1. DEFINISI Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip kubus, terletak dibelaka dibelakang ng rongga rongga hidung. hidung. Diatas Diatas tepi bebas palatum palatum molle molle yang berhubungan berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga melalui koana dan tuba eustachius. Atap nasofaring dibentuk oleh dasar tengkorak, tempat keluar dan masuknya saraf otak dan pembuluh darah. Dasar Dasar nasofa nasofarin ring g diben dibentuk tuk oleh oleh permuk permukaan aan atas atas palat palatum um molle. molle. Dindin Dinding g depan dibentuk oleh koana dan septum nasi dibagian belakang. Bagian belakang berbatasan dengan ruang retrofaring, fasia prevertebralis dan otot dinding faring. Pada dinding lateral terdapat orifisium yang berbentuk segitiga, sebagai muara tuba eustachius dengan batas superoposterior berupa tonjolan tulang rawan yang disebut torus torus tubari tubarius. us. edang edangkan kan kearah kearah superi superior or terdap terdapat at fossa fossa rossen rossenmul muller ler atau atau resessus lateral. Nasofarin Nasofaring g diperdar diperdarahi ahi oleh cabang cabang arteri arteri karotis karotis eksterna, eksterna, yaitu yaitu faringeal faringeal asenden dan desenden serta cabang faringeal arteri sfenopalatina. Darah vena dari pembuluh darah balik faring pada permukaan luar dinding muskuler menuju pleksus pterig pterigoid oid dan dan vena vena jugul jugulari aris s inter interna na.. Daera Daerah h nasofa nasofarin ring g dipers dipersara arafi fi oleh oleh saraf saraf sensoris yang terdiri dari nervus glossofaringeus !N."#$ dan cabang maksila dari saraf trigeminus !N.%&$ yang menuju ke anterior nasofaring. 'anker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di rongga rongga belak belakang ang hidung hidung dan dan belaka belakang ng langi langit(l t(lang angit it rongg rongga a mulut. mulut. 'anke 'ankerr ini merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak di temukan di "ndon "ndonesi esia. a. )ampir )ampir *+ *+ tumor tumor ganas ganas dan leher leher merupa merupakan kan kanker kanker nasof nasofari aring ng,, kemudian diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal !-$, laring !-*$, dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah. 'arsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasof nasofari aring ng atau atau kelenj kelenjar ar yang yang terda terdapat pat di nasofa nasofarin ring. g. /arsi /arsinom noma a nasof nasofari aring ng merupaka merupakan n karsinoma karsinoma yang paling banyak banyak di 0)0. 0)0. 'arsinom 'arsinoma a nasofarin nasofaring g adalah adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring. nasofaring. 0umor 0umor ini tumbuh dari epitel yang meliputi jaringan limfoit, dengan predileksi di 1osa 2ossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah
menj menjad adii skua skuamo mosa sa dan dan atap atap naso nasofa fari ring ng !Asr !Asroe oel, l, &++& &++&$. $. 0umo 0umorr prim primer er dapa dapatt mengecil, akan tetapi telah menimbulkan menimbulkan metastasis pada kelenjar limfe.
2. KLAS LASIFIK IFIKA ASI 3kuran tumor !0$ 0 0+ 0-
0umor 0idak tampak tumor 0umor terbatas pada satu lokasi saja 0umor terdapat pada dua lokalisasi
0&
atau lebih tetapi masih terbatas pada
04
05
rongga nasofaring 0umor telah keluar dari rongga nasofaring 0umor telah keluar dari rongga nasofaring yang telah merusak tulang tengkorak atau saraf saraf otak
Regional Limfe Nodes N+ NN& N4
0idak ada pembesaran 0erdapat pembesaran tetapi homolatral dan masih bisa di gerakan 0erdap dapat pem pembesaran kontralateral6bil biltral dan masih dapat pat di gerakan 0erdapat 0erdapat pembesaran baik, homolateral, kontralateral, bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
Metatase Jauh(M
M0 M1
Tidak ada metatese jauh Metatase jauh
Stadium !umo" Nasofa"ing tadium tadium & tadium 4 tadium 5
0- N+ dan 7+ 0& N+ dan 7+ 0-60&604 dan N- dan 7+ atau 04 dan N+ dan 7+ 05 dan N+6N- dan 7+ atau 0-60&604605 dan N& 6N4 dan 7+ atau 0-60&604.05 dan N+6N-6N&6N46N5 dan 7-
Klasifi#asi $isto%atologi menu"ut &$' (1)2 a. !i%e &$' 1 • • •
'arsinoma sel skuamosa !'$ Deferensiasi baik sampai sedang. ering eksofilik !tumbuh dipermukaan$.
