LAPORAN EKOLOGI HEWAN Monitoring Populasi Invertebrata
”
”
Oleh: Kelas C/ Kelompok 3
Sinta Wulandari
(150210103078) (15021010 3078)
Saiful Nizzam
(150210103085) (15021010 3085)
Arina Firdausi Nur Ardhan
(150210103102) (150210103102)
Vini Sinta Agustine
(150210103105) (150210103105)
Ayu Isnainiatul Hasanah
(150210103109) (15021010 3109)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2018
1
DAFTAR ISI
COVER DAFTAR ISI. ............................................... ....................................................
i
BAB 1. PENDAHULUAN. .................................................... ............................................................................. .........................
1
1.1 Latar Belakang. ................................................ ..........................................
1
1.2 Rumusan Masalah. ................................................... ..................................
2
1.3 Tujuan. ................................................... ....................................................
3
1.4 Manfaat. ................................................. ....................................................
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. .................................................... .................................................................... ................
3
BAB 3. METODE PENGAMATAN. .............................................. ................
7
3.1 Tempat dan waktu Penelitian ..................................................... ..................................................................... ................
7
3.2 Alat dan Bahan ................................................. ..........................................
7
3.3 Desain Percobaan ...................................................... ....................................................................................... .................................
8
3.4 Prosedur Percobaan .................................................. ..................................
9
3.5 Skema Percobaan ...................................................... ....................................................................................... .................................
11
BAB 4 HASIL PENGAMATAN. .................................................... .................................................................... ................
14
BAB 5 PEMBAHASAN. ............................................... ..................................
18
BAB 6 PENUTUP. ................................................ ..........................................
25
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
2
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Serangga adalah salah satu contoh dari hewan Invertebrata yang menduduki spesies terbanyak. Perkembangan dan siklus hidup serangga mengalami tingkat-tingkat
dari yang sederhana sampai kompleks dan bahkan menakjubkan. Aspek yang sangat menarik dari serangga adalah pembagian daur hidup mereka dalam tahap telur, larva, kepompong, sampai tahap dewasa. Serangga juga sangat penting secara ekonomis bagi manusia. Mereka menyerbukkan banyak tanaman, memakan panen, dekomposer seresah, menularkan beberapa penyakit berbahaya, sebagai agen pengendali hama (predator dan parasitoid) dan juga dapat berfungsi sebagai sumber makanan. Bagian-bagian tanaman yang umumnya dimanfaatkan oleh serangga adalah daun, tangkai, ranting maupun batang juga nektar bunga dan cairan batang, selain sebagai mikrohabitat dari masing-masing jenis serangga bagian-bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlindung serta sebagai tempat berkembang biak. Oleh karena itu dalam praktikum kali ini dilakukan monitoring serangga dengan berbagai macam metode. Perangkap serangga adalah tempat atau alat yang digunakan untuk menangkap serangga dengan cara di beri umpan dan menarik perhatian serangga tersebut, Umumnya serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu. Serangga tentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah. Dalam praktikum ini dilakukan monitoring terhadap serangga dengan metode diantaranya adalah sweep net, beating trays, pitfall traps, dan sticky traps. Tujuan dari dilakukannya perbedaan metode antara lain untuk un tuk mengetahui metode yang paling efektif untuk u ntuk proses penangkapan serangga.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja masing-masing teknik monitoring serangga ? 2. Bagaimana hubungan antara hasil monitoring serangga dengan teknik yang digunakan ? 3. Bagaimana kecenderungan serangga dalam hal toleransi gelombang warna pada teknik sticky traps ? 4. Teknik apakah yang paling sesuai untuk monitoring serangga ? 5. Bagaimana pengaruh faktor abiotic terhadap monitoring serangga ? 1.3 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui prinsip kerja masing-masing teknik monitoring serangga 2. Untuk mengetahui hubungan antara hasil monitoring serangga dengan teknik yang digunakan 3. Untuk mengetahui kecenderungan serangga dalam hal toleransi gelombang warna pada teknik sticky traps 4. Untuk mengetahui teknik yang paling sesuai untuk monitoring serangga 5. Untuk mengetahui pengaruh faktor abiotic terhadap monitoring serangga 1.4 Manfaat Praktikum
1. Mengetahui prinsip kerja masing-masing teknik monitoring serangga 2. Mengetahui hubungan antara hasil monitoring serangga dengan teknik yang digunakan 3. Mengetahui kecenderungan serangga dalam hal toleransi gelombang warna pada teknik sticky traps 4. Mengetahui teknik yang paling sesuai untuk monitoring serangga 5. Mengetahui pengaruh faktor abiotic terhadap monitoring serangga
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman hayati dalam suatu agroekosistem sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Adanya diversitas dalam suatu agroekosistem menyebabkan terjadi interaksi antara serangga fitofagous dan seranggaentomofagous sehingga dapat menjaga stabilitas agroekosistem (Alimudddin,1993). Populasi serangga pada ekosistem bersifat dinamis dan berfluktuasi pada garis keseimbangan populasi. Tingkat populasi serangga hama akan berpengaruh terhadap tingkat kerusakan
tanaman.
