BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sprain dan strain merupakan bentuk cidera pada system musculoskeletal. Meskipun ini merupakan dua kata yang dapat dipertukarkan dalam penggunaannya, sprain dan strain merupakan dua tipe cidera yang berbeda. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki. Sedangkan Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulotendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strai n otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan penggunaan
berlebihan atau tekanan berulang-ulang, berulang-ulang,
menghasilkan tendonitis
(peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada bahuny bahunyaa sebagai hasil tekanan tekanan yang yang terus-menerus Bari Bari servis yang berulang-ulang. B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sprain dan strain? 2. Apa saja etiologi dari sprain dan strain? 3. Bagaimana tanda dan gejala sprain dan strain? 3. Menjelaskan patofisiologi dari sprain dan strain? 4. Apa saja klasifikasi sprain dan strain? 5. Apa saja komplikasi dari sprain dan strain? 6. Menjelaskan penatalaksanaan dari sprain dan strain? 7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari sprain dan strain? 1
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari sprain dan strain? 2. Mengetahui etiologi dari sprain dan strain? 3. Mengetahui tanda dan gejala sprain dan strain? 4. Mengetahui patofisiologi dari sprain dan strain? 5. Mengetahui klasifikasi sprain dan strain? 6. Mengetahui komplikasi dari sprain dan strain? 7. Mengetahui penatalaksanaan dari sprain dan strain? 8. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari sprain dan strain?
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi
Sprain adalah cedera struktur ligament disekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar. Fungsi ligament merupakan stabilitas, namun masih memungkinkan mobilitas. Ligament yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan menimbulkan edema, sendi terasa nyeri tekan, dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. (brunner & suddarth, 2001) Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan . Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulotendinous (otot dan tendo) (Wahid, 2013, hal.61)
2.2 Etiologi
Beberapa faktor sebagai penyebab sprain : 1. Terjatuh atau kecelakan Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringan ligamen mengalami sprain. 2. Pukulan Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan menyebabkan sprain. 3. Tidak melakukan pemanasan Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan. Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur. Etiologi dari strain: 1. Pada strain akut Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak. 2. Pada strain kronis Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan / t ekanan berulangulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang mungkin timbul karena keseleo (sprain) meliputi : 1. Nyeri lokal (Khususnya pada saat menggerakkan sendi) 3
2. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi 3. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera) 4. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya. Tanda dan gejala strain meliputi: 1. Nyeri yang akut dan sepintas (mialgia) 2. Bunyi menyentak (klek) 3. Pembengkakan yang cepat dan dapat berlanjut selama 72 jam. 4. Fungsi yang terbatas 5. Otot yang terasa nyeri ketika ditekan (ketika rasa nyeri yang hebat sudah mereda) 6. Ekimosis (sesudah beberapa hari kemudian) 7. Kekakuan 8. Rasa pegal 9. Nyeri tekan yang menyeluruh
2.4 Patofisiologi
Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan Jaya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan. Sedangkan Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Moscule strain atau tarikan otot atau robekan otot yang dapat menyebabkan kerusakan otot atau tendo bisa disebabkan aktivitas harian, Wujud kerusakan otot dapat berupa robekan sebagian atau keseluruhan otot atau tendo serta kerusakan pada pembuluh darah kecil,akan menyebabkan perdarahan lokal(memar)dan rasa nyeri akibat ujung saraf di lokasi trauma.
4
2.5 Klasifikasi
Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat r ingannya cidera. 1. Derajat I (ringan) Berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau ligament. Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas. 2. Derajat II (sedang) Berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung. Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang cidera. 3. Derajat III (berat) Berupa kerobekan penuh pada otot dan ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi. Terapi derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
2.6 Komplikasi
Komplikasi Sprain meliputi: 1. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurnah sehungga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya (jika diperlikan). 2. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang,yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan). Komplikasi strain yang mungkin terdapat meliputi: 1. Ruptura total otot yang memerlukan perbaikan melalui pembedahan. 2. Miositis osifikan (inflamasi krnis dengan endapan menyerupai tulang) akibat klasifikasi jaringan parut (koplikasi lanjut).
2.7 Penatalaksanaan
Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu 1. Rest (istirahat) Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin.Jangan menaruh beban pada tempat yang
cedera
selama
48
jam.
Dapat 5
digunakan
alat
bantu
seperti
crutch
(penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera. 2. Ice (es) Letakkan
es
yang
sudah
dihancurkan
kedalam
kantung
plastik
atau
semacamnya.Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena dingin. 3. Compression (penekanan) Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan penekanan pada daerah yang cedera.Penekanan dapat dilakukan dengan perban elastik.Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung. 4. Elevation (peninggian) Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada lebih tinggi daripada jantung.Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki l ebih tinggi daripada jantung.Tujuan daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat dikurangi.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur 2. Stress radiography untuk memfisualisasi cedera ketika bagian tersebut digerakkan 3. Artroskopy (pembedahan lubang kunci) adalah prosedur pembedahan lutut untuk memperbaiki dan mengganti meniskus (cakram bentuk C yang melindungi lutut) yang rusak.
