BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang. Kulit merupakan bagian terluar yang melindungi bagian tubuh yang didalam. Perawatan diri terutama kulit sangat diperlukan agar kulit tetap utuh, jika perawatan kulit tidak teratur dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit diantaranya akne vulgaris. Akne vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Umumnya insiden terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada wanita dan 16 – 19 tahun pada pria. Penyebab dari akne vulgaris ini ada bermacam- macam diantaranya stress, ras , hormonal cuaca dan lain lain. Sebagai seorang perawat profesional peran perawat yang paling inti dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai pengajar kesehatan dan konseling, dimana harus memberikan pendidikan kesehatan dan support emosional serta conseling pada pasien dengan akne vulgaris. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan akne vulgaris meliputi pengkajian , diagnosa, perencanaan , implementasi dan evaluasi serta memberikan pendidikan kesehatan.
B.
Tujuan. 1.
Tujuan umum Setelah mengikuti presentasi diharapkan agar
dapat memahami tentang
asuhan keperawatan akne vulggaris. 2.
Tujuan khusus Diharapkan mahasiswa dapat :
Menjelaskan pengertian acne vulgaris
Menjelaskan etiologi acne vulgaris
Menjelaskan patofisiologi acne vulgris
Menjelaskan epidemiologi dan manifestasi klinik acne vulgaris
Menjelaskan asuhan keperawatan acne vulgaris
1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. PENGERTIAN Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel polisebaseus yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule, nodus dan kista pada tempat predileksinya. Akne sering dikenal dalam masyarakat dengan istilah jerawat. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebaseus yang diseebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar,2006). Akne vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun folikel poisebaseus yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgarris rentan dan paling sering ditemukan padaa daerah wajah, leher, dan badan bagian atas (Suddart and Brunner 2000). 2. EPIDEMIOLOGI Karena hampir setiap orang pernah mengalami penyakit ini, maka sering di anggap sebagai penyakit kulit yang timbul secara fisiologi, umumnya insiden terjadi pada umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Pada seorang gadis akne dapat terjadi premenakhi, setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang pada wanita akne ini tetap menetap sampai dekade umur tiga puluhan atau lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih cepat berkembang, namun dalam penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat terjadi pada pria. Diketahui juga bahwa ras oriental (jepang, cina, korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras kaukasia (eropa, amerika) dan lebih sering terjadi nodulo kistik pada orang kulit putih daripada orang negro. 3. ETIOLOGI a. Akne biasanyaa berkaitan dengan tingginya sekresi sebum. Adrogen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebelum sedangkan estrogen dapat mengurangi produksi sebelum 2
b. Penggunaan kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak yang dapat menimbulkan komedo c. Akne vulgaris dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik 4. FAKTOR PREDISPOSISI Selain faktor dari dalam ada juga faktor lain yang mempengaruhi akne yaitu faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan, dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yang sudah ada. Selain itu obatobatan juga dapat mencetuskan akne seperti kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk mengobati penyakit lain (seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal), dapat menimbulkan vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung, kontrasepsi juga dapat memperburuk akne. Akne pada perempuan yang berusia sekitar 20-40 an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo. 5. PATOFISIOLOGI a. Produksi sebum meningkat oleh kelenjar sebasea yang menyebabkan meningkatnya
unsur
komedogenik
dan
inflamatogenik
penyebab
meningkatnya lesi akne. b. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting padaa proses patogenesis penyakit. c. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan ensim lipotik pengubah fraksi lipit sebum. d. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar untuk lepas dari saluran folikel tersebut. e. Terjadi respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang memperberat akne. f. Peningkatan hormon androgen, anabolic, kortiikosteroid, serta yang mungkin menjadi faktor penting pada peningkatan kelenjar sebasea. g. Terjadi stres yang dapat memicu peningkatan kelenjar sebasea baik secara langsung atau melalui rangsangan terhaddap kelenjar hipofisis. h. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim, familial, makanan yang secara tidak langsung dapat memicu peningkatan proses patogenesis tersebut.
3
Selama usia kanak-kanak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada dasarnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada di bawah kendali endokrin khususnya hormon-hormon androgen. Dalam usia pubertas hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresi suatu minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak folikel rambut dan mengalir keluar dari permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgenic akan meningkatkan daya responsive kelenjar sebasea hingga akne terjadi ketika duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang terbentuk ini akan membenntuk komedo.