Meningkatnya
populasi
spesies
hama
tertentu
dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi sehingga memungkinkan status spesies hama tersebut berubah dari hama kurang penting menjadi hama penting Kelimpahan populasi merupakan istilah yang mendeskripsikan jumlah suatu individu yang mendiami suatu tempat dalam hubungannya terhadap ukuran area tersebut. Ada dua faktor yang memengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan berkembang biak yang
dipengaruhi oleh natalitas dan fekunditas, sex rasio antara serangga jantan dan betina, sifat mempertahankan diri, siklus hidup, dan umur imago, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor temperatur, kelembapan, cahaya, warna, bau, angin, makanan, ruang, dan faktor hayati/ musuh alami (Sianipar,2015) Invertebrata adalah jenis hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau tulang punggung dan paling beragam hampir 95% dari populasi hewan di bumi. Komposisi dan karakter dari suatu komunitas invertebrata merupakan indikator yang cukup baik untuk menunjukkan keadaan dimana komunitas tersebut berada. (Lutfhi,2017) Di samping itu, akan terjadi dominasi suatu suatu jenis serangga terhadap serangga lainnya, karena di dalam ekosistem banyak mekanisme alami yang bekerja secara efektif dan efisien. Kondisi ekologi yang ada berpengaruh terhadap kehadiran organisme (Soesanthy,2011) Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hamper 80% dari jumlah hewan yang ada di permukaan bumi (Borror, 1987). Dengan demikian sangatlah beralasan bahwa serangga berhasil dalam
5
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, dengan kapasitas reproduksi yang tinggi, jenis makanan yang bervariasi dan kemampuan adaptasi yang tinggi (Kalshoven, 1981). Serangga dapat hidup dalam sebuah ekosistem pertanian secara berkelanjutan, karena pada ekosistem ini serangga dapat memperolah makanan yang cukup (Hakim,2016) Kegiatan monitoring merupakan kegiatan pengumpulan data dan analisis data hasil observasi terhadapa suatu populasi secara berulang untuk mengetahui perubahan kondisi(
struktur,
komposisi,
dan
keanekaragaman)
populasi
species
yang
dibandingkan dengn konsis sebelumnya atau dengan populasi spesises ditempat lain. (Gunawan, 2015) ada beberapa metode yang diketahui sebagai bagian dari monitoring populasi yaitu pitfall trap,beating trays, sweep net dan juga sticky trap. Pifall trap Pitfall trap adalah metode self-sampling yang banyak dilakukan untuk mengumpulkan arthropoda tanah yang tinggal dalam studi ekologi dan faunistic. Pitfall trap diperkenalkan oleh Barber (1931) dan pada umumnya metode ini terdiri dari cangkir diisi dengan pembunuhan dan cairan yang mengisinyasesuai dengan ketetapkan, dan masuknya ujung cangkir kedalam tepian tanah. (Balogh, 1958). Jadi mengatur, perangkap ini dapat digunakan untuk menangkap dan menentukan kepadatan aktivitas arthropoda aktif permukaan, seperti laba-laba dan tanah kumbang. Pitfall trap banyak digunakan karena mereka mudah untuk menangani dan murah. Selain itu, biasanya tinggi individu dan spesies dapat ditangkap, kemungkinan besar dapat dianalisis. (Siewers,2014) Sticky trap Ketertarikan serangga terhadap warna merupakan perilaku serangga di alam. Pendekatan terhadap perilaku serangga dapat dijadikan acuan dasar penelitian. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberi daya tarik serangga terhadap warna. Salah satunya adalah dengan memasang kertas warna-warni (sticky trap) yang diberikan perekat. Metode ini memanfaatkan kertas atau bagian lembar berwarna warni. Warna media yang digunakan harus dapat memberi pantulan cahaya atau adanya zat penarik Ketertarikan serangga terhadap warna disebabkan pemantulan
6
cahaya kesegala arah dan banyak serangga pemakan tumbuhan menanggapi positif pola pantulan cahaya dari tanaman inang, dan tanggapan ini bisa sangat spesifik. Menurut Prokopy dan Owens (1983) dalam Blackmer et al., (2008) substrat yang memantulkan cahaya secara maksimal antara 500 dan 580 nm. Ketertarikan serangga terhadap warna kuning cenderung lebih tinggi dapat disebabkan adanya kemiripan warna polen bungan menjelang masak. Warna kuning akan memberikan stimulus terkait dengan perubahan warna pada tanaman menjelang bergunga dan pemasakan buah, dimana reflektasi maksimal dari spectrum yang terpantau oleh serangga (Hakim,2017) Beating tray Metode
beating
tray
biasanya
digunakan
ketika
akan
mengambil
sampling/monitoring populasi pada daerah vegetasi yang lebih tinggi, dari ketinggian 1,5 sampai 2,0 meter.dan akan dikumpulkan pada nampan ketika species yang ada dipohon jatuh. Bahan yang biasa digunakan yaitu tongkat kayu, nampan/atau berupa papan. Biasanya species yang ditargetkan yaitu species yang ada pada vegetasi dan bunga yang lebih tinggi (Vincent 2013) Sweep net pengamatan dengan menggunakan jala serangga (insect net). Metode ini disebut juga dengan metode jala ayun (sweeping). Kain jala serangga harus menggunakan kain yang lunak, supaya tidak merusak sayap dari kupu-kupu. Diameter dari jala tersebut ± 30 cm dan panjang tangkainya ± 1,5-3 m ( Makhzuni,2013) ekologi vegetasi dari beberapa lokasi sampling kebanyakan ditemukan adalah semut, Semut merupakan jenis serangga yang memiliki populasi cukup stabil sepanjang musim dan tahun. Jumlahnya yang banyak dan stabil membuat semut menjadi salah satu koloni serangga yang penting di ekosistem. Oleh karena jumlahnya yang berlimpah, fungsinya yang penting, dan interaksi yang komplek dengan ekosistem yang ditempatinya, semut seringkali digunakan sebagai bioindikator dalam program penilaian lingkungan, seperti kebakaran hutan, gangguan
7
terhadap vegetasi, penebangan hutan, pertambangan, pembuangan limbah, limbah, dan faktor penggunaan laha (yuniar,2015).
