MAKALAH KASUS I SISTEM MUSKULOSKELETAL FRAKTUR
KELOMPOK 10 Risqy Ita Ramdhani 220110100084 Erwinda Silaban
220110100086
Devi Puspasari
220110100087
Vrian Agus Ramdhan 220110100089 Dwi Jayanti
220110100090
Brigitha Puspa
220110100091
Devitha Eka Sartika 220110100092 Shalha Ubaid Salim 220110100093 Dini Fathania
220110100094
Anah Rostianah
220110100095
FAKUL KU LTAS KEPE KE PER RAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011
BAB I PEMBAHASAN KASUS
Chair
: Dwi Jayanthi
Scriber 1
: Erwinda Silaban
Scriber 2
: Shalha Ubaid Salim
Kasus 1
Tuan A berumur 31 tahun, dirawat di ruang bedah Orthopedi karena mengalami kecelakaan tabrakan motor. Saat pengkajian, Tuan A mengeluh nyeri pada paha yang terpasang skeletal traksi (3kg) dan nyeri pada bagian tumitnya. Pada saat diukur ekstremitas bawah kanan lebih panjang 10 cm dibanding ekstremitas kiri. Pada tulang tibia telah dipasang pen 3 hari POD. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam. Nyeri bertambah bila sedang dilakukan perawatan luka, skala nyeri 6 pada rentang 0-10. Nyeri berkurang bila diistirahatkan. Berdasarkan pengkajian fisik, RR 18x/menit, nadi 78x/menit, TD 110/70 mmHg, CRT 3 detik. Data lab HB 10,6 g/dl, 3
3
hematokrit 37%, leukosit 21.200/mm , trombosit 171.000 mm /gr dl. MCV MCV 87,9 ; MCH 29,8 ; MCHC 33,9 ; kreatinin 0,76 ; Na 138 ; kalium 4,0 ; ALT dan AST 15. Pasien mendapatkan terapi cefazolin 2x1 ; ketorolac 2x1 ; tramadol 2x1 (drift) ; gentamisin 2x1 ; ranitidine 2x1.
STEP 1
1. Skeletal traksi (devi) Pengobatan pada fraktur (devitha)
2. MCV (erwinda) 3. POD (anah) 4. MCH (devitha) 5. MCHC (Risqy Ita) 6. ALT (dini) 7. Cefazolin (Vrian) 8. Ketorolac (Shalha) 9. AST (Brigitha) 10. Drift (Dwi Jayanthi) 11. Tramadol (Risqy Ita) 12. Pen (Vrian) Meluruskan jika ada fraktur (kayak pipa) (Brigitha) 13. Gentamisin 14. Ranitidine
STEP 2
1. Bagaimana perawatan luka yang dilakukan sehingga menimbulkan nyeri? 2. Grade cedera? (Devi) 3. Kenapa ekstremitas kanan lebih panjang dari yang kiri? (Brigitha) 4. Kenapa rasa nyeri seperti disayat-sayat? (Risqy Ita)
5. Pemeriksaan normal atau tidak? Normalnya berapa? (devitha) 6. Diagnosa medis? (Vrian) 7. Dampak negatif bagi tubuh terhadap pemasangan pen? (anah) 8. Pengkajian fisik normal atau tidak? 9. Kenapa nyeri di tumit dan kenapa dilakukan pemasangan skeletal traksi? (shalha) 10. Apakah ada diet makanan tertentu? (Brigitha) 11. Hubungan diagnosa medis dengan sistem urinari berhubungan adanya pemeriksaan kreatin? (Devi) 12. Hubungan nyeri dengan psikologis klien? (Dini) 13. Tindakan perawat lain? (Erwinda) 14. Indikasi skeletal traksi dan pen? (Brigitha) 15. Terapi lain? (Dwi Jayanthi)
STEP 3
4.
Adanya gesekan (Vrian)
12. Klien tingkat nyeri parah lebih sensitif (Brigitha) 8. Normal (Devi) 1.Balutan harus rutin diganti (Dini) 5. Leukosit meningkat, Hb turun 11. Mendeteksi kerusakan ginjal (Brigitha)
7. Jika bahan tidak bagus bisa berkarat (Devi), menimbulkan nyeri, reaksi infeksi inflamasi (Brigitha) 3. Terjadi peregangan tapi tidak dapat kembali normal (anah) 13. Memenuhi kebutuhan psikologis klien (shalha) 6. Fraktur 14. Harus imobilisasi (devi) 10. Diet tinggi kalsium, vitamin, tinggi protein (devitha)
STEP 4
STEP 5 LO
Step 1 no. 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14 Step 2 no. 2, 9, 15 1. Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal 2. Penyembuhan Tulang 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang 4. Jenis-jenis fraktur dan implikasi perawatannya 5. Pemeriksaan fisik pada pasien fraktur dan manifestasi klinisnya
6. Jelaskan management terapi obat-obatan, diet, skeletal traksi, internal dan eksternal fiksasi? 7. Membuat map thingking pemecahan kasus 8. Komplikasi fraktur : syok hipovolemik, fat embolism syndrome, compartemen syndrome, delayed union, non union 9. Standar perawatan gips, skeletal dan skin traksi
BAB II PEMBAHASAN LO
Step 1 no. 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14 2.MCV
: Ada di bab II pemeriksaan diagnostik
3. POD
: Ada di bab II pemeriksaan diagnostk
4. MCH
: Volume eritrosit rata-rata 82-92 pemtoliter
5. MCHC
: konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata 32-37 gram/desiliter
6. AL ALT T
: SGPT 7-50 unit perserum
7. Cefazolin
: ada dalam penatalaksanaan
8. Ketorolac
: ada dalam penatalaksanaan
9. AST
: SGOT 5-40 unit perliter serum (bagian cair darah)
10. Drift
: ada dalam penatalaksanaan
11. Tramadol : ada dalam penatalaksanaan 13. Gentamisin: ada dalam penatalaksanaan 14. Ranitidine : ada dalam penatalaksanaan
Step 2 no. 2, 9, 15 2.Grade cedera? Ada dalam klasifikasi 9.Kenapa nyeri di tumit dan mengapa dilakukan pemasangan skeletal traksi? Indikasi dansebagainya ada dalam penatalaksanaan
15.Terapi lain? Ada dalam penatalaksanaan
1. Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal (Ada dalam makalah) 2. Penyembuhan Tulang PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
a. Fase Formasi Hematon ( sampai hari ke-5) Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat, kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang menjadi jaringan granulasi. b. Fase Proliferasi (hari ke-12) Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fobroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh jaringan granulasi dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, selanjutnya
