LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TB PARU DI RUANG DAHLIA RSUD TUGUREJO SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien TBC Paru dengan Efusi Pleura Di Ruang Paru LK RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya, 24 Mei 2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien TBC Paru dengan Efusi Pleura Di Ruang Paru LK RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya, 24 Mei 2002
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKOLUSIS PARU DENGAN EFUSI PLEURA
1.
Definisi a.
Tuberkolusis Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengal mengalami ami proses proses yang yang dikenal dikenal sebagai sebagai focus focus primer primer dari dari ghon ghon (Hood (Hood Alsagaff, th 1995. hal 73).
b.
Efusi pleura Efus Efusii pleu pleura ra adal adalah ah suat suatu u kead keadaa aan n dima dimana na terd terdap apat at cair cairan an
unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis. 2.
FaktorFaktor- faktor faktor yang yang mempe mempengar ngaruhi uhi timb timbuln ulnya ya masa masalah lah . a.
anat anatom omii dan dan fisiol siolog ogii System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai dengan alveoli dan paru-paru Hidung merupakan merupakan saluran saluran pernafasan pernafasan yang pertama pertama , mempunyai mempunyai dua dua luban lubang/ g/ca cavum vum nasi nasi.. Didal Didalam am terd terdap apat at bulu bulu yang yang berg berguna una untu untuk k menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung . hidung hidung dapat dapat menghan menghangat gatkan kan udara udara pernaf pernafasa asan n oleh oleh mukosa mukosa (Drs. (Drs. H. Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut. Sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 , Evelyn,C, Pierce , 1995 hal 221). Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing
paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121). Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs. H. Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 . hal 36-37). 3)
Transportasi Gas Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh
b.
Patofisiologi Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .(Sylvia.A.Price.1995.hal 754) Penularan
tuberculosis paru terjadi
karena penderita
TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru paru. (dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 ) Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan
tengah atau usus.(Sylvia.A Price:1995;754) Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijauan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.(Syilvia.A Price:1995;754) Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H 2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada
pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px dengan effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat adnya akumulasi cairan di kavum pleura. 1)
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan (dr. Hendrawan Nodesu 1996, hal 14 – 15).
2)
Pola nutrisi dan metabolisme Pada penderita tuberculosis paru mengeluh adanya anoreksia
7)
Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatan stress pada diri penderita, sehingga banyak penderita yang tidak menjutkan lagi pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996, hal 23).
8)
Pola eliminasi Pada penderita TB paru jarang dan hampir tidak ada yang mengeluh dalam hal kebiasaan miksi maupun defeksi.
9)
Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) tidak ditemukan adanya gangguan.
10) Pola reproduksi dan seksual
ASUHAN KEPERAWATAN
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2). Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2). Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (H. Lismidar, 1990, IX).
3)
Riwayat penyakit sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
4)
Riwayat penyakit dahulu Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
b)
Pola nutrisi dan metabolik Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah. Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn. E. Doenges, 1999).
c)
Pola eliminasi Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
f)
Pola hubungan dan peran Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. (Marilyn. E. Doenges, 1999).
g)
Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan.
h)
Pola persepsi dan konsep diri
k)
Pola tata nilai dan kepercayaan Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan. Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.
8)
Pemeriksaan fisik Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkim paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)
b)
Sistem kordiovaskuler Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor). Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718).
e)
Sistem muskuloskeletal Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan. Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan. (Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87).
f)
Sistem integumen
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
b)
Pemeriksaan laboratorium (1) Darah Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putih yang meningkatkan serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al Sagaff. 1995. Hal 91).
(2) Sputum Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari. (DR. Dr. Soeparman dkk, 1998. Hal 719, Barbara. T. long. Long. Hal
Kadar LDH dalam effusi
< 0,6
> 0,6
Berat jenis cairan effusi
< 1,016
> 1,016
Rivalta
Negatif
Kadar LDH dalam serum
Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :
-
Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
-
Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b.
Analisa cairan pleura
-
Transudat
: jernih, kekuningan
-
Eksudat
: kuning, kuning-kehijauan
-
Hilothorax
: putih seperti susu
% (Soeparman, 1998: 788). ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada klien tuberkulosis paru komplikasi effusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.
DIAGNOSA KEPERAWATN
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12).
Tucleer, dkk, 1998). 9)
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).
10) Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas). 11) Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram). 12) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah). (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998). 13) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. (Barbara Engram, 1993). PERENCAAAN
f) 4.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan.
Rasional a)
Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret.
b)
Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan perawatan dan pengobatan selanjutnya.
c)
Mengetahui sendini mungkin perubahan pada bunyi napas.
d)
Membantu mengembangkan paru secara maksimal.
e)
Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar.
f)
Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial.
2.
Diagnosa keperawatan kedua : Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea. 1)
Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas
kebutuhan metabolik dan diet. 3.
Diagnosa keperawatan ketiga : Resiko terhadap transmisi infeksi sehubungan dengan kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen. 1)
Tujuan : klien mengalami penurunan resiko untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.
2)
Kriteria hasil :
-
klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.
3)
Rencana tindakan. a)
Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.
b)
Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
c)
Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
perawatan diri. 3)
Rencana tindakan a)
Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien.
b)
Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.
c)
Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.
d)
Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.
e)
Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata.
f)
Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat.
g)
Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.
3)
pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit).
Rencana tindakan : a)
Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori.
b)
Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
c)
Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam.
d)
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e)
Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.
f)
Lembabkan udara respirasi.
g)
Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid.
1)
Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal
2)
Kreteria hasil :
-
Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
-
Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
-
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
3)
Rencana tindakan a)
Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada
b)
Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa
c)
Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi
d)
Tingkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
2)
3)
4)
Kriteria hasil :
-
memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
-
Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
-
Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada.
Rencana tindakan a)
kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit
b)
Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien
c)
Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita
d)
Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
e)
Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman.
Rasional
dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien. c.
Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat. Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
d.
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien). Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
e.
Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam. Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru paru.
f.
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif. Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
gangguan pada fungsi pencernaan. c.
Lakukan oral hygiene setiap hari. Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
d.
Sajikan makanan semenarik mungkin. Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.
e.
Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering. Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan reflek.
f.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.
g.
Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya
bermanfaat dalam mengatasi stress. e.
Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik
f.
Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.
g.
Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya. Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.
11. Diagnosa Keperawatan Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri pleuritik. Tujuan
: Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan : a.
Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital. Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
b.
Bantu Px memenuhi kebutuhannya. Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.
c.
Awasi Px saat melakukan aktivitas. Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan selanjutnya.
d.
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien. Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas secara penuh.
e.
Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
c.
Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan). Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.
d.
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan). Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
PELAKSANAAN
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
c.
Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
d.
Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan aktivitas seperti biasanya.
e.
Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya.
f.
Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.
g.
Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang berhubungan dengan
penatalaksanaan
kesehatan,
meliputi
kebiasaan
yang
tidak
menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum minuman beralkohol dan pasien juga menunjukkan pengetahuan tentang kondisi penyakitnya. Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai
suatu tindakan
berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Subhan N I M : 010030170 B
Ruangan
: Paru Laki-Laki
Tanggal Pengkajian
: 21 Mei 2002 Jam
: 08.00 WIB
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 16 Mei 2002 No. Reg.
: 10079691
Diagnosa
: TB paru + Efusi Pleura
------------------------------------------------------------------------------------------------I.
IDENTITAS Nama
: Tn. Harianto
3. Proses Terjadinya sakit
: Tiba-tiba
Faktor pencetus : Tidak tahu
4. Upaya yang telah dilakukan untuk menanggulanginya : Memeriksakan diri ke Puskesmas & dokter praktek.
IV.
V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA 1.
Penyakit yang pernah diderita Oleh anggota keluarga
: (-).
2.
Penyakit yang sedang diderita Oleh anggota keluarga
: (-).
RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN Klien bertempat tinggal di Surabaya, yang penduduknya padat, dan udara panas, pada daerah tempat tinggalnya antar rumah sangat rapat, udara bersih.
3)
Persyarafan (B3) Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6 Kepala dan wajah : tak da kelainan. Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor. Leher : tak ada kelaianan. Reflek batuk ada, tapi tidak keras. Persepsi sensoris :
4)
Pendengaran
: normal /dbn.
Penciuman
: normal /dbn.
Pengecapan
: normal /dbn.
Penglihatan
: normal /dbn.
Perabaan
: normal /dbn.
