MAKALAH TENTANG KASUS-KASUS GENETIKA (STUDY KASUS / PENGGUNAAN GEN PADA KEHIDUPAN
Penerapan Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan Manusia Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya. Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme or ganisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Genetically Modified Organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi t eknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik. Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
1 Bidang Pertanian dan Peternakan Teknik bioteknologi tanaman di bidang pertanian telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan karakter atau sifat baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman. Beberapa contoh aplikasi rekayasa genetika di bidang pertanian adalah mengembangkan tanaman transgenik yang memiliki sifat: 1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida); 2) tahan terhadap hama dan penyakit tertentu; 3) mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi beta-karoten dan vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, kentang dan pisang yang berkhasiat obat, dll.); 4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen
dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri); dan 5) dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan tanah dengan kandungan garam tinggi) (www.scribd.com, 2012).
Teknologi pemindahan gen atau transformasi gen untuk mendapatkan tanaman transgenik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Contoh transfer gen secara langsung adalah perlakuan pada protoplas tanaman dengan eletroporasi atau dengan polyethyleneglycol (PEG), penembakan eksplan gen dengan gene gun atau di vortex dengan karbit silikon. Teknik pemindahan gen secara tak langsung dilakukan dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens. 1- Metode elektroporasi. Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah elektroporasi dari protoplas, perlakuan polythyleneglycol (PEG) pada protoplas dan kombinasi antara dua perlakuan tersebut diatas. PEG memudahkan presipitasi DNA dan membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim nuklease. Sedangkan elektroporasi dengan perlakukan listrik voltase tinggi meyebabkan permeabilitasi tinggi untuk sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori sehingga DNA mudah penetrasi kedalam protoplas. Integritas membran kembali membaik seperti semula dalam beberapa detik sampai semenit setelah perlakuan listrik. Jagung dan padi telah berhasil dengan sukses ditransformasi melalui elektorporasi dengan efisien antatar 0,1 – 1 %. Salah satu kelemahan penggunaan protoplas sebagai eksplan untuk transformasi adalah sulitnya regenerasi dari protoplas, dan variasi somaklonal akibat panjang periode kultur 2- Karbid silikon (silicon carbide) Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung, dan turfgrass adalah penggunaan karbid silikon (silicon carbide). Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan serat silicon carbide dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan kedalam tabung Eppendorf , kemudian dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan vortex. Serat karbid berfungsi sebagai jarum injeksi mikro (micro injection ) untuk memudahkan transfer
DNA kedalam sel tanaman. Metode ini telah digunakan dan menghasilkan tanaman jagung transgenik yang fertil. 3- Penembakan partikel (Particle bombardment) Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan metoda gene gun atau particle bombardment . Metode transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan menembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau jaringan tanaman. Dengan cara partikel dan DNA yang ditambahkan menembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar dalam secara independen. Telah didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif untuk metransfer gen pada bermacam – macam eksplan. Penggunaan senjata genmemberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama proses penembakan berlangsung. Penggunaan particle bombardment membuka peluang dan kemungkinan lebih muda dalam memproduksi tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan turfgrass.. 4- Metode transformasi yang dilakukan atau diperantara oleh Agrobacterium tumefaciens. Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media vektor Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk melakukan transformasi tanaman, terutama tanaman kelompok dikotil. Bakteri ini mampu mentransfer gen kedalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf disc) atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi beregenerasi tinggi. Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen spesifik DNA plasmid Ti disebut T-DNA (transfer DNA ) yang berpindah dari bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi kedalam genom tanaman. Karena Agrobacterium tumefaciens merupakan patogen tanaman maka A. tumefaciens yang digunakan sebagai vektor untuk transformasi tanaman adalah jenis bakteri yang plasmid Ti telah dilucuti virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu tanaman sehat hasil rekayasa genetik. Teknik transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah berhasil dengan baik tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil. Namun beberapa peneliti telah melaporkan bahwa beberapa strain Agrobacterium berhasil metransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan padi Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Seri kat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha) , Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar (Krisno, 2012). Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk
pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi. Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997. 2. Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat dan jugaketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal yang bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt ) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sej ak diketahui potensi dari protein kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan (Agus Krisno,, 2011).
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman sengon ( Albazia falcataria) transgenik pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai ekonomis yang digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan rumah tangga, pagar, hingga pulp dan kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga baik ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah (Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanaman sengon transgenik yang mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh lebih cepat dan mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi tumbuh lebih cepat saat dipindah ke lapangan. Florikultur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga. Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk kebun, bunga segar untuk industri potong- Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam
ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan di Floristry dengan menggunakan teknik biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta berbagai produksi hasil tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru bagaimana cara menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama serta lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kese garan bunga yang lebih panjang. 3.