*. !i%e &$' 2 • • •
'arsinoma non keratinisasi !'N'$. Paling banyak pariasinya. 7enyerupai karsinoma transisional
+. !i%e &$' ,
•
'arsinoma tanpa diferensiasi !'0D$. eperti antara lain limfoepitelioma, 'arsinoma
•
/arsinoma9, varian sel spindel. :ebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
•
anaplastik,
8/lear /ell
,. E!I'L'-I DAN FAK!'R RESIK' 'aitan antara suatu kuman yang di sebut sebagai virus ;pstein(Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. %irus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. 3ntuk mengaktifkan virus ini di butuhkan suatu mediator. ebagai contoh, kebiasaan untuk mengkomsumsi ikan asin secara terus(menerus mulai dari masa kanak(kanak, merupakan mediator utama yang mendiator yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan 'arsinoma
Nasofaring. 7ediator yang dianggap berpengaruh untuk timbulnya karsinoma nasofaring ialah < a.
i"us E/ (Ei%stein0/a"" 7etode imunologi membuktikan virus ;B membawa antigen yang spesifik
seperti antigen kapsid virus ! %/A $, antigen membran ! 7A $, antigen dini ! ;A$, antigen nuklir ! ;BNA $ , dll. %irus ;B memiliki kaitan erat dengan /a Nasofaring , alasannya adalah < •
Di dalam serum pasien /a Nasofaring ditemukan antibodi terkait virus ;B !termasuk %/A("gA, ;A("gA, ;BNA, dll$ , dengan frekuensi positif maupun rata( rata titer geometriknya jelas lebih tinggi dibandingkan orang normal dan penderita jenis kanker lain, dan titernya berkaitan positif dengan beban tumor. elain itu titer antibodi dapat menurun secara bertahap sesuai pulihnya kondisi pasien dan kembali meningkat bila penyakitnya rekuren atau memburuk.
•
Di dalam sel /a Nasofaring dapat dideteksi =at petanda virus ;B seperti DNA virus dan ;BNA.
•
;pitel nasofaring di luar tubuh bila diinfeksi dengan galur sel mengandung virus ;B, ditemukan epitel yang terinfeksi tersebut tumbuh lebih cepat , gambaran pembelahan inti juga banyak.
•
Dilaporkan virus ;B di bawah pengaruh =at karsinogen tertentu dapat menimbulkan karsinoma tak berdiferensiasi pada jaringan mukosa nasofaring fetus manusia.
*.
at Nit"osamin Didalam ikan asin terdapat nitrosamin yang ternyata merupakan mediator
penting. Nitrosamin juga ditemukan dalam ikan 6 makanan yang diawetkan di >reenland . juga pada 9 ?uadid 9 yaitu daging kambing yang dikeringkan di tunisia, dan sayuran yang difermentasi ! asinan $ serta taoco di /ina. +. Keadaan sosial e#onomi ang "endah. :ingkungan dan kebiasaan hidup. Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah(rumah yang kurang baik ventilasinya di /ina, "ndonesia dan 'enya, meningkatnya jumlah kasus 'N1. Di )ongkong, pembakaran dupa rumah(rumah juga dianggap berperan dalam menimbulkan 'N1. d. Se"ing #onta# dengan 3at ang diangga% *e"sifat Ka"sinogen. @aitu yang dapat menyebabkan kanker, antara lain Ben=opyrene, Ben=oathracene ! sejenis )idrokarbon dalam arang batubara $, gas kimia, asap industri, asap kayu dan beberapa ;kstrak tumbuhan( tumbuhan. e. Ras dan #etu"unan. 2as kulit putih jarang terkena penyakit ini.Di Asia terbanyak adalah bangsa /ina, baik yang negara asalnya maupun yang perantauan. 2as melayu yaitu 7alaysia dan "ndonesia termasuk yang agak banyak kena.
f.
Radang K"onis di dae"ah nasofa"ing. Dianggap dengan adanya peradangan, mukosa nasofaring menjadi lebih rentan
terhadapa karsinogen lingkungan. 4. MANIFES!ASI KLINIS >ejala dan tanda yang sering ditemukan pada kanker nasofaring adalah < -e5ala Dini 'arena 'N1 bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, maka diagnosis dan pengobatan yang sedini mungkin sangat diperlukan.. -e5ala telinga6 •
umbatan tuba eustachius atau kataralis. Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang(kadang disertai dengan gangguan pendengaran.>ejala ini merupakan gejala yang sangat dini.
