yang dimiliki siswa dan rating kesuksesan dalam mengerjakan tugas, yang pada akhirnya juga berhubungan dengan tingkat kemajuan prestasi siswa. Menurut Rosenshine (1970) siswa menghabiskan waktu 50% sampai 70% waktu untuk mengerjakan tugas seorang diri. Artinya, siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas dalam 50% sampai 70% dari jumlah waktu. Jika hal ini dimaksimalkan, akan berdampak pada kemajuan prestasi siswa yang cukup signifikan. e. Atmosfer akademik yang cukup netral Lingkungan instruksi langsung adalah tempat dimana pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat diman siswa terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu dan mencapai rating kesuksesan yang tinggi. Iklim sosial dalam lingkungan ini harus diciptakan secara positif dan bebas dari pengaruh negatif. Dimana guru harus menghindari praktek-praktek negatif, seperti mencela perilaku siswa.
C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak terkecuali model pembelajaran langsung. Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran langsung, sebagai berikut: 1. Kelebihan model pembelajaran langsung : a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 1)
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
2)
Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
Model – Model Pembelajaran
10
3)
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
4)
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
5)
Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
6)
Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
7)
Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
8)
Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
9)
Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
10) Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif- perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari. 11) Model
pembelajaran
mendengar
Model – Model Pembelajaran
(misalnya
langsung ceramah)
yang dan
menekankan
kegiatan
mengamati
(misalnya
11
demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. 12) Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini. 13) Model
pembelajaran
langsung
(terutama
demonstrasi)
dapat
memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat). 14) Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasilhasil
dari
suatu
tugas
dan
bukan
teknik-teknik
dalam
menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut. 15) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif. 16) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. 2. Kelemahan Model Pembelajaran Langsung a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi
melalui
kegiatan
mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. b)Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
Model – Model Pembelajaran
12
c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. d)Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. e) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru
yang
tinggi
dalam
kegiatan
pembelajaran,
yang
menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan
penyelesaian
masalah,
kemandirian,
dan
keingintahuan siswa. f) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. g)Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. h) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini. i) Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan. j) Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua
Model – Model Pembelajaran
13
yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. k)Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham. l) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru. D. Pelaksanaan Pembelajaran Langsung
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Ciri utama unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalan sebagai berikut. 1. Tugas-Tugas Perencanaan Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apa pun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik, dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dan mata pelajaran sejarah dan sains. a)
Merumuskan Tujuan, dapat digunakan Model Mager dalam Kardi dan Nur (2000:18). Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga bagian: Perilaku siswa, Situasi pengetesan dan Kriteria kinerja.
b)
Memilih Isi, kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses
Model – Model Pembelajaran
14
menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu Kardi dan Nur 2000:20). c)
Melakukan Analisis Tugas, analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semua dalam kurun waktu tertentu.
d)
Merencanakan Waktu dan Ruang, pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1) bakat dan kemampuan siswa, (2) memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pengajaran Langsung Langkah-langkah pembelajaran model langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Menurut Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut. a) Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang
harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. b) Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. c) Menyampaikan
materi
pelajaran. Dalam
fase
ini,
guru
menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contohcontoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. d) Melaksanakan
bimbingan.
