LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA Tujuan:
1. 2. 3. 4.
Mengidentfikasi letak kelenjar endokrin dalam tubuh Menjelaskan fungsi masing masing hormone yang dihasilkan kelenjar endokrin Menganalisis cara kerja hormone dalam regulasi tubuh Mengidentiikasi nutrient yang berperan untuk system hormon
1. Perhatikan gambar berikut:
Berdasarkan gambar tersebut,: a. analisislah letak kelenjar endokrin dan jenis hormone yan disekresikan! b. Jelaskan fungsi hormone yang dihasilkan oleh masing masing kelenjar endokrin
2. Perhatikan gambar berikut ini:
Berdasarkan gambar tersebut: Bagaimana cara kerja hormone?
Jawab : Hormon adalah molekul pembawa pesan dari sistem endokrin. Hormon endokrin bergerak ke seluruh tubuh dalam darah. Namun, masing-masing hormon hanya mempengaruhi sel-sel tertentu, yang disebut sel target. Sebuah sel target adalah jenis sel yang hormon akan memiliki efek. Sebuah sel target dipengaruhi oleh hormon tertentu karena memiliki protein reseptor yang spesifik untuk hormon tersebut. Hormon berjalan melalui aliran darah sampai menemukan sel target dengan reseptor yang cocok dapat mengikat. Ketika hormon berikatan dengan reseptor, hal itu menyebabkan perubahan dalam sel. Cara kerja hormon tergantung pada apakah hormon adalah hormon steroid atau hormon non-steroid. Pada hormon steroid terbuat dari lipid, seperti fosfolipid dan kolesterol. Mereka larut dalam lemak, sehingga mereka dapat berdifusi melintasi membran plasma sel target dan mengikat dengan reseptor dalam sitoplasma sel (lihat Gambar di bawah). Hormon steroid dan reseptor membentuk kompleks yang bergerak ke dalam inti dan mempengaruhi ekspresi gen, pada dasarnya bertindak sebagai faktor transkripsi. Contoh hormon steroid termasuk kortisol dan hormon seks. Sedangkan hormon non-steroid terbuat dari asam amino. Mereka tidak larut dalam lemak, sehingga mereka tidak dapat berdifusi melintasi membran plasma sel target. Sebaliknya, hormon non-steroid berikatan dengan reseptor pada membran sel (lihat Gambar di bawah). Pengikatan hormon memicu enzim dalam membran sel. Enzim mengaktifkan molekul lain, yang disebut pesan kedua, yang mempengaruhi proses dalam sel. Kebanyakan hormon endokrin adalah hormon non-steroid, termasuk hormon insulin dan tiroid.
3. Perhatikan gambar di bawah ini!\
Jelaskan regulasi untuk mencapai homeostasis jumlah kalsium dalam darah dan kadar glukosa dalam darah! Jawab : a. Homeostasis kadar glukosa dalam darah Secara singkat insulin menstimulasi penggunaan glukosa untuk menjadi glikogen (glikogenesis), sintesis sintesis lemak (lipogenesis), (lipogenesis), dan sintesis sintesis protein (proteogenesis). Insulin menghambat pemecahan lemak atau lipolisis dan pembentukan benda-benda keton yang merupakan produk dari lipolisis. Saat kadar glukosa darah menurun, sekresi insulin
secara perlahan juga menurun hingga kadar glukosa darah mencapai sekitar 80-85 mg/100 ml darah. Sebaliknya, saat kadar glukosa darah menurun hingga mencapai sekitar 50 mg/100 ml, sel alfa pulau-pulau akan mulai mensekresikan glukagon. Glukagon menstimulasi selsel hati memulai glikogenolisis, segera akan meningkatkan kadar glukosa darah meningkatkan kadar glukosa darah. Protein di dalam hati dan sel-sel otot dipecah menjadi asam amino yang dibebaskan ke dalam darah dan dikirimkan ke hati dimana glukagon merangsang konversi asam-asam amino menjadi glukosa, suatu proses yang disebut glukoneogenesis. Sel-sel liver dan sel-sel lemak mulai memobilisir pemecahan molekul lemak. Kadar kalim dalam darah juga meningkat, mungkin sebagai efek samping glikogenolisis.
