BAB I PENDAHULUAN I.
Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui dit emui waham diorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya k ebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat dili hat oleh ole h orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008). Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi t erjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan
negatif
tidak ti dak
dapat
diterima
menjadi bagian
eksternal
dan
akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ). Menurut World Health Organization (WHO), Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012). Data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2016 bulan Januari sampai April terdapat 190 jiwa dengan harga diri rendah 1 jiwa (0,52%), halusinasi 117 jiwa
(61,57%). perilaku kekerasan 65 jiwa ji wa (34,21%), waham 3 jiwa (1,57%), defisit perawatan perawatan diri 1 jiwa (0,52%), isolasi sosial 3 jiwa (1,57%). Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain menyusun
penanggulangan
pemasungan,
melakukan
advokasi
kepada
pemangku kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota, melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan rumah sakit umum dalam
penanganan
masalah
kesehatan
jiwa
serta
menyediakan
obat
antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya pencegahan kekambuhan. Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien dalam keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik. Dalam
melakukan
strategi
pelaksanaan
komunikasi
terapeutik perawat
mempunyai empat tahap t ahap komunikasi, yang setiap tahapnya t ahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. Empat tahap tersebut yaitu tahap prainteraksi (pengumpulan data tentang klien, membuat rencana tindakan kegiatan, waktu dan tempat),
tahan
orientasi
atau
perkenalan (Salam,
perkenalan perawat), kerja (keluhan utama) dan tahap terminasi (evaluasi). Dalam
membina
hubungan
terapeutik
perawat
dan
klien, diperlukan
ketrampilan perawat dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan masalah psikologis
klien.
Perawat
terutama
harus
dalam
hadir
secara
penampilan
utuh
baik
maupun
fisik fi sik maupun
sikap
pada
saat
berkomunikasi dengan klien. Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan terhadap kesehatan
klien fisik,
seperti
memenuhi
perawat
juga
kebutuhan
dapat
dasar
melakukan
dan
meningkatkan
pendekatan
spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap klien
sebagai
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun efek yang muncul dari gangguan waham.
II.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini ialah sebagai berikut? A. Apa yang dimaksud dengan waham? B. Bagaimana waham dapat terjadi? C. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam waham? D. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah waham?
BAB II PEMBAHASAN I.
Konsep Dasar Medis
A. Pengertian Waham
adalah
suatu
keadaan
di
mana
seseorang
individu
mengalami sesuatu kekecauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif (Damaiyanti. 2014). Waham
adalah
keyakinan
klien
yang
tidak
sesuai
dengan
kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Dermawan. 2013) Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan (Prabowo. 2014). B. Etiologi Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan
sesuatu
secara
berlebihan,
maka
keadaan
ini
dapat
berkembang menjadi waham. Secara berlahan-lahan individu itu tidak
dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan dunia realitas. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar. Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga
diri
halusinasi
dan dan
keutuhan waham.
keluarga Selain
itu
merupakan kecemasan,
penyebab
terjadinya
kemampuan
untuk
memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan (Damaiyanti, 2014). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Damaiyanti, 2014), yaitu : 1. Faktor Predisposisi Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Barbagai faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres yang
berlebihan
dapat
mengganggu
metabolisme
dalam
tubuh
sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal.
2. Faktor Presipitasi Rangsangan lingkungan lingkungan yang sering menjadi pencetus
terjadinya
waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stres st res kecemasan. 3. Faktor Kekurangan kebutuhan manusia (Lack of Human need). Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya Biasan ya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
mendorongnya
untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality
dengan selft ideal ide al sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap di anggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan
diperhitungkan
dalam
kelompoknya.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history). 4. Faktor kekurangan harga diri (lack of self esteem). Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan
yang
tidak
terpenuhi sedangkan
standar
lingkungan
sudah
melampaui
kemampuannya. kemampuannya.
lingkungan
sudah
banyak
yang
komunikasi
yang
canggih,
berpendidikan
kaya,
Misalnya,
menggunakan tinggi
saat
teknologi
serta s erta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. 5. Fase control internal external. Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau at au apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kar ena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima dit erima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal.
Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi
pendengar
pasif
tetapi
tidak
mau
konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
6. Fase environment support. Adanya
beberapa
orang
yang
mempercayai
klien
dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, did ukung, lama kelamaan klien menganggap ses uatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena
seringnya
diulang-ulang.
