ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M (53 THN) DENGAN CA OVARIUM PRE DAN POST OPERASI EKSISI TUMOR + VC DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
Disusun untuk memenuhi tugas PKK 3
Disusun oleh : Novita Purnama Nellywati, AMK
RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua keganaan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya. Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan me nyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu. Karsinoma ovarium di Indonesia sebesar 32% dari kanker ginekologik dan menyebabkan 55% kematian akibat keganasan ginekologik. Data statistik American statistik American Cancer Society Insiden Society Insiden kanker ovarium di dunia sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker. Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel epitel merupakan 90% kasus dari seluruh kanker indung telur. Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium (sta dium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15 – 20%, 20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%. Karena angka kejadian kanker ovarium cukup tinggi di Indonesia, maka diperlukan asuhan keperawatan yang intensif. Oleh karena itu ,
penulis tertarik untuk mengangkat mengangkat Asuhan keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium sebagai judul dalam penulisan makalah
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut; a. Apa pengertian dari karsinoma ovarium? b. Apa saja etiologi dari karsinoma ovarium? c. Apa saja klasifikasi dari karsinoma ovarium? d. Bagaimana manifestasi klinis dari karsinoma ovarium? e. Apa saja komplikasi dari karsinoma ovarium? f. Bagaimana penatalaksanaan dari karsinoma ovarium? g. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari karsinoma ovarium? h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium i. Bagaimana Asuhan keperawatan teoritis dari karsinoma ovarium? .
1.3.
Tujuan
a. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium”. b. Tujuan Khusus i. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium. ii. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian iii. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium dengan dengan kebutuhan pasien. iv. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.
1.4.
Manfaat
a. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada pokok pembahasan Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium. b. Bagi Pembaca Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fall opi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi. 2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.
II.2. Konsep Dasar Teoritis Karsinoma ovarium A. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Karsinoma ovarium epithelial adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan(CancerNet, 2001). Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium. B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Penyebab dari kanker ovarium adalah multifaktor. Teori pertama menerangkan mengenai trauma minor yang berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran telur setiap bulannya), teori kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur terhadap hormon gonadotropin dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan mengenai karsinogen (z at yang
dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung telur melalui saluran reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat. C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah : a) Diit tinggi lemak b) Merokok dan alkohol c) Infertilitas d) Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium e) Nullipara D. Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut:
Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara)
Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
Ras kaucasia > Afrika-Amerika
F. Patofisiologi
Tidak ada penyebab definitif dan Ca. Ovarium yang ada berupa faktor-faktor resiko seperti :
Genetik berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan bimanual bagi wanita yang mempunyai ibu saudara perempuan dengan Ca.ovarium, karena adanya gen BRCAI dan BRCA2 yang bersifat autosom
Pada nulipara yang berusia > 45 tahun atau pada wanita dengan kehamilan 1 berusia > 30 tahun biasanya mengalami penurunan atau perubahan fungsi sel ovarium yang menyebab gangguan proliferasi
Riwayat tumor jinak beresiko menimbulkan kegagalan differensial sel (anaplasia)
yang
menyebabkan
pelumorfis
(dari
bentuk
dan
ukurannya)
Pada wanita yang terpapar terus menerus oleh talk akan terjadi penumpukan talk di organ genitalia, lalu tubuh menganggap ini sebagai benda asing dan terjadilah reaksi antibodi sehingga terjadi gangguan proliferasi
Merokok
merupakan
salah
satu
zat
kasinogenk
yang
bisa
menimbulkan Ca.ovarium, sedangkan riwayat peminum alkohol akan meningkatkan radikal bebas sehingga mengakibatkan jejas jaringan terutama pada sel ovarium
Gangguan proliferasi menyebabkan timbulnya sel-sel kanker pada sel epitel ovarium. Sel-sel tumor akan mendesak jaringan disekitarnya seperti ; menekan kolon yang menyebabkan gangguan defekasi dan juga bisa terjadi hiperfleks muskulus detrusor yang menyebabkan sering berkemih sehingga genitalia menjadi lembab dan lama kelamaan mudah timbul lesi. Kanker ovarium bermetatasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen (mengakibatkan peritonitis) dan rongga panggul. Jika metastasis melalui sistem bisa bermetastasis ke mammae (Ca.mammae), colon (gangguan BAB) dan pleura (efusi pleura). Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga inplantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan interperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur interperitoneal dan limfatik muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual dan rasa tidak enak diperut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, rupture, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin. Jika ukuran Ca ovarium besar maka bisa terjadi obstruksi jalan lahir yang meyebabkan ruptur uteri. Beberapa tumor dapat memproduksi testosteron yang menyebabkan gangguan hormonal sehingga menimbulkan gangguan haid berupa perdarahan abnormal yang jika terjadi terus menerus bisa berakibat anemia (Sylvia. A. Price, 1995).