kartilago
terbentuk
hialin, fiber-fiber
dan
jaringan
kartilago
penunjang
dan
matriks
fibrosa,
akan
tulang
yang
menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat. c. Fase Formasi Kalius (6-12 hari setelah cedera) Pada fase ini akan membentuk prakalius dimana jumlah prakalius akan membesar tetapi masih bersifat lemah, prakalius akan mencapai ukuran maksimal pada hari ke-14 sampai dengan hari ke-21 setelah cedera. d. Fase Formasi Kalius (sampai dengan minggu ke-12) Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi) sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk pembentukan kalius. Ossificasi ini berlangsung selama 2-3 minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutup tulang. e. Fase Konsolidasi (6-8 bulan) dan remodeling (6-12 bulan)
Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan mengalami remodeling dimana osteoblast akan membentuk tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian yang menyerupai keadaan tulang yang aslinya.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang 4. Jenis-jenis fraktur dan implikasi perawatannya (ada pada makalah di klasifikasi) 5. Pemeriksaan fisik pada pasien fraktur dan manifestasi klinisnya (ada pada makalah) Pemeriksaan a. Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan halhal dibawah ini:
Adanya perubahan asimetris kanan-kiri.
Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau; Rotasi (memutar)dan Pemendekan.
Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma
Pembengkakan
Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak
b. Palpasi (meraba dan merasakan) Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati ! 1)
Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness).
2)
Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang
sedikit kuat. 3)
Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.
4)
Perhatian:
Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal meraba dengan kuat sekali. c. Gerakan Terdapat dua gerakan yaitu : 1)
Aktif adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban
menggerakkan bagian yang cedera. 2)
Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal seperti 1)
Terdapat gerakan abnormal ketika menggerakkan bagian yang cedera.
2)
Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera.
3)
Apabila korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua
kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf tersebut). d. Pemeriksaan Komplikasi Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan kulit berwarna kebiruan dan pucat, denyut nadi tak teraba. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme.
6. Jelaskan management terapi obat-obatan, diet, skeletal traksi, internal dan eksternal fiksasi? (ada pada penatalaksanaan) 7. Membuat map thingking pemecahan kasus
Resiko Infeksi
Paralys is
X-Ray
Gangguan Mobilitas
Radiologi
Skeletal Traksi, Kerusakan
Pemasangan Pen
saraf
Edema
FRAKTUR
Emboli Lemak
Nyeri Ketorolac
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
Syok Hipovol emik HB, HT Tormadol
8. Komplikasi fraktur : syok hipovolemik, fat embolism syndrome, compartemen syndrome, delayed union, non union (ada pada makalah di komplikasi) 9. Standar perawatan gips, skeletal dan skin traksi (ada di makalah penaalaksanaan)
BAB III FRAKTUR
a. ANATOMI DAN FISOLOGIS SISTEM MUSKULOSKELETAL ANATOMI TULANG
Tulang merupakanjaringan hidup yang menyplai darah dan saraf. Karenas merupakan jaringan hidup, hidup, tulang tulang mampu beregene beregenerasi rasi apabila apabila mengalami mengalami cedera. cedera. Tulang Tulang bersifat keras dan kaku karena mengandung bahan kristalin anorganik yang tersusun atas garam-garam kalsium, dan sepertiganya terdiri dari jaringan fibrosa sehingga membuat tulang juga bersifat elastic. Tulang manusia dewasa terdiri atas 206 tulang. Susunan tulang
1. Tulang kepala 2.Kerangka dada 25 buah 3.Tulang belakang dan pinggul 26 buah 4.Tulang anggota geak atas 64 buah 5.Tulang anggota gerak bawah 62 buah
Struktur tulang
Suatu cirri tulang panjang mempunyai batang silindristulang keras, diafisis, yang mengandung rongga di tengah berisi sumsum kuning Bagian ujung tulang, epifisis, terdiri atas tulang berbentuk spons yang ditutupi oleh lapisan tulang kompak
Bila tidak ada kartilago, tulang diselaputi oleh periosteum yang merupakan klembaran jaringan fibrosa, terdiri dari banyak pembuluh darah, dan terdapat osteoblast yaqng merupakan sel2 yang mampu membentuk tulang baru Semua tulang dewasa terdiri atas lembarlamellae yang menerima nutrisi dari bagian dalam tulang Lamellae tersusun atas dua cara 1. Pada tulang kompak, lamellaetersusun sebagai silindris yang disebut system
haversian. Silindris ini menjalar di sepanjang tulang sehingga mampu untuk menahan stress. 2. Pada tulang terbentuk kalkanelus sehingga lamellae tersusun sebagailapisan
sarang lebah yang tidak teratur. Sumsum tulang merah,jaringan pembentuk daqrah, sumsum tulang kuning dan lemak menempati ruang-ruangsarang lebah.
