MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Manajemen Pendidikan Kejuruan Dibimbing oleh Bapak Dr. Tri Atmadji Sutikno, S.Pd. M.Pd.
Oleh:
Naimu Shudur
(150533603983) (1505336039 83)
Libertius Manurung
(150533600659)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA Oktober 2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen Pendidika, yaitu pembuatan makalah mengenai Sistem informasi Manajemen Pendidikan. Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang diberikan akan kami sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembacanya.
Oktober, 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang............................... .................................................. .....................................4
1.2
Rumusan masalah............................................................ .................................................. ..5
1.3
Tujuan..................................................................................................................................5
1.4
Pengertian mutu...................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
Manajemen mutu dalam pendekatan TQM..........................................................................7
2.2
Komponen manajemen peningkatan mutu …………………..............................................8
2.3
Model pengembangan mutu TQM.......................................................................................9
2.4
Strategi dan teknik manajemen peningkatan mutu atau TQM...........................................11
2.5
Mutu pendidikan................................................................................................................11
2.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan mutu………………………........13
BAB 3 PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan........................................................................................................................15
3.2
Referensi............................................................................................................................16
3
Bab I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Globalisasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern semakin nyata pengaruhnya dalam mewujudkan pasar dan persaingan bebas terbuka. Dalam keadaan seperti ini, semua lembaga kususnya pendidikan dituntut untuk mampu menciptakan efisiensi, mengutamakdsan mutu, kepuasan konsumen dan memanfaatkan peluang dengan cepat agar dapat bersaing dan bertahan. Adanya persaingan merupakan unsur yang tidak bisa ditawar lagi. Suatu organisasi atau lembaga dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas dengan cara membangun suatu sistem peningkatan kualitas dan menentukan standar (TQM) Total Quality management atau disebut dengan menejemen peningkatan mutu, dan salah satu lembaga standarisasi dalam dunia industri diantaranya adalah ISO (International Organization for Standardization). Dalam bidang pendidikan menejemen peningkatan mutu dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan tehnik yang menekankan pada peningkatan mutu dengan bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinamungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaganya untuk memenuhi tuntuan kebutuhan peserta didik dan masyarakat dan mampu bersaing ditengah-tengah kemajuan globalisasi serta mampu bertahan dengan memproduk peserta didik berkualitas dan terpenuhinya kepuasan user atau stake holder . Melihat betapa pentingnya menejemen peningkatan mutu, untuk suatu lembaga pendidikan, kususnya lembaga pendidikan Islam di zaman globalisasi seperti ini agar tetap terlihat tajinya dan bahkan semakin tinggi dimasa-masa yang akan datang, penulis tergugah untuk mengetahui bagaimana, strategi pembaharuan dari menejemen peningkatan mutu ini, agar kita benar-benar dalam mengimplementasikannya tujuan ideal sebuah lembaga pendidikan tercapai dan memuaskan pelangggan, yang tentunya masalah ini akan penulis kupas dalam bab selanjutnya.