I. Stadium
Stadium kanker biasanya ditentukan sebelum tindakan bedah. Akan tetapi tumor pada ovarium, stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi. Penentuan stadium dengan laparatomi akan lebih akurat, karena perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi, sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat. Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
Stadium I pertumbuhan terbatas pada ovarium 1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh. 2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi se l ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intake. 3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul 1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba 2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya 3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium III
tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum. 1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal. 2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver. Derajat keganasan kanker ovarium 1. Derajat 1 : differensiasi baik 2. Derajat 2 : differensiasi sedang 3. Derajat 3 : differensiasi buruk
H. Manifestasi Klinis
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada s tadium awal berupa : 1. Haid tidak teratur 2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat 3. Menoragia 4. Nyeri tekan pada payudara 5. Menopause dini 6. Rasa tidak nyaman pada abdomen 7. Dispepsia 8. Tekanan pada pelvis 9. Sering berkemih 10. Flatulenes 11. Rasa begah setelah makan makanan kecil 12. Lingkar abdomen yang terus meningkat. 13. Menstruasi tidak teratur 14. Lelah 15. Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge) 16. Nyeri saat berhubungan seksual 17. Penurunan berat badan J. Deteksi Dini Kanker Ovarium
Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:
1. Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui
bentuk
dan
ukuran
yang
abnormal,
meskipun
pemeriksaan
rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium. 2. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah. 3. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125. K. Penegakkan Diagnosa Medis
a. Anamnesis Keluhan penderita terbayak adalah merasa tidak enak atau terasa berat di perut bagian bawah dan sering disertai sakit. Perut makin lama makin besar. Kadangkadang terjadi pendarahan diluar haid. b. Pemeriksaan Fisik Dirongga perut teraba massa tumor dan sering disertai asites. Perabaan bimanual jelas tumor pada rongga pelvis. Amenorea, atrofi payudara dan hipertopi klitoris dijumpai pada penderita androplastoma. Adanya asites disertai masa tumor pada rongga pelvic, terduga tumor ganas. Ciri-ciri kist a yang bersifat ganas yaitu pada keadaan : – Kista cepat membesar – Kista pada usia remaja atau pascamenopause – Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan – Kista dengan bagian padat – Tumor pada ovarium c. Laboratorium Kanker ovarium dapat didentifikasi dengan pemeriksaan beberapa tumor marker serum penderita. CA 125 merupakan tumor marker kanker ovarium. AFP
(penanda tumor sel germinal) dan CEA sering dipergunakan untuk identifikasi kanker ovarium. Pemeriksaan HGG dipergunakan untuk diagnosis preoperative karsinoma ovarium yang berasal dari germ cell. d. Radiologi Ultrasonografi mempunyai kapasitas untuk membedakan antara tumor solid dan kristis ovarium. Evaluasi peluasan kanker ovarium pada jaringan sekitar dapat diramalkan oleh USG. Computed tomography lebih praktis, mudah diaplikasi dan akurasi diagosiknya lebih tinggi serta dapat mengevaluasi perluasan dinding tumor pada dinding vesika urinaria dan usus. USG Transvaginal, CT scan, MRI e. Laporaskopi Dapat digunakan untuk menentukan stadium. Apabila penderita yang sudah mendapat kemoterapi / radioterapi menolak untuk laporotomi kedua ( secondlook) salah satu cara untuk melihat kemajuan pengobatan adalah laporoskopi. f. Biopsi Aspirasi Jarum Halus Pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi sering dipergunakan untuk mendiagnosis berbagai tumor di rongga abdomen. Akan tetapi untuk neoplasma ovarium tidak banyak dipergunakan karena pada setiap neoplasma di ovarium laporatomi dapat dilakukan. g. Sitologi Eksfoliatif Untuk menetukan stadium tumor ovarium diperlukan pemeriksaan sitologi cairan asites ataupun cairan bilasan. h. Histopatologi Diagnosa defenitif tumor ovarium biasanya berdasarkan histopatologi blok paraffin. Akan tetapi histopatologi dapat juga dilakukan durate operasi yang bertujuan untuk memperoleh diagnosis yang cepat. L. Faktor Prognostik
Kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun pada pasien dengan kanker ovarium berkisar 30%, namun tergantung dari individu mas ing-masing, stadium, dan jenis kanker. Pasien dengan stadium I memiliki 90% kemungkinan bertahan selama 5 tahun, sedangkan stadium II sekitar 50-65%, dan stadium III dan IV berkisar 15-20% atau kurang dari 5%.
M. Penatalaksanaan
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein. Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut ( surgical staging ). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
Operasi Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH), salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat. Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi. Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total, adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara “debulking ” (cytoreductive) – pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.
Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor. Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi at au kemoterapi, lazim dilakukan lapatotomi kedua ( second-look laparotomi), bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
II.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
A. Identitas klien B. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab C. Keluhan klien saat masuk rumah sakit D. Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti. E. Riwayat Kesehatan a.
Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b.
Riwayat kesehatan dahulu Sebelumnya tidak ada keluhan.
c.
Riwayat kesehatan keluarga Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d.
Riwayat perkawinan Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
F.
Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
G. Riwayat menstruasi Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea. H. Pemeriksaan Fisik Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis. a.
b.
c.
d.
Kepala 1)
Hygiene rambut
2)
Keadaan rambut
Mata 1)
Sklera
: ikterik/tidak
2)
Konjungtiva
: anemis/tidak
3)
Mata
: simetris/tidak
Leher 1)
pembengkakan kelenjer tyroid
2)
Tekanan vena jugolaris.
Dada Pernapasan 1)
e.
f.
Jenis pernapasan
2)
Bunyi napas
3)
Penarikan sela iga
Abdomen 1)
Nyeri tekan pada abdomen.
2)
Teraba massa pada abdomen.
Ekstremitas 1)
Nyeri panggul saat beraktivitas.
2)
Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi 1)
Adanya konstipasi
2)
Susah BAK
I. Data Sosial Ekonomi Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause. J. Data Spritual Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya. K. Data Psikologis Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya keturunan. L. Pola kebiasaan Sehari-hari Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Ca. Ovarium, kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah sebagai berikut : 1. Preoperasi a. Nyeri kronis b.d ageninjuri biologi b. Cemas b.d diagnosis dan rencana pembedahan 2. Post operasi a. Nyeri akut b.d agen injuri fisik b. Resiko infeksi b.d tindakan invasif dan pembedahan c.
Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
L. RENCANA KEPERAWATAN Pre Operasi
RENCANA KEPERAWATAN NO
1.
DIANGOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d agen injuri biologi
TUJUAN (NOC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal
INTERVENSI (NIC)
Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
2.