Web Of Caution Akne Vulgaris E/ Pubertas,↑Hormon androgen
Bakteri
Mengeluarkan porfirin
Defisit Pengethuan Pnatlaksnaan regiment terapheutik inefektif
Aktivasi kelenjar Sebasea ↓ Asam Linoleik
↑↑Produksi sebum ↑↑ unsur komedogenik
↓ Fungsi barier epitel
↑↑ Produksi korneosit poly sebasea
Peradangan Folikel Hyperkeratinisasi flolikel Perangsangan reseptor nyeri folikel
Postula,nodula, kista, Papula
Jaringan Parut /Hyperpigmentasi
Nyeri Akut
Ggn Citra Tubuh
4
6. GEJALA KLINIS a. Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tendenes) b. Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris c. Akne yang berat (servere acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans d. Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya e. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus atau kusta dapat disertai rasa gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya berupa pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas. 7. KLASIFIKASI a. Komedonal (komedo hitam dan komedo putih) b. Papulopustular (papula dan postula) c. Kistik d. Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali. e. Akne konglobata merupakan bentuk akne kristik yang paling berat dengan kista profunda, komedo multiple dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat di rumah sakit. f. Akne koloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat-tempat terdapat lesi akne. 8. PEMERIKSAAN FISIK a. Akne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous b. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apa pu. c. Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata. d. Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat, namun dada, punggung dan lengan atas juga sering terkena jerawat e. Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo (comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan
5
komedo tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions) f. Akne peradangan yang ringan (mild imflammatory acne) bercirikan adanya komedo dan papula peradangan g. Akne peradangan yang sedang (moderate inflamatory acne) memiliki komedo, papula peradangan dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang lebih ringan. h. Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang berdiameter lebih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring). 9. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan laboratorium b. Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinik 1) Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah di ukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadang free trestosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH) 2) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative foliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai. c. Pemeriksaan Histopatologis Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding folicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa folicular rupture. Folicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign boby reaction). Peradangan padat (dense inflamation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scaring). 10. Penatalaksanaan Pengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat memperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun dapat melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo. 6
Dianjurkan dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan desquam-X wash dan benzoil peroksida. Jenis-jenis obat yang digunakan antara lain : a. Obat-obat topical 1) Retinoid topical, meliputi: a) Tretinoin (as.Retinoat) gel, krim, selulosa:0,01-0,1% b) Isotretinoin gel c) Adapalen gel, krim, solusio: 0,1% d) Tazaroten gel, krim 0,5-0,1% 2) Agen keratolitik a) Sulfur 3-10% b) As. Salisilikum c) Resorsinol 3) Agen antibiotic a) Eritromisin gel, solusio 1% b) Klindamisin gel, solusio 1% c) Benzoil, peroksida gel 2,5-5% b. Obat-obat sistemik 1) Agen antibiotic, dengan anjuran pengobatan selama 3 bulan. Alternatife pengobatan meliputi : a) Tetrasiklin 3 x 250 mg/hr – 2 x 500 mg/hr b) Doksisiklin 2 x 50 – 100 mg/hr c) Lymeccycline 1 x 150 – 300 mg/hr d) Minosiklin 2 x 50 – 100 mg/hr e) Klindamisin 2-3 x 150 – 300 mg/hr f) Eritromisin 2-3 x 500 mg/hr g) Linkomisin 2-3 x 250 – 500 mg/hr 2) Terapi hormon Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg 11. Pencegahan Akne dapat dikendalikan dan sikatrik dapat dicegah, dengan terapi bijaksana yang diteruskan sampai proses penyakit menghilang spontan, Ditujukan untuk mencegah pembentukan mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis folikel,
7
produksi sebum, populasi. Pengendalian awal memerlukan waktu paling sedikit 4-8 minggu juga penting untuk memperhatikan pengaruh emosional berat pada akne.
Diit rendah lemak dan Karbohidrat.
Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan jasad renik.