Bimbingan
dilakukan
dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
Model – Model Pembelajaran
15
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok. f) Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. g) Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”. Menurut
Rustaman
(2003:206)
dalam
www.muhfida.com
(2009)
“pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional”. Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Model – Model Pembelajaran
16
Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning . Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersamasama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”. Hasan (1996) menyimpulkan bahwa kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
struktur
dorongan
atau
tugas
yang
bersifat
kooperatif
sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”. Menurut Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Malik (2011) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, ber- argumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama”. Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model – Model Pembelajaran
17
B. Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
a)
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif 1)
Saling Ketergantungan Positif Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2)
Tanggung Jawab Perseorangan Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan
kemampuannya yang dimiliki setiap
individu. b) Interaksi Tatap Muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang
Model – Model Pembelajaran
18
lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan. 1) Komunikasi antar Anggota Kelompok Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang lain. 2) Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa
pembelajar
terlibat
dalam
kegiatan
pembelajaran
cooperative learning . c)
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 1) Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
Model – Model Pembelajaran
19
2) Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5) Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 6) Siswa
berbagi
kepemimpinan
dan
mereka
membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya. C. Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif. 1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut: a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
Model – Model Pembelajaran
20
c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. e) Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan. 2. Tipe Think-Pair-Share Think-Pair-Share
merupakan
salah
satu
tipe
pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut: a) Berpikir (Think ): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri. b) Berpasangan ( Pair ): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. c) Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu
Model – Model Pembelajaran
21
ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor 3. Tipe Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan sebagai berikut. Pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
adalah
suatu
tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. ... Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok. 4. Tipe NHT ( Numbered Heads Together ) Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor)
dikembangkan
Spencer
Kagan.
Teknik
ini
memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu
Model – Model Pembelajaran
22
kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil
menjawab
pertanyaan.
Adapun
langkah-langkah
model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together antara lain: a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b) Guru memberikan
tugas dan masing-masing kelompok me-
ngerjakannya. c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya. d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 5. Tipe GI (Group Investigation) Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan
dan
menguji
hipotesis.
Tahapan-tahapan
dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut: a) Tahap Pengelompokan ( Grouping ) yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan kemudian siswa bergabung pada
Model – Model Pembelajaran
23
kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, lalu guru membatasi jumlah anggota masingmasing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan. b) Tahap
Perencanaan
( Planning ).
Tahap Planning atau
tahap
perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersamasama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mereka belajar? Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut? c) Tahap Penyelidikan ( Investigation) yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang
diselidiki,
kemudian
masing-masing
anggota
kelompok
memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. d) Tahap Pengorganisasian ( Organizing ) yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masingmasing, kemudian anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. e) Tahap Presentasi ( Presenting ) yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
Model – Model Pembelajaran
24
f) Tahap Evaluasi ( Evaluating ). Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa
dalam
pembelajaran
sebagai
berikut:
pertama
siswa
menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. 6. Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition ) Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan
sebagai
mengintegrasikan
suatu suatu
model bacaan
pembelajaran secara
kooperatif
menyeluruh
yang
kemudian
mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Dalam
model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dalam kelompok ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, siswa juga dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama , menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase: a) Fase Orientasi Pada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
Model – Model Pembelajaran
25
b) Fase Organisasi Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung. c) Fase Pengenalan Konsep Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kli- ping, poster atau media lainnya. d) Fase Publikasi Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas. e) Fase Penguatan dan Refleksi Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk mere- fleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya. 7. Tipe Make A Match (Membuat Pasangan) Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi pemilihan, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
Model – Model Pembelajaran
26
b) Setiap
siswa
mendapatkan