Kecemasan bd diagnosis dan pembedahan
Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC : selama 3x 24 jam diharapakan cemasi Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) terkontrol Gunakan pendekatan yang menenangkan NOC : Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Anxiety control Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Coping Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Kriteria Hasil : Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Klien mampu mengidentifikasi dan Dorong keluarga untuk menemani anak mengungkapkan gejala cemas Lakukan back / neck rub Mengidentifikasi, mengungkapkan dan Dengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan tehnik untuk mengontol Identifikasi tingkat kecemasan cemas Vital sign dalam batas normal Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi dan tingkat aktivitas menunjukkan Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi berkurangnya kecemasan Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Post Operasi
RENCANA KEPERAWATAN DIANGOSA KEPERAWATAN NO DAN KOLABORASI 1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
TUJUAN (NOC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal
INTERVENSI (NIC)
Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
2.
Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi) selama 3x 24 jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain terkontrol Pertahankan teknik isolasi NOC : Batasi pengunjung bila perlu Immune Status Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung Knowledge : Infection control dan setelah berkunjung meninggalkan pasien Risk control Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan Kriteria Hasil : Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung proses penularan Mendeskripsikan Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat penyakit, factor yang mempengaruhi Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan penularan serta penatalaksanaannya, petunjuk umum kemampuan untuk Menunjukkan Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing mencegah timbulnya infeksi Tingktkan intake nutrisi Jumlah leukosit dalam batas normal Berikan terapi antibiotik bila perlu Menunjukkan perilaku hidup sehat
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
3.
Deficit personal hyegene b.d imobilitas (nyeri pembedahan)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan pasien menunjukkan kebersihan diri NOC : Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior Kriteria Hasil : Pasien bebas dari bau Pasien tampak menunjukkan kebersihan Pasien nyaman
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif
Personal hyegene managemen
Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan pasien
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN AWAL KEPERAWATAN RAWAT INAP Ruang
: Melati
TB/BB
: 153 cm/ 50 kg
Tgl. Pengkajian
: 8 April 2015
Gol. Darah
:A
Tgl. Masuk Rawat
: 8 April 2015
Nama Pasien
: Ny. M T
Usia
: 54 Thn
Jenis Kelamin
: Perempuan
STATUS KESEHATAN SAAT INI
A. Alasan kunjungan
: Rencana operasi eksisi tumor + VC
B. Keluhan Utama
: Nyeri di daerah biopsi
C. Lama keluhan
: 12 hari
D. Upaya yg telah dilakukan
: minum terapi nyeri
E. Diagnosis Medis
: Ca. Ovarium
RIWAYAT KESEHATAN
A. Penyakit yang pernah di alami : -
Operasi tgl 26 Maret2015
B. Alergi : Tidak ada C. Riwayat transfusi darah: Tidak ada D. Kebiasaan : -
Merokok
: tidak
-
Minum alkohol
: tidak
-
Obat-obatan
: tidak
E. Genogram
PENGKAJIAN
Tanda-tanda Vital
: TD= 110/70 mmHg. N= 86 x/menit. S= 36 ⁰ C. P= 20x/menit
Tingkat kesadaraan
: Compos Mentis
A. NUTRISI
1. Keluhan
: tidak ada
2. Kebiasaan : a. Pola makan
: teratur 3x/hari
b. Diet saat ini
: nasi
3. Perubahan Gastro intestinal a. Mulut
: normal
b. Gigi
: lengkap
c. Lidah
: bersih
d. Esophagus
: reflek menelan ada
e. Tenggorokan : normal f.
