MAKALAH
ASKEP KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM
Oleh:
1. EKA PUTRI CITRASARI (121.0029)
2. INTAN AYU R. (121.0049)
3. YOGI YUSSANTO (121.0107)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul "ASKEP
KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM". Makalah ini ditulis untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua
dan para pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih
baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam
keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan
kritik demi perbaikan di masa mendatang.
Surabaya, 17 September 2014
Penyusun,
Tim Penulis
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan Penulis 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Gangguan Jiwa 3
2.2 Konsep Masalah Waham 4
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah 7
2.3.1 Pengkajian 7
2.3.2 Diagnosa 11
2.3.3 Tindakan Keperawatan 12
2.3.4 Evaluasi 17
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
Daftar Pustaka 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun
gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam
berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat
mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi,
berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada
pasien yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang
dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Sementara, pada populasi
dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari
100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri
menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk,
M.Kes mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di
jawa tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian
ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang
mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan
gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara
sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari
skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta
dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber
dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang
hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep Waham, dan Asuhan Keperawatan
Waham.
1.3 Tujuan Penulis
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan masalah waham.
1.3.2 Tujuan Khusus
Supaya mahasiswa mampu menjelaskan:
1) Konsep Gangguan Jiwa
2) Konsep Waham
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan
hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami
seseorang individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses
berpikir, interaksi dan aktifitasnya sehari-hari.
2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang
akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik
yang menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stress akut yang
berkaitan, dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala
negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu
episode psikotik yang jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui
kurung waktu satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang
nyata seperti waham dan halusinasi.
2.1.2 Depresi
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang
berkepanjangan, proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan
prilaku lamban yang terkesan malas (trias depresi).
2.1.3 Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan
pasien merasakan "rasa yang tak dapat dijelaskan", seringkali disertai
dengan keluhan fisik atau aktifitas motorik tertentu. Ini adalah
gangguan yang lazim dan dapat diobati.
2.1.4 Ganngguan Penyesuaian
Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami
trauma.
2.2 Konsep Masalah Waham
2.2.1 Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi
Anna dkk, 2007). Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang
lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
2.2.2 Proses Terjadinya Waham
Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada
juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena
sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.
Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.
Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit
untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang
lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
2.3 Asuhan Keperawatan Masalah Waham
2.3.1 Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan
dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang
dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap
melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.
Isi pengkajiannya meliputi:
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan,
waktu pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
5. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi
yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
Konsep diri
Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan tidak disukai.
Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan
klien sebagai laki-laki / perempuan.
Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud
harga diri rendah.
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih,
takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
Kebutuhan persiapan pulang
Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan
tubuh klien.
Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar
rumah.
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat.
Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau
klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian
tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi
spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut
ini:
1) Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh :
"Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho." Atau "Saya punya tambang
emas".
2) Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh: "Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena
iri dengan kesuksesan saya."
3) Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: "Kalau
saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih, setiap hari."
4) Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati
kenyataan. Contoh: "Saya sakit kanker". Setelah pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5) Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meinggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: "Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan
untuk mengkaji pasien dengan waham:
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh
dan tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan
oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling
percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima
keyakinan pasien.
2.3.2 Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan
dari hasil pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
2.3.3 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
1) Perencanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan tindakan :
1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.
Tindakan Keperawatan:
1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan
waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita.
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien,
menjelaskan hal yang sesuai realita).
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realita.
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang
menyangkut masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan
dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama
ini tidak tercapai.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu
dan saat ini.
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan
aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien,
misalnya menggambar, bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.
8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita
seperti cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang
mendatangkan uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.
9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan
efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
klien, cara merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan
keteraturan pengobatan serta lingkungan yang tepat untuk klien.
2) Intervensi dan Rasional
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berubungan dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksinya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang
aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi
klien dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan
kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita
itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang
lain, tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan
klien.
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping
obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan
mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang
: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow
up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga
diri rendah.
Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham
kebesaran
Tujuan khusus :
Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan
kriteria evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.
Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain.
a. Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga
dapat mengenali tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga
memudahkan perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama
penyebab prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri
dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang
dilakukan.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan
dengan orang lain.
2.3.4 Evaluasi
1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham
2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya
(waham) saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan
hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah
satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham
adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain,
keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control.
3.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat
dan memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan
secara intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses
keperawatan apabila mendapati klien dengan penyakit gangguan kejiwaan.
Daftar Pustaka
Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.
Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM MENETAP PADA
PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH LAPORAN KASUS. 2014.
[Diakses: 16 Sept 2014] Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.
Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo
Persada.