MAKALAH KOSMETOLOGI “
ACNE VULGARIS/JERAWAT
”
Disusun oleh:
Sutar
1111102000077
Farmasi 6 - C
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENGERTIAN ACNE VULGARIS (JERAWAT) Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. Acne vulgaris ( jerawat ) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea ( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Acne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo terbuka ( black head ), papula, pustul, nodus, dan kista.
Menurut Arvada Pediatric Associated p.c. Acne merupakan komedo hitam dan putih, benjolan merah yang ada di wajah, leher, dan termasuk pundak dan terjadi selama anak remaja dan pada usia dewasa muda dimana acne yang bengkak merah yang lebih besar terasa sangat sakit.
Menurut Dipiro (hal.1755), acne merupakan gangguan inflamasi kronik umum pada unit pilosebasea yang ditandai dengan berkembangnya mikro komedo sebagai kondisi awal. Bentuk umum dari acne adalah acne vulgaris. Jenis-jenis lain dari acne yaitu neonatal acne, adult acne, acne kosmetika dan acne mekanika. Disebut adult acne apabila akne tersebut terjadi pertama kali pada usia pertengahan 20 tahun, dan lebih berpengaruh pada wanita dan pria, dengan distribusi acne yang secara umum pada area wajah bagian bawah sekitar mulut, dagu, dan garis rahang. Sedangkan acne mekanik biasanya terjadi akibat setelah proses pencukuran.
Menurut Handbook of Farmacology, acne vulgaris adalah acne yang umum terjadi biasanya self limiting , dan merupakan penyakit multifaktor yang melibatkan inflamasi pada folikel sebaseus pada wajah dan tubuh bagian atas.
Menurut IDI (Continuing Medical Education), acne vulgaris/jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang terjadi pada masa remaja. Onset acne pada perempuan lebih awal dari pada laki-laki karena masa pubertas perempuan lebih awal dari pada laki-laki. Prevalensi acne pada remaja cukup tinggi berkisar 47-90%.
MANIFESTASI KLINIK Lesi jerawat terutama terdapat di wajah, punggung, dada, dan lengan atas. Acne vulgaris ditandai oleh lesi yang polienorfi, walaupun dapat terj adi salah satu bentuk lesi yang dominan pada suatu saat atau sepanjang perjalanan penyakit. Manifestasi klinis jerawat dapat berupa lesi non inflamasi (komeda terbuka dan komedo tertutup). Lesi inflamasi superfisial (papul, pustul) dan lesi inflamasi dalam (nodul). A. Komedo Komedo adalah suatu tanda awal dari jerawat, sering muncul 1-2 tahun sebelum pubertas. Lesi dapat berupa omedo terbuka atau komedo tertutup. Komedo terbuka tampak sebagai lesi yang datar atau sedikit meninggi dengan sumbu folikel yang berwarna gelap, berisi eratin, dan lipid. Ukuran bervariasi antara 2-3 mm, biasanya bahan keratin terlepas dan tidak terjadi inflamasi kecuali bila terjadi trauma. Komedo tertutup berupa papul kecil, biasanya kurang dari 1 mm, berwarna pucat, mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami inflamasi sehingga dianggap lebih penting secara klinis. B. Papul Papul merupakan reaksi radang dengan diameter <5 mm. Papul superficial sembuh dalam 5-10 hari dengan sedikit jaringan parut, tetapi dapat terjadi hiperpigmentasi pasca inflamasi, terutama pada remaja dengan kulit yang berwarna gelap. Papul yang lebih dalam, penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama dan dapat meninggalkan jarigan parut. C. Pustul Pustul jerawat merupakan papul dengan puncak berupa pus atau nanah.biasanya usia pustul lebih pendek dari pada papul. D. Nodul Merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm atau lebih, disertai nyeri, dan lesi dapat bertahan sampai beberapa minggu atau bulan. Lesi bentuk inilah biasanya yang menyebabkan janringan parut (Soetjiningsih, 2004).