•
2adang telinga tengah sampai perforasi membran timpani. 'eadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi cairan. /airan yang diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi perforasi membran timpani dengan akibat gangguan pendengaran. -e5ala $idung 6
•
;pistaksis Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung atau epistaksis. 'eluarnya darah ini biasanya berulang( ulang, jumlahnya sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan. •
umbatan hidung umbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana. >ejala menyerupai pilek kronis, kadang( kadang disertai dengan gangguan penciuman dan adanya ingus kental. >ejala telinga dan hidung ini bukan merupakan gejala yang khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada infeksi biasa, misalnya pilek kronis, sinusitis dan lainlainnya. ;pistaksis juga sering terjadi pada anak yang sedang menderita radang. )al ini menyebabkan keganasan nasofaring sering tidak terdeteksi pada stadium dini !2oe=in Anida, &++ dan National /ancer "nstitute, &++C$.
-e5ala Lan5ut 7em*esa"an #elen5a" limfe lehe"
0idak semua benjolan leher menandakan kekhasan penyakit ini jika timbulnya di daerah samping leher, 4( cm di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan biasanya berada di level ""(""" dan tidak dirasakan nyeri, karenanya sering diabaikan oleh pasien. el(sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di bawahnya. 'elenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit digerakan. 'eadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter. -e5ala a#i*at %e"luasan tumo" #e 5a"ingan se#ita" 'arena nasofaring berhubungan dengan rongga tengkorak melalui beberapa lubang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi, seperti penjalaran tumor melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak ke """, "%, %" dan dapat juga mengenai saraf otak ke(%, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda !diplopia$. Proses karsinoma nasofaring yang lanjut akan mengenai saraf otak ke "#, #, #", dan #"" jika penjalaran melalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relatif jauh dari nasofaring. >angguan ini sering disebut dengan sindrom Jackson.Bila sudah mengenai seluruh saraf otak disebut sindrom unilateral.Dapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian biasanya prognosisnya buruk. -e5ala a#i*at metastasis el(sel kanker dapat ikut bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang disebut metastasis jauh.@ang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Eika ini terjadi menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk !Nutrisno , Achadi, -C dan Nurlita, &++C$. Se*agai %edoman 6 "ngat akan adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai 02"A < A. 0umor colli, gejala telinga, gejala hidung. B. 0umor colli, gejala intrakranial !syaraf dan mata$, gejala hidung dan telinga. /. >ejala "ntrakranial, gejala hidung dan telinga. 8. 7A!'FISI'L'-I !0erlampir$ 9. 7EMERIKSAAN DIA-N'S!IK a.
Nasofaringoskopi 2inoskopi posterior dengan atau tanpa kateter Biopsi multiple
• •
•
2adiologi <0horak PA, 1oto tengkorak, 0omografi, /0 can, Bone scantigraphy
•
!bila dicurigai metastase tulang$ Pemeriksaan Neuro(oftalmologi < untuk mengetahui perluasan tumor kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi kesaraf otak, manifestasi
b.
tergantung dari saraf yang dikenai. 1oto tengkorak, yaitu foto bagian6 potongan anteriposterior, lateral, dan waters menunjukkan massa jaringan lunak didaerah nasofaring. 1oto dasar tengkorak
c.
dapat terlihat destruksi atau erosi tulang didaerah fosa serebri media. /0 scan daerah kepala dan leher terlihat adanya massa dengan terlihat adanya kesuraman. /0 scan dengan kontras menunjukkan massa yang besar mengisi sisi posterior dari rongga hidung dan nasofaring dengan perluasan ke sisi kiri dalam
d.
daerah nasofaring. Biopsi dari hidung dan mulut. Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor6 daerah yang dicurigai. Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat !kiri dan kanan$, melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior. Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali. Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum. Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan umum kurang baik. Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar
e.
tersebut suatu metastasis. Pemeriksaan laboratorium < pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk
f.
melihat6mendeteksi metastasis. Pemeriksaan serologi, beruoa pemeriksaan titer antibodi terhadap virus ;psten(
g.
Barr ! ;B% $ yaitu lg A anti %/A dan lg A anti ;A. Pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaring belum jelas dengan pembesaran kelenar leher yang diduga akibat metatasisi karsinoma nasofaring.