Bidang Farmasi dan Industri Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan. Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit (Chambell et all , 2000) 1) Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel- sel β kelenjar Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Adapun proses pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid pada bakteri sebagai vektor pengklon (pembawa DNA) sebagai berikut: 1- Pengisolasian vector dan DNA sumber gen Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium Vektor yang digunakan berupa plasmid dari bakteri Escherichia coli. Plasmid merupakan molekul DNA kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan terpisah dari kromosom bakteri. Adapun plasmid yang digunakan mengandung gen: Amp-R yang terbukti memberikan resistensi pada sel inang terhadap antibiotik amphisilin LacZ yang mengkode enzim β -galaktosidase yang menghidrolisis gula laktosa Plasmid ini memiliki pengenalan tunggal untuk enzim restriksi endonuklease yang digunakan dan urutan ini terletak dalam gen lacZ
2- Penyelipan DNA ke dalam vector Plasmid maupun DNA manusia dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang sama dimana enzim ini memotong DNA plasmid pada tempat restriksi tunggalnya dan mengganggu gen lacZ. Mencampurkan fragmen DNA manusia dengan plasmid yang telah dipotong Penambahan enzim ligase untuk membentuk ikatan kovalen antara keduanya 3- Pemasukan plasmid ke dalam sel bakteri Plasmid yang telah termodifikasi dicampurkan dalam kultur bakteri Bakteri akan mengambil plasmid rekombinan secara spontan melalui proses transformasi namun tidak semua bakteri yang akan mengambil plasmid rekombinan yang diinginkan 4- Pengklonaan sel dan gen asing Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada medium nutrient padat yang mengandung amphisilin dan gula yang disebut X-gal . Amphisilin dalam medium yang akan memastikan bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh karena adanya resistensi dari amp-R. Sedangkan X-gal akan memudahkan identifikasi koloni bakteri yang mengandung gen asing yang disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis oleh β galaktosidase menghasilkan produk berwarna biru, sehingga koloni bakteri yang mengandung plasmid dengan gen β -galaktosidase utuh akan berwarna biru. Tetapi jika suatu plasmid memiliki DNA asing yang diselipkan ke dalam gen lacZ -nya maka koloni sel yang mengandung DNA asing ini akan berwarna putih karena sel tersebut tidak bisa menghasilkan β-galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal. 5- Identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan diidentifikasi menggunakan probe asam nukleat . Probe adalah rantai RNA atau rantai tunggal DNA yang diberi label isotop radioaktif atau bahan fluorescent dan dapat berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah RNAd dari gen pengkode insulin pankreas manusia. Untuk memilih koloni bakteri mana yang mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada kertas filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan telah diberi probe akan tampak bersinar. Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan dalam kultur cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi gen tersebut dalam jumlah besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe untuk mengidentifikasi gen yang serupa atau identik di dalam DNA dari sumber lain. Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik 4.
Lingkungan Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk
membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik. Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari sumber-sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba untuk mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi, peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya (Chambell et al , 2000) 5. Bidang Hukum dan Forensik Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang lain milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan antibodi untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena urutan DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphims) dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk pendeteksian kemiripan dan perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah atau jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan metode ini dapat digunakan untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira lima penanda, dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi, rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama adalah kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti yang disajikan kepada para juri dalam pengadilan percobaan pembunuhan. Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada pakaian terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban bukan dari terdakwa sendiri.
APLIKASI KLONING GEN DALAM PROSES PRODUKSI INSULIN Gene Cloning Applications In Insulin Production Process Posted January 10, 2012 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment MelyzaFN, Fitroh Nilla PH, Elis Sulistyantini PW, Moch. Sirojul A, Moch. Agus Krisno Budiyanto Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318 psw 120 Abstrak The result of research that has groen well, and knows of DNA as genetic material and its structure, genetic code and process of transcripsi on and translation can be described. A study which is a revolution in Biology is the emergence is a core process or gene cloning is procedur to obtain a replica that can be just form a single cell or organism. Recombinant DNA technique in genetic engineering to produce new propertice by recombining with the genomic DNA of certain genes. Recombinant DNA techniques is a collection of techniques for recombining genes in a test tube. Techniques that include DNA isolat ion, DNA cutting techniques, techniques of DNA merge to insert DNA into living cells. Recombinant DNA is formed after the tranformation process is carried out to the host cell and then do the process of incubations the bacterial cells. After incubaction the bacterial cell can be tested through the precense or recombinant DNA which is an antibiotic test, test selection medium and bluewhite selection. Having obtained the bacteria with recombinant DNA purrification is performed to isolate genes that are replicated.