2.9 Asuhan keperawatan
1. Pengkajian a. Identitas pasien b. Keluhan Utama. Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon. c. Riwayat Kesehatan d. Riwayat penyakit sekarang ü Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga. ü Daerah mana yang mengalami trauma. 6
ü Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan. e. Riwayat Penyakit Dahulu. Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya f. Riwayat Penyakit Keluarga. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini. g. Pemeriksaan Fisik. ü Inspeksi : Kelemahan, Edema, Perdarahan perubahan warna kulit, Ketidakmampuan menggunakan sendi. ü Palpasi : Mati rasa ü Auskultasi ü Perkusi h.
Pemeriksaan Penunjang
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan patah tulang. 2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri. b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon. c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi) d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan program pengobatan . 3.
Intervensi Keperawatan .
a.
Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan terkontrol. Kriteria Hasil :
ü Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol. ü Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan. ü Mengikuti program farmakologis yang diresepkan. ü Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program control nyeri. Intervensi : INTERVENSI
RASIONAL
Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi
Membantu
dan intensitas( skala 0-10). Catat
kebutuhan
dalam managemen
keefektifan program. 7
menentukan nyeri
dan
factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. Pertahankan immobilisasi bagian
Menghilangkan nyeri dan mencegah
yang sakit dengan tirah baring, gips,
kesalahan posisi tulang / tegangan
pembebat.
jaringan yang cedera.
Tinggikan bagian ekstremitas yang
Meningkatkan
sakit.
aliran
balik
vena,
menurunkan edema, dan menurunkan nyeri.
Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
Membantu ansietas,
untuk
pasien
kebutuhan
menghilangkan
dapat
untuk
merasakan
menghilangkan
pengalaman kecelakaan. Libatkan dalam aktifitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
Kolaborasi : Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan.
Menurunkan edema / pembentukan
Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgesik non narkotik.
hematoma, menurunkan sensasi nyeri. Untuk menurunkan nyeri dan atau spasme otot.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik. Kriteria Hasil : ü Mempertahankan fungsi posisi. ü Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh. ü Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas. Intervensi : INTERVENSI
RASIONAL
8
Kaji tingkat mobilitas yang masih dapat dilakukan klien.
Membantu dalam menentukan kebutuhan bantuan mobilitas yang akan diberikan dan keefektifan program. Meningkatlan aliran darah ke otot dan tulang
Instruksikan klien / bantu dalam rentang gerak klien /
untuk
meningkatkan
tonus
otot,
mempertahankan gerak sendi.
aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.
Bantu atau dorong perawatan diri
/
kebersihan
Menghindari terjadinya cederaberulang.
(seperti
mandi). Berikan aman,
lingkungan
misalnya
yang
menaikkan
kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet, peggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat. c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri Kriteria Hasil : ü Klien mendiskusikan cedera dan dampaknya dalam hidup. ü Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Intervensi : INTERVENSI Sokong
penggunaan
RASIONAL mekanisme
penyelesaian masalah.
Penghentian mendadak rutinitas dan rencana
memerlukan
mekanisme
penyelesaian masalah. Libatkan orang yang berarti dan layanan pendukung bila dibutuhkan
Orang lain dapat membentu pasien mengenai aktivitas hidup sehari-hari.
dan perlu. Rasa harga diri dapat ditingkatkan dengan aktivitas perawatan diri. 9
Dorong aktivitas
partisipasi hidup
aktiv
dalam
sehari-hari
dalam
batasan terapeutik.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan program pengobatan. Tujuan : setelah dilakuakn intevensi keperawatan klien dapat mengetahui tentang penyakitnya dan mengetahui tentang program pengobatan.
Kriteria Hasil : ü Menujukkan pemahaman akan proses penyakit. ü Ikut serta dalam program pengobatan dan memuali gaya hidup yang diperlukan. Intervensi : INTERVENSI
RASIONAL
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat membuat
pilihan. Beriakan informasi mengenai terapi obat –
Meningkatkan pemahaman dan
obatan ,intreraksi,efek samping ,dan
meningkatkan kerja sama dalam
pentingnya ketaatan program
penyembuhan
atau
dan
mengurangi resiko komplikasi. Dorong periode istrahat adekuat dengan aktivitas yang terjadwal.
Mencegah kepenatan,menghemat energy
dan
meningkatkan
penyembuhan. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik
Keuntungan
dari
terapi
obat-
obatan tergantung dari ketepatan Berikan informasi mengenai alat
dosis
bantu,misalnya tongkat,palang keamanan,tempat duduk toilet yang bias di naikkan .
Mengurangi
paksaan
untuk
menggunakan
tulang
dan
memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang di butuhkan atau di inginkan . 10
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan Jaya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan. Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot, ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut clan menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah clan kapiler dalam jaringan yang sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan. 3.2 Saran
Diharapkan makalah dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa tentang toeri sprain dan strain serta asuhan keperawatan pada sprain dan strain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Abdul. (2013) Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem Muskoloskeletal.TIM: JakartaDongoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III. Jakarta : EGC Ns,,Lukman,S.Kep., MM & Nurna ningsih S.kp. 2009. Askep Pada Klien Dengan Gangguan System Musculoskeletal. Jakarta: salemba medika. Suratun, SKM,dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Brunner dan Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: EGC https://www.scribd.com/document/45631202/Askep-Strain-Dan-Sprain
12