Peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, obesitas, kadar
garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol. Bagi yang memiliki faktor resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya preventif, contohnya yang paling sederhana adalah rutin kontrol tekanan darah lebih dari satu kali. maka permasalahan utama dalam proses pelaksanaan penelitian ini adalah mengenai “Faktor apa yang berhubungan
dengan kepatuhan diit pasien hipertensi
(Studi Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang)?” Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik sampel dengan cara membuat table distribusi untuk masing-masing variabel bebas dan terikat. Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel penelitian, baik variabel bebas dan juga variabel terikat. Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1) Tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan diit pasien hipertensi, 2) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan diit pasien hipertensi, 3) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diit pasien
hi-pertensi,
4) Tidak ada hubungan antara peker-jaan dengan kepatuhan diit pasien hipertensi, 5) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diit pasien hipertensi, 6) Ada hubungan antara peran keluarga de-ngan kepatuhan diit pasien hipertensi,
7) Ada hubungan antara peran petugas kesehatan de-ngan kepatuhan diit pasien hipertensi. 3.
Pengaruh Terapi Non Farmakologi Yougurt Terhadap Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi Di Puskesmas Gayaman, Kecamatan Gayaman, Kabupaten Mojokerto.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan (Sarwono, 2010). Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2011) proporsi kasus untuk hipertensi essensial (primer) pada perempuan adalah 57,62. Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007, dalam Hernawati, 2011 Hipertensi dalam Kehamilan masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas (Fadlun, Achmad Feryanto, 2012:49). Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama
kehamilan
atau
memodifikasi
prognosis
perinatal
pada
kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian (Cunningham et al., 2010: 653). Penggunaan terapi antihipertensi masih menuai kontroversi, karena metode ini tidak berhasil meningkatkan hasil akhir bagi ibu atau janin secara bermakna (Fraser dan Cooper, 2011). Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia (Sarwono,2010: 542) Salah satu tindakan yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan pengobatan non farmakologi (yogurt). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (diet).
Penatalaksanaan
non
farmakologis
sering
sebagai
pelengkap
penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006). Tujuan Penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh terapi non farmakologi (yogurt) terhadap penurunan tekanan darah pada ibu hamil hipertensi di Puskesmas Gayaman. Pembahasan
1. Tekanan darah sebelum diberika terapi non farmakologi ((yogurt) pada ibu hamil hipertensi di RSUD Mojokerto dan Puskesmas Gayaman.Hipertensi pada kehamilan merupakan resiko tinggi karena dampaknya yang sangat berbahaya baik bagi ibu maupun bayi. Hasil penelitian hampir 50% bumil mengalami hipertensi stadium 2 yaitu antara 160-179/100-109 mmhg. Yoghurt mengandung kalium, kalsium dan magnesium. Keseimbangan asupan kalium, kalsium dan magnesium dalam tubuh sangat baik untuk menurunkan tekanan darah. 2. Pengaruh terapi non farmakologi (yogurt ) terhadap penurunan tekanan darah pada ibu hamil hipertensi di RSUD Mojokerto dan Puskesmas Gayaman. Terapi non farmakologi lebih aman untuk ibu dan janin antara lain dengan yoghurt sebanyak 2-3 kali sehari (minimal 142 mL/hari dan maksimal 1600 mL/hari) diharapkan dapat membantu menurunkan tekanan darah pada ibu hamil hipertensi. KESIMPULAN Terdapat perbedaan tensi antara sebelum dan sesudah diberi terapi nafas dalam, terapi yoghurt dan teh rosella. ada pengaruhnya terhadap penurunan tekanan darah, tetapi jika kita bandingkan dari ketiga perlakuan tersebut hasilnya adalah tidak ada perbedaan tekanan darah pada responden sesudah diberi terapi nafas dalam, teh rosella maupun yoghurt. Dengan demikian ketiga perlakuan tersebut tidak ada yang lebih efektif, ketiganya sama efektif.
4.
Asupan kalium-natrium dan status obesitas sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pasien rawat jalan di RS Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Latar belakang:Hipertensi merupakan salah satu masalah dalam dunia medis dan kesehatan masyarakat. Dalam riset kesehatan dasarnasional tahun 2013, hipertensi merupakan penyebab kematian semua umur yang ketiga, setelah stroke dan tuberculosis (TB), dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. Prevalensi hipertensi untuk wilayah DIY 25,7% termasuk angka yang tinggi. Faktor risiko pola makan yang mengandung tinggi lemak, tinggi natrium dan rendah kalium memiliki kontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh asupan natrium, kalium, dan status obesitas sebagai faktor risiko hipertensi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol dengan jumlah total sampel 104 yang terbagi dalam 52 kasus dan 52 kontrol. Pengumpulan menggunakan kuesioner meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan
dan
formulir
food
frequency
questionnaire
(FFQ)
untuk
menanyakan pola asupan makanan (asupan natrium, kalium) selama 3 bulan menggunakan food model. Dan Kesimpulan: Usia merupakan faktor risiko kejadian hipertensi, sedangkan asupan natrium, kalium, dan status obesitas bukan merupakan faktor risiko hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu masalah medis dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini terus mengalami peningkatan prevalensi dan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Hipertensi diidentifikasi sebagai salah satu
