20
3
10
Makalah Akuntansi Manajemen
(Activity Based Management)
Semester IV Oleh Dosen Ernawati Malik SE.,M.Ak.
Disusun Oleh Kelompok 1 Kelas B
Khatijah/11/101401039
Musdalifah/12/101401040
Hariani/8/101401036
Mangka/20/101401048
Jusmyanto Jahludin/17/101401045
La Sarman/27/101401055
Iman Gozali/31/101502187
Universitas Muhammadiyah Buton Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Periode 2015-2016
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Activity Based Manajemen". Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Ernawati Malik SE.,M.Ak dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen di Universitas Muhammadiyah Buton Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Baubau, 16 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan masalah 2
Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
Definisi Activity Based Management 3
Tujuan dan Manfaat Activity Based Management 4
Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen 5
Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam Suatu Organisasi 8
Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan Informasi 9
BAB III ANALISIS / EVALUASI
Contoh Kasus "UD. 3 S'Prima" 14
Analisis Contoh Kasus "UD. 3 S'Prima" 16
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan 17
Rekomendasi Contoh Kasus "UD. 3 S'Prima" 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat dan relevan telah mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas/Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Biaya berdasarkan aktivitas meningkatkan keakuratan mengalokasikan biaya dengan pertama-tama menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian sampai pada produk atau pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.
Analisis nilai proses di lain pihak, menekankan pada analisis aktivitas, yaitu mencoba untuk menetapkan mengapa melakukan aktivitas yang diperlukan secara lebih efisien, dan untuk menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi pelanggan. Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai bagi pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing.
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan terima (realisasi untuk pelanggan) dengan apa yang pelanggan serahkan (hal yang dikorbankan pelanggan). Apa yang diterima, disebut sebagai produk total (total product). Produk total seluruh manfaat baik wujud (tangible) maupun
tidak berwujud (intangible) yang pelanggan terima dari produk yang dibeli. Pengorbanan pelanggan meliputi biaya meliputi biaya pembelian produk, waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan mempelajari cara menggunakan produk, dan biaya-biaya paska pembelian, yang didefinisikan sebagai biaya penggunaan, pemeliharaan, dan menjual kembali produk tersebut. Meningkatkan nilai bagi pelanggan berarti meningkatkan realisasi untuk pelanggan, menurunkan pengorbanan pelanggan, atau keduanya.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan activity based manajemen ?
Bagaimana tujuan dan manfaat activity based management ?
Bagaimana model dimensi dan penerapan activity based manajemen ?
Bagaimana faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi ?
Bagaimana langkah-langkah value analysis dalam menghasilkan informasi ?
Tujuan Penulisan
Untuk memahami dan mendeskripsikan maksud dari activity based manajemen.
Untuk memahami dan mendeskripsikan tujuan dan manfaat activity based management.
Untuk memahami dan mendeskripsikan model dan penerapan dimensi activity based manajemen.
Untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi.
Untuk memahami dan mendeskripsikan langkah-langkah value analysis dalam menghasilkan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Activity Based Management
Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbanannya, karena setiap aktivitas adalah biaya. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan tujuan organisasi melalui proses perbaikan terus menerus. Perbaikan itu meliputi bidang alat kerja, metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat harga, kualitas produk, dan kualitas pelanggan.
Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber daya yang dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan input untuk memperoleh output dan keuntungan. Manajemen harus berusaha meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara sistematis. Aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar, merancang dan mengembangkan produk, membuat dan menjual produk, serta pelayanan purna jual produk. Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti pemeriksaan pekerjaan, pengerjaan ulang, memindahkan bahan baku dan barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu, dan penyimpanan. Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.
Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11). Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas
dengan tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
Tujuan dan Manfaat Activity Based Management
ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya oleh karena itu untuk mengelola organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
Manfaat ABM menurut Supriyono (1999;356) adalah :
Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-aktivitasnya.
Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa.
Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.
Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah.
Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan.
Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.
Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen
Model Dimensi Activity Based Management
Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487).
Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Sebagaimana sumber biaya ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biaya dibebankan pada produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing (ABC), didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari ABC generasi pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk yang terdiri atas dua tahap yaitu melacak biaya pada berbagai aktivitas dan membebankan biaya pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya produk, namun ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat komprehensif yang digunakan sebagai sumber informasi utama Activity-Based Management (ABM). ABC generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber, aktivitas-aktivitas, dan pembebanan biaya pada objek-objek biaya. Asumsi yang mendasari adalah objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas dan aktivitas-aktivitas menciptakan perlunya sumber-sumber. ABC juga merupakan sistem yang bermanfaat untuk mengorganisasi dan mengkomunikasikan informasi.
Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang memberikan kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan. Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup analisis penyebab biaya, analisis aktivitas-aktivitas dan evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari ABC. Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah serangkaian aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu.
Penerapan Activity Based Manajemen
Activity based Management lebih komprehensive dibandingakn ABC. ABM dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memliki 2 tujuan utama, yaitu:
Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan informasi biaya yang lebih akurat.
Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya program-program pengurangan biaya.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang tidak perlu dan tidak penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang tidak bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya dari beberapa aktivitas yang bisa dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan. Berikut adalah lima langkah yang menyediakan strategi untuk menghilangkan biaya tak bernilai tambah pada perusahaan manufaktur dan jasa, yaitu:
Mengidentifikasi aktivitas, langkah pertama adalah analisis aktivitas, yang mengidentifikasi semua aktivitas penting organisasi.
Mengidentifikasi aktivitas tak bernilai tambah, tiga kriteria untuk menentukan aktivitas yang bernilai tambah adalah:
Apakah aktivitas tersebut perlu ?
Apakah aktivitas tersebut efisien ?
Apakah aktivitas tersebut kadang bernilai tambah, kadang tidak ?
Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya, dalam mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah, sangat penting untuk memahami jalan dimana aktivitas terhubung bersama.
Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara terus-menerus dan membandingkan kinerja dengan tolak ukur, perhatian manajemen mungkin terarah pada aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien.
Melaporkan biaya yang tidak bernilai tambah, biaya tak bernilai tambah harus disoroti pada laporan pusat biaya. Dengan mengedintifikasi akktivitas tak bernilai tambah, dan melaporkan biayanya, manajemen dapat bekerja keras untuk mengembangkan proses dan menghilangkan biaya tak bernilai tambah.
Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam Suatu Organisasi
Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan system manajemen biaya yang baru ke dalam suatu organisasi tidak secara otomatis bisa diterima oleh organisasi tersebut. Karyawan dari organisasi tersebut umumnya cenderung untuk menolak perubahan yang terjadi, karena perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
Budaya Organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk perilaku, nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu organisasi.
Top management support and commitment
Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti ABM dan ABC membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan penerapannya.
Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.
Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah penting. Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya yang baru membutuhkan keahlian, peran serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi.
Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan Informasi
Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan pada upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada performance individu. Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:
Driver analysis
Untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu Aktivitas. Setiap aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas merupakan sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan output aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Output yang dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan kuantitatif tertentu yang disebut dengan Activity Output Measure.
Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan menyebabkan perubahan jumlah biaya aktivitas, akan tetapi satuan ukuran output aktivitas tidak selalu berhubungan langsung dengan penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisa yang disebut dengan analisa driver. Analisa Driver bertujuan untuk menunjukan penyebab munculnya biaya aktivitas.
Activity analysis
Untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen tentang aktivitas tersebut. Analisa aktivitas akan diuraikan di bawah ini. Analisa aktivitas merupakan inti dari process value analysis. Analisa aktivitas merupakan suatu proses identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4 pertanyaan berikut ini:
Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?
Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?
Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas?
Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan organisasi termasuk rekomendasi untuk tetap mempertahankan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi.
Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas adalah penentuan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh karena itu dalam analisa aktivitas, aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:
Aktivitas bernilai tambah (value-added activities)
Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan kegiatan operasional perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan dan sudah dilaksanakan dengan efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut dengan biaya aktivitas bernilai tambah. Biaya ini merupakan biaya yang seharusnya terjadi dalam melaksanakan sutau aktivitas. Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas bernilai tambah meliputi:
Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi peraturan atau perundangan yang berlaku.
Discretionary activities, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi 3 kriteria berikut yaitu aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau bentuk, perubahan sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan oleh aktivitas sebelumnya dan aktivitas yang memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.
Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activities)
Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan tetapi dilaksanakan dengan tidak efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya inilah yang harus dieliminasi karena menimbulkan adanya pemborosan, contohnya:
Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses produksi untuk setiap jenis produk
Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang dalam proses dan barang jadi dari satu departemen. ke departemen lain
Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya bahan baku, menunggu datangnya BDP yang dikirimkan dari bagian atau departemen lain
Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk meyakinkan bahwa barang telah memenuhi spesifikasi atau kualitas yang diharapkan.
Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang Dalam Proses, produk selesai sebagai persediaan di gudang menunggu waktu pemakaian atau pengiriman.
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya (cost reduction) yang ditimbulkan karena adanya continues improvement. Dalam lingkungan yang kompetitif, perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang diinginkan konsumen dalam waktu yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan yang terus menerus dalam melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat menurunkan biaya malalui dengan 4 cara berikut ini:
Activity elimination, memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai tambah dengan mengidentifikasikan kemudian mengeliminasi aktivitas tersebut.
Activity selection, pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda disebabkan kerena srtategi yang saling bersaing. Strategi berbeda membutuhkan aktivitas berbeda. Dipilih aktivitas yang biayanya rendah untuk hasil yang sama.
Activity reduction, pengurangan waktu dan konsumsi sumber ekonomi yang diperlukan suatu aktivitas. Pendekatan ini terutama ditujukan untuk peningkatan efisiensi dan peningkatan aktivitas tidak bernilai tambah dapat dihilangkan.
Activity sharing, peningkatan efisiensi aktivitas dengan memanfaatkan skala ekonomi, khususnya dengan meningkatkan jumlah kuantitas cost driver tanpa meningkatkan biaya aktivitasnya.
Activity Performace Measurement
Yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatu aktivitas dengan menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial. Alat ukur yang digunakan harus mampu mengetahui bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara terus menerus dilakukan perusahaan. Penilaian dipusatkan pada 3 hal yaitu waktu, kualitas serta efisiensi.
Waktu
Reliability : Jumlah pengiriman yang tepat waktu atau jumlah pengiriman
Responsiveness : cycle time (waktu untuk melaksanakan 1 aktivitas), velocity(jumlah output aktivitas yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu)
Manufacturing cycle efficiency : waktu pemrosesan/(waktu proses+ waktu perpindahan + waktu inspeksi + waktu tunggu )
Kualitas
Jumlah produk cacat, jumlah produk cacat/total produksi, % kegagalan eksternal, jumlah sisa bahan atau jumlah bahan yang digunakan. Untuk aktivitas pembelian ukuran kualitas dapat dinilai dengan Jumlah kesalahan atau jumlah total permintaan pembelian, jumlah kesalahan setiap order pembelian.
Efisiensi
Efisiensi operasi: Output/bahan, output/JKL, output/ jam mesin
Efisiensi mesin : % kapasitas mesin yang terpakai
Persediaan : Perputaran persediaan, jumlah persediaan, lamanya persediaan
BAB III
ANALISIS / EVALUASI
Contoh Kasus "UD. 3 S'Prima"
Sebagai contoh UD. 3 S'Prima Kota Batu merupakan salah satu UKM di Kota Batu yang bergerak di bidang produksi tahu, ada dua jenis produk yang dihasilkan yaitu tahu mentah dan tahu goreng. Ada beberapa proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengolah biji kedelai hingga menjadi tahu mentah dan tahu goreng. Untuk meningkatkan profitabilitas dan efisiensi biaya produksi maka UD. 3 S'Prima dapat menerapkan Activity Based Manajemen (ABM). Dengan menerapkan ABM pengambilan keputusan dapat lebih akurat karena data yang disajikan lebih relevan. Penerapan ABM dapat menghilangkan aktivitas yang bernilai tambah rendah sehingga dapat menghindari biaya-biaya yang tidak memberikan manfaat bagi perusahaan.
Pada tahun 2011 di Kota Batu masih didominasi oleh industri kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian di Kota Batu adalah sentral dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilakan output yang berguna bagi masyarakatnya, akan tetapi permasalahannya terdapat pada perubahan lingkungan bisnis membuat persaingan antar perusahaan dalam merebut pasar menjadi sangat kompetitif. ABM memberikan suatu penawaran penyelesaian dari permasalahan tersebut dengan cara pengendalian pada semua aktivitas normal perusahaan yang memfokuskan pada efektivitas bisnis serta berguna untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan memberikan laba bagi perusahaan.
Aktivitas merupakan poin utama dari sebuah perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam pembuatan produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas tersebut memerlukan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Aktivitas inilah penyebab timbulnya
biaya. Aktivitas dibedakan menjadi dua yaitu, aktivitas yang memiliki nilai tambah tinggi (perancangan produk,pemrosesan oleh tenaga kerja langsung, penambahan bahan langsung atau pengiriman produk) dan aktivitas yang memiliki nilai tambah rendah (scheduling, moving,waiting, inspecting, storing).