Fungsi utama tulang 1. Kerangka tubuh yang menyokong dan member bentuk tubuh 2. Memberikan system pengungkit yang digerakkan oleh otot yang melekat
pada tulang tersebut 3. Sebagai reservoir kalsium, natrium, dan elemn lainnya 4. Menghasilkan sel darah merah dan darahputih serta trombosit,dalam
sumsum
Bagian-bagian Tulang
1.Foramen (lubang pada tulang) 2.Fosa (lekuk tulang) 3.Prosesus (tonjolan tulang) 4.Kondilus (taju bundar) 5.Tuberkel (tojolan kecil) 6.Tuberositas (tonjolan besar) 7.Trokanter (tonjolan besar tulang paha) 8.Krista (tepi tulang usus) 9.Spina (tonjolan pada tulang usus) 10. Kaput (kepal tulang
Tulang tengkorak
1. Tengkorak otak
. Gubah tengkorak . Os frontal/ tulang dahi . Os parietal/ tulang ubun-ubun . Os oksipetal/ tulang belakang kepala . Os temporal/ tulang samping tengkorak
Dasar tengkorak Os sfenoidal/ tulang baji Os etmoidal/ tulang tapis Samping tengkorak Spongeosa Petrusum
2. Tengkorak wajah
Bagian hidung Os lakrimal/ tulang air mata Os konka nasal/ tulang karang hidung Os nasal/ tulang hidung Septum nasal/ tulang sekat ronggo hidung
Bagian rahang:
Os maksilaris. Tulang rahang atas Os mandibularis/ tulang rahang bawah Os zigomatikum/ tulang pipi Os palatum/ tulang langit-langit Palatum durum/ tulang keras Palatum mole/ tulang lunak
Kolumna vertebralis
• Vertebra servikalis (7 ruas) Ruas pertama = tulang atlas Ruas kedua = aksis (epistropeus) Ruas ketujuh = vertebra prominans
• Vertebra torakalis (12 ruas) Badan ruas Lengkung ruas :Pros. Spinosus
Pros. transversus • Vertebra lumbalis (5 ruas)
Ruas kelima = promontium •Vertebra sakralis (5 ruas) Lubang kecil = foramen sakralis
•Vertebra koksigitalis (4 ruas) Menjadi 1 buah tulang Persendian dengan tulang sacrum
Kerangka dada
•Os sternum/ tulang dada ⇒
Manubrium sterni
⇒
Korpus streni
⇒
Prosesus xifoid
Os kosta/ tulang iga ⇒
Kosta vera/ tulang iga sejati
⇒
Kosta spuria/ tulang iga tidak sejati
⇒
Kosta fluitante/iga melayang
Kerangka panggul
•Os ileum/ tulang usus
Fosa iliaka
Spina iliaka
Krista iliaka
•Os pubis/ tulang kemaluan
Simpisis pubis
Tuberkel pubis
•Os iskhi/ tulang duduk
Tuberositas iskhiadikum
Foramen obturatum
Asetabulum
Anggota gerak atas
• Skapula/ tulang selangka
Prosesus korakoid
Fosa supra skapula
Fosa infra skapula
Kavum glenoid
•Klavikula/ tulang belikat
Akromion
Ekstrimitas sternalis Ekstrimitas akrominalis
Humerus/ tulang lengan
Kaput humeri/kepala sendi
Kolumna humeri/lekukan pada tulang
Tuberkel mayor dan minor
Fosa olekrani/lekukan belakang
Fosa koronoid/lekukan depan
Kapitulum
Epikondilus lateralis
•Ulna/ tulang hasta
prosesus olekrani
prosesus stiloid
•Radius/ tulang pengumpil
Kaput radialis
Tuberositas radialis
•Karpal/ pergelangan tangan
Baris pertama/bagian proksimal
Navikular/ tulang bentuk kapal Lunatum/bulan sabit
Troquetrum/segitiga Fisiformis/bentuk kacang
Baris kedua/bagian distal
Multingulum mayus/segi banyak Multingulum minus/segi sedikit
Kapitatum/tulang berkepala Hamatum/ tulang berkait
•Metakarpal/ tulang telapak tangan
5 ruas tulang
bersendi dengan jari tangan
•Falangus/ tulang jari tangan
14 ruas tulang di bentuk dalam 5 baris tulang
membentuk persendian dengan tulang tangan dan sendi masing-
masing jari
Anggota gerak bawah
•Femoralis/ tulang paha
Kaput femoris
Kolumna femoris
Trokanter mayor
Trokanter minor
Kondilus medialis
Kondilus lateralis
•Patela/tempurung lutut
•Tibia/ tulang kering
Prosesus interkondiloid
Fosa interkondiloid
Maleolus medialis
Tuberositas tibia fibula/ tulang betis
Maleolus lateralis
Prosesus stiloid
•Tarsalia/pergelangan kaki
Talus
Kalkaneus
Navikular
Kuboidea
Kunaiformi
Lateralis
Inter medialis
Medialis
•Meta tarsus/ telapak tangan
5 ruas tulang pendek
•falang/ jari tangan
14 ruas tulang pendek
membentuk 5 baris tulang
sesamoid pada ruas jari pertama
ANATOMI OTOT Fungsi sistem muskuler/otot: 1. Pergerakan . Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot
tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh. 2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka
dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi. 3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan
panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot: a.
Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
b.
Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
c.
Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang otot saat rileks.
d.
Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau meregan
Jenis-jenis otot a) Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
• Otot skelet disusun oleh bundel-bundel bundel -bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot. • Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai mempunyai banyak nukleus ditepinya. • Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril. • Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :
a. yang kasar terdiri dari protein myosin b. yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b) Otot Polos, merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat dan lamban. jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk berkontraksi. a. Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah
besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut. b. Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam
lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
c) Otot Jantung, Merupakan otot lurik. Disebut juga otot seran lintang involunter.
Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Otot Badan
Umumnya tiap otot badan mempunyai 2 ujung yang masing masing dinamakan caput dan caud, sedangkan bagian yang terdapat di tengah-tengah ialah empar atau venter.kedua ujungnya itu dengan perantaraan suatu urat biasanya melekat pada tulang, tetapi kadang-kadang salah satu ujung melekat pada kulit, misalnya otot-otot wajah, atau pada suatu anyaman jaringan-ikat yang kokoh misalnya otot serong dinding perut. Tempat kepala otot melekat pada tulang dinamakan origo, dan tempat melekatnya ekor dinamakan insertion. Origo merupakan titk yang tidak bergerak atau kurang bergeraknya dari ujung yang lain, sedangkan insertio merupakan titik yang dapat bergerak luas atau terletak jauh dari batang badan.
Otot dada : Pectoralis Major,Pectoralis Minor,Serratus Anterior Otot Punggung: Rhomboid,Teres Major,Teres Minor,Lattisimus dorsi,Erector(lumbar) Otot perut : Rectus Abdominis,Intercostal,Obliques Otot Bahu : Deltoids(anterior,medials,posterior),Traapezius Otot lengan : Forearm flexor,Forearm extensor,Bicep,Brachialis,Triceps Otot Pinggul : Gluteus maximus Otot paha depan :Vastus lateralis,Vastus medialis,sartorius Otot paha dan betis belakang:Hamstrings,Gastrocnemius,Soleus
b.KONSEP DASAR FRAKTUR 1.
DEFINSI
Fraktur adalah hilangnya continuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
2. ETIOLOGI
Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah : 1. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan) 2. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker,osteophorosis) 3. Patah karena letih 4. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karenaberjalan terlalu ja jauh Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a)
Cedera traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : 1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulangsehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang melin tang dan kerusakan keru sakan pada pad a kulit diat diatas asny nya. a. 2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur danmenyebabkan fraktur klavikula. 3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dariotot yang kuat. b)
Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut : 1. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baruyang tidak terkendali dan progresif. 2. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbu ti mbull sebagai seb agai salah sal ah satu sat u proses pro ses yangpro yan gprogr gres esif, if, lamb lambat at dan dan sak sakit it nyer nyeri. i. 3. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. c) Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terusmenerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugasdikemiliteran.
Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu : 1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat ruda paksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang. 2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulangmendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat ruda paksa tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.
Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak di area fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang benang-benang fibrin serta hematoma yang akan membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilan respon informasi-informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk
jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-perioste periosteum-periosteum, um, endosteum, endosteum, dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi. Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah,
maka
terjadilah
perdarahan,
darah
akan
banyak
keluar
dari
ekstravaskular dan terjadilah syok hipovolemik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi. Syok hipovolemik juga dapat menyebabakan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh akan membentuk metabolisme anaerob adalah asam laktat, maka bila terjadi metabolisme anaerob asam laktat dalam tubuh akan meningkat.
3.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari fraktur adalah sebagai berikut a.
Nyeri disebabkan patahan tulang yang merusak jaringan dan merangsang reseptor nyeri.
b.
Kehiangan fungsi disebabkan karena otot rangka yang melekat pada tulang bergantung pada integritas tulang.
c.
Pemendekan tulang karena adanya kontraksi otot yang terletak diatas dan dibawah tempat fraktur.
d.
Pembengkakan karena adanya pendarahan dalam ataupun trauma disekitar lokasi fraktur.
e.
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
f.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergerseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
4. KLASIFIKASI
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). b. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang). c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
d. Berdasarkan posisi fragmen : Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
e. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
Tertutup
Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
f. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
Garis patah melintang.
Oblik / miring
Spiral / melingkari tulang
Kompresi
Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
g. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
Tidak adanya dislokasi.
Adanya dislokasi
h. Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
5.
KOMPLIKASI
a. Malunion Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran. b. Delayed Union Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal. Keadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada umumnya banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan dekalsifikasi yang terus menerus. Faktor yang menyebabkan penyatuan tulang tertunda antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, gangguan gizi dan metabolik. c. Non union (tak menyatu) Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang – Kadang – kadang kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
d. Sindrom Emboli Lemak Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan – gelembung lemak terlepas kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh – pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie. e. Sindrom Kompartemen Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya – gejalanya mencakup rasa menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna). f.
Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik) Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang
baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus
menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban. g. Osteomyelitis Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat – fraktur dengan tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar. h. Gangren Gas Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung – gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal.
6.
PENCEGAHAN
Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.
1.
Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari
terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati – hati, hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri. 2.
Pencegahan Sekunder – akibat Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat
yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal. 3.
Pencegahan Tersier Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk
mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol
ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.
7.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
a. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
Mengetahui tempat dan type fraktur
Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic
b. Skor
tulang
tomography,
skor
C1,
Mr1
:
dapat
digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler d. Hitung darah lengkap mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma. e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangandarah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76) f.
Pemeriksaan MCV, MCH, MCHC
Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata
(VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit disebut dengan fermatoliter/ rata-rata ukuran eritrosit.