8
BAB 3. METODE PENGAMATAN 3.1
Tempat, Hari dan Waktu Penelitian
Praktikum dilakukan pada dua lokasi yaitu : 1. Taman Agrotek Jubung : Hari
: Sabtu
Tanggal : 28 April April 2018 Waktu
: 06.00 WIB - selesai
2. Kampus Universitas Jember : Hari
: Minggu
Tanggal : 29 April April 2018 Waktu 3.2
: 07.00 WIB - selesai
Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
a. Penggaris b. Alat tulis c. Cetok d. Higrometer e. Soil tester f. Lux meter g. Gunting h. Cutter i. Palu j. Sweep Net k. Beating Tray 3.2.2 Bahan
a. Tanah halaman b. Pohon c. Berbagai jenis tanaman d. Kertas label
9
e. Kertas HVS f. Plastik g. Gelas capcin h. Kawat i. Map mika warna merah, kuning, hijau j. Paku k. Alkohol l. Formalin m. Lem perekat 3.3
Desain Percobaan 3.3.1 Sweep net
3.3.2 Beating Tray
10
3.3.3 Sticky Trap
3.3.4 Pit Fall
11
3.4
Prosedur Percobaan
1. Taman Agrotek Jubung
Beating Tray
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan b. Memilih 3 tanaman untuk penangkapan serangga c. Meletakkan beating tray dibawah semak-semak pohon d. Menggoyah-goyahkan pohon hingga serangga berjatuhan e. Mengumpulkan serangga-serangga yang jatuh ke dalam plastik f. Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan g. Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
Sweep net
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan b. Mencari daerah yang mungkin banyak terdapat serangga c. Menangkap serangga dengan menggunakan sweep net dengan cara mengangkatnya ke atas hingga serangga tertangkap d. Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan e. Mengidentifikasi serangga yang diperoleh 2. Kampus Universitas Jember
Beating Tray
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan b. Memilih 3 tanaman untuk penangkapan serangga c. Meletakkan beating tray dibawah semak-semak pohon d. Menggoyah-goyahkan pohon hingga serangga berjatuhan e. Mengumpulkan serangga-serangga yang jatuh ke dalam plastik f. Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan g. Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
Sweep net
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan b. Mencari daerah yang mungkin banyak terdapat serangga
12
c. Menangkap serangga dengan menggunakan sweep net dengan cara mengangkatnya ke atas hingga serangga tertangkap d. Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan e. Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
Sticky Trap
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan b. Memaku pohon dengan menggunakan palu c. Menggantungkan masing-masing sticky trap pada pohon dengan letak yang berbeda d. Memberi lem pada bagian permukaan sticky trap e. Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan f. Membiarkannya selama 24 jam g. Megidentifikasi serangga yang menempel pada sticky trap
Pit Fall
a. Menggali tanah dengan kedalaman 15-20 cm sesuai dengan gelas plastik yang digunakan b. Mengisi gelas plastik dengan alkohol dan formalin c. Meletakkan gelas plastik ke dalam lubang yang telah digali d. Menutupi gelas plastik dengan serasah e. Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan f. Membiarkannya selama 24 jam g. Mengidentifikasi serangga yang terperangkap didalaam gelas plastik 3.5
Skema Alur Percobaan a. Beating Tray
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Memilih 3 tanaman untuk penangkapan serangga
13
Meletakkan beating tray dibawah semak-semak pohon
Menggoyah-goyahkan pohon hingga serangga berjatuhan
Mengumpulkan serangga-serangga yang jatuh ke dalam plastik
Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan
Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
b.
Sweep Net
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Mencari daerah yang mungkin banyak terdapat serangga
Menangkap serangga dengan menggunakan sweep net dengan cara mengangkatnya ke atas hingga serangga tertangkap
Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan
Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
c.
Sticky Trap
Menyiapkan alat yang akan digunakan
14
Memaku pohon dengan menggunakan palu
Menggantungkan masing-masing sticky trap pada pohon dengan letak yang berbeda Memberi lem pada bagian permukaan sticky stick y trap
Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan
Membiarkannya selama 24 jam
Mengidentifikasi serangga yang menempel pada sticky trap
d.
Pit Fall
Menggali tanah dengan kedalaman 15-20 cm sesuai dengan gelas plastik yang digunakan
Mengisi gelas plastik dengan alkohol dan formalin
Meletakkan gelas plastik ke dalam lubang yang telah digali
Menutupi gelas plastik dengan serasah
Mengukur faktor abiotik dengan 3 kali pengulangan
Membiarkannya selama 24 jam 15
Mengidentifikasi serangga yang terperangkap di gelas plastik
BAB 4. HASIL PENGAMATAN
Beating tray Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
N
Std. Error Mean
Std. Deviation
jumlahlokasi1 jumlahlokasi 1
2.0000
15
1.81265
.46803
jumlahlokasi2 jumlahlokasi2
3.6000
15
4.77793
1.23366
Deskripsi: Berdasarkan tabel deskriptif statistik dapat dilihat bahwa (N) yang terdapat pada lokasi pertama dan lokasi 2 yakni 15. Jumlah serangga lokasi 1 memiliki Mean 2,000, Std. Deviation 1.81265, dan Std. Error Mean 0.46803. Sedangkan, jumlah serangga lokasi 2 memiliki Mean 3.6000, Std. Deviation Deviation 4.77793, dan Std. Error Mean Mean 1.23366. Jika dilihat dari dari Std. Deviation, Std. Error Mean dan Mean, lokasi 2 lebih besar dibandingkan dengan lokasi 1 Paired Samples Correlations
N Pair 1
jumlahlokasi1 jumlahlokasi1 & jumlahlokasi2 jumlahlokasi2
Correlation 15
Sig.
