MAKALAH KASUS 1 KEPERAWATAN KOMUNITAS DETERMINANT OF HEALTH, LEVEL OF PREVENTION, DAN DEMOGRAPHY
Oleh : Tutor 4
Nanda Andriana
220110090014
Anisa Nevia Apriyani
220110090023
Sinta Wijayanti
220110090024
Erita Yunistisia Rosdani
220110090039
Vinda Dwi Oktoviyanda
220110090064
Gina Mandasari
220110090071
Khoirunnisa Ahmad
220110090075
Elly R K
220110090078
Hinin Wasilah Wasilah
220110090081
Sandra Putri
220110090090
Tiktik Tasyrikah
220110090097
Yolanda Viora S
220110090109 220110090 109
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011
Kasus 1 DETERMINANT O F HEALTH, LEVEL O F PREVENTION, DEMOGRAPHY
Masyarakat di RW 14 Kel. Y terdiri dari 525 jiwa penduduk yang terdiri dari dari 250 orang laki laki dan 275 orang perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut 58 % (303) orang termasuk pada usia produktif ( 15 ± 49 ) tahun, bayi dan balita 15 %, usia 614 tahun 12 %, dan usia lansia 15 %. Crude Birth Rate (CBR) 1,7 %, Crude Death Rate (CDR) 1,3% pada pertengahan tahun berjalan. 48 % termasuk pada kategori keluarga miskin. Tingkat pendidikan penduduk usia produktif : 14 % tidak sekolah sama sekali, 50 % tamat SD, 22% tamat SMP, 10 % tamat SMA, dan sisanya tamt perguruan tinggi. Mata pencaharian penduduk sebagian buruh tani 50%, wiraswasta 20%, PNS 10%, tidak bekerja 20 %. Usia harapan penduduk 68 tahun. Sebagian penduduk (90%) memiliki rumah semi permanen, dan 9 % rumah tidak permanen. 57 % menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih dan juga untuk mandi cuci kakus.
Berdasarkan hasil pendataan, 20 % mengalami ISPA, 15 % diare, 10 % hipertensi, dan 2 % mengalami kelumpuhan akibat rematik. Sebanyak 60 % penderita hipertensi memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Masyarakat sudah sepakat untuk mengadakan kegiatan jumat bersih setiap minggunya untuk menjaga kebersihan. Untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia dilaksanakan kegiatan pemeriksaan, tekanan darah secara rutin setiap bulan oleh tenaga kesehatan. Untuk masyarakat yang telah mengalami kelumpuhan akibat rematik, pasif dirumah pasien secara teratur.
petugas kesehatan melakukan melakukan latihan gerak
Kasus 1 DETERMINANT O F HEALTH, LEVEL O F PREVENTION, DEMOGRAPHY
Masyarakat di RW 14 Kel. Y terdiri dari 525 jiwa penduduk yang terdiri dari dari 250 orang laki laki dan 275 orang perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut 58 % (303) orang termasuk pada usia produktif ( 15 ± 49 ) tahun, bayi dan balita 15 %, usia 614 tahun 12 %, dan usia lansia 15 %. Crude Birth Rate (CBR) 1,7 %, Crude Death Rate (CDR) 1,3% pada pertengahan tahun berjalan. 48 % termasuk pada kategori keluarga miskin. Tingkat pendidikan penduduk usia produktif : 14 % tidak sekolah sama sekali, 50 % tamat SD, 22% tamat SMP, 10 % tamat SMA, dan sisanya tamt perguruan tinggi. Mata pencaharian penduduk sebagian buruh tani 50%, wiraswasta 20%, PNS 10%, tidak bekerja 20 %. Usia harapan penduduk 68 tahun. Sebagian penduduk (90%) memiliki rumah semi permanen, dan 9 % rumah tidak permanen. 57 % menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih dan juga untuk mandi cuci kakus.
Berdasarkan hasil pendataan, 20 % mengalami ISPA, 15 % diare, 10 % hipertensi, dan 2 % mengalami kelumpuhan akibat rematik. Sebanyak 60 % penderita hipertensi memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Masyarakat sudah sepakat untuk mengadakan kegiatan jumat bersih setiap minggunya untuk menjaga kebersihan. Untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia dilaksanakan kegiatan pemeriksaan, tekanan darah secara rutin setiap bulan oleh tenaga kesehatan. Untuk masyarakat yang telah mengalami kelumpuhan akibat rematik, pasif dirumah pasien secara teratur.
petugas kesehatan melakukan melakukan latihan gerak
STEP 1
1. Crude Birth Rate (CBR)
(Sinta)
-
Angka Kelahiran
(Vinda)
-
Angka Kelahiran Kasar
(Nanda)
2. Crude Death Rate (CDR)
(Erita)
-
(Vinda)
Angka rata-rata Kematian
3. Usia harapan hidup
(Vinda)
-
(Khoirunisa)
Rata-rata hidup sampai dengan usia tertentu.