PATOGENESIS ACNE Akne Vulgaris mulai timbul pada masa pubertas, pada wanita antara 14 – 17 tahun dan pada pria antara 16-19 tahun. Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi terdapat 4 hal yang ada hubungannya dengan patofisiologi dari akne vulgarius. Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu : 1. Hiperproliferasi epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel 2. Produksi sebum berlebihan 3. Inflamasi 4. Aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes). Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan dehidroepiandrosteron sulfat, precursor testosteron. Penderita acne memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum. Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo. Faktor keempat terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. Peranan P. acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons
inflamasi melalui aktivasi komplemen. Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi. Patologi (hormonal,stres,genetik,bakteri) – > masa pubertas – > Hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea – > kelenjar sebasea membesar dan mensekresikan sebum – > sebum merembas naik hingga puncak folikel rambut – > mengalir keluar pada pemukaan kulit – > duktus pilosebaseus tersumbat sebum – >lesi obstruktif – >di latasi folikel sebasea dampaknya – >penipisan dinding folikular – > pecah – >isi folikular keluar dan mengiritasi dermis – > lesi baru – >infeksi berulang – >risiko infeksi – > mikro komedo. – > komedo terbuka, hitam akibat akumulasi lipid, bakteri dan debris epitel – > komedo tertutup perembasan isi folikel ke dermis – > inflamasi – > lesi akne dampak lesi akne – >papula eritematosa====> gangguan integritas kuli, gangguan citra tubuh, ansietas – > kista inflamatorik – > pustyla.
PENYEBAB JERAWAT Penyebab terjadinya jerawat karena terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar minyak. Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi diantaranya. karena: 1. Perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai faktor penyebab, yaitu: hormonal, infeksi bakteri, makanan, penggunaan obat-obatan dan psikososial (Wasitaadmadja, 1997). Hormonal. Sekresi kelenjar sebaseus yang hiperaktif dipacu oleh pembentukan hormon testoteron (androgen) yang berlebih, sehingga pada usia pubertas akan banyak timbul jerawat pada wajah, dada, punggung,sedangkan pada wanita selain hormon androgen, produksi lipida dari kelenjar
sebaseus dipacu oleh hormon
luteinizing yang meningkat saat menjelang menstruasi (Mitsui, T., 1997). Infeksi bakteri. Kelebihan sekresi dan hiperkeratosis pada infundibulum rambut menyebabkan terakumulasinya sebum. Sebum yang terakumulasi kemudian menjadi sumber nutrisi yang bagi pertumbuhan Propionibacterium acne. Enzim lipase yang dihasilkan dari bakteri tersebut menguraikan trigliserida pada sebum menjadi asam lemak bebas, yang menyebabkan inflamasi dan akhirnya terbentuk jerawat. Sedangkan,Staphylococcus
epidermidis
dan
Staphylococcus
aureus
dapat
menimbulkan infeksi sekunder pada jerawat, infeksi akan bertambah parah jika jearawat sudah bernanah (Mitsui, T., 1997). Makanan. Makanan yang mengandung lemak, karbohidrat dan berkalori tinggi dapat memicu timbulnya jerawat. Meskipun tidak semua ahli sependapat dengan adanya hubungan antara makanan dan jerawat, tetapi banayak pengalaman ditemukan adanya hubungan ini (Wasitaatmadja, 1997). Penggunaan obat. Obat-obatan yang dapat memicu timbulnya jerawat, misalnya kortikosteroid, narkotika, stimulansia susunan saraf pusat, karena obat-obatan ini dapat memicu sekresi kelenjar lemak yang berlebihan (Wasitaatmadja, 1997). Psikososial. Stres psikis secara tidak langsung dapat memicu timbulnya jerawat karena penigkatan stimulasi kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 1997).