.536
.039
16
Deskripsi: Lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki jumlah serangga (N) 15 dengan correlation 0.536 dan sig. 0,039. Hubungan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga memiliki hubungan yang tinggi karena signifikasinya 0,039<0,05 yang artinya terdapat hubungan secara signifikan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Pair 1
jumlahlokasi1 jumlahlokasi1 jumlahlokasi2 jumlahlokasi2
-1.60000
Std. Deviation 4.10226
Std. Error Mean 1.05920
95% Confidence Interval of the Difference Lower -3.87176
Upper .67176
t -1.511
df
Sig. (2-tailed) 14
Deskripsi: Data dikatakan signifikan apabila ≤ 0.01 dan tidak signifikan apabila >0.05. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan uji T (t= 1.511; df=14; sig.=0.153). Signifikasi yang didapat 0.153>0.05 sehingga dari data dapat diketahui bahwa lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga tidak berbeda secara signifikan dengan metode Beating Tray.
17
.153
Sweep Net Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
N
Std. Error Mean
Std. Deviation
jumlahlokasi1 jumlahlokasi 1
3.4667
15
2.82506
.72943
jumlahlokasi2 jumlahlokasi2
1.2000
15
1.37321
.35456
Deskripsi: Berdasarkan tabel deskriptif statistik dapat dilihat bahwa (N) yang terdapat pada lokasi pertama dan lokasi 2 yakni 15. Jumlah serangga lokasi 1 memiliki Mean 3.4667, Std. Deviation 2.82506, dan Std. Error Mean 0.72943. Sedangkan, jumlah serangga lokasi 2 memiliki Mean 1.2000, Std. Deviation Deviation 1.37321, dan Std. Error Mean Mean 0.35456. Jika dilihat dari dari Std. Deviation, Std. Error Mean dan Mean, lokasi 1 lebih besar dibandingkan dengan lokasi 2
Paired Samples Correlations
N Pair 1
jumlahlokasi1 jumlahlokasi1 & jumlahlokasi2 jumlahlokasi2
Correlation 15
Sig.
.619
.014
18
Deskripsi: Lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki jumlah serangga (N) 15 dengan correlation 0.619 dan sig. 0.014. Hubungan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga memiliki hubungan yang tinggi karena signifikasinya 0.014<0,05 yang artinya terdapat hubungan secara signifikan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Pair 1
jumlahlokasi1 jumlahlokasi1 jumlahlokasi2 jumlahlokasi2
2.26667
Std. Deviation 2.25093
Std. Error Mean .58119
95% Confidence Interval of the Difference Lower 1.02015
Upper 3.51319
t 3.900
df
Sig. (2-tailed) 14
Deskripsi: Data dikatakan signifikan apabila ≤ 0.01 dan tidak signifikan apabila >0.05. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan uji T (t= 3.900; df=14; sig.=0.002). Signifikasi yang didapat 0.002<0.05 sehingga dari data dapat diketahui bahwa lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga berbeda secara signifikan dengan metode sweep net.
19
.002
BAB 5. PEMBAHASAN
Pada praktikum Ekologi Hewan kali ini akan melakukan Monitoring Populasi Serangga, yang memiliki tujuan yaitu mengenal beberapa teknik monitoring populasi hewan serangga, mengetahui perbedaan populasi serangga di dua lokasi berbeda dan dapat melakukan kegiatan monitoring populasi hewan serangga pada suatu ekosistem di sekitarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat dua lokasi yang berbeda untuk digunakan sebagai tempat praktikum yaitu UPT Agrotechnopark Jubung dan di Universitas Jember. Sedangkan teknik-teknik monitoring yang digunakan ada 4 macam yaitu sweep yaitu sweep net , beating trays, trays, sticky traps dan pitfall dan pitfall traps. traps. Saat melakukan teknik monitoring populasi serangga, di masing-masing lokasi juga perlu diukur faktor abiotiknya seperti pH dan kelembapan tanah, intensitas cahaya, kelembapan udara dan sebagainya, hal ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan faktor abiotik di kedua lokasi tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap jumlah serangga yang didapatkan. Serangga memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem, tidak hanya sebagai kelas terbesar dari filum artropoda, tetapi juga kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan ekosistem yang dinamis dan kurang stabil. Di samping itu, akan terjadi dominasi suatu suatu jenis serangga terhadap serangga lainnya, karena di dalam ekosistem banyak mekanisme alami yang bekerja secara efektif dan efisien (Soesanthy dan Iwa, 2011). Menurut Rostaman dkk (2003) menyatakan bahwa monitoring serangga merupakan langkah yang penting dalam pengendalian serangga hama, karena keberadaan dan tingkat populasi serangga dapat diketahui
dengan
pasti.