penyebab kematian di dunia serta menduduki ke-3 dalam angka kecacatan populasi BAHAN DAN METODE Populasi penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang berjumlah 104 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kriteria eksklusi yaitu pasien yang sedang menjalankan diet tertentu, sedang hamil dan menyusui dan menderita penyakit diabetes mellitus, kanker, ginjal, penyakit jantung koroner. Sampel diambil dengan caranon random sampling (by accidental sampling). Variabel bebas penelitian terdiri dari asupan kalium, asupan natrium, dan status obesitas. Variabel terikat penelitian ini adalah hipertensi. Intake natrium adalah konsumsi rata-rata natrium per hari pria dan wanita dengan kriteria: lebih (jika asupan natrium=2.300 mg) dan kurang (jika asupan natrium < 2.300 mg). Asupan kalium adalah konsumsi rata-rata kalium per hari pria dan wanita dengan kriteria: lebih, jika asupan kalium = 2.000 mg) dan kurang (jika asupan kalium < 2.000 mg .Instrumen penelitian terdiri dari kuisioner data pribadi sampel penelitian meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan, merquiral sphygmomanometersebagai pengukur tekanan darah, formulir food frequency questionnaire(FFQ) untuk menanyakan pola asupan makanan (asupan natr ium, kalium) selama 3 bulan terakhir beserta dengan food model, alat pengukur tinggi badan (microtoise) dengan ketelitian 0,1 cm, alat timbang berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. Asupan kalium-natrium dan status obesitas sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pasien rawat jalan
45 tetapi telah menderita hipertensi
didapati kadar hormon estrogennya lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak hipertensi. Menurut Elliot (14), dengan bertambahnya usia secara progresif maka dapat mengurangi elastisitas dari pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadinya kekakuan serta penyempitan. Hal ini berhubungan langsung dengan semakin tingginya resistensi dari pembuluh darah perifer dan meningkatnya tekanan darah. Untuk makanan jadi yang paling banyak dikonsumsi adalah sejenis mie instan dan makanan fast food.Minuman kaleng lebih banyak dikonsumsi hanya pada hari raya dan minuman susu lebih banyak dikonsumsi. Asupan natrium yang tinggi (≥2.300 mg) bila
ditunjang
dengan
menurunnya
adaptasi
ginjal
dapat
menyebabkan retensi natrium pada ginjal dan juga membuat kalium yang tersimpan
dalam
tubuh
menjadi
berkurang.
Hal
ini
mengakibatkan
perpindahan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi pembebasan faktor yang berhubungan dengan Na +/K +
Asupan natrium yang tinggi diperoleh dari bahan makanan seperti garam dapur, kecap, saus tomat, MSG (monosodium glutamat), makanan olahan yang diawetkan seperti ikan asin, makanan kaleng (corned beef, ham), buah kaleng, biskuit kaleng, sosis, keju, lemak babi, jeroan. Di antara makanan yang belum diolah, sayuran dan buah mengandung paling sedikit natrium (22). Dengan mengurangi asupan natrium melalui perencanaan pola makan berdasarkan DASH diet, diharapkan dapat mencegah terjadinya hipertensi secara non farmakologis (23). Hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi
Hasil analisis berdasarkan status gizi menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan signifikan dengan nilai p (>0,05) OR=1,216, 95% CI:0,510-2,898. Jumlah responden yang mengalami hipertensi pada kelompok kasus sebesar 28,8%, hampir sama dengan kelompok kontrol yang sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel status gizi bukan merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Pembahasan hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus, tetapi disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, dan nutrisi (27). KESIMPULAN Kejadian hipertensi cenderung lebih banyak terjadi pada individu yang berjenis kelamin wanita dibandingkan laki-laki, tetapi pada penelitian ini jenis kelamin bukan faktor risiko kejadian hipertensi. Usia merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Semakin tua individu, semakin berisiko untuk terjadi hipertensi. Asupan natrium > 2.300 mg Asupan kalium-natrium dan status obesitas sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pasien rawat jalan
47
bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Asupan kalium < 2.000 mg bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Status gizi (overweight dan obesitas) bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. 5.
Penyelenggarakan Makanan, Status Gizi
Pelenggaraan Makanan, Status
Gizi dan Kesehatan Lansia di Rumah
Perlindungan Sosial Tresna Wedha Bogor. Dibimbing oleh KHOMSAN
ALI
dan .Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status
gizi, status kesehatan, pola konsumsi dan daya terima lansia terhadap
makanan di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Bogor. Desain studi yang digunakan pada
penelitian ini adalah desain cross sectional. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Contoh dalam penelitian ini adalah 34 orang lansia yang berusia
lebih dari 60 tahun. Hasil penelitian
rata-rata konsumsi energi dan protein lansia sebesar 1454 kkal dan 41.7 g. Daya terima lansia tergolong cukup baik terhadap rasa makanan (52.9%) maupun porsi makanan (61.8 %). Tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar lansia tergolong defisit. Sebagian besar lansia (41.2%) memiliki status gizi normal. Sebagian besar lansia (67.6%) menderita penyakit
hipertensi
dengan
kategori
terbanyak
adalah
mild
hypertension(hipertensi ringan). Hasil uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan signifikan (p>0.05) antara tingkat kecukupan dengan status gizi lansia. Hasil uji
Pearson
energi dan zat gizi
menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah (p>0.05) dengan status gizi Penyelenggaraan makanan bertujuan untuk menghasilkan makanan yang sesuai dengan perencanaan, kualitas, cita rasa serta sanitasi yang tinggi. Perencanaan menu sangat penting dalam sistem pengelolaan makanan. Pengukuran konsumsi pangan dapat dilihat dari tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Konsumsi pangan secara langsung berpengaruh terhadap status gizi. Status gizi lansia akan saling mempengaruhi dengan status kesehatan. Terdapat pola interaksi antara status kesehatan (terutama penyakit infeksi) dan status gizi. Status kesehatan juga secara langsung dapat mempengaruhi konsumsi pangan. Seseorang yang mengalami penyakit, terutama infeksi akan kehilangan nafsu makan sehingga menurunkan asupan energi dan zat gizi lainnya. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan dari dalam panti dan Konsumsi pangan dari luar panti Tingkat Kecukupan Status Gizi,Status Kesehatan
Karakteristik Contoh : - Usia - Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Pekerjaan - Sumber pendapatan Kebiasaan Makan : - Sarapan - Selingan - Jajan diluar - Suplemen - Cairan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah lansia perempuan yang berusia >60 tahun. Mengacu pada kriteria inklusi (lansia berusia
≥ 60 tahun, tidak pikun,
dalam keadaan sehat, tidak mengalami gangguan pendengaran dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan baik) didapatkan jumlah contoh sebanyak 34 orang. Sebagian besar lansia (79.4%) tergolong lanjut usia (elderly) dengan kisaran umur 60-74 tahun. Penyelenggaraan Makanan Rumah
Perlindungan
penyelenggaraan makanan
Sosial
Tresna
Werdha
Bogor
sendiri
tanpa menggunakan jasa
mengelola katering.