4
1.2
Rumusan Masalah
1. Komponen manajemen mutu 2. Model pengembangan mutu 3. Stategi dan teknik mengembangkan mutu 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan 1.3
Tujuan
1. Mengetahui apa itu mutu pendidikan 2. Mengetahui cara pendekatan menggunakan metode TQM 3. Mengetahui komponen-komponen guna meningkatkan mutu pendidikan 4. Mengetahui model pengembangan mutu 5. Mengetahui strategi dan teknik dalam mengembangkan mutu pendidikan 6. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mutu pendidikan 7. Mampu meningkatkan mutu pendidikan 8. Mampu menerapkan manajemen mutu pendidikan 1.4
Pengertian Mutu
Mutu atau kualitas adalah ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat berupa; kepandaian , kecerdasan , kecakapan dan sebagainya (KBBI 1991). Sallis (2000:56), menjelaskan bahwa mutu atau kualitas adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhab seseorang atau sekelompok orang. Mutu produk adalah barang atau produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan. Spanbauer (1992), menggambarkan faktor-faktor penentu lain dari suatu mutu meliputi; reabilitas perusahaan, kemampuan reaksi, wewenang, akses, kehormatan, dan komunikasi. Ditambah dengan aspek-aspek lainnya seperti; layak dipercaya, kejujuran, keamanan, keindahan, penampilan orang, jenis peralatan, serta bukti fisik layanan lainnya yang secara umum berlaku. Menurut Hoy C. Et al.(20000:16), mutu (kualitas) dapat dilihat pada saat masyarakat yang berorientasi sebagai konsumen melakukan dengan memenuhi harapan konsumen, “Mutu”, “nilai”, “pilihan” adalah bagian dari dogma konsumtif dalam kaitannya dengan barang dan jasa. Dengan demikian, mutu telah menjadi salah satu semboyan keyakinan konsumen, dan standart kualitas konsumen yang termuat dalam kesepakatan (piagam): piagam untuk orang tua, pasien, pencari kerja dan sebagainya. Mutu (kualitas) sering didefinisikan sebagai kompetensi untuk kepuasan pelanggan. Crosby (1979), mutu yaitu sesuatu dengan yang disyaratkan atau distandartkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila memiliki standart kualitas yang telah ditentukan. 5
Standart kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi. Deming (1982), kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar dan konsumen. Perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. Feigenbaum (1986), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction). Suatu produk berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Pendapat diatas menunjukkan bahwa mutu atau kualitas adalah layanan produk berupa barang atau jasa yang bertalian dengan pemenuhan kebutuhan, harapan dan harganya mampu dijangkau pelanggan. Mutu tidak sekedar pada barang atau jasa, melainkan pada aspek; estetika, penampilan, kenyamanan, praktis, tahan lama, keramahtamahan (kesopanan) dalam pelayanan, ketepatan waktu, serta disesuaikan dengan harapandan keinginan pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal. Mutu adalah sidat dari benda atau jasa yang nampak dan dirasakan serta diyakini. Setiap orang selalu mengharapkan bahkan menuntut mutu dari orang lain, sebaliknya orang lain juga selalu mengharapkan dan menuntut mutu dari diri kita. Mutu bukan juga dimengerti sebatas pada barang atau produk material, karena mutu juga secara lahiriah menyangkut kapasitas dan kompetensi seseorang. Ini artinya, mutu bukanlah sesuatu yang baru, karena mutu adalah naluri manusia untuk membedakan baik dan buruk. Dengan demikian, mutu adalah paduan atau standarisasi sifat-sifat dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan langsung maupun tidak langsung atau yang dinyatakan ma upun yang tersirat. Mutu atau kualitas tidak bergantung pada tinggi-rendahnya harga penjualan, melainkan pada kepuasan pelanggan. Pelanggan adalah pemakai produk dan jasa layanan yang menilai seberapa jauh kualitas barang atau jasa yang dinikmati memberikan harapan dan menjawab kebutuhan. Jika dengan sendirinya muncul keinginan yang kuat untuk terus menggunakan produk atau jasa dimaksud sekalipun mahal harganya.
6
Bab II PEMBAHASAN
2.1
Manajemen Mutu dalam Pendekatan TQM
Konsep mutu atau kualitas sangat bergantung pada sudut pandang setiap orang. Diantara para pakar mutu masih terdapat perbedaan pandangan, sekalipun pada segi-segi tertentu, terdapat persamaan diantara mereka. Namun penekanannya terutama pada bagaimana meningkatakan kualitas baik pada produk barang maupun layanan jasa melalui standarisasi yang telah ditetapkan, melalui manajemen yang mengenai berbagai pendapat mutu yang dikemukakan para ahli, maka berikut disajikan pengertian mutu menurut Edwads Deming, Joseph Juran, dan Philip Crosby sebagai berikut: No 1.
2.
3.
4.
Konsep Definisi Kualitas
Edwards Deming Suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar Tingkat Bertanggung jawab tanggungung 94% atas masalah jawab Manajemen kualitas Senior Standart Prestasi/ Kualitas memiliki Motivasi banyak skala sehingga perlu digunakan statistik untuk mengukur prestasi pada semua bidang Pendekatan Mengurangi Umum keanekaragaman dengan perbaikan berkesinambungan dan menghentikan inspeksi masal
Joseph Juran Kemampuan untuk digunakan (fitness for use)
Philip Crosby Sesuai dengan persyaratan
Kurang dari 20% masalah kualitas karena pekerja
Bertanggung jawab untuk kualitas
Menghindari Kerusakan nol kampanye untuk melakukan pekerjaan yang sempurna
Pendekatan manajemen umum terhadap kualitas, khususnya unsur manusia
Pencegahan, bukanlah inspeksi
7
5.
