1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aplikasi Teknologi yang semakin modern terlihat dari bertambahnya penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang di gerakkan oleh motor penggerak. Mesin-mesin tersebut merupakan salah satu faktor penunjang utama pada proses produksi. Sangat banyak peralatan mekanis dan mesin yang digunakan dalam berbagai industri antara lain industri logam, industri kayu, pertambangan, pertanian, industri bangunan dan industri angkutan. Paparan getaran terhadap pekerja dalam berbagai sektor industri merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan bera kibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja. Getaran yang terjadi di lingkungan lingkungan dapat berdampak pada kehidupan manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 ditetapkan tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam k ategori mengganggu, tidak nyaman dan menyakitkan. Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak menimbulkan ganggguan pada kenyamanan, kesehatan serta keutuhan bangunan. Pada banyak kasus getaran tidak diingnkan karena dapat membuang energi, menimbulkan ketidaknymanan, menghasilkan bunyi atau bising dan bahkan dapat menyebabkan menyebabkan kerusakan. Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan elektrik yang pada dasarnya berskala kecil, getaran juga dapat terjadi pada struktur dengan skala yang sangat besar, seperti jembatan suspensi, gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang angkasa. Dewasa ini pembangunan struktur berskala besar dengan bobot kecil menjadi tren baru karena dapat mengurangi biaya dan energi . Akan tetapi efek ter hadap kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan Tenaga Kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
1
2
produktivitas, gangguan kesehatan kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran struktur tersebut akan mengakibatkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat sensitif terhadap masalah getaran . Maka dari itu perlu diketahui pula cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kerja akibat getaran , agar produktivitas kerja tetap meningkat.
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis 2. Mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis 3. Mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis 4. Mengetahui Efek Getaran Mekanis 5. Mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis 6. Mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis 2. Dapat mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis 3. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis 4. Dapat mengetahui Efek Getaran Mekanis 5. Dapat mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis 6. Dapat mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
2
produktivitas, gangguan kesehatan kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran struktur tersebut akan mengakibatkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat sensitif terhadap masalah getaran . Maka dari itu perlu diketahui pula cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit kerja akibat getaran , agar produktivitas kerja tetap meningkat.
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis 2. Mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis 3. Mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis 4. Mengetahui Efek Getaran Mekanis 5. Mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis 6. Mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui Pengerertian Getaran Mekanis 2. Dapat mengetahui Jenis-jenis Getaran Mekanis 3. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat Getaran Mekanis 4. Dapat mengetahui Efek Getaran Mekanis 5. Dapat mengetahui Pengukuran Getaran Mekanis 6. Dapat mengetahui Cara Pengendalian Getaran Mekanis
3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Getaran Mekanis
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.( PER.13/MEN/X/2011). Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003).
Vibrasi Vibrasi adalah
getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran ialah gerakan osilasi disekitar sebuah titik (J.M.Harrington, 1996). Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan hertz (Depkes, 2003). Getaran mekanis adalah salah satu faktor berbahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan (Depnaker, 1996). Getaran (vibrasi (vibrasi)) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ketubuh manusia, mulai dari tangan samapi keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation ( oscilation)) akibat getaran peralatan mekanis yang digunakan dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002) 2. Jenis Getaran Mekanis
Getaran mekanis dikelompokkan kembali menjadi 2 yaitu : a. Getaran seluruh tubuh (whole (whole body vibration) vibration ) Getaran seluruh tubuh atau umum (whole ( whole body vibration) vibration ) yaitu terjadinya getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasannya yang menimbulkan getaran.. Biasanya frekuensi getaranini adalah sebesar 5-20 Hz (Emil Salim, 2002). Getaran seluruh badan terutama pada alat angkut dalam kegiatan industri, traktor pertanian dan perlengkapan lainya untuk mengerjakan tanah. Selain getaran seluruh badan oleh alat angkut tersebut, seseluruhan badan dapat ikut bergetar oleh beroprasinya alat-alat berat yang memindahkan getaran mekanis dari alat berat dimaksud ke suluruh
3
4
badan tenaga kerja lewat getaran lantai melalui kaki. Percepatan getaran mekanis pada alat angkutan, biasanya berfrekuensi 1-20 Hz, walaupun kadang-kadamg frekuensinya dapat meningkat menjadi beberapa ratus Hz, berkisarantara 0,1 – 0,3 g (g=9,81 meter/detik 2), sedangkan pada getaran mekanis pekerjaan konstruksi bangunan dan juga pada traktor pertanian percepatannya sering melebihi 1 g. Getaran mekanis demikian jauh dari bentuk senusoid, melainkan terdiri dari komponen tidak teratur dengan puncak percepatan maksimumnya, (Suma’mur, 2014). b. Getaran lengan tangan (hans arm vibration) Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatatan yang bergetar, frekuensinya biasanya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti: Supir bajarj, operator gergaji rantai, tukang potong rumput, gerinda, penempa palu dsb.(Emil Salim, 2002) Berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur, perkebunan, kehutanan,