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit
Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram
Mean
Corpuscular
Hemoglobin
Concentration (MCHC)
=
Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar
hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gram hemoglobin per dL eritrosit”) Cara penetapan masing-masing nilai :
Nilai untuk MCV, MCH dan MCHC diperhitungkan dari nilai-nila ; (a) hemoglobin (Hb), (b) hematokrit (Ht), dan (c) Hitung eritrosit/ sel darah merah(E). merah( E). Kemudian nilai-nilai tersebut dimasukkan dalam rumus sebagai berikut:
MCV (VER)
= 10 x Ht : E, satuan femtoliter (fl)
MCH (HER)
= 10 x Hb : E, satuan pikogram (pg)
MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
Nilai normal :
MCV: 82-92 femtoliter
MCH: 27-31 picograms / sel
MCHC: 32-37 gram / desiliter
g. Pemeriksaan AST dan ALT ALT Aspartat
aminotransferase
(AST
atau
SGPT)
dan
alanin
aminotransferase (ALT atau SGOT) melibatkan enzim hati untuk menyaring adanya cedera hati. Tingkat Normal AST dan ALT: ALT:
Batasan normal dari nilai-nilai untuk AST (SGOT) adalah dari 5 - 40 unit per liter serum (bagian cair dari darah).
Batasan normal dari nilai-nilai untuk ALT (SGPT) adalah dari 7 - 56 unit per liter serum.
c.
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Farmako 1. Metronidazol Golongan : Golongan antibakteria
Sediaan :
Injeksi : 500 mg dalam vial 100 ml ,
Cairan oral : 200 mg/ 5 ml,
Supositoria : 500 mg; 1 g,
Tablet : 200- 500 mg
a. Metronidazole memiliki aktivitivas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Metronidazol melalui per rectal adalah alternatif efektif terhadap rute intravena bila rute per oral tidak mungkin. b. Indikasi : Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi ( gingivitis) dan infeksi mulut
lainnya, penyakit radang panggul – pelvic pelvic inflammatory
disease ( dengan ceftriaxone dan doksisiklin), tetanus, septicemia, peritonitis, abses otak, pneumonia nekrotikans, colitis berhubungan antibiotik, ulkus kaki dan dekubitus dan profilaksis bedah; bacterial vaginosis ; infeksi kulit dan jaringan lunak, gigitan binatang (dengan doksisiklin); infeksi nematode jaringan; vaginitis trikomonas, amubiasis dan giardiasis; eradikasi Helicobacter pylori c. Kontra indikasi : Ketergantungan alkohol kronik d. Dosis :
Infeksi anaerob ( umumnya diobati selama 7 hari), per oral, DEWASA dosis inisial 800 mg kemudian 400 mg tiap 8 jam atau 500 mg tiap 8 jam; ANAK 7,5 mg/kg tiap 8 jam
Infeksi anaerob, infuse intravena lebih dari 20 menit, DEWASA 500 mg tiap 8 jam; ANAK 7,5mg/kg tiap 8 jam
Infeksi anaerob, per rectal, DEWASA dan ANAK lebih dari 10 tahun 1 g tiap 8 jam selama 3 hari, kemudian 1 g tiap 12 jam; ANAK sampai usia 1 tahun, 125 mg tiap 8 jam untuk 3 hari, kemudian setiap 12 jam; 1-5 tahun 250 mg; 5-10 tahun 500 mg
2. Vitamin B Komplek
Vitamin B kompleks sangat bermanfaat dalam membantu mengatasi gejala kelelahan dan kegelisahan (stres). Kecukupan vitamin B-kompleks membantu
mencegah
kelambatan
pertumbuhan,
anemia,
gangguan
penglihatan, kerusakan syaraf serta gangguan jantung.
3. Vitamin C Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Selian itu vitamin C juga berperan meningkatkan imunitas tubuh untuk melawan penyakit. Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran, menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh, meningkatkan pembuangan feses atau kotoran dan mampu menangkal nitrit penyebab kanker.
4. Tablet Kalk K alk Kalk merupakan suplemen kalsium dalam bentuk tablet yang bisa dikunyah. Pada fraktur kebutuhan akan kalsium sangat tinggi untuk membantu
proses
pemulihan
tulang
lebih
cepat,
membantu
proses
pemantapan komposisi tulang, dan membantu menambah kekuatan dan stabilitas tulang. Manfaat kalsium pada tubuh antara lain :
Mengaktifkan saraf
Melancarkan peredaran darah
Melenturkan otot
Menormalkan tekanan darah
Menyeimbangkan tingkat keasaman darah
Menjaga keseimbangan cairan tubuh
Mencegah osteoporosis (keropos tulang)
Mencegah penyakit jantung
Menurunkan risiko kanker usus
Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik
Mengatasi keluhan saat haid dan menopause
Meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui
Membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi
Mengatasi kering dan pecah-pecah pada kulit kaki dan tangan
Memulihkan gairah seks yang menurun/melemah
Mengatasi kencing manis (mengaktifkan pankreas)
Non-Farmako 1. Gips Adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai kontur tubuh dimana gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak di dalamnya. Gips terdiri dari garam kapur sulfat berupa bubuk halus berwarna putih dan mempunyai sifat mudah menarik air (hygroskopis). Bila diberi air, tepung gips akan membentuk semacam bubur yang beberapa saat kemudian akan mengeras dengan mengeluarkan panas. Untuk fiksasi luar patah tulang dipasang gips spalk atau gips sirkulair. Perban gips spalk biasanya dipakai pada patah tulang tungkai bawah karena biasanya akan terjadi oedema. Setelah edema menghilang baru diganti dengan gips sirkulair.
Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus (bersambung), untuk lengan memerlukan waktu 4 – 6 minggu sedangkan tungkai 6 – 10 minggu. Makin muda umur pasien makin cepat penyembuhannya. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu : a. Long Leg Plaster Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi s endi talocrural talocrural dalam posisi o
netral sedangan posisi lutut dalam fleksi 20 . b. Sarmiento Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento : kaki diinjakkan lebih cepat. Macam-macam gips : a. Gips lengan panjang : dari lengan atas sampai ibu jari. b. Gips lengan pendek : dari atas siku sampai ibu jari. c. Gips tulang pendek : dari bawah lutut sampai tumit. d. Gips tungkai panjang : 1/3 paha sampai tumit. e. Gips berjalan : gips yang ada alas sepatunya. f. Gips tubuh : gips yang melingkar ditubuh. g. Gips spika panggul : melingkar panggul. Ada 2 jenis yaitu tunggal dan ganda. h. Gips spika bahu : menyerupai jaket.
i.
Gips spika : melibatkan sebagian tubuh ekstremitas atas.
j.
Gips normal : melingkar pada fraktur. (Iqbal)
k. Bidai : sebagian sisi pada fraktur.
2.
Fiksasi internal Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang
logam
pada
pecahan-pecahan
tulang.
terbuka
dilakukan
melalui
operasi/pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka (ORIF : Open Reduction Internal Fixation). Insisi dilakukan pada tempat yang terjadi cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomis menuju tempat yang mengalami fraktur. Fraktur kemudian direposisi ke kedudukan normal secara manual. Sesudah reduksi fragmen-fragmen fraktur kemudian distabilisasi dengan menggunakan peralatan ortopedis yang sesuai seperti pin, skrup, plat dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan operasi antara lain: 1. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur 2. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. 3. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai. 4. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi. 5. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan fraktur. Kerugian yang potensial juga dapat terjadi antara lain : 1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut.
2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi. 3. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalam alat itu sendiri. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. 4. Rehabilitasi
3. Fiksasi eksternal Fiksasi untuk
eksternal
mengobati
digunakan
fraktur
terbuka
dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil
untuk
(hancur
atau
fraktur
comminuted
remuk)
sementara
jaringan lunak yang hancur dapat ditangani
dengan
aktif.
Fraktur
complicated pada humerus, lengan bawah, femur dan tibia serta pelvis diatasi dengan fiksator skelet eksterna.garis fraktur direduksi, disejajarkan dan diimobilisasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan ke dalam fragmen tulang. Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasor ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi awal, dan latihan untuk sendi di sekitarnya. Komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan.
Setelah pemasangan fiksator eksternal, bagian tajam dari fiksator atau pin harus ditutupi untuk mencegah terjadinya cedera akibat alat ini. Status neurovasculer ekstremitas dipantau tiap 2 jam. Tiap tempat pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan, keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri, dan longgarnya pin. Kadang keluar cairan serosa dari tempat pemasangan pin. Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena tekanan oleh alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh darah. Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga kebersihannya. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya. Bila pin atau klien mengalami pelonggaran, dokter harus diberi tahu. Fiksator eksternal dapat dilepas bila jaringan lunak sudah sembuh. Patah tulang mungkin masih memerlukan stabilisasi lebih lanjut dengan
gips
atau
ortosis
yang
dicetak
untuk
melanjutkan
proses
penyembuhan.
4. Traksi Adalah usaha untuk menarik tulang yang patah untuk mempertahankan keadaan reposisi. secara umum traksi didapatkan dengan penempatan beban berat sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang fraktur. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas; dan untuk menambahruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi harus dihilangkan
Biasanya lebih disukai traksi rangka dengan dengan baja steril dimasukkan melalui fragmen distal atau tulang yang lebih distal melalui pembedahan dibanding dengan traksi kulit. Keuntungan pemasangan traksi : 1.
Metode nyata yang dapat mempertahankan reduksi.
2.
Traksi
menjamin
bahwa
ekstremitas
dapat
diangkat
sehingga
mengurangi pembengkakan dan meningkatkan penyembuhan jaringan lunak. 3.
Ekstremitas yang cedera dapat diamati dengan mudah kemungkinan
gangguan sirkulasi neurovaskuler. Kerugian pemasangan traksi, tergantung dari jenis traksi yang dipasang misalnya pemasangan
raksi kulit dapat menyebabkan banyak
komplikasi mengganggu sirkulasi akibat pemasangan ban erban elastis, alergi kulit terhadap plester, traksi yang berlebihan akan membuat kulit rapuh pada rang yang sudah lanjut usia. Ada 3 macam yaitu: 1. Skin traksi Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam). 2. Skeletal traksi Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang. 3. Maintenance traksi Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.
d. PATOFISIOLOGIS f.ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN 2. ANALISA ANA LISA DATA DATA
No.
Data yang Etiologi
Masalah
Perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
Gangguan
sekitar
perfusi
menunjang
1.
Ds: Terasa nyeri dan nyeri berkurang bila
Volume darah
sedang diistirahatkan
Do:
Hb
CRT 3 dtk
(abnormal,
H2O
hiposia. Normal < 3 dtk)
O2 ke jaringan
Gangguan perfusi jaringan
jaringan
CRT 3 2.
Ds : Klien
Kontraksi otot
Kerusakan pd pemb. Darah, jaringan, kulit
mengeluh nyeri pada tungkai kiri yang
Spasme otot
Vasokontriksi
terpasang skin traksi Nyeri dirasakan
pembuluh darah
Metabolisme
seperti disayatsayat benda tajam
anaerob
Penumpukan asam Nyeri bertambah
laktat
pada saat
inflamasi
Pelepasan mediator kimia
Serabut saraf aferen A& C
Msuk ke dorsal cord
perawatan Substansi glatinosa
luka
Do : Skala nyeri 4 pada rentang
Nyeri
Fraktus spinotalakmikus
0-5
Talamus
Nyeri
Korteks Serebri 3.