Makanan yang disajikan merupakan makanan lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur.. Makanan selingan juga
terkadang diberikan, disesuaikan dengan dana yang ada. Selingan yang diberikan umumnya berupa kue atau buah. Makanan selingan umumnya diberikan di antara waktu makan siang dan makan malam. Perencanaan Menu . ahli gizi yang khusus membantu merencanakan menu lansia yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan kondisi lansia. Berbeda dengan perencanaan menu di RS DR. Pengolahan Bahan Makanan Kegiatan pengolahan bahan makanan menjadi tanggung jawab pelaksana juru masak yang berjumlah dua orang. Daya Terima Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh rangsangan ditimbulkan makanan melalui dan juga indera
yang
indera penglihatan, penciuman, pencicip
pendengaran.
Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Energi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang dibutuhkan oleh orang dewasa karena perbedaan aktivitas fisik yang dilakukan. Selain itu, energi juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik seperti saat masih muda. Kebutuhan kalori pada lansia akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% usia 50-59 tahun serta 60-69 tahun. Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria adalah 2200 kalori dan
pada wanita adalah 1850 kalori. Menurut WHO, seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya menurunkan konsumsi energi sebanyak 5% dari kebutuhan sebelumnya, kemudian pada usia 50 tahun dikurangi lagi sebanyak 5%. Selanjutnya, pada usia 60-70 tahun, konsumsi energi dikurangi lagi 10% dan setelah berusia diatas 70 tahun dikurangi 10%. Kebutuhan energi dan zat gizi pada lansia didasarkan pada jenis kelamin dan berat badan pada masing-masing kelompok umur. Rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi lansia adalah 1676 kkal, 43.5 g protein, 453.1 RE Vitamin A, 453 mg kalsium dan 12.7 mg besi. Konsumsi Suplemen dan CairanBegitu pentingnya peran vitamin dan mineral dalam menunjang upaya agar tetap aktif, kreatif dan produktif di usia lanjut. Orang-orang lanjut usia kadang-kadang juga menghadapi masalah masalah perubahan nafsu makan akibat penurunan fungsi pencernaan, daya pengecapan dan penciuman serta pengosongan lambung yang lambat. Akibatnya asupan gizi berkurang.
Status Gizi Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Akan tetapi, pengukuran tinggi badan lansia sangat sulit dilakukan mengingat adanya masalah postur tubuh seperti terjadinya kifosis atau pembengkokan tulang punggung, sehingga lansia tidak dapat berdiri tegak. Oleh karena itu, perkiraan tinggi badan dapat menggunakan pengukuran tinggi lutut. Berdasarkan penelitian sebagian lansia (41.2%) memiliki status gizi normal. Namun masih ada yang memiliki status gizi kurang (38.2%). Status gizi berkaitan dengan tinggi badan dan berat badan. Hal yang diduga menjadi alasan
adanya masalah gizi kurang pada lansia adalah perubahan komposisi tubuh yang terjadi
pada
lansia
(tahap
penuaan)
yang
dapat
mempengaruhi
antropometri yang selanjutnya akan berdampak pada status gizi. Selain itu, pada lansia juga terjadi perubahan fisiologi tubuh, seperti terjadinya penurunan sekresi saliva mengakibatkan pengeringan rongga mulut yang dapat mempengaruhi cita r asa, penurunan sensitivitas indera penciuman dan perasa yang dapat menurunkan selera makan serta tanggalnya gigi yang mempengaruhi kenyamanan untuk makan yang akan berdampak pada penurunan berat badan pada lansia (Fatmah 2010).
peka terhadap efek makanan tinggi garam (natrium). Kepekaan yang meningkat pada lansia ini menyebabkan menurunnya pengeluaran natrium melalui air seni. Tingginya intakegaram, lemak dan protein dapat meningkatkan resiko hipertensi, selain itu tingginyaintakelemak jenuh ganda akan menurunkan tekanan darah. .
Beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi antara
lain:
umur, jenis kelamin, merokok, stress, konsumsi alkohol, konsumsi
garam, pendapatan, status gizi, dan obesitas. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status GiziHasil uji korelasi . Status gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang atau sekelompok orang yang disebabkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan masa lalu.
Food weighingataupun
food
recall 1x 24 jamtidak dapat menggambarkan status gizi seseorang pada saat itu. Hubungan Tekanan Darah dengan Status GiziHasil uji korelasi
Pearsonmenunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (r = -0.219 dan p = 0.214) antara tekanan darah dengan status gizi. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh oleh Destyana (2009), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah di Kecamatan Purwokerto Timur. Hal ini diduga karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis, konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas fisik.