Struktur
6.
Pengendalian proses statistik
7.
Basis perbaikan
8.
Kerja sama team
9.
Biaya kualitas
10.
Pembelian dan barang yang diterima
11.
Penilaian pemasok
12.
Hanya satu sourcing of supply
2.2
14 butir untuk manajemen Mode statistik untuk pengendalian kualitas harus digunakan
10 butir perbaikan kualitas Merekomendasikan SPC ( statistical process control ) tetapi mengingatkan bahwa SPC dapat mengakibatkan total driven apporoach Secara terusPendekatan menerus mengurangi kelompok proyek penyimpangan, proyek, menetapkan menghilangkan tujuan tujuan tanpa metode Partisipasi karyawan Pendekatan tim dan dalam mengambil gugus kendali mutu keputusan dan memecahkan kendala antar departemen Tidak ada optimum Quality is not free, perbaikan terusterdapat suatu menerus optium Inspeksi terlalu Masalah pembelian terlambat merupakan hal yang menggunakan rumit sehingga tingkat kualitas yang diperlukan survei dapat diterima formal Tidak, kritikal dari Ya, tetapi membantu kebanyakan sistem pemasok memperbaiki
14 langkah perbaikan kualitas Menolak tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik
Suatu proses, bukanlah suatu program, tujuan perbaikan Kelompok perbaikan kualitas dan dewan kualitas
Cost of nonconformance, quality is free Nyatakan persyaratan, pemasok adalah perluasan Nyatakan persyaratan, pemasok adalah perluasan
Ya
Tidak, dapat diabaikan untuk meningkatkan daya saing Komponen Menejemen Peningkatan Mutu
Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai faktor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien (pelanggan), kepemimpinan, tim, proses dan struktur. Klien (pelanggan) dalam TQM adalah orang yang menerima produk atau jasa layanan. Jadi klien tidak berada secara eksternal terhadap organisasi tetapi berada pada setiap tahapan yang mempersyaratkan penyempurnaan hasil sebuah produk atau pemberian layanan. Hal ini menggambarkan adanya mata rantai dari klien yang terkait dengan 8
proses. TQM mempersyaratkan organisasi melakukan penggalian dengan bertanya atau mendengarkan, yang tentunya kepada klien yang tepat. Dalam hal ini diperlukan umpan balik yang pasti untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan dan dikerjakan memang tepat. Hal-hal yang terdapat di dalam TQM terhadap pelanggan atau klien adalah nilainilai organisasi, visi dan misi yang perlu dikomunikasikan, yang dikerjakan dengan memperhatikan etika dalam pengambilan keputusan dan perencanaan. Dalam TQM, integritas moral merupakan hal yang fundamental, maka kepemimpinan merupakan cara mengerjakan. Kepemimpinan dalam konteks TQM adalah menetapkan dan mengendalikan visi. TQM secara tajam menggambarkan perbedaan antara pemimpin, me-manage, dan meng-administrasi-kan. Mutu kepemimpinan mencakup visi, kreativitas, sensitivitas, pemberdayaan (empowerment), dan manajemen perubahan. Pemimpin dalam TQM pada dasarnya peduli dengan nilai-nilai orang, menetapkan arah dan mengijinkan orang untuk mencapai target, yang berhubungan dengan hal-hal makro maupun mikro. Sedangkan tim dalam TQM merupakan kualitas kelompok. Hampir semua kepustakaan menekankan pentingnya kejelasan tujuan dan hubungan interpersonal yang efektif sebagai dasar terjadinya kerja kelompok yang efektif. Kunci penting dalam TQM adalah menetapkan komponen proses kerja. Pada dasarnya, sekali klien menetapkan persyaratan yang telah disepakati, maka hal yang penting untuk dilakukan adalah menetapkan proses dan prosedur yang menjamin kesesuaiannya dengan persyaratan. Organisasi yang mencoba memperkenalkan TQM tanpa meninjau strukturnya mungkin akan menghadapi kegagalan. Beberapa organisasi memiliki struktur yang berfokus pada klien cenderung mendasarkan diri pada hierarki formal sekaligus membatasi kerja praktis yang birokratis. 2.3