Abdomen
:
-
Inpeksi
: tidak terdapat luka dan asites
-
Auskultasi
: bisisng usus normal
-
Perkusi
: tympani
-
Palpasi
: tidak teraba distensi dan tumor
g. Gangguan saluran cerna
: tidak ada
h. Asupan nutrisi
: oral
4. Penyakit
: tidak ada
5. Pemeriksaan penunjang
(Lab/radiologi)
:-
B. ELIMINASI
1. Keluhan
: tidak ada keluhan
2. Kebiasaan
:
a. Frekuensi Buang Air Besar (BAB)
: 1x/hari
b. Frekuensi Buang Air Kecil (BAK)
: 4-6 x/hari
3. Pengkajian eliminasi a. BAB
:
-
Warna
: Kuning
-
Konsistensi
: lunak
b. BAK : Normal
-
Warna
: kuning
-
Cara pengeluaran : -
4. Pemeriksaan Penunjang (Lab/Radiologi) : C. AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT
1. Keluhan : tidak ada keluhan 2. Kebiasaan a. Mandi
: 2x/hari
b. Cuci Rambut : 3 x/seminggu c. Sikat Gigi
: 2x/hari
d. Tidur
: 4-6 jam/hari
3. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal a. Mobilisasi
: tidak ada kesulitan
4. Aktifitas dan Mobilisasi : Mandiri 5. Pemeriksaan Penunjang (Radiologi) : D. SIRKULASI
1. Keluhan
: tidak ada
2. Pengkajian Sirkulasi a. Hidung
: normal
b. Dada
: normal
c. Jantung
:
-
Irama Nadi
: teratur
d. Paru
: vesikuler
e. Perdarahan
: tidak ada
f.
: baik
Turgor kulit
g. Oedema
: tidak ada oedema pada ekstremitas atas dan bawah
h. Lympha edema
: tidak ada
i.
: capilary refill < 2-3 detik
Perifer
3. Pemeriksaan Penunjang (Lab/Radiologi) : E. KENYAMANAN
1. Keluhan
: nyeri pada perut kiri bawah
2. Nyeri
:
a. Lokasi
: perut kiri bawah
b. Skala nyeri
: 1-2
c. Frekuensi
: hilang timbul
d. Karakteristik : nyeri tumpul 3. Intergritas kulit
: tidak ada petechie, hematoma, pruritus, dan urtikaria
4. Luka
: tidak ada
5. Dekubitus
: tidak ada
6. Tanda-tanda infeksi
: tidak ada
7. Pemeriksaan penunjang (Lab/Radiologi) :F. SEKSUAL/REPRODUKSI
1. Riwayat reproduksi a. Keluhan
: tidak ada
b. Usia haid pertama (Menarche)
: 17 tahun
c. Usia pertama kali hubungan seksual : 28 tahun d. Pernikahan ke
:1
e. G 2 P2 A 0 f.
Jumlah anak : 2
Pemeriksaan cervix terakhir/pap smear : tidak ada
2. Pemeriksaan fisik a. Genitalia
: tidak ada keluhan
b. Pemeriksaan sadari
: ya, 2x/bulan
3. Penggunaan alat kontrasepsi : tidak 4. Pemeriksaan penunjang (Lab/Radiologi) : G. PSIKOSOSIAL
1. Suasana hati
: baik
2. Emosi
: stabil
3. Kepribadian
: terbuka
4. Komunikasi
: relevan
5. Pertahanan/koping a. Pengambilan keputusan
: sendiri
b. Cara mengatasi kecemasan
: sendiri
c. Mekanisme koping yang digunakan : konstruktif 6. Sistem nilai kepercayaan a. Agama yang dianut
: Islam
7. Respon terhadap penyakit : menerima 8. Informasi yang dibutuhkan
: tindakan/pengobatan/perawatan yang diberikan
9. Dukungan keluarga
: ada
H. KESELAMATAN DAN PROTEKSI
1. Status mental
: orientasi
2. Gangguan panca indera a. Gangguan penglihatan
: tidak