Keywords: Genetic Engineering, Gene Cloning, Transformation Abstrak Hasil penelitian yang telah berkembang baik, dan diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya, kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan. Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam Biologi modern adalah setelah munculnya teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh replika yang dapat sama dari sel a tau organisme tunggal. Teknik DNA rekombinan adalah suatu teknik di dalam rekayasa genetika untuk menghasilkan sifat baru dengan cara merekombinasikan gen tertentu dengan DNA genom. Teknik DNA rekombinan merupakan kumpulan teknik untuk merekombinasi gen dalam tabung reaksi. Teknik itu diantaranya isolasi DNA, teknik memotong DNA, teknik menggbung DNA dan teknik untuk memasukan DNA ke dalam sel hidup. Setelah DNA rekombinan terbentuk maka dilakukan proses transformasi ke host cell kemudian dilkakukan proses inkubasi sel bakteri tersebut. Setelah dilakukan inkubasi maka sel bakteri dapat diuji kehadiran DNA rekombinannya yaitu melalui uji antibiotik, uji medium seleksi dan seleksi putih biru. Setelah didapatkan bakteri dengan DNA rekombinan maka dilakukan purifikasi untuk mengisolasi gen yang direplikasi.
Kata Kunci : Rekayasa Genetika, Kloning Gen, Transformasi
PENDAHULUAN Keanekaragaman makhluk hidup memungkinkan manusia untuk memilih jenis makhluk hidup yang dikehendakinya. Upaya yang dilakukan nenek moyang kita dalam memil ih jenis makhluk hidup yang unggul adalah dengan breeding atau mengawinkan spesies unggul untuk mendapatkan keturunan yang unggul pula dan memiliki si fat dari kedua induknya. Berkembangnya ilmu genetika dan ditemukannya gen, maka manusia pun memiliki alternatif lain yang lebih efektif yaitu melalui teknik rekayasa genetika (Genetic Engineering) yaitu dengan cara melakukan perubahan langsung pada DNA. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan teknologi DNA rekombinan. Sejak tahun 1970an telah berkembang suatu teknologi yang dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan dalam mengatasi masalah tersebut melalui isolasi dan manipulasi terhadap gen yang bertanggung jawab atas ekspresi protein tertentu atau pembentukan suatu produk. Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan is tilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi telah diberikan untuk mendeskripsikan pengertian dari teknologi DNA rekombinan. Salah satu pengertian yang mungkin paling representatif, menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkan untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang. Kira-kira satu abad yang lalu Gregor Mandel telah merumuskan aturan-aturan untuk menerangkan pewarisan sifat biologis. Sifat organisme yang dapat diwariskan diatur oleh suatu faktor yang disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada di suatu di dalam se l tepatnya di dalam kromosom. Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian genetika yang meliputi pemetaan gen, dan menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian yang telah berkembang baik, dan diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta str ukturnya, kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan. Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam Biologi modern adalah setelah munculnya teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal. KLONING GEN Kloning sebenarnya memiliki arti yang sangat penting untuk menghasilkan organisme baru yang unggul. Kemajuan kloning pada tumbuhan dan hewan disambut baik oleh umat manusia. Tetapi pada saat kloning berkembang dan mulai menuju kloning terhadap manusia, mulai muncul berbagai pendapat dan perdebatan yang terjadi dikalangan ilmuan, politisi, masyarakat, dan tokoh agama. Ada yang mendukung dan ada pula yang menolak adanya kloning pada manusia. Berbagai kalangan yang mendukung beralasan kebe rhasilan kloning gen pada manusia dapat menghasilkan sel, jaringan, dan organ yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti diabetes dan leukimia. Kloning adalah suatu teknik reproduksi secara aseksual yang menggunakan sel tubuh (sel somatis) makhluk hidup. Kloning didasarkan pada konsep bahwa s el makhluk hidup bersifat totipotensi, yaitu kemampuan setiap sel yang darimana saja se l tersebut diambil apabila diletakkan dilingkungan yang sesuai akan tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Kloning berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu Clone yang artinya ranting at au cangkokan. Istilah Clone atau klona pertama kali diusulkan pada tahun 1903 oleh Herbert Webber. Pada tahun 1952 dua orang ilmuan yang berasal dari Amerika Serikat, bernama Robert Briggs dan Thomas King mulai mencoba menerapkan teknik kloning pada katak. Mereka memindahkan inti sel somatis dari seekor berudu ke dalam sel telur katak yang intinya telah dikeluarkan. Sel telur dan inti sel tersebut kemudian tumbuh dan berkembang menjadi seekor