:. 7ENA!ALAKSANAAN MEDIS a. Radiote"a%i ebelumnya
persiapan
pasien
dengan
oral
hygiene,
dan
apabila
infeksi6kerusakan gigi harus diobati terlebih dahulu. Dosis yang diberikan &++ rad6hari sampai *+++(**++ rad untuk tumor primer, sedangkan kelenjar leher yang membesar diberi *+++ rad. Eika tidak ada pembesaran kelenjar diberikan juga radiasi efektif sebesar 5+++ rad. "ni dapat diberikan pada keadaan kambuh atau pada metastasis tulang yang belum menimbulkan keadaan fraktur patologik. 2adiasi dapat menyembuhkan lesi, dan mengurangi rasa nyeri.
ampai saaat ini pengobatan pilihan terhadap tumor ganas nasofaring adalah radiasi, karena kebanyakan tumor ini tipe anaplastik yang Bersifat radiosensitif. 2adioterapi dilakukan dengan radiasi eksterna, dapat menggunakan pesawat kobal !/o*+ $ atau dengan akselerator linier ! linier Accelerator atau linac$. 2adiasi ini ditujukan pada kanker primer didaerah nasofaring dan ruang parafaringeal serta pada daerah aliran getah bening leher atas, bawah seerta klasikula. 2adiasi daerah getah bening ini tetap dilakukan sebagai tindakan preventif sekalipun tidak dijumpai pembesaran kelenjar. 7etode brakhiterapi, yakni dengan memasukkan sumber radiasi kedalam rongga nasofaring saat ini banyak digunakan guna memberikan dosis maksimal pada tumor primer tetapi tidak menimbulkan cidera yang seius pada jaringan sehat disekitarnya. 'ombinasi ini diberikan pada kasus(kasus yang telah memeperoleh dosis radiasi eksterna maksimum tetapi masih dijumpai sisa jaringan kanker atau pada kasus kambuh lokal. perkembangan teknologi pada dasawarsa terakhir telah memungkinkan pemberian radiasi yang sangat terbatas pada daerah nasofaring dengan menimbulkan efek samping sesedikit mungkin. 7etode yang disebut sebagai "720 ! "ntersified 7odulated 2adiotion 0herapy $ telah digunakan dibeberapa negara maju. Prinsip Pengobatan 2adiasi, inti sel dan plasma sel terdiri dari !-$ 2NA 82ibose Nucleic Acid8 dan !&$ DNA 8 DesoFy 2ibose Nucleic Acid 8. DNA terutama terdapat paa khromosom 8 ioni=ing radiation 8 menghambat metabolisme DNA dan menghentikan aktifitas en=im nukleus. Akibatnya pada inti sel terjadi khromatolisis dan plasma sel menjadi granuar serta timbul vakuola(vakuola yang kahirnya berakibat sel akan mati dan menghilang. Pada suatu keganasan ditandai oleh mitosis sel yang berlebihan G stadium profase mitosis merupakan stadium yang paling rentan terhadap radiasi. daerah nasofaring dan sekitarnya yang meliputi fosa serebri media, koane dan daerah parafaring sepertiga leher bagian atas. Daerah(daerah lainnya yang dilindungi dengan blok timah. Arah penyinaran dri lateral kanan dan kiri, kecuali bila ada penyerangan kerongga hidung dan sinus paranasal maka perlu penambahan lapangan radiasi dari depan. Pada penderita dengan stadium yang masih terbataas !0-,0&$, maka luas lapangan radiasi harus diperkecil setelah dosis radiasi mencapai 5+++ rad , terutama dari atas dan belakang untuk menghindari bagian susunan saraf pusat . Dengan lapangan radiasi yang terbatas ini, radiasi dilanjutkan sampai mencapai dosis seluruh antara *+++( +++ rad . pada penderita dengan stadium 04 dan 05,
luas lapangan radiasi tetap dipertahankan sampai dosis *+++ rad. :apangan diperkecil bila dosis akan ditingkatkan lagi sampai sekitar +++ rad. Daerah penyinaran kelenjar leher sampai fosa supraklavikula. Apabila tidak ada metastasis kelenjar leher, maka radiasi daerah leher ini bersifat profilaktik dengan dosis 5+++ rad, sedangkan bila ada metastasis diberikan dosis yang sama dengan dosis daerah tumor primer yaitu *+++ rad, atau lebih. 3ntuk menghindari gangguan penyinaran terhadap medullaspinalis, laring dan esofagus, maka radiasi daerah leher dan supraklavikula ini, sebaiknya diberikan dari arah depan dengan memakai blok timah didaerah leher tengah. Dosis radiasi umumnya berkisar antara *+++ H +++ rad, dalam waktu * H minggu dengan periode istirahat & H 4 minggu !8split dose9$. Alat yang biasanya dipakai ialah 8cobalt *+9, 8megavoltage9orthovoltage9. Sa"at0sa"at *agi %ende"ita ang a#an di "adio te"a%i 6 a. 'eadaan umum baik b. )bI -+ g c. :eukosit I 4+++6mm4 d. 0rombosit I C+.+++ mm4 Indi#asi Radiote"a%i a.