Simpulan Lansia di RPSTW Bogor memiliki pendidikan yang tergolong rendah yaitu sebanyak 32.4% adalah lulusan Sekolah Dasar. Rendahnya pendidikan ini juga berbanding lurus dengan mata pencahariannya yang sebagian besar bekerja sebagai buruh dan asisten rumah tangga. Para lansia umumnya berasal dari kota Bogor dan memiliki sumber pendapatan sebagian besar dari sosial (donatur) RPSTW Bogor mengelola penyelenggaraan makanan sendiri tanpa menggunakan jasa katering. Siklus menu yang dipakai adalah siklus 10 hari ditambah 1 hari khusus untuk tanggal 31. Frekuensi makan sebanyak 3 kali waktu makan utama dengan anggaran dana Rp 30.000 per lansia. Penyelenggaraan makanan di RPSTW Bogor mulai dari perencanaan hingga distribusi makanan masih tergolong kurang karena ada beberapa kriteria penyelenggaraan makanan (mengacu pada Depkes) yang belum dipenuhi yaitu tidak memperhatikan kebutuhan gizi lansia pada saat menyusun menu dan siklus menu, serta kurang memperhatikan higiene perorangan. Daya terima contoh terhadap rasa dan porsi hidangan yang disajikan cukup baik. Status gizi lansia sebagian besar normal (56%). Sebagian besar lansia (67.6%) menderita hipertensi dengan persentase terbesar (24%) tergolong
mild
hypertension (hipertensi ringan). Konsumsi energi lansia sehari berkisar antara 1082-2601 kkal/hari dengan rata-rata 1482
kkal/hari sedangkan
konsumsi protein lansia berkisar 29.9-76.8 g dengan rata-rata 42.1g/hari. Selain konsumsi pangan, lansia juga mengkonsumsi suplemen. Sebagian besar lansia (58.8%) mengkonsumsi suplemen jenis vitamin, seperti vitamin B1, B6, B kompleks dan vitamin C. Tingkat kecukupan baik energi maupun protein masih defisit begitu juga dengan tingkat kecukupan vitamin dan mineral masih kurang. Hasil uji korelasi Pearsonmenunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi (p>0.05). Hasil uji Pearson juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan status gizi (r = -0.219 dan p = 0.214). 6. Penyelenggarakan Makanan Bagi Penderita Hipertensi di RSUD Pariman
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penyelenggaraan makanan di RSUD Pariaman. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan melibatkan informan pelaksana gizi, tenaga pengolah, tenaga distributor, dan pasien hipertensi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan makanan di RSUD meliputi 3tahapan, yaitu: 1) perencanaan yang terdiri dari perencanaan menu dengan siklus 10 hari. Bahan makanan dimulai dari pembelian bahan makanan denganmenunjuk pelanggan di pasar induk. Penyimpanan bahan makanan dengan sistemFIFO, 2) pengolahan makanan, yang dimulai dari penimbangan bahan makananyang dilakukan oleh pelaksana gizi yang dimulai dari nasi, lauk pauk, sayuran,buah dan garam untuk terapi diet rendah garam pasien. Pencucian bahan makanandan pengolahan sampai penyajian makanan dilakukan oleh tenaga pengolah.Peralatan terdiri dari 3 jenis yaitu alat persiapan(meja persiapan, bowl, talenan,pisau, mixer, blender, saringan dan cetakan), pengolahan (kompor, wajan, panci,sendok sayur, sendok kayu), dan penyajian (piring stainlessteel dan rantang stainlessteel, 3) penyajian serta
distribusi makanan di RSUD Pariaman menggunakan cara sentralisasi dan desentralisasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.
Perencanaan Perencanaan menu di RSUD Pariaman menurut informan A terdiri dari perencanaan bahan makanan yang didapat dari kebijakan rapat tahunansemua pelaksana gizi.
2.
Pengolahan Makanan Pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Pariaman terdiri dari proses persiapan bahan makanan.
3.
Penyajian serta Distribusi Makanan Berdasarkan observasi peneliti, penyajian makanan dimulai dari
persiapan
alat
penyajian
yang
akan
digunakan.
.
Khusus
untuk
penderitahipertensi, makanan yang sudah selesai diolah dituang terlebih dahulu kedalam sebuah wadah untuk diberi garam yang sudah ditimbang sebelumnya. Penyajian pada minuman yaitu susu, berdasarkan hasilobservasi peneliti tidak menemukan dalam daftar menu. Tetapi pada kenyataannya minuman susu disediakan pihak instalasi gizi menyediakan susu bubuk yang sudah ditakar kemudian dimasukkan dalam plastik. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari observasi, wawancara,
dokumentasi
maka
dapat
diambil
kesimpulan
sebagaiberikut:Tahapan penyelenggaraan makanan di RSUD Pariaman terdiri dariperencanaan menu yang ditangani oleh pelaksana gizi dengan siklus menu 10 hari yang diganti satu kali setahun. Perencanaan menu di instalasi gizi tidak
dilaksanakan
sesuai
dengan
master
menu
yang
direncanakan
sebelumnya. Perencanaan bahan makanan dilakukan dengan mengadakan
rapat tahunan.Pembelian bahan makanan dengan menunjuk pelanggan yang ada di pasar yang spesifikasi bahan makanan dari pihak pelaksana gizi.Penyimpanan bahan makanan di RSUD Pariaman menggunakan teknik FIFO yakni first in first out. Pada tahap pengolahan makanan terdiri dari proses persiapan bahan makanan yakni proses penimbangan dilakukan oleh pelaksana gizi. Selanjutnya proses pencucian dan pemotongan sampai pada proses memasak dilakukan oleh tenaga pengolah. Peralatan pada instalasi gizi RSUD Pariaman tidak jauh berbeda dengan peralatan industri catering lainnya, yang terdiri dari: alat persiapan (meja persiapan, bowl stainlessteel, talenan, pisau, timbangan, mixer, blender dan cetakan), alat pengolahan (kompor, wajan, dan panci), serta alat penyajian (piring dan rantang stainlessteel). Pengolahan makanan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dilakukan oleh tenaga pengolah sesuai dengan instruksi dari pelaksana gizi. Sedangkan dalam proses pengolahan makanan teknik pengolahan yang dominan adalah teknik menggulai yang menggunakansantan. Penyajian
makanan
yang
dihidangkan
tidak
menggunakan
garnish
dikarenakan riwayat pendidikan tenaga pengolah hanya tamatan SD yang tidak mengetahui cara menghias suatu makanan di sebuah institusi dan pendistribusian makanan di RSUD dilaksanakan 5 menit sebelum jam makan yang mengakibatkan makanan agak dingin setelah sampai ke pasien. Pendistribusian makanan di instalasi gizi menggunakan 2 cara yaitu sentralisasi dan desentralisasi. 7.