Dari sinilah
mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya normal (Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa dos a saat sa at berbohong. 7. Fase comforting. Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. mendukungnya. Keyakinan Ke yakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari
lingkungannya. Selanjutnya
klien kli en
lebih
sering
menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial). 8. Fase improving. Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan
klien
dengan
cara konfrontatif
serta ser ta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ser ta ada konsekuensi sosial. C. Faktor Presipitasi WAHAM 1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan 2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal. 3. Adanya gejala pemicu Rentang respon neurobiologi:
D. Tanda dan Gejala 1. Kognitif : a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata b. Individu sangat percaya pada keyakinannya c. Sulit berpikir realita d. Tidak mampu mengambil keputusan 2. Afektif a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan b. Afek tumpul 3. Perilaku dan hubungan sosial a. Hipersensitif b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi d. Ragu-ragu e. Mengancam secara verbal f. Aktifitas tidak tepat g. Streotif h. Impulsive i. Curiga 4. Fisik a. Higiene kurang b. Muka pucat c. Sering mengucap d. Berat badan menurun E. Contoh-contoh waham 1. Waham kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “saya ini
pejabat
di
departemen
kesehatan
lho..” atau “saya “saya punya
tambang emas”. 2. Waham curiga Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “saya “saya tahu.. seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.” 3. Waham agama Memiliki
keyakinan
diucapkan berulang
terhadap kali
suatu
agama
tetapi tidak ti dak sesuai
secara
berlebihan,
kenyataan. Contoh:
“kalau “kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.” 4. Waham somatik Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan
berulangkali
tatapi
tidak
sesuai
kenyataan.
Contoh: “saya “saya sakit kanker.” kanker.” Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun klien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker. 5. Waham nihilistik Meyakini bahwa dirinya dirin ya sudah tidak ada di dunia / meniggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesaui kenyataan. Contoh: “ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.” roh- roh.” F. Mekanisme koping Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresif, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta.
Kebutuhan
akan
ketergantungan
ditransformasikan
menjadi
kemandirian yang kokoh. Penyangkalan,
digunakan
untuk
menghindari
kesadaran
akan
kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telah
menyababkan
reaksi
formasi
dan
proyeksi
waham
dan
suporioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. (Dermawan, 2013) G. Akibat Terjadinya Waham Akibat dari waham pasien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Prabowo, 2014) H. Penatalaksanaan Terapi yang diterima oleh pasien : Electro Convulsif Therapie (ECT) suatu tindakan terapi dengan menggunakan men ggunakan aliran listrik list rik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan pasien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. I. Pohon masalah
II.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Faktor predisposisi a. Genetik
: Diturunkan
b. Neorobiologis
: Adanya gangguan pada koteks pre frontal
dan koteks limbik. c. Neorotransmiter
: Abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan
glutamat. d. Virus
: Paparan virus influenza pada trimester
e. Psikologi
: Ibu pencemas, terlalu
melindungi, yang
tidak peduli. B. Faktor presipitasi 1. Proses pengolahan infirmasi yang berlebihan 2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal 3. Adanya gejala pemicu Setiap melakukuan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal di rawat. Isi pengkajiannya meliputi : a. Identifikasi klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien
tentang:
nama
klien,
panggilan
klien,
nama
perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. b. Keluhan utama / alasan masuk Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi dan perkembangan yang dicapai. c. Riwayat penyakit sekarang Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mangalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penilaian dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga
dan
tindakan
kriminal.
Dapat
dilakukan
pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
1) Psikologis Keluarga,
pengasuh
dan
lingkungan
klien
sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien. 2) Biologis Gangguan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak. 3) Sosial budaya Seperti
kemiskinan,
konflik
sosial
budaya
(peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stres st res d. Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : Tekanan Darah (TD), nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan. e. Aspek psikososial Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang tarkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. 2) Konsep diri a) Citra tubuh
: Mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b)
Identitas
diri
: Status
dan posisi
kepuasan klien terhadap status dan dan
klien sebelum
dirawat,
posisinya dan kepuasan klien
sebagai laki-laki / perempuan. c) Peran
: Tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan mel aksanakan tugas tersebut. d)
Ideal diri
: Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya. e)
Harga diri
: Hubungan klien dengan orang lain, penilaian penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya sebagai wujud
harga
diri rendah. 3)
Hubungan sosial dengan orang lain, penilaian dan kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat. 4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan d an kegiatan ibadah. f.
Status mental Nilai
penampilan
klien
pembicaraan klien, aktifitas
rapi
atau
tidak,
tidak
motorik klien, alam perasaan
amati klien
(sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. g.
Kebutuhan persiapan pulang
1)
Kemampuan
makan
klien,
klien
mampu
menyiapkan
dan
membersihkan alat makan. 2)
Klien mampu Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK), menggunakan dan pakaian. 3)
Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan kebers ihan tubuh
klien. 4) Istirahat dan tidur klien, aktifitas di dalam dan di luar rumah. 5)
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setalah minum obat. h.
Masalah psikososial dan lingkungan
Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien. i.
Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. j.
Aspek medik
Terapi yang diterima diteri ma oleh : Electro Convulsif Therapie (ECT), terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi
spiritual,
terapi
okupasi,
terapi
lingkungan.