2adikal < 0umor satadium permulaan yang belum infiltrasi ke jaringan sekitarnya dan belum terdapat penyebaran
b.
Paliatif < 0umor stadium lanjut < 7engurangi rasa nyeri dan keluhan
c.
Post Jperatif <
d.
Pada tumor brd6lymphatic field of drainage
e.
3ntuk menghancurkan sel(sel ganas
*. Kemote"a%i ebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut. Biasanya dapat digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi(radiasi(kemoterapi. 'emoterapi yang dipakai yaitu 7ethotreFate !+ mg "% hari - dan $G %incristin !& mg "% hari-$G Platamin !-++ mg "% hari -$G /yclophosphamide !& F + mg oral, hari - s6d -+$G Bleomycin !- mg "% hari $. Pada kemoterapi harus dilakukan kontrol terhadap efek samping fingsi hemopoitik, fungsi ginjal dan lain(lain. +. '%e"asi 0indakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih d. 7e"a;atan %aliatif
)al(hal yang perlu perhatian setelah pengobatan radiasi.7ulut terasa kering disebabkan oleh kerusakan kelenjar liur mayor maupun minor
sewaktu
penyinaran. >angguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku didaerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan kadang(kadang muntah atau rasa mual. Perawatan paliatif diindikasikan langsung untuk mengurangi rasa nyeri, mengontrol gejala dan memperpanjang usia. ). K'M7LIKASI 0elah disebutkan terdahulu, bahwa tumor ganas nasofaring dapat menyebabkan penurunan pendengaran tipe konduksi yang refersibel. )al ini terjadi akibat pendesakan tumor primer terhadap tuba ;ustachius dan gangguan terhadap pergerakan otot levator pelatini yang berfungsi untuk membuka tuba. 'edua hal diatas akan menyebabkan terganggunya fungsi tuba. "nfiltrasi tumor melalui liang tuba ;ustachius dan masuk kerongga telinga tengah jarang sekali terjadi . Dengan radiasi, tumor akan mengecil atau menghilang dan gangguan(gangguan diatas dapat pula berkurang atau menghilang, sehingga pendengaran akan membaik kembali. 0erlepas dari hal(hal diatas, radiasi sendiri dapat juga menurunkan pendengaran, baik bertipe konduksi maupun persepsi. Radiasi da%at mene*a*#an %enu"unan %endenga"an ti%e #ondu#si< #a"ena 6 0erjadi dilatasi pembuluh darah mukosa disertai edema pada tuba ;ustachius
yang mengakibatkan penutupan tuba. 0erjadi nekrosis tulang(tulang pendengaran !8radionecrosis9$. 0oksisitas dari radioterapi dapat mencakup Ferostomia, hipotiroidisme, fibrosis
dari leher dengan hilangnya lengkap dari jangkauan gerak, trismus, kelainan gigi, dan hipoplasia struktur otot dan tulang diradiasi. 'omplikasi ini terjadi selama atau beberapa hari setelah dilakukannya radioterapi. 2etardasi pertumbuhan dapat terjadi sekunder akibat radioterapi terhadap kelenjar hipofisis. Panhypopituitarism dapat terjadi dalam beberapa kasus. 'ehilangan pendengaran sensorineural mungkin terjadi dengan penggunaan cisplatin dan radioterapi.0oksisitas ginjal dapat terjadi pada pasien yang menerima cisplatin. 7ereka yang menerima bleomycin beresiko untuk menderita fibrosis paru. Jsteonekrosis dari mandibula merupakan komplikasi langka radioterapi dan sering dihindari dengan perawatan gigi yang tepat Efe# "adiasi te"hada% *e*e"a%a 5a"ingan a. •
•
'ulit Dermatitis akut < 0erkelupasnya selaput lendir fibrinous, kulit hitam merah dan edema. ;pilasi permanen dengan dekstruksi epidermis, ulserasi, nyeri. Dermatitis 'ronis < 'ulit kering, hipertrofi6keratosis, veruka vulgaris. /a 'ulit.