2. Tertutupnya saluran keluar kelenjar sebasea olah massa eksternal, baik dari kosmetik, bahan kimia, debu dan polusi (Wasitaatmadja, 1997). 3. Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit (hiperkeratosis) akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar matahari, atau sinar radio aktif (Wasitaatmadja, 1997). Ketiga faktor di atas dapat menyebabkan jerawat secara terpisah, tetapi ketiganya juga dapat saling mempengaruhi untuk membentuk jerawat. Selain itu, masih ada faktor lain yang dapat menyebabkan jerawat bertambah buruk, antara lain faktor genetik, rasial, kerja berlebih, dan cuaca (Mitsui, 1997; Wasitaatmadja, 1997).
BAHAN-BAHAN ANTI JERAWAT
ASAM HIDROKSI Asam
hidroksi
tersedia
dalam
sediaan
OTC
dan
peresepan.
Asam
Alphahidroksi, seperti asam glikolat dan asam laktat, yang larut dalam air, dan karena itu dapat menembus ke dermis. Asam glikolat dan laktat berasal dari tebu dan youghurt, masing-masing. Asam beta- hidroksi, seperti asam salisilat, yang larut-lipid, dan dapat menembus ke dalam epidermis atas dan ke dalam unit pilosebasea. Asam salisilat berasal dari kulit pohon willow, daun wintergreen, dan sweet birch, dan juga tersedia dalam bentuk sintetis. Diantara asam alpha-dan beta-hydroxy menurunkan kohesi antara keratinosit di stratum corneum, menyebabkan pengelupasan kulit. Karena kemampuan mereka untuk menembus unit pilosebasea, asam beta-hidroksi seperti asam salisilat memiliki efek komedolitik kuat dari alphahydroxy asam. Namun, dalam comparison with tretinoin dan isotretinoin, asam salisilat adalah agen komedolitik ringan. Asam salisilat tersedia dalam sediaan over-the-counter dan resep persiapan mulai dari 0,5 sampai 5%. BENZIL PEROKSIDA Benzoil peroksida adalah obat topikal yang memiliki efek bakterisida untuk mengurangi P. acnes. itu tersedia di kedua over-the-counter dan formulasi resep sebagai sabun bar, mencuci, gel atau lotion alam konsentrasi yang berbeda-beda. Stay-on formulasi benzoil The peroksida akan menurun P. acnes menghitung lebih daripada mencuci meskipun keduanya secara signifikan mengurangi P. acnes. Penggunaan seiring benzoil peroksida dengan antibiotik akan mengurangi P. acnes resistensi terhadap antibiotik dan meningkatkan efek bakterisida dari antibiotik. Tak satu pun dari antibiotik topikal saja lebih efektif terhadap P. acnes daripada benzoil peroksida. Produk benzoyl peroxide harus digunakan pada waktu yang berbeda dari hari daripada tretinoin atau tazarotene. Oksidasi retinoid ini, dan kemanjuran sehingga menurun, dapat terjadi ketika kontak dengan benzoil peroksida. Sebuah produk benzoil peroksida dapat digunakan dalam pagi dengan aplikasi malam-waktu retinoid. Perhatian harus diberikan kepada pasien bahwa produk benzoyl peroxide dapat memutihkan seprai dan pakaian. Benzoil peroksida alergi dermatitis kontak mungkin terjadi tapi jarang dengan kejadian 1:500. Ada beberapa produk topikal yang menggabungkan benzoil peroksida dengan baik eritromisin atau klindamisin. Kombinasi produk topikal ini mengobati peradangan jerawat lebih baik daripada
produk baik sendiri. Rak-hidup untuk produk kombinasi ini adalah terbatas; Oleh karena itu, beberapa formulasi eritromisin, dan benzoil peroksida harus didinginkan. Diare dan kolitis pseudomembran jarang tetapi telah dikaitkan dengan klindamisin topikal.