Pedoman Konseling Gizi Jamaah Calon Haji Indonesia untuk Petugas Kes ehatan Makanan Jemaah Calon Haji Sebelum Berangkat Ke Arab Saudi
Pedoman makanan jamaah calon haji sebelum berangkat ke tanah suci sebagai berikut:
1.
Makanlah makanan yang
beraneka-ragam
berbagai bahan makanan seperti pauk,
sayuran dan buah
dalam
dan terdiri dan
makanan pokok, lauk
jumlah yang cukup
sesuai
kebutuhan, 2.
Pilihlah bahan makanan pokok yang tinggi serat seperti beras, jagung, kentang, , talas, singkong, roti, mie dan sebagainya,
3.
Makanlah
lauk pauk
yang bernilai gizi tinggi seperti daging,
telur, ikan, ayam, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe dan sebagainya, 4.
Makanlah sayuran berwarna seperti bayam, kangkung, wortel, labu kuning, sawi, daun singkong, dan sebagainya,
5.
Makanlah
buah-buahan berwarna kuning atau kemerahan yang
banyak mengandung vitamin seperti pisang, pepaya, jeruk, nanas, peer, anggur, apel, semangka dan melon. 6. Minum minimal 10 gelas Berdasarkan padanan berisi bahan makanan yang dalam kelompoknya dapat saling menggantikan satu sama lain, karena mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Sebagai contoh penggantian bahan makanan dari kelompok yang sama adalah sebagai berikut: Kelompok makanan pokok : 100 g nasi dapat ditukar dengan 70 g roti putih atau 200 g kentang. Kelompok lauk hewani : 50 g ikan dapat ditukar dengan 50 g daging. Kelompok lauk nabati : 50 g tempe dapat ditukar dengan 100 g tahu. Kelompok sayuran A : selada dapat ditukar dengan jamur segar atau ketimun. Kelompok sayuran B : bayam, dapat ditukar dengan bucis atau sawi.
Kelompok sayuran C : daging, dapat ditukar dengan nangka muda atau daun katuk. Kelompok buah-buahan : 200 g pepaya dapat ditukar dengan 100 g mangga atau 50 g pisang atau 100 g apel.
Cara memilih makanan di Arab Saudi
Berdasarkan pengamatan TKHI Tahun 2000-2001, jamaah haji yang menggunakan ONH Plus maupun ONH biasa selama di Makkah dan Madinah dapat membeli makanan berupa makanan sudah jadi atau makanan siap santap. setiap jamaah haji pada musim dingin di Arab Saudi harus menambah setiap kali makan: Pada umumnya macam makanan di Arab Saudi cukup beraneka ragam, juga banyak dijual susu segar ataupun yang diolah seperti Zubda, Laban. Jenis makanan bergizi tersebut dapat dipilih dan disiapkan sebagai hidangan selama di Arab Saudi dengan contoh sebagai berikut: ½ piring nasi, 1 potong lauk hewani dan miniman susu minimal 1 gelas sehari a.
Makanan pokok, salah satu atau campuran dari: Nasi
Nasi Turki
kari Chapatis b.
Mie
Nasi Buhari Nasi Birjani Roti
Lauk-lauk dapat berupa: Ayam goreng
Ayam semur
Ayam nugget
Ayam Kentucky/Albai
Empal daging
Ayam panggang/ayam brost
Kentang goring
Nasi
Sate ayam
Donner kebab
Kari dan Gulai kambing Shih kebab c.
Tempe/tahu goreng
Sayuran dapat berupa: Pecel
Urapan
Sayur bayam Gado-gado
buncis Sayur asem d.
e.
Ikan goring, cumi goreng
Sayur oyong
Oseng2
sayur sop
Buah-buahan yang dapat disediakan: Jeruk/sunkist
Pisang
Kurma segar
Blewah
Peer Apel
Anggur
Cherry Semangka
Minuman. Pada umumnya cuaca di Arab Saudi bersuhu tinggi (panas) dengan kelembabab sangat rendah, oleh karena itu selama berada di Arab Saudi diasakan minum air 1 gelas setiap jam walaupun tidak merasa haus. Air yang dapat diminum berupa: air matang, air zam-zam, minuman dalam kemasan dan bermacam-macam sari buah. Apabila jamaah haji mengalami batuk pilek sebaiknya minum air hangat dan hindari minum air dingin. Untuk minuman di musim dingin jamaah haji dapat memilih minuman seperti: Susu panas The susu panas Kopi susu panas Minuman jahe (dibawa dari Indonesia) Untuk memudahkan jamaah haji menyusun menu makan dapat dilihat contoh menu sehari seperti pada lampiran 3.
Untuk jamaah dengan hipertensi
Tekanan darah umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia dan berkaitan erat dengan terjadinya penyakit Jantung, Stroke, dan penyakit Ginjal. Secara umum nilai normal tekanan darah bagi orang dewasa adalah 120/80 mm Hg. Apabila seseorang tekanan darahnya telah melebihi 140/90 mm Hg, maka orang tersebut telah menderita hipertensi. Tujuan pengaturan makanan pada Hipertensi adalah: - Menurunkan atau mempertahankan tekanan darah sehingga mencapai batas normal. - Mencegah / menghilangkan penimbunan garam. Cara Pengaturan Makanan: 1.
