BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam rangka peningkatan kemajuan pelayanan Rumah Sakit berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dimulai dengan penambahan sarana, prasarana, peralatan kerja, sesuai dengan kemampuan kerja, sesuai dengan kemampuan pemerintah (Depkes), serta peningkatan kesadaran, kemampuan dan minat para tenaga kerja kesehatan. Perlu disadari bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan suatu pelayanan kesehatan pun meningkat, di lain pihak pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik dibidang diagnostik maupun pengobatan akan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan hak tersebut maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratoruim Rumah Sakit akan semakin penting. Rumah Sakit akan terpacu untuk memenuhi dan memberikan pelayanan sesuai dengan pedoman dan standar st andar yang ditetapkan sehingga mutu pelayanan pun dapat dipertanggung-jawabkan. Undang undang No.23/1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, sebagai penjabaran dariundangundang tersebut, salah satunya yaitu Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan
Medik
Nomor
HK.006.06.3.5.00788
Tahun
1995
tentang
PelaksanaanAkreditasi antara lain: 1.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengukuran yang diberikan kepada Rumah Sakit oleh badan yang berwenang (Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lain/KARS) karena telah memenuhi standard yang telah ditentukan.
2.
Khusus untuk akreditasi pelayanan laboratorium Klinik Rumah Sakit agar memenuhi standard dan kriteria yang telah ditetapkan, perlu adanya petugas pengelola laboratorium yang terlatih manajemennya, teknis pelayanan yang sistematis dengan petugas yang professional sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam skala internasional, akreditasi laboratorium yang menggunakan standard ISO/IEC Guide 17025:1999 untuk laboratorium penguji, dan ISO 15189:2003 untuk laboratorium medis/klinis, juga mewajibkan laboratorium mengikuti Uji Profisiensi. Uji Profesiensi adalah “penentuan unjuk kerja penguji laboratorium dengan cara membandingkan” atau“determination of laboratory testingperformance by means of interlaboratory comparisons” yang tertuang dalam ISO Guide 43:1997,( Proficiency testing by interlaboratory comparisons). Salah
satu
program
pengendalian
mutu
laboratorium
adalah
pemantapan mutu laboratorium intra laboratorium (pemantapan mutu internal). Tujuan pelaksanaan pemantapan mutu internal laboratorium adalah mengendalikan
hasil
pemeriksaan
laboratorium
tiap
hari
dan
untuk
mengetahui penyimpangan hasil laboratorium untuk segera diperbaiki. Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium antara lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat, kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium
akan
mudah
melaksanakan
pengawasan
terhadap
hasil
laboratorium. Kepercayaan yang tinggi terhadap hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moril karyawan yang akan akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut (PATELKI,2006). Masyarakat pengguna jasa laboratorium klinik, baik dokter maupun pasien, kadangkala bertanya tentang cara memilih laboratorium yang selain bekerja cepat dan tepat waktu, hasilnya pun dapat dipercaya. Masalah saat ini bahwa kesadaran dalam melaksanakan pemantapan kualitas masih terbatas pada keikutsertaan dalam program pemantapan mutu eksternal, dan belum seluruhnya melakukan pemantapan mutu internal laboratorium (HKKI & PDS PATKLIN, 1995).
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
masih belum diketahui
bagaimana pelaksanaannya di masing - masing Laboratorium Klinik di kota Banjarbaru. Menurut pendapat beberapa dokter umum pengguna jasa laboratorium Rumah Sakit di Banjarbaru , mereka kadang meragukan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium tertentu, sehingga tidak jarang untuk meminta pemeriksaan ulang terhadap pemeriksaan tersebut atau melakukan cross check pada laboratorium lainnya. Menurut beberapa pengguna jasa yang telah menggunakan pelayanan laboratorium swasta, kadang mereka tidak puas dengan hasil pemeriksaan laboratorium karena tidak jarang mereka diminta oleh dokter bersangkutan untuk melakukan pemeriksaan lagi pada laboratorium yang dianggap lebih baik. Untuk dapat meyakinkan bahwa laboratorium memiliki kemampuan teknis dalam menghasilkan data hasil uji yang akurat dan handal sehingga memberikan kepercayaan pada pengguna jasa, laboratorium klinik swasta sebaiknya mampu menetapkan manajemen mutu laboratorium sebagai hasil analisis laboratorium yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu kegiatan terpenting dalam meningkatkan mutu laboratorium yaitu dengan melakukan pemantapan mutu, istilah pemantapan mutu merupakan pembakuan dari quality control. Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analit ik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.