Perkemihan - Eliminasi Uri
Sosial / Interaksi Klien baik berinteraksi dengan keluarga, perawat dan klien lainnya. Reaksi saat interaksi : kooperatif Konsep diri Klien merasa minder bertemu teman-temannya dan meragukan bagaimana keadaan penyakit yang akan datang. Spiritual Konsep tentang penguasa kehidupan Allah Sumber kekuatan/harapan di saat sakit : Allah. Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : sholat 5 waktu. Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini lewat ibadah. Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi
Pleura :
-
Protein
: 5,5 g/dl
-
Glukosa
: 43 mg/dl
-
Jumlah sel
: 160
-
Mono
: 95 %
-
Poli
:5%
-
Rivalta
: Positif
-
Gram
: Dari bahan pleura tidak ditemukan adanya bentukan kuman
-
BTA
: Dari bahan pleura tidak ditemukan adanya bentukan kuman
ANALISA DATA
NO
DATA
KEMUNGKINAN
MASALAH
PENYEBAB S: Kurangnya Resiko pengetahuan tentang terhadap resiko potogen. O: transmisi Klien mengatakan kurang infeksi mengetahui tentang proses penularan penyakit serta sifat penyakit. S: Kurangnya informasi Kurang tentang proses penyakit pengetahuan O: dan penatalaksanaan mengenai Klien mengatakan kurang perawatan. kondisi, mengetahui tentang proses penyakit, aturan sifat penyakit, pemeriksaan pengobatan diagnostik, tujuan tindakan perawatan maupun pengobatan yang
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Resiko terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potogen. Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif. Kriteria hasil : 1. Klien mengalami penurunan resiko menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.
INTERVENSI
1. 2.
3.
4.
5.
6.
2.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, 1. aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan. 2. Tujuan : Klien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan
RASIONAL
Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah 1. Orang yang terpajan ini perlu program terapi anggota rumah, sahabat. obat intuk mencegah penyebaran infeksi Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan 2. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah penyebaran infeksi. serta tehnik mencuci tangan yang tepat. Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, 3. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi contoh masker atau isolasi pernafasan. klien dengan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular Identifikasi faktor resiko individu terhadap 4. Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien pengatifan berulang tuberkulasis. untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi Tekankan pentingnya tidak menghentikan 5. Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah terapi obat. kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter. 6. Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi. Kaji patologi masalah individu. 1. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik. Identifikasi kemungkinan kambuh atau 2. Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, komplikasi jangka panjang. penyakit paru infeksi dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
41
pengobatan. Kriteria hasil : 1. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah. 2. Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik. 3. Klien dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah. 4. Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan 3. Berulangnya effusi pleura memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tibaintervensi medik untuk mencegah, menurunkan tiba, dispena, distress pernafasan). potensial komplikasi. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, 4. Mempertahankan kesehatan umum nutrisi baik, istirahat, latihan). meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan. Kaji kemampuan klien untuk belajar 5. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu. media yang terbaik bagi klien. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan 6. Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan demam, kesulitan bernafas. evaluasi lanjut. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja 7. Meningkatkan kerjasama dalam program yang diharapkan dan alasan pengobatan pengobatan dan mencegah penghentian obat lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain. sesuai perbaikan kondisi klien. Kaji potensial efek samping pengobatan dan 8. Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan pemecahan masalah. sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program. Dorong klien atau orang terdekat untuk 9. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki menyatakan takut atau masalah, jawab kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas. pertanyaan secara nyata. Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus 10. Informasi tertulis menurunkan hambatan klien pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat. untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar.
42
TINDAKAN KEPERAWATAN
NO. DX 1.
1. 2.
3. 4. 5. 6. 2.
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
IMPLEMENTASI Mengidentifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat. Menganjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat. Mengkaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan. Mengidentifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis. Menekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. Mengkolaborasikan dan melaporkan ke tim dokter.
Mengkaji patologi masalah individu. Mengidentifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang. Mengkaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan). Mengkaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan). Mengkaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas. Menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji resiko interaksi dengan obat lain.
EVALUASI S: O : Klien mengalami penurunan resiko menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien. A : Tujuan tercapai P : Intervensi dihentikan
S: O: Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah. Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik. Klien mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah. tetapi keluarga masih belum mengikuti mengikuti program pengobatan seperti halnya klien. A : Tujuan tercapai sebagian P : Intervensi dilanjutkan
43