Untuk
itu,
dibutuhkan
sarana
monitoring
dengan
menggunakan umpan ( food food lure) lure) atau feromon. Masing-masing keempat teknik tersebut memiliki perbedaan dalam menjebak atau menangkap serangga. Teknik yang pertama adalah sweep adalah sweep net (jaring serangga) , , teknik ini digunakan untuk memudahkan dalam menangkap serangga misalnya kupukupu ataupun serangga lain yangterbang di udara. Langkah-langkah praktikum sweep praktikum sweep net (jaring serangga) yang dilakukan dengan cara mengayunkan jaring di udara di
20
tempat yang terdapat serangga , dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan, khususnya bagi serangga yang terbang cepat. Kedua dapat juga menyapukan di sekitar tanaman yang sering dihinggapi oleh serangga misalnya seperti lebah, di sini akan diperoleh jumlah dan jenis serangga yang relatif kecil. Jaring serangga ( sweep sweep net ) lebih sesuai digunakan untuk menangkap seranggaserangga yang menempel atau terdapat pada tanaman-tanaman ataupun di tempattempat tergolong memiliki populasi serangga yang relatif banyak. Selanjutnya adalah teknik Beating trays. Metode ini dilakukan untuk menangkap berbagai spesies serangga yang hidup di semak dan pohon, biasanya didapatkan hewan laba-laba dan semu. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali yaitu pada pohon yang berbeda-beda. Langkah metode ini dilakukan dengan cara pohon dipukul/digoyangkan dan dibawahnya akan dibentangkan kain untuk menampung serangga yang jatuh. Sampel yang diperoleh dimasukan ke dalam kantong plastik bening dan diberi label untuk menandai sampel tersebut berasal pohon ke berapa. Setelah proses pencuplikan selesai organisme yang tercuplik dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi melalui kajian literatur. Pitfall traps atau perangkap jebak adalah piranti yang biasanya digunakan untuk menangkap serangga penggali tanah atau aktif di sekitar tanah seperti rayap, kumbang ataupun serangga-serangga lain yang mempunyai mobilitas di atas tanah. Perangkat
jebakan
dibuat
dengan menggunakan m enggunakan
gelas plastic
yang
dibenamkan di dalam tanah, permukaan tanah sejajar dengan ujung atas gelas plastik yang berisi cairan alkohol. Pitfall alkohol. Pitfall traps ini dilakukan selama 24 jam. Kemudian sticky traps. Sticky traps
adalah perangkap serangga yang
dirancang berdasarkan prefensi serangga terhadap suatu warna tertentu. Warna yang digunakan adalah merah, kuning dan hijau. Sebelumnya harus menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk sticky untuk sticky traps yaitu map berwarna yang sudah dipotong dengan ukuran 25x25 cm kemudian diberikan kawat agar memudahkan untuk digantung/diletakkan di pohon. Lalu alat yang telah disiapkan (map berwarna), digantung di satu pohon dengan posisi yang berbeda-beda. Setiap map tersebut selanjutnya akan diberi lem agar serangga dapat terperangkap. Perbedaan map
21
berwarna ini bertujuan untuk mengetahui warna manakah yang paling banyak disukai/didatangi oleh serangga. Sticky trap ini trap ini dilakukan selama 24 jam. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan terdapat 2 teknik saja yang berhasil diterapkan untuk mendapatkan serangga yaitu teknik sweep net dan beating trays. Teknik sweep Teknik sweep net di di lokasi 1 (Kebun Agrotek Jubung) diperoleh kupu-kupu ( Leptosia Leptosia nina), nina), kupu-kupu warna-warni ( Dellias Dellias hyparete) hyparete) dan di lokasi 2 (area stadion universitas jember) diperoleh belalang coklat ( Melanopus Melanopus differentialis), differentialis), belalang kayu (Valanga (Valanga nigricornis) nigricornis) dan lebah madu ( Apis Apis dorsata), dorsata), dapat diamati bahwa kebanyakan spesies serangga yang berhasil ditangkap dengan teknik sweep teknik sweep net adalah serangga yang memiliki kemampuan untuk terbang sehingga untuk memudahkan penangkapan tersebut dapat menggunakan jaring sweep (sweep net ). ). Sedangkan teknik beating trays di lokasi 1 didapatkan serangga dengan spesies semut hitam ( Achantholyda Achantholyda erythrocephala) erythrocephala) dan kupu-kupu (Scripophaga (Scripophaga praelata) praelata) dan di lokasi 2 didapatkan semut hitam ( Achantholyda Achantholyda erythocephala) erythocephala) dan tomcat ( Paedarus Paedarus littoralis), littoralis), terdapat jenis serangga yang tidak mampu terbang di mana biasanya bersarang pada pohon-pohon tertentu sehingga penggunaan teknik beating trays ini sangat efektif untuk menangkap jenis hewan-hewan tersebut. Pada teknik sticky traps terdapat 3 warna yang digunakan dalam praktikum yakni merah, kuning dan hijau. Dari ketiga jenis warna tersebut, dalam praktikum kami tidak ada yang dapat menjebak atau menangkap serangga. Hal ini dapat dimungkinkan karena banyak hal, salah satunya adalah letak dari sticky dari sticky traps tersebut dan juga bisa disebabkan oleh faktor abiotik dan lain sebagainya. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sihombing dkk (2013) menjelaskan bahwa perangkap warna kuning berbeda nyata n yata dengan perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan perangkap warna kuning lebih efektif dalam memonitoring dan mengendalikan serangga. Dan juga perangkap warna kuning lebih kontras dan mengkilap, sehingga serangga lebih mudah tertarik, dibandingkan dengan jenis perangkap warna lainnya. Hal ini sesuai juga dengan pernyataan Nurjannah (2008) yang menyatakan bahwa warna kuning memiliki panjang gelombang 610 nm, warna hijau memiliki panjang
22