Hidup sehat dan teratur
Cukup istirahat
Olahraga sesuai kondisi tubu
Penggunaan kosmetik secukupnya
Hindari polusi debu
Hindari pemencetan
Memberikan informasi secukupnya pada penderita mengenai penyebab, perjalanan penyakit dan lamanya pengobatan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan : masalah kesehatan/keluhan yang dirasakan misalnya gatal-gatal atau benjolan di kulit, pola pemeliharaan kesehatan, dan pola peran kekerabatan. b. Pola kebutuhan dasar 1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Klien jarang membersihkan wajah, sering mengkonsumsi makan yang meningkatkan produksi sebum, menggunakan kosmetik yang tidak cocok dengan kulit karena berbahan dasar minyak. 2) Pola nutrisi metabolic Tidak ada gangguan dalam metabolik, klien hanya sering mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi sebum seperti coklat, cola, gorengan atau produk susu. c. Pola eliminasi Dari pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang berarti. Pola BAB dan BAK normal (BAB normalnya 1x tergantung kebiasaan pasien, BAK 0,5/kgBB)
8
d. Pola aktivitas dan latihan Walaupun klien mengalami nyeri pada jerawatnya biasanya klien tidak mengalami
gangguan
dalam
beraktifitas.
Aktivitas
dapat
dilakukan
sebagaimana mestinya. e. Pola istirahat dan tidur Tidak mengalami gangguan dalam pola tidur, klien dapat tidur nyenyak dan waktu tidur pasien cukup (8jam/hr) f. Pemeriksaan fisik Inspeksi komedo : komedo yang tertutup tampak seperti papula kecil yang agak menonjol, sedangkan komedo yang terbuka akan terlihat agak menonjol dengan pemadatan bagian tengah folikel. Palpasi : nyeri tekan pada daerah akne yang meradang. Catat ciri-ciri lesi inflamatori seperti Papula, pustule, nodus dan kista. g. Pola kognitif-perseptual Klien masih belum mendapatkan informasi yang memadai mengenai jerawat serta cara penangannya. h. Pola persepsi diri / konsep diri Klien merasa tak nyaman dan malu dengan kondisi fisiknya karena terdapat jerawat di bagian kulit yang dapat dilihat oleh orang lain. i. Pola seksual dan reproduksi Tidak gangguan dalam pola seksual dan reproduksi klien akibat jerawat yang di alaminya. j. Pola peran-hubungan Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tidak terdapat masalah. Klien dapat menjalankan perannya dengan baik k. Pola manajemen koping stres Klien mengalami kecemasan terhadap jerawat yang muncul secara berlebih serta ketakutan akan kerusakan kulit akibat jerawat yang timbul l. Pola keyakinan nilai Kaji mengenai agama klien dan kebiasaan beribadah yang dilakukan umumnya klien tidak mengalami masalah dalam menjalankan ibadahnya. Klien memiliki keyakinan terhadap kesembuhan dari penyakit yang dialaminya.
9
2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut b.d agen cedera biologi : invasi bakteri b. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan kondisi metabolic c. Ansietas b.d krisis situasional d. Gangguan citra tubuh b.d persepsi kognisi e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
3. Intervensi Keperawatan a. Diagnosa : Nyeri akut b.d agen cedera biologi : invasi bakteri Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi atau terkontrol Kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri (0-3) tingkat ringan, wajah tidak meringis, tidak gelisah, tanda vital stabil Intervensi : 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif (catat keluhan, lokasi, beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan nyeri) Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi
tentang
kemajuan
atau
perbaikan
penyakit,
terjadinya
komplikasi dan keefektifan intervensi. 2) Pantau tandaa-tanda vital Rasional : peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital. 3) Dorong pengungkapkan perasaan Rasional : dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit 4) Ajarkan menggunakan teknik relaksasi seperti nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku Rasional : membantu mengontrol atau mengalihakan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping 5) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi Rasional : dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri atau untuk menghilangkan ansietas b. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b.d perubahan kondisi metabolic Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan integritas kulit mengalami perbaikan 10
Kriteria hasil : lesi dan eritemia berkurang, suhu kulit dalam batas normal, perubahan sensasi tidak terjadi. Intervensi : 1) Catat warna, tekstur, turgor dan sensai. Gambarkna lesi dan amati perubahan Rasional : menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat 2) Pertahankan/instruksikan dalam hygine kulit, misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati Rasional : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko trauma dermal pada kulit 3) Pertahankan linen kering, bebas keriput Rasional : menurunkan iritasi dermal dan kerusakan kulit 4) Kolaborasi pemberian obat-obatab topical/sistemik sesuai indikasi Rasional : digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan : jika digunakan salep
multidosis,
perawatan
harus
dilakukan
untuk
menghindari