STEP 2
1. Adakah upaya lain lain dari petugas kesehatan? kesehatan? (Gina) 2. Cara menghitung CBR dan CDR? (Nanda) 3. Tujun pendataan dan tindak lanjut setelah pendataan? (Putri) 4. Pemicu penyakit karena kebiasaan kerja, gaya hidup, atau apa? (Nevia) 5. Dampak positif dan negatif penggunaan air sungai? (Putri) 6. Efek signifikan dari pengobatan itu apa? ap a? Sudah terasa belum? (Kho irunisa) irunisa) 7. Pendidikan seperti apa yang akan diberikan kepada masyarakat? (Erita) 8. Tindakan pemerintah untuk menanggulangi kasus tersebut? (Yolanda) 9. Pencegahan ISPA dan Diare? Diare? (Sinta) 10. Perbedaan struktur dan keadaan rumah permanen dan semi permanen? (Yolanda) 11. Penyuluhan apa yang harus diberikan untuk mencegah penyebaran hipertensi kepada generasi selanjutnya? (Tiktik) 12. Status gizi masyarakat seperti apa?(Hinin) 13. Gaya hidup yang harus diajarkan kepada klien menengah kebawah? (Elly) 14. Sistem pengelolaan sampah yang baik seperti apa? (Elly) 15. Lapangan pekerjaan apa yang dapat diciptakan untuk mencegah kemiskinan? (Elly) 16. Tindakan untuk menyadarkan tentang pentingnya kesehatan? (Hinin) 17. Tahap-tahap untuk memperbaharui kondisi masyarakat seperti ini apa saja? Berapa lama waktu yang dibutuhkan? (Gina) 18. Tahap-tahap terjadinya masalah? (Elly)
STEP 3
1. (Vinda), Hipertensi: senam jantung sehat; Reumatik: olahraga secara teratur, sedikitsedikit. (Tiktik), Hipertensi (banyak faktor): penyuluhan mengenai status makanan sehat, aktivitas, dll. (Erita), penerapan dan penyuluhan PHBS. (Yolanda), pendekatan ke anak-anak mengenai PHBS. 2. (Vinda),
CBR=(Jumlah
yang
lahir:jumlah
penduduk)x100%,
CDR=(jumlah
kematian:jumlah penduduk)x100% 3. Tujuan: untuk melihat perkembangan masyarakat dari berbagai aspek (ekonomi, pendidikan, kesehatan). Tindak lanjut: untuk mencari solusi masalah dan pencegahan. 4. (Nanda, Sinta), Pemicu ISPA: sanitasi lingkungan tidak bersih; Pemicu Diare: sumber air kurang baik, makanan kurang sehat; Rematik: lingkungan yang buruk; Hipertensi: Pola hidup 5. (Nanda), dampak positif: pengairan sawah, sumber penghasilan(ikan), sumber listrik. (sinta), dampak negatif: penyebaran penyakit. 6. Bila dilakukan secara rutin akan menurunkan persentasi penyakit, mencegah banjir, dan menurunkan jumlah kuman. 7. (Elly, Gina, Hinin, Vinda), pembuatan jalan dari batu kerikil, olahraga, jalan, posisi angkat barang saat bekerja. 8. (Putri), Program GAKIN diefektifkan, Prosedur GAKIN harus mudah dan benar, Membuat air bersih. (Hinin), Anggaran kesehatan ditingkatkan. 9. (Khoirunisa), pengelolaan tempat pembuangan sampah (Yolanda), penyuluhan mengenai penggunaan air sungai y6ang benar, membangun toilet bersama, membangun rumah dengan memperhatikan ventilasi. (Putri), Antar rumah harus ada jarak, pe mbuatan sumur. 10. (Erita), Rumah permanen: rumah sendiri; Rumah semi permanen: rumah sewa.