Kegiatan suatu organisasi atau unit organisasi dikatakan efisien jika
dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau biaya yang lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah tertentu.
Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau biaya yang lebih kecil untuk menghasilkan output dalam jumlah yang lebih besar.
Dengan adanya pengurangan pada aktivitas yang tidak bernilai tambah rendah maka biaya yang digunakan untuk proses produksi menjadi menurun, dan penurunan biaya produksi dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Pengukuran tingkat efisiensi pada penelitian ini adalah dengan mengetahui biaya produksi (input) yang dapat dikurangi dengan pengeleminasian low value added activity (LVA) tanpa adanya pengurangan total penjualan tahu (output). Pengefisienan dapat dilakukan dengan cara mereduksi aktivitas yang hanya sedikit memberikan nilai tambah bagi perusahaan, setelah terjadi pengurangan biaya (cost reduction) maka dapat diketahui tingkat efisiensi dengan cara membandingkan antara input dan output perusahaan sebelum dan setelah diterapkan activity based manajemen (ABM).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan,profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Analisis Contoh Kasus "UD. 3 S'Prima"
Perusahaan Tahu UD. 3 S'Prima dalam aktivitas produksinya belum menerapkan activity based manajemen sehingga masih ada beberapa aktivitas yang memiliki nilai tambah rendah. Setelah aktivitas tersebut diidentifikasi maka dapat dianalisis mana yang merupakan aktivitas bernilai tambah tinggi dan aktivitas yang bernilai tambah rendah. Aktivitas yang bernilai tambah adalah aktivitas yang diharuskan untuk melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan konsumen. Pihak manajemen harus berusaha untuk mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah tersebut dengan cara mengelola aktivitas-aktivitas tersebut secara efisien dan tepat waktu. Dengan diketahuinya penghematan yang dapat dilakukan apabila UD. 3 S'Prima telah menerapkan activity based manajemen maka dapat dipakai sebagai estimasi penghematan biaya yang akan terjadi untuk tahun yang akan datang.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11). Menurut Mulyadi (2007; 731) Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus
manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, activity based management memiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi adalah budaya organisasi, top management support and commitment, Change process dan Continuing education.
Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:
Driver analysis, untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu Aktivitas. Setiap aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas merupakan sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan output aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Output yang dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan kuantitatif tertentu yang disebut dengan activity output measure.
Activity analysis, untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen tentang aktivitas tersebut.
Activity Performace Measurement, yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatu aktivitas dengan menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial. Alat ukur yang digunakan harus mampu mengetahui bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara terus menerus dilakukan perusahaan.
Rekomendasi Contoh Kasus "UD. 3 S'Prima"
Perusahaan perlu mengaplikasikan konsep activity based manajemen (ABM) agar pihak manajemen dapat mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang terjadi selama proses produksi.
Menerapkan konsep ABM dengan cara :
Melakukan pertanggung jawaban terhadap aktivitas yang dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses produksi
Perusahaan dapat melakukan pengaturan tata letak antara gudang penyimpanan dengan bak perendaman biji kedelai
Perusahaan dapat bekerjasama dengan lebih banyak distributor atau pelanggan sehingga perusahaan dapat meminimalkan retur.
Perusahaan dapat menutup produksi tahu goreng dan mengalihkan tenaga kerja penggoreng tahu ke bagian pengolahan tahu mentah dan pemasaran
Memfokuskan kegiatan produksi ke tahu mentah
Membuka gerai khusus untuk penjualan tahu goreng ditempat-tempat ramai.
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan mengetahui bagaimana manajemen berbasis aktivitas agar efektif dan bisa meningkatkan customer value serta laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
D2bnuhatama.(2012), Activity Based Management (ABM). Tersedia http://d2bnuhatama.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)
Dwisetiati.(2012), Activity Based Management. Tersedia https://dwisetiati.wordpress.com/ (Diakses 15 April 2016)
Indri,Ramadhani.(2013), Activity Based Management. Tersedia http://indriramadhaniekonomi.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)
Jimfeb, Jimfeb Article File 143/110. Tersedia www.jimfeb.ub.ac.id/ (Diakses 15 April 2016)
Larasati, Anissa Yuniar.(2013), Makalah ABM. Tersedia https://www.academia.edu/ (Diakses 15 April 2016)
14
16
17
2
iii
1