sebuah
kartu
yang
bertuliskan
soal/jawaban. c) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. f) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu y g) ang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. h) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. i) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 8. Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran
kelompok dengan tujuan
agar siswa
dapat
saling
bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain: a) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan
Model – Model Pembelajaran
27
kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling mendukung. b) Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing. c) Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. d) Setelah
selesai,
dua
orang
dari
masing-masing
kelompok
meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. e) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. f) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. g) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. h) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. D. Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif
1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif. a) Melalui
model
pembelajaran
kooperatif,
siswa
tidak
terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Model
pembelajaran
kooperatif
dapat
membantu
siswa
untuk
menhargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d) Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
Model – Model Pembelajaran
28
e) Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah. f) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. g) Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata. h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang. 2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif. a)
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b)
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c)
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d)
Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
e)
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
Model – Model Pembelajaran
29
2.3 Model Pembelajaran Kolaboratif A. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model “Student Centered Learning” (SLC). Pada model ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok. Gokhale mendefinisikan bahwa “collaborative learning” mengacu pada
metode pengajaran di mana siswa dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama. Keohane berpendapat bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan
yang lain, kerja sama, bekerja dalam bagian satu tim, dan bercampur dalam satu kelompok menuju keberhasilan bersama. Patel berpendapat
bahwa
kolaborasi
adalah
suatu
proses
saling
ketergantungan fungsional dalam mencoba untuk keterampilan koordinasi, to coordinate skills, tools, and rewards. Duin, Jorn, DeBower, dan Johnson mendefinisikan “collaboration”
sebagai
suatu
proses
di
mana
dua
orang
atau
lebih
merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan bersama. Dari pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. Pendapat
lain
mendefinisikan
pembelajaran
kolaboratif
sebagai
filsafat
pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerja sama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Metode kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar siswa sebagai berikut: a) Belajar itu aktif dan konstruktif
Model – Model Pembelajaran
30
Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, atau menggunakan materi baru untuk menata kembali apa yang mereka pikir mereka sudah tahu. Siswa membangun makna atau menciptakan hal baru yang terkait dengan bahan pelajaran. Tindakan pemrosesan intelektual ini – membangun, menilai, menciptakan sesuatu yang baru- adalah penting dalam pembelajaran. b) Belajar itu bergantung konteks Penelitian terbaru mengatakan bahwa pembelajaran secara mendasar dipengaruhi oleh konteks dan aktivitasnya (Brown, Collins and Duguid, 1989 dalam Smith andMacGregor, 2011). Pembelajaran kolaboratif menekan siswa dalam tugas-tugas atau pertanyaan pertanyaan yang menantang. Kegiatan model pembelajaran ini tidak dimulai dengan fakta-fakta dan gagasan dan kemudian bergerak ke aplikasi, melainkan dimulai dari permasalahan. Untuk itu siswa harus menata dengan baik fakta dan gagasan yang saling berkaitan. Alih-alih berperan sebagai pengamat pertanyaan dan jawaban, atau masalah dan penyelesaian, siswa dengan cepat menjadi praktisi. Konteks-konteks yang kaya, menantang siswa untuk mempraktikkan dan mengembangkan alasan-alasan dan keahlian menyelesaikan masalah yang tingkatannya lebih tinggi . c) Siswa itu beraneka latar belakang Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar,
pengalaman, dan aspirasi.
Perbedaan-
perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerja sama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar. d) Belajar itu bersifat sosial Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa membangun makna yang diterima bersama. Pembelajaran
Model – Model Pembelajaran
31
kolaboratif menghasilkan sinergi intelektual dari banyak pemikiran yang datang untuk menyelesaikan suatu masalah, dan stimulasi sosial dari hubungan timbal balik dalam suatu usaha. Ekspolarasi, penilaian, dan feed back yang timbal balik menghasilkan pemahaman lebih baik pada sebagian siswa, dan pada penciptaan pemahaman baru untuk seluruh siswa dan guru. Menurut Piaget dan Vigotsky, strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu : 1) Teori Kognitif Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota. 2) Teori Konstruktivisme Sosial Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat semua anggota kelompok. 3) Teori Motivasi Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat, dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok. Piaget dengan konsepnya “active learning” berpendapat bahwa
para siswa belajar lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok. Piaget juga berpendapat bila suatu kelompok aktif, kelompok tersebut akan melibatkan yang lain untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik. Berikut sejumlah strategi yang diajukan oleh Howard untuk membantu siswa fokus pada tugas pokok yang harus dikerjakannya:
Model – Model Pembelajaran
32
a)
Membagikan secara tertulis petunjuk pelaksanaan kegiatan yang dikerjakan oleh tim. Petunjuk itu dibuat detail agar pebelajar tidak mengalami kebingungan dalam melaksanakannya. Dengan cara demikian, siswa tidak hanya menyandarkan pada ingatan semata atau catatan-catatan yang dibuat tiap anggota kelompok.
