MAKALAH FARMAKOLOGI BAHAYA PENGGUNAAN/PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT
KELOMPOK 4
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
DIANA ANGRIANA ELBA HABIBURAHMA EMMY PUJI ASTUTI NOVA AYU WULANDARI REPI KARLINA WIDYA FUJI ALDINA WINDI FIBRAILI YANTI SAPUTRI
PO.71.20.4.14.0 PO.71.20.4.14.014 PO.71.20.4.14.0 PO.71.20.4.14.0 PO.71.20.4.14.0 PO.71.20.4.14.048 PO.71.20.4.14.049 PO.71.20.4.14.050
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG PRODI D IV KEPERAWATAN 2017
A. BAHAYA PENGGUNAAN/PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN
TUJUAN PEMBERIAN OBAT
1. 2. 3. 4.
Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal Efek samping yang terjadi minimal Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien
PEMBERIAN OBAT PERLU DIPERTIMBANGKAN
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Efek apa yang dikehendaki Onzet yang bagaimana Durasi yang bagaimana Dilambung/ usus rusak tidak Rute relatif aman dan menyenangkan Harga murah
Efek samping
Efek samping merupakan reaksi obat yang merugikan dan terjadi ketika obat diberikan dalam kisaran dosis terapeutik yang normal Tingkat kejadian efek samping ini sangat bervariasi antara satu obat dengan obat lainnya. Efek samping ini juga tidak dialami oleh semua orang karena masing-masing orang memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda. Efek samping suatu obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya Efek samping ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Berhubungan dengan kerja utama obat Efek samping ini kerapkali merupakan efek samping obat yang utama. Intensitasnya biasanya berhubungan dengan takaran pemberian. Karena efek samping tersebut kerapkali sangat signifikan dan dapat diramalkan sepenuhnya. Efek-efek Yang Tidak Diinginkan Dalam Penggunaan Obat atau perpanjangan penggunaan obat dapat menghasilkan efek-efek yang kurang disukai atau tidak diinginkan, seperti: a. Reaksi hipersensitif atau reaksi alergi, respons abnormal terhadap obat.
b. Kumulasi, terkumpulnya obat dalam tubuh sebagai hasil pengulangan penggunaan obat yang diabsorpsi lebih cepat, daripada ekskresinya dan dapat menimbulkan efek toksik. c. Toleransi, berkurangnya respons terhadap obat dengan dosis yang sama sehingga dosis obat tersebut harus diperbesar untuk mendapatkan efek terapi yang sama.
Pembagian Efek Samping Obat
Efek samping obat dapat dikelompokkan/diklasifikasi dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan ada/tidaknya hubungan dengan dosis, berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi efek samping yang terjadi, dsb. Namun mungkin pembagian yang paling praktis dan paling mudah diingat dalam melakukan pengobatan. Jenis-jenis efek samping obat: 1. Efek samping yang dapat diperkirakan Farmakologik yang berlebihan respons karena penghentian obat efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama reaksi alergi reaksi karena faktor genetik, reaksi idiosinkratik. 2. Efek farmakologik yang berlebihan Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat disebabkan karena dosis relatif yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan. Keadaan ini dapat terjadi karena dosis yang diberikan memang besar, atau karena adanya perbedaan respons kinetik atau dinamik pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada pasien dengan gangguan faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan sirkulasi darah, usia, genetik dsb., sehingga dosis yang diberikan dalam takaran lazim, menjadi relatif terlalu besar pada pasien-pasien tertentu (lihat modul Pemakaian obat pada kelompok khusus: anak, usia lanjut, kehamilan, dan modul Farmakokinetika klinik dan dasar-dasar pengaturan dosis obat dalam klinik). Selain itu efek ini juga bisa terjadi karena interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik antar obat yang diberikan bersamaan, sehingga efek obat menjadi lebih besar. Efek samping jenis ini umumnya dijumpai pada pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat, obat-obat pemacu jantung, antihipertensi dan hipoglikemika/antidiabetika
Dikenal 4 macam mekanisme terjadinya efek obat pada alergi, yakni: Tipe I. Reaksi anafilaksis:
yaitu terjadinya interaksi antara antibodi IgE pada sel mast dan leukosit basofil dengan obat atau metabolit, menyebabkan pelepasan mediator yang menyebabkan reaksi alergi, misalnya histamin, kinin, 5-hidroksi triptamin, dll. Manifestasi efek samping bisa berupa urtikaria, rinitis, asma bronkial, angio-edema dan syok anafilaktik. Syok anafilaktik ini merupakan efek samping yang paling ditakuti. Obat-obat yang sering menyebabkan adalah penisilin, streptomisin, anestetika lokal, media kontras yang mengandung jodium.
Tipe II. Reaksi sitotoksik:
yaitu interaksi antara antibodi IgG, IgM atau IgA dalam sirkulasi dengan obat,membentuk kompleks yang akan menyebabkan lisis sel, Contohnya adalah trombositopenia karena kuinidin/kinin, digitoksin, dan rifampisin, anemia hemolitik karena pemberian penisilin, sefalosporin, rifampisin, kuinin dan kuinidin, dll. Tipe III. Reaksi imun-kompleks:
yaitu interaksi antara antibodi IgG dengan antigen dalam sirkulasi, kemudian kompleks yang terbentuk
melekat
pada
jaringan
dan
menyebabkan
kerusakan
endotelium
kapiler.