Batasi Bahan Makanan sumber Natrium (garam) Garam Natrium secara alami terdapat dalam bahan makanan hewani dan nabati. Selain itu juga merupakan bahan yang ditambahkan pada masakan/makanan, seperti: •Tepung Susu Penuh ( Full cream) • Margarine •Soda kue (Natrium bikarbonat) •Pengawet daging (Sendawa), •Pengawet buah (Sodium benzoat) •Bumbu mie instan, petis, tauco, vetsin dan kecap
2.
Batasi makanan yang asin atau diawetkan dengan garam: Semua makanan yang telah diolah, seperti:
•Biskuit, krekers, bolu, kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan margarine. •Dendeng, abon, corned beef, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur asin. •Keju, selai kacang tanah (pindakas). •Sayuran dalam kaleng. 3.
Bahan makanan yang diperbolehkan: •Bahan makanan segar, seperti beras, ubi, mie, maizena, hunkwee, terigu, gula pasir. •Kacang-kacangan dan hasil olahnya, seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom. •Minyak goreng, margarine tanpa garam. •Sayuran dan buah-buahan segar. •Bumbu seperti : bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, salam, sereh, dan lain-lain.
4.
Meningkatkan asupan kalium, kalsium dan magnesium dengan cukup makan sayuran dan buah-buahan. Cara memasak yang dianjurkan: •Dalam menumis atau memasak sebaiknya menggunakan mentega atau margarine yang tidak mengandung (garam). •Untuk memperbaiki rasa masakan yang tawar, dapat
digunakan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, gula, cuka, kunyit, daun salam, dan asam. •Dengan menggoreng, menumis, pepes, kukus atau memanggang juga dapat meninggikan/menambah rasa masakan sehingga tidak merasa tawar. 8.
Diet Garam Untuk Penderita Hipertensi
Pembuluh darah koroner yang menderita aterosklerotik, selain menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah tersebut, dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Pembatasan jumlah cairan, ataupun pemberian cairan / air minum lebih daripada biasanya kepada penderita, juga ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap tekanan darah. Diet rendah garam umumnya dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi. Akan tetapi banyak ahli kedokteran yang masih meragukan efek diet rendah garam itu terhadap penurunan tekanan darah. Lebih-lebih jika kandungan natrium dalam diet penderita di atas 250 gram sehari. Jadi agar diet rendah garam itu membawa pengaruh berupa penurunan tekanan darah, maka kandungan natrium dalam diet harus berkisar antara 200 – 250 mg sehari.
Jika digunakan diet Kempner dengan kadar natrium sekitar 200 mg, diet itu harus diberikan untuk jangka waktu yang lama. Karena itu, penderita
hipertensi, sungguhpun ia sudah menjalani diet pantang garam, masih juga memerlukan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah.
"Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa orang tidak perlu khawatir berlebihan akan asupan garam mereka," kata Dr Niels Graudal, konsultan senior penyakit dalam dan rematologi dari Copenhagen University Hospital di Denmark.
Hal itu terjadi karena sensitivitas setiap orang akan asupan sodium berbeda-beda. "Ada orang yang lebih sensitif pada garam dibanding orang lainnya. Kendati begitu, pola makan rendah garam tetap lebih sehat," kata Dr Suzanne Steinbaum, ahli pencegahan penyakit jantung dari New York, AS.
Makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi : 1. Sayuran dan buah-buahan. Kandungan serat dan vitamin Cnya dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi. 2. Serealia juga berfungsi untuk membantu menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan makanan. 3. Jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel, dan sarden. Makanan Yang harus dikurangi bagi penderita Hipertensi 1. Makanan kaleng atau makanan yang sudah diproses dengan kandungan garam yang tinggi. 2. Jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel dan sarden 3. Makanan berlemak. 4. Minuman beralkohol
Makanan Yang harus dihindari
1. Makanan bergaram tinggi. 2. Konsumsi alkohol berlebih dan merokok. Mengapa Garam Berbahaya
Di Indonesia, hampir 90 persen penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) masuk dalam kategori primer. Artinya, penyakit tersebut amat dipengaruhi oleh faktor makanan yang banyak dibubuhi garam. Diet rendah garam sejak dini membantu mencegah terkena risiko hipertensi. "Hipertensi primer ini tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Asia lainnya. riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga. Selain menghindar dari faktor risiko lain seperti stress. Pasalnya, stress dapat memicu peningkatan hormon adrenalin dan kortisol.
"Dan yang tak kalah penting adalah hindari rokok dan minuman beralkohol, ganti dengan kegiatan olahraga dan banyak mengkonsumsi makanan berserat," katanya menandaskan.
Hipertensi patut mendapat perhatian, karena di Amerika penyakit tersebut telah menjadi keprihatinan tersendiri. Mengingat, saat ini ada sekitar 20 persen penduduk Amerika atau lebih dari 50 juta orang yang terkena hipertensi. "Setiap tahun ada sekitar 2 juta orang di Amerika terdeteksi kena hipertensi.
Dari 50 juta populasi hipertensi, sayangnya yang melakukan kontrol rutin hanya sekitar 27 persen dan sekitar 13 persen tidak mengetahui kalau mereka menderita hipertensi," kata dr Sari.
Bagaimana prevalensi hipertensi di Indonesia ? Data Departemen Kesehatan menunjukkan, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia ditenggarai telah mencapai 17-21 persen dari total penduduk. "Parahnya, kebanyakan dari pengidap tidak menyadari kalau mereka sudah menderita penyakit hipertensi," kata Sekjen Depkes, dr Sjafii Achmad dalam pidato pembukaannya. Menurut Sjafii Achmad, kebanyakan masyarakat tidak sadar kalau dirinya terkena hipertensi, lantaran penyakit itu ditandai oleh gejala-gejala khusus. "Data WHO, dari 50 persen penderita hipertensi yang terdeteksi, hanya 25 persen mendapat pengobatan dan hanya 12,5 persen yang dapat diobati dengan baik. Dr Sari mengemukakan, hipertensi bukan saja menimbulkan kelainan vaskuler yang menjadi pemicu terjadinya serangan stroke dan jantung, tetapi juga merusak ginjal yang berujung pada cuci darah akibat ginjalnya yang sudah tidak berfungsi. "Hipertensi juga bisa merusak kerja mata dan menimbulkan kelainan atau gangguan kerja otak, sehingga intelegensia penderita dapat menurun drastis.