gelombang 510 nm, warna biru memiliki panjang gelombang 460 nm. Sehingga warna kuning seharusnya mampu menangkap lebih banyak serangga. Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Karo-karo dkk (2014) menyatakan bahwa sticky traps berwarna kuning sangat efektif dalam pengendalian hama serangga. Mereka menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky perangkap sticky trap trap kuning berbeda nyata diantara semua perlakuan sedangkan interaksinya berbeda sangat nyata pada semua perlakuan pula. Metode beating tray dan sweep net dilakukan pada 2 lokasi berbeda. Dimana metode beating tray merupakan metode penangkapan serangga dengan mengganggu serangga yang hinggap pada suatu tumbuhan dengan cara memukul atau menggetarkan serangga tersebut dengan memukul batang pohon, sehingga serangga yang menempel pada pohon tersebut jatuh di atas kain yang merupakan wadah untuk serangga tersebut . penangkapan serangga dengan menggunakan jaring serangga (sweeping net). Penggunaan jaring ini bertujuan agar penangkapan serangga lebih mudah dengan harapan serangga yang terambil lebih banyak jumlahnya dari penangkapan dengan cara manual. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda dengan menggunakan 2 metode tersebut, didapatkan hasil dimana pada lokasi 1 (Jubung ) didapatkan jumlah serangga 30 dengan menggunakan metode beating tray dan 52 serangga dengan metode sweep net. Sedangkan pada lokasi 2 (Kampus) didapatkan hasil jumlah serangga 54 dengan metode beating tray dan 18 serangga dengan metode sweep net. Jika dilihat dari hasil tersebut lokasi 1 yang memiliki hasil tangkapan paling banyak yaitu 82 serangga dengan menggunakan 2 metode tersebut. Berdasarkan hasil analisis Paired Samples Statistics pada metode beating tray, didapatkan (N) yang terdapat pada lokasi pertama dan lokasi 2 yakni 15. Jumlah serangga lokasi 1 memiliki Mean 2,000, Std. Deviation 1.81265, dan Std. Error Mean 0.46803. Sedangkan, jumlah serangga lokasi 2 memiliki Mean
3.6000, Std.
Deviation 4.77793, dan Std. Error Mean 1.23366. Jika dilihat dari Std. Deviation, Std. Error Mean dan Mean, lokasi 2 lebih besar dibandingkan dengan lokasi 1. Sedangkan pada metode sweep net, didapatkan (N) yang terdapat pada pad a lokasi pertama dan lokasi
23
2 yakni 15. Jumlah serangga lokasi 1 memiliki Mean 3.4667, Std. Deviation 2.82506, dan Std. Error Mean 0.72943. Sedangkan, jumlah serangga lokasi 2 memiliki Mean 1.2000, Std. Deviation 1.37321, dan Std. Error Mean 0.35456. Jika dilihat dari Std. Deviation, Std. Error Mean dan Mean, lokasi 1 lebih besar dibandingkan dengan lokasi 2. Jika dihitung Mean pada lokasi 1 dengan metode beating tray dan sweep net didapatkan jumlah mean 5.4667. Sedangkan Jika dihitung Mean pada lokasi 2 dengan metode beating tray dan sweep net didapatkan jumlah mean 4.8. Jadi kesimpulannya lokasi 1 yang memiliki mean lebih besar dibandingkan lokasi 2 terhadap jumlah serangga dengan 2 metode penangkpan tersebut, artimya lokasi 1 yang memiliki rata – rata rata jumlah penangkapan serangga yang lebih banyak dibandikan lokasi 2. Berdasarkan hasil analisis Paired Samples Correlations, pada metode beating tray lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki jumlah serangga (N) 15 dengan correlation 0.536 dan sig. 0.039. Hubungan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga memiliki hubungan yang tinggi karena signifikasinya 0,039<0,05 yang artinya terdapat hubungan secara signifikan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga. Sedangkan pada metode sweep net, lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki jumlah serangga (N) 15 dengan correlation 0.619dan sig. 0.014. Hubungan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga memiliki hubungan yang tinggi karena signifikasinya 0.014<0,05 yang artinya terdapat hubungan secara signifikan antara lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga. Berdasarkan hasil analisis Paired Sample Test , didapatkan hasil uji T (t= 1.511; df=14; sig.=0.153). Signifikasi yang didapat 0.153>0.05 sehingga dari data dapat diketahui bahwa lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga tidak berbeda secara signifikan dengan metode beating tray dan didapatkan uji T (t= 3.900; df=14; sig.=0.002). Signifikasi yang didapat 0.002<0.05 sehingga dari data dapat diketahui bahwa lokasi 1 dan lokasi 2 terhadap jumlah serangga berbeda secara signifikan dengan metode sweep net. Jadi kesimpulannya metode sweep net lah yang memliki pengaruh secara signifikan terhadap julah serangga pada lokasi 1 dan lokasi 2. Pada praktikum ini juga dilakukan pengukuran faktor – faktor – faktor abiotik. Faktor pertama yang diukur adalah ph tanah dan kelembaban tanah dengan menggunakan men ggunakan ph
24
meter, faktor kedua adalah suhu dan kelembaban udara yang diukur menggunakan termohigrometer, faktor ketiga yang diukur adalah intensitas cahaya yang diukur menggunakan luxmeter, adapun faktor terakhir yang diukur adalah kecepatan angin yang diukur menggunakan anemometer. Faktor abiotik yang mempengaruhi hasil tangkapan serangga, meliputi intensitas cahaya, pH tanah, Rh tanah, Rh.udara, Kecepatang angin, dan juga suhu. Kelimpahan serangga berhubungan erat dengan perbandingan antara kelahiran dan kematian pada suatu waktu tertentu. Kelahiran dipengaruhi antara lain oleh cuaca, makanan dan taraf kepadatannya. Kematian terutama dipengaruhi oleh cuaca dan musuh alami. Kepadatan dapat mengakibatkan emigrasi yang dapat berarti sebagai kurangnya individu di suatu lokasi yang dianggap suatu kematian. Cuaca berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian, secara tidak langsung cuaca mempengaruhi hama melalui pengaruhnya terhadap kelimpahan organisme lain termasuk musuh alaminya. Organisme, khususnya serangga mempunyai daya menahan pengaruh faktor lingkungan fisik