b. Gangguan pendengaran
: tidak
c. Gangguan pengecapan
: tidak
d. Gangguan penghidu
: tidak
e. Gangguan perabaan
: tidak
3. Pengkajian restrain
: tidak ada masalah
a. Pernah menggunakan restrain sebelumnya : tidak ada 4. Skrening resiko cedera/jatuh : tidak beresiko 5. Pemeriksaan penunjang (Lab/Radiologi) : I. KEBUTUHAN KOMUNIKASI/PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
1. Tingkat pendidikan pasien
: SMA
2. Bahasa sehari-hari
: Indonesia
3. Perlu penerjemah
: tidak
4. Hambatan belajar
: tidak ada
5. Kesediaan pasien menerima informasi
: bersedia
6. Cara belajar yang paling disukai
: audio-visual/gambar
7. Kebutuhan pembelajaran pasien
: operasi dan manajemen nyeri
HASIL LAB PEMERIKSAAN TGL 09 APRIL 2015 JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
RUJUKAN
SATUAN
Hemoglobin
9,8
12,0 -16,0
g/dL
Leukosit
6,23
5,0 - 10,0
103/μL
Trombosit
349
150 - 440
103/ μL
Eritrosit
3,42
4,00 - 5,00
103/ μL
Hematokrit
28,8
37 - 43
%
HEMATOLOGI
HEMOSTASIS
Masa Protombin (PT)
Pasien
13,0
11,3 - 14,7
Detik
Kontrol
14,7
12,0 -16,0
Detik
Masa Tromboplastin (APTT)
Pasien
30,2
27,4 - 39,3
Detik
Kontrol
32,1
25,0 - 36,0
Detik
Fibrinogen
572
167 - 451
mg/dL
D-dimer
2310
< 500
mg/dL
Protein total
6,7
6,8 - 8,7
g/dL
Albumin
4,0
3,2 - 5,2
g/dL
Globulin
2,7
1,5 - 3,0
g/dL
SGOT
10
0 - 32
U/L
SGPT
10
0 - 31
U/L
101
< 180
mg/dL
Ureum darah
21
21 - 43
mg/dL
Kreatinin darah
0,50
< 0,95
mg/dL
eGFR
137,18
>80
Natrium
144
137 -150
mmol/L
Kalium
3,9
3,5 - 5,3
mmol/L
Klorida
103
99 - 111
mmol/L
kalsium
8,6
8,1 - 10,4
mmol/L
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
KARBOHIDRAT Glukosa sewaktu FUNGSI GINJAL
ELEKTROLIT & GAS DARAH
ANALISA DATA Tanggal 8-9 April 2015
Data Subyektif
Data Obyektif
Os mengatakan ini
Masalah Keperawatan
Os tampak masih
adalah operasi yang
sering
pertama dilakukan
tentang bagaimana
Os
rencana operasinya
mengatakan
bertanya
merasa cemas akan
Os tampak gelisah
menjalani operasi
TTV:
Os mengatakan dia
baru
Cemas
Nadi 88 x/menit
saja
melakukan
biopsi
tgl 26 maret 2015 9 April 2015
Os
mengatakan
Os
tampak Nyeri
terkadang perut kiri
meringis saat terasa
bawah terasa nyeri
nyeri
Skala nyeri: 1-2
Frekuensi : hilang timbul
TTV TD : 110/70 mmHg Nadi : 90 x/menit
10-11April 2015
-
Os terpasang infus
Resiko infeksi
di perifer
Terdapat luka post operasi
eksisi
tumor + VC
TTV TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Leukosit : 6,23 (lab px tgl 09/04/15)
10-13 April
Os daerah
mengatakan operasi
Os
tampak Nyeri
meringis saat nyeri
terkadang
terasa
nyeri saat bergerak
Os
Skala nyeri 3-4
Frekuensi : hilang
mengatakan
daerah terkadang
perut
timbul
terasa
kembung/nyeri
TTV TD : 110/80 mmHg Nadi : 90x/menit
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
Pre Operasi 1. 2.