Glukagon
juga
menstimulasi
sel-sel
Beta
secara
langsung,
menyebabkannya membebaskan insulin yang dapat meningkatkan kemampuan sel tubuh menggunakan glukosa yang baru saja dibebaskan. b. Homeostasis kalsium . Menurut Starr (2013) kekurangan PTH menyebabkan kadar kalsium darah turun secara dramatis, yang menyebabkan kontraksi berlebihan pada otot rangka. Jika tidak diperbaiki, kondisi ini yang dikenal sebagai tetanus akan sangat fatal. Pengontrolan kadar kalsium darah merupakan salah satu contoh bagaimana homeostatis seringkali dipertahankan dengan cara penyeimbangan dua hormone yang saling berlawanan yaitu PTH dan kalsitonin. Kalsitonin mempunyai pengaruh yang berlawanan pada tulang sejati ginjal, sehingga menurunkan Ca2+ darah. Vitamin D yang disintesis pada kulit dan diubah menjadi bentuk aktifnya pada banyak jaringan, sangat penting bagi fungsi PTH, sehingga juga diperlukan untuk keseimbangan kalsium yang sempurna. Menurut Koswara (2014) pengaruh kalsitonin diduga terjadi dengan cara merangsang pengendapan kalsium pada tulang. Hal ini terjadi dalam keadaan stress, seperti pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Dalam hal ini kalsitonin menurunkan kalsium darah.Bila darah kalsium terlalu rendah, kelanjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Sistem pengendalian kalsium ini akan menjaga kalsium darah dalam keadaan normal. Bila terjadi kagagalan dalam sistem pengendalian, kalsium darah akan berubah. Bila kalsium darah lebih tinggi dari normal akan terjadi kekakuan otot. Sebaliknya, bila kalsium darah lebih rendah dari normal, akan terjadi kajang otot. Kegagalan sistem ini tidak disebabkan kekurangan atau kelebihan kalsium dari makanan, akan tetapi kekurangan vitamin D atau gangguan sekresi hormon-hormon yang berperan.
Peningkatan Ca2+ dalam darah menginduksi kelenjar tiroid untuk mensekresi kalsitonin, yang menurunkan konsentrasi Ca2+ dengan cara meningkatkan deposisi tulang sejati, sehingga mengurangi pengambilan Ca2+ dalam usus, dan menurunkan reabsorbsi dalam ginjal. Pengaruh tersebut dilawan oleh PTH, yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid ketika konsentrasi Ca 2+ darah turun dibawah titik pasang. Kadar kalsium darah mulai meningkat meningkat ketika sel-sel target diginjal, usus dan tulang sejati merespons PTH. Kalsium darah akan naik hanya sejauh sebelum tiroid melawan dan menghambat dengan cara mensekresikan kalsitonin. Seperti mekanisme umpan-balik klasik, kedua hormon tersebut akan menyeimbangkan pengaruh masing-masing, sehingga meminimalkan fluktasi konsentrasi Ca2+ darah, ion yang sangat penting dalam menjaga fungsi normal semua sel tubuh. Vitamin D disintesis dalam bentuk inaktif oleh kulit yang terpapar ke cahaya matahari, dan memainkan peranan penting dalam homeostatis kalsium. Vitamin D dibawa dalam darah dan diubah menjadi bentuk aktifnya aktifnya pada banyak jaringan seperti hati dan ginjal. Bentuk aktif itu membuat PTH mampu untuk meningkatkan pengambilan Ca2+ oleh usus. Pada ECF dansitosol, kalsium yang terionisasi (Ca2+ ) berperan penting dalam berbagai proses di dalam sel. Kalsium adalah suatu zat yang penting di membrane sel yang memengaruhipermeabilitasdanmuatanlistrik. Kalsium plasma berada dalam tiga bentuk yaitu :berikatan dengan protein (terutama albumin), berikatan dengan ligan berukuran kecil (fosfat, sitrat,sulfat), dankalsiumygterionisasi Ca2+. Kalsium yang terionisasi dalam plasma bersifat aktif secara fisiologis dan berperan penting dalam menentukan hipokalsemia atau hiperkalsemia. Kadar kalsium terionisasi dalam ECF dipertahankan secara homeostasis dalam kisaran normal sekitar 9-10,5 mg/dl. Keadaan ini dipertahankan oleh suatu keseimbangan efektif dari pembentukan tulang dan resorpsi tulang,absorpsi kalsium, dan ekskresi kalsium. Tempat utama dari regulasi ini berlangsung di tulang, ginjal, dan saluran cerna di bawah pengendalian tiga hormone, yaitu : hormone paratiroid, kalsitonin, dankalsitriol.
4. Mengapa jika seseorang kekuragan Iod akan mempengaruhi kesehan k?jelaskan! Jawab : Kekurangan yodium (iod) adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang kurang mendapatkan asupan yodium sehingga tubuh tidak mampu menghasilkan hormon tiroid secara memadai. Kekurangan yodium berat akan menyebabkan beberapa masalah kesehatan seperti gondok, hipotiroidisme, kretinisme, dan penurunan kesuburan pada wanita.
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan defisiensi yodium yang berlangsung lama akibat dari pola konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi yodium sehingga mengganggu fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan menyebabkan kelenjar membesar sehingga menyebabkan gondok. Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi tetraiodotironin/T4. Penurunan kadar T4 dalam darah memicu sekresi Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang selanjutnya menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat sehingga fisiknya kemudian membesar (hiperplasi). Pada saat ini defisiensi pemompaan yodium bertambah yang dibarengi dengan percepatan pemecahan yodium dalam kelenjar.