sehingga menjadi kebal. Organisme serangga dapat mengatasi keadaan yang ekstrem berupa adaptasi yang berhubungan dengan faktor genetis atau penyesuain yang ifatnya fisiologis. Serangga sesuai dengan sifatnya mempunyai kemampuan meyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi karena serangga juga mempunyai sayap, serangga dapat pindah menghindari tempat yang ekstrim mencari tempat yang lebih sesuai. Faktor cuaca dapat mempengaruhi segala sesuatu dalam sistem komunitas serangga anatara lain fisiologi, perilaku, dan ciri – ciri – ciri ciri biologis lainnya baik langsung maupun tidak langsung. Faktor cuaca dapat dipisahkan menjadi unsur - unsur cuaca: suhu, kelembaban, cahaya dan pergerakan udara/angin. Berdasarkan hasil praktikum, yang paling mempengaruhi hasil penangkapan serangga yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembapan, dan kecepatan angin. Intensitas cahaya, karena aktivitas serangga dipengarui oleh responya terhadap cahaya sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan distribusi lokalnya. Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan tahan kehidupannya
25
serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya.
Suhu,
karena
secara
garis
besar
suhu
berpengaruh
pada
kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya dari serangga itu sendiri. Kelembapan, karena kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem.
26
BAB 6. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan 1. Langkah-langkah praktikum sweep praktikum sweep net (jaring serangga) yang dilakukan
dengan cara mengayunkan jaring di udara di tempat yang terdapat serangga , dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan, khususnya bagi serangga yang terbang cepat. Kedua dapat juga menyapukan di sekitar tanaman yang sering dihinggapi oleh serangga misalnya seperti lebah, di sini akan diperoleh jumlah dan jenis serangga yang relatif kecil. Jaring serangga ( sweep sweep net ) lebih sesuai digunakan untuk menangkap serangga-serangga yang menempel atau terdapat pada tanaman-tanaman ataupun di tempat - tempat tergolong memiliki populasi serangga yang relatif banyak. Beating trays. Langkah metode ini dilakukan dengan cara pohon dipukul/digoyangkan dan dibawahnya akan dibentangkan kain untuk menampung serangga yang jatuh. Sampel yang diperoleh dimasukan ke dalam kantong plastik bening dan diberi label untuk menandai sampel tersebut berasal pohon ke berapa. Setelah proses pencuplikan selesai organisme yang tercuplik dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi melalui kajian literatur. Pitfall traps atau perangkap jebakan. Perangkat jebakan dibuat dengan menggunakan gelas plastic yang dibenamkan di dalam tanah, permukaan tanah sejajar dengan ujung atas gelas plastik yang berisi cairan alkohol. Pitfall traps ini dilakukan selama 24 jam. Sticky traps adalah perangkap serangga yang dirancang berdasarkan prefensi serangga terhadap suatu warna wa rna tertentu. Warna yang digunakan
adalah
merah,
kuning
dan
hijau.
Sebelumnya
harus
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk sticky untuk sticky traps yaitu map berwarna yang sudah dipotong dengan ukuran 25x25 cm kemudian diberikan kawat agar memudahkan untuk digantung/diletakkan di pohon. Lalu alat yang telah disiapkan (map berwarna), digantung di satu pohon
27
dengan posisi yang berbeda-beda. Setiap map tersebut selanjutnya akan diberi lem agar serangga dapat terperangkap. Perbedaan map berwarna ini bertujuan untuk mengetahui warna manakah yang paling banyak disukai/didatangi oleh serangga. Sticky trap ini trap ini dilakukan selama 24 jam. 2. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan terdapat 2 teknik saja yang
berhasil diterapkan untuk mendapatkan serangga yaitu teknik sweep teknik sweep net dan beating trays. Teknik sweep Teknik sweep net di di lokasi 1 (Kebun Agrotek Jubung) diperoleh kupu-kupu ( Leptosia Leptosia nina), nina), kupu-kupu warna-warni ( Dellias Dellias hyparete) hyparete) dan di lokasi 2 (area stadion universitas jember) diperoleh belalang coklat ( Melanopus Melanopus differentialis), differentialis), belalang kayu (Valanga (Valanga nigricornis) nigricornis) dan lebah madu ( Apis Apis dorsata), dorsata), dapat diamati bahwa kebanyakan spesies serangga yang berhasil ditangkap dengan teknik sweep net adalah serangga yang memiliki kemampuan untuk terbang sehingga untuk memudahkan penangkapan tersebut dapat menggunakan jaring ( sweep net ). Sedangkan teknik beating trays di lokasi 1 didapatkan n et ). serangga dengan spesies semut hitam ( Achantholyda Achantholyda erythrocephala) erythrocephala) dan kupu-kupu (Scripophaga (Scripophaga praelata) praelata) dan di lokasi 2 didapatkan semut hitam ( Achantholyda Achantholyda erythocephala) erythocephala) dan tomcat ( Paedarus Paedarus littoralis), littoralis), terdapat jenis serangga yang tidak mampu terbang di mana biasanya bersarang pada pohon-pohon tertentu sehingga penggunaan teknik beating trays ini sangat efektif untuk menangkap jenis hewan-hewan tersebut. 3. Pada teknik sticky traps perangkap warna kuning berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan perangkap warna kuning lebih efektif dalam memonitoring dan mengendalikan serangga. Dan juga perangkap warna kuning lebih kontras dan mengkilap, sehingga serangga lebih mudah tertarik, dibandingkan dengan jenis perangkap warna lainnya. 4. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda
dengan menggunakan 2 metode tersebut, didapatkan hasil dimana pada lokasi 1 (Jubung ) didapatkan jumlah serangga 30 dengan menggunakan metode beating tray dan 52 serangga dengan metode sweep net.