(Khoirunisa), Rumah permanen: terbuat dari bata, lebih kokoh dan aman; rumah semi permanen: terbuat dari bilik atau kayu. 11. (Gina), pola makan, aktivitas, dan Olahraga. 12. (Yolanda), menengah kebawah p tinggi garam p Hipertensi. 13. (Nevia), cara memasak, sanitasi air, ganti sprei teratur, o lahraga, perawatan rumah. 14. (Khoirunisa), data perubahn kesehatan (grafik peningkatan dan penurunan penderita penyakit) (Tiktik), peningkatan pengetahuan tentang pentingnya KB. (Nanda), Angka status pendidikan. (Elly), Jumlah kepala keluarga dalam satu rumah. 15. (Putri), dikubur, dibakar. 16. (Gina), dipisahkan antara samapah organik dan nonorganikuntuk menciptakan lapangan pekerjaan. (Khoirunisa), sampah organik ditimbun, sampah no norganik diolah. (Yolanda), pemberian pelatihan tentang pengolahan sampah. (Nanda), sampah organik dikubur dengan beberapa meter kedalaman, dan dijadikan pupuk. 17. (erita), penyuluhan PHBS, penyuluhan makanan sehat, penyuluhan tentang pentingnya tong sampah. 18. (Nanda), pencegahan primer, sekunder dan tersier. (Vinda), pencegahan primer:pencegahan paling prioritas, lakukan pendekatan tentang pentingnya kesehatan; pencegahan sekunder: pengobatan penyakit; pencegahan tersier: pencegahan yang belum terjadi. (Elly), pencegahan primer: pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya suatu penyakit; pencegahan sekunder: dilakukan setelah terjadi penyakit tetapi belum parah; pencegahn tersier: dilakukan setelah terjadi penyakit dan sudah parah. 19. (Hinin), ekonomi yang rendah penyakit semakin berkembang.
p
pendidikan kurang
p
gaya hidup tidak sehat
p
STEP 4 dan STEP 5
1. Konsep keperawatan komunitas. 2. Pencarian komposisi penduduk berdasarkan usia. 3. Pencarian komposisi penduduk berdasrakan pendidikan. 4. Pencarian komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan. 5. Pencarian komposisi oenduduk berdasarkan penyakit. 6. Kepadatan penduduk. 7. Perhitungan pertambahan penduduk. 8. Dta statistik vital. 9. Morbiditas dan Mortalitas. 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. 11. Tindakan pencegahan (level of prevention). 12. Asuhan keperawatan komunitas.
STEP 6 ( SEL F STUDY )
STEP 7 ( REPORTING)
1. Determinant Of Health ( Penentu Kesehatan)
Faktor : 1. Gaya Hidup (perilaku) mempengaruhi tingkat kesehatan 2. Lingkungan dibagi menjadi 2 : yaitu Lingkungan Fisik (misalnya :air, sumber daya manusia ) dan sosial (misalnya : ke jiwaan yang buruk) 3. Pelayanan Kesehatan ada / tidak adanya temapt perawatan, pengelolaan fasilitas kesehatan 4. Genetik sasaran utama bayi, balita dengan cara mempertahankan status gizi (Vinda)
tambahan
5. Pekerjaan 6. Pendidikan
7. Budaya (Sinta) 8. Koping ( Baik / Buruk) 9. Perkembangan (Nevia) 10. Perilaku : konsumsi narkoba, pengelolaan sampah, jarak sampah ke lokasi tempat tinggal (Putri) 11. Contoh genetik : penyakit yang ditularkan 12. Contoh gaya hidup ; olahraga, konsumsi buah buahan bersih / tidak, obat obatan, zat pengawet (Nanda , Elly)
2. Level Of Prevention
1. Primer belum terkena (pendidikan kesehatan) 2. Sekunder untuk diagnose dini 3. Tersier untuk yang sudah terkena ( Khoirunnisa)
Level of prevention dibagi menjadi: 1. Prepatogenesis :
Primer : agar kesehatan lebih optimal ( personal hygiene, Pola Hidup Bersih dan Sehat ) 2. Patogenesis
Sekunder : pemeriksaan dini supaya t idak teradi komplikasi (ex : skrining kesehatan ) Tersier : supaya masyarakat sembuh dan tidak terkena lagi ( ex : Rehabilitasi, peningkatan fasilitas kesehatan, terapi okupasional ) ( Putri an Erita)
Tambahan
1. Primordial ( mencegah orang yang sehat supaya tidak sakit )
2. Primer ( beresiko) Contoh Tindakan Pendidikan kesehatan 3. Sekunder ( sudah terkena t api agar tidak komplikasi) tindakan adekuat ( Sinta) 4. Tersier ( sudah terkena dan komplikasi ) ( Vinda)
PRIMER : penyuluhan kesehatan seperti imunisasi, kb, konseling pernikahan ( Tiktik)
3. DEMOGRAPHY
Bisa dilihat melalui : 1. Kaji usia 2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Bahasa 6. Agama 7. Status perkawinan ( Nevia)
Demography adalah : ilmu tentang jumlah kelahiran , kematian dan penyakit
Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk dapat dilihat berdasarkan : Kelahiran, Migrasi, Penuaan (E lly)
Tambahan : selain itu dapat ditentukan berdasarkan -
Komposisi Penduduk
0-14 tahun usia belum produktif 15-64 tahun usia produktif -
Tempat tinggal : permanen, semipermanen, tidak permanen
-
Kesehatan : menular, tida menular
-
Agama
( Gina)
Demography
Ilmu yang mempelajari kepadatan penduduk Berdasarkan : 1. Fertilisasi 2. Kelahiran 3. Kematian 4. Kesakitan : angka insiden jumlah kasus baru, prevalensi, angka serangan 5. Migrasi (Putri)
Tambahan
-kepadatan penduduk -rumah -air -status kesehatan ( Khoirunnisa)
Penyebaran dan pertambahan penduduk Melalui 3 cara :
1. Bunga berganda : dilihat pertambahan tahun lalu dan tahun sekarang 2. Regresi linier : pertambahan penduduk dari tahun tahun sebelumnya 3. Penghalusan dari rumus energy linier
(Vinda)
Pertambahan penduduk
Alami, migrasi, total ( Nanda )
Angka kematian ibu dan anak neonates, post neonates, sebelum kehamilan, setelah melahirkan ( Vinda)
4. Pengkajian 1. Inti
a. Data inti ( Luas daerah, iklim, kebiasaan daerah tersebut) b. Vital statistic (CBR, CDR, Morbiditas, mortalitas) c. Data penyakit (ISPA, Diare) d. Keadaan sosial e. Pendidikan f. Kesehatan
2. Data Lingkungan
a. Rumah (sanitasi, bentuk Bangunan, atap, lantai, dll) b. Pelayanan kesehatan c. Agama d. Pemerintahan e. Sosial f. Transportasi g. Komunikasi h. Hiburan i.