B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kendali mutu dalam pra analitik ? 2. Apa saja pedoman yang terkait dengan kegiatan pra analitik? 3. Bagaimana prosedur pengambilan spesimen? 4. Apa saja SOP yang terkait dengan kegiatan pra analitik ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui kendali mutu dalam pra analitik 2. Untuk mengetahui adanya pedoman yang terkait dengan kegiatan pra analitik 3. Untuk mengetahui prosedur pengambilan spesimen 4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya SOP yang terkait dengan kegiatan pra analitik
D. Manfaat 1. Bagi Instansi Terkait Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan laboratorium. 2. Bagi Mahasiswa Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi tentang mutu dan kualitas pelyanan laboratorium yang baik dan benar.
BAB II PROFIL LABORATORIUM A. SEJARAH INSTANSI Nama Perusahaan / Pemrakarsa
: RSU Mawar Banjarbaru
Jenis Badan Hukum
: CV. PANASEA MAWAR
Alamat Perusahaan / Pemrakarsa
: Jl. Panglima Batur No.52 Banjarbaru
Nomor Telepon
: 0511- 4780717
Nomor Fax
: 0511- 4774152
Status Pemodalan
: Milik Perseorangan
Bidang Usaha dan atau kegiatan
: Jasa Pelayanan Kesehatan
Penanggung Jawab / Direktur
: Dr.Suwandi Yapari, MARS
Rumah Sakit Umum “Mawar” Kota Banjarbaru sebelumnya berstatus Klinik Bersalin Dan Perawatan Anak “Mawar” Kota Banjarbaru yang didirikan sekitar Bulan Desember 2005 menempati lahan seluas 1.647,4 m 2. Nama Pekerja pada saat itu adalah H. Mawardi sekaligus juga sebagai pemilik. Beroperasional pada Tanggal 13 April 2007. Pada tahap pertama (untuk kegiatan klinik) pembangunan gedung dilakukan di lahan yang sudah dibebaskan seluas 857 m2 dengan konstruksi 2 (dua) lantai. Fasilitas gedung antara lain 20 buah kamar perawatan dengan 20 tempat tidur, dengan rincian sebagai berikut : 1. 12 kamar tidur VIP, dengan 12 tempat tidur. 2. 8 kamar tidur Kelas, dengan 8 tempat tidur. 3. Fasilitas lainnya adalah :
Dapur & laundry
Laboratorium dan Apotek
Ruang Poliklinik (praktek dokter umum)
Ruang perawat jaga
Resepsionis (Pelayanan Administrasi Terpadu)
Ruang Tunggu
Kantor
Unit Gawat Darurat (UGD)
B. VISI DAN MISI LABORATORIUM
Visi laboratorium Panasea mawar adalah “Menjadi sarana pelayanan kesehatan yang profesional, berkualitas dan mengutamakan kepuasan pelanggan” Misi laboratorium Panasea mawar adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan upaya terpadu untuk menjaga kesehatan masyarakat b. Memberi pelayanan kesehatan profesional dengan menjunjung tinggi etika profesi
c. d. e. f.