Ds : Klien mengeluh
Trauma
Diskontinuitas
nyeri pada tungkai kiri yang
Pergeseran tulang
terpasang skin traksi Nyeri dirasakan
Tindakan reduksi
seperti disayatsayat benda
Pemasangan traksi
tajam Keterbatasan pergerakan fisik, terbaring Nyeri
lama
bertambah pada saat perawatan luka Do : Tungkai kanan terpasang fiksasi eksternal yang terbalut kassa pada tibia 1/3
Gangguan mobilisasi
Gangguan mobilisasi
proksimal 4.
Ds: Klien mengeluh
Trauma
Resiko infeksi
Patah tulang
nyeri pada tungkai kiri yang
Luka pada kaki kanan
terpasang skin traksi
Nyeri
Port d’entrée mikroorganisme
bertambah
pada saat perawatan luka Do :
Kemungkinan perawatan tidak steril
Resiko infeksi
Tungkai kanan terpasang fiksasi eksternal yang terbalut kassa pada tibia 1/3 proksimal 5.
Ds :
Pemasangan traksi
Nyeri
bertambah pada saat perawatan
Keterbatasan pergerakan fisik, terbaring lama
Kerusakan integritas kulit
luka
Do : -
Penekanan pada punggung dan gluteal
Sirkulasi terhambat
iskemia
Resiko integritas kulit 6.
Ds:
Trauma
-
Gangguan eliminasi
Patah tulang Do:
-
Pemasangan traksi
Keterbatasan pergerakan fisik, terbaring lama
Sistem saraf parasimpatis ↑
Peristaltik usus ↓
Sfingter anus
konstriksi
Reabsorpsi cairan ↑
Feses menjadi lebih keras
Gangguan eliminasi 7.
Ds:
Keterbatasan pergerakan fisik, terbaring lama
Do:
Perubahan peran hidup Ekstremitas bawah kanan lebih
Banyak pikiran
panjang 2 cm dari ekstremitas bawah kiri Tungkai kanan terpasang fiksasi eksternal yang terbalut
Ansietas
Ansietas
kasa pada tibia 1/3 proksimal
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya jaringan tulang d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 6 rentang 0-10 b. Gangguan perfusi jaringan b.d kerusakan pembuluh darah d.d Hb turun, CRT 3 c. Infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d leukosit meningkat, POD d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan imobilitas d.d pemasangan traksi
4. RENCANA RENCA NA ASUHAN ASUHA N KEPERAW KEPE RAWA ATAN
No
Diagnosa keperawatan
1 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
Tujuan
Intervensi
Tupan :
Mandiri
Rasional
Setelah
terputusnya
dilakukan
jaringan tulang
perawatan 5x24
nyeri , perhatikan
terutama saat perawatan
d.d klien
jam nyeri klien
lokasi / karakter dan
luka. Perubahan
mengeluh nyeri,
hilang ( S = 0 )
intensitas skala
lokasi/karakter/intensitas
skala nyeri 6 rentang 0-10
1.
Kaji keluhan
1.
Nyeri selalu ada,
nyeri dapat Tupen :
mengindikasikan
Gangguan
Setelah
terjadinya komplikasi.
perfusi jaringan
dilakukan
b.d kerusakan
perawatan 3 x 24
pembuluh darah
jam nyeri
imobilisasi bagian
nyeri dan mencegah
d.d Hb turun,
berkurang (S = 2)
yang sakit dengan
kesalahan posisi tulang /
tirah baring , gips ,
tegangan jaringan yang
traksi.
cedera.
CRT 3
2.
3.
Pertahankan
Dorong
2.
3.
Menghilangkan
Pernyataan
ekspresi perasaan
meungkinkan
tentang nyeri
pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.
4.
Tingkatkan
periode tidur tanpa
4.
Kekurangan tidur
dapat ↑ persepsi nyeri.
gangguan.
Kolaborasi
5.
Pemberian
analgesik terutama
5. Analgesik dapat
mengurangi nyeri
saat perawatn luka. 2 Gangguan perfusi jaringan b.d kerusakan pembuluh darah d.d Hb turun, CRT 3
Tupen
:
setelah 1x24 jam dilakukan dilakukan tindakan keperawatan klien
Mandiri :
1. Selidiki perubahan
1. Perfusi serebral secara
tiba-tiba atau
langsung sehubungan
gangguan mental
denga curah jantung dan
kontinu. Contoh
juga dipengaruhi dipengaruhi oleh oleh
cemas, bingung,
elektrolit/variasi asam-
tidak
letargi, pingsan
menunjukkan
basa, hipoksia atau emboli sistemik
adanya gangguan perfusi jaringan Tupan : setelah 3x24 jam dilakukan
2. Lihat pucat,
2. Vasokonstriksi
sianosis, belang, kulit
sistemik diakibatkan oleh
dingin/lembab. Catat
penurunan curah jantung
kekuatan nadi perifer
mungkin dibuktikan penurunan perfusi kulit
perawatan,
dan penurunan nadi
gangguan perfusi jaringan teratasi teratasi
3. Pantau pernafasan,
3. Pompa jantung gagal
catat kerja pernafasan
dapat menyebabkan distres pernafasan
4. Pantau pemasukkan
4. Penurunan
dan catat perubahan
pemasukkan/mual terus
keluaran urine
menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi.
Kolaborasi :
1. Pantau data
2. Indikator
laboratorium (GDA,
perfusi/fungsi
kreatinin, elektrolit)
organ
2.Beri obat sesuai
3.