Letak daerah
j.
Komposisi penduduk
k. Tingkat pendidikan
3. Penapisan Masalah
Sumber, penilaian perawat
4. Analisa Data (dari prosentasi yang ada) 5. Masalah ( Hasil dari analisa) 6. Diagnosa Keperawatan komunitas
7. Tujuan -
Kolom masalah
-
Data Objektif
-
Data Subjektif 8. Intervensi (Nevia)
A. Determinant of Health Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Artinya bahwa didalam pelaksanaan pembangunan kesehatan tentunya kita senantiasa memperhatikan hal-hal tersebut termasuk didalamnya adalah upaya yang melakukan pendekatan dan interpensi terutama pada faktor pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan. 1) Faktor genetik atau keturunan Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua. Penyakit atau kelainan-kelainan tertentu seperti diabetes militus, buta warna, albino, atau yang lainnya, bisa diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya atau dari generasi ke generasi. 2) Faktor pelayanan kesehatan Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa. Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung tombak dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Pembangunan tidak dapat terlepas dari upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan karena salah satu tujuan adalah untuk memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat disamping memperbaiki dan kalau memungkinkan meningkatkan kesehatan masyarakat. Apabila dilihat dari rasio kesehatan masyarakat terhadap penduduk sebenarnya sudah mencukupi, namun karena keterbatasan alat dan letak geografis yang terkadang menjadi kendala dalam memberi pelayanan. Kendala lain terletak pada manajerial atau pun pengelola unit-unit pelayanan kesehatan itu sendiri karena pada dasarnya merupakan suatu unit fungsional sehingga secara kelembagaan kurang dapat berjalan. Apabila didalam era desentralisasi seperti
sekarang ini dimana kewenangan itu ada di Kabupaten. Tuntutan terhadap kemampuan Dinas Kesehatan Kabupaten dan KB dalam membina lebih tepatnya mengelola dan mengatur kelembagaan serta mengatur rumah tangga kesehatan sendiri perlu adanya tanggung jawab yang lebih besar dan nyata. 3) Faktor lingkungan Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status kesehatan masyarakat. Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi sawah maupun tumbuhan memainkan peranan disini. Tetapi bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia. Permasalahan yang utama yang berkaitan dengan lingkungan ini adalah keterbatasan sarana air bersih terutama untuk masyarakat perdesaan yang masih banyak menggunakan sarana non air bersih. Sarana air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan dan fasilitas pembuangan air limbah yang dimiliki masyarakat ternyata masih sangat kecil. Belum lagi upaya-upaya penyehatan tempat-tempat umum, tempat penyediaan dan pengelolaan makanan minuman, Pengelolaan sampah dan TP Pestisida. Kesemuanya itu sejak dini agar dapat diantisipasi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan penyakit yang berbasis lingkungan. Sudah saatnya pembangunan berwawasan kesehatan dijadikan pedoman dalam mengambil kebijakan pembangunan 4) Faktor Perilaku Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997). Tanggung jawab pembangunan kesehatan tidak serta merta menjadi beban Pemerintah akan tetapi merupakan usaha bersama antara Pemerintah dan Masyarakat termasuk sektor swasta. Karena biar bagaimanapun fungsi pemerintah tidak akan berjalan apabila tidak di dukung oleh peran serta dan partisipasi aktif masyarakat dan
keterlibatan sektor swasta. Disini akan terlihat tingkat kemandirian dan kemampuan masyarakat dalam upaya menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan. Faktor prilaku cukup memberikan andil dalam keberhasilan pembangunan kesehatan sebagai misalnya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat. Meskipun sudah banyak dilakukan penyuluhan kesehatan melalui berbagai media namun masih juga belum optimal hasilnya. Kajian±kajian terhadap prilaku diantaranya dilakukan melalui Pola Hidup Bersih dan Sehat.