Manifestasinya berupa keluhan demam, artritis, pembesaran limfonodi, urtikaria, dan ruam makulopapular. Reaksi ini dikenal dengan istilah "serum sickness", karena umumnya muncul setelah penyuntikan dengan serum asing (misalnya anti-tetanus serum). Tipe IV. Reaksi dengan media sel:
yaitu sensitisasi limposit T oleh kompleks antigen-hapten-protein, yang kemudian baru menimbulkan reaksi setelah kontak dengan suatu antigen, menyebabkan reaksi inflamasi. Contohnya adalah dermatitis kontak yang disebabkan salep anestetika lokal, salep antihistamin, antibiotik dan antifungi topikal.
B. PRINSIP PEMBERIAN OBAT
Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya boleh memberikan obat sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter dan melakukan pengecekan ulang apabila ada keraguan terhadap instruksi tersebut. Proses pemberian obat minimal menggunakan prinsip 12 benar dalam pemberian obat dengan cara membandingkan resep yang didapatkan terhadap label obat. Adapun prinsip 12 benar berdasarkan standar yang berlaku menurut WHO adalah: 1. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mencocokkan program pengobatan pada pasien, nama, nomor register, alamat untuk mengidentifikasi kebenaran obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat. 2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan perawat harus mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan. Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan, dan ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan: a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu. b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan dengan
mempertimbangkan
berat
badan
klien
(mg/BB/hari),
dosis
obat
yang
diminta/diresepkan, dan tersedianya obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien 4. Benar Cara Pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan rute obat yang diberikan diantaranya inhalasi, rektal, topikal, parenteral, sublingual, peroral. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh tempat kerja ob at yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat, kecepatan respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien. 5. Benar Waktu
Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan dengan kerja obat itu sendiri, maka pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu: a. Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat. b. Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung seperti aspirin dan kalium bersama-sama dengan makanan. c. Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-sama dengan makanan, sebelum makan, atau sesudah makan.
d. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (T ½). Obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari dengan selang waktu tertentu, sedangkan obat yang memiliki waktu paruh panjang diberikan sehari sekali. e. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari untuk mempertimbangkan kadar obat dalam plasma tubuh. Misalnya dua kali sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau enam kali sehari. f.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Perawat harus selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat diberikan, waktunya, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan 7. Benar Evaluasi
Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau atau memeriksa efek kerja obat kerja tersebut 8. Benar Pengkajian
Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda vital (TTV). 9. Benar Reaksi dengan Obat Lain
Pada penyakit kritis, penggunaan obat seperti omeprazol diberikan dengan chloramphenicol. 10. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat karena akan mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Untuk memperoleh kadar yang diperlukan, ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya Indometasin dan ada obat yang harus diminum sebelum makan misalnya Tetrasiklin yang harus diminum satu jam sebelum makan.
11. Hak Klien Untuk Menolak
Perawat harus memberikan “inform consent” dalam pemberian obat dan klien memiliki hak untuk menolak pemberian obat tersebut 12. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan pendidikan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan obat kepada pasien, keluarga pasien, dan masyarakat luas diantaranya mengenai perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, penggunaan obat yang baik dan benar, dan sebagainya. Untuk kepentingan terbaik pasien dan menghindari malpraktik, maka Prinsip 12 Benar Cara Pemberian Obat harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh setiap perawat dan tenaga kesehatan di rumah sakit. Hak-hak pasien sebagai konsumen harus terlindungi dan jadilah pasien cerdas sehingga dapat mengontrol perawatan yang diberikan.
Menurut Kemenkes (2011) akibat kesalahan pemberian obat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Adverse drug event adalah suatu insiden dalam pengobatan yang dapat menyebabkan kerugian pada pasien. Adverse drug event meliputi kerugian yang bersifat intrisik bagi individu/pasien contoh : a. Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan riwayat pad pasien dengan riwayat penyakit ulkus peptik yang terdokumentasi di rekam medis, yang dapat menyebabkan pasien menggalami perdarahan saluran cerna. b. Memberikan terapi antiepilepsi yang salah, dapat menyebabkan pasien menggalami kejang. 2. Adverse drug reaction merupakan respon obat yang dapat membahayakan dan menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat
seperti hipersensitivitas, reaksi alergi, toksisitas dan
interaksi antar obat berdasarkan penelitian Nurinasari (2014) sebagai berikut :
a. Hipersensitivitas Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek obat karena tubuh menerima dosis obat yang berlebihan. hipersensitivitas obat biasanya terjadi sekitar 3 minggu hingga 3 bulan setelah pemberian obat, yang ditandai oleh demam dan munculnya lesi pada kulit. b. Alergi reaksi alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme imunologi terhadap masuknya obat yang dianggap sebagai benda asing dalam tubuh dan tubuh akan membuat antibodi untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh. c. Toksisitas akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan zat di dalam darah karena gangguan metabolisme tubuh. Interaksi antar obat reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara bersamaan, sehingga terjadi interaksi obat yang kuat atau bertentangan terhadap efek dari obat.
SOAL 1.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Prinsip Pemberian Obat .http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2012/06/09/pengetahuanprinsip-12-benar-cara-pemberian-obat/ .
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2697/BAB%20II.pdf?sequence=6&isAll owed=y
Anonim. 2011. Aspek Hukum Keselamatan Pasien (Patient Safety). http://yendianestesi.blogspot.com/2011/02/aspek-hukum-keselamatan-pasien-patient.html.