konstruksi
dan
pertambagan
secara
terus
menerus
menggunakan mesi atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan alat demikian adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor; yang dinegara maju telah diganti deng mesin. Di pengeboran dan pengecoran logam, biasanya dipakai gerinda mesin sehingga pekerjaan menggerinda dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Tukul mekanis sering diganti dengan mesin kempa, yang beroprasi secara otomatis. Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan getaran-getaran tangan kepada operatornya. Demiklian pula mesin pengeras jalan yang digunakan
pada
pekerjaan
konstruksi
dan
pemeliharaan
jalan.(Suma’mur, 2014) 3. Sumber Getaran Mekanis
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalm industri logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan dan pekrjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor
5
pneumartik, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanis dengan ciri fisik dan efek merugikan yang berbeda. (C.Wijaya, 1995). Pada perum perhutani sumber getaran yag ada pada peralatan seperti band resaw, cross cut, low band saw, planer, band saw, double cross cut dan spindle moulder . 4. Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis
Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka perlu diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui nilai ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian dibandingkan dengan NAB yang diizinkan. Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107 Vibration Limited Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik motor yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan telah melampaui 130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin tersebut perlu dilakukan pengcekan. Dan jika getaran yang ditimbilkan telah melampaui 135 dB atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin harus diperbarui. Saat ini Indonesia dipakai nilai ambang batas getran berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011. Berikut ini NAB getaran berdasarkan Peraturan M enteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.13/MEN/X/2011 mengenai Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan Dan Tangan
Jumlah waktu pemajanan Per hari kerja
Nilai percepatan pada frekuensi dominan
(m/det 2)
Gram (1 gram : 9,81 m/det2)
4 jam dan kurang dari 8 jam
4
0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam
6
0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam
8
0,81
Kurang dari 1 jam
12
1,22
6
Catatan: 1 Gravitasi = 9,81 m/det2 Selain itu, disebutkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). Sedangkan NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat (m/det2) Nilai ambang batas Whole Body Vibration dihitung berdasarkan bagian penopang tubuh tebaga kerja, Apabila tenaga kerja duduk maka yang diukur adalah getaran dari alas duduk dan sandarannya. Dan apabila pekerja berdiri maka yang diukur adalah getaran pada lantai atau penopang kaki. Peraturan ISO terhadap getaran mekanis lebih menekankan pada kenyamanan dan keamanan pekerja di tempat kerja. Tenaga kerja yang terpajan getaran melampaui nilai ambang batas (NAB) secara kontinyu akan merasakan kelelahan ( fatique) sehingga mempengaruhi produktivitas kerja, Aturan ISO memberikan hubungan antara frekuensi dan besarnya amplitudo getaran yang diijinkan untuk lama pemaparan 8 jam dalam satu hari kerja. Menurut ISO tubuh akan merasa sangat tidak nyaman ketika NAB getaran mekanis diatas 0,8m/det2 . Tabel 2.2. Tabel mengenai level kenyamanan tubuh ketika terpapar getaran mekanis menurut ISO 2631-1 (1997) Skala
Nilai Percepatan (m/dt2)
Sangat tidak nyaman ekstrim
Lebih dari 2,0
Sangat tidak nyaman
1,6 – 2,0
Tidak ny
1,0 – 1,6
Agak tidak nyaman
0,63 – 1,0
Sedikit kurang nyman
0,315 – 0,63
7
Nyaman
Kurang dari 0,315
5. Baku Tingkat Getaran Mekanis
Batas maksimum tingkat getaran Mekanik yang diizinkan dari satuatu kegiantan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan kenyamanan dan keutuhan bangunan. Berikut merupakan baku tingkat getaran yang diperkenenkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran. Tabel 2.3. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan Nilai Tingkat getaran, dalam mikron (10 - 6 meter)
Frekuensi (Hz)
Tidak Mengganggu
Mengganggu
Tidak Nyaman
Menyakitkan
4
< 100
100 – 500
> 500 – 1000
> 1000
5
< 80
80 – 350
> 350 – 1000
> 1000
6,3
< 70
70 – 275
> 275 – 1000
> 1000
8
< 50
50 – 160
> 160 – 500
> 500
10
< 37
37 – 120
> 120 – 300
> 300
12,5
< 32
32 – 90
> 90 – 220
> 220
16
< 25
25 – 60
> 60 – 120
> 120
20
< 20
20 – 40
> 40 – 85
> 85
25
< 17
17 – 30
> 30 – 50
> 50
31,5
< 12
12 – 20
> 20 – 30
> 30
40
<9
9 – 15
> 15 – 20
> 20
50
<8
8 – 12
> 12 – 15
> 15
Konversi : Percepatan = (2πf)2 x simpangan Kecepatan = 2πf x simpangan π
= 3.14
6. Efek Getaran Mekanis
8
Getaran mekanis dapat menyebabkan beberapa efek terhadap manusia, anatara lain: a. Efek mekanis terhadap jaringan. b. Rangsangan reseptor syaraf didalam jaringan. Pada gangguan mekanik sel-sel jaringan rusak atau metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada syaraf autonom. Kedua mekanisme ini terjadi secara bersama-sama. Untuk maksud praktis, dibedakan tiga tingkat efek getaran mekanik adalah sebagai berikut : a. Gangguan kenikmatan kerja, dalam hal ini efek getaran hanya terbatas pada terganggunya nikmat kerja. b. Terganggunya tugas yang terjadi bersama-sama dengan cepatnya kelelahan. c. Bahaya terhadap kesehatan. Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada frekuensi sampai 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran-getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah tidak dapat mengikuti lagi. Maka pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat terganggu. Gangguan kerja oleh getaran adalah akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman penglihatan. Getaran mekanik dapat ditimbulkan oleh banyak sekali faktor, antara lain: a. Peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan. b. Peralatan atau mesin yang tidak bergerak. Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sif at pemaparan, yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk pemaparan dapat dibagi dalam 2 katagori sebagai berikut : a. Pemaparan seluruh tubuh (Whole body vibration) Getaran seluruh tubuh terutama terjadi pada alat pengangkut, misalnya truk, alat - alat berat dapat pula dipindahkan ke seluruh tubuh