B .
Level of Prevention
Tingkat Pencegahan Dalam Keperawatan Komunitas
Menurut Leavel dan Clark, tingkat pencegahan dalam keperawatan komunitas dapat dilakukan pada tahap sebelum terjadinya penyakit (tahap prepatogenesis) dan pada tahap terjadinya penyakit (tahap patogenesis).
y
Tahap Prepatogenesis / Prepathogenesis Phase
Pada tahap ini dapat dilakukan pencegahan primer. pencegahan yang dimaksudkan adalah pencegahan yang sebenarnya, yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsian dan diaplikasikan ke populasi yang sehat. Pencegahan primer dilakukan melalui dua kelompok kegiatan, yaitu : 1. Peningkatan
kesehatan
(health promotion),
yaitu
peningkatan
status
kesehatan
masyarakat melalui beberapa kegiatan, di antaranya pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti penyuluhan tentang gizi, pengamatan tumbuh kembang anak, pengadaan rumah sehat, konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) melalui kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor, penyuluhan tentang pencegahan terhadap kecelakaan, program KB, perlindungan gizi, serta penyuluhan untuk pencegahan keracunan. Besarnya masalah kesehatan dapat diukur dengan menghitung tingkat morbiditas (angka kejadian sakit), mortalitas (angka kematian), fertilitas (tingkat kelahiran), dan disability (tingkat kecacatan) pada kelompok ± kelompok masyarakat.
2. Perlindungan umum dan khusus ( g eneral and spescific protection), yaitu usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat, antara lain melalui imunisasi, kebersihan diri, kesehatan kerja, perlindungan diri dari karsinogen, toksin, dan alergen, serta pengendalian sumber ± sumber pencemaran.
y
Tahap Patogenesis / Pathogenesis Phase
Pada tahap patogenesis dapatdilakukan dua kegiatan pencegahan, yaitu : 1. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan terhadap masyarakat yang masih sakit dengan 2 kelompok kegiatan berikut ini. a. Diagnosis dini dan pengobatan segera / adekuat, antara lain melalui penemuan kasus secara dini, pemeriksaan umum lengkap, pemeriksaan masal, survei terhadap kontak, sekolah, dan rumah, penanganan kasus, serta pengobatan adekuat. b. Pembatasan kecacatan, antara lain melalui penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain ± lain. Pencegahan level ini menekankan pada upaya penemuan kasus secara dini dan pengobatan tepat. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat bertujuan untuk menghambat proses patologis sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan penyakit. 2. Pencegahan tersier, yaitu usaha pencegahan terhadap masyarakat yang telah sembuh dari sakit serta mengalami kecacatan, antara lain melalui pendidikan kesehatan lanjutan, terapi kerja, perkampungan rehabilitasi sosial, penyadaran masyarakat, lembaga rehabilitasi serta partisipasi masyarakat, dan lain ± lain. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuaannya.
C . Demography
1. Definisi Demography
Demografi adalah : a. Studi ilmiah yang menyangkut masalah kependudukan terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan perkembangan. b. Studi statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk d an perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya empat komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial. c. Studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan perubahan dan sebab-sebabnya.
2. Tujuan dan Kegunaan Demografi - Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk da lam suatu daerah tertentu - Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya. - Menggambarkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial - Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya. Sumber :
Pengantar Keperawatan Komunitas Oleh Wahit Iqbal Mubarak http://id.shvoong.com/business-management/2135656-konsep-dasardemografi/#ixzz1NejZ3SRU
3. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria (ukuran) tertentu. Dasar untuk menyusun komposisi penduduk yang umum digunakan adalah umur, jenis kelamin, mata pencaharian, dan tempat tinggal. Pengelompokkan penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan
kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan. a.
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan
jenis kelamin. Umur penduduk
dikelompokkan menjadi 3 yaitu: -
Umur 0 ± 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produkt if.
-
Umur 15 ± 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
-
Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo. Sesuai dengan pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk Negara negara di dunia dibagi 3 yaitu:
-
Struktur penduduk muda : bila suatu negara atau wilayah sebagian besar penduduk usia muda.
-
Struktur penduduk dewasa : bila suatu negara sebagian besar penduduk berusia dewasa.