•
b. • •
c. • • • •
d. • •
e. • •
f. • • •
g. • • •
h. • • • • • • •
:ate Dermatitis Accute effect < pigmintasi , atrofi, talengiektasi, ulserasi dan epitelioma. istem )emopoetik dan darah ;fek langsung pada sel darah 6 pada jaringan hemopoitik 3rutan sensitifikasi < :imfosit K granulosit K trombosit K eritrosit Alat pencernaan 2eaksi eritematus pada selaput lendir yang nyeri Disfagia 2eaksi fibrinous pada selaput lendir dengan nyeri yang lebih hebat Nausea, muntah, diare, ulserasi dan perforasi !Dosis di tingkatkan$ 7ata 'onjungtivitis dan keratitis 'atarak Paru H paru Batuk dan nyeri dada esak nafas, fibrosis paru 0ulang >angguan pembentukan tulang Jsteoporosis Patah 0ulang !dosis ditambah$ yaraf 3rat saraf menjadi kurang sensitive terhadap stimulus 7ielitis Degenerasi jaringan otak Penyakit radiasi Demam 2asa lemah 7untah dan diare Nausea Nyeri kepala >atal Nafsu makan menurun
. AS=$AN KE7ERA&A!AN 7EN-KAJIAN a.
Lawancara 7enurut jamsuhidajat !-CC$, 7ansjoer !-CCC$, "skandar !-CC$, informasi yang
perlu didapatkan pada wawancara adalah sebagai berikut < •
7enanyakan kepada pasien mengenai gejala(gejala
yaitu
pada telinga
!sumbatan muara tuba dan otitis media$ atau adanya gangguan pendengaran. elain itu, tanyakan pada pasien mengenai gejala hidung seperti epistaksis dan sumbatan hidung.
•
7enanyakan kepada pasien apakah mempunyai riwayat kanker, kebiasaan makan makanan yang asin(asin, mengenai keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup. Apakah pasien sering kontak dengan =at karsinogen, juga adanya radang kronis.
b.
"dentitas "dentitas klien yang meliputi < nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status marital, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk 2, tanggal pengkajian, No 7edrec, diagnosis dan alamat. "dentitas penanggung jawab yang meliputi < nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat. c.
2iwayat kesehatan Keluhan utama Biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan
terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok. Ri;aat #esehatan se#a"ang 7erupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di 2. 7enggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk P?20. Ri;aat #esehatan dahulu 'aji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup. Ri;aat #esehatan #elua"ga 'aji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan genogram. d.
Dasar Data Pengkajian Pasien Aktivitas6istirahat >ejala < kelemahan dan6atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan
•
jam •
•
kebiasaan
tidur
pada
malam
hari,
adanya
faktor(faktor
mempengaruhi tidur misal nyeri, ansietas, berkeringat malam. Neurosensori >ejala < gangguan pendengaran dan penghidu, adanya pusing, sinkope. Nyeri 6 kenyamanan >ejala < nyeri terjadi pada bagian nasofaring, terasa panas.
yang
•
•
•
•
Pernapasan >ejala < Adanya asap pabrik atau industri 0anda < pada pemeriksaan penunjang dapat terlihat adanya sumbatan seperti massa. 7akanan 6cairan >ejala < anoreksia, mual6muntah. 0anda < perubahan pada kelembaban6turgor kulit. 'eamanan Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama 6 berlebihan, demam, ruam kulit. eksualitas 7asalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan. "nteraksi sosial 'etidakadekuatan6kelemahan sistem pendukung Pemeriksaan fisik "nspeksi < Pada bagian leher terdapat benjolan, terlihat pada benjolan warna
•
e.
•
•
f.
kulit mengkilat. Palpasi < Pasien saat dipalpasi adanya massa yang besar, selain itu terasa
nyeri apabila ditekan. Pemeriksaan 0)0< Jtoskopi < :iang telinga, membran timpani. 2inoskopia anterior < M Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya • •
M •
M M •
•
banyak sekret. Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif. 2inoskopia posterior < Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat. Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan. 1aringoskopi dan laringoskopi < 'adang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaringG reflek muntah dapat menghilang. # H foto < tengkorak lateral, dasar tengkorak, /0 can
REN>ANA AS=$AN KE7ERA&A!AN
No
Diagnosa
!u5uan
-.
Nyeri akut b6d agen
etelah
injuri fisik
askep .. jam klien
dilakukan
Inte"?ensi Mana5emen ne"i 6 •
'aji
tingkat
nyeri
secara
menunjukkan ting#at komprehensif #enamanan level
dan
nyeri<
klien
terkontrol dg ')< •
karakteristik,
durasi,
nyeri &(4
kualitas dan faktor presipitasi.
ketidaknyamanan. •
>unakan
terapeutik pengalaman
tenang, klien mampu
sebelumnya.
istirahat dan tidur %6
dbn
•
!0D
komunikasi mengetahui
nyeri
klien
'ontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
-&+6+ mm)g, N< *+(
ruangan,
-++ F6mnt, 22< -*(
kebisingan.