berudu yang normal. Pada tahun 1962 John B. Gurdon juga mencoba mengkloning katak. Tapi katak hasil kloningnya banyak yang cacat atau abnormal. Dari hasil percobaan sebelumnya, Gurdon kemudian mengulang dan menyempurnakan percobaannya, sehingga dapat menghasilkan katak yang tumbuh normal dan dapat berkembang menjadi katak dewasa. Setelah keberhasilan kloning katak, para ilmuan tertarik untuk mulai mencoba menerapkan teknik kloning pada mamalia. Pada tahun 1977, seorang ilmuan dari Jerman, yaitu Karl Illmensee telah berhasil mengkloning tikus. Kemudian pada tahun 1984, Ilmuan Inggris, yang bernama Steen Wlladsen mencoba menerapkan kloning pada kambing. Selanjutnya Ian Wilmut dan rekan-rekannya berhasil mengklon domba yang kemudian diberi nama Dolly. Keberhasilan kloning Dolly sangat menggemparkan. Akan tetapi, Doll y tersebut akhirnya disuntik mati pada tanggal 14 Februari 2003. Seperti telah dijelaskan diatas, kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama. Berdasarkan pengertian diatas, terdapat beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain : 1. Kloning DNA Rekombinan Kloning ini merupakan pemindahan sebagian rantai DNA yang diinginkan dari suatu organisme pada satu element replikasi genetik. Salah sat u contohnya adalah penyisipan DNA dalam plasmid bakteri untuk mengklon satu gen. 2. Kloning Reproduktif Merupakan suatu teknologi yang biasa digunakan untuk menghasilkan hewan yang sama, contohnya Dolly dengan suatu proses yang disebut dengan SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer). 3. Kloning Terapeutik Kloning Terapeutik adalah suatu proses kloning gen yang digunakan untuk memproduksi embrio manusia sebagai bahan penelitian. Tujuan utama dari proses ini adalah bukan untuk menciptakan manusia baru, akan tetapi untuk mendapatkan sel batang yang dapat digunakan untuk mempelajari perkembangan manusia dan penyembuhan penyakit. Kloning dapat dilakukan terhadap semua makhluk hidup, baik pada tumbuhan, hewan dan manusia. Pada tumbuhan, kloning dapat dilakukan dengan cara teknik okulasi, sedangkan pada hewan dan manusia, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan. Kloning ini dapat berupa kloning embrio dan kloning hewan atau manusia itu sendiri. Kloning yang dilakukan terhadap hewan maupun pada tumbuhan, jika memiliki daya guna bagi kehidupan manusia maka hukumnya mubah/boleh. Hal ini tercantum dalam surat Al-Baqoroh ayat 29
INSULIN Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi didalam sel-sel β kelenjar Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Kekurangan hormon insulin dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
(http://filzahazny.wordpress.com) Hormon ini bekerja mengatur kadar glukosa dalam darah dengan cara mempermudah
masuknya glukosa ke dalam semua jaringan tubuh. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak memadai, kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan sebagai akibatnya glukosa akan di ekskresi dalam urine. Adanya insulin yang dapat membantu untuk mengatur kadar glukosa darah merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaanNya. Hal ini tercantum dalam firman Allah surat Al Furqan ayat 2 Insulin adalah suatu hormon yang secara alami dihasilkan oleh pulau pulau langerhans pankreas. Insulin memungkinkan sel – sel tubuh mengabsorbsi glukosa dari darah untuk digunakan sebagai sumber energi, diubah menjadi molekul lain yang diperlukan, atau untuk disimpan. Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama konversi glukosa menjadi glikogen untuk penyimpanan internal di hati dan sel otot. Apabila jumlah insulin yang tersedia tidak mencukupi, sel tidak merespon adanya insulin (tidak sensitif atau resisten), atau bila insulin itu sendiri tidak diproduksi oleh sel – sel beta akibat rusaknya sel – sel beta pada pankreas, maka glukosa tidak dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh ataupun disimpan dalam bentuk cadangan makanan dalam hati maupun sel otot. Akibat yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah, penurunan sintesis protein, dan gangguan proses metabolisme dalam tubuh. Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin yaitu melalui teknik rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut diatas, insulin dari hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, karena tidak menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan yang berbahaya. Pembuatan insulin dari bahan berupa makhluk hidup menunjukkan tanda kekuasaan Allah SWT sesuai firman Allah SWT dalam surat An Nahl: 5
APLIKASI GEN KLONING DALAM PROSES PEMBUATAN INSULIN Kloning gen atau molekuler adalah sekelompok salinan gen, bersifat identik yang direplikasi dari satu gen dan dimasukkan kedalam sel inang. Kloning gen merupakan suatu terobosan baru, dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah gen yang mungkin dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Kloning gen meliputi serangkaian proses isolasi fragmen DNA spesifik dari genom suatu organisme, penentuan sekuen at au fragmen DNA, pembentukan molekul DNA rekombinan, dan ekspresi gen target dalam sel inang.