-
Struktur penduduk tua : bila suatu negara sebagian besar terdiri penduduk berusia tua.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk grafik yang dinamakan piramida penduduk. Bentuk piramida penduduk ada 3 macam yaitu: 1) Piramida penduduk muda berbentuk limas. Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia dewasa. Di waktu yang akan datang jumlah penduduk bertambah lebih banyak. Jadi penduduk sedang mengalami pertumbuhan. 2) Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia dewasa. Hal ini berarti penduduk dalam keadaan stasioner sehingga pertambahan penduduk akan tetap diwaktu yang akan datang. 3) Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan usia dewasa. Diwaktu yang akan datang jumlah penduduk mengalami penurunan karena tingkat kelahiran yang rendah dan kematian yang tinggi. Negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki piramida penduduk berbentu k limas dan
negara-negara maju umumnya berbentuk granat dan sebagian kecil berbentuk batu nisan. Pembuatan piramida penduduk dapat digunakan antara lain untuk: -
Mengetahui perbandingan jumlah antara laki-laki dan perempuan.
-
Mengetahui keadaan jumlah penduduk di waktu yang akan datang.
-
Untuk mengetahui struktur umur penduduk suat u negara secara umum. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin didasarkan atas jenis pria dan wanita. Komposisi ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kelahiran seperti jika sebagian besar penduduk suatu negara terdiri wanita usia subur (15-44 tahun) maka tingkat kelahiran akan t inggi. Perbandingan
antara
jumlah
penduduk
laki-laki
dan
perempuan
di
daerah/negara tertentu pada tahun tertentu disebut perbandingan jenis kelamin (Sex Ratio). Rumus untuk menghitungnya:
Sex ratio =
Makin besar rasio ketergantungan, makin besar beban yang ditanggung oleh kelompok usia produktif. Apabila suatu negara besarnya rasio ketergantungan misalnya 65 berarti setiap 100 orang penduduk yang produktif menanggung beban hidup orang yang belum atau tidak produktif sebanyak 65 orang. b.
Komposisi
penduduk
menurut
pekerjaan.
Penduduk
dapat
dikelompokkan
berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani, pengusaha dan sopir. c.
Komposisi penduduk menurut pendidikan. Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk.
d.
Komposisi Penduduk menurut Agama. Pengelompokkan ini berdasarkan kepada agama yang dianut penduduk yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha.
e.
Komposisi penduduk menurut tempat tinggal. Tempat tinggal yang sering digunakan dalam komposisi ini adalah tempat tinggal penduduk di desa dan di kota. Ciri khas negara agraris seperti Indonesia adalah sebagian besar penduduk tinggal di desa.
4. Pertumbuhan dan Perpadatan Penduduk
1. Proyeksi Pertambahan Penduduk -
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
-
Presentasi rata-rata adalah prioritas pertambahan penduduk rata- rata t iap tahun
-
3 metode proyeksi penduduk, yaitu:
a. Metode bunga berganda Diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya. Rumus perhitungan proyeksi menurut bunga berganda: Pt:Jumlah pendudk di daerah yang diselidiki pada t R:Tingkat pertambahan penduduk setiap tahun U: Tambahan jumlah peduduk
b. Metode Kurva Polinomal Kecenderungan laju pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan datang. Rumus kurva polinomal: Pt ± Q = Pt-b (Q) Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar Q : Jumlah penduduk pada tahun (selang tahun dasar ke tujuan tahun) b : Rata- rat pertambahan jumlah penduduk tiap tahun
c. Metode Regresi Linear Penghapusan metode polinomal, karena akan memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau dengan rumus :
Pt = a + b X Pt = Jumlah pendidik didaerah yang diselidiki pada tahun t a = Konstanta b = Konstanta X = Nilai yang diambil dari variabel bebas
2. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Jumlah penduduk dibagi luas daerahnya (Kepadatan penduduk) Kepadatan bruto : Jumlah penduduk dibagi luas daerah tersebut lepas dari tanah tersebut. Kriteria a. Kepadatan Tinggi b. Kepadatan Menengah c. Kepadatan Rendah
: > 1000 Jiwa/Ha : 500 ± 1000 Jiwa/Ha : < 100 Jiwa/Ha
5. Data Statistik Vital
1. Statistik Kelahiran a. Angka Kelahiran Tahunan Indikator angka kelahiran tahunan mencerminkan tingkat kelahiran pada suatu waktu atau tahun tertentu. Secara umum, angka ini merupakan ukuran berapa banyaknya bayi yang lahir dibandingkan dengan jumlah perempuan usia subur, pada suatu tahun tertentu untuk daerah tertentu.
b. Angka Kelahiran Jumlah kelahiran adalah banyaknya kelahiran hidup yang terjadi pada waktu tertentu di wilayah tertentu. Angka ini dimanfaatkan untuk memperkirakan jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan yang akan dibutuhkan oleh ibu hamil maupun bayi-bayi yang lahir tersebut. c. Angka Kelahiran Kasar
Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun pertama. >> Cara Menghitung Angka kelahiran kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). CBR = B x 1000 P Dengan perhitungan: CBR = Angka kelahiran kasar B = Jumlah kelahiran P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P= (P0+P1), Po= jumlah penduduk awal tahun, dan P1= Jumlah penduduk pada akhir tahun
2
>> Keterbatasan Perhitungan ini sederhana, mudah dihitung tetapi kasar. Perhitungan ini disebut kasar karena yang menjadi pembagi adalah seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan seluruh usia termasuk yang bukan perempuan usia reproduksi (usia 15-49 tahun).