Meningkatkan mutu dan standar pelayanan secara berkesinambungan Meningkatkan kompetensi SDM secara berkesinambungan Menciptakan lingkungan yang bersih, indah, aman dan nyaman Mendukung program kesehatanpemerintah
C. JENIS PELAYANAN LABORATORIUM
Hematologi : -
Hematologi Rutin ( Hb, Erg, Leuco, Dif, LED ) Hematologi lengkap ( + Trombo, Hct, dll ) Hemoglobin Eritrosit Leukosit Hitung jenis LED Trombosit Hematokrit
Golongan Darah : - ABO
Kimia Klinik Diabetes : - Glukosa puasa - Glukosa 2 J PP - Glukosa Sewaktu
Liver : -
SGPT SGOT Cholinesterase Gamma GT Alkali fosfatase Bilirubin Total Bilirubin direk Bilirubin Indirek Protein
- Albumin - Globulin
Lemak Darah : -
Kolesterol LDL HDL Trigliseride
Jantung : - EKG
Ginjal : - Asam Urat - BUN / Urea - Kreatinin
Imunologi Hepatitis : - HbsAg dg Card/Stik - Anti HBs
Urinalisa : - Urin rutin
Analisa Feses : - Feses rutin
Infeksi : - Dengue IgM + IgM card - Widal - Malaria
BAB III METODE SURVEI 1. Subjek Yang dimaksud subyek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran ( Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun subyek penelitian dalam observasi ini adalah kegiatan pra analitik yang dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Mawar. 2. Instrumen Instrumen yang digunakan dalam survei adalah kuesioner dan wawancara 3. Responden Responden dalam survei ini adalah Analis kesehatan tet ap yang bekerja di Laboratorium Rumah Sakit Mawar. 4. Tempat dan Waktu Survei Survei dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Mawar. Waktu survei pada tanggal 26 september 2014.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Laboratorium Panasea Mawar pada tanggal 26 september 2014. Diperoleh hasil sebagai berikut : No
Kegiatan Pra analitik
Katalog 1.
pemeriksaan
yang
Hasil
berisi
informasi persyaratan pasien dan jenis spesimen
2.
3.
4.
Tidak ada katalog pemeriksaan yang memuat informasi tersebut, yang ada hanya
formulir
jenis
pemeriksaan.
SOP penanganan spesimen
Tidak ada.
Pedoman yang terkait dengan persiapan
Tidak ada pedoman baku dan tertulis
pasien, prosedur pengambilan spesimen hanya informasi lisan dari tenaga Analis dan persyaratan spesimen yang benar .
kesehatan.
Wadah
Hanya ada untuk spesimen tertentu saja.
khusus
untuk
setiap
jenis
spesimen Dilakukan
5.
permintaan
Pedoman Penyimpanan spesimen
sesuai
penyimpanan
dengan
jenis
spesimen
spesimen
dan
pemeriksaan yang dilakukan. Tetapi tidak
ada
pedoman
penyimpanan
spesimen secara tertulis. Dilakukan rujukan ke Laboratorium 6.
Pengiriman spesimen
lain, untuk jenis pemeriksaan yang tidak tersedia.
B. PEMBAHASAN Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan
pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. Pra analitik merupakan tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat menentukan
kualitas
sampel
yang
nantinya
akan
dihasilkan
dan
mempengaruhi proses kerja berikutnya. Yang termasuk dalam tahap Pra Analitik meliputi Kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan terhadap proses persiapan sampel sampai sampel selesai dikerjakan.
a) Persiapan pasien Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter mere ncanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien atau saat pasien datang ke Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan. Dokter dibantu oleh tenaga Analis kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tenaga Analis kurang memberikan informasi secara len gkap
tentang persyaratan dan persiapan yang harus dilakukan oleh pasien sebelum melakukan pemeriksaan. Tidak ada katalog yang berisi informasi persyaratan pasien dan jenis spesimen yang diperlukan. Sehingga kemungkinan kesalahan pada tahap selanjutnya akan menjadi lebih besar. b) Persiapan pengambilan dan penyimpanan spesimen Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
Volume mencukupi
Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum pengambilan spesimen, form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Identitas harus ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.Berikan pertanyaan tentang persiapan apa yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa,serta mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Dilakukan pencatatan apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa, tidak ada pedoman khusus yang terkait dengan persiapan pasien, prosedur pengambilan spesimen dan persyaratan spesimen yang benar. Kegiatan yang berkaitan dengan prosedur pengambilan spesimen dan penyimpanan spesimen hanya berdasarkan kebiasaan yang telah dilakukan sebelumnya.
c) Peralatan dan Antikoagulan
Peralatan Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
bersih, kering
tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
sekali pakai buang (disposable)
steril (terutama untuk kultur kuman)
tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat , ukuran sesuai dengan volume spesimen
Antikoagulan Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah.