Model Pengembangan Mutu TQM Sebagaimana sudah diuraikan diawal, bahwa semenjak TQM diterapkan sebagai suatu alternatif meningkatkan mutu produk berupa barang dan layanan/jasa, maka terjadi lompatan yang berarti bagi setiap negara industri untuk memperbaiki manajemen organisasi. Muncul pula pemikiran-pemikiran baru dari para ahli yang memperbaiki berbagai kekurangan dari pendekatan dan pemikiran para ahli sebelumnya. Manajemen mutu dalam pendekatan TQM awalnya diterapkan dalam dunia industri, perusahaan dan bisnis, namun dikemudian hari konsep TQM kemudian dapat pula diterapkan dalam berbagai bidang usaha yang bergerak dalam bidang layanan jasa, termasuk pendidikan. Mengutip pendapat Goetsch dan Davis, Nasution (2005:22) menyajikan sepuluh unsur pokok dalam TQM yaitu: 1. Fokus pada pelanggan Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan ekternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampingkan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 2. Obsesi terhadap kualitas 9
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yamh ditetapkan tersebut, organisasi hams teropsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif. Pendekatan ilmiah Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penetapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duha (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. Komitmen jangka panjang TQM merupakan suatu pradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmrn jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan bu daya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. Kerja sama tim (teamwork) Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering kali diciptakan per saingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi, persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing perusahaan pada lingkungan eksternal. Perbaikan sistem secara berkesinambungan Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat. Pendidikan dan pelatihan Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Mereka beranggapan bahwa p erusahaan bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil siap pakai. Jadi, perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan sekedarnya kepada para karyawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Kebebasan yang terkendali Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki ‘ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu, unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Kasatuan tujuan 10
2.4
Supaya TMQ dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manejemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja. 10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TMQ. Usaha yang melibatkjan karyawan membaya dua menfaat utama. Pertama, hal ini meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang lebih baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan d engan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkatkan ‘rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan yang melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya. Strategi dan Teknik Manajemen Peningkatan Mutu atau TQM Ada empat teknik TQM yang dapat dikembangkan dalam menetapkan manajemen peningkatan mutu yaitu: school review, benchmarking, quality assurance, dan quality control. School review adalah proses yang mengharuskan keterkaitan seluruh komponen lembaga pendidikan bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki keterkaitan, misalnya orang tua, atau tenaga professional, untuk mengevaluasi keefktifan kebijakan lembaga pendidikan, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusannya. Dengan metode ini, kita dapat membeberkan kelemahan, kekuatan, prestasi lembaga pendidikan dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis pengembangan lembaga pendidikan di masa mendatang. Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik proses, maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu, untuk kepentingan praktis. Dengan demikian, standar tersebut direfleksikan dalam realitas yang ada. Quality assurance artinya bahwa konsep ini mengandung jaminan bahwa proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan standard dan prosedur yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat diharapkan hasil (out put ) yang memenuhi standar yang ditentukan pula. Quality control merupakan suatu sistem yang untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Konsep ini berorientasi pada out put untuk memastikan apakahoutput sesuai dengan standar. Oleh karena itu, konsep ini menuntut adanya indikator yang pasti dan jelas.