2. Statistik Kematian a. Angka Kematian Bayi (IMR) Angka kematian bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Secara garis besar, berdasarkan penyebabnya, kematian bayi dibagi menjadi dua, yaitu: Endogen (neonatal)
Adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Eksogen (post-neonatal)
Adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi menggambarkan status sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian bayi itu dihitung. Kegunaan penghitungan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neonatal dan kematian bayi yang lain. Angka kematian postneonatal,
dan angka kematian anak serta balita dapat berguna untuk
mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi, dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. >> Cara menghitung AKB =
D0-<1th
x 1000
lahir hidup Dimana: AKB = Angka kematian bayi D0-<1th = Jumlah kematian bayi (berumur kurang setahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
b. Angka Kematian Ibu (MMR) Angka kematian ibu adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebabsebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas resiko tinggi, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. >> Cara menghitung
Angka Kematian Ibu dan
AKI =
Jumlah kematian ibu x 1.000 Jumlah kelahiran hidup
Dimana: Jumlah kematian ibu adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan, pada tahun dan daerah tertentu Jumlah kelahiran hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun dan
daerah tertentu Konstanta = 100.000 bayi lahir hidup
c. Angka Kematian Kasar Angka Kematian Kasar (C rude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. >> Cara Menghitung CDR =
D x 1000
P Dimana: CDR = Angka kematian kasar D = Jumlah kematian P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P= (P0+P1), Po= jumlah penduduk awal tahun, dan P1= Jumlah penduduk pada akhir tahun
2
3. Statistik Kesakitan Angka kesakitan penduduk didapat dari hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Sumber :
http://www.berandakami.files.wordpress.com/2008/11/statistik_kesehatan.pdf. pada tgl 27 mei 2011 pkl 20.00 wib http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/410/410/ pd tgl 27 mei 2011 pkl 21.00 wib
6. Pengkajian Kasus Pengkajian 1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh dan studi dokumentasi sejarah komunitas. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daera binaan,luas wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rural/urban). Keadaa demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas, dan pada perubahan komunitas. Lokasi daerah binaan: RW 14, Kelurahan Y. Masyarakat sudah sepakat untuk mengadakan kegiatan jumat bersih. b. Data demografi Total penduduk: 525 jiwa. -
Data komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin
No.
Jenis kelamin
Frekuensi %
1.
Laki-laki
250
47,6
2.
Perempuan
275
52,4
Jumlah
525
100
-
Data komposisi penduduk berdasarkan usia
-
No.
% Frekuensi
Usia
1.
Bayi dan balita
79
15
2.
6-14 tahun
63
12
3.
15-49 tahun
304
58
4.
Lansia
79
15
Jumlah
525
100
Data komposisi penduduk berdasarkan status ekonomi
No.
1.
Miskin
2.
Menengah
% Frekuensi
Ekonomi 252
48
dan 273
52
kaya Jumlah
-
525
Data komposisi penduduk berdasarkan pendidikan
No.
% Frekuensi
Pendidikan
1.
Tidak sekolah
74
14
2.
SD
262
50
3.
SMP
115
22
4.
SMA
53
10
5.
-
Perguruan tinggi
21
4
Jumlah
525
100
Data komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan % Frekuensi
No.
Pekerjaan
1.
Buruh tani
262
50
2.
Wiraswasta
105
20
3.
PNS
53
10
4.
Tidak bekerja
105
20
Jumlah
525
100
-
Data komposisi penduduk berdasarkan status perkawinan
-
Data komposisi penduduk berdasarkan ras/suku
-
Data komposisi penduduk berdasarkan bahasa
-
Data komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendapatan
-
Data komposisi penduduk berdasarkan agama
-
Data komposisi penduduk berdasarkan komposisi keluarga
c. Vital statistik -
CBR (Angka Kelahiran Kasar) : 1,7 %
-
CDR (Angka Kematian Kasar) : 1,3 %
-
Penyebab kematian
-
TFR (Total Fertility Rate)
-
Angka pertambahan anggota/proyeksi pertumbuhan penduduk 1. Pertumbuhan penduduk alami (PA) PA = angka kelahiran ± angka kematian 2. Pertumbuhan penduduk migrasi PM = jumlah penduduk yang masuk ± jumlah penduduk keluar 3. Pertumbuhan penduduk sosial atau total (PT) PT = PA ± PM Pertumbuhan menggunakan persentase (%) x 100% Penambahan menggunakan angka
d. Status kesehatan komunitas -
Mortalitas (angka kematian)
-
Mordibitas (angka kesakitan)
-
IMR (Infant Mortality Rate) / Angka Kematian Bayi
Grade IMR: 15 ± 35 : rendah 36 ± 75 : sedang 76 ± 125 : tinggi -
MMR (Maternal Mortlity Rate) / Angka Kematian Maternal (wanita pada saat hamil, bersalin / 42 hari setelah melahirkan)
-
Cakupan imunisasi (dikelompokan berdasarkan kelompok umur: bayi, balita, usia sekolah, remaja, lansia. Kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industri, kelompok penyakit kronis, penyakit menular.)