Langkah – Langkah Kloning Gen adalah sebagai berikut : 1. Penentuan sekuen atau fragmen DNA untuk memastikan fragmen DNA yang diisolasi adalah gen target sesuai dengan kehendak kita. 2. Pemotongan DNA sumber gen dan vektor kloning menggunakan enzim restriksi 3. Menyisipkan potongan DNA sumber gen ke dalam vektor kloning yang telah dipotong dan disambung dengan bantuan enzim DNA ligase 4. Hasil DNA rekombinan kemudian ditransformasi ke dalam sel inang (biasanya sel bakteri, misalnya strain E.coli walaupun sel jenis lain dapat di gunakan) untuk diproduksi lebih banyak.
5. Selanjutnya dilakukan proses pra Inkubasi, dimana sel E.coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada ion positif kalsium klorida (CaCl2). Perlakuan ini dilakukan agar membran sel dan dinding sel bakteri E.coli menjadi permeable terhadap plasmid donor. Sehingga sel bakteri E.coli akan menjadi “kompeten” untuk dapat menerima plasmid. 6. Pada proses inkubasi plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E.coli kompeten. Suspensi sel E.coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid sebagai kontrol. 7. Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun sebagai kontrol) dipaparkan sejenak selama 90 detik pada suhu 42oC. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat memaksimumkan masuknya plasmid menembus membran dan dinding sel. 8. Selanjutnya adalah proses penyembuhan (Recovery). Sel-sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun sebagai kontrol) ditumbuhkan dalam sebuah medium kaya nutrisi untuk memberi kesempatan proses penyembuhan pada sel bakteri setelah mengalami cekaman dan kejutan. Masa penyembuhan berlangsung satu waktu generasi (untuk E. coli berkisar antara 30 hingga 45 menit) 9. Di dalam sel inang, vektor melakukan replikasi yang dapat menghasilkan banyak turunan identik, baik vektornya sendiri maupun gen yang dibawanya (gen target). 10. Ketika sel inang melakukan pembelahan, salinan molekul DNA rekombinan diwariskan pada progeni dan terjadi proses replikasi vektor selanjutnya. 11. Setelah terjadi sejumlah besar pembelahan sel, maka akan dihasilkan koloni atau klon sel inang yang identik. 12. Setiap sel dalam klon mengandung satu salinan atau lebih molekul DNA rekombinan; sehingga dapat dikatakan bahwa gen yang dibawa oleh molekul DNA rekombinan telah diklon. 13. Gen target yang ada di dalam sel inang jika diekspresikan akan menghasilkan produk gen yang kita inginkan
(www.faperta.ugm.ac.id)
(www.slideshare.net) Transformasi dapat dikatakan berhasil apabila rangkaian DNA yang diintroduksikan dapat disisipkan ke genom sel inang (bakteri), diekspresikan, dan terpelihara dalam seluruh proses pembelahan sel berikutnya. Seleksi bakteri pembawa DNA rekombinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu seleksi resistensi antibiotika dan seleksi warna. Agar dapat membedakan antara bakteri yang sudah dimasuki DNA plasmid dan mana yang tidak dapat dilakukan seleksi antibiotik. Pada umumnya bakteri tidak dapat hidup dan tumbuh pada media yang mengandung antibiotik. Maka dari it u pada DNA plasmid yang ditransformasikan harus ada gen penyandi antibiotik resisten agar bakteri hostnya menjadi tahan hidup di media yang mengandung antibiotik. Jadi bakteri yang tidak berhasil disusupi oleh plasmid akan mati dengan sendirinya. Membedakan antara bakteri yang plasmidnya memiliki insert ataukah tidak adalah dengan menggunakan seleksi biru putih. Karena reaksi ligasi tidak akan 100% berhasil menyambungkan vektor dan insert. Sel yang mengandung plasmid tanpa insert ditumbuhkan pada media ampisilin akan menyebabkan gen lac-Z akan terekspresikan dan β-galaktosidase dihasilkan sehingga menghasilkan koloni biru. Enzim ini akan memecah X-gal dan menghasilkan senyawa berwarna biru, begitu pula sebaliknya, sel yang mengandung plasmid rekombinan ditumbuhkan atau berhasil tersisipi maka pada media tersebut, gen lac-Z tidak akan diekspresikan dan β-galaktosidase tidak akan terbentuk. Koloni akan berwarna putih.