b)
Membuat schedule untuk penyelesaian tugas sementara yang di dalamnya meliputi: tanggal penyelesaian kegiatan, kartu catatan, dan garis besar penyusunan laporan. Jika schedule telah disusun, misalnya untuk
melaksanakan
riset
perpustakaan,
melakukan
berbagai
keterampilan di kelas yang berbeda bersama guru dari disiplin ilmu yang berbeda, atau melakukan pertemuan di tempat lain di luar kelas, semua itu harus dicantumkan di dalam schedule. c)
Mendiskusikan dengan siswa dan memberikan lembaran evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai aspek-aspek kegiatan kelompok. Ini berguna untuk membantu siswa memahami bagaimana menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan benar.
d)
Mengusahakan setiap anggota kelompok memiliki buku catatan kegiatan yang dibagi ke dalam bagian-bagian guna mengorganisasikan kegiatan
yang
harus
diselesaikan.
Lembaran
tugas,
petunjuk
pelaksanaan kegiatan, dan schedule kegiatan harus dilekatkan di bagian depan buku catatan siswa. B. Tujuan Pembelajaran Kolaboratif
Dalam
penerapan pembelajaran kolaborasi, terdapat pergeseran
peran siswa, yaitu: a) Dari pendengar, pengamat dan pencatat menjadi pemecah masalah yang aktif, pemberi masukan dan suka diskusi. b) Dari persiapan kelas dengan harapan yang rendah atau sedang, menjadi ke persiapan kelas dengan harapan yang tinggi.
Model – Model Pembelajaran
33
c) Dari kehadiran pribadi atau individual dengan sedikit resiko atau permasalahan, menjadi kehadiran publik dengan banyak resiko dan permasalahan. d) Dari pilihan pribadi menjadi pilihan yang sesuai dengan harapan komunitasnya. e) Dari kompetisi antar teman sejawat menjadi kolaborasi antar teman sejawat. f) Dari tanggung jawab dan belajar mandiri, menjadi tanggung jawab kelompok dan belajar saling ketergantungan. g) Dahulu melihat guru dan teks sebagai sumber utama yang memiliki otoritas dan sumber pengetahuan, sekarang guru dan teks bukanlah satu-satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar lainnya yang dapat digali dari komunitas kelompoknya. Belajar
kolaboratif
menuntut
adanya
modifikasi
tujuan
pembelajaran dari yang semula sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu melalui belajar kelompok. Dalam belajar kolaboratif, tidak ada perbedaan tugas untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan diselesaikan secara bersama tanpa membedakan percakapan belajar siswa. Dari uraian di atas, kita bisa mengetahui hal yang ditekankan dalam belajar kolaboratif yaitu bagaimana cara agar siswa dalam aktivitas belajar kelompok terjadi adanya kerjasama, interaksi, dan pertukaran informasi. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut : 1)
Memaksimalkan proses kerja sama yang berlangsung secara alamiah di antara para siswa.
2)
Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa, kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerja sama.
3)
Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.
Model – Model Pembelajaran
34
4)
Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses belajar.
5)
Mengembangkan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
6)
Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacammacam sudut pandang.
7)
Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.
8)
Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai di antara para siswa, dan di antara siswa dan guru.
9)
Membangun semangat belajar sepanjang hayat.
C. Manfaat Pembelajaran Kolaboratif
Manfaat dari pembelajar kolaboratif adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep. b) Siswa belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok. c) Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, setiap individu tidak dapat lepas dari kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat dan pendapat yang berbeda, serta mampu mengelolanya. d) Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat untuk memecahkan masalah bagi setiap siswa yang diarahkan untuk mengajar atau memberi tahu kepada teman kelompoknya jika mengetahui dan menguasai permasalahan. e) Memupuk rasa tanggung jawab siswa dalam mencapai suatu tujuan bersama dalam bekerja agar tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan pendapat yang prinsip. f) Setiap anggota melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok yang merasa memiliki tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar sehingga mereka memperhatikan kelompoknya.
