ii
1
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Keimanan dan Ketakwaan".
Makalah ini dibuat dan diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah pendidikan agama Islam. Berhubungan dengan pembuatan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan membimbing penulisan ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:
Dra. Rosita Adiani selaku dosen pendidikan agama Islam yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun makalah ini.
Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan berupa dukungan moril dan materi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca terhadap penulis akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ilmiah ini di masa yang akan datang.
Jakarta, 24 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Metode Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Iman 3
2.2 Proses Terbentuknya Iman 3
2.3 Tanda–tanda Orang Beriman 5
2.4 Korelasi Keimanan dan Ketakwaan 6
2.5 Implementasi Iman dan Takwa 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iman adalah kata yang umum didengar dalam pendidikan agama islam. Bahkan mungkin, pelajaran pendidikan agama islam yang pertama kali kita dengar adalah tentang keimanan. Tetapi apa sebenarnya iman itu? Sudahkah kita memahami dan mengaplikasikannya? Hal ini tentu menarik untuk dibahas secara lebih lanjut karena ajaran agama islam bermula dari keimanan.
Tak hanya itu, keimanan juga erat kaitannya dengan ketakwaan. Mempelajari keimanan akan selalu beriringan dengan mempelajari ketakwaan. Jika keimanan seseorang bertambah begitu juga dengan ketawaannya, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, memperkuat keimanan adalah suatu keharusan bagi seorang muslim.
Besar kecilnya keimanan seseorang pada dasarnya hanya orang tersebut yang mengetahuinya. Tetapi, ada beberapa ciri-ciri yang dapat diketahui seberapa besar keimanan seseorang tersebut. Tak hanya itu, proses terbentuknya iman yang ada pada seseorang juga dapat diamati dan dipelajari sebagai acuan seberapa besar keiman yang ada pada diri kita sendiri.
Keimanan dan ketakwaan perlu dipelajari dengan mendalam untuk menjaga kita dari pikiran, perkataan, atau perbuatan yang dapat membuat kita melanggar ajaran Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses terbentuknya iman ?
Apakah tanda – tanda orang beriman ?
Bagaimana implementasi imtaq dalam kehidupan modern ?
Bagaimana fungsi akal dan wahyu dalam mengenal Tuhan,baik dan buruk, dan kewajiban berbuat baik dan meninggalkan yang buruk?
Bagaimana peran akal dalam mengembangkan pemikiran keagamaan?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Sebagai bahan kajian yang dapat memberikan informasi tentang iman dan takwa serta bagaimana meningkatkan keimanan serta ketakwaan tersebut.
1.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini kami meneliti dengan menggunakan suatu metode yaitu, metode deskriptif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Iman
Iman berasal dari kata kerja bahasa Arab amina-ya'manuamanan yang berarti percaya. Taqwa yang berasal dari kata waqa artinya memelihara sesuatu. Oleh karena itu, iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang sesuai dengan ajaran Allah. Walaupun, dalam kesehariannya tidak mencermikan ketaatan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya masih disebut beriman.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup.
Akidah islam dalam Al-Qur'an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya. Oleh karena itu, orang yang mengimani aqidah islam akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum islam.
2.2 Proses Terbentuknya Iman
Proses terbentuknya iman dimulai pada saat seseorang masih dalam kandungan. Dalam hal ini. Nabi Muhammad SAW bersabda, " Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.". Oleh karena itu, keimanan seorang anak ditentukan oleh orang tuanya. Tak hanya itu, perilaku orang tua dirumah jugalah menjadikan anak tersebut berperilaku baik atau buruk.
Proses pembentukan iman diawali dengan proses perkenalan yaitu, mengenal serta mengetahui bagaimana ajaran Allah. Karena tidak mungkin seseorang dapat beriman kepada Allah tanpa terlebih dahulu mengenal dan mengetahui ajaran Allah. setelah mengenal dan mengetahui ajaran Allah harus dilakukan proses pembiasan agar dapat melaksanakan ajaran Allah dengan senang, ikhalas, dan benar.
Dalam mewujudkan proses terbentuknya iman dalam diri seseorang, maka harus mengikuti prinsip - prinsip sebagai berikut:
Prinsip Pembinaan Berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menrus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, penting mengarahkan proses motivasi, agar dapat membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif dalam menghadapi nilai–nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
Prinsip Internalisasi dan Individuasi
Iman akan lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila seseorang dapat menghayatinya melalui peristiwa internalisasi, yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya, dan individuasi yakni usaha menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya. Oleh karena itu, dengan merasakan pengalaman tersebut akan terjadi kristalisasi nilai iman dalam diri seseorang.
Prinsip Sosialisasi
Tingkah laku seseorang akan dikatakan teruji secara tuntas apabila sudah diterima secara sosial. Seseorang akan dikatakan beriman, apabila akhlak nya dapat diterima oleh masyarakat sekitar.
Prinsip Konsistensi dan Koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.
Prinsip Integrasi
Agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah – pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, Dalam kaitan problematika kehidupan yang nyata.