Jenis
antikoagulan
yang
dipergunakan
harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat. d) Pengambilan spesimen Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen :
Teknik atau cara pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung
Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut : o
Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
o
Setelah jarum dilepaskan , darah dialirkan lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
o
Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik.
o
Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keraskeras agar tidak hemolisis.
Menampung spesimen urin o
Wadah yang digunakan harus bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar
o
Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.
o
Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :
Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.
Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing.
Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.
Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.
Menampung spesimen tinja
o
Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan.
o
Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan tidak ada pedoman baku dan tertulis, tenaga Analis kesehatan hanya menggunakan pengetahuan pribadi dalam melakukan pengambilan spesimen. Agar spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti SOP yang benar. Dengan tidak adanya SOP tentu akan mempengaruhi kualitas spesimen sehingga hasi pemeriksaan kurang terjamin.
e) Penyimpanan spesimen
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen
akan dikirim ke laboratorium lain
Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya
Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
Memberi bahan pengawet pada spesimen sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukankan, responden menyatakan bahwa proses penyimpanan spesimen yang dilakukan sudah sesuai dengan jenis spesimen dan pemeriksaan yang dilakukan. Akan tetapi pedoman penyimpanan spesimen ini tidak terlampir secara tertulis. Pedoman ini hanya dijabarkan secara lisan oleh petugas kepada petugas lain. Hal ini akan menyulitkan bagi petugas
yang baru bergabung dengan laboratorium karena
pekerjaan petugas ini akan sangat tergantung dengan apa yang dijabarkan oleh petugas senior. Sedangkan penjabaran ini bersifat subjektif dan persepsi setiap petugas mungkin saja berbeda. Hal ini akan mengakibatkan pedoman yang tesusun sejak awal
akhirnya mengalami pergeseran makna dari makna awal.
Akan lebih baik lagi jika pelaksanaan penyimpanan spesimen di laboratorium ditunjang dengan adanya pedoman penyimpanan spesimen
tertulis sehingga
kualitas dan mutu spesimen dapat terjamin.
f) Pengiriman spesimen ke laboratorium Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang
.Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
PPT / APTT memanjang.
Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
Perkembangbiakan bakteri
Penundaan pengiriman sampel urine, seperti unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.
Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.
Jamur akan berkembang biak
Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu
yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.s
Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
Di Labaroratorium ini dilakukan rujukan ke Laboratorium lain, untuk jenis pemeriksaan yang tidak tersedia.Spesimen yang dikirim hanya dilakukan perlakuan dengan mencocokan bahan pengawet berupa antikoagulan dengan jenis pemeriksaan. Wadah yang digunakan berupa tabung vacuntainer yang sudah terisi dengan antikoagulan tertentu.,
Dalam proses pra-analitik ada beberapa pihak yang terlibat yaitu pasien, dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka semua berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami pentingnya tahap pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konsekuensi
mereka
untuk
hasil
pemeriksaan.
Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau media lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP mengenai pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut harus ditinjau ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan prosedur untuk penanganan
spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan atau penolakan spesimen).
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN Pengendalian mutu pra analitik mencakup semua tahapan sebelum pemeriksaan laboratorium. Kegiatan pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan dan penangan spesimen atau bahan pemeriksaan. Dari keseluruhan proses tersebut, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki Laboratorium Klinik Panasea Mawar diantaranya adalah penyediaan katalog pemeriksaaan, SOP, pedoman-pedoman serta khusus. SARAN