&+F6mnt$
teknik untuk
wajah
•
frekuensi,
Jbservasi reaksi nonverbal dari
'lien melaporkan
;kspresi
lokasi,
•
nyeri berkurang skala
•
termasuk
pencahayaan,
'urangi faktor presipitasi nyeri.
•
•
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
!farmakologis6non
farmakologis$.. Ajarkan teknik non farmakologis
•
!relaksasi,
distraksi
dll$
untuk
mengetasi nyeri.. •
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri. •
;valuasi tindakan pengurang
nyeri6kontrol nyeri. •
'olaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. •
7onitor
penerimaan
klien
tentang manajemen nyeri.
Administ"asi analgeti# 6 •
/ek
analogetikG
program jenis,
frekuensi. /ek riwayat alergi..
•
pemberian dosis,
dan
0entukan analgetik pilihan, rute
•
pemberian dan dosis optimal. •
7onitor
00%
sebelum
dan
sesudah pemberian analgetik. •
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul. •
4
'etidakseimbangan
etelah
nutrisi kurang dari
askep . jam klien
kebutuhan
menunjukan
tubuh
b6d intake nutisi in adekuat, biologis
dilakukan
nut"isi
faktor dibuktikan
status ade#uat dengan
BB stabil tidak terjadi mal
nutrisi,
energi masukan adekuat
tingkat adekuat, nutrisi
;valuasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping. Mana5emen Nut"isi kaji pola makan klien
•
'aji adanya alergi makanan.
•
'aji makanan yang disukai oleh
•
klien. •
'olaborasi dg ahli gi=i untuk
penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien. •
Anjurkan
klien
untuk
meningkatkan asupan nutrisinya. @akinkan diet yang dikonsumsi
•
mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi. •
Berikan
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.
Monito" Nut"isi •
7onitor BB setiap hari jika
memungkinkan. •
7onitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien makan. •
7onitor
lingkungan
selama
makan. •
Eadwalkan
pengobatan
dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan. 7onitor adanya mual muntah.
•
7onitor
•
dalam makanan
adanya
proses
gangguan
mastikasi6input
misalnya perdarahan,
bengkak dsb. 7onitor intake nutrisi dan kalori. Kon"ol infe#si 6 •
5
2isiko infeksi b6d
etelah
imunitas
askep jam tidak
primer
tubuh
dilakukan
menurun, terdapat fa#to" "isi#o
prosedur invasive
infe#si
pada
dibuktikan status
klien
dengan
imune
klien
adekuat< bebas dari gejala infeksi, angka lekosit
normal
!5(
•
Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain. Batasi pengunjung bila perlu.
•
•
"ntruksikan kepada keluarga
untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya. •
>unakan sabun anti miroba
untuk mencuci tangan.
--.+++$, •
:akukan cuci tangan sebelum
dan
sesudah
tindakan
keperawatan.
•
>unakan
baju
dan
sarung
tangan sebagai alat pelindung. •
Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat. •
:akukan perawatan luka dan
dresing infus setiap hari. •
0ingkatkan intake nutrisi dan
cairan •
berikan
antibiotik
sesuai
program.
7"ote#si te"hada% infe#si 7onitor tanda dan gejala infeksi
•
sistemik dan lokal. •
7onitor hitung granulosit dan
LB/. •
7onitor kerentanan terhadap
infeksi.. Pertahankan
•
teknik
aseptik
untuk setiap tindakan. "nspeksi
•
mukosa
kulit
terhadap
dan
mebran
kemerahan,
panas, drainase. •
"nspeksi kondisi luka, insisi
bedah. Ambil kultur jika perlu
•
Dorong istirahat yang cukup.
•
7onitor
•
perubahan
tingkat
energi. •
Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan. "nstruksikan klien untuk minum
•
antibiotik sesuai program. •
Ajarkan keluarga6klien tentang
tanda dan gejala infeksi. :aporkan kecurigaan infeksi.
•
:aporkan jika kultur positif. !ea+hing 6 Dissease 7"o+ess •
'urang
etelah dilakukan
pengetahuan
askep ........jam,
tentang
penyakit %engetahuan #lien
dan perawatan nya b6d kurang terpapar dg
informasi,
mening#at. Dg ')< 'lien 6 keluarga
•
mampu menjelaskan
terbatasnya kognitif kembali penjelasan yang telah dijelaskan 'lien 6 keluarga
•
kooperatif saat dilakukan tindakan.