Model – Model Pembelajaran
35
D. Sifat-Sifat Pembelajaran Kolaboratif
Ada empat sifat-sifat umum yaitu dua perkara berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan siswa, yang ketiga berkaitan dengan pendekatan baru penyampaian guru dan yang keempat menyatakan isi kelas kolaboratif. a) Berbagi informasi antara siswa dan guru Dalam kelas tradisional, guru sebagai pemberi informasi yang mutlak di mana aliran informasi bergerak satu arah saja yaitu dari guru ke siswa dan sedikit sekali dari siswa kepada siswa yang lain. Guru dianggap mempunyai pengetahuan tentang isi mata pelajaran, keahlian, dan pengajaran. Siswa hanya menunggu arahan yang akan diberi oleh guru. Siswa yang memberi reaksi yang berbeda dianggap sebagai pengganggu di dalam kelas, begitu juga untuk siswa
yang tidak
memahami atau membantah arahan. Akan tetapi berlainan dengan pembelajaran kolaboratif, siswa menilai dan sentiasa membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, pembinaan
bahasa
komunikasi,
strategi
dan
konsep
pengajaran
pembelajaran sesuai teori, menggabung keadaan sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. 1) Pembagian kekuasaan Dalam pembelajaran kolaboratif, guru berbagi kekuasaan otoritas dengan siswa, dalam beberapa keadan tertentu. Kebanyakan dalam kelas tradisional guru bertanggung jawab menetapkan arah, memberi dan mengatur kerja, melihat perjalanan tugas serta menilai apa yang diajarkan.
Pembelajaran
kolaboratif
memberi
peluang
siswa
memahami apa yang telah diajar dalam ruang lingkup yang ditetapkan oleh guru. Guru menyediakan tugas yang sesuai arahan dan kegemaran siswa dan mengajak siswa untuk menilai apa yang diajar. Mengajak siswa menimba pengalaman mereka sendiri, memastikan siswa berbagi strategi dan informasi, menghormati siswa lain, mendukung siswa mengemukakan ide-ide yang brilian, terlibat
Model – Model Pembelajaran
36
dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan mengajak pelajar mengambil bagian secara terbuka dan bermakna. 2) Guru sebagai perantara (mediator) Peranan
guru
di
kelas
sebagai
perantara,
ia
menolong
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada dan membantu siswa bila siswa kehabisan ide. 3) Kelompok siswa yang heterogen Perkembangan pengalaman siswa adalah penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran kolaboratif, siswa menunjukkan kemampuan mereka, menyumbang informasi dan mendengar atau membahas sumbangan informasi siswa lain. Salah satu sifat pembelajaran kolaboratif ialah siswa tidak diasingkan dari usaha, tingkat pencapaian, kegemaran dan penilaian. Berbeda dengan kelas non-kolaboratif,
perlombaan yang bersifat
individual akan melemahkan semangat bekerjasama dan menyekat peluang siswa
belajar melalui
berinteraksi
secara
bermakna dan
berkesan. Siswa yang lemah tidak ada peluang untuk belajar dari siswa yang pintar atau sebaliknya. Guru yang mengajar di kelas yang dikelola secara kolaboratif dapat melihat perkembangan siswa yang lemah dengan jelas dan terarah. Ada sejumlah faktor yang perlu diperhatikan dalam pola belajar kolaboratif, yakni peran siswa dan peran guru. Peran siwa yang harus dikembangkan adalah: a) Mengarahkan, yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan mengajukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi b) Menerangkan, yaitu memberikan penjelasan atau kesimpulankesimpulan pada anggota kelompok yang lain c) Bertanya,
yaitu
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
untuk
mengumpulkan informasi yang ingin diketahui d) Mengkritik, yaitu mengajukan sanggahan dan mempertanyakan alasan dari usulan/ pendapat/pernyataan yang diajukan
Model – Model Pembelajaran
37