Hanya koloni berwarna putih yang tumbuh pada media yang mengandung antibiotik dan XGal saja yang mungkin mengandung gen yang kita transformasikan. Proses inilah yang dinamakan seleksi biru-putih.
(http://sajidan.staff.fkip.uns.ac.id)
Kesimpulan Revolusi dalam Biologi modern adalah setelah munculnya teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggalKloning gen atau molekuler adalah sekelompok salinan gen, bersifat identik yang direplikasi dari satu gen dan dimasukkan kedalam sel inang. Kloning gen merupakan s uatu terobosan baru, dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah gen yang mungkin dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Kloning gen meliputi serangkaian proses isolasi fragmen DNA spesifik dari genom suatu organisme, penentuan sekuen atau fragmen DNA, pembentukan molekul DNA rekombinan, dan ekspresi gen target dalam sel inang. Keberhasilan proses tr anspormasi dapat diuji kehadiran DNA rekombinannya yaitu melalui uji antibiotik, uji medium seleksi dan seleksi putih biru. Setelah didapatkan bakteri dengan DNA rekombinan maka dilakukan purifikasi untuk mengisolasi gen yang direplikasi.
Kapas Transgenik di Sulsel STUDI KASUS - PERTANIAN Ujian terhadap Otoda
Oleh:As'ad Nugroho
Kegundahan hati Gubernur Sulawesi Selatan HZB Palaguna memuncak tatkala mendengar berita bahwa petani di Kabupaten Bulukumba membakar kapas hasil panennya pada 13 September 2001. Pembakaran itu merupakan puncak dari rasa kesal karena hasil panen tidak sebaik yang dijanjikan Monsanto. Bisnis besar penanaman kapas transgenik kerjasama dengan Monsanto terancam gagal jika tidak didukung petani. Bibit kapas sebanyak 40 ton dengan kemampuan areal tanam 8.000 hektar yang telah didatangkan dari Afrika Selatan sebagian terancam gagal ditanam. Padahal berdasarkan SK Menteri Pertanian tertanggal 7 Februari 2001 (SK 107/Kpts/KB.430/2/2001) kapas yang ditanam baru seluas 4.000 ha. Penolakan penanaman kapas transgenik jenis Bollgard NuCOTN 35B ini juga telah dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup waktu itu. Sikap yang sama dilakukan oleh 72 LSM diantaranya Konphalindo, YLK Sulsel, YPR, PAN Indonesia yang menandatangani pernyataan menolak tanaman transgenik di Indonesia. Mereka menilai bahwa penanaman kapas transgenik tersebut akan membahayakan keseimbangan lingkungan. Dari hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa IPB, Marhamah Nadir dan Reza Indriadi, menyimpulkan bahwa gen kapas Bollgard ini telah mengkontaminasi kapas Kanesia 7 (nontransgenik) yang ditanam berdekatan. Latar Transgenik
Belakang dan
Problemnya
Pernahkah Anda bayangkan bahwa tomat bisa memiliki gen ikan flonder yang hanya hidup di kutub bumi, sehingga buah tersebut menjadi tahan dingin? Tidakkah juga sangat aneh bila tanaman kapas gen-nya bisa disusupi pestisida sehingga bisa membunuh serangga yang memakan daun atau bunganya? Tapi hal itu sudah terjadi kini. Bahkan sudah banyak produk lain yang direkayasa genetikanya oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin besar. Karena kebutuhan manusia akan pangan dan berbagai kebutuhan dasar lainnya semakin meningkat, maka diperkosalah alam untuk berproduksi melebihi kemampuan alamiahnya. Hal ini yang kemudian mendorong dikembangkannya berbagai teknologi, termasuk teknologi rekayasa genetika. Dengan rekayasa genetika manusia bisa menggabungkan sifat sebuah makhluk hidup dengan makhluk hidup lain yang sangat berbeda spesies, sifat dan tabiat hidupnya.