9
lewat getaran lantai melalui kaki. Getaran yang penting adalah getaran dari tempat duduk dan topangan kaki, karena diteruska n ke tubuh. Dalam keadaan duduk, seluruh tubuh dapat dianggap satu kesatuan massa terhadap getaran. Pada posisi tubuh yang berbeda-beda dengan arah getaran, penghantaran getaran dapat berbeda-beda. Isi perut pada segala sikap tubuh dapat dianggap sebagai satu kesatuan terhadap geta ran sampai dengan 9 Hz. Namun pada frekuensi yang lebih besar, alat-alat yang ada akan mengikuti getarannya sendiri-sendiri. Efek getaran dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan pada frekuensi alami, yaitu 3-9 Hz untuk kesatuan getaran pada bagian tubuh seperti dada dan perut. Frekuensi lebih tinggi dapat mempengaruhi alat-alat dengan frekeunsi alami yang lebih tinggi pula. Leher, kepala, dan pinggul, beresonansi baik terhadap getaran pada frekuensi 10 Hz. Getaran-getaran kuat dapat menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa. Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada frekuensi samapi 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran -getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah tidak dapat mengikuti lagi. Pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat terganggu. Gangguan kerja oleh getaran adalah akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman penglihatan (Anies, 2005). Pada pemaparan jangka pendek atau akut menyebabkan : 1) Motion sickness/mabuk perjalanan (mual dan lelah) 2) Pandangan kabur 3) Pusing 4) Tidak nyaman 5) Nyeri dada 6) Hilang keseimbangan 7) Perubahan suara 8) Nafas pendek 9) Tidak bisa bekerja secara presisi
10
Pada pemaparan jangka panjang atau kronis dapat menyebabkan : 1) Kerusakan permanen pada tulang dan persendian. 2) Gangguan pencernaan. 3) Efek pada tekanan darah yang dapat menimbulkan masalah pada jantung dan pembuluh darah. 4) Efek pada system syaraf, misal : sakit kepala, gangguan tidur, lemah, lelah dan lesu. 5) Ganggun fungsi reproduksi wanita. 6) Hernia
b. Hand Arm Vibration Ada pekerjaan – pekerjaan dalam industri, pertambangan maupun kehutanan, yang menggunakan alat-alat bergetar secara terus menerus. Misalnya pengebor kempa di pertambangan, gerinda pada pabrik baju, atau gergaji listrik pada pekerjaan di kehutanan, dapat menimbulkan gangguan atau kelainan akibat getaran mekanis pada lengan. Gangguan-gangguan tersebut antara lain kelainan dalam peredaran darah dan persarafan, serta kerusakan pada persendian dan tulang. Gejala kelainan pada peredaran darah dan persarafan sangat mirip dengan fenomena Raynaud . Gejala-gejala awal adalah pucat dan kekakuan pada ujung-ujung jari yang terjadi berulang secara tidak teratur. Mula-mula pada sebelah tangan kemudian dapat meluas pada kedua tangan secara asimetris. Serangan berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam, dengan tingkatan yang berbeda dalam hal intensitas nyeri, kehilangan daya pegang dan pengendalian otot (Anies, 2005). Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas kerja terganggudan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya di banding dengan hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan seba gai semestinya.
11
Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-otot interossea, dan fleksin dari jari- jari (Suma’mur, 2014). 7. Pengukuran Getaran Mekanis
Komponen-komponen dari suatu sistem pengukuran getaran terdiri dari elemen elemen mekanik, atau kombinasi elemen mekanik, elektrik dan optik. Sistem yang biasa dipergunakan memakai vibration pick-up untuk mentransformasikan gerakan mekanik menjadi suatu signal elektrik, kemudian signal tersebut diperkuat menggunakan amplifier dan untuk menseleksi dan mengukur getaran dalam spesifik range-frekwensi mempergunakan vibration record (matering) (Depkes, 1991). Metoda Pengukuran dan Analisis Tingkat Getaran menurut Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor:
Kep-
49/Menlh/Ii/1996 adalah sebagai berikut: a. Peralatan Pedoman yang dipakai ialah : 1) Alat penangkap getaran (Accelerometer atau seismometer.) 2) Alat ukur atau alat analisis getaran (Vibration meter atau vibration analyzer) 3) Tapis pita 1/3 oktaf atau pita sempit (Filter 1/3 oktaf atau Narrow Band) 4) Pencatat tingkat getaran (Level atau X - Y recorder) 5) Alat analisis pengukur tingkat getaran (FTT- Analyzer) b. Cara Pengukuran Getaran untuk Kenyaman dan Kesehatan 1) Alat penangkap getaran diletakkan pada lantai atau permukaan yang bergetar, dan disambungkan ke alat ukur getaran yang dilengkapi dengan filter 2) Alat ukut dipasang pada besar:an simpangan. Dalam hal alat tidak dilengkapi dengan fasilitas itu, dapat digunakan konversi besaran
12
3) Pembacaaan dan pencatatan dilakukan untuk setiap frekwensi 4 - 63 Hz atau dengan sapuan oleh alat pencatat getaran 4) Hasil pengukuran sebanyak 13 data digambarkan pada grafik Lampiran1.2. dalam Kep-49/Menlh/Ii/1996 c. Cara Evaluasi Ke 13 data yang digambarkan pada grafik Lampiran I.2 dan/atau II.2 dibandingkan terhadap batas-batas baku tingkat getaran. Getaran disebut melampaui baku tingkat getaran apabila getaran pada salah satu frekuensi sudah melampaui nilai baku getaran yang ditetapkan. Baku tingkat Getaran dibagi dalam 4 kelas, yaitu a, b, c dan d dengan batas mseperti pada Grafik II.2 dalam Kep-49/Menlh/Ii/1996. 8. Jenis Pengukuran Getaran
a. Pengujian Getaran Mekanis di Tempat Kerja 1) Segmental Vibration atau biasanya Hand Arm Vibration (HAV) Satuan
: Accelerasi (m/s2)
Yang diukur
: Handle mesin atau bagian mesin yang sering bersentuhan dengan tenaga kerja dan berpengaruh pada bagian tubuh tenaga kerja.
Standar
: Permenakertrans RI No.Per 13/MEN/10/2011 tentang NAB faktor fisika dan kimia di tempat kerja.
2) Whole Body Virbraion (WBV) Satuan
: Accelerasi (m/s2)
Yang diukur
: Bagian yang menopang tubuh tenaga kerja. Bila tenaga kerja duduk pada alas duduknya dan sandarannya, bila tenaga kerja berdiri pada lantainya.
Standar
: Berdasarkan ISO 2631, dibagi menjadi 3 kategori: a) Mengganggu kenyamanan b) Meningkatkan kelelahan c) Mengganggu kesehatan (batas paparan)
13
3) Getaran Mesin Satuan
: Accelerasi (mm/s2)
Yang diukur
: Pada dasar mesin
Standar
: Berdasarkan ISO 2372 dibagi menjadi 4 kategori: a) Baik (Good) b) Dapat di terapkan (Acceptable) c) Masih dijinkan (Still Permissible) d) Berbahaya (Dangerous)
Mesin dikategorikan menjadi 4 kelompok: a) Group K (Small Machines) b) Group M (Medium Machines) c) Group G (Large Machines) d) Group T (Largest Machines) Tabel 2.4. Standar Getaran Mekanis Kecepatan Getaran (mm/s)
Kategori
Group K
Group M
Group G
Group T
s/d 0.71
s/d 1.12
s/d 1.80
s/d 2.80
Baik (Good)
0.72 - 1.80
1.13 –
1.81 –
2.81 –
Dapat di
2.80
4.50
7.10
terapkan (Acceptable)
1.81 –
2.81 – 7.1
4.50
4.51 –
7.11 –
Masih
11.2
18.0
dijinkan (Still Permissible)
> 4.5
> 7.1
> 11.2
> 18.0
Berbahaya (Dangerous)
Sumber : ISO 2732 dan VDI 2056
9. Pengendalian Getaran Mekanis
a. Pengendalian secara umum
14
Internasional Organization For Standarization Mengeluarkan (ISO 2631- 1974) Pedoman Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Pengurangan Pemaparan Terhadap Getaran Kerja. 5)
Isolasi sumber getar
6)
Isolasi pekerja atau operator dengan penagturan istirahat dan shift
7)
Mengurangi waktu pemaparan
8)
Bila mungkin dilakukan dengan remote control.
9)
Memperbaiki desain ergonomis
10) Melangkapi perawtan yang dapat menahan atau menyerap getaran 11) Merawat mesin sebaik-baiknya 12) Pemeriksaan kesehatan awal 13) Pemeriksaan kesehatan berkala. Secara garis besar ada 3 pendekatan yang digunakan untuk mengendalikan getaran, yaitu: 1) Mencegah atau mengurangi pemaparan getaran sesuai dengan nilai ambang batas NAB, misalnya dengan memperbaiki desain dari sistem suspensi kendaraan/ mesin/ peralatan dan melakukan perawatan mesin/peralatan secara teratur. 2) Isolasi terhadap getaran, misalnya menjauhkan tenaga kerja dari sumber getaran mekanis, menggunakan penyekat atau bantalan peredam, menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan. 3) Mengurangi waktu pemaparan dengan rotasi kerja, istirahat kerja 1015 menit tiap 1 jam kerja) Secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemaparan getaran mekanis yang melebihi NAB adalah : 1) Mengisolasi sumber getaran dan pekerja dari sumber getaran. 2) Mengurangi pemaparan terhadap getaran. 3) Melengkapi peralatan mekanis dengan penahan atau penyerap getaran. 4) Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala. 5) Para pekerja dianjurkan untuk memakai peralatan yang cukup untuk mempertahankan suhu badan dan memakai sarung tangan.
15
6) Sebelum bekerja harus diadakan pemanasan, tidak memegang peralatan yang bergetar terlalu erat serta mengoperasikan alat yang bergetar tidak sampai kapasitas penuh. 7) Jika pekerja merasakan tanda tanda kesemutan, kaku, jari-jari memutih atau membiru harus segera memeriksakan ke dokter. b. Pengendalian Getaran pada Industri Pengendalian getaran pada industri ada beberapa cara, di antaranya adalah sebagai berikut : 2) Pengendalian Teknis a)
Memakai peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan peredam).
b)
Menambah peredam di antara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
c)
Merawat peralatan dengan teratur dengan mengganti bagian bagian yang aus atau memberi pelumasan.
d)
Meletakkan peralatan dengan teratur alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
e)
Menggunakan remote control , tenaga kerja tidak terkena paparan getaran karena dikendalikan dari jauh.
3) Pengendalian Administrasi a)
Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparangetaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang tetapi bergantian, dari A, B, dan C.
b)
Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.
4) Pengendalian Medis Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2 – 3 tahun sekali.
16
5) Pemakaian Alat Pelindung Diri Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa). Pada kebanyakan tenaga kerja masih dapat bekerja dengan alat-alat yang menimbulkan getaran. Namun, bila penyakit semakin memburuk, kapasitas kerja akan terganggu sekali. Serangan akan hilang jika peredaran darah kembali normal. Maka beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain : a)
Pemanasan tangan ke dalam air panas.
b)
Pemijatan
sebaiknya
dilakukan
secara
lembut,
untuk
memperlancar peredaran darah. c)
Meniupkan udara panas ke tangan serta menggerakkan tangan secara berputar.
c. Pengendalian getaran pada sepeda motor Kita juga dapat mengukur getaran pada sepeda motor. Keadaan motor yang dalam keadaan baik salah satu cirinya yaitu saat menaiki motor tidak merasakan getaran. Apabila motor bergetar saat digunakan, paling sering terjadi pada mesinnya hal ini bersumber dari putaran kruk as yang tidak balance. Cara mengatasinya tidak ada cara lain selain membalancing ulang crankshaft (kruk as) ke tukang bubut. Namun sebelum menuding kruk as sebagai biang keladinya, ada cara lain yang perlu diselidiki terlebih dahulu, yaitu : 1) Sebaiknya periksa terlebih dulu beberapa bagian motor. Karena bisa saja penyebabnya bukan kruk as dan membalancing ulang kruk as , pastinya membelah mesin terlebih dulu yang membutuhkan dana tidak sedikit. 2) Memeriksa dulu baut-baut pegangan mesinnya yang kemungkinan mesin tersebut bautnya kendur atau tidak kencang hal ini menyebabkan sasis tidak dapat meredam getaran mesin dengan baik.
17
Jika ternyata itu penyebabnya, segera kencangkan baut -baut pegangan mesin tersebut. 3) Memeriksa juga baut-baut bodi, poros lengan ayun, as roda, mur komstir, dan sebagainya. Bila semuanya baik-baik saja, namun permasalahan belum juga hilang, maka perlu memeriksa putaran kedua roda. Pelek yang tidak presisi
juga dapat menyebabkan sepeda
motor bergetar.
Cara
mengetahuinya : 1) Sepeda motor diparkir menggunakan standar tengah. Posisikan roda yang hendak diperiksa pada keadaan mengambang (depan maupun belakang). Kemudian roda tersebut diputar. Perhatikan apakah putarannya center (lurus) atau speleng (bergoyang). 2) Jika memang putarannya tidak presisi akibat pelek bengkok, segera setel ulang jari-jarinya. Apabila kerusakan peleknya parah, pres ulang atau ganti dengan yang baru. 3) Begitu pula untuk pelek model racing. Jika ternyata putaran rodanya bagus, baut pegangan mesin, bodi, lengan ayun serta as roda juga mantaf, namun getaran mesin tidak lenyap juga, baru bisa dipastikan akibat putaran kruk as tidak balance. Maka dari itu getaran mekanis yang berlebih harus dicegah atau dikurangi agar tidak mempengaruhi kesehatan tenaga kerja yang dapat menurunkan produktivitas kerja.
B. Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang Kesehatan Kerja. 2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3 ayat 1 huruf (g), yang berbunyi “Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, sinar dan radiasi, suara dan getaran.” 3. Undang-undang No. 13 tahun 2003 Pasal 86.
18
4. Perlindungan terhadap getaran mekanis, ISO 2631 – 1974 yang dipakai sebagai pedoman dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. 5. Keputusan Menteri No. 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran. 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tenaga Kerja.
19
BAB III HASIL A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran. 1. Gambar Alat
a. Nama alat
: Vibration Meter.
Merk
: Rion.
Model
: Riovibro VM-63.
Buatan
: Jepang.
Keterrangan dan Fungsi Vibration Meter: 1) Display Menunjukan nilai pengukuran, mode pengukuran, rentang frekuensi getaran, dan indikator penggantian baterai . 2) Vibration Detector Attachment Tekan bagian ini terhadap objek pengukuran 3) MEANS button Tekan tombol MEANS untuk melakukan pengukuran 4) Frequency Range Untuk menentukan besarnya frekuensi yang akan diukur apakah “Low” (10Hz-1000Hz) ataukah “High”( 1KHz – 15KHz).
5) Velocity/Acceleration/Deplacement Selector Digunakan untuk memilih mode pengukuran
19
20
Acceleration : mengukur percepatan getaran dengan satuan m/det 2 Velocity
: mengukur percepatan getarandengan satuan cm/det 2
Deplacement : mengukur perpindahan getaran dengan satuan mm 6) Display Low Batt Mark Jika tanda tersebut tampil pada display maka kapasitas baterai sangat rendah dan secepat mungkin diisi ulang. 2. Cara Kerja Alat
a. Vibration Meter 1) Mula-mula cek baterai dengan menekan tombol MEAS . Bila muncul titik dobel pada display berarti baterai harus diganti. 2) Tekan MEAS atau power on kurang lebih 10 detik. Pilih skala pengukuran yang sesuai. Alat siap untuk pengukuran. 3) Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan tahan. Ujung alat ditempelkan pada objek yang diukur dengan posisi tegak lurus. Nilai getaran mekanik ditunjukkan pada display. Setelah itu, alat dapat dilepas dari objek. Baca dan catat angka pada display. 4) Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu menit setelah tombol MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis. b. Sepeda Motor 1) Nyalakan sepeda motor kemudian motor digas secara ritmis. 2) Kemudian alat Vibration Meter didekatkan pada tempat yang akan diukur pada sepeda motor (stang kanan dan jok depan). 3) Setelah pengukuran selesai motor dimatikan. 3. Prosedur Pengukuran
a. Pengukuran Getaran Mesin 1)
Hidupkan mesin motor dengan menekan start .
2)
Biarkan motor tanpa gas selama pengukuran berlangsung.
3)
Tentukan 3 titik pengukuran yaitu stang kanan tanpa digas, dan jok depan tanpa digas.
4) Nyalakan Vibration Meter.
21
5)
Alat Vibration Meter ditempelkan pada titik yang akan diukur dengan posisi tegak lurus dengan bidang yang diukur.
6)
Untuk mengukur acceleration arahkan range ke acceleration dan untuk mengukur velocity arahkan range ke velocity.
7)
Lakukan pengukuran, setiap satu titik 3 kali pengukuran.
8)
Pada satu titik diukur acceleration dan velocity.
9)
Catat hasil pengukuran.
b.Pengukuran Getaran Mekanis ( Hand Arm Vibration) 1)
Hidupkan mesin motor dengan menekan start
2)
Gas motor secara ritmis
3)
Tangan probandus menggenggam stang motor
4) Nyalakan Vibration Meter 5)
Alat Vibration Meter ditempelkan pada pergelangan tangan atas dengan posisi tegak lurus dengan bidang yang diukur.
6)
Untuk mengukur acceleration arahkan range ke acceleration dan untuk mengukur velocity arahkan range ke velocity.
7)
Lakukan pengukuran, setiap satu titik 3 kali pengukuran.
8)
Pada satu titik diukur acceleration dan velocity.
9)
Catat hasil pengukuran.
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan. 1. Hasil Pengukuran Getaran Mesin
Berdasarkan pengukuran getaran mekanis dengan Vibration Meter yang dilakukan pada : Hari
: Selasa
Tanggal : 27 Oktober 2015 Waktu
: 15.00 – 15.30 WIB
Tempat : Halaman parkir D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Alat
: Vibraton Meter, Rion tipe Riovibro VM-63.
Obyek
: Motor Honda Beat Pop (110cc) Motor Honda Supra X (125 cc)
22
Tabe.3.1 Hasil Pengukuran Getaran pada Mesin. No
1
Mesin
Daya
Titik
Velocity
Katgori
Sampel
Mesin
Pengukuran
(mm/s)
Getaran *)
Halaman
Honda
110cc Tempat
0,62
Parkir
Beat
Duduk /
0,95
Kampus
Pop
Jok Depan
0,67
Lokasi
Tirtomoyo 0,74
Rata-rata 2
Halaman
Honda
Parkir
Beat
Kampus
Pop
Baik (Good)
110cc Stang
0,90
Motor
1,20 1,19
Tirtomoyo 1,09
Rata-rata 3
Baik (Good)
Halaman
Honda
125cc Tempat
0,53
Parkir
Supra
Duduk/ Jok
0,48
Kampus
X
Depan
0,54
Tirtomoyo 0,52
Rata-rata 4
Halaman
Honda
Parkir
Supra
Kampus
X
Baik (Good)
125cc Stang Motor
2,66 1,21 2,08
Tirtomoyo 1,98
Rata-rata
Dapat diterapkan (Acceptable)
Ket
23
2. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis ( H and Arm Vibration)
Berdasarkan pengukuran getaran mekanis dengan Vibration Meter yang dilakukan pada : Hari,Tanggal
: Selasa, 27 Oktober 2015
Waktu
: 15.30 – 15.60 WIB
Tempat
: Halaman parkir D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Alat
: Vibraton Meter, Rion tipe Riovibro VM-63.
Obyek Ukur
: Motor Honda Beat Pop (110cc) Motor Honda Supra X (125 cc)
Probandus
:Semua Angota Kelompok 5
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Getaran Mekanis Hand Arm Vibration No
Lokasi
Nama
Sumber
Titik
Acceleration
Probandus
Getaran
Pengukuran
(m/s2)
1
Rizqi
20,2
2
Dian
20,6
3 4 5 6
Parkiran Kampus Tirtomoyo
Novita
Honda
Zulfa
Supra
Stang
12,7
Fania
X 125
Motor
15,7
Cristyana
cc
16,3
8
Anisa
16,6
1
Rizqi
8,4
2
Dian
8,1
3
Novita
8,7
5 6
Kampus Tirtomoyo
Zulfa Fania Cristyana
Honda Beat Pop
12
>NAB
12,7
Salahudin
Parkiran
Ket
21,0
7
4
NAB
Stang
8
Motor
7,6 7,5
7
Salahudin
5,8
8
Anisa
8,2
12
24
BAB IV PEMBAHASAN
Pengukuran dilakukan di area parkir kampus Tirtomoyo, Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jebres, Surakarta. Sumber getaran diambil dari kendaraan bermotor yaitu beasal dari sepeda motor. Dimana sepeda motor adalah salah satu mesin yang dijalankan dengan tenaga motor sehingga menimbulkan getaran mekanis. Faktor bahaya fisik tersebut dapat terpapar kepada para pengendara motor dan dapat mempercepat kerusakan pada sepeda motor bila nilai ambang getaran mekanis melibihi ambang batas yang ditentukan. Untuk mengethui apakah intensias getaran mekanis disuatu mesin atau alat mekanik tertentu melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) atau tidak, maka harus dilakukan pengukuran dan perhitungan tingkat getaran mekanis rata-rata yang diterima oleh pekerja. Dalam praktikum yang kami lakukan Kelompok Lima mengukur Hand Arm Vibration (HAV) dan Getaran pada Mesin. Untuk Hand Arm Vibration (HAV) digunakan standar Nilai Ambang Batas (NAB) oleh Permenakertrans RI No.Per 13/MEN/10/2011 tentang NAB faktor fisika dan kimia di tempat kerja. Dan pada Getaran Mesin digunakan standard baku tingkat oleh International Organization for Standardization (ISO) 2372 atau VDI 2056 Standards. Dalam kegiatan praktikum pertama kami menggunakan dua sepeda motor untuk diukur getaran mekanis pada mesin. Pengukuran pertama menggunkanan Sepede motor jenis bebek Honda Supra X, daya mesin 125 cc dan Sepeda motor jenis matic Honda Beat Pop dengan daya 110cc titik pengukuran pada keduanya adalah di tempat duduk atau jok depan dan pada stang sepeda motor. Pengukuran getaran menggunakan alat Vibrtion Meter . Hasil rata-rata yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Honda Supra X 125cc mengasilkan rerata getaran pada jok depan sebesar 0,74 mm/s dan pada stang motor sebesar 1,096 mm/s. Dari hasil tersebut menurut ISO 2372 mesin motor termasuk pada mesin Group M (Medium Machines)
24
25
dan getaran yang dihasilkan dikategorikan pada katgori Baik (Good) dengan batas getaran sampai dengan 1,12 mm/s. 2. Honda Beat Pop X 110cc mengasilkan rerata getaran pada jok depan se besar 0,52 mm/s dan pada stang motor sebesar 1,98 mm/s. Dari hasil tersebut menurut ISO 2372 mesin motor termasuk pada mesin Group M (Medium Machines) dan getaran pada jok depan yang dihasilkan dikategorikan pada katgori Baik (Good) dengan batas getaran sampai dengan 1,12 mm/s sedangkan getaran pada stang sepeda motor dikategorikan pada kategori Dapat diterpakan (Acceptable) dengan kecepatan getaran antara 1.13- 2.80 mm/s Dikegiatan praktikum kedua Kelompok Lima melakukan pengukuran getaran Hand Arm Vibration (HAV) diukur dengan menggunakan alat Vibration Meter. Alat tersebut ditempelkan pada lengan tangan atas probandus yang sedang menggenggam stang sepeda motor dalam keadaan mesin dihidupkan dan digas secara rirmis. Dalam kegiatan kali ini kelompok Lima menggunakan dua motor yang sama seperti kegiatan praktikum pertama. Probandus adalah seluruh anggota Kelompok Lima. Dari praktikum ini di dapatkan hasil sebagai berikut: 1. Honda Supra X 125 cc didapatkan hasil rerata hand arm vibration oleh probandus Rizqi 20,2 m/s2 , Dian 20,6 m/s2 , Novita 21,0 m/s2 , Zulfa 12,7 m/s2, Fania 15,6 m/s2 , Cristyana 12,7 m/s2 , Shalahudin 16,3 m/s2 dan Anisa 16,6 m/s2. Dari hasil tersebut menurut Permenakakertas RI No.Per 13/MEN/10/2011 telah melebihi NAB
yang diperkenankan yaitu sebesar 12 m/s2 dengan waktu pemaparan kurang dari 1 jam. Maka dari itu perlu adanya pengendalian yang dilakukan untuk menurunkan kecepatan getaran pada mesin dan atau dengan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai. 2. Honda Beat Pop 110cc didapatkan hasil rerata rerata hand arm vibration oleh probandus Rizqi 8,40 m/s2 , Dian 8,10 m/s2 , Novita 8,70 m/s2 , Zulfa 8,00 m/s2, Fania 7,60 m/s2 , Cristyana 7,50 m/s2 , Shalahudin 5,80 m/s2 dan Anisa 8,20 m/s2. Dari hasil tersebut menurut Permenakakertas RI No.Per 13/MEN/10/2011 masih
dibawah NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 12 m/s2 dengan waktu pemaparan kurang dari 1 jam.
26
Dari hasil yang kita dapat dan dari hasil perbandingan dengan NAB yang sudah ditentukan menunjukan bahwa untuk nilai abang batas yang di perkenankan adalah senilai 12 m/s2 .Apabila lebih dari 12 m/s 2 maka harus dilakukan pengendalian. Sementara pengukuran hand arm vibration yang di lakukan pada Honda Beat Pop 110cc rata-rata tidak melebihi ambang batas, namun pada Honda Supra X 125cc telah melebihi NAB, hal ini berkaitan dengan jenis motor yang digunakan, atau penegasan agak lebih kencang alha sil nilai pada data lebih tinggi. Dari hasil pengkuran hand arm vibration pada pengukuran Honda Supra X di dapatkan hasil rata-rata yang melibihi NAB sehingga perlu adanya pengendalian yang dilakuan antara lain dengan: 1. Untuk meredam getaran di tangan, dapat mengaplikasikan Stabilizer atau Dumper stang kemudi. 2. Memasang atau mengganti karet grip stang yang lebih tebal dan lebih baik menyerap getaran pada stang motor 3. Memasang Jalu atau sering disebut juga End Grip yaitu logam yang menoncol di ujung stang yang tidak hanya berfungsi sebagai aksesoris tapi juga sebagai peredam getaran dan menambah kenyamanan saat berkendara. Pilih Jalu yang berat agar lebih efektif menyerap getaran. 4. Mengisi lubang pada stang motor dengan mengunakan kain atau busa secar a penuh dan padat untuk menggurangi getaran yang pada stang. 5. Mengurangi getaran pada mesin motor dengan Insulation. 6. Pemeriksaan dan pengencangan baut-baut, kendurnya baut merupakan salah satu penyebab utama getaran pada stang. 7. Melakukan perawatan atau service sepeda motor secara rutin. 8. Menggunakan sarung tangan saat mengendari sepeda motor. Dalam pengukuran intensitas getaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1.
Jenis motor yang digunakan berbeda, antara jenis motor satu dengan yang lain akan beda getaran yang dihasilkan. Juga dipengarui oleh jenis daya mesin.
27
2.
Pada saat pengegasan motor dilakukan kurang ritmis atau tidak konstan sehingga getaran yang dihasilkan tidak tetap.
3.
Kurang telitinya praktikan dalam membaca hasil pengukuran.
4.
Praktikan
yang
kurang
sungguh-sungguh
pada
saat
melakukan
pengukuran. 5.
Kemungkinan praktikan yang kurang tepat dalam penempatan alat, misalnya alat yang ditempelkan pada tempat yang diukur kurang tegak lurus dan terlalu ditekan sehingga mempengaruhi pengukuran.
6.
Keterbatasan waktu saat pengukuran sehingga terkesan terburu-buru saat pengukuran. Setelah dilakukan pengukuran getaran pada mesin ternyata ada yang
melebihi ambang batas atau termasuk dalam kategori kurang Baik (Good ) sampai kategori Berbahaya ( Dangerous)
maka peru diperhatikan hal-hal
berikut : 1.
Memeriksakan atau service mesin sepeda motor secara rutin.
2.
Memeriksa baut-baut pegangan mesinnya yang kemungkinan mesin tersebut bautnya kendur atau tidak kencang hal ini menyebabkan tidak dapat meredam getaran mesin dengan baik.
3.
Memeriksa juga baut-baut bodi, poros lengan ayun, as roda, mur komstir dan sebagainya.
4.
Memeriksa putaran kedua roda. Velg yang tidak presisi juga dapat menyebabkan sepeda motor bergetar.
28
BAB V SIMPULAN SARAN
A. Simpulan
1. Getaran mekanis adalah salah satu faktor berbahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan (Depnaker, 1996) 2. Jenis getaran mekanis dibedakan menjadi dua, yaitu getaran seluruh badan (Whole body vibration) dan Getaran pada lengan ( Hand arm vibration) 3. Nilai Ambang Batas dan Baku Tingkat getaran mekanis tergantung dari jenis getaran yang diukur serta berbeda-beda standar ambang batas yang digunkan: a. Whole body vibration menggunakan standar ambang batas dari ISO 2631 b. Hand Arm Vibration
menggunakan standar nilai ambang batas dari
Permenaker RI No.PER/13/MEN/X/2011 c. Getaran Mesin menggunkan standar kategori getaran berdasarkan ISO 2372 dan VDI 2056. 4. Efek Getaran mekanis dapat berakibat, efek pada jaringan dan terganggunya rangangan reseptor syaraf dalam jaringan. Tiga tingkat efek getaran mekanis: a. Gangguan kenikmatan dalamn bekerja b. Terganggunya tugas dan menjadi cepat lelah c. Bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. 5. Metoda Pengukuran dan Analisis Tingkat Getaran tercantum dalam Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor:
Kep-
49/Menlh/Ii/1996. Pengkuran getaran mekanis menggunakan alat Vibration meter diukur dengan ditempelkan pada media atau btdang yang bergetar secara tegak lurus. Baca hasil pada display ulangi 3 kali untuk mendapatkan nilai rata. Catat hasil dan kemudian bandingkan dan analisis data dengan standar yang ada. 6. Pengndalian getaran mekanik secara umum dapat dilakukan dengan 3 pendekatan: 28
29
a. Mencegah atau mengurangi pemaparan getaran sesuai dengan nilai ambang batas NAB, dengan memperbaiki desain dari sistem suspensi mesin dan melakukan perawatan mesin secara teratur. b. Isolasi terhadap getaran, misal menjauhkan tenaga kerja dari sumber getaran mekanis, menggunakan penyekat atau bantalan peredam, menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan. c. Mengurangi waktu pemaparan dengan rotasi kerja, istirahat kerja 10-15 menit tiap 1 jam kerja B. Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami dan mengetahui dengan benar dalam menggunakan alat ukur Vibration Meter sebelum praktikum dimulai. 2. Sebaiknya prakikan memahami prosedur dan cara kerja pengukuran dengan benar sebelum praktikum dimulai. 3. Sebaiknya pada saat melakukan alat yang digunakan sudah dipastikan dalam kondisi baik dan tidak rusak sehingga mendapatkan hasil yang valid. 4. Pada saat pengukuran hendaknya tidak terlalu menekan Vibration Meter karena dapat mempengarui hasil pengukuran. 5. Menambah alat ukur yang tersedia sehingga semua kelompok dapat melaksanakan praktikum dengan efektif, efisien dan tiak membuang buang waktu. 6. Sebaiknya dilakukan perawatan secara rutin seperti pengecekan baterai dan mengkalibrasi alat sehingga alat tetap dalam keadaan baik saat digunakan sewaktu-waktu.
DAFTAR PUSTAKA
30
A.M. Sugeng Budiono Z, dkk, 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro. Permana, Budi. Pebruari 2007. Inspeksi Kecelakaan Kerja. Majalah Hiperkes XII/2007. Surakarta : CV. Maju Mundur. Suma’mur, 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. Gunung Agung. Suma’mur, 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Sagung Seto. Sumardiyono, S.Km, M.Kes. 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester III.Surakarta : UNS. Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press. Tim Penyusun.2013. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta: Program D.IV Kesehatan Kerja FK UNS. Tim penyusun, 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester III . Surakarta : Program D.IV Kesehatan Kerja.