ANTIBIOTIK ORAL Tetrasiklin bekerja dengan berinteraksi dengan ribosom bakteri 30S subunit, sehingga menghambat sintesis protein. Termasuk tetracycline, minocycline, dan doksisiklin dalam keluarga tetrasiklin. Selain efek antimikroba mereka, semua tetrasiklin adalah agen anti-inflamasi. Mereka menghambat kemotaksis sel darah putih, mengurangi produksi lipase oleh P. acnes, dan menurunkan produksi sitokin. Mereka juga menawarkan efek anti-inflamasi dengan mengurangi aktivitas metaloproteinase matriks (MMPs). MMPs menurunkan beberapa komponen matriks ekstraseluler. Tetrasiklin adalah tetrasiklin generasi pertama. Obat ini sering diberikan 500 mg dua kali sehari untuk jerawat. Tetrasiklin tidak boleh kontak dengan susu karena akan memblok penyerapan kalsium di usus. Karena itu harus dikonsumsi pada waktu perut kosong, satu jam sebelum atau dua jam setelah makan. Tetrasiklin juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada beberapa pasien. Pasien juga harus memperingatkan peningkatan fotosensitifitas saat mengonsumsi tetrasiklin. Efek samping fotosensitif lain yang mungkin terjadi saat tetrasiklin diberikan termasuk menyakitkan foto-onycholysis dan pseudoporphyria. Tetrasiklin disimpan di daerah kalsifikasi. Akibatnya, hiperpigmentasi deciduous gigi permanen dan tulang dapat terjadi. Untuk alasan ini, tetracycline tidak boleh digunakan pada anak-anak di bawah usia 10 karena dapat terjadi pengendapan di epifisis tulang sehingga dapat menghentikan pertumbuhan tulang. Tetrasiklin termasuk dalam kategori kehamilan D karena dapat disimpan dalam tulang janin. Ibu menyusui sebaiknya tidak diberikan tetrasiklin karena potensi ekskresi obat melalui ASI. Doxycycline adalah tetrasiklin generasi kedua diberikan pada 100 mg dua kali sehari untuk jerawat. Lebih baik diserap dari saluran pencernaan daripada tetrasiklin, dan dapat dikonsumsi dengan makanan, meskipun penyerapan maksimum terjadi ketika diminum 30 menit sebelum makan. Seperti tetrasiklin, dapat disimpan di daerah kalsifikasi seperti gigi dan tulang, dan karena itu tidak dapat digunakan pada anak-anak di bawah usia 10, dan kehamilan Kategori D. Photosensitivity adalah yang paling umum dengan doxycycline dan tergantung dosis. 42% dari pasien yang memakai total 200 mg per hari akan
mengalami fotosensitifitas. Doxycycline juga dapat diberikan untuk jerawat pada dosis subantimicrobial dengan 20 mg dua kali sehari. Dengan cara ini doxycycline diberikan pada dosis rendah sehingga hanya memiliki efek antiinflamasi, dan bukan efek antimikroba. Tanpa tindakan antimikroba, tidak ada kesempatan bagi resistensi antibiotik muncul. Doxycycline adalah hampir efektif tetrasiklin digunakan pada dosis subantimicrobial karena itu adalah yang paling ampuh inhibitor MMP (69). Dalam sebuah penelitian terhadap 40 pasien jerawat yang menerima doksisiklin 20 mg bid po untuk 6 bulan, tidak ada efek samping seperti mual, muntah, phototoxicity, atau vaginitis yang tercatat. Minocycline adalah tetrasiklin generasi kedua lainnya diberikan
100 mg dua kali sehari. Dari tetrasiklin memiliki penyerapan
gastrointestinal yang terbaik. Hal ini dapat diambil dengan makanan tapi yang terbaik diserap 30 menit sebelum makan. Dibandingkan dengan tetrasiklin dan doksisiklin, minocycline memiliki perbaikan klinis lebih cepat. Hal ini juga menunjukkan lebih baik pengurangan peradangannya. In vitro, minocycline memiliki penurunan terbesar P. acnes dari semua antibiotik yang digunakan untuk jerawat. Efek superior minocycline adalah karena tingginya lipophilicity, dan penetrasi dengan demikian lebih baik ke dalam unit pilosebasea. minocycline dapat berpotensi menyebabkan hiperpigmentasi biru-abu-abu, gangguan vestibular, atau Reaksi hipersensitivitas obat. Tiga jenis hiperpigmentasi dapat terjadi. tipe I hiperpigmentasi terjadi di daerah jaringan parut. Tipe II hiperpigmentasi terjadi pada kulit yang sebelumnya normal, biasanya
pada
tulang
kering
anterior.