e) Merangkum, yaitu membuat kesimpulan dari hasil diskusi atau penjelasan yang diberikan f) Mencatat, yaitu membuat catatan tentang segala sesuatu yang terjadi dan diperoleh kelompok, dan g) Penengah, yaitu meredakan konflik dan mencoba meminimalkan ketegangan yang terjadi antara anggota kelompok. Dalam pembelajaran kolaborasi, guru tidak lagi memberikan ceramah di depan kelas, tapi dapat berperan seperti: 1) Fasilitator, dengan menyediakan sarana yang memperlancar proses belajar
dengan mengatur lingkungan fisik,
memberikan atau
menunjukkan sumber-sumber informasi, menciptakan iklim kondusif yang dapat mendorong pebelajar memiliki sikap dan tingkah laku tertentu, dan merancang tugas 2) Model , secara aktif berupaya menjadi contoh dalam melakukan kegiatan belajar efektif, seperti mencontohkan penggunaan strategi belajar atau cara mengungkapkan pemikiran secara verbal (think aloud ) yang dapat membantu proses konstruksi pengetahuan 3) Pelatih (coach), memberikan petunjuk, umpan balik, dan pengarahan terhadap upaya belajar siswa. Siswa tetap mencoba memecahkan masalahnya sebelum memperoleh masukan dari guru. E. Macam-Macam Pembelajaran Kolaboratif
Ada
banyak
macam
pembelajaran
kolaboratif
yang
pernah
dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team Learning pada John Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang mendapatkan perhatian secara luas, yaitu : a) Learning Together Dalam
metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan
siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu
Model – Model Pembelajaran
38
kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok. b) Teams-Games-Tournament (TGT) Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok. c) Group Investigation (GI) Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok. d) Academic-Constructive Controversy (AC) Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya. e) Jigsaw Procedure (JP) Dalam
bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi
tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok. f) Student Team Achievement Divisions (STAD)
Model – Model Pembelajaran
39
Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula
keberhasilan
kelompok
akan
berpengaruh
terhadap
keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok. g) Complex Instruction (CI) Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika
dan
pengetahuan
sosial.
Fokusnya
adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok. h) Team Accelerated Instruction (TAI) Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersamasama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok. i) Cooperative Learning Stuctures (CLS) Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan
Model – Model Pembelajaran
40
yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran. j) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Model pembelajaran ini mirip dengan Team Accelerated Instruction. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya. Keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta yang berpartisipasi dalam model pembelajaran kolaboratif adalah: 1)
Pembentukan kelompok
2)
Bekerja dalam satu kelompok
3)
Pemecahan masalah kelompok
4)
Manajemen perbedaan kelompok Menurut Reid, dalam menggembangkan collaborative learning
ada lima tahapan yang harus dilakukan, yaitu: 1) Engagement Pada tahap ini, guru melakukan penilaian terhadap kemampuan, minat, bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-m asing siswa. Lalu, siswa dikelompokkan yang di dalamnya terdapat siswa terpandai, siswa sedang, dan siswa yang rendah prestasinya. 2) Exploration Setelah dilakukan pengelompokkan, lalu pengajar mulai memberi tugas, misalnya dengan memberi permasalahan agar dipecahkan oleh kelompok tersebut. Dengan masalah yang diperoleh, semua anggota kelompok harus berusaha untuk menyumbangkan kemampuan berupa ilmu, pendapat ataupun gagasannya.