2.3 Tanda–tanda Orang Beriman
Al- Qur'an menjelaskan tanda – tanda orang beriman sebagai berikut :
Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar. Jika dibacakan ayat Al-Qur'an, maka bergejolak hatinya. Berusaha memahami ayat yang tidak diketahui dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas darinya.
Senantiasa tawakal, bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa agar tetap hidup dengan ajaran Allah.
Menafkahkan rezeki yang diterimanya.
Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
Memelihara amanah dan menepati janji.
Bersungguh – sungguh dalam menegakkan ajaran Allah dan suka menolong.
Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.
Akidah islam sebagai keyakinanyang membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A'la Maududi menyebutkan tanda orang yang beriman sebagai berikut :
Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
Jujur dan adil.
Tidak murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, dan optimisme.
Mempunyai sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko bahkan tidak takut pada maut.
Mempunyai sikap hidup damai.
Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.
2.4 Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah (tauhid) dibagi menjadi dua yaitu Tauhid Teoritis (tauhid rububiyyah) dan Tauhid Praktis (tauhid uluhiyyah). Tauhid Teoritis adalah tauhid yang membahas tentang Keesaan Zat, Keesaan Sifat, dan Keesaan perbuatan Tuhan. Dengan demikian, didapatkan konsekuensi logis Tauhid Teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua Wujud.
Tauhid Praktis adalah Tauhid Ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid Praktis merupakan terapan Tauhid Teoritis. Tauhid praktis atau Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan Tauhid yang sempurna adalah Tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan kehidupan sehari–hari. Dalam menegakkan Tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu, seseorang baru dikatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu alla ilaaha illallah, (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya.
2.5 Implementasi Iman dan Takwa
Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Berbagai problematika datang dalam kehidupan ini. Hal ini dikarenakan wawasan ilmu yang salah. Karena ilmu merupakan roh yang meneggakan dan mewarnai budaya. Hal itulah yang menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan. Karena apabila kita tidak dapat memfilter hal tersebut, maka akan melahirkan resiko yang besar. Untuk itu, iman dan takwa mampu berperan dalam menyelesaikan problem dan tantangan kehidupan modern ini.
2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Masalah dan Tantangan Kehidupan Modern
Beberapa peran dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan pada benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuasaan Allah. Karena jika Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satupun kekuataan yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, tidak ada satupun kekuaatan yang sanggup menahannya. Oleh karena itulah, iman mampu menghilangkan kepercayaan terhadap dewa-dewa, manusia yang memiliki kekuasaan, serta benda-benda keramat. Orang beriman selalu mengikuti perintah Allah yang terdapat dalam surah Al-Fatihah ayat 1-7.
Iman menanamkan semangat berani mengahadapkan maut
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ada di tangan Allah dan hanya Allah yang dapat menghidupkan dan mematikan seseorang.
"Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?" (Q.S An-Nisa: 78)
Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Dalam mencari rezeki kadang-kadang manusia rela melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, serta memperbudak diri. Hal tersebut semata-mata hanya ingin mendaptakan materi di muka bumi ini. Orang yang beriman tidak akan melakukan hal tersebut karena ia percaya bahwa Allah memberikan rezeki kepada semua umatnya.
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang member rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhmahfuzh)." (Q.S Hud: 6)
Iman memberikan ketentraman jiwa
Orang yang beriman jika tertimpa malapetaka, ia akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memiliki rahmat. Dengan demikian ketenangan akan meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do'anya, meneguhkan hatinya, dan memberikan kemenangan.
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Q.S Ar-Ra'd: 28)
Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatantayibbah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik.
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh nyaakan Kami berikan kepada-Nya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S An-Nahl: 97)
Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah
"Katakanlah:"sesungguhnyas halatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam." (Q.S Al-An'am:162)
Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbingnya dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki.
"Mereka itulah yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S Al-Baqarah :5)
Iman mecegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia. Oleh karena itulah, orang–orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga, orang yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang sesuai dengan ajaran Allah. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan yang diyakininya.
Proses terbentuknya iman dimulai sejak masih dalam kandungan. Tetapi, pengajaran iman dapat dimulai sejak masih kanak kanak dimulai dengan mengenalkan, mengetahui, dan membiasakan ajaran Allah tentang keimanan dan ketakwaan.
Tanda-tanda orang beriman dan ketakwaan dapat dilihat berdasarkan tingkah laku orang tersebut dalam kehidupan sehari hari. Dalam implementasi kehidupan, keimanan dan ketakwaan dapat menuntun kita dalam memecahkan masalah dalam hidup dan menuntun kita memisahkan mana yang baik dan buruk.
3.2 Saran
Keimanan dan ketakwaan tidak ada dengan sendirinya. Semuanya harus diajarkan dan dipelajari. Karena itulah, peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan kedua hal tersebut.
Tak hanya itu, kita juga harus senantiasa memperkaya keiman dan ketakwaan kita dengan terus belajar dan berbuat baik. Karena hal itu dapat membantu kita menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Syamsuddin, dkk. 2013. Islam Universal Menebar Islam sebagai Agama Rahmatan Lil'Alamiin. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.
Zamawi, Somad, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Universitas Trisakti.