2.5
Mutu Pendidikan
11
Mutu yang baik selalu menjadi dambaan setiap orang, terlebih pada bidang pendidikan. Mutu pendidikan pada dasarnya terdiri atas berbagai indikator dan komponen yang saling berkaitan. Komponen dan variable yang menentukan terwujudnya mutu pendidikan yang baik secara umum masih dikaitkan dengan sistem, kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, budaya organisasi, kepemimpinan dan lain sebagainya. Mutu pendidikan tidak diukur hanya berdasarkan hasil ujian atau test peserta didik, karena memiliki rangkaian yang saling berhubungan mulai dari input, proses, output dan outcome. Memang konsep mutu sangat beragam, tergantung pada perspektif dan pendekatan yang digunakan. Dunia industri memiliki definisi sendiri mengenai mutu, karena mutu atau kualitas bertalian produk yang dihasilkan berupa barang dan atau jasa. Dunia pendidikan mengklaim bahwa mutu pendidikan tidak saja pada output, proses dan hasil tetapi masih ada faktor-faktor lain, misalnya : biaya, sistem, sarana prasarana, tenaga pendidi dan sebagainya. Mutu input
Mutu proses dan konteks
Mutu “outcome”
Skema Proses Pencapaian Mutu Pendidikan : Sekolah yang Efektif dan Hasil Belajar Siswa yang Memenuhi Standart Mutu (Sumantrie, 2009:10)
Serangkaian proses pencapaian mutu pendidikan sebagaimana ditayangkan dalam skema diatas mencangkup : 1) mutu input : siswa; 2) mutu proses dan konteks : proses pencapaian mutu sekolah, proses pencapaian mutu pembelajaran, dukungan orang tua siiswa dan masyarakat; dan 3) mutu outcome : sekolah yang efektif dan hasil belajar yang bermutu sesuai dengan standart mutu. Kesemua unsur tersebut saling berinteraksi dan ketergantungan antara yang satu dan yang lainnya. Dengan demikian, Sumantrie (2009:11) menyimpulkan, berbagai pengertian mutu pendidikan sebenarnya secara fundamental tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa mutu pendidikan adalah suatu 12
2.6
“setting” pendidikan yang mencerminkan kualitas proses dan outcomes. Oleh karena itu, rangkaian logis (logical sequence) proses pencapaian mutu pendidikan adalah : 1) adanya input yang memiliki kesiapan mental (mental readiness) untuk mempelajari berbagai kompetensi, 2) adanya proses pembelajaran yang didukung berbagai konteks yang relavan dengan pembelajaran (kurikulum, guru, buku pelajaran, dan sebagainya), orang tua, dan masyarakat, 3) adanya outcome yang berkualitas sebagai produk dari rangkaian proses sebelumnya. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dalam Peningkatan Mutu TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas dunia, sehingga diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem suatu organisasi seperti lembaga pendidikan. Ada 7 faktor yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan di lembaga agar dapat memenuhi standar total quality management yaitu:
Kepuasan K lien Dalam istilah bisnis, klien adalah orang yang membeli dan menggunakan produk perusahaan. Sedangkan di sini adalah siswa,orang tua dan masyarakat atau stake holder . Tujuan bisnis pada hakekatnya adalah untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dalam penerapan TQM di lembaga pendidikan, kualitas ditentukan oleh pelanggan yaitu siswa, dna kita juga harus berupaya menciptakan kepuasan siswa. Peran dan tanggungjawab divisi dan manajer harus dilihat dari sudut pandang untuk mencapai kepuasan siswa. Kepuasan siswa dapat memberikan beberapa manfaat : (1) hubungan antara kampus dan para mahasiswa menjadi harmonis; (2) memberikan dasar yang terbaik untuk meningkatkan jumlah siswa untuk masuk ke perguruan tinggi; (3) dapat mendorong terciptanya loyalitas siswa; (4) reputasi lembaga menjadi baik di mata siswa; dan (5) keuntungan dana yang diperoleh lembaga pendidikan menjadi meningkat.
Obsesi terhadap Kualitas Dalam era globalisasi lembaga pendidikan menghadapi persaingan ketat dengan lembaga pendidikan dari seluruh Indonesia. Meningkatn ya intensitas dan persaingan menyebabkan setiap lembaga pendidikan harus berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan pelanggan terwujud. Kerangka dalam kualitas harus didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu: (1) orientasi pemasaran, lembaga pen didikan harus dapat memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan stakeholder; dan (2) orientasi internal lembaga pendidikan, lemba ga pendidikan harus dapat menghindari kerugian, pemborosan, dan jatuh. Diupayakan adanya maksimalisasi usaha setiap staf, karyawan, dan guru, penghematan energi sumberdaya manusia dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah.