'aji tingkat pengetahuan klien
•
dan
keluarga
tentang
proses
penyakit •
Eelaskan tentang patofisiologi
penyakit, tanda dan gejala serta penyebab yang mungkin •
ediakan
informasi
tentang
kondisi klien •
iapkan keluarga atau orang(
orang
yang
berarti
dengan
informasi tentang perkembangan klien
•
ediakan
informasi
tentang
diagnosa klien •
Diskusikan
perubahan
gaya
hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit •
Diskusikan
tentang
pilihan
tentang terapi atau pengobatan Eelaskan
•
dilaksanakannya
alasan tindakan
atau
terapi •
Dorong klien untuk menggali
pilihan(pilihan atau memperoleh alternatif pilihan •
>ambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi Anjurkan klien untuk mencegah
•
efek samping dari penyakit •
>ali
sumber(sumber
atau
dukungan yang ada •
Anjurkan
klien
untuk
melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan kolaborasi dg tim yang lain. /antuan %e"a;atan di"i •
Defisit self care b6d
etelah
dilakukan
kelemahan
asuhan keperawatan . jam klien mampu Perawatan diri elf Daly
7onitor
kemampuan pasien
terhadap perawatan diri •
7onitor
kebutuhan
care
dengan indicator < •
•
Pasien
melakukan sehari(hari berpakaian,
dapat
•
Beri
bantuan
mempunyai
akan
berpakaian,
sampai
kemapuan
klien untuk
aktivitas merawat diri !makan, Bantu klien dalam memenuhi •
kebutuhannya.
kebersihan, toileting,
Anjurkan klien untuk melakukan
•
ambulasi$
aktivitas
'ebersihan
•
diri
sehari(hari
sesuai
kemampuannya
pasien terpenuhi
Pertahankan
•
aktivitas
perawatan diri secara rutin •
;valuasi
dalam
kemampuan
memenuhi
klien
kebutuhan
sehari(hari. •
Berikan
usaha
reinforcement
yang
dilakukan
atas dalam
melakukan perawatan diri sehari
)arga diri rendah
etelah
hari. dilakukan 7ening#atan ha"ga di"i
b6d
askep .
jam klien
menerima
keadaan
perubahan
gaya hidup
dirinya Dg ')<
penerimaan
7enjaga
7enjaga
postur
mata
jika
respon positif dari orang lain. kontak
Berikan
•
pengalaman
yang
'omunikasi 1asilitasi lingkungan dan aktivitas •
meningkatkan harga diri.
ecara seimbang
dapat dan
7onitor
•
frekuensi
pasien
berpartisipasi mengucapkan negatif pada diri mendengarkan sendiri.
dalam kelompok 7enerima
@akinkan pasien percaya diri
•
kritik dalam
yang konstruktif
kontak
Bantu pasien mengidentifikasi
•
terbuka
•
utuk
meningkatkan otonomi pasien.
•
•
pasien
berkomunikasi dengan orang lain
mata
•
Anjurkan
•
yang terbuka •
pasien
mengidentifikasi kekuatan
keterbatasan diri •
Anjurkan
•
diri
pernyataan
tentang harga diri
7engatakan
•
7onitor
•
7enggambarkan
menyampaikan
pendapatnya Anjurkan
•
kebanggaan
mengkritik
terhadap diri
dirinya
pasien negatif
untuk
tidak
terhadap
ampaikan percaya diri terhadap
•
kemampuan
pasien
mengatasi
situasi Bantu pasien menetapkan tujuan
•
yang realistik dalam mencapai peningkatan harga diri. •
Bantu pasien menilai kembali
persepsi negatif terhadap dirinya. Anjurkan
•
meningkatkan
pasien
untuk
tanggung
jawab
terhadap dirinya. >ali alasan pasien mengkritik diri
•
sendiri •
Anjurkan pasien mengevaluasi
perilakunya. •
Berikan reward kepada pasien
terhadap
perkembangan
dalam
pencapaian tujuan 7onitor tingkat harga diri
•
DAF!AR 7=S!AKA
)erawati, ri 2ukmini, ri. &++5. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan Untuk ahasis!a "akultar #edokteran gigi. Eakarta< ;>/ Nasir,N,
&++C.
#arsinoma
$aso%aring
#edokteran
Islam.Odiakes
melalui
http<66www.nasriyadinasir.co.cc6&++C6-&6karsinomanasofaring&+.html 2oe=in Anida. &++. #arsinoma $aso%aring &alam'Buku Ajar Telinga Hidung,Tenggorok #epala &an (eher.)disi * . Eakarta< 1'3"