Karena alam dipaksa untuk berproduksi melebihi kapasitasnya maka terjadilah ketidakseimbangan dalam diri dan lingkungannya. Mahluk hidup yang telah direkayasa genetikanya sangat berpotensi merusak mahluk hidup lain yang hidup di sekeliling dan berinteraksi dengannya. Bahkan karena tabiat dan pola hidup makhluk tersebut telah diubah maka alam yang menjadi tempat hidupnya juga berpotensi mengalami kerusakan. Serangkaian kekhawatiran terhadap terjadinya dampak rekayasa genetika sangatlah beralasan. Meskipun setiap dikeluarkannya produk transgenik sudah dilakukan serangkaian uji laboratorium, tapi belum sepenuhnya teruji keamanannya di alam. Tidak ada standar yang baku untuk mengukur seberapa lama produk transgenik bisa dikatakan aman dan boleh dikonsumsi. Jika produk tersebut merupakan kebutuhan yang dimakan manusia, maka bisa jadi proses uji dan pengamatan di alamnya harus seumur manusia yang mengonsumsinya. Sedangkan umur teknologi rekayasa genetika kini belum genap 25 tahun dan selalu muncul berbagai persoalan dan ekses dari produk transgenik tersebut. Teknologi rekayasa genetika juga akan menyebabkan ketergantungan petani pada bibit yang disediakan perusahaan. Berbeda dengan pertanian biasa, padi misalnya, buah padi (gabah) yang dihasilkan akan dapat dipakai sebagai bibit dan kemudian disemai kembali oleh petani yang akan menghasilkan tanaman baru. Pada tanaman transgenik, buah yang dihasilkan tidak dapat digunakan sebagai bibit karena telah diganti sifat-sifatnya, termasuk kemampuan reproduksinya. Sulsel
sebagai
Sentra
Kapas
Kapas tidak bisa tumbuh di sembarang tanah di Indonesia. Begitu juga dengan musim, kapas hanya akan baik ditanam jika pada saat tanaman berbuah adalah musim kemarau. Sentra kapas di Indonesia terdapat di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Sulsel termasuk penghasil kapas terbesar di Indonesia. Pertanian kapas terdapat hampir di seluruh kabupaten di propinsi Sulsel dan melibatkan ribuan petani. Lingkungan alam Sulsel sangat mendukung untuk penanaman kapas. Tanah yang cenderung kering dan curah hujan yang juga relatif sedikit menjadikan kapas dapat tumbuh dengan baik. Kapas hanya membutuhkan air pada saat awal penanaman dan setelah mulai berbuah bahkan nyaris tidak membutuhkan air karena sudah tercukupi oleh air dari tanah. Dengan kondisi alam yang demikian inilah agaknya yang menjadikan Monsanto memilih Sulsel sebagai daerah pertama untuk penanaman kapas transgenik. Dengan merangkul pemerintah daerah dan mengerahkan berbagai strategi meyakinkan masyarakat, Monsanto telah berhasil masuk ke Sulsel dengan proyek awal berupa Uji Multilokasi penanaman kapas Bt-nya. Kolaborasi Monsanto:
Modal Menelikung
dan dengan
Kekuasaan Modal
Monsanto merupakan perusahaan penguasa teknologi tanaman transgenik terbesar di dunia. Dalam statementnya, mereka merupakan penyedia utama produk-produk pertanian dan pemberi solusi. Perusahaan yang berkantor pusat di Missouri, AS ini menggunakan inovasi yang tak tertandingi dalam bioteknologi, rekayasa genetika dan pemeliharaan tanaman untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya dalam pertanian. Mereka memproduksi