Cemas b.d perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi Nyeri b.d proses penyakit
Post Operasi
1. Resti infeksi b.d prosedur invasif 2. Nyeri b.d insisi pada daerah abdomen post operasi
D. Intervensi dan Evaluasi Hari
Waktu
/Tanggal
8 April 2015
Diagnosa
Implementasi
Keperawatan
18.00 – 18.30
Cemas
Hari
Evaluasi
/Tanggal
Mengkaji tingkat kecemasan dan reaksi 8 April 2015 fisik terhadap kecemasan Mendampingi pasien, berikan sentuhan dan yakinkan pasien tidak sendiri Memberikan informasi tentang gejala cemas Menciptakan lingkungan yang tenang
S: Os mengatakan terkadang takut akan tindakan yang diberikan O:
Os tampak sedikit tenang TD: 110/80 Nadi: 82 x/menit Rr: 20 x/menit Klien ditemani oleh keluarga
A: Masalah teratasi sebagian
9 April 08.00 - 08.30 2015
Nyeri
Mengkaji tingkat nyeri terhadap agen 9 April 2015 biologis Memantau nyeri pasien setiap 8 jam Menciptakan lingkungan yang tenang Melakukan perubahan posisi untuk memberikan rasa nyaman Kolaborasi : Pemberian terapi analgetik
P: Intervensi lanjut S: Os mengatakan terkadang nyeri masih terasa O:
Os tampak sedikit nyaman TD: 110/80 Nadi: 82 x/menit Rr: 20 x/menit Skala nyeri : 1
A: Masalah teratasi sebagian
1011April 2015
09.00 – 09.30
Resiko Infeksi
Memonitor tanda dan gejala infeksi Mengamati higiene oral Menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang resiko infeksi Mempertahankan lingkungan yang bersih dan aman dari infeksi Perhatikan teknik aseptik Melalukan perawatan di area pemasangan alat invasif
1011April 2015
P: Intervensi lanjut S: O:
Terpasang infus di perifer Balutan infus tampak bersih Tidak ada tanda flebitis di area penusukan alat invasif Terdapat luka balutan post operasi eksisi tumor +VC TD: 110/70 mmHg Nadi: 78 x/menit RR: 18 x/menit Suhu: 36 0 C
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi lanjut 10-13 April 2015
08.00 - 08.30
Nyeri
Mengkaji tingkat nyeri terhadap agen 10-13 April biologis 2015 Memantau nyeri pasien setiap 8 jam Menciptakan lingkungan yang tenang Melakukan perubahan posisi untuk memberikan rasa nyaman Kolaborasi : Pemberian terapi analgetik
S: Os mengatakan terkadang nyeri masih terasa O:
Os tampak sedikit nyaman TD: 110/70 Nadi: 84 x/menit Rr: 20 x/menit
Skala nyeri : 2-3
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi lanjut
BAB IV PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui siste m pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut: riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara, riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial,wanita diatas usia 50 – 75 tahun, wanita yang tidak memiliki anak(nullipara), wanita yang memiliki anak > 35 tahun, membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid.
III.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada kasus yang ditemukan ditemukan bahwa umur menarkhe, paritas, riwayat keluarga, penggunaan bedak, IMT, memiliki besar risiko yang bermakna terhadap kejadian kanker ovarium, sementara paritas memiliki risiko yang tidak bermakna terhadap kejadian kanker ovarium. Perlunya penelitian yang lebih lanjut untuk mengungkap etiologi penyakit sangat penting. Menjauhi faktor risiko seperti penggunaan bedak, obat penambah kesuburan dan terapi hormon terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga menderit a kanker ovarium atau payudara sangat penting. Menghindari konsumsi lemak jenuh (kolesterol) terutama bagi wanita yang usia menarkhenya <12 tahun penting untuk mengurangi risiko kanker ovarium. Untuk wanita (terutama wanita yang berisiko) diperlukan kesadaran untuk melakukan deteksi dini Ca Ovarium seperti papsmear untuk wanita yang sudah menikah