Pendekatan I lmiah 13
Melalui manajemen kepemimpinan yang baik keputusan yang kadang kala bersifat subjektif bisa diminimumkan. Salah satu kuncinya sukses dalam TQM adalah menggunakan pendekatan ilmiah, dalam pendekatan ilmiah, pengambilan keputusan didasarkan pada data, mencari sumber penyebab dan mengupayakan solusi dalam waktu yang singkat.
Komitmen J angka Panjang TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Oleh karena itu dibutuhkan budaya yang baru pula. Agar penerapan TQM dapat berjalan dengan lancar, maka perubahan budayanya pun harus diupayakan dengan komitmen jangka panjang di lembaga pendidikan Manajemen puncak memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan perubahan budaya yang menghargai peningk atan kualitas secara terus menerus dalam jangka panjang.
Kerjasama Tim Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Disebut tim jika memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya agar tim dapat bekerja dengan efektif; (2) semua anggota menaati peraturan yang berlaku; (3) ada pembagian tanggungjawab dan wewenang yang adil bagi setiap anggota tim; dan (4) setiap anggota beradaptasi terhadap perubahan yang positif di mana setiap anggota saling membantu dalam beradaptasi.
Perbaikan secara B erkesinambungan Perbaikan secara kesinambungan merupakan unsur paling fundamental dalam TQM. Perbaikan berkesinambungan akan berhasil dengan baik bila disertai dengan usaha sumber daya manusia yang tepat, kepercayaan diri, praktis karena faktor manusia merupakan dimensi terpenting dalam perbaikan kualitas dan produktivitas, di Jepang dikenal konsep Kaizen.
Pendidikan dan Pelatihan Pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pe kerjaan staf administrasi dan dosen yang telah dilakukan dan apa yang sudah dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera. Dengan demikian, materi pelatihan harus bersifat praktis. Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Walaupun pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoritis, meskipun demikian pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yakni pembelajaran.
14
Bab III PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Manajemen peningkatan mutu mempersyaratkan integrasi dari berbagai fak tor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah klien (pelanggan), kepemimpinan, tim, proses dan struktur. Ada empat teknik TQM yang dapat dikembangkan dalam menetapkan manajemen peningkatan mutu yaitu: school review, benchmarking, quality assurance, dan quality control. Selain itu ada delapan prinsip-prinsip versi ISO untuk meningkatkan mutu p endidikan yaitu, orientasi pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang-orang, pendekatan proses, menggunakan pendekatan sistem, perbaiakan secara berkelanjutan, pendekatan daktual dalam pembuatan keputusan, hubungan yang saling menguntungkan. Terdapat empat pendekatan dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu : 1, suatu lembaga pendidikan harus memformulasisikan visi apa yang dimaksud kualitas dan bagaimana dapat dicapai. 2. menejemen ikut terlibat secara aktif. 3. lembaga pendidikan harus cermat dan berhatihati dalam merencanakan dan mengorganisasikan upaya perbaikan mutu dengan langkah awal yang betul-betul efektif dan 4. pengendalian dilakukan seluruh proses. Ada 10 faktor yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan di lembaga agar dapat memenuhi standar total quality management yaitu: kepuasan klien, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim, perbaikan secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan.
15
3.2
Referensi
Titik Purwati, “TQM : Strategi Meningkatkan Mutu daya Saing di Era Globalisasi” Malang: UNM Prees, 1996 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI “ Manajemen Pendidikan” Bandung: Alfabeta, 2009 Syaiful Sagala “ Menejemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan” Bandung: Alfabeta, 2009 E. Mulyasa “Menejemen Berbasis Konsep” Bandung: Remaja Rosda Karya,2003 Onisimus Amtu, 2013. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah : Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : Alfabeta Prim Masrokan Mutohar.2013. Manajemen Mutu Sekolah : Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam Jogjakarta : Ar-ruzz Media I Putu Suarnaya, 2010. Manajemen Pendidikan : Suatu Pengantar Praktis. Malang : Gunung Samudra Edward Sallis “ Total Quality Management ini Education” terj. Menejemen Mutu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2007 Soemardi Tresna “ Total Quality Management sebagai Kunci Keunggulan Bersaing ”, Malang: Usahawan , 1995 Hamzah B. Uno, 2012.” Model Pembelajaran”, Jakarta : Bumi Aksara
16