benih yang unggul, termasuk yang diberi merek DEJALB dan Asgrow. Cita-citanya adalah dapat membangun sifat bioteknologi yang terintegrasi yang dapat mengontrol serangga dan mengontrol gulma dalam diri benih tesebut. Mereka juga memakai Roundup, herbisida terlaris di dunia, dan herbisida lainnya yang dapat dikombinasikan dengan benih-benih yang mereka produksi. Mereka mengelola bisnis dalam dua segmen: Benih dan Rekayasa Genetika (Seed and Genomics), dan Produktivitas Pertanian (Agricultural Productivity). Segmen Seeds and Genomics bergerak pada bisnis global benih dan yang terkait dengan pemeliharaan, bioteknologi, dan rancang bangun teknologi yang berbasis pada rekayasa genetika tanaman, serta ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menggunakan gen-gen dalam kehidupan tumbuhan. Sedangkan Segmen Agricultural Productivity melingkupi produksi Roundup dan herbisida lainnya untuk halaman rumput dan taman, dan bisnis ternak.1 Produk Monsanto mencakup 91% dari seluruh wilayah yang ditanami tanaman organik di seluruh dunia pada tahun 2001. Dua perusahaan besar lainnya adalah Syngenta dan Aventis CropScience. Ada juga perusahaan yang bermain di benih transgenik seperti DuPont dan pemilik hak paten untuk teknologi transgenik lain seperti Dow dan Grupo Pulsar. Monsanto termasuk pemegang hak paten bioteknologi terbesar dengan menguasai 287 hak paten, disusul DuPont: 279, Syngenta: 173, Dow: 157, Aventis: 77, dan Grupo Pulsar: 382 . Berbekal pengalaman melakukan ekspansi penanaman tanaman transgenik di seantero dunia dan modal yang sangat besar Monsanto mulai masuk ke Indonesia. Kapas sebagai komoditi non pangan dipilih sebagai jalan masuk ke Indonesia, karena resikonya lebih rendah. Diduga jika proyek kapas transgenik ini berhasil, akan dilanjutkan dengan penanaman varietas berikutnya. Hal ini pernah diungkapkan oleh Gubernur Palaguna pada bulan April 2002, bahwa dirinya minta agar tanaman jagung transgenik yang ditawarkan PT Monsanto diujicoba di Sulsel selama tiga bulan.3 Monsanto melalui berbagai jalan terjal untuk masuk ke Indonesia. Pendekatan pertama kali dilakukan melalui pemerintah pusat pada saat Rizal Ramli menjadi Menteri Koordinator Perekonomian. Pada waktu itu Monsanto dan Pemerintah sudah merancang sebuah kerjasama untuk membuka lahan penanaman kapas transgenik seluas 10.000 ha. Untuk menghindari pelimpahan kesalahan pada dirinya maka Rizal berkoordinasi dengan Menteri Lingkungan Hidup, Sony Keraf dan dia menolaknya. “Sony Keraf telepon ke saya, waktu itu hubungan kita baik dan concern-nya sama. Kemudian Pak Sony dan kawan-kawan minta dukungan dari civil society” ujar Tejo. Tejo Wahyu Jatmik o adalah Direktur Konphalindo, LSM yang menjadi motor penolakan tanaman transgenik di Indonesia. Dengan adanya kasus ini Konphalindo bersama beberapa LSM di Jakarta melakukan konsolidasi untuk melakukan penolakan terhadap segala upaya penanaman tanaman transgenik di Indonesia. Dengan berbagai upayanya, akhirnya terkumpul sekitar 72 lembaga yang menjadi pihak yang menjadi garda depan gerakan anti biota transgenik. Bisa dikatakan bahwa kelompok inilah yang menjadi batu ganjalan besar bagi Monsanto untuk menancapkan bisnisnya di Indonesia. Upaya pertama Monsanto pun gagal total setelah Sony Keraf didukung oleh pernyataan dari sekitar 72 lembaga dan jaringan NGO menyatakan menolak proyek tersebut. Akan tetapi bukan Monsanto namanya jika menyerah begitu saja dengan kekalahan pertama. Dia kemudian melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah. Mereka paham benar bahwa
dengan adanya euforia otonomi daerah, pemda biasanya tidak segan melakukan upaya-upaya untuk kepentingan daerah meskipun tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat.
Kasus ini ditulis oleh As’ad Nugroho dari Pusat Penelitian Kepentingan Umum dan Advokasi– PIRAC, di bawah bimbingan Ahmad D.Habir,Ph.D, Dekan Fakultas Manajemen-S wiss German University, sebagai bagian dari program Promoting Leadership for Integrated Development yang didukung oleh Ford Foundation Indonesia. Semua materi yang terkandung di dalam artikel ini dipersiapkan semata-mata hanya untuk tujuan pembelajaran. Kasus ini tidak dimaksudkan atau dirancang sebagai gambaran yang menunjukkan sebuah praktek yang benar atau salah.