Jenis
hiperpigmentasi
III
memiliki
kecenderungan untuk area yang terkena sinar matahari, dan sering adalah hiperpigmentasi difus. Karena minocycline sangat lipofilik dapat dengan mudah melintasi penghalang darah-otak. Hal ini dapat menyebabkan dalam gangguan vestibular seperti pusing, vertigo, atau ataksia. Efek samping jarang dari minocycline termasuk lupus terinduksi obat, penyakit serum, gagal hati, dan vaskulitis. Dengan pengecualian penyakit serum (yang rata-rata terjadi 16 hari setelah memulai terapi), efek samping ini sering terjadi setelah lebih dari satu tahun terapi. Hipertensi intrakranial jinak, juga dikenal sebagai pseudotumor cerebri, dapat terjadi dengan salah satu antibiotik tetrasiklin, dan peningkatan cairan serebrospinal. Peningkatan tekanan intrakranial terlihat paling sering dengan minocycline karena kemampuan untuk melintasi penghalang darah-otak. Pseudotumor cerebri dapat terjadi antara empat minggu dan 18 bulan setelah memulai terapi. Pasien akan mengeluh sakit kepala yang memburuk di malam hari, diplopia pada pandangan lateral, dan mual.
Papilledema akan ditunjukkan oleh pemeriksaan ophthalmologic. Sebuah puncture lumbal dapat membantu dalam diagnosis, dan juga terapi dengan menghilangkan tekanan cairan serebrospinal yang berlebihan.
Pengobatan Jerawat Dengan OTC dan OWA Untuk swamedikasi terhadap jerawat dapat digunakan obat-obat yangmengandung : 1. Menggunakan Obat Yang mengandung Sulfur / belerang endap Cara kerja obat : Mempunyai sifat germisida, fungisida, parasitisida, dan juga mempunyai efek keratolitik. o
Acne Feldin® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 275) Komposisi : Sulfur Prespitat 6,6 %Indikasi : Akne VulgarisDosis : Oleskan 2 x sehari pada kulit berjerawat yang telahdibersihkan
o
Acnomel® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 275) Komposisi : Resorsinol 2%, sulfur 8 %Indikasi : Pengobatan Jerawat
o
Bioacne® ( B )Komposisi : Per g Cetrimide 5 mg, resorsinol 5 mg, sulfur 50 mg.Indikasi : JerawatDosis : Oleskan 2-3x/hari
2. Menggunakan Obat Yang mengandung Asam Salisilat Cara kerja obat : Mempunyai sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulitsehingga dapat membantu penyerapan obat lain dan fungisida yang lemah. o
Verile® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 307 ). Komposisi : Asam Salisilat 0,5 %,Asam Borak 1 %, Resorsinol 2 %, aloevera 0,1 %,triklosan 0,1 %, alkohol 25 %.
o
Rosal®( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 306 ) Komposisi : Asam Salisilat 0,2 %, Resorsinol 0,5 %Indikasi : Menghilangkan minyak yang berlebih pada kulit yang berjerawat.