9.
Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress, dan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Pada lansia akan terjadi berbagai kemunduran organ tubuh, oleh sebab itu lansia mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi. Hipertensi yang sering terjadi pada lansia adalah hipertensi sitolik yaitu jika tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik < 90 mmHg. Penelitian analitik ini rancangan cross sectional. Populasinya adalah 144 lansia dengan mengambil sampel secara simple random sampling sehingga didapat sampel sejumlah 107 lansia. Variabel bebas adalah perilaku olahraga, stres dan pola makan sedangkan variabel tergantung adalah tingkat hipertensi
pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan jumlah lansia yang menderita hipertensi dengan tingkat olahraga yang kurang sebesar 45,79%, dan kurang kebal terhadap stres sebesar 39,25%. Lansia sebagian besar mengonsumsi makanan yang menyebabkan hipertensi seperti garam, gula, serta makanan yang mengandung lemak. Pengujian dengan uji Chie-square menunjukkan perilaku olahraga dan stres mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya hipertensi pada lansia, diperoleh p = 0,000 (p < 0,05) untuk perilaku olahraga dan p = 0,047 (p < 0,05) untuk perilaku stres. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara perilaku olahraga dan stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di posyandu lansia kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya. Partisipasi aktif masyarakat meliputi kader dan keluarga diharapkan menentukan keberhasilan program posyandu lansia. HASIL Kelurahan Gebang Putih mempunyai posyandu lansia sebanyak tiga posyandu yaitu Posyandu Dewanata 1 terletak di RW 3 Asempayun, posyandu Dewanata 2 terletak di RW 1 dan 2 Gebang dan posyandu Arrohim terletak di RW 4 Kejawen. Karakteristik responen berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status dalam Keluarga Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa sebagian besar lansia hipertensi yaitu sebesar 54,2% dan sebagian kecil prahipertensi yaitu 22,42%. Untuk distribusi olahraga paling banyak berolahraga kurang yaitu 68,22% dan paling sedikit berolahraga sedang sebanyak 0,93%. Distribusi stres paling banyak kurang kebal terhadap stress yaitu 63,55% dan paling sedikit kebal terhadap stress yaitu 36,44%.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola makan yang sering dikonsumsi harian oleh lansia untuk jenis 113 Kiki Mellisa Andria, Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stress…makanan pokok adalah nasi dan jagung. Lauk pauk paling
banyak adalah tahu, , telur, ayam, ikan laut, ikan teri/asin dan ikan tawar. Sayuran paling banyak adalah bayam, kangkung, daun singkong dan kacang panjang. Buah paling banyak adalah pisang dan pepaya. Susu paling banyak adalah susu bubuk. Jajanan paling banyak adalah kerupuk, gorengan, ubi rebus dan biskuit kemudian yang terakhir untuk jenis lainnya paling banyak adalah garam, gula dan sirup. Hubungan antara tingkat olahraga dengan tingkat hipertensi pada lansia di posyandu lansiaHasil studi . menunjukkan bahwa sebagian besar lansia menderita hipertensi dan berolahraga kurang dengan jumlah sebesar 45 lansia. Hasil analisis berikutnya berdasarkan uji Chi-square dengan tingkat signifikasi 5% terdapat hubungan antara variabel independent dan dependent dengan n = 107 didapatkan X 2 = 21,101 dan p value = 0,000 di mana p < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Hi diterima yang artinya ada hubungan antara perilaku olahraga dengan tingkat hipertensi pada lansia di posyandu. Hasil studi pada Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia menderita hipertensi kurang kebal terhadap stres dengan jumlah sebesar 42 lansia. Hasil analisis berikutnya berdasarkan uji Chi-square dengan tingkat signifikasi 5% terdapat hubungan antara variabel independent dan dependent dengan n = 107 didapatkan X2 = 6,104 dan p value = 0,047 di mana p < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Hi diterima yang artinya ada hubungan antara perilaku stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di Posyandu. Hasil studi menunjukkan bahwa pola makan yang sering dikonsumsi lansia untuk jenis makanan pokok adalah paling banyak nasi dan jagung. Lauk pauk paling banyak adalah tahu, tempe, telur, ayam, ikan laut,
ikan teri/asin dan ikan tawar. Sayuran paling banyak adalah bayam, kangkung, daun singkong dan kacang panjang. Buah paling banyak adalah pisang dan pepaya. Susu paling banyak adalah susu bubuk. jajanan paling banyak adalah kerupuk, gorengan, ubi rebus dan biskuit kemudian yang terakhir untuk jenis lain paling banyak adalah garam, gula dan sirup.Kebanyakan lansia mengonsumsi daging ayam, susu yang mengandung lemak dan gorengan
yang
banyak
mengandung
minyak.