kontaminasi silang c. Diagnosa : Ansietas b.d krisis situasional Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan ansietas dapat teratasi Kriteria hasil : pasien menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan cara sehat, mengatakan ansietas/ketakutan menurun sampai tingkat dapat ditangani, tanda vital stabil. Intervensi : 1) Catat palpitasi, peningkatan denyut atau frekuensi pernafasan Rasional : perubahan pada tanda-tanda vital mungkin menunjukkan tingkat ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan faktor psikologis, misalnya ketidakseimbangan endokrin 2) Observasi respon verbal dan nonverbal kecemasan Rasional : kecemasan dapat ditutupi dengan komentar/ ledakan kemarahan yang ditunjukkan kepada pemberi perawatan
11
3) Dengarkan keluhan pada pasien dengan penuh perhatian Rasional : menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri atau terlantarkan, menunjukkan rasa menghargai, dan menerima orang tersebut, membantu meningkatkan rasa percaya. 4) Berikan informasi yang sesuai mengenai diagnose, pengobatan dan prognosis Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama 5) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Rasional : meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu dalam perkembangan control lokus internal, mengurangi ansietas d. Diagnosa : Gangguan citra tubuh b.d persepsi kognisi Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh dapat teratasi Kriteria hasil : pasien menunjukkan adaptasi dan penerimaan pada situasi diri, mengenali dan menyatu dengan perubahan konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, keterlibatan sosial pasien tidak bermasalah Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan dan ansietas sehubungan dengan situasi saat ini Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi 2) Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya Rasional : indicator terjadinya kesulitan menanganni stress terhadap apa yang terjadi 3) Akui kenormalan perasaan Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif 4) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negative terhadap bagian tubbuh Rasional : membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah
12
e. Diagnosa : Kurang pengetahuan b.d kurang informasi Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien mendapatkan informasi yang adekuat Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis, dan kebutuhan pengobatan, melakukan perilaku perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum, menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat Intervensi : 1) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/ mengikuti program medik 2) Buat langkah untuk meningkatakan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik 3) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberian perawatan kesehatan Rasional
:
upaya
evaluasi
dan
intervensi
mencegah/meminimalkan komplikasi 4. Implementasi Implementasi dilakukan sesuai intervensi 5. Evaluasi Dx 1 : integritas kulit membaik Dx 2 : nyeri pasien berkurang/hilang Dx 3 : pasien tidak lagi cemas Dx 4 : pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh Dx 5 : pasien mengetahui tentang penyakitnya
13
tepat
waktu
dapat
6. Pendidikan Kesehatan Pasien. 1)
Menganjurkan pasien menghindari makanan yang dapat meningkatkan akne
2)
Melakukan perawatan diri secara teratur khususnya perawatan muka
3)
Menganjurkan pasien menghindari kosmetik yang berlebihan.
4)
Menganjurkan pasien untuk membasuh wajah menggunakan sabun ringan dan air dua kali sehari
5)
Konsulkan tentang perlunya konsisten terhadap pengobatan dan penggunaan produk produk pembersih yang dianjurkan.
6)
Ajarkan pasien tentang proses penyakit
7)
Memberitahukan pasien bahwa pengobatan dapat membutuhkan waktu 4-6 minggu atau lebih untuk memberikan hasil.
14
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan. Akne vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada remaja, yang sering ditemukan pada daerah muka, leher serta badan bagian atas. Hampir semua orang pernah mengalami penyakit ini sehingga akne vulgaris ini disebut sebagai penyakit kulit yang timbul secara fisiologis. Orang dengan akne vulgaris tidak perlu dirawat dirumah sakit, namun ada beberapa macam terapi yang diberikan pada pasien akne vulgaris yakni : pengobatan sistemik, pengobatan topical dan pembedahan. Sedangkan untuk mencegah timbulnya akne dianjurkan beberapa hal yaitu : diet, perawatan kulit dan memberikan informasi yang cukup kepada pasien mengenai penyebab penyakit serta pencegahannya.
15
Daftar Pustaka
Doenges M. E, morhouse, M. F, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta Harapan Marwali, ProfDr, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta Mansjoer, Arif, Dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media aesculapius fakultas kedokteran unifersitas indonesia. Jakarta NANDA Internasional, 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC Nedson,2000. Ilmu kesehatan anak. Volume 3. Penerbit buku kedokteran. EGC: jakarta Prof. Dr.Djuanda, Adhi,1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas kedokteran unifersitas indonesia. Jakarta. Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC Suszamne C. Smelyzer, Brenda G. Brare,1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3, EGC. jakarta
16