3. Menggunakan Obat Yang mengandung Resorsinol Cara kerja obat : Mempunyai efek anti fungi, anti bakteri dan keratolitik. o
Acnomel® ( B )Komposisi : Resorsinol 2%, sulfur 8 %Indikasi : Pengobatan Jerawat
o
Rosal® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 275 ) Komposisi : Asam Salisilat 0,2 %, Resorsinol 0,5 %Indikasi : Menghilangkan minyak yang berlebih pada kulit yang berjerawat, mencegah timbulnya jerawat
Dosis : Tuangkan pada kapas, oleskan pada bagian yang berjerawat,digunakan sesudah mandi atau sesudah membersihkan muka(Botol 100 mL) o
Verile® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 307 ) Komposisi : Asam Salisilat 0,5 %,Asam Borak 1 %, Resorsinol 2 %, aloevera 0,1%,triklosan 0,1 %, alkohol 25 %.Indikasi : Akne Vulgaris
4. Menggunakan Obat Yang mengandung Benzoil Peroksida Cara kerja obat : Benzoil Peroksida secara perlahan-lahan melepaskanoksigen aktif yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek keratolitik dan mengeringkan sehingga dapat menunjang efek pengobatan. o
Feldixid® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007;300 ) Komposisi : Benzoil Peroksida 5 %, Sulfur Presipitat 2%Indikasi : Akne Vulgaris Dosis : Oleskan 2x sehari pada kulit berjerawat yang telahdibersihkan
o
Pimplex® ( T ) ( ISO INDONESIA, 2007;304 )Komposisi : Benzoil Peroksida 2,5 % / KrimIndikasi : Akne Vulgaris
o
Polybenza AQ® ( B) ( ISO INDONESIA, 2007;275 )Komposisi : Benzoyl Peroxide 2,5 % / 20 gIndikasi : Akne VulgarisDosis : Oleskan 1 atau 2 x sehari pada area yang terkena.
FORMULASI SEDIAAN ANTI JERAWAT
FORMULASI GEL TOPIKAL DARI EKSTRAK NERII FOLIUM DA LAM SEDIAAN ANTI JERAWAT Daun Nerium oleander mempunyai aktifitas antibakteri terhadap beberapa mikroba dan secara empiris telah digunakan untuk mengatasi masalah jerawat. Formula yang layak untuk dibuat menjadi sediaan anti jerawat seyogyanya tidak memperburuk gangguan jerawat itu sendiri karena pemilihan bentuk sediaan yang tidak tepat. Bentuk sediaan gel dipilih karena tidak mengandung bahan minyak yang akan memperburuk jerawat. Formulasi sediaan gel untuk mengatasi jerawat ini mengandung ekstrak Nerium oleander dalam etanol 97% yang telah dikeringkan, sedangkan untuk basis gelnya karbomer. Penilaian keberhasilan untuk pemastian manfaat dilakukan dengan uji aktifitas ekstrak terhadap bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat, sedang terhadap keberhasilan formula dilakukan uji kestabilan fisik sediaan gel yang meliputi uji organoleptik (warna, bau), pH, dan viskositas selama masa penyimpanan dalam suhu rendah (4˚C), suhu kamar (28˚C) dan suhu tinggi (40˚C). Sediaan dibuat 100 ml Bahan
Kadar (100%)
Ekstrak Nerium oleander
10
Karbomer
1
NaOH
0,4
Propilen Glikol
10
Na Askorbat
0,1
Metil Paraben
0,18
Air
Add 100 ml
Gelling Agent Peng Alkali Humektan & Stabilitas gel Antioksidan Anti Bakteri atau en awet Pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (1997). Formulasi Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 1-15. Draelos, Zoe Diana. 2006.Cosmetic Formulation of Skin Care Products. Taylor and Francis Groups , LLC. : USA. Haider A, Shaw JC. Treatment of acne vulgaris. JAMA. 2004;292(6):726-35. Cunliffe WJ, Gollnick HPM. Clinical features of acne. In : Cunlife WJ, Gollnick HPM, eds. Acne diagnosis and management. London : Martin Dunitz Ltd, 2011:49-68. Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.