Makin
tinggi
lemak
mengakibatkan kadar kolesterol dalam darah meningkat yang akan mengendap dan menjadi plak yang menempel pada dinding arteri, plak tersebut menyebabkan penyempitan arteri sehingga memaksa jantung bekerja lebih berat dan tekanan darah menjadi lebih tinggi. Tinggi lemak dapat menyebabkan obesitas yang dapat memicu timbulnya hipertensi.Kebanyakan lansia mengonsumsi garam yang berlebih pada saat memasak yaitu 3×/hari, ikan laut, ikan tawar dan ikan asin atau teri yang asin karena banyak mengandung garam. Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang yang peka pada
sodium lebih mudah meningkat sodiumnya, yang
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram dalam sehari prevalensi hipertensiakan menurun, tetapi jika asupan garam 5 – 15
KESIMPULAN Pola makan lansia yang sering dikonsumsi harian untuk jenis makanan pokok adalah paling banyak nasi dan jagung; lauk pauk paling banyak adalah tahu,tempe, telur, ayam, ikan laut, ikan teri/asin dan ikan tawar; sayuran
paling banyak adalah bayam, kangkung, daun singkong dan kacang panjang; buah-buahan paling banyak adalah pisang dan pepaya; susu
paling banyak
adalah susu bubuk; jajanan paling banyak adalah kerupuk, gorengan, ubi-ubian rebus dan biskuit kemudian yang terakhir untuk jenis lain-lain paling banyak adalah garam, gula dan sirup. 10. Asuhan Gizi Pada Hipertensi
Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan beberapa negara Asia dan berbagai dampak dari kejadian hipertensi memerlukan perhatian dan penanganan khusus. Untuk mencegah hipertensi dan mengendalikan hipertensi beberapa hal dapat dikontrol di antaranya berat badan berlebih, kurangnya aktifitas fisik, merokok,konsumsi alkohol, asupan natrium berlebih, asupan kalium, kalsium, magnesium yang kurang serta kondisi stres. Pada masa lalu penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan menggunakan obat antihipertensi dan diet rendah garam. Pada saat ini modifikasi gaya hidup (lifestyle) sudah
diterapkan pada saat pra Hipertensi,
selain diet rendah garam 1500 -2400 mg Natrium sehari telah disusun pula suatu pedoman yang terdiri dari pola makan, jumlah dan jenis bahan makanan dengan memperhatikan beberapa zat gizi lain yang berperan pada kejadian hipertensi diantaranya yang perlu ditingkatkan adalah asupan kalsium, magnesium dan kalium yang disebut diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertensi). Peran tenaga gizi (nutrisionisdan
dietisien) sangat penting
dalam asuhan gizi pasien hipertensi sebagaikonselor terapi non-farmakologik. Diet DASH diterapkan sejak pra hipertensi, apabila target tekanan darah tidak tercapai pada 4-6 minggu, maka akan diterapkan terapi farmakologik disertai pengaturan makanan (Diet DASH) dan modifikasi gaya hidup. Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting untuk penyakit jantung dan pembuluh darah serta penyakit ginja. hipertensi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 kejadian hipertensi sebesar 31,7 persen dari total jumlah penduduk, lebih tinggi dari Singapura 27,3
persen, Thailand (22,7%) dan Malaysia (20%).. Manajemen Hipertensi dalam Asuhan Gizi Tujuan utama manajemen hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Ketika diagnosis hipertensi ditegakkan, pasien harus segera diberikan edukasi dan konseling untuk mengubah gaya hidup yang sesuai anjuran dalam menurunkan tekanan darah, mengingat edukasi dan konseling gizi merupakan bagian dari intervensi gizi. Seorang ahli gizi/dietisien harus mengikuti langkah-langkah yang sudah dibakukan dalam proses asuhan gizi yaitu pengkajian/asesmen gizi, kemudian dilanjutkan dengan diagnosis gizi, intervensi gizi termasuk melakukan kegiatan edukasi/konseling, serta monitoring dan evaluasi keberhasilan intervensi yang diberikan. Langkah -Langkah Asuhan Gizi pada Hipertensi Langkah pertama dalam proses asuhan gizi adalah pengkajian gizi meliputi pengumpulan data: 1.
Riwayat makanan/gizi
2.
Data biokimia, pemeriksaan penunjang dan berbagai prosedur pemeriksaan.
3.
Pengukuran antropometri
4.
Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gizi
5.
Riwayat personal Hasil pengkajian gizi dapat dilanjutkan ke
langkah berikutnya yaitu diagnosis gizi. Diagnosis Hipertensi •
Prahipertensi
•
Hipertensi
Penyakit Organ Target
•
Jantung
•
Pembuluh darah otak perifer
•
Ginjal
•
Retinopati
Manajemen Medis •
Obat antihipertensi
•
Modifikasi gaya hidup (Lifestyle)
•
Latihan Fisik
•
Mengurangi stres
•
Konseling gaya hidup
Manajemen Gizi •
Mengurangi Berat Badan
•
Perencanaan makan dengan DASH
•
Membatasi konsumsi garam
•
Membatasi / menghindari konsumsi alkohol
•
Edukasi /Konseling Diet Perencanaan makan DASH Konsumsi banyak sayuran, buah dan
hasil olah susu rendah lemak, dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kholesterol. 18 – 14 mmHg Mengurangi asupan natrium Asupan garam natrium khlorida
antara 1500 – 2400 mg natrium atau 3.8 – 6 gram NaCl per hari 2 – 8 mmHg Meningkatkan asupan potasium (kalium) Meningkatkan asupan kalium sampai 120 mm/mol/hari ( 4,7 gram perhari) 4 – 9 mmHg Membatasi asupan alkohol
Bagi yang minum alkohol
2 – 4 mmHg
BAB III PENUTUP A. Simpulan Penyakit hipertensi atau yang sering disebut dengan darah tinggi adalah penyakit yang banyak dialami oleh sebagian orang terutama pada orang-orang yang lansia atau lanjut usia. Macam-macam gejala hipertensi adalah Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala, pusing yang sering dirasakan akibat tekanan darahnya naik melebihi batas normal, wajah akan menjadi kemerahan.
Faktor-faktor yang memengaruhi hipertensi adalah : faktor Usia, Faktor Keturunan, Faktor Jenis Kelamin, Faktor Olahraga, Pola Makan, Minum Alkohol, Stres Diet untuk penderita hipertensi biasanya disebut dengan “diet rendah garam”. Garam yang dimaksud adalah garam natrium yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoat, dan vetsin (monosodium glutamat).