Pengkajian selanjutnya: a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh. c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir)
No.
% Frekuensi
Penyakit
1.
ISPA
105
20
2.
Diare
79
15
3.
Hipertensi
53
10
4.
Kelumpuhan
10
2
5.
Tidak ada
278
53
Jumlah
525
100
d. Riwayat penyakit keluarga e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari: -
Pola pemenuhan nutrisi
-
Pola pemenuhan cairan elektro lit
-
Pola istirahat/tidur
-
Pola eliminasi
-
Pola aktivitas gerak
-
Pola pemenuhan kebersihan diri
f.
Status psikososial
-
Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
-
Hubungan dengan orang lain
-
Peran di masyarakat
-
Kesedihan yang dirasakan
-
Stabilitas emosi
-
Penelataran anak/lansia
-
Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perlakuan tindakan kekerasan.
g. Status pertumbuhan dan perkembangan
h. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan i.
Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
j.
Pola perilaku tidak sehat, seperti: kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan, mengonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin
2. Data lingkungan fisik
Kediaman Frekuensi %
No.
Kediaman
1.
Semi permanen
473
90
2.
Tidak permanen
47
9
3.
Permanen
5
1
Jumlah
525
100
Penggunaan air
No.
Sumber
Frekuensi%
1.
Air sungai
299
57
2.
Lain-lain
226
43
Jumlah
525
100
3. Pelayanan kesehatan dan sosial 4. Ekonomi 5. Keamanan dan transportasi 6. Politik dan pemerintahan 7. Sistem komunikasi 8. Pendidikan 9. rekreasi
Diagnosa keperawatan komunitas
1. Terjadinya penyakit menular ( ISPA, DIARE ) akibat lingkungan tidak sehat di desa Y, Sehubungan dengan pemakaian air sungai sebagai sumber air bersih, dan terpaparnya kingkungan oleh sampah dan berbagai polusi 2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada lansia di desa Y , Sehubungan dengan kurangnya informasi tentang kesehatan lansia yang dimanifestasikan dengan : jumlah lansia 76 orang, hipertensi 10%, lumpuh 2%
PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS NO
DIAGNOSA
TUJUAN
SASARAN
RENCANA
KEPERAWATAN
KEGIATAN
KOMUNITAS
1
Terjadinya penyakit menular (ISPA,
DIARE)
Setelah
akibat dilakukan
lingkungan tidak sehat
-Kader
1.
Puskesmas
puskesmas
di tindakan
sumber
air
bersih,
dan
pelayanan
desa Y, Sehubungan dengan keperawatan pemakaian air sungai sebagai selama
Dirikan
3
kesehatan kali
dan kegiatan
lainnya di desa -Seluruh
Y.
terpaparnya kingkungan oleh masyarakat
masyarakat
sampah dan berbagai polusi
mampu
desa
memberikan
dikhususkan
Y
di , 2.pembangunan sumur baru guna
perawatan pada pada Ibu PKK memelihara masyarakat yang dan terserang
penyakit
bapak
Bapak- kesehatan masyarakat.
ISPA
dan DIARE di desa Y
3.kerja masal
bakti di
lingkungan desa
Y.
4.Membuang sampah
pada
tempatnya
dan
pisahkan sampah
kering
dan basah
5.Pembasmian agen bakteri
6.Perbaikan gizi dan nutrisi
2
Resiko terjadinya penurunan Setelah
Kader posyandu 1.Lakukan
derajat kesehatan pada lansia dilakukan
lansia
di
desa
Y
,
Sehubungan tindakan
pembentukan posyandu lansia
dengan kurangnya informasi keperawatan tentang kesehatan lansia yang selama dimanifestasikan
jumlah
lansia
dengan 76
3
kali
: pertemuan.
orang,Diharapkan
hipertensi 10%, lumpuh 2%
2.Lakukan pelatihan
kader
posyandu lansia
masyarakat desa Y
mampu
3.Berikan
memberikan
penyuluhan
perawatan pada
kesehatan lansia
lansia.
pada pelaksanaan posyandu
4.berikan