Rehabilitias sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham : a.
Apakah klien memiliki pikiran / isi pikir yang berulang-ulang
diungkapan dan menetap ? b.
Apakah klien takut
terhadap objek atau situasi tertentu, atau
apakah klien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau ke orang sehatannya ? c.
Apakah
klien
pernah
merasakan
bahwa
benda-benda
di
sekitarnya aneh dan tidak nyata ? d.
Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar
tubuhnya ? e.
Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh
orang lain ? f.
Apakah
pasien
berpikir
bahwa
pikiran
atau
tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar ? g.
Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik
atau kekuatan lainnya atau yakni bahwa orang lain dapat membaca pikirannya ? Selama
pengkajian
kita
harus
mendengarkan
dan
memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dalam melakukan interaksi dengan klien usahakan
jangan
menyangkal, menyangkal,
menolak
atau
menerima
keyakinan
klien
terlebih dahulu. 2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil
dari
pengkajian
diagnosa
keperawatan
adalah
masalah
kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatsinya (Dermawan, 2013) Masalah
keperawatan
yang
sering
muncul
yang
dapat
disimpulkan dari hasil pengkajian adalah : Masalah keperawatan : perubahan proses pikir : waham 1) Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, kecurigaan,
keadaan
dirinya)
berulangkali berulangkali
secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. 2) Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, ceriga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak t idak tepat t epat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wa jah klien tegang, mudah tersinggung. III.
Diagnosa keperawatan : a. Perubahan proses pr oses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3.
Perencanaan
IV. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses pikir : waham
Tabel 2.1 Perencanaan
Tujuan (umum dan khusus) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang
Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nam perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang dibicarakan, waktu dan tempat). Jangan membantah dan mendukung waham klien : Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima. Katakan perawat tidak mendukung : “sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu api empati. Tidak membicarakan isi waham klien. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung : Anda berada ditempat aman, kami akan menemani anda. Gunakan keterbukaan dan kejujuran. Jangan tinggalkan klien sendirian. Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitis. Diskusikan dengan klien
dimiliki
Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Klien dapat berhubungan dengan realitis
Klien mendapat
kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realitis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham). Tanyakan apa yang biasa klien lakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting. Observasi kebutuhan klien seharihari. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama dirumah maupun dirumah sakit (rasa takut, ansietas, marah). Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktifitas dapat dipilih bersama klien, klien mungkin buat jadwal). Atur situasi agar klien mempunyai waktu unuk menggunakan wahamnya. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu). Sertakanklien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien. klien. Diskusikan dengan keluarga
dukungan keluarga
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
tentang : Gejala waham Cara merawatnya Lingkungan keluarga Folow-up obat Folow-up obat Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan perawat. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi dan efek samping akibat penghentian Diskusikan perasaan klien setelah makan obat. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
4. Tindakan keperawatan (Prabowo. 2014)
Tindakan keperawatan untuk klien a.
Tujuan :
1) Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap 2) Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar 3) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan 4) Klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar b. Tindakan 1) Bina hubungan saling percaya (BHSP) Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan
saling
percaya
terlebih
dahulu
agar
pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terepeutik b) Berjabat tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d)
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
klien 2) Bantu orientasi realita a) Tindakan mendukung atau membantah waham klien b) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari d) Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal pembicaraan sampai klien berhenti. e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas 3)
Diskusikankan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah 4)
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien 5) Berdiskusi tetang kemampuan positif yang dimiliki 6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki 7) Berdiskusi tentang obat yang diminum 8) Melatih minum obat yang benar.
c.
Tindakan
keperawatan
pada
klien
dengan
menggunakan
pendekatan srategi pelaksanaan (SP). 1)
SP 1 klien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi 2)
SP 2 klien
: Mengidentifikasi kemampuan positif positif yang dimiliki
klien dan membantu mempraktekkannya 3)
SP 3 klien
: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang yang
benar. d.
Tindakan
keperawatan
pada
keluarga
dengan
menggunakan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP). 1)
SP 1 keluarga
: Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien 2)
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
waham. 3) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. 5. Evaluasi
Format evaluasi untuk menilai kemampuan klien, keluarga dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan waham.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). B. Saran Adapun saran kami bagi perawat dengan kasus waahaam seperti ini ialah yang pertama terlebih dahulu harus dilakukan dengan cara membina hubungan saling percaya deengan klien agar dapat ia mengungkapkan semua perasaannya dan juga data kita dapat lengkap dan akurat
DAFTAR PUSTAKA
http://io-note.blogspot.co.id/2016/12/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwawaham.html http://askep33.com/2015/12/14/laporan-pendahuluan-waham/ http://mynewblogmanadosulawesiutara.blogspot.co.id/2016/08/asuhan-keperawatanpada-tn-fl-dengan.html {askkep}