Model – Model Pembelajaran
41
3) Transformation Dari perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, lalu setiap anggota saling bertukar pikiran dan melakukan diskusi kelompok. Dengan begitu, siswa yang semula mempunyai prestasi rendah, lama kelamaan akan dapat menaikkan prestasinya karena adanya proses transformasi dari siswa yang memiliki prestasi tinggi kepada siswa yang prestasinya rendah. 4) Presentation Setelah selesai melakukan diskusi dan menyusun laporan, lalu setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat salah satu kelompok melakukan presentasi, maka kelompok lain mengamati, mencermati,
membandingkan
hasil
presentasi
tersebut,
dan
menanggapi. 5) Reflection Setelah selesai melakukan presentasi, lalu terjadi proses tanya-jawab antar kelompok. Kelompok yang melakukan presentasi akan menerima pertanyaan, tanggapan ataupun sanggahan dari kelompok lain. Dengan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, anggota kelompok harus bekerjasama secara kompak untuk menanggapi dengan baik. Brandt menekankan adanya lima elemen dasar yang dibutuhkan
agar kerjasama dalam proses pembelajaran dapat sukses, yaitu : 1) Possitive interdependence (saling ketergantungan positif) Yaitu siswa harus percaya bahwa mereka dalam proses belajar bersama dan mereka peduli pada proses belajar siswa yang lain. Dalam pembelajaran ini setiap siswa harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab menguasai bahan pelajaran dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses.
Model – Model Pembelajaran
42
2) Verbal, face to face interaction (interaksi langsung antarsiswa) Yaitu hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi
verbal
antarsiswa
yang
didukung
oleh
saling
ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Siswa juga harus menjelaskan, berargumen, elaborasi, dan terikat terhadap apa yang mereka pelajari sekarang untuk mengikat apa yang mereka pelajari sebelumnya. 3) Individual accountability (pertanggung jawaban individu) Yaitu setiap kelompok harus menyadari bahwa mereka harus belajar. Agar dalam suatu kelompok siswa dapat menyumbang, mendukung, dan membantu satu sama lain, setiap siswa dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok. 4) Social skills (keterampilan berkolaborasi) Yaitu keterampilan sosial siswa sangat penting dalam pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis untuk saling belajar dan membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif. Siswa
harus
belajar
dan
diajar
kepemimpian,
komunikasi,
kepercayaan, membangun dan keterampilan dalam memecahkan konflik. 5) Group processing (keefektifan proses kelompok) Yaitu kelompok harus mampu menilai kebaikan apa yang mereka kerjakan secara bersama dan bagaimana mereka dapat melakukan secara lebih baik. Siswa memproses keefektifan kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan-keputusan tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.
Model – Model Pembelajaran
43
F. Langkah-Langkah Pembelajaran Kolaboratif
Dalam
menerapkan
pembelajaran
kolaboratif,
guru
harus
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kolaboratif sebagai berikut: 1) Mengajar keterampilan kerja sama, mempraktikkan, dan balikan diberikan
dalam
hal
seberapa
baik
keterampilan-keterampilan
digunakan. 2) Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif. 3) Setiap individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan perilaku masing-masing. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif : a) Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri. b) Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis. c) Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri. d) Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap. e) Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas,
siswa
pada
kelompok
lain
mengamati,
mencermati,
membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit. f) Masing-masing
siswa
dalam
kelompok
kolaboratif
melakukan
elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan. g) Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.
Model – Model Pembelajaran
44
h) Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan. G. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kolaboratif
1. Kelebihan Pembelajaran Kolaboratif a) Siswa belajar bermusyawarah b) Siswa belajar menghargai pendapat orang lain c) Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional d) Dapat memupuk rasa kerja sama e) Adanya persaingan yang sehat 2. Kelemahan Pembelajaran Kolaboratif a) Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan. b) Membutuhkan waktu cukup banyak. c) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain. d) Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai
Model – Model Pembelajaran
45
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Model pembelajaran
langsung atau Direct Instruction, juga dikenal
dengan istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran kolaborasi atau Collaborative Learning merupakan model pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan kerja sama antar siswa, di samping itu, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan komunikasi. Pembelajaran kolaboratif ini mengajarkan agar siswa berpikir lebih kritis dan aktif dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan yang sama. B. Saran
Diharapkan para guru atau calon guru dapat menerapkan model pembelajaran langsung, kooperatif, dan kolaboratif dalam dunia pendidikan pada saat proses pembelajaran agar terciptanya suatu pembelajaran yang bermakna. Selain itu, guru juga diharapkan membimbing siswa menuju keberhasilan dalam belajar.
Model – Model Pembelajaran
46