28
Sedangkan pada lokasi 2 (Kampus) didapatkan hasil jumlah serangga 54 dengan metode beating tray dan 18 serangga dengan metode sweep net. Jika dilihat dari hasil tersebut lokasi 1 yang memiliki hasil tangkapan paling banyak ban yak yaitu 82 serangga dengan menggunakan 2 metode tersebut. hal tersebut sesuai dengan analisis lokasi 1 yang memiliki mean lebih besar dibandingkan lokasi 2 terhadap jumlah serangga dengan 2 metode penangkpan tersebut, artimya lokasi 1 yang memiliki rata – rata – rata jumlah penangkapan serangga yang lebih banyak dibandikan lokasi 2. 5. Berdasarkan
hasil
praktikum,
yang
paling
mempengaruhi
hasil
penangkapan serangga yaitu intensitas cahaya, karena aktivitas serangga dipengarui oleh responya terhadap cahaya sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan distribusi lokalnya. Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Suhu, karena secara garis besar suhu berpengaruh pada kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya dari serangga itu sendiri. Kelembapan, karena kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem.
5.2 Saran Untuk praktikum yang akan datang, sebaiknya alat dan bahan yang digunakan tersedia lebih banyak agar waktu yang digunakan lebih efisien
29
DAFTAR PUSTAKA
Karo-Karo, Chornelius, Yuswani Pangestianingsih dan Lisnawati. 2014. Pengaruh Bentuk dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah ( Bactrocera Bactrocera spp.) spp.) (Diptera:Tephritidae) Pada TanamanTomat (Solanum (Solanum lypersicum mill.) lypersicum mill.) di Dataran Rendah. Jurnal Rendah. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 3 (1): 32-44. Rostaman, R.C Hidayat Soesilohadi dan Rurini Retnowati. 2003. RESPON KUMBANG TRIBOLIUM CASTENEUM HERBST TERHADAP UMPAN BERBASIS SEMIOKIMIA. SEMIOKIMIA. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol. Indonesia Vol. 9 (2): 75-80. Sihombing, Stevi Windy, Yuswani Pangestianingsih dan Mena Uly Tarigan. 2013. PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT TERHADAP HAMA CAPSIDE (Cyrtopeltis (Cyrtopeltis tenuis Reut) (Hemiptera : Miradae) PADA TANAMAN TEMBAKAU ( Nicotiana Nicotiana tabacum L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1 (4): 1352-1359. Soesanthy, Funni dan Iwa Mara Trisawa. 2011. PENGELOLAAN SERANGGASERANGGA YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMAN JAMBU METE. Jurnal Buletin Ristri Vol. 2 (2): 221-230. Gunawan, Hendra. 2013. Sistem Monitoring Dan Dan Evaluasi Keanekaragaman Hayati Di Taman Kehati. FORDA PRESS: Bogor Hakim, Lukmanul. 2016. Pengendalian Alternatif Hama Serangga Sayuran Dengan Menggunakan Perangkap Kertas Jurnal Kertas Jurnal Agro Vol. Agro Vol. III, No. 2, Makhzuni, Rury . 2013. Variasi Morfometri Papilio polytes L. (Lepidoptera: Papilionidae) di Beberapa Lokasi di Sumatera Barat Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(1) Sianipar, Martua Suhunan. 2015. Keragaman Dan Kelimpahan Serangga Hama Tanaman Padi (Oryza (Oryza Sativa L.) L.) Di Dataran Rendah Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Agrin Barat. Agrin Vol. Vol. 19, No. 2. Siewers, Johanna. 2014. The efficiency of pitfall traps as a method of sampling epigeal arthropods in litter rich forest habitats. Eur. habitats. Eur. J. Entomol . 111(1) Soesanthy, Funny dan Iwa, Mara Trisawa. 2011. Pengelolaan Serangga-Serangga Yang Berasosiasi Dengan Tanaman Jambu Mete. Buletin Mete. Buletin RISTRI Vol Vol 2 (2) Vincent, Vedel. 2013. Standardized Sampling Protocol For Spider Community Assessment In The Neotropical Rainforest. Journal of Entomology and Zoology Studies Vol Studies Vol 1 No 2. Yuniar, Nisfi. 2015. Keanekaragaman semut (Hymenoptera: Formicidae) pada empat tipe ekosistem yang berbeda di Jambi. PROS SEMNAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 7.
30
LAMPIRAN FOTO
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42