Untuk
indikasi. Contoh :
menurunkan risiko
heparin dan ranitidine
tromboflebitis atau pembentukkan trombus
mural serta menurunkan atau menetralkan asam lambung 3 Infeksi
Tupen
:
berhubungan
Dalam 3 x 24
dengan
jam
pemasangan
infeksi dapat
fiksasi
pada
tulang
ditandai
dengan
leukosit 3
vital 1. Mengetahui keadaan
dan tanda infeksi
2. Ganti balutan luka septik 2. Meminimalkan infeksi
aseptik setiap hari
Tupan
umum pasien dan dugaan adanya infeksi
secara
berkurang
21.200 / mm .
tanda
ciri-ciri
sedikit
1. Kaji
:
sekunder dari alat yang digunakan
Dalam 7 x 24 jam penyebab
3. Tutup pada akhir
infeksi dapat teratasi
dan
gips
peritoneal
dengan plastik
3. Gips yang lembab, dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
tidak adanya cirri-ciri infeksi
pada
bagian tubuh
4. Lakukan prosedur isolasi
kewaspadaan luka /
Kriteria Hasil :
purulen akan memerlukan
klien
4. Adanya drainase
linen menceah
Leukosit
kontaminasi silang
dalam rentang normal
5. Anjurkan (±
9000 – 9000 – 11000 11000
untuk
pasien 5. Untuk mencegah menjaga
kebersihan
3
kontaminasi adanya infeksi
/ mm )
4
Resiko tinggi
Tupen: Setelah
1. Kaji kulit dan identifikasi pada
1. Mengetahui sejauh mana perkembang pe rkembangan an
kerusakan integritas kulit b.d gangguan imobilitas d.d pemasangan traksi
3 x 24 jam perawatan, gangguan integritas kulit sedikit teratasi dan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
tahap perkembangan luka
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau serta jumlah dan tipe cairan luka
3. Pantau peningkatan suhu tubuh
Tupan: Dalam 1 minggu perawatan memperlihatkan perbaikan jaringan kulit kulit
4. Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement
luka, mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat
2. Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi
3.Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan
4.Tehnik 4.Tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mecegah terjadi infeksi
5.Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya 6.Balutan dapat diganti
6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
2.
PERAN PERAWAT
satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah atau tidaknya luka, agar tidak terjadi infeksi
7.Antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi
Care provider
: Memberikan asuhan keperawatan pada Tuan A sesuai
dengan usia dan KDM yang harus terpenuhi.
Educator
: Memberikan penjelasan ataupun informasi/
pengetahuan pada Tuan A atau keluarganya tentang kondisinya sekarang.
Kolaborator
: Berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya untuk
proses penyembuhan Tuan A
Motivator
: Memberikan dorongan yang positif pada Tuan A agar
kepercayaan dirinya meningkat dan tekad untuk kesembuhannya meningkat.
Konselor
kondisinya saat ini.
: Membantu Tuan A mengatasi psikologisnya karena
DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC Suratun., Heryati., Manurung S., & Raenah E. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan deng an Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Ashari, I.2009. klasifikasi fraktur.(online).[diakses tanggal 10 Desember http://www.irwanashari.com/2009/04/biomek /04/biomekanik-fraktur-pada-tu anik-fraktur-pada-tulanglang2010]. 2010] .http://www.irwanashari.com/2009 panjang.html
Mayaditasari, W.2010.Klasifikasi Fraktur.(online).[diakses tanggal 10 Desember http://we2ncibi.blogspot.com/2010/07/klasifik /2010/07/klasifikasi-fraktur.htm asi-fraktur.htmll 2010]. 2010] .http://we2ncibi.blogspot.com http://www.infofisioterapi.com http://www.infofisioterapi.com/pemeriksaan-fisik-fraktu /pemeriksaan-fisik-fraktur.htm r.html#more-2193 l#more-2193
Asuhan Keperawatan dengan Fraktur .
http://www.scribd.com/doc/23128712/Asuhan-Keperawatan-Kliendengan-Fraktur diakses tanggal 29 November 2011 -
.
-
.
Fraktur. http://www.scribd.com/doc/31348597/FRAKTUR diakses
tanggal 29 November 2011
Israr, Yayan A. 2010. Mencari Penyebab Anemia dengan Nilai Eritrosit Rata-Rata Rata -Rata . http://belibis-a17.com/2010/04/19/mencari-penyebab-anemia-dengannilai-eritrosit-rata-rata/ diakses tanggal 29 November 2011 -
.
- . Tes-Tes Darah Hati. http://www.totalkesehatananda.com/darahhati2.html diakses tanggal 29 November 2011
Schwartz, M William. 2004. Pedoman Klinis Pediatrik . Jakarta: EGC Fisiologi Sistem Lokomotor Lokomotor dan Penginderaan Penginderaan.Jakarta:EGC Broom,Bryan.1999. Anatomi Fisiologi
Munandar, A.1991. Ikhtisar Anatomi dan Ilmu gerak .Jakarta:EGC .Jakarta:EGC
http://fitnessindonesia.blogspot.com/2008_05_01_ar http://fitnessindonesia. blogspot.com/2008_05_01_archive.html chive.html http://masarifoel.blogspot.com/2010/07/anat http://masarifoel.blogspot.com/2010/07/anatomi-fisiologi-sist omi-fisiologi-sistem.html em.html http://wawan-junaidi.blogspot.c http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/12/bentuk-dan-jenis-tulang.h om/2009/12/bentuk-dan-jenis-tulang.html tml http://www.scribd.com/d http://www.scribd.com/doc/23697584/Anatomi-Fisi oc/23697584/Anatomi-Fisiologi-Dan-Patol ologi-Dan-Patologi-Sistemogi-SistemMuskuloskeletal http://cupu.web.id/anato http://cupu.web.id/anatomi-muskulosk mi-muskuloskeletal-atau-tulan eletal-atau-tulang/ g/