LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI
NAMA
: NANDA TRISNA MUTHMAINNAH MUTHMAINNAH
NIM
: 4163341039
KELAS
: EKSTENSI B
JURUSAN
: BIOLOGI
PRODI
: PENDIDIKAN BIOLOGI
TGL.PLKSNAAN
: 24 SEPTEMBER 2018
LABORATORIUM BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN
I.
JUDUL
: MENAKSIR KELIMPAHAN POPULASI
II.
TUJUAN
:
1. Mengetahui karakteristik suatu populasi 2. Mengetahui faktor yang menyebabkan kelimpahan populasi 3. Mengetahui faktor yang menyebabkan kelimpahan populasi pada suatu habitat 4. Mengetahui taksiran kelimpahan suatu populasi dengan metode CMR 5. Mengetahui taksiran kelimpahan suatu populasi dengan metode removal
III.
TINJAUAN TEORITIS Kelimpahan Populasi
Tidak semua spesies hewan kelimpahan atau kerapatannya ditentukan dengan metode pencacahan atau pencuplikan. Salah satu cara lain, khususnya yang digunakan terhadap hewan-hewan yang mobilitasnya tinggi ialah yang dinamakan metode mengangkapmenandai-menagkap kembali (MMM : “CMR” atau Capture Merk Recapture). Metode ini dikenal juga sebagai metode (indeks) Petersen-lincoin berdasarkan nama penemuannya. Pada
dasarnya
metode
mengangkap-menandai-menagkap
kembali
merupakan
modifikasi metode pencuplikan, yang mencupliknya dilakukan pada dua periode yang berbeda. Pada periode pertama hewan ditangkap (dicuplik) ditandai lalu dilepas kembali. Setelah hewan-hewan bertanda berbaur lagi dalam populasi pada periode kedua maupun keseluruhannya, interval waktu antara kedua periode pencuplikan itu harus cukup lama agar memberikan peluang pada hewan-hewan bertada berbaur lagi dalam populasi, dalam periode kedua maupun keseluruhannya. Interval waktu antara kedua periode pencuplikan itu harus cukup lama agar memberikan peluang pada hewan-hewan bertanda untuk berbaur namun, tidak pula terlalu lama yang memungkinkan terjadinya pengenceran populasi akibatnya individu baru akibat natalitas dan atau imigrasi. Metode MMM yang akan dipelajari dalam latihan ini hanya bagi populasi tertutup yang dalam hal ini berarti populasi itu (relatif) konstan selama periode pengamatan. ( Tim dosen ekologi hewan,2018 ) Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik
yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi, kerapatan dan kelimpahan populasi. (Odum, 1971) Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bent uk persentase.Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. (Soegianto. 1994) Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam. (Heddy. 1986) Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan .(Tarumingkeng. 1994) Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, cacah predator, dan
sebagainya. Suatu populasi dapat dirubah oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai ekstrim lain besarnya populasi juga dapat mecerminkan ketersediaan beberapa sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi oleh laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi. (Soetjipta, 1993) Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim . (Subahar, 2004) Selain itu, menurut Boror (1954), kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan s umber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Bila mana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjai antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (persaingan intraspesifik). Persaingan dapat terjadi dalam mendapatkan makanan atau ruang. Spesies yang bersaing untuk suatu sumber tertentu tidak perlu saling mengacuhkan. Organisme yang saling mirip cenderung menempati habitat yang sama dan membuat kebutuhan yang sama atas lingkungan serta memodifikasi lingkungan dengan cara yang sama. Persaingan diantara hewan sering kali tidak langsung, karena daya geraknya. Tidaklah umum bagi hewan bersaing untuk sumber yang sama dan melanjutkan permusuhan langsung yang menyebabkan pesaing cedera. Persaingan intraspesifik pada hewan bertambah sering bila populasi berkembang dan rapatannya melebihi tingkat optimal. (Michael. P, 1991)
Kelimpahan dan keanekaragaman serangga herbivora tidak hanya ditentukan oleh tingkat tropik di atasnya, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh tingkat tropik di bawahnya. Untuk mempelajari interaksi tritropik antara tumbuhan, serangga herbivora dan parasitoid perlu diketahui struktur komunitas serangga herbivora dan parasitoidnya pada berbagai jenis
tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komunitas serangga herbivora. ( Hasmiandy Hamid,2012 )
2.2 Metode CMR ( Capture-Mark-Recapture) atau MMM (Menangkap-MenandaiMenangkap Kembali)
Metode MMM merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan. 2. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup. 3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi. 4. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak. Rumus-rumus perhitungan metode MMM, apabila : M : Jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1 n : Jumlah total yang bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2 m : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2 N : Jumlah individu di alam/ dalam populasi Maka harga taksiran kelimpahan populasi (N3 Indeks Peterson-Lincoln) dapat dihitung sebagai berikut :
Apabila nilai M > 30 N =
(+)
Dengan variasi estimasi var. N =
.(−)
Apabila M < 30 digunakan perhitungan berdasarkan rumus-rumus berikut: N =
(+) +1
dan Var.N =
(+)(−) (+1)(+2)
( Tim dosen ekologi hewan,2018 ) Metode removal (pengambilan)
Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil. Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai berikut: Populasi tetap stasioner selama periode penangkapan, Peluang setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan adalah sama. Probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah sama (Ewusie. 1990)
IV.
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT NO
NAMA ALAT
SPESIFIKASI
JUMLAH
1
Stoples
-
3 Buah
2
Sendok
-
1 Buah
3
Stip-ex kuas
-
1 Buah
4
Alat Tulis
-
Secukupnya
SPESIFIKASI
JUMLAH
B. BAHAN NO
NAMA BAHAN
1
Kutu beras
-
10 pasang
2
Tepung beras
-
Secukupnya
V.
PROSEDUR KERJA
NO
PROSEDUR KERJA
1
Isikan tepung beras kedalam stoples sebanyak 100 gram.
2
Masukkan sejumlah 10 pasang kutu beras kedalam toples tersebut
3
Setelah dibiarkan beberapa lama ± 30 menit ( dianggap kutu beras sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru ),ambilah satu sendok tepung beras ( penyendokan dilakukan hingga menyentuh dasar stoples ).
4
Sortir tepung kutu beras yang terikut didalam sendok. Hitunglah jumlahnya dan tandai semua kutu beras yang tertangkap pada bagian punggung dengan menggunakan stip-ex kuas usahakan pemberian tanda tidak mempengaruhi aktivitas kutu beras dan tanda tidak hilang ).
5
Bersama-sama dengan tepung beras yang diambil,lepaskan kembali semua kutu beras yang telah diberi tanda kedalam toples.
6
Biarkan beberapa lama ± 30 menit ( hingga kutu beras yang pernah tertangkap dan tandai membaur dengan kutu beras yang lain ambil kemabli satu sendok tepung beras ( penyendokan dilakukan harus sama perss caranya dengan penyedokan pertama ).
7
Membulakukan penyortiran terhadapa kutu beras,hitung jumlah total kutu beras yang tertangkap. Hitung pula jumlah kutu beras yang bertanda dan yang tidak
8
Isikan data anda kedalam tabel.
9
Taksirlah kelimpahan kutu beras pada stoples berdasarkan data di atas.
10
Hitunglah seluruh kutu beras yang ada pada stoples ( termasuk kutu beras yang tertangkap ).
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN 1) METODE CMR JUMLAH
INDIVIDU
PENANGKAPAN
PADA
JUMLAH INDIVIDU PADA
PERTAMA
PENANGKAPAN KEDUA (
TANGKAP-TANDAI-
JENIS HEWAN
MENANGKAP ULANG )
TOTAL
LEPASKAN DITANGKAP
DILEPASKAN
BERTANDA
TIDAK BERTANDA
KUTU BERAS
7
7
3
4
7
2) METODE REMOVALS NO
PENANGKAPAN
JUMLAH
1
I
6
2
II
4
JUMLAH
10
B. a)
PEMBAHASAN Metode CMR Pertimbangan untuk menaksir suatu populasi hewan dengan menggunakan metode CMR
adalah karena metode ini dianggap paling tepat digunakan khususnya bagi hewan kecil seperti kutu beras dan pada habitat yang tidak terlalu luas (sempit), karena bila pada area yang luas, metode ini akan menjadi susah untuk digunakan. Pada metode ini, hewan yang telah ditangkap akan diberi penanda sehingga kita dapat mengetahui mana hewan yang telah kita tangkap diperiode pertama dengan yang baru kita tangkap. Penandaan tersebut dapat memudahkan kita dalam proses penaksiran kelimpahan populasi. Ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan pada metode ini, yaitu: 1.
Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
2.
Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
3.
Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individuindividu lain didalam populasi.
4.
Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak. Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala ketikan melakukan metode CMR adalah:
1. Adanya kemungkinan tanda yang digunakan tidak dikenali kembali, hilang atau rusak selama periode pengamatan. 2. Tanda yang digunakan mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup hewan. 3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan tidaks dapat berbaur kembali dengan individuindividu lain didalam populasi karena penanda tersebut membuat organisme itu dijauhi sesamanya.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka yang harus sangat diperhatikan adalah proses penandaannya. Penanda yang digunakan harus dapat meminimalisir atau bahkan meniadakan kemungkinan hal buruk yang terjadi selama proses pengamatan. Selain itu, perlakuan pengamat terhadap hewan yang ditangkap dan dilepaskan kembali harus benar-benar baik, hal ini menjaga agar hewan tidak stres dan dapat bergabung kembali dengan sesamanya dihabitat aslinya. Metode CMR merupakan metode yang digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat. Metode ini dikenal,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek ( umumnya satu hari ). Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 1.
Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
2.
Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
3.
Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
4.
Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak.
Berdasarkan data yang telah di peroleh, dapat ditentukan nilai kelimpahannya dengan rumus: N =
M ( n+1 ) m+1
N
= Taksiran jumlah individu populasi
M
=
Jumlah
individu
yang
ditandai
dan
dilepaskan
kembali
pada
periode
pencuplikan yang pertama (t1) m
= Jumlah individu yang bertanda, yang tertangkap kembali pada periode penangkapan kedua (t2)
n
= Jumlah total individu yang tertangkap (yang bertanda maupun yang tidak) pada periode penangkapan yang kedua (t 2)
karena M ≤ 20 maka diperoleh,
M ( n+1 ) = 7 ( 7+1 ) = 56 = 14 m+1 3 +1 4 M ( n+1)( n−m ) SD = ( 3+1 )( n+2 ) 7 ( 7+1)( 7−3) = ( 0 +1)( 7−3 ) 4 ( )( 4 ) = ( ) 4 ( 4) = 156 16
N =
=
√ 98
= 9,89949
NO
PENANGKAPAN
y
x
x.y
x2
1
I
6
6
36
36
2
II
4
10
40
100
JUMLAH
10
16
76
136
Penjelasan dengan metode removal Metode removal dapat menggunakan rumus : a. Metode analisis regresi linier
∑. − ∑ ∑ (∑)−(∑) ∑ – ( ∑ ) a=
b =
b. Metode Singkat y = a + bx
1 N = 1−2 c. Metode grafik 12 10 8 6 4 2 0 6
10
16
Hasil yang didapat dengan menggunakan rumus : a. Metode analisis regresi linier
∑. − ∑ ∑ = 2 ( 36 )–( 16)( 10 ) 72−160 = − = 3.14 (∑)−(∑) 2(36)−( 100) 72−100 −2 ∑ – ( ∑ ) = 10−3.14( 16 ) = -20,12 a= −2
b =
Maka, y = 20.12 + ( 3,14 )(1) y = 23,26 b. Metode Singkat y = a + bx N =
1 = 36 = 36 = 1,125 1−2 36 −4 32
c. Metode grafik
12 10 8 6 4 2 0 6
10
16
Penjelasan grafik tersebut bahwa metode removal pada perlakuan 1 dan 2 mengalami tidak kestabilan. Pada perlakuan x dan y nya sama,tetapi pada perlakuan kedua mengalami x nya 10,y nya 4. Jadi jumlah di x 16 dan di y nya 10. Berdasarkan data yang diperoleh dari teknik Removal,
dapat diperoleh nilai taksiran
kelimpahan populasinya (N) dengan rumus : N =
( Y1 )² Y1−Y2
dimana, : y1 : Jumlah individu yang tertangkap pada periode penangkapan 1 y2 : Jumlah individu yang tertangkap pada periode penangkapan 2 Jadi dapat diketahui bahwa, N =
( Y1 )² = (6)² = 36 = 18 Y1−Y2 6−4 2
b) Metode Removal Dalam penaksiran kelimpahan populasi, salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan metode removal. Pada metode ini, data hasil percobaan dapat diperoleh dengan 3 cara, yaitu: Metode singkat ( short method ), Metode grafik, Analisis regresi linier. Ketiga metode tersebut memiliki perbedaan dalam pemakaian masing-masing. Adapun perbedaan dalam pemakaian metode tersebut adalah: 1. Metode singkat ( short method ) Pada metode ini, hanya membutuhkan datahasil penangkapan dari dua kali periode penangkapan. Bila dilakukan lebih, maka yang digunakan hanya data penangkapan yang pertama dan yang kedua saja. 2. Metode grafik
Metode ini juga digunakan untuk menaksir kelimpahan populasi suatu hewan. Seperti namanya, metode ini disajikan dalam bentuk grafik, dimana sumbu X merupakan jumlah individu tangkapan kumulatif dan sumbu Y merupakan jumlah individu hasil tangkapan pada suatu periode penangkapan. Pada metode ini, tidak dibatasi sampai berapa kali penangkapan, semakin banya maka akan semakin baik karena akan tampak taksiran kelimpahannya di tiap perlakuan dan pembaca dimudahkan untuk mengetahui hasilnya karena tersaji dalam bentuk grafik. 3. Analisis regresi linier Metode ini pada dasarnya mirip dengan metode grafik. Dibandingkan dengan kedua metode lainnya, metode ini adalah metode yang paling akurat karena mengolah data dari tiap penangkapan dan memasukkannya kedalam rumus sehingga diketahui secara akurat data taksiran kelimpahan populasinya. Menurut Maramis (2005), Besarnya kelimpahan populasi kutu beras pada suatu habitat ditentukan oleh adanya menyesuaikan diri dengan kingkungannya. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Iklim,curah hujan dan faktor makanan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup serangga serta mempunyai pengaruh besar pada laju perkembangan populasi serangga. Maka kemungkinan sedikitnya jumlah kutu beras bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua dikarenakan kutu beras masih menyesuaikan diri pada habitatnya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim (Subahar. 2004).
VII. KESIMPULAN
1. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi, kerapatan dan kelimpahan populasi. 2. Kelimpahan populasi sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. 3. Kelimpahan populasi pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. 4. Taksiran kelimpahan populasi pada metode CMR adalah N = 14 dengan standart deviasi 9,8 5. Taksiran kelimpahan populasi kutu beras dengan metode removal adalah sebanyak 18
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung. Penerbit Institut Teknologi Bandung Hamid, Hasmiandy 2012.Struktur komunitas serangga herbivora dan parasitoid pada polong tanaman kacang-kacangan (Fabaceae) di Padang. Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology.Vol 9 No 2. ISSN : 1829-7722 Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi.Jakarta : CV Rajawali Michael,P.1991. Metode
Ekologi
Laboratorium. Jakarta : UI Press
Untuk
Penyelidikan
Ladang
dan
Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan oleh T. Samingan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif .Surabaya : Penerbit Usaha Nasional Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Subahar, T. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu . Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor 2007 Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Tim dosen ekologi hewan.2018. Panduan Praktikum Ekologi